Anda di halaman 1dari 20

PEDOMAN PENYELENGGARAAN

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI


INKLUSIF

Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini


Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Kompleks Perkantoran Kemdikbud, Gedung E, Lantai 7 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat
Jl. Jenderal Sudirman, Senayan, Jakarta Pusat 10270
Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini
Telepon. (021) 5703151, laman: www.paud.kemdikbud.go.id Tahun 2018
PEDOMAN PENYELENGGARAAN
PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
INKLUSIF

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat
Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini
Tahun 2018

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI INKLUSIF i


PEDOMAN PENYELENGGARAAN Kata Sambutan
PENDIDIKAN ANAK USIA DINI INKLUSIF
Diterbitkan oleh:

P
Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini endidikan adalah hak bagi setiap warga negara Indonesia. Hak memperoleh pendi-
Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat dikan dijamin dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Pasal 31 Ayat 1 yang menyatakan bahwa “Setiap warga negara berhak memperoleh
pendidikan yang layak”. Pada tataran internasional, dikenal adanya Konvensi Hak-Hak
vi+ 30 hlm + foto; 21 x 28,5 cm Ekonomi, Sosial dan Budaya, sebagai sebuah Pakta Internasional tentang “Perlindungan
Hak-Hak Warga Negara”. Salah satu pasal dalam konvensi tersebut adalah pengaturan
ISBN: hak-hak warga negara dalam pendidikan yang disahkan pada Tahun 1966. Demikian pula
978-602-6964-14-4 Konvensi Internasional dalam bidang Pendidikan di Dakar, Senegal Afrika Selatan tahun
2000 telah mengamanatkan semua negara untuk wajib memberikan pendidikan dasar
Pengarah: yang bermutu secara gratis kepada semua warga.
Ir. Harris Iskandar, Ph.D
Indonesia juga turut terlibat dalam kesepakatan SDG’s (Sustainable Development Goals)
Penyunting: yang telah disepakati oleh negara-negara anggota PBB pada tahun 2015. Sebagai tindak
Dr. Muhammad Hasbi lanjut, Presiden telah mengeluarkan Peraturan Presiden No. 59 Tahun 2017 tentang
Dra. Kurniati Restuningsih, M.Pd Pelaksanaan Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Salah satu dari 17 tujuan yang
akan dicapai adalah menyediakan pendidikan yang berkualitas, inklusif dan berkesetaraan
Tim Penulis: untuk mendukung kesempatan belajar sepanjang hayat bagi semua.
Dr. Asep Supena Penyusunan Prosedur Operasi Standar (POS) PAUD Inklusif merupakan upaya untuk
Siti Nuraeni P., M.Sp.Ed menata pemenuhan hak memperoleh pendidikan bagi anak usia dini yang memiliki
Rahmitha P. Soedjojo kebutuhan khusus, sehingga mereka dapat menikmati layanan yang berkualitas, Inklusif
Mareta Wahyuni dan berkesetaraan. POS ini diharapkan dapat membantu terlaksananya pembelajaran
Dona Paramita yang mampu membentuk sikap, pengetahuan, dan keterampilan peserta didik yang lebih
Candi Rasyidi konsisten sejak awal, sehingga mereka mampu berkembang menjadi sumber daya manusia
Shoba Dewey C. yang memiliki kompetensi sikap beragama, kreatif, inovatif, dan berdaya saing. Tanggung
jawab dalam memberikan layanan ini harus dipikul bersama antara pemerintah, pengelola/
Desain/Layout:
lembaga PAUD Inklusif, orang tua, serta masyarakat.
Yulianto
Saya memberikan penghargaan kepada Direktorat Pembinaan PAUD yang telah menyusun
Foto-foto: POS PAUD Inklusif, di tengah – tengah terbatasnya buku PAUD Inklusif, untuk memudahkan
Dokumen Dit. Pembinaan PAUD Pendidik dan Tenaga Kependidikan dalam memberikan layanan yang berkualitas kepada
anak berkebutuhan khusus. Semoga kehadiran POS ini mampu memberi kontribusi
Sekretariat: membantu terselenggaranya layanan PAUD Inklusif yang berkualitas.
Noor Ilman Saputra
Eko Tri Rakhmawati Jakarta, Desember 2018
Direktur Jenderal PAUD dan DIKMAS,

Ir. Harris Iskandar, Ph.D.


NIP 196204291986011001

ii PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI INKLUSIF iii


Kata Pengantar Daftar Isi

P
endidikan inklusif telah berkembang menjadi kebutuhan yang tidak terelakan. Be-
berapa regulasi yang berkaitan dengan inklusi telah tersedia melalui Peraturan Kata Sambutan ........................................................................................... iii
Pemerintah Nomor 66 Tahun 2010 serta Salinan Peraturan Menteri Pendidikan
Kata Pengantar ........................................................................................... iv
Nasional Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2010 dan Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Republik Indonesia Nomor 70 pada tahun 2009. Regulasi ini berlaku mulai Daftar Isi ..................................................................................................... v
dari Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sampai dengan Perguruan Tinggi. Pendahuluan ............................................................................................... 1
Prosedur Operasi Standar (POS) PAUD Inklusif merupakan pedoman dalam melak- A. Latar Belakang ................................................................................... 1
sanakan identifikasi dan assesmen, melaksanakan pembelajaran, melakukan bimbin- B. Landasan Filosofis ............................................................................... 2
gan, menyediakan sarana dan prasarana, yang mengacu pada Kurikulum 2013 Pendi- C. Dasar Hukum ..................................................................................... 2
dikan Anak Usia Dini (PAUD), sesuai dengan teori, filosofi, dan landasan pengemban- D. Tujuan Penulisan ................................................................................. 3
gan kurikulum 2013 PAUD. POS PAUD Inklusif ini disusun secara sederhana, menarik, E. Sasaran ............................................................................................... 3
ramah, dan aplikatif agar dapat dipahami dan dilaksanakan oleh Pendidik dan Tenaga F. Ruang Lingkup ................................................................................... 3
Kependidikan PAUD yang memiliki potensidan kondisi beragam, untuk dapat dijadikan Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus........................................................ 5
rujukan sesuai dengan kajian-kajian yang melandasinya. Layanan Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus................................ 11
POS PAUD Inklusif ini memungkinkan untuk dilakukan penyesuaian lebih lanjut sesuai A. Pendidikan Inklusif ............................................................................. 11
dengan kondisi, potensi, dan budaya setempat, serta sangat terbuka untuk perbaikan B. Prinsip Pendidikan Inklusif .................................................................. 13
dan penyempurnaan di masa mendatang. Untuk itu, kami mengundang parapembaca Penutup ...................................................................................................... 22
memberikan saran dan masukan untuk perbaikan dan penyempurnaan.
Daftar Pustaka ............................................................................................ 23
Terima kasih kepada penyusun, penelaah, penyunting, dan semua pihak yang telah Lampiran .................................................................................................... 24
bekerja keras menyelesaikan POS PAUD Inklusif ini. Semoga Allah SWT senantiasa
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua dan dapat memberikan Tanya Jawab Seputar pendidikan Inklusif .................................................... 29
yang terbaik bagi kemajuan pendidikan anak usia dini.

Jakarta, Desember 2018


Direktur Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini

Dr. Muhammad Hasbi, M. Pd


NIP 197306231993031001

iv PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI INKLUSIF v


Pendahuluan
“Anak-anak harus dididik,
tapi mereka harus ditinggalkan untuk A. Latar Belakang

mendidik dirinya sendiri” Pendidikan Inklusif di Indonesia telah didukung secara yuridis yaitu melalui Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 70 pada tahun 2009 dan
- Abbe Dimnet -
Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2010 serta Salinan Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2010. Peraturan Negara
ini tidak saja untuk tingkatan SD sampai dengan sampai tingkat perguruan tinggi,
tetapi juga dimulai tingkatan PAUD. Pendidikan Inklusif saat ini sudah menjadi
kebutuhan dan sudah dilaksanakan oleh banyak lembaga pendidikan dari berbagai
tingkatan. Semakin banyak anak berkebutuhan khusus yang membutuhkan layanan
Pendidikan Inklusif membuat Pemerintah dalam hal ini Direktorat Pembinaan
Pendidikan Anak Usia Ditjen PAUD dan Dikmas harus memberikan perhatian khusus,
sehingga lembaga-lembaga yang memberikan layanan PAUD Inklusif menjadi lebih
luas dan berkualitas dalam layanannya.
Indonesia Menuju Pendidikan Inklusif secara formal dideklarasikan pada tanggal
11 Agustus 2004 di Bandung, dengan harapan dapat menggalang sekolah reguler
untuk mempersiapkan pendidikan bagi semua anak berkebutuhan khusus. Hal
ini diperkuat dengan adanya symposium Internasional di Sumatera Barat pada
bulan September tahun 2005 tentang “Inclusion and the Removal of Barriers to
learning, participation and development” yang diselenggarakan oleh pemerintah
melalui Direktorat Pendidikan Luar Biasa. Berdasarkan hal itu maka pada tahun 2009
pemerintah mengeluarkan peraturan menteri nomor 70 tentang pendidikan Inklusif.
Peraturan hukum dan berbagai produk kesepakatan mendorong Direktorat
Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini mengeluarkan Pedoman Penyelenggaraan
Pendidikan Anak Usia Dini Terpadu yang dikeluarkan pada tahun 2012. Dalam buku
Pedoman Penyelenggaran PAUD Terpadu dalam Prinsip PAUD pada prinsip ke empat
dinyatakan bahwa “Anak-anak dengan kelainan fisik dan/atau perkembangan
mental berhak memperoleh layanan PAUD, baik dalam bentuk pendidikan khusus
maupun Inklusif” dan bagian Prinsip Penyelenggaraan Program PAUD terpadu pada
prinsip ke-7 dinyatakan bahwa “Setiap Satuan PAUD wajib berupaya menampung
anak-anak berkebutuhan khusus sebatas kapasitas yang dimiliki dengan tetap
menjamin hak-hak anak yang bersangkutan untuk bergaul dengan sesama peserta
didik secara wajar serta terlindungi dari perlakuan diskriminatif, baik dari peserta
didik lain, pendidik, maupun orang dewasa lainnya”.

vi PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI INKLUSIF 1


B. Landasan Filosofis 16. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 137, Tahun 2014 tentang
Standar PAUD.
Berdasarkan Prosedur Operasi Standar Pendidikan Inklusi Direktorat Pembinaan
17. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 146, Tahun 2014 tentang
Sekolah Luar Biasa Direktorat Jenderal Mandikdasmen Departemen Pendidikan
Kurikulum PAUD.
National Tahun 2007 landasan filosofis pendidikan inklusif adalah:
D. Tujuan Penulisan
1. Setiap anak mempunyai hak mendasar untuk memperoleh pendidikan
2. Setiap anak mempunyai potensi, karakteristik, minat, kemampuan dan kebutuhan Tujuan Umum
belajar yang berbeda Buku ini disusun sebagai Pedoman untuk Penyelenggaraan PAUD Inklusif Di
3. Sistem pendidikan seyogyanya dirancang dan dilaksanakan dengan memperhatikan Indonesia. Pedoman ini dapat membantu meningkatkan kualitas pendidikan di
keanekaragaman karakteristik dan kebutuhan anak lembaga penyelenggara PAUD Inklusif.
4. Anak berkebutuhan khusus mempunyai hak untuk memperoleh akses pendidikan
Tujuan Khusus
di sekolah umum
5. Sekolah umum dengan orientasi inklusi merupakan media untuk menghilangkan 1. Sebagai panduan dalam melaksanakan pembelajaran dan atau pengembangan
sikap diskriminasi, menciptakan masyarakat yang ramah, membangun masyarakat semua aspek pada anak usia dini berdasarkan pedoman Identifikasi dan Asesmen
yang inklusif dan mencapai pendidikan bagi semua. AUD yang ada di bahan ajar ini.
C. Dasar Hukum 2. Sebagai panduan untuk mengembangkan Program Pengembangan Individual
1. Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia 1948 (Declaration of Human Rights) (PPI) dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian Individual (RPPHI).
2. Konvensi Hak Anak 1989 (Convention on the rights of the Child) E. Sasaran
3. Deklarasi Dunia tentang Pendidikan untuk Semua (Education for All) - Jomtien,
1. Pengelola/Penyelenggara lembaga
Thailand, 1990.
4. Resolusi PBB Nomor 48/96 tahun 1993: Peraturan Standar tentang Persamaan 2. Guru-guru yang mengajar di lembaga PAUD Inklusif
Kesempatan bagi Penyandang Disabilitas (Standard Rules on Equalization of 3. Kepala Sekolah
Opportunities for Persons with Disabilities). 4. Penilik/Pengawas.
5. Pernyataan Salamanca (UNESCO), Spanyol, 1994.
F. Ruang Lingkup
6. Konvensi Hak-hak Penyandang Disabilitas (Convention on the Rights of Persons
with Disabilities) (Resolusi PBB 61/106, 13 Desember 2006) Buku pedoman ini menyajikan informasi tentang penyelenggaraan PAUD Inklusif.
7. Undang-Undang Dasar 1945 (amandemen), khususnya pasal 31 ayat (1): “setiap Informasi ini mencakup uraian tentang latar belakang perlunya buku pedoman,
warga negara berhak mendapat pendidikan “, dan ayat (2): “setiap warga negara tujuan penulisan buku pedoman, hakikat anak berkebutuhan khusus, hakikat
wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya”. pendidikan Inklusif, prasyarat, kurikulum, pembelajaran, sarana, SDM, dan evaluasi
8. Undang-undang No: 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia. pembelajaran dalam pendidikan inklusif.
9. Undang-Undang No. 4 tahun 1997 tentang Penyandang Cacat.
10. Undang-Undang Republik Indonesia No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
11. Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
12. Undang-undang nomor 19 tahun 2011 tentang Ratifikasi Konvensi Hak-hak
Penyandang Disabilitas.
13. Undang-undang nomor 8 tahun 2016 tentang penyandang disabilitas.
14. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 tahun 2010 tentang
Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan.
15. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) nomor 70 tahun 2009,
tentang Pendidikan Inklusif bagi Peserta Didik yang Memiliki Kelainan dan Memiliki
Potensi Kecerdasan dan/atau Bakat Istimewa.

2 PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI INKLUSIF 3


Pengertian
Anak Berkebutuhan Khusus

D
alam kalangan masyarakat dan dalam buku-buku sering terdapat peristilahan.
Istilah impairment didefinisikan sebagai kehilangan, kerusakan atau
ketidaklengkapan dari aspek psikologis, fisiologis atau ketidak lengkapan/
kerusakan struktur anatomi. Istilah disability (ketidakmampuan) adalah keterbatasan
atau hambatan yang dialami oleh seorang individu sebagai akibat dari impairment
(kerusakan) tertentu. Sebagai contoh: karena kerusakan (impairment) tunarungu,
seorang anak mengalami kesulitan atau hambatan untuk mendengar atau memahami
pembicaraan atau berkomunikasi.
Istilah handicaps diartikan sebagai ketidak beruntungan (disadvantage) pada seorang
individu sebagai akibat dari impairment (kerusakan) atau disability (ketidakmampuan)
yang membatasi atau menghambat seseorang dalam menjalankan peranannya.
Handicap dapat dialami orang misalnya ketika tidak dapat berbahasa Inggris, tetapi
dalam kelas menggunakan bahasa Inggris. Anak tunanetra tidak mengalami handicap
ketika ia membaca dengan huruf braille. Jadi impairment akan memunculkan disability,
namun disability belum tentu memunculkan handicap.
ABK dikelompokkan menjadi dua yaitu ABK temporer (sementara) dan permanen
(tetap).
Adapun yang termasuk kategori ABK temporer antara lain:
1. Anak-anak yang berada di lapisan strata sosial ekonomi yang paling bawah
2. Anak-anak jalanan
3. Anak-anak korban bencana alam
4. Anak-anak di daerah perbatasan dan di pulau terpencil
5. Serta anak-anak yang menjadi korban HIV-AIDS

Anak-anak ini memerlukan layanan pendidikan kebutuhan khusus, yaitu pendidikan


yang disesuaikan dengan hambatan yang dialaminya tetapi anak ini tidak perlu dilayani
di sekolah khusus.

4 PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI INKLUSIF 5


Sedangkan yang termasuk kategori ABK permanen adalah: digolongkan sebagai low vision. Akibat mengalami hambatan dalam penglihatan
1. Anak-anak yang mengalami hambatan penglihatan (tunanetra) maka menimbulkan tiga keterbatasan utama:

2. Anak-anak yang mengalami hambatan pendengaran (tunarungu) 1. Dalam hal variasi dan luasnya pengalamanan
3. Anak-anak yang mengalami hambatan intelektual (tunagrahita) 2. Dalam hal orientasi dan mobilitas
4. Anak-anak yang mengalami hambatan fisik motorik (tunadaksa) 3. Dalam hal interaksi dengan lingkungan
5. Anak-anak yang mengalami hambatan emosi dan gangguan perilaku (tunalaras) B. Anak dengan gangguan
6. Anak-anak dengan spectrum autisme pendengaran (tunarungu)
7. Anak-anak dengan gangguan konsentrasi dan hiperaktif (ADHD = attention Ketidakmampuan mendengar dari
deficiency and hiperactivity disorders/ ADD = attention deficit disorder) yang ringan sampai yang berat,
8. Anak berkesulitan belajar digolongkan ke dalam tuli dan kurang
9. Anak berbakat dan sangat cerdas/cerdas istimewa (gifted dan talented) dengar. Seseorang yang mengalami
hambatan pendengaran akan
Istilah anak berkebutuhan khusus bukan merupakan terjemahan atau kata lain dari mengalami hambatan dalam bahasa.
anak penyandang cacat, tetapi anak berkebutuhan khusus mencakup spektrum yang Akibat mengalami hambatan dalam
luas yaitu meliputi anak berkebutuhan khusus temporer dan anak berkebutuhan pendengaran maka menimbulkan:
khusus permanen.
1. Kurangnya kosakata yang dikuasai
A. Anak dengan hambatan penglihatan (tunanetra) oleh anak

Definisi medis didasarkan pada 2. Kurangnya kemampuan komuni-


ketajaman penglihatan dan kasi anak
lantang pandangan. Seseorang C. Anak dengan gangguan
yang memiliki ketajaman intelektual (tunagrahita)
penglihatan (visus) 20/200
Menurut DSM V gangguan
atau kurang tergolong buta.
intelektual adalah gangguan
Sedangkan yang memiliki visus
dengan onset (saat yang paling
antara 20/70 tergolong low
bermakna untuk menyatakan bahwa
vision.
seseorang mengalami gangguan)
Definisi pendidikan didasarkan selama periode perkembangan
pada media apa yang digunakan yang mencakup defisit fungsi
untuk membaca dan menulis. intelektual dan adaptif di lingkup
Seseorang yang belajar dengan konseptual, sosial, dan praktis.
menggunakan indera perabaan Defisit dalam fungsi intelektual,
dan pendengaran digolongkan mencakup penalaran, pemecahan
sebagai buta. Sedangkan masalah, perencanaan, pemikiran
seseorang yang masih mampu abstrak, penilaian, belajar akademik
menggunakan penglihatannya dan belajar dari pengalaman,
untuk membaca meskipun serta pemahaman praktis yang
dengan tulisan yang dikonfirmasi oleh asesmen klinis dan
diperbesar (diadaptasi) mereka individu, dan test standar intelegensi.

6 PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI INKLUSIF 7


Defisit dalam fungsi adaptif yang menyebabkan kegagalan memenuhi standar yang memiliki kesalahan penyesuaian secara sosial, kecuali ia dinyatakan memiliki
perkembangan dan sosiokultural untuk kemandirian pribadi dan tanggung jawab sosial. gangguan emosi.
Tanpa dukungan berkelanjutan, batas defisit adaptif berfungsi satu atau beberapa
F. Anak-anak dengan spectrum autism (Autism Spectrum Disorder/ASD)
aktivitas kehidupan sehari-hari, seperti komunikasi, partisipasi sosial, dan hidup mandiri,
dan di berbagai lingkungan, seperti rumah, sekolah, pekerjaan, dan rekreasi. Kata autis berasal dari bahasa
Yunani “auto” berarti sendiri yang
D. Anak yang mengalami hambatan fisik motorik (tunadaksa) ditujukan pada seseorang yang
Anak yang mengalami gangguan motorik menunjukkan gejala seolah2 “hidup
adalah seseorang yang memiliki kelainan dalam dunianya sendiri. Autis adalah
fisik dan gangguan fungsi fisik. Kelainan fisik gangguan perkembangan pada
merupakan berbagai kelainan bentuk tubuh anak yang ditandai dengan adanya
yang berhubungan dengan tulang, sendi dan gangguan dan keterlambatan dalam
otot. Misalnya mereka yang menyandang bidang komunikasi/bahasa, perilaku,
kelainan amputie, kelainan bentuk tubuh dan interaksi sosial.
dan organ gerak, serta dislokasi sendi. Diagnosa ASD dari Triadic menjadi
gangguan fungsí fisik adalah seseorang yang Dyadic, sebelumnya diagnosa autisme
memiliki kondisi fisik normal tetapi memiliki ditegakkan jika muncul gangguan
fungsi fisik yang terganggu atau motoriknya pada 3 ranah, yaitu: komunikasi dan
terganggu. Misalnya penyandang polio dan bahasa, interaksi sosial dan perilaku
cerebral palsy. minat terbatas dan berulang. Namun
dalam DSM V, diagnosanya menjadi
E. Anak yang mengalami hambatan emosi
2 ranah, yaitu: hambatan komunikasi
dan gangguan perilaku (tunalaras)
sosial dan minat yang terfiksasi serta
Menurut the Individuals with Disabilities perilaku berulang.
Education Act (IDEA), Dari batasan di atas
Sebelumnya problem sensoris tidak disebutkan dalam DSM IV. Dalam DSM V,
dapat diartikan gangguan emosi adalah
profil sensoris anak dengan ASD dimasukkan dalam gejala minat yang terfiksasi
“…suatu kondisi yang menunjukkan satu
dan perilaku berulang. Misalkan: tidak menyukai makanan tertentu yang memiliki
atau lebih dari karakteristik yang terjadi
warna atau tekstur tertentu.
untuk periode waktu yang lama dan ditandai dengan suatu tingkatan yang buruk
berdampak pada kinerja pendidikan anak yaitu: G. Anak-anak dengan gangguan konsentrasi dan hiperaktif
1. Ketidakmampuan untuk belajar yang tidak dapat dijelaskan karena faktor (ADHD=attention deficiency and hiperactivity disorders/ ADD= attention
kecerdasan, sensori atau kesehatan. deficit disorder)
2. Ketidakmampuan untuk membangun atau memelihara hubungan interpersonal ADD Terminologi yang digunakan untuk menjelaskan gejala: kurangnya perhatian,
yang memuaskan dengan teman-teman dan para guru. cepat terganggu, dan memori yang buruk. ADHD Terminologi yang digunakan untuk
3. Ketidaktepatan tipe tingkah laku atau perasaan di bawah situasi lingkungan yang gejala tambahan dari ADD dengan disertai hiperaktif dan impulsif. ADHD adalah
normal. gangguan otak herediter yang mengganggu cara seseorang memproses informasi.
4. Perasaan yang konstan dalam ketidak bahagiaan atau depresi. ADHD tidak dikarenakan pengasuhan yang buruk atau karena lingkungan.
5. Kecenderungan untuk mengembangkan gejala-gejala fisik atau ketakutan Anak dengan ADD biasanya memiliki masalah dengan disorganisasi dan kelupaan
dihubungkan dengan masalah pribadi atau sekolah. Ditambahkan oleh IDEA, secara teratur. Mereka mungkin juga berjuang untuk fokus pada hal-hal yang tidak
gangguan emosi termasuk schizophrenia tetapi tidak terdapat pada anak-anak penting bagi mereka.

8 PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI INKLUSIF 9


H. Anak berkesulitan belajar
Biasa disebut dengan learning disabilities menurut definisi yang pertama adalah
darj PL 94-142, The Education for All Handicapped Children Act of 1975 :
Ketidakmampuan belajar spesifik ‘berarti gangguan dalam satu atau lebih dari
proses psikologi dasar yang terlibat dalam pemahaman atau dalam menggunakan
Layanan Pendidikan untuk
bahasa, lisan atau tulisan, yang dapat memanifestasikan dirinya dalam kemampuan
yang tidak sempurna untuk mendengarkan, hal, berbicara, membaca, menulis,
Anak Berkebutuhan Khusus
mengeja atau untuk melakukan perhitungan matematis. Istilah ini mencakup kondisi

L
seperti cacat persepsi, cedera otak, disfungsi otak minimal, disleksia dan afasia ayanan Pendidikan untuk ABK dapat berupa Sekolah Luar Biasa (SLB), sekolah
perkembangan. Istilah ini tidak termasuk anak-anak yang memiliki masalah belajar regular atau sekolah regular penyelenggara inklusif, dan home schooling. SLB
yang utama hasil visual, pendengaran atau motorik cacat keterbelakangan mental, di Indonesia terdiri dari SLB A untuk anak-anak yang mengalami hambatan
atau lingkungan, budaya, atau secara ekonomi kurang. penglihatan, SLB B untuk anak-anak yang mengalami hambatan pendengaran,
Menurut DSM V istilah learning disability menjadi Specific Learning Disability (SLD). SLD SLB C untuk anak-anak yang mengalami hambatan intelektual, SLB D untuk
mengacu signifikan dan persisten kesulitan belajar dan menggunakan budaya seseorang anak-anak yang mengalami hambatan fisik dan motorik, SLB E untuk anak-anak
sistem simbol (misalnya, alfabet, karakter, angka dalam bahasa arab) yang diperlukan yang mengalami hambatan emosi dan perilaku.
untuk membaca, menulis, dan aritmatika yang terampil, dan yang harus diajarkan. Sekolah regular penyelenggara inklusif adalah suatu layanan pendidikan yang sedang
I. Anak berbakat dan sangat cerdas/cerdas istimewa (gifted dan trend di masa sekarang. Selanjutnya dengan adanya Deklarasi Harbin tahun 1993 dan
talented) pernyataan Salamanca tahun 1994 lebih memperkuat tentang keberadaan anak luar
biasa di sekolah reguler, dengan memperhatikan kebinekaan mereka sebagai landasan
A United States Office of Education (Marland, 1982) menyatakan bahwa siswa untuk memperkaya dan men-chalenge-kan kemampuan mereka, dikenal dengan
berbakat umum dan khusus adalah mereka istilah pendidikan inklusif yang bertujuan semua siswa memperoleh
yang memiliki kemampuan luar biasa, mereka
memerlukan program yang berbeda (jauh 1. Belajar sepanjang hayat (life long learning)
di atas program yang biasa disediakan bagi 2. Ekuitas dan kualitas (equity and quality)
mereka yang “normal” dalam rangka untuk 3. Belajar dan berfikir (learning and thinkin)
merealisasikan sumbangan mereka kepada diri 4. Kemitraan rumah dan sekolah (school-home partnership),
mereka dan masyarakat.
5. Tinggal dan belajar di masyarakat (living and learning in a community)
Joseph Renzulli’s (1978) memberikan definisi 6. Kompetensi akademi dan social (academic and social competence)
yang terkenal dengan nama “three ring” untuk
menentukan konsep tentang keberbakatan. Homeschooling atau sekolah rumah adalah pendidikan untuk anak-anak di rumah
Menurutnya tingkah laku berbakat terdiri dari yang di ajarkan oleh orangtua atau tutor. Bagi orangtua yang berkeberatan apabila
tingkah laku interaksi dari tiga komponen yaitu anak-anak mereka bersekolah di SLB atau di sekolah regular. Juga bagi mereka yang
kemampuan di atas rata-rata-rata, komitmen tinggal jauh dari lembaga persekolahan dan atau lembaga non persekolahan.
yang tinggi terhadap tugas dan tingkat kreatifitas
A. PENDIDIKAN INKLUSIF
yang tinggi.
Salinan peraturan menteri pendidikan nasional republik indonesia nomor 70 tahun
Namun saat ini untuk kecerdasan digunakan
2009 Pasal 1 menyatakan bahwa: yang dimaksud dengan pendidikan inklusif adalah
Multiple Intelegence (MI) dari Howard Gadner.
“…sistem penyelenggaraan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada
semua peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan/

10 PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI INKLUSIF 11


atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam satu memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa untuk
lingkungan pendidikan secara bersama-sama dengan peserta didik pada umumnya” mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam satu lingkungan pendidikan secara
Pendidikan Inklusif merupakan sebuah sistem pendidikan yang mengakomodasi bersama-sama dengan peserta didik pada umumnya.
pendidikan untuk semua (baik untuk anak yang berkebutuhan khusus maupun untuk Dari pernyataan di atas maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan Inklusif adalah
anak yang tidak berkebutuhan khusus). Pembelajaran dalam konsep pendidikan sistem pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua peserta didik,
Inklusif dilakukan secara ramah dan terbuka, merangkul semua perbedaan dan termasuk yang berkebutuhan khusus, yaitu yang memiliki hambatan atau gangguan
meniadakan hambatan sehingga semua anak dapat berpartisipasi dalam proses dan potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau
pembelajaran. (Hull, 2002 dalam Faeny, 2006). pembelajaran dalam satu lingkungan pendidikan secara bersama-sama dengan
Pendidikan Inklusif berbeda secara signifikan dengan metode integrasi. Penekanan peserta didik pada umumnya untuk mengembangkan potensi, bakat dan minatnya
utama pada pendidikan Inklusif adalah bahwa anak-anak berkebutuhan khusus dan mendapatkan layanan pendidikan individual sesuai dengan kebutuhannya.
harus disertakan dalam semua program dan kegiatan sekolah, tidak seperti Definisi PAUD inklusif menurut Division for Early Childhood (DEC) and the National
pendekatan integrasi yang memberi kesempatan terbatas bagi siswa berkebutuhan Association for the Education of Young Children (NAEYC) tahun 2009 “…Early
khusus (Smith et al, 2005). Dalam konsep pendidikan Inklusif, pemisahan kelas dan childhood inclusion embodies the values, policies, and practices that support the
unit dinilai tidak pantas. Ruang kelas harus menjadi sebuah tempat dimana semua right of every infant and young child and his or her family, regardless of ability, to
anak-anak, meskipun mereka memiliki kebutuhan belajar yang berbeda, memiliki participate in a broad range of activities and contexts as full members of families,
hak milik dan bicara, bekerja dan berbagi bersama. (Inclusion International, 1998). communities, and society. The desired results of inclusive experiences for children
Sedangkan menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 70 tahun 2009 with and without disabilities and their families include a sense of belonging and
pasal 1 yang dimaksud dengan pendidikan Inklusif adalah sistem penyelenggaraan membership, positive social relationships and friendships, and development and
pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua peserta didik yang learning to reach their full potential. The defining features of inclusion that can
be used to identify high quality early childhood programs and services are access,
participation, and supports.” (hal.2)
Secara umum definisi tersebut adalah “… Inklusi anak usia dini mewujudkan
nilai, kebijakan, dan praktik yang mendukung hak setiap bayi dan anak kecil serta
keluarganya, terlepas dari kemampuan, untuk berpartisipasi dalam berbagai kegiatan
dan konteks yang luas sebagai anggota keluarga, komunitas, dan masyarakat. Hasil
yang diinginkan dari pengalaman inklusif untuk anak-anak regular dan anak-anak
yang memiliki kebutuhan khusus serta keluarga mereka adalah rasa memiliki dan
keanggotaan, hubungan sosial yang positif dan persahabatan, pengembangan
dan pembelajaran untuk mencapai potensi penuh mereka. Sedangkan ciri-ciri
dapat digunakan untuk mengidentifikasi program dan layanan anak usia dini yang
berkualitas tinggi adalah akses, partisipasi, dan dukungan”.

B. PRINSIP PENDIDIKAN INKLUSIF


1. Prinsip-Prinsip Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif
Ada beberapa prinsip dari Pendidikan Inklusif berdasarkan UNESCO (The
Salamanca Statement and Framework for Action on Special Needs Education -
World Conference on Special Needs Education: Access And Quality - Salamanca,
Spain, 7-10 June 1994) yaitu:

12 PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI INKLUSIF 13


a. Setiap anak memiliki hak dasar mendapatkan pendidikan dan harus diberi b. Prinsip kebutuhan individual
kesempatan untuk mencapai perkembangan yang optimal. Setiap anak memiliki kemampuan dan kebutuhan yang berbeda-beda, karena
b. Setiap anak memiliki karakteristik yang unik, minat, kemampuan dan kebutuhan itu pendidikan harus diusahakan untuk menyesuaikan dengan kondisi anak.
belajar.
c. Prinsip Kebermaknaan
c. Sistem pendidikan harus dirancang dan program pendidikan dilaksanakan
dengan memperhatikan keanekaragaman karakteristik dan kebutuhan. Pendidikan inklusif harus menciptakan dan menjaga komunitas kelas yang
d. Anak-anak dengan kebutuhan pendidikan khusus harus memiliki akses ke ramah, menerima keanekaragaman dan menghargai perbedaan.
sekolah reguler yang harus mengakomodasi mereka dalam rangka pembelajaran d. Prinsip keberlanjutan
yang berpusat pada anak. Pendidikan inklusif diselenggarakan secara berkelanjutan pada semua
e. Sekolah reguler dengan orientasi inklusif ini adalah cara yang paling efektif jenjang pendidikan.
untuk memerangi sikap diskriminasi, menciptakan masyarakat yang ramah,
e. Prinsip Keterlibatan
membangun masyarakat yang inklusif dan mencapai pendidikan untuk semua,
termasuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas biaya seluruh sistem pendidikan. Penyelenggaraan pendidikan inklusif harus melibatkan seluruh komponen
pendidikan terkait.
Prinsip menyelenggarakan pendidikan inklusif menurut Prosedur Operasi Standar
Pendidikan Inklusi Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa Direktorat Jenderal Penyelenggaraan pendidikan inklusif harus melibatkan seluruh komponen pendidikan
Mandikdasmen Departemen Pendidikan National Tahun 2007: terkait. Sedangkan Prinsip-prinsip dari pendidikan Inklusif bagi anak usia dini menurut
A Joint Position Statement of the Division for Early Childhood (DEC) and the National
a. Prinsip pemerataan dan peningkatan mutu
Association for the Education of Young Children (NAEYC) - April 2009:
Pemerintah mempunyai tanggung jawab untuk menyusun strategi upaya
a. Akses
pemerataan kesempatan memperoleh layanan pendidikan dan peningkatan
mutu. Pendidikan inklusif merupakan salah satu strategi upaya pemerataan PAUD Inklusif hendaknya mampu menyediakan akses bagi semua anak
kesempatan memperoleh pendidikan, karena lembaga pendidikan inklusi bisa dalam memanfaatkan alat main, mengeksplorasi lingkungan, serta berbagai
menampung semua anak yang belum terjangkau oleh layanan pendidikan aktivitas. Desain lingkungan main hendaknya bersifat universal dan dapat
lainnya. Pendidikan inklusif juga merupakan strategi peningkatan mutu, dijangkau oleh bermacam kondisi anak yang berbeda. Di berbagai situasi,
karena model pembelajaran inklusif menggunakan metodologi pembelajaran guru dapat memodifikasi alat main ataupun perlengkapan agar dapat
bervariasi yang bisa menyentuh pada semua anak dan menghargai perbedaan. digunakan oleh anak didiknya. Selain itu, disain lingkungan yang universal
juga memungkinkan daya jangkau anak menjadi terfasilitasi. Penggunaan
teknologi jika diperlukan juga dapat menambah daya akses anak-anak
berkebutuhan khusus.
b. Partisipasi
Guru berkewajiban memberikan dukungan baik bagi anak berkebutuhan
khusus, maupun anak pada umumnya untuk berpartisipasi dalam kegiatan
yang dilakukan di sekolah. Hal demikian memungkinkan tercapainya
perkembangan sosial emosional anak yang optimal, yang mencerminkan
karakteristik dari PAUD Inklusif yang berkualitas.
c. Dukungan
Bentuk dukungan bagi anak berkebutuhan khusus di PAUD Inklusif
merupakan kerjasama dari semua pihak yang terkait. Berbagai pihak yang
diharapkan dapat saling membantu adalah orangtua, terapis, guru, pihak
sekolah, dan profesi lain sehingga diperoleh hasil yang optimal.

14 PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI INKLUSIF 15


2. Prasyarat Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif b. Modifikasi
Sebelum menyelenggarakan pendidikan inklusif maka ada beberapa prasyarat Kurikulum umum dirubah untuk disesuaikan dengan kebutuhan dan
yang harus ada: kemampuan anak.

a. Kebijakan dari pemerintah tentang penyelenggaraan pendidikan inklusif c. Subtitusi


b. Ada kesadaran, sikap positif dan kemauan dari fihak sekolah dan berbagai Beberapa bagian kurikulum umum ditiadakan tetapi diganti dengan sesuatu
stakeholders lainnya untuk menerima dan melayani ABK di sekolah regular yang kurang lebih setara
c. Guru-guru memiliki pemahaman tentang ABK dan memiliki kemampuan dasar d. Omisi
tentang cara memberikan layanan pendidikan pada mereka
Beberapa bagian dari kurikulum umum ditiadakan sama sekali karena tidak
d. Ada guru pembimbing khusus (GPK)
mungkin bagi ABK
e. Tersedia lingkungan fisik yang aksesabel bagi ABK
f. Tersedia system layanan akademik (kurikulum dan pembelajaran) yang dapat
mengkoordinir kebutuhan khusus ABK
g. Tersedia sarana pendukung untuk memperkuat pelaksanaan layanan pendidikan
Rancangan Kurikulum dan Pembelajaran
bagi ABK.
Pendidikan Inklusif
3. Kurikulum PAUD dalam seting Inklusif
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan atau peraturan pelaksanaan
pembelajaran yang mencakup pengaturan tentang tujuan, isi, proses dan
DUPLIKASI
evaluasi. Kurikulum yang digunakan harus fleksibel dan responsif terhadap
keberagaman kebutuhan semua anak yang ada penyesuaian terhadap tingkat
dan irama perkembangan individu. INFORMASI DARI
BERBAGAI SUMBER
Kurikulum PAUD secara umum memiliki Standar kompetensi anak usia dini terdiri
atas pengembangan aspek-aspek sebagai berikut: Nilai Agama dan Moral, Fisik MODIFIKASI
Motorik, Sosial emosional, Bahasa, Kognitif, dan Seni. Kurikulum dalam PAUD
Inklusif terdiri dari aspek pengembangan dan program khusus. KURIKULUM DAN
ANAK ASESMEN
PEMBELAJARAN
Prinsip pengembangan kurikulum PAUD Inklusif :
a. Kurikulum disesuaikan dengan kondisi ABK SUBTITUSI
b. Penyesuaian pada masing-masing ABK tidak sama
c. Penyesuaian tidak harus sama pada semua aspek perkembangan MEMPEROLEH INFORMASI
TENTANG SISWA
d. Alternatif penyesuaian bisa pada tujuan, materi, proses dan evaluasi
4. Model kurikulum PAUD inklusif mengikuti model kurikulum pendidikan
inklusif yaitu OMNISI
a. Duplikasi
Kurikulum ABK disamakan dengan kurikulum umum, contohnya seorang
anak mengalami gangguan motoric halus, tapi tidak mengalami gangguan
yang lain. Maka kurikulum untuk anak tersebut adalah duplikasi. Artinya
untuk aspek lain anak tersebut bisa mengikuti.

16 PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI INKLUSIF 17


5. Pembelajaran Idealnya guru yang mengajar di PAUD inklusif adalah guru kelas dan guru
Pembelajaran dalam setting pendidikan inklusif mempertimbangkan prinsip- pembimbing khusus (GPK)
prinsip pembelajaran yang disesuaikan dengan karakteristik belajar peserta Tenaga medis (dokter, fisiotherapist, occupational therapist, ahli terapi wicara)
didik. Pembelajaran dilakukan berdasarkan Program Pembelajaran Individual dan non medis (psikolog) juga diperlukan untuk membantu guru dan GPK
(PPI) yang dikembangkan berdasarkan hasil asesmen. Rancangan kurikulum dan dalam melakukan asesmen yang tidak bisa dilakukan oleh guru dan GPK. Selain
pembelajaran PAUD. Inklusif dapat dilihat pada gambar di bawah ini: itu tenaga medis dan non medis membantu guru dan GPK dalam melakukan
berbagai terapi yang diperlukan oleh anak.
Prosedur Pembelajaran dalam seting Inklusif bagi ABK 8. Evaluasi Pembelajaran Dalam Pendidikan Inklusif
Evaluasi adalah suatu proses atau kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui
keberhasilan peserta didik dalam mencapai tujuan dari kompetensi yang telah
ANAK IDENTIFIKASI ditetapkan. Proses.evaluasi berkaitan dengan lima hal yaitu isi, waktu, cara, alat
dan tempat. Dalam permendiknas no. 70/2007, sistem evaluasi dalam pendidikan
inklusif adalah: Penilaian hasil belajar bagi peserta didik pendidikan inklusif
mengacu pada kurikulum satuan pendidikan yang bersangkutan. Prinsip dalam
evaluasi adalah: kebersinambungan, keseluruhan, obyektifitas, dan kooperatif.
PROGRAM DOKUMEN
PEMBELAJARAN KOMPETENSI 9. Pengelolaan
INDIVIDUAL
ASESMEN Standar pengelolaan merupakan kegiatan manajemen satuan lembaga PAUD
Inklusif yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan
penyelenggaraan PAUD Inklusf. Pengelolaan dimaksudkan untuk menjamin
terpenuhinya hak dan kebutuhan anak, serta kesinambungan pelaksanaan
Pendidikan Anak Usia Dini Inklusif, yang terdiri atas :
a. Pengelolaan Administrasi,
PENILAIAN PELAKSANAAN PROGRAM
HASIL BELAJAR PEMBELAJARAN PEMBELAJARAN kegiatannya meliputi:
» Data anak dan perkembangannya
» Data lembaga
» Administrasi keuangan dan program.
6. Sarana dan Prasarana b. Pengelolaan Sumber Belajar/ Media,
kegiatannya meliputi pengadaan, pemanfaatan dan perawatan:
Penyediaan lingkungan yang ramah dan menyenangkan adalah salah satu » Alat bermain
persyaratan dalam penyelenggaraan PAUD inklusif. Selain komponen sekolah » Media pembelajaran
seperti tanah, gedung, kantor, gedung sekolah, laboratorium, ruang kedap » Sumber belajar lainnya.
suara bagi anak tunarungu, berbagai macam alat peraga bagi anak autis, serta
10.Prosedur Penerimaan Siswa ABK
alat-alat bantu pembelajaran yang kesemuanya diharapkan dapat menunjang
untuk anak dapat belajar secara efektif dan maksimal. Dalam prosedur penerimaan ABK di PAUD Inklusif, hal-hal yang perlu diperhatikan
adalah sebagai berikut:
7. Sumber Daya Manusia (SDM)
a. Pendaftaran
Sumber Daya Manusia (SDM) sangat penting dalam penyelenggaraan PAUD b. Deteksi dini tumbuh kembang
inklusif. SDM terdiri dari guru dan non guru (tenaga medis dan non medis). c. Identifikasi

18 PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI INKLUSIF 19


d. Asesmen 12.Keterlibatan Orang Tua
e. Hasil asessment dikomunikasikan kepada orang tua Penyelenggara PAUD Inklusif harus melibatkan orangtua, baik orangtua dari
f. Mou atau kesepakatan dengan orang tua. anak yang berkebutuhan khusus, maupun orang tua anak lain. Beberapa cara
untuk melibatkan orangtua adalah:
a. Mendorong dan memotivasi serta memfasilitasi para orangtua yang memiliki
anak berkebutuhan khusus untuk berperan aktif.
b. Menjadi guru pendamping anak. Untuk beberapa kasus anak berkebutuhan
khusus memerlukan pendampingan sampai pada anak dapat mandiri
c. Bekerjasama dengan guru (misalnya: bersama-sama membuat media
pembelajaran dan Alat Pendidikan Edukatif yang sederhana).
d. Bersama dengan guru dan tim ahli, orangtua mendiskusikan profil anak
berdasarkan hasil asesmen, untuk mengembangkan PPI
e. Orangtua dan anggota keluarga lainnya diharapkan terli-bat dalam proses
pengembangan potensi anak berkebutu-han khusus.
f. Membentuk komunitas orangtua dengan anak berkebu-tuhan khusus
untuk memfasilitasi penyelesaian masalah yang berkaitan dengan kegiatan
penatalaksanaan anak berkebutuhan khusus.
13.Evaluasi Penyelenggaraan PAUD Inklusif
Keberlangsungan lembaga PAUD Inklusif dalam menjalankan programnya dilihat
melalui kegiatan evaluasi, meliputi penilaian:
a. Keberlangsungan program
11.Rasio ABK dalam PAUD Inklusif b. Ketercapaian tujuan program
c. Faktor penghambat keberhasilan program
Rasio ABK dalam PAUD Inklusif adalah maksimal 2 Anak dalam 1 Rombel,
d. Langkah-langkah mengatasi hambatan
disesuaikan dengan daya dukung dalam sebuah PAUD Inklusif. Dalam menerima
ABK, Penyelenggara PAUD Inklusif perlu mempertimbangkan kemampuan Untuk dapat terus menjaga keberlangsungan penyelenggaraan PAUD Inklusif,
pendidik dalam mengelola pembelajaran di kelas. penyelenggara harus selalu melakukan observasi, evaluasi dan menyelesaikan
masalah-masalah yang terjadi sedini mungkin.
Selain itu perlu diperhatikan juga tingkat hambatan atau gangguan pada Anak
Berkebutuhan Khusus yang akan diterima sebagai anak didik pada PAUD inklusif.
Jika seluruh aspek mendukung maka jumlah ABK dalam setiap Rombel dapat
mencapai perbandingan 2 Anak dalam setiap 1 Rombongan Belajar. Jika tidak
maka rasio 1 ABK dalam setiap Rombel menjadi pilihan yang bijaksana.

20 PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI INKLUSIF 21


Daftar Pustaka
Penutup

S
eiring dengan meningkatnya jumlah anak usia dini berkebutuhan khusus Aspen Education Group, YOUR CHILD AND ADHD, http://www.4-adhd.com/youchildandadhd.
yang belum terlayani di sekolah luar biasa maka penyelenggaraan PAUD pdf
Inklusif sangat penting. Dilain pihak pendidik dan tenaga kependidikan di Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini, Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia
lembaga PAUD masih banyak yang belum memahami tentang AUD berkebutuhan Dini, Nonformal dan Informal, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2012),
khusus dan pemberian layanan yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI TERPADU
mereka.
Dsm-5 and icd-11: possible implications : possible implications for intellectual intellectual
Oleh sebab itu berbagai upaya telah dan sedang dilakukan untuk memperluas
disability and autism spectrum disability and autism spectrum disorder
akses layanan terhadap AUD berkebutuhan khusus. Untuk mengoptimalkan
https://aaidd.org/docs/default-source/annual-meeting/tasse-dsm5-id-definition-5-23-
layanan pendidikan bagi mereka maka maka Direktorat Pembinaan Anak Usia
2013-aaidd-2013.pdf?sfvrsn=0
Dini mengeluarkan buku Pedoman Penyelenggaraan PAUD Inklusif.
Buku Pedoman ini diharapkan dapat memberikan arah bagi penyelenggara PAUD Early Childhood Inclusion di kutip dari https: //www.naeyc.org /sites/default/files/globally-shared/
Inkluisf dan mendorong peningkatan akses dan mutu layanan PAUD Inklusif di downloads/PDFs/resources/position-statements/DEC_NAEYC_EC_updatedKS.pdf
Indonesia. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 70 TAHUN 2009 http ://
kelembagaan.ristekdikti.go.id / wp-content /uploads/ 2016 /11/Permen-No.-70-2009-
tentang-pendidiian-inklusif-memiliki-kelainan kecerdasan.pdf

Prosedur Operasi Standar Pendidikan Inklusi Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa
Direktorat Jenderal Mandikdasmen Departemen Pendidikan National Tahun
2007, dikutip dari https://hansdwi.wordpress.com/rosedur-operasi-standar-pendidikan-
inklusi-direktorat-pembinaan-sekolah-luar-biasa-direktorat-jenderal-mandikdasmen-
departemen-pendidikan-national-tahun-2007/

22 PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI INKLUSIF 23


Lampiran NO ASPEK INDIKATOR TIPE PAUD INKLUSIF

MINIMAL MENENGAH IDEAL


NO ASPEK INDIKATOR TIPE PAUD INKLUSIF 4 Organisasi 10 Koordinator pelaksana
MINIMAL MENENGAH IDEAL dan pendidikan inklusif di V V V
Kelembagaan sekolah
1 Regulasi 1 Permendiknas nomor
70 tahun 2009 tentang v v v 11 Surat tugas sebagai
pendidikan inklusif kordinator pendidikan V V V
inklusif
2 Permendikbud No. 137
tahun 2014 tentang Standar v v v 12 Job deskripsi kordinator
V V V
Nasional PAUD pendidikan inklusif

3 Permendikbud No. 146 5 Sosialisasi 13 Sosialisasi pendidikan


tahun 2014 tentang v v v inklusif kepada orang tua V V V
Kurikulum 2013 PAUD siswa

4 Acuan Penyelenggaran 14 Sosialisasi pendidikan


PAUD inklusif lainnya inklusif kepada komite V V V
v v v sekolah
(pedoman, juknis, model,
referensi, dll) 15 Sosialisasi pendidikan
2 Manajemen 5 POS Penerimaan ABK v v v inklusif kepada semua siswa V V V
dan staf sekolah
6 POS Penanganan ABK
perencanaan, pelaksanaan v v v 6 Lingkungan 16 Lingkungan sekolah yang
pembelajaraan dan evaluasi) fisik aman, bersih dan nyaman V V V
bagi semua anak
3 Pendanaan 7 Sekolah mengalokasikan
dana khusus untuk 17 Lingkungan sekolah yang
v v v aman, bersih dan nyaman V V V
mendukung pendidikan
inklusif bagi ABK

8 Pemda/dinas/suku dinas 18 Tersediannya sarana dan


mengalokasikan dana v v v prasarana di lingkungan
V V V
khusus ke sekolah inklusif sekolah yang memudahkan
akses bagi ABK
9 Alokasi dana dari
pemerintah untuk 7 Sarana dan 19 Tersediannya alat-alat
v v v alat pembelajaraan dan alat
mendukung pendidikan
inklusif di sekolah stimulasi yang dapat V V V
mendukung perkembangan
bagi ABK

24 PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI INKLUSIF 25


NO ASPEK INDIKATOR TIPE PAUD INKLUSIF NO ASPEK INDIKATOR TIPE PAUD INKLUSIF

MINIMAL MENENGAH IDEAL MINIMAL MENENGAH IDEAL

20 Ruang sumber (resource 11 Rujukan dan 39 Sekolah menyampaikan


v
room) Mitra rekomendasi terpi tambahan v v v
kepada tenaga ahli
21 Buku/bahan bacaan v v v
40 Sekolah membangun
22 Media belajar khusus ABK v v kerjasama dengan instansi
linnya ( dokter, neurolog, v v
8 Layanan 23 Pembelajaran reguler v v v
psikolog, psikiater, SLB,
24 Stimulasi oleh guru v v v autism center)

25 Stimulasi oleh GPK v v 12 Data 41 Data anak berkebutuhan


v v v
khusus
26 Stimulasi/ trapi oleh tenaga
v 42 Surat keterangan dokter v v v
ahli

27 Program pembelajaran 43 Riwayat terapi dan


v v v tindak lanjut yang pernah v v v
individual (PPI)
didapatkan sebelumnya
28 Bimbingan dan konseling v v v
44 Data kesehatan ABK
29 Pelaporan v v (riwayat kehamilan dan v v v
kelahiran)
9 Sumber saya 30 Guru kelas v v v
manusia 45 Data assement awal ABK
31 Tenaga kependidikan v v v v v
oleh sekolah
32 Guru pendamping (Shadow 46 Data fropil dan
v v v
Teacher) perkembangan ABK
33 Guru pembimbing khusus 13 Kurikulum 47 Kurikulum modifikasi bagi
v v v v
(GPK) anak berkebutuhan khusus
34 Psikolog v v 48 Media pembelajaran
khusus yang sesuai dengan v v
35 Terapis v
kebutuhan ABK
36 Konselor v
49 Penataan kelas dan sistem
10 Peningtatan 37 Pelatihan untuk guru kelas v v v pembelajaran yang sesuai v v
kompetensi dengan kebutuhan ABK
38 Pelatihan untuk GPK v

26 PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI INKLUSIF 27


NO ASPEK INDIKATOR TIPE PAUD INKLUSIF Tanya Jawab Seputar pendidikan Inklusif
MINIMAL MENENGAH IDEAL
1. Apa yang dimaksud dengan pendidikan Inklusif?
50 Sumber belajar yang
bervariasi untuk Jawaban:
v Pendidikan Inklusif adalah penyelenggaraan layanan pendidikan yang ramah dan
mengakomodir kebutuhan
ABK terbuka memberi kesempatan bagi semua anak-anak usia dini tanpa terkecuali
termasuk di dalamnya anak berkebutuhan khusus untuk belajar secara bersama-
51 Sistem evaluasi yang sesuai sama di tempat yang terdekat dengan anak.
v v v
dengan kebutuhan ABK
2. Mengapa PAUD mulai mempertimbangkan penyelenggaraan secara Inklusif?
52 Model atau teknik
Jawaban:
pelaporan (buku raport)
v v v Dengan berbagai macam pengaruh perkembangan anak mulai dari makanan
yang sesuai dengan konsep
pendidikan inklusif saat di kandungan dan sampai anak lahir, keturunan dan pola pengasuhan, telah
meningkatkan jumlah anak dengan berbagai macam hambatan perkembangan
14 Sistem 53 Pusat sumber baik fisik, kognitif dan psikososialnya. Jumlahnya terus bertambah. Mau tidak
v
dukungan mau lembaga penyelenggara pendidikan mesti mempertimbangkan pendidikan
Inklusif.
54 Kelompok kerja pendidikan
v v
inklusif 3. Bagaimana mengkondisikan atau mengkomunikasikan dengan orangtua
tentang PAUD Inklusif?
55 Kerjasama dengan instansi
lain yang terkait (PT, SLB, v Jawaban:
LSM dll) Mengundang orangtua ke sekolah untuk diberikan sosialisasi tentang pendidikan
Inklusif sehingga memiliki pengetahuan tentang penyelenggaraan pendidikan
Inklusif.

4. Apakah pendidikan Inklusif bisa diterapkan?


Jawaban:
Pendidikan Inklusif dapat diterapkan di Indonesia. Hal ini sesuai dengan amanat
Pancasila, UUD 1945, dan amandemen hak asasi manusia. Penerapan pendidikan
Inklusif lebih efektif dan efisien dalam penyelenggaraan. Contohnya apabila di
suatu daerah hanya terdapat satu atau beberapa anak berkebutuhan khusus
yang berbeda jenisnya, tidak akan mungkin mendirikan SLB hanya untuk anak-
anak tersebut. Jadi sebaiknya sekolah regular terdekat diharapkan menerima
anak tersebut. Keuntungan yang lain baik anak berkebutuhan khusus maupun
anak regular, dapat bersosialisasi dengan baik.

5. Bagaimana peran dan dampak pendidikan Inklusif bagi masyarakat?


Jawaban:
Masyarakat terdiri dari beragam karakteristik yang satu sama lain berbeda.
Begitu pula anak-anak yang beragam

28 PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI INKLUSIF 29


Catatan:

30 PEDOMAN PENYELENGGARAAN

Anda mungkin juga menyukai