Anda di halaman 1dari 16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Lansia

1. Definisi

Usia lanjut adalah sesuatu yang harus diterima sebagai suatu kenyataan

dan fenomena biologis. Kehidupan itu akan diakhiri dengan proses penuaan

yang berakhir dengan kematian (Wibawanto, 2014). Lansia adalah periode

dimana organisme telah mencapai masa keemasan atau kejayaannya dalam

ukuran, fungsi, dan juga beberapa telah menunjukkan kemundurannya sejalan

dengan berjalannya waktu.

Pengertian lanjut usia (lansia) menurut Undang-Undang No. 13 tahun

1998 tentang kesejahteraan Lanjut Usia pasal 1 ayat 1 adalah seseorang yang

telah mencapai 60 tahun ke atas (Dewi, 2014). Secara garis besar Birren dan

Shroots membedakan tiga proses sentral di dalam tahapan lansia, pertama,

proses biologis yang berkaitan dengan perubahan yang terjadi dalam tubuh

seseorang yang menua. Kedua, penuaan proses dalam masyarakat (social

eldering) dan yang ketiga, penuaan psikologis subjektif (geronting) yang

berkaitan dengan pengalaman batinnya (Hermawati, 2006 dalam Prantika,

2015).

2. Klasifikasi Lansia

Menurut Depkes RI (2013 dalam Dewi, 2014), mengklasifikasikan lansia

dalam kategori

a. Pralansia (prasenilis), seseorang yang berusia antara 45-59 tahun

8
9

b. Lansia, seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih

c. Lansia risiko tinggi, seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang

yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan

d. Lansia potensial, lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau

kegiatan yang dapat menghasilkan barang/jasa

e. Lansia tidak potensial, lansia yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga

hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.

Sedangkan klasifikasi lansia menurut WHO adalah sebagai berikut:

a. Eldery: 60-74 tahun

b. Old: 75-89 tahun

c. Very old: > 90 tahun

3. Karakteristik Lansia

Menurut Dewi (2014), Lansia memiliki tiga karakteristik sebagai berikut:

a. Berusia lebih dari 60 tahun

b. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari

kebutuhan biopsikososial hingga spiritual, serta dari kondisi adaptif hingga

kondisi maladaptif

c. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi

4. Tugas Perkembangan Lansia

Menurut Dewi (2014) tugas perkembangan lansia meliputi:

a. Mempersiapkan diri untuk kondisi yang menurun

b. Mempersiapkan diri untuk pensiun

c. Membentuk hubungan baik dengan orang yang seusianya

d. Mempersiapkan kehidupan baru


10

e. Melakukan penyesuaian terhadap kehidupan sosial/masyarakat secara santai

f. Mempersiapkan diri untuk kematiannya dan kematian pasangan

B. Konsep Posyandu

1. Definisi

Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) merupakan salah satu bentuk Upaya

Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dilaksanakan oleh, dari

dan bersama masyarakat, untuk memberdayakan dan memberikan kemudahan

kepada masyarakat guna memperoleh pelayanan kesehatan bagi ibu, bayi dan

anak balita (Kementerian Kesehatan RI Pusat Promosi Kesehatan, 2012).

2. Kegiatan Pelayanan di Posyandu

Menurut Kementerian Kesehatan RI Pusat Promosi Kesehatan (2012),

Kegiatan Posyandu terdiri dari kegiatan utama dan kegiatan pengembangan/

pilihan.

a. Kegiatan utama, mencakup:

1) Kesehatan ibu dan anak

2) Keluarga berencana

3) Imunisasi

4) Gizi

5) Pencegahan dan penanggulangan diare

b. Kegiatan pengembangan/pilihan

Masyarakat dapat menambah kegiatan baru disamping lima kegiatan utama

yang telah ditetapkan, dinamakan Posyandu Terintegrasi. Kegiatan baru

tersebut misalnya:
11

1) Bina Keluarga Balita (BKB)

2) Tanaman Obat Keluarga (TOGA)

3) Bina Keluarga Lansia (BKL)

4) Pos Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)

5) Berbagai program pembangunan masyarakat desa lainnya

3. Manfaat Posyandu

Menurut Kementerian Kesehatan RI Pusat Promosi Kesehatan (2012), manfaat

posyandu dibedakan menjadi dua, yaitu:

a. Bagi masyarakat

1) Memperoleh kemudahan untuk mendapatkan informasi dan pelayanan

kesehatan bagi ibu, bayi, dan anak balita

2) Pertumbuhan anak balita terpantau sehingga tidak menderita gizi kurang

atau gizi buruk

3) Bayi dan anak balita mendapatkan kapsul Vitamin A

4) Bayi memperoleh imunisasi lengkap

5) Ibu hamil akan terpantau berat badannya dan memperoleh tablet tambah

darah (Fe) serta imunisasi Tetanus Toksoid (TT)

6) Ibu nifas memperoleh kapsul Vitamin A dan tablet tambah darah (Fe)

7) Memperoleh penyuluhan kesehatan terkait tentang kesehatan ibu dan

anak

8) Apabila terdapat kelainan pada bayi, anak balita, ibu hamil, ibu nifas dan

ibu menyusui dapat segera diketahui dan dirujuk ke puskesmas

9) Dapat berbagi pengetahuan dan pengalaman tentang kesehatan ibu, bayi,

dan anak balita


12

b. Bagi Kader

1) Mendapatkan berbagai informasi kesehatan lebih dahulu dan lebih

lengkap.

2) Ikut berperan secara nyata dalam perkembangan tumbuh kembang anak

balita dan kesehatan ibu

3) Citra diri meningkat di mata masyarakat sebagai orang yang terpercaya

dalam bidang kesehatan

4) Menjadi panutan karena telah mengabdi demi pertumbuhan anak dan

kesehatan ibu

4. Penyelenggaraan Posyandu

Menurut Kementerian Kesehatan RI Pusat Promosi Kesehatan (2012),

penyelenggaraan posyandu meliputi:

a. Pengelola posyandu

Dalam penyelenggaraannya, pengelola Posyandu dipilih dari dan oleh

masyarakat pada saat musyawarah pembentukan Posyandu. Pengurus

Posyandu sekurang-kurangnya terdiri dari ketua, sekretaris, dan bendahara.

Berikut ini beberapa kriteria pengelola Posyandu.

1) Sukarelawan dan tokoh masyarakat setempat

2) Memiliki semangat pengabdian, berinisiatif tinggi dan mampu

memotivasi masyarakat

3) Bersedia bekerja secara sukarela bersama masyarakat

b. Waktu dan lokasi Posyandu

Penyelenggaraan Posyandu sekurang-kurangnya satu kali dalam

sebulan. Jika diperlukan, hari buka Posyandu dapat lebih dari satu kali
13

dalam sebulan. Hari dan waktunya sesuai dengan hasil kesepakatan

masyarakat.

Posyandu berlokasi di setiap desa/kelurahan/RT/RW atau dusun,

salah satu kios di pasar, salah satu ruangan perkantoran, atau tempat khusus

yang dibangun oleh swadaya masyarakat. Tempat penyelenggaraan kegiatan

Posyandu sebaiknya berada di lokasi yang mudah dijangkau oleh

masyarakat.

5. Pembentukan Posyandu

Menurut Kementerian Kesehatan RI Pusat Promosi Kesehatan (2012), langkah-

langkah pembentukan Posyandu.

a. Mempersiapkan para petugas/aparat sehingga bersedia dan memiliki

kemampuan mengelola serta membina Posyandu.

b. Mempersiapkan masyarakat, khususnya tokoh masyarakat sehingga bersedia

mendukung penyelenggaraan Posyandu.

c. Melakukan Survei Mawas Diri (SMD) agar masyarakat mempunyai rasa

memiliki, melalui penemuan sendiri masalah yang dihadapi dan potensi

yang dimiliki

d. Melakukan Musyawarah Masyarakat Desa (MMD) untuk mendapatkan

dukungan dari tokoh masyarakat.

e. Membentuk dan memantau kegiatan Posyandu dengan kegiatan pemilihan

pengurus dan kader, orientasi pengurus dan pelatihan kader Posyandu,

pembentukan dan peresmian Posyandu, serta penyelengaraan dan

pemantauan kegiatan Posyandu.


14

C. Konsep Posyandu Lansia

1. Definisi

Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia

lanjut di suatu wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh

masyarakat dimana mereka bisa mendapatkan pelayanan kesehatan. Posyandu

lansia merupakan pengembangan dari kebijakan pemerintah melalui pelayanan

kesehatan bagi lansia yang penyelenggaraannya melalui program puskesmas

dengan melibatkan peran serta para lansia, keluarga, tokoh masyarakat, dan

organisasi sosial dalam penyelenggaraannya [ CITATION Sun15 \l 1057 ].

Pelaksanaan kegiatan posyandu merupakan salah satu usaha pendekatan

masyarakat terhadap pelayanan kesehatan primer, semakin tinggi masyarakat

mendapatkan pelayanan kesehatan, semakin meningkatkan derajat kesehatan di

masyarakat. Salah satu keberhasilan dalam rangka pelaksanaan posyandu

adalah memperbaiki atau meningkatkan derajat kesehatan di masyarakat

(Sukmawati, et al., 2015).

2. Faktor-faktor Pemanfaatan Posyandu Lansia

Menurut Anonim (2010 dalam Mengko, et al., 2015), faktor-faktor yang

berhubungan dengan pemanfaatan posyandu lansia antara lain:

a. Umur

b. Status tinggal bersama suami/istri dan anak

c. Perkawinan

d. Pendidikan

e. Pekerjaan

f. Jarak ke posyandu
15

g. Pendapatan

h. Pengetahuan

i. Sikap

j. Dukungan sosial

k. Peran petugas kesehatan dan ketersediaan fasilitas

3. Tujuan Posyandu Lansia

Menurut [ CITATION Sun15 \l 1057 ], tujuan pembentukan posyandu lansia

secara garis besar adalah:

a. Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia di masyarakat,

sehingga terbentuk pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan

lansia.

b. Mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran serta masyarakat dalam

pelayanan kesehatan disamping meningkatkan komunikasi antara

masyarakat usia lanjut.

4. Sasaran Posyandu Lansia

Sasaran posyandu lansia meliputi sasaran langsung dan sasaran tidak

langsung [ CITATION Sun15 \l 1057 ]

a. Sasaran langsung adalah prausia lanjut (45-59 tahun), usia lanjut (60-69),

dan usia lanjut risiko tinggi yaitu usia lebih dari 70 tahun atau usia lanjut

berumur 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan

b. Sasaran tidak langsung adalah keluarga keluarga di mana usia lanjut berada,

masyarakat tempat lansia berada, organisasi sosial, petugas kesehatan, dan

masyarakat luas.
16

5. Wadah Kegiatan Posyandu Lansia

Kementerian kesehatan RI (2011 dalam Marlina, 2012), menguraikan

kegiatan kelompok lansia meliputi:

a. Promotif dapat berupa kegiatan penyuluhan tentang

1) Kesehatan dan pemeliharaan kebersihan

2) Makanan dengan menu yang mengandung gizi seimbang

3) Kesegaran jasmani yang dilakukan secara teratur dan disesuaikan dengan

kemampuan lansia agar tetap merasa sehat dan segar

4) Pembinaan mental dalam meningkatkan ketaqwaan kepada Tuhan Yang

Maha esa

5) Membina keterampilan agar dapat mengembangkan kegemaran sesuai

dengan kemampuan

6) Meningkatkan kegiatan sosial di masyarakat

b. Preventif dapat berupa kegiatan antara lain:

1) Pemeriksaan kesehatan secara berkala dan teratur untuk menemukan

secara dini penyakit-penyakit lansia

2) Kesegaran jasmani yang dilakukan secara teratur dan disesuaikan dengan

kemampuan lansia agar tetap merasa sehat dan segar

3) Penyuluhan tentang penggunaan berbagai alat bantu misalnya: kacamata,

alat bantu dengar dan lain-lain agar lansia tetap dapat memberikan karya

dan tetap merasa berguna

4) Penyuluhan untuk mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan pada

lansia
17

5) Pembinaan mental dalam meningkatkan ketaqwaan kepada Tuhan Yang

Maha Esa

c. Kuratif dapat berupa kegiatan sebagai berikut:

1) Pelayanan kesehatan dasar

2) Pelayanan kesehatan spesialistik melalui sistem rujukan

d. Rehabilitatif dapat berupa kegiatan antara lain:

1) Memberikan informasi, pengetahuan, dan pelayanan tentang penggunaan

berbagai alat bantu misalnya: kacamata, alat bantu dengar dan lain-lain

agar usia lanjut tetap dapat memberikan karya dan tetap merasa berguna

sesuai kebutuhan dan kemampuan

2) Mengembalikan kepercayaan pada diri sendiri dan memperkuat mental

penderita

3) Pembinaan lansia dalam hal pemenuhan kebutuhan pribadi, aktifitas

didalam maupun di luar rumah.

4) Nasihat cara hidup yang sesuai dengan penyakit yang diderita

5) Perawatan fisioterapi

6. Strata Kegiatan Posyandu Lansia

Posyandu lansia dapat digolongkan menjadi 4 tingkatan, penentuan tingkat

perkembangan kelompok usia lanjut didasarkan ndikator terendah yang terdiri

dari: Pratama, Madya, Purnama, Mandiri (Depkes RI, 2007).

a) Posyandu Pratama adalah posyandu yang masih belum mantap.

Kegiatan yang terbatas dan tidak rutin setiap bulan dengan frekuensi < 8

kali. Jumlah kader aktif terbatas serta masih memerlukan dukungan dana

dari pemerintah.
18

b) Posyandu Madya adalah posyandu yang telah berkembang dan pada

tingkat ini dapat melaksanakan kegiatan hampir setiap bulan (paling

sedikit 8 kali setahun), jumlah kader aktif lebih dari tiga akan tetapi

cakupan program utamanya masih rendah yaitu kurang dari 50% serta

masih memerlukan dana dari pemerintah.

c) Posyandu Purnama adalah posyandu yang sudah mantap dan

melaksanakan kegiatan secara lengkap paling sedikit 10 kali setahun,

dengan beberapa kegiatan tambahan di luar kesehatan dan cakupan lebih

tinggi (> 60%).

d) Posyandu Mandiri adalah posyandu Purnama dengan kegiatan

tambahan yang beragam dan telah mampu membiayai kegiatannya dengan

dana sendiri.

D. Konsep Kader

1. Definisi

Secara umum istilah kader kesehatan yaitu tenaga yang berasal dari

masyarakat, dipilih oleh masyarakat itu sendiri dan bekerja secara sukarela

unuk menjadi penyelenggara posyandu [ CITATION Eka08 \l 1057 ]. Menurut

Departemen Kesehatan RI (2005), kader adalah anggota masyarakat yang

dipilih untuk menangani masalah kesehatan, baik perseorangan maupun

masyarakat, serta untuk bekerja dalam hubungan yang amat dekat dengan

tempat pelayanan kesehatan dasar. Meskipun pada mulanya mereka ditunjuk

dengan kondisi yang belum tahu apa-apa yang akan dikerjakan tetapi sebagian

mereka tidak merasa keberatan, menyesal dan tidak terpaksa. Keterampilan


19

kader merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam sistem pelayanan di

Posyandu (Maisya & Putro, 2011).

Menurut Anggraeni (2014, h.38), kader posyandu lansia merupakan

suatu penggerak terpenting dalam menjalankan tujuan yang dimiliki posyandu

lansia tersebut. Tenaga kader dalam menjalankan pelayanan kesehatan di

posyandu merupakan sumber daya yang penting dan sangat dibutuhkan untuk

mencapai kinerja yang optimal. Dalam hal ini, kader posyandu lansia juga

dituntut memberikan pelayanan yang optimal sehingga kinerja yang

dikeluarkan baik dan pengguna jasa pelayanan dalam hal ini lansia juga dapat

merasakan kenyamanan dalam posyandu lansia tersebut (Febriyani, 2016).

2. Peran Kader

Peran kader posyandu menurut Fallen (2010, hh. 60-61 dalam

Febriyani, 2016), meliputi:

a. Perencana kegiatan

Merencanakan kegiatan antara lain menyiapkan data-data, melaksanakan

survey mawas diri, membahas hasil survey, menyajikan dalam Musyawarah

Masyarakat Desa (MMD), menentukan masalah dan kebutuhan kesehatan

masyarakat, menentukan kegiatan penanggulangan masalah kesehatan

bersama masyarakat, membahas pembagian tugas menurut jadwal kerja

b. Komunikator

Melakukan komunikasi, kunjungan, informasi dan motivasi dengan

menggunakan alat peraga dan percontohan


20

c. Penggerak

Menggerakkan masyarakat untuk bergotong royong, memberikan informasi

dan mengadakan kesepakatan kegiatan apa yang akan dilaksanakan dan

lain-lain

d. Pemberi pelayanan

Memberikan pelayanan yaitu membagi obat, membantu mengumpulkan

bahan pemeriksaan, mengawasi pendatang di desanya dan melapor,

memberikan pertolongan pemantaun penyakit, memberikan pertolongan

pada kecelakaan dan lain sebagainya.

Dilihat dari uraian peran kader posyandu tersebut dapat disimpulkan

bahwa peran kader dalam kegiatan Posyandu mempunyai peranan penting

karena kader sebagai pengelola yang menjalankan dan melaksanakan kegiatan-

kegiatan di Posyandu. Menurut Anggraeni (2014, h.38), keberhasilan Posyandu

dapat dilihat dari jumlah kunjungan masyarakat untuk memanfaatkan Posyandu

sangat ditentukan oleh peran kader [ CITATION Feb16 \l 1057 ].

3. Syarat Kader

Menurut Efendi & Makhfudli (2013), persyaratan untuk menjadi

kader, antara lain:

a. Dapat membaca dan menulis bahasa Indonesia dengan baik

b. Secara fisik dapat melaksanakan tugas-tugas sebagai kader

c. Mau dan mampu bekerja secara sukarela

d. Aktif dalam kegiatan sosial maupun pembangunan desa

e. Dipilih dari masyarakat dengan prosedur yang disesuaikan dengan kondisi

setempat
21

f. Tinggal tetap di desa yang bersangkutan

g. Sabar dan paham mengenai masalah yang dihadapi usia lanjut

4. Tugas Kader Posyandu

Menurut Depkes RI ( 2003:138), tugas kader posyandu lansia antara

lain: Menyiapkan alat dan bahan, melaksanakan pembagian tugas, menyiapkan

materi/media penyuluhan, mengundang lansia untuk datang ke posyandu,

pendekatan tokoh masyarakat, mendaftar lansia, mencatat kegiatan sehari-hari

lansia, menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan lansia, membantu

petugas kesehatan dalam melakukan pemeriksaan kesehatan dan status mental,

serta mengukur tekanan darah lansia, memberikan penyuluhan, membuat

catatan kegiatan posyandu, kunjungan rumah kepada lansia yang tidak hadir di

posyandu, evaluasi bulanan dan perencanaan kegiatan posyandu [ CITATION

Sum151 \l 1057 ].

E. Konsep Keaktifan Lansia

1. Definisi

Menurut Suryabrata (2002), istilah keaktifan mempunyai arti sama

dengan aktivitas yaitu banyak sedikitnya orang-orang yang menyatakan diri,

menyatakan perasaan-perasaan dan pikiran-pikirannya dalam tindakan yang

spontan. Keaktifan lansia dalam kegiatan posyandu lansia tidak lain adalah

untuk mengotrol kesehatan mereka sendiri. Mereka aktif dalam kegiatan fisik

maupun mental dapat dilihat dari usahanya untuk menghadiri dan mengikuti

setiap kegiatan posyandu lansia [ CITATION Kho13 \l 1057 ].


22

2. Penggolongan Keaktifan

Menurut Suryabrata (2002 dalam Khoirunnisa, 2013), penggolongan

keaktifan dibedakan menjadi dua, yaitu:

a. Golongan aktif

Yaitu golongan yang karena alasan yang lemah saja yang tidak dilakukan.

Sifat dari golongan ini antara lain: sibuk, riang gembira, dengan kuat

menentang penghalang, mudah mengerti, pandangan luas.

b. Golongan tidak aktif

Yaitu golongan yang tidak mau bertindak walaupun dengan alasan-alasan

yang kuat. Sifat-sifat golongan ini antara lain: cepat putus asa, semua

masalah dianggap berat, tidak praktis, pandangan sempit.

3. Peran aktif lansia

Lansia diharapkan dapat bersama-sama mewujudkan kesehatandengan cara:

a. Berperan aktif dalam kegiatan penyuluhan

b. Olahraga secara teratur sesuai kemampuan

c. Menjalani pemeriksaan kesehatan secara berkala

d. Menjalani pengobatan

e. Meningkatkan upaya kemandirian dan pemenuhan kebutuhan pribadi

4. Indikator keteraturan mengikuti program posyandu

Keteraturan adalah kegiatan atau proses yang terjadi beberapa kali atau

lebih. Ketentuan dalam mengikuti kegiatan di posyandu dilihat berdasarkan

frekuensi kehadiran dalam kegiatan posyandu, dimana dikatakan teratur/aktif

jika frekuensi kehadiran mengikuti kegiatan posyandu minimal 8 kali dalam

waktu satu tahun dan dikatakan tidak teratur/tidak aktif jika frekuensi
23

mengikuti kegiatan posyandu kurang dari 8 kali dalam satu tahun (Astuti &

Rifqoh, 2010).

5. Faktor yang Mempengaruhi Keaktifan Lansia ke Posyandu

Menurut (Anggraini, et al., 2015), Kunjungan lansia ke posyandu

dipengaruhi beberapa faktor yaitu:

a. Pengetahuan

b. Dukungan keluarga

c. Jarak tempat tinggal dengan posyandu

d. Sarana dan prasarana

e. Perilaku dari lansia

f. Ekonomi

g. Keadaan fisik dari lansia

h. Peran kader posyandu

i. Peran teman sesama lansia

Anda mungkin juga menyukai