Anda di halaman 1dari 8

Journal of Tropical Marine Science Vol..(..): ..-..

, Bulan Tahun ISSN : 2623-2227 E-ISSN : 2623-2235

KAJIAN PARAMETER FISIKA, KIMIA, DAN BIOLOGI DI


PERAIRAN PANTAI KUALA, BANGKA BELITUNG

STUDY OF PHYSICAL, CHEMICAL AND BIOLOGICAL


PARAMETERS IN KUALA BEACH WATERS, BANGKA BELITUNG

Febrianto*

Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian Perikanan dan


Biologi, Universitas Bangka Belitung
Kampus Terpadu UBB, Gedung Teladan, Bangka, Kepulauan Bangka Belitung, 33172
Indonesia
Email: febriant567@gmail.com
ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kualitas perairan yang ada di Pantai Kuala,Kepulauan Bangka
Belitung. Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 04 sampai 06 November 2020 di Pantai Kuala. Pantai
Kuala ini juga kerap kali di manfaatkan sebagai tempat penelitian dan praktikum. Parameter yang diambil
yaitu : Parameter Fisika, Parameter Kimia, dan Parameter Biologi. Parameter fisika yang diambil yaitu :
TSS(Total Suspended Solid), Kecepatan Arus, Suhu, Kecerahan, dan, Pasang Surut. Untuk Parameter
Kimia yang diambil yaitu : DO(Dissolved Oxygen), Derajat Keasaman (pH), Salinitas. Untuk parameter
Biologi : Klorofil dan Plankton. Pengambilan sampel dilakukan langsung di lapangan (in-situ). Cara
menentukan lokasi pemasangan tiang pasang surut yaitu melihat besarnya massa air laut yang bergerak,
faktor angin, topografi dasar laut (Bathimetri), gerakan bulan mengelilingi, lalu pemasangan dilakukan
sebelum air pasang sehingga tidak mengganggu dalam pemasangan tiang pasang surut.

Kata kunci : Parameter, Penelitian, Praktikum, Kualitas perairan

ABSTRACT

This research was conducted to determine the quality of the waters in Kuala Beach, Bangka Belitung
Islands. This practicum was held from 04 to 06 November 2020 at Kuala Beach. Kuala Beach is also often
used as a place for research and practicum. The parameters taken are: Physical Parameters, Chemical
Parameters, and Biological Parameters. The physical parameters taken are: TSS (Total Suspended Solid),
Flow Velocity, Temperature, Brightness, and, Tides. For chemical parameters taken, namely: DO
(Dissolved Oxygen), Degree of Acidity (pH), Salinity. For Biological parameters: Chlorophyll and Plankton.
Sampling is carried out directly in the field (in-situ). The method of determining the location for the
installation of tidal poles is to see the size of the moving sea water mass, wind factor, sea floor
topography (Bathimetry), the movement of the moon around, then the installation is carried out before
high tide so as not to interfere with the installation of tidal poles.

Keywords : Parameters, Research, Practicum, Water quality

PENDAHULUAN Sumatera Selatan. Luas wilayah propinsi ini


Indonesia memiliki keanekaragaman adalah 81.724,74 km², terdiri dari daratan
geologi, geomorfologi, dan geografi. Letaknya 16.423,74 km² dan lautan 65.301 km²
di garis khatulistiwa menyebabkan Indonesia dengan garis pantai sepanjang 1200 km
beriklim tropis dengan perubahan suhu (DPKPO, 2012). Pada ekosistem ini terdapat
sepanjang tahunnya relatif kecil. Iklim yang 2 (dua) komponen yang penting yang
stabil ini mendukung proses berkembang terlibat, yaitu komponen biotik (hidup)
biaknya berbagai organisme, tidak dan komponen abiotik (tidak hidup). Pantai
bergantung pada perubahan cuaca maupun Kuala Pangkal Pinang, Kabupaten Bangka
musim. Kepulauan Bangka Belitung adalah pantai ini menjadi objek wisata untuk
sebuah propinsi di timur pulau Sumatra yang masyarakat berlibur. Namun, dengan seiring
dulu merupakan bagian dari propinsi berjalan waktu pantai yang sebelumnya

DOI :xxxx.xxxx.xxxx
Diterima Tanggal Bulan Tahun; Direview: Tanggal Bulan Tahun; Disetujui Tanggal Bulan Tahun
*corresponding author © Ilmu Kelautan, Universitas Bangka Belitung
https://journal.ubb.ac.id/index.php/jtms
JTMS Oktober 2018 Vol.1(1):1-7 ISSN : 2623-2227 EISSN : 2623-2235

memiliki air yang jernih kini menjadi keruh. diberikan hewan di habitatnya (Dyah
Perairan ini juga memiliki gelombang yang Widiastuti. et.,al, 2017).
sangat tinggi terutama pada saat cuaca Komponen abiotik merupakan sebagai
buruk seperti angin dan hujan sehingga sumber energi, nutrien dan sumber air.
mengakibatkan pasang air laut. Kualitas air Tumbuhan-tumbuhan dapat menyediakan
dapat diketahui dengan melakukan energi dan menghasilkan molekul organik
pengujian. Pengujian kualitas air dilakukan yang kompleks tanpa energi sinar matahari
dengan menguji parameter fisika, kimia, dan atau tanpa adanya serangkaian bahan
biologi. Parameter kualitas air terdiri dari makanan anorganik, komponen-komponen
parameter fisika yaitu suhu, kecerahan, tersebut saling keterkaitan dan membentuk
kedalaman, kecepatan arus, pasang surut, suatu sistem di alam, sistem tersebut
parameter kimia terdiri dari salinitas, pH, DO, menjadi satu kesatuan yang tidak dapat
TSS serta parameter biologi seperti klorofil dipisahkan (Khoirotul, 2014). Berikut
dan plankton. Kualitas air di perairan dibawah yang termasuk ke dalam komponen
ini menjadi buruk dan tercemar karena abiotik.
aktivitas dari manusia. Pembuangan limbah Baku mutu air laut adalah ukuran batas
dari pabrik, dan kegiatan tambang di perairan atau kadar makhluk hidup, zat, energi atau
laut ini menjadi salah satu faktor yang komponen yang ada atau harus ada dan atau
mempengaruhi kualitas perairan di Pantai unsur pencemar yang ditenggang
Kuala. Pencemaran air permukaan secara keberadaannya di dalam air laut. Penetapan
umum dapat berkontribusi terhadap baku mutu air laut ini meliputi baku mutu air
manajemen air yang kurang dan pemakaian laut untuk perairan pelabuhan, wisata bahari
bahan kimia pertanian yang tidak terlegalisi. dan biota laut(KepMen LH No.51 th 2004).
Limbah yang berasal dari sektor industri juga
berkontribusi dalam pencemaran air METODE PENELITIAN
permukaan (Quay, 2018). Oleh karena alasan Praktikum ini dilaksanakan pada
mendasar itulah kita harus mencoba tanggal 04 sampai 06 November 2020 pukul
memahami lingkungan aquatik dan 15.00 WIB, di Pantai Kuala Air Anyir,
organisme yang ada di dalamnya, yaitu Merawang, Kabupaten Bangka, Kepulauan
ekosistem aquatik serta memahami apakah Bangka Belitung(Gambar.1). Dalam
air laut ini layak untuk melakukan praktikum ini, kelompok 2
Ekosistem laut merupakan sistem menguji parameter fisika, kimia dan biologi
akuatik yang terbesar di planet bumi yang ada di daerah tersebut. Namun, waktu
(Nybakken, 1988). Lautan menutupi lebih dalam pengambilan data, kelompok 2
daripada 80 persen belahan bumi selatan melakukannya selama 48 jam yaitu 3 hari 2
tetapi hanya menutupi 61 persen belahan malam dan setiap 1 jam akan melakukan
bumi utara, dimana terdapat sebagian besar pengecekan ke stasiun 2 yang telah di titik
daratan bumi (Nybakken, 1988). Indonesia koordinat terlebih dahulu. Alat dan bahan
sebagai Negara kepulauan terletak di antara yang digunakan meliputi Alat tulis, Botol 1,5
Samudera Pasifik dan Samudera Hindia dan Liter, Botol 600 ml gelap, Botol Arus, Botol,
mempunyai tatanan geografi yang rumit Gelap, DO meter, Ember, Handphone, Kertas
dilihat dari topografi dasar lautnya. Dasar Saring, Salinometer, Secchi disk, Spidol
perairan Indonesia di beberapa tempat, Permanen, Stopwatch, Termometer, Tiang
terutama di kawasan barat menunjukkan Pasut, Rol meter, pH paper, Plankton Net,
bentuk yang sederhana atau rata yang Plastik sampel, Aquades, dan Formalin.
hampir seragam, tetapi di tempat lain
terutama kawasan timur menunjukkan Gambar.1 Lokasi Penelitian
bentuk-bentuk yang lebih majemuk, tidak
teratur dan rumit (Romimohtarto & Juwana.,
2001).
Komponen biotik merupakan semua
komponen hidup yang terdapat dalam suatu
ekosistem. Keberadaan suatu organisme
dalam suatu ekosistem dapat mempengaruhi
kelimpahan suatu organisme, faktor biotik
iniakan mempengaruhi jenis fauna yang
dapat hidup di habitat tersebut, karena ada (sumber: Google earth)
hewan-hewan tertentu yang hidupnya
membutuhkan perlindungan yang dapat Analisis Data

2
JTMS Oktober 2018 Vol.1(1):1-7 ISSN : 2623-2227 EISSN : 2623-2235

Kecerahan merupakan ukuran Untuk mengetahui volume air yang


transparansi perairan yang ditentukan secara masuk ke dalam jaring (volume contoh
visual. Dapat di tentukan dengan: tersaring) dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut :
m+n
C = 0,5( ) x 100% Vs = π x r 2 x t
z

Keterangan : Keterangan :
C : Kecerahan (m) π.r²: Luas lingkaran jaring plankton
m : Jarak Secchi disk masih terlihat (m) t: Panjang tarikan
n : Jarak Secchi disk tidak terlihat (m) Indeks keanekaragaman dihitung
z : Kedalaman Perairan (m) berdasarkan indeks keanekaragaman
ShannonWiener (1981) dalam Fachrul (2007)
Kecepatan arus dapat dihitung sebagai berikut:
dengan menggunakan botol arus dan
stopwatch. Nilai kecepatan arus diperoleh
dengan rumus:
H '= (∑ N¿ ∈ N¿ )
s Keterangan
v= t H’ : Indeks Keanekaragaman jenis
Ni : Jumlah individu masing-masing
Keterangan: jenis
v: Kecepatan arus (m/s) N : Jumlah total individu semua jenis
t: Waktu yang diperlukan (s) Dengan kriteria nilai indeks
s: Panjang tali (m) keanekaragaman :
Dalam melakukan pengukuran TSS H’<1: Komunitas biota tidak stabil atau
yang harus diketahui terlebih dahulu TSS kualitas air tercemar berat
adalah kandungan partikel yang melayang 1<H’< 3 : Stabilitas komunitas biota
dalam perairan terdiri dari komponen hidup sedang atau kualitas air tercemar sedang
dan mati. H’>3:Stabilitas komunitas biota dalam
Nilai TSS dapat hitung dengan menggunakan kondisi prima (stabil) atau kualitas air
rumus: bersih
Indeks keseragaman (e) dihitung
w 2−w 1 dengan berdasarkan indeks keseragaman
TSS (mg/l) = ( )
v Pielou (1996) dalam (Fachrul, 2007) sebagai
berikut :
Keterangan:
H'
TSS : Total Suspended Solid e=
W1 : Berat kertas saring sebelum ¿S
digunakan untuk menyaring (mg) Keterangan :
W2 : Berat kertas saring setelah digunakan e: Indeks keseragaman jenis
untuk menyaring H’: Indeks keanekaragaman
v : Volume air yang dibotol S: Jumlah jenis
Perhitungan kelimpahan plankton Dengan kriteria nilai keseragaman :
dinyatakan secara kuantitatif dalam jumlah E=0 : Keseragaman antara spesies
ind/l berdasarkan metode sensus. Persamaan rendah
yang digunakan untuk menghitung E=1 : Keseragaman antar spesies relatif
kelimpahan plankton adalah persamaan seragam
Fachrul (2007) sebagai berikut: Untuk mengetahui adanya dominansi
Vr 1 jenis tertentu di perairan dapat digunakan
N=n X X indeks dominansi Simpson (Odum, 1997)
Vo Vs
dengan persamaan sebagai berikut :
C= ¿ ²
Keterangan :
N: Kelimpahan (ind/l)
N ( )
n : Jumlah organisme yang ditemukan Keterangan :
Vr : Volume tersaring (ml) D : Indeks dominansi
Vo: Volume cover glass (ml) ni : Jumlah individu tiap spesies
Vs : Volume disaring (L) N : Total individu
Dengan kriteria nilai dominansi :

3
JTMS Oktober 2018 Vol.1(1):1-7 ISSN : 2623-2227 EISSN : 2623-2235

D ≈ 0 : secara ekstrim tidak (ind/


mendominasi spesies lain Liter
D ≈ 1 : terdapat spesies yang 1. Hciaulus sp 83
mendominasi spesies lain
Pengambilan sampel klorofil
2. Rhizosolenia sp 142
menggunakan botol klorofil 3. Cerataulina sp 75
Konsentrasi klorofil-a dihitung dengan 4. Eucampia sp 67
persamaan Parsons et al. (1984), sebagai 5. Chactoceros sp 83
berikut: 6. Amphisolenia sp 67
7. Aulacanta sp 92
Ca−Va
Klorofil (mg/l) = 8. Macroseiella sp 108
V xd 9. Unidunula darwini 33
10. Streplotheca thamensis 25
11. Biddulphia sp 17
Keterangan : 12. Pleurosigma sp 17
Va : Volume aseton (10 ml) 13. Ceratium sp 17
V : Volume sampel air yang di saring 14. Trichodesmium sp 8
(ml) 15. Euphcusia sp 17
D : Diameter cuvet (1 mm)
16. Hpmidiscus sp 8
Ca : (11,6 x E665) – (1,31 x E645) –
(0,14 x E630) 17. Challengeron diodon 17
E : Absorbansi pada panjang 18. Sagita enflata 8
gelombang yang berbeda (yang 19. Rhizosolenia calcaravis 8
dikoreksi dengan panjang gelombang 20. Chaetoceras borealis 8
750 nm) 21. Nitzshia sp 33
22. Heliocostomella sp 8
HASIL DAN PEMBAHASAN
23. Tintinnids sp 8
Parameter Biologi
Plankton merupakan kumpulan 24. Thalassiosira sp 8
organisme, baik hewan maupun tumbuhan 25. Ceratium 8
yang hidup terapung atau melayang di dalam 26. Streplotheca thamensis 17
air, tidak dapat bergerak atau bergerak 27. Rhizosolenia delicatula 17
sedikit dan tidak dapat melawan arus. 28. Amphisolenia bidentota 33
Berdasarkan hasil praktikum yang telah 29. Tricerratium 8
dilakukan, pada stasiun ini terdapat 38
antediluvia
spesies plankton (Tabel. 1) yang terdiri dari :
Hciaulus sp., Rhizosolenia sp., Cerataulina
30. Navicula distan 8
sp., Eucampia sp., Chactoceros sp., 31. Macroseiella gracillis 8
Amphisolenia sp., Aulacanta sp., Macroseiella 32. Eucampia zoodiacus 33
sp., Unidunula darwini, Streplotheca 33. Hemidiscus cueniformis 8
thamensis, Biddulphia sp., Pleurosigma sp., 34. Chactoceros laciniosus 8
Ceratium sp., Trichodesmium sp., Euphcusia 35. Rhizosolenia alata 17
sp., Hemidiscus sp., Challengeron diodon, 36. Aulacanta spinosa 17
Sagita enflata, Rhizosolenia calcaravis,
Chaetoceras borealis, Nitzshia sp.,
37. Helicostamella sp 8
Heliocostomella sp., Tintinnids sp., 38. Cresis virgula 8
Thalassiosira sp., Ceratium, Rhizosolenia Indeks Keaneragaman (H’) 3.1723386
delicatula, Amphisolenia bidentota, 81
Tricerratium antediluvia, Navicula distan, Indeka Keseragaman (E) 0.8720999
Macroseiella gracillis, Eucampia zoodiacus, 42
Hemidiscus cueniformis, Chactoceros Indeks Dominansi (D) 0.058
laciniosus, Rhizosolenia alata, Aulacanta
spinosa, dan Cresis virgula. Pada hitungan konsentrasi klorofil-a
yang telah kelompok 2 hitung, kami
Tabel. 1 Kelimpahan Plankton mendapatkan nilai 0,0169μg/l / 0,01μg/l.
No. Stasiun 2 Kelompok 2 mendapatkan nilai tersebut dari
angka yang muncul dari aplikasi pengiden
Jenis plankton Kelimp
klorofil-a dilaboraturium biologi. Angka
ahan tersebut di hitung sesuai dengan rumus

4
JTMS Oktober 2018 Vol.1(1):1-7 ISSN : 2623-2227 EISSN : 2623-2235

klorofil, dan dapatlah nilai 0,0169μg/l / suatu jenis populasi plankton. Pada tabel 3
0,1μg/l. Nilai tersebut termasuk tergolong nilai dominansinya yaitu 0,06927. Dari data
Oligotrofik. Karena penggolongan konsentrasi yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa
klorofil-a berdasarkan status trofik perairan indeks dominansi plankton rata-rata pada
yaitu kandungan klorofil-a pada kisaran 0- stasiun 2 masuk dalam kategori dominasi
2μg/l tergolong Oligotrofik, 2-5μg/l tergolong rendah. Indeks Dominasi tersebut sesuai
Meso-oligotrofik, 5-20μg/l tergolong dengan pernyataan dari (Magguran, 1988)
Mesotrofik, dan 20-50μg/l tergolong Eutrofik, yang telah mengkategori nilai dominansi
serta >50 μg/l tergolong Hiper-eutrofik yaitu, 0,00 < C ≤ 0,30 dominansi rendah,
(Arifin, 2009). Dengan adanya kisaran 0,30 < C ≤ dominansi sedang, dan 0,60 < C
penggolongan konsentrasi klorofil-a dapat ≤ dominasi tinggi.
digunakan sebagai acuan guna mengetahui
sejauh mana tingkat pencemaran diperairan Parameter Fisika
tersebut. Nilai klorofila-a kami 0,0169μg/l / Suhu dengan kisaran yang berbeda ini
0,01 μg/l yang termasuk golongan Oligotrofik diduga dikarenakan faktor perbedaan waktu
atau rendah. Nilai tersebut bisa rendah pada saat pengamatan seperti yang
karena lokasi pengambilan plankton tersebut dijelaskan oleh Effendi (2003) yakni suhu
terletak pada dekat bibir pantai, dan sudah perairan juga dipengaruhi oleh musim,
terdapat aktivitas manusia yaitu campurnya lintang, ketinggian dari permukaan laut,
dari kegiatan rumah tangga seperti air waktu dalam hari, sirkulasi udara, penutupan
cucian, dan ada sandar kapal pada sisi tepi awan dan aliran serta kedalaman badan air.
pantai. Rendahnya klorofil-a di lokasi Perubahan suhu berpengaruh terhadap
penelitian disebabkan oleh faktor dari dalam proses kimia, fisika, dan biologi air. Menurut
tubuh plankton itu sendiri. Patty (2013) menyatakan pola arus yang
Keanekaragaman jenis plankton berubah secara mendadak dapat menurunkan
merupakan suatu penggambaran secara nilai suhu pada air.
matematik yang dapat melukiskan struktur Kecerahan dilokasi ini dipengaruhi oleh
kehidupan dan dapat mempermudah kedalaman lokasi, substansi sedimen,
menganalisis informasi-informasi tentang kecepatan arus, dan waktu dilakukannya
jenis dan jumlah organisme. Berdasarkan pengambilan sampel. Pada saat menjelang
tabel 3. Indeks keanekaragaman plankton malam hari tidak dilakukan pengambilan
pada stasiun ini tergolong tinggi yaitu sampel karena sudah semakin gelap. Hal ini
sebesar 3,02256. Hal ini dapat dipengaruhi sesuai dengan pernyataan Hutabarat (2000),
faktor lingkungan seperti arus. Basmi (2000) bahwa cahaya akan semakin berkurang
menyebutkan Arus merupakan faktor utama intensitasnya seiring dengan makin besar
yang membatasi penyebaran biota atau kedalaman air. Pendugaan lain adalah adanya
memperkaya keanekaragaman plankton yang perbedaan waktu pengambilan sampel yang
terdapat dalam perairan tersebut. dilakukan. Menurut Effendi (2003)
Analisis keseragaman plankton mengatakan bahwa pemantulan cahaya
dilakukan untuk melihat pola baru sebaran mempunyai intensitas yang bervariasi
jenis plankton pada suatu ekosistem menurut sudut datang cahaya.
komunitas plankton. Nilai keseragaman pada Kecepatan arus di pantai kuala yang
perairan tersebut termasuk tinggi sebesar diukur setiap satu jam sekali mengalami
0,83092 pada tabel 3. Menurut Barus (2004) fluktuasi yang sangat variatif. Nilai tertinggi
tingginya indeks keseragaman dari kecepatan arus pada hari jumat
menggambarkan banyaknya jumlah individu mencapai 0,16 m/s dan terendah 0,2 m/s.
masing-masing spesies merata dan Pada hari sabtu nilai tertinggi dari kecepatan
keseragaman antar spesies relatif seragam arus mencapai 0,105 m/s dan yang terendah
menggambarkan adanya beberapa jenis 0,057 m/s. Serta pada hari minggu kecepatan
spesies yang mendominasi perairan tersebut. arus sama yaitu dengan nilai 0,2 m/s tidak
Hal ini menunjukan kualitas perairan tersebut ada perubahan nilai tertinggi dan terendah.
dalam kondisi baik belum tercemar. Dari hasil Kecepatan arus tersebut tergolong sangat
praktikum ini menunjukkan nilai indeks cepat dan lambat. Adanya perbedaan
keseragaman untuk sebaran individu kecepatan arus ini tentunya dipengaruhi oleh
plankton pada stasiun 2 merata dan beberapa faktor seperti arah tiupan angin dan
kestabilan ekosistem baik. kedalaman. Adapun arus yang diukur pada
Analisis indeks dominansi plankton praktikum ini adalah arus permukaan
digunakan untuk melihat ada tidaknya suatu sehingga kecepatan arus yang terjadi tidak
jenis plankton yang mendominasi dalam sepenuhnya berasal dari pergerakan air itu

5
JTMS Oktober 2018 Vol.1(1):1-7 ISSN : 2623-2227 EISSN : 2623-2235

sendiri, namun juga dari pergerakan angin di asupan daratan. Lalu, kadar zat padatan
udara yang ikut menggerakkan permukaan tersuspensi berbanding terbalik dengan
air walau tidak begitu signifikan. Hal ini tingkat kecerahan, makin rendah kadar zat
sesuai dengan literatur yang dikatakan oleh padatan tersuspensi maka makin tinggi
Hutabarat et al, (1986) yaitu “pada tingkat kecerahan perairan.
umumnya tenaga angin yang diberikan pada
lapisan permukaan air dapat membangkitkan Parameter Kimia
timbulnya arus permukaan yang mempunyai Sumber utama oksigen dalam air
kecepatan sekitar 2% dari kecepatan angin berasal dari difusi udara dan hasil fotosintesis
itu sendiri. Kecepatan arus ini akan organisme berklorofil yang hidup dalam suatu
berkurang dengan cepat seiring perairan. Kecepatan difusi oksigen dari udara
bertambahnya kedalaman perairan dan ke dalam air berlangsung sangat lambat, oleh
akhirnya angin menjadi tidak memberikan sebab itu fitoplankton merupakan sumber
pengaruh terhadap kecepatan arus”. Selain utama penyediaan oksigen terlarut dalam
itu, lalu lintas kapal yang berada disekitar perairan (Edward dan Pulumahuny, 2003).
daerah pantai kuala ini juga memberikan Secara keseluruhan kadar oksigen terlarut di
pengaruh terhadap kecepatan arus. perairan Pantai Kuala berkisar antara 4,2-4,7
Untuk pengukuran pasut dilakukan mg/l. Oksigen terlarut yang tertinggi di hari
pengambilan data hari minggu pagi pada sabtu sore yaitu 4,7 mg/l, di hari minggu
pukul 01.00 yaitu 0,7 m, pukul 02.00 yaitu sore yaitu 4,6 mg/l, di hari sabtu pagi yaitu
0,89 m, pukul 03.00 yaitu 1,15 m, pukul 4,4 mg/l dan terendah di hari jumat sore 4,2
04.00 yaitu 1,35 m, pukul 05.00 yaitu 1,6 m, mg/l. Berdasarkan standar baku mutu air laut
pukul 06.00 yaitu 1,5 m, pukul 07.00 yaitu untuk menunjang kehidupan biota laut >5
2,4 dan pukul 08.00 yaitu 2,7 m. Data pada (KepMen LH, 2004). Pada hasil pengukuran
pukul 09.00 sampai dengan pukul 15.00 tidak dapat diketahui bahwa kondisi oksigen
dapat diambil karena faktor cuaca yang tidak terlarut di perairan Pantai Kuala tidak dapat
mendukung sehingga tidak dapat memenuhi kehidupan biota laut dikarenakan
kelapangan. Perubahan data naik atau oksigen terlarut yang baik harus nilainya
turunnya dikarenakan oleh pasang dan surut lebih dari 5 mg/l. Menurut Lee, et.al., (1978)
air laut yang terjadi. Pasang surut di daerah mengatakan nilai oksigen terlarut dari 4,2-
pantai merupakan pasang surut yang 6,4 mg/l termasuk kedalam kriteria air yang
menjalar dari laut yang terbuka/lepas, tercemar ringan.
sehingga di daerah ini komponen pasang Derajat keasaman (pH) merupakan
surutnya mengalami perubahan jika salah satu parameter kimia yang cukup
dibandingkan dengan perairan dalam penting dalam memantau kestabilan perairan
(Ongkosongo, 1989). Gaya-gaya pembangkit (Simanjuntak, 2009). Berdasarkan standar
pasang surut ditimbulkan oleh gaya tarik baku mutu air laut untuk biota laut mengenai
menarik bumi, bulan dan matahari pH pada perairan yang dapat menunjang
(Triatmodjo, 2012). kehidupan biota laut yaitu 7 sampai dengan
Nilai TSS didapat pada praktikum yang 8,5 (KepMen LH, 2004). Pengukuran pH pada
telah dilakukan adalah dari tertinggi hari hari jumat yaitu 8 (basa), pada hari sabtu
minggu pagi 167.133 mg/l, lalu hari sabtu yaitu 7 (netral) dan pada hari minggu yaitu 8
sore 136.2 mg/l, dan terendah hari jumat (basa) di Pantai Kuala, Bangka Belitung.
sore 134.933 mg/l. Pada saat pengambilan Berdasarkan hasil pengukuran dapat
sampel di hari minggu pagi dan sabtu sore diketahui bahwa kondisi pH diperairan Pantai
perairan tersebut dalam kondisi keruh dan Pasir Kuala dapat memenuhi kehidupan biota
berwarna kecoklat-coklatan dikarenakan laut dan telah sesuai dengan standar baku
dihari tersebut cuaca buruk dan gelombang mutu untuk biota laut sesuai dengan
tinggi. Dilanjutkan pada hari jumat sore penyataan Effendi (2003), bahwa kehidupan
keadaan perairan tersebut tenang dan tidak biota perairan masih dapat bertahan bila
mengalami cuaca buruk, sehingga perairan mempunyai kisaran pH 5-9.
pengambilan sampelnya tidak terlalu banyak Dalam data salinitas yang telah kami
endapan berbeda pada hari minggu pagi dan catat, salinitas yang paling tinggi terdapat
sabtu sore terdapat endapan yang banyak. pada hari jumat dan sabtu pukul 15.00-17.00
Hal ini disebabkan oleh adanya partikel- serta di hari minggu pukul 08.00 dengan
partikel tersuspensi dan tingkat endapan salinitas 29 ppt dan salinitas paling terendah
lumpur yang tinggi di bawa dari daratan. terdapat di hari sabtu pada pukul 18.00
Helfinalis (2005) menyatakan bahwa dengan salinitas 26 ppt. Salinitas bisa tinggi
penyebab tingginya TSS dipengaruhi oleh dan rendah karena nilai salinitas pada saat

6
JTMS Oktober 2018 Vol.1(1):1-7 ISSN : 2623-2227 EISSN : 2623-2235

pasang lebih tinggi daripada saat surut. pada hari minggu yaitu 8 (basa) di Pantai
Salinitas air laut mengalami perbedaan Kuala, Bangka Belitung. Dalam data salinitas
karena pengaruh evaporasi dan presipitasi, yang telah kami catat, salinitas yang paling
run off dari sungai, pendinginan maupun tinggi terdapat pada hari jumat dan sabtu
pencairan es (Sulistioso et., al 2004). pukul 15.00-17.00 serta di hari minggu pukul
Salinitas di perairan bervariasi tergantung 08.00 dengan salinitas 29 ppt dan salinitas
kedalaman. Sebaran salinitas mempunyai paling terendah terdapat di hari sabtu pada
hubungan yang erat dengan unsur pukul 18.00 dengan salinitas 26 ppt. TSS
hidrodinamika yaitu pasang surut. Perubahan didapat pada praktikum yang telah dilakukan
salinitas yang cepat berhubungan dengan adalah dari tertinggi hari minggu pagi
suhu dan oksigen terlarut. 167.133 mg/l, lalu hari sabtu sore 136.2
mg/l, dan terendah hari jumat sore 134.933
KESIMPULAN mg/l. Suatu ekosistem akan mempunyai dua
Cara menentukan lokasi pemasangan komponen utamanya, yaitu komponen abiotik
tiang pasang surut yaitu melihat besarnya yang terdiri dari bagian yang tidak hidup dan
massa air laut yang bergerak, faktor angin, komponen biotik sebagai komponen hidup.
topografi dasar laut (Bathimetri), gelombang, Kedua komponen ini mempunyai peran yang
lalu pemasangan dilakukan sebelum air sama pentingnya terhadap ekosistem, tanpa
pasang sehingga tidak mengganggu dalam salah satu diantaranya maka ekosistem tidak
pemasangan tiang pasang surut. Suhu, hasil akan berfungsi. Ekosistem pesisir yang terdiri
yang didapat dari pengukuran suhu disekitar dari estuaria, hutan mangrove, padang lamun
perairan lokasi praktikum menunjukkan nilai dan terumbu karang merupakan ekosistem
berkisar 280C-330C, suhu yang tertinggi dengan produktivitas tinggi dan memiliki
berada di hari jumat pukul 19.00 WIB yaitu beragam fungsi. Tekanan yang tinggi akibat
330C dan yang terendah yaitu di hari minggu aktivitas manusia menjadikan ekosistem ini
suhu 280C. Kecerahan, titik tertinggi tejadi sangat rentan terhadap kerusakan.
pada pukul 16.00 dengan hasil 63,75% pada
hari jumat, sedangkan titik terendahnya REFERENSI
terjadi pada pukul 08.00 dengan hasil 54,8% Andayani, S. 2005. Manajemen Kualitas Air
di hari minggu. Kedalaman di pantai kuala di Untuk Budidaya Perairan. Universitas
ukur satu jam sekali setiap jam maka di Brawijaya : Malang.
ukurlah kedalaman yang tertinggi pada hari Barus, T. A. 2004. Pengantar Limnologi Studi
jumat yaitu 1,4 m dan terendah yaitu 0,51 Tentang Ekosistem Air Daratan.
m, pada hari sabtu kedalaman yang tertinggi Medan: USU Press.
yaitu 1,72 m dan terendah yaitu 0,36 m dan Edward dan F.S. Pulumahuny. 2003. Kadar
pada hari minggu kedalaman yang tertinggi Oksigen Terlarut di Perairan Raha,
yaitu 1,96 m dan terendah yaitu 0,38 m. Pulau Muna, Sulawesi Tenggara
Kecepatan Arus, nilai tertinggi dari kecepatan Pesisir dan Pantai Indonesia VIII.
arus pada hari jumat mencapai 0,16 m/s dan Jakarta: Puslit Oseanografi-LIPI. 25-
terendah 0,2 m/s. Pada hari sabtu nilai 31 hlm.
tertinggi dari kecepatan arus mencapai 0,105 Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi
m
/s dan yang terendah 0,057 m/s. Serta pada Pengelolaan Sumberdaya dan
hari minggu kecepatan arus sama yaitu Lingkungan Perairan. Yogyakarta:
dengan nilai 0,2 m/s tidak ada perubahan nilai Kanisius. 190 hal.
tertinggi dan terendah. Pada stasiun 2 di Fadilah, Suripin, dan Dwi, P, S. 2013.
lokasi praktikum yang telah dilakukan dari Menentukan Tipe Pasang Surut Air
yang tertinggi di hari minggu pukul 08.00 Rencana Perairan Laut Kabupaten
dengan kedalaman 2,7 m dan yang terendah Bengkulu Tengah Menggunakan
di hari jumat pukul 20.00, pukul 21.00, dan Metode Admiralty. Maspari Journal. 6
pukul 24.00 dengan kedalaman 0,5 m. (1), 1-12.
Oksigen Terlarut (DO), secara keseluruhan Hutabarat, S. 2000. Peranan Kondisi
kadar oksigen terlarut di perairan Pantai Oseanografi Terhadap Perubahan
Kuala berkisar antara 4,2-4,7 mg/l. Oksigen Iklim, Produktivitas dan Distribusi
terlarut yang tertinggi di hari sabtu sore yaitu Biota Laut. Semarang: Universitas
4,7 mg/l, di hari minggu sore yaitu 4,6 mg/l, Diponegoro.
di hari sabtu pagi yaitu 4,4 mg/l dan Hutabarat, S. dan S. Evan. 1986. Pengantar
terendah di hari jumat sore 4,2 mg/l. Oseanografi. Jakarta: Penerbit UI
pengukuran pH pada hari jumat yaitu 8 Press.
(basa), pada hari sabtu yaitu 7 (netral) dan

7
JTMS Oktober 2018 Vol.1(1):1-7 ISSN : 2623-2227 EISSN : 2623-2235

Kementerian Negara Lingkungan Hidup.


2004. Keputusan Menteri Lingkungan
Hidup Nomor 51 Tahun 2004 tentang
Baku Mutu Air Laut untuk Biota Laut.
Jakarta.
Nybakken, j.w. 1992. Biologi Laut Suatu
Pendekatan Ekologis. Penerjemah M.
Eidman et.al. Terjemahan dari
Marine Biology an Ecologycal
Approach. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
Ongkosongo, S.R., Otto, Suyarso. 1989.
Project 1: Tides and Tidal
Phenomena, Pasang-Surut. Jakarta:
LIPI, Pusat Penelitian dan
Pengembangan Oseanologi.
Patty, S. I. 2013. Distribusi Suhu, Salinitas
dan Oksigen Terlarut di Perairan
Kema, Sulawesi Utara. Jurnal Ilmiah
Planax. 1 (3): 148-157.
Romimohtarto, K. dan S. Juwana. 2001.
Biologi Laut: Ilmu Pengetahuan
Tentang Biota Laut. Jakarta: Penerbit
Djambatan.
Sembiring, H. 2008. Keanekaragaman dan
Distribusi Udang Serta Kaitannya
Dengan Faktor Fisika Kimia di
Perairan Pantai Labu Kabupaten Deli
Serdang. [Tesis]. Sekolah
Pascasarjana, Universitas Sumatera
Utara, Medan, 101 hlm.
Setiadi, R., Mihardja, K., Dadang. 1988.
Analisis Pasang-Surut di Daerah
Cilacap dan Surabaya, Pasang Surut.
[Makalah]. LIPI, Pusat Penelitian dan
Pengembangan Oseanologi. Jakarta.
Simanjuntak, M. 2009. Hubungan faktor
lingkungan kimia, fisika terhadap
distribusi plankton di perairan
Belitung Timur, Bangka Belitung.
Journal of Fisheries Sciences.1 (1) :
31-45.
Simon I. Patty. 2018. Oksigen Terlarut Dan
Apparent Oxygen Untilization di
Perairan Selat Lembeh, Sulawesi
Utara. Ilmiah Platax. 6 (1): 54-60.
Suin, N. 2002. Metode Ekologi. Padang:
Penerbit Universitas Andalas.
Sulistioso, G.S, M. Ihsan, Komarudin. 2004.
Analisis Korosi Dari SS 440C Pada
Media Air Tawar dan Laut. Puslitbang
Iptek Bahan (P3IB) Batan. Hal: 7-11.
Triatmodjo, B. 2012. Perencanaan Bangunan
Pantai. Yogyakarta: Penerbit Beta
Offset.

Anda mungkin juga menyukai