Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

HARGA DIRI RENDAH (HDR)

Disusun Oleh:
ANA IRIANI
206410007

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

INSAN CENDEKIA MEDIKA

JOMBANG

2021
LAPORAN PENDAHULUAN HARGA DIRI RENDAH (HDR)

A. Definis

Harga diri seseorang di peroleh dari diri sendiri dan orang lain. Gangguan harga diri
rendah akan terjadi jika kehilangan kasih sayang, perilaku orang lain yang mengancam dan
hubungan interpersonal yang buruk. Tingkat harga diri seseorang berada dalam rentang tinggi
sampai rendah. Individu yang memiliki harga diri tinggi menghadapi lingkungan secara aktif
dan mampu beradaptasi secara efektif untuk berubah serta cenderung merasa aman. Individu
yang memiliki harga diri rendah melihat lingkungan dengan cara negatif dan menganggap
sebagai ancaman. (Keliat, 2011).

Menurut (Herman, 2011), gangguan jiwa ialah terganggunya kondisi mental atau
psikologi seseorang yang dapat dipengaruhi dari faktor diri sendiri dan lingkungan. Hal-hal
yang dapat mempengangaruhi perilaku manusia ialah keturunan dan konstitusi, umur, dan
sex, keadaan badaniah, keadaan psikologik, keluarga, adat-istiadat, kebudayaan dan
kepercayaan, pekerjaan, pernikahan dan kehamilan, kehilangan dan kematian orang yang di
cintai, rasa permusuhan, hubungan antara manusia.

B. Predisposisi
1. Faktor yang mempengaruhi harga diri
Meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua tidak realistis, kegagalan yang berulang,
kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain dan ideal
diri yang tidak realistis.
2. Faktor yang mempengaruhi peran.
Dimasyarakat umunya peran seseorang disesuai dengan jenis kelaminnya. Misalnya
seseorang wanita dianggap kurang mampu, kurang mandiri, kurang obyektif dan rasional
sedangkan pria dianggap kurang sensitive, kurang hangat, kurang ekspresif dibandingkan
wanita. Sesuai dengan standar tersebut, jika wanita atau pria berperan tidak sesuai
lazimnya maka dapat menimbulkan konflik diri maupun hubungan sosial.
3. Faktor yang mempengaruhi identitas diri.
Meliputi ketidak percayaan, tekanan dari teman sebaya dan perubahan struktur sosial.
Orang tua yang selalu curiga pada anak akan menyebabkan anak menjadi kurang percaya
diri, ragu dalam mengambil keputusan dan dihantui rasa bersalah ketika akan melakukan
sesuatu. Control orang yang berat pada anak remaja akan menimbulkan perasaan benci
kepada orang tua. Teman sebaya merupakan faktor lain yang berpengaruh pada identitas.
Remaja ingin diterima, dibutuhkan dan diakui oleh kelompoknya,
4. Faktor biologis
Adanya kondisi sakit fisik yang dapat mempengaruhi kerja hormon secara umum, yang
dapat pula berdampak pada keseimbangan neurotransmitter di otak, contoh kadar
serotonin yang menurun dapat mengakibatkan klien mengalami depresi dan pada pasien
depresi kecenderungan harga diri dikuasai oleh pikiran-pikiran negatif dan tidak berdaya.
C. Presipitasi
Masalah khusus tentang konsep diri disebabkan oleh setiap situasi yang dihadapi
individu dan ia tidak mampu menyesuaikan. Situasi atas stressor dapat mempengaruhi
komponen.
Stressor yang dapat mempengaruhi gambaran diri adalah hilangnya bagian tubuuh,
tindakan operasi, proses patologi penyakit, perubahan struktur dan fungsi tubuh, proses
tumbuh kembang prosedur tindakan dan pengobatan. Sedangkan stressor yang dapat
mempengaruhi harga diri dan ideal diri adalah penolakan dan kurang penghargaan diri dari
orang tua dan orang yang berarti, pola asuh yang tidak tepat, misalnya selalu dituntut,
dituruti, persaingan dengan saudara, kesalahan dan kegagalan berulang, cita-cita tidak
terpenuhi dan kegagalan bertanggung jawab sendiri. Stressor pencetus dapat berasal dari
internal dan eksternal:
a. Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan peristiwa yang
mengancam kehidupan.
b. Ketegangan peran berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan dan individu
mengalaminya sebagai frustasi.

Ada tiga jenis transisi peran:

a. Transisi peran perkembangan adalah perubahan normative yang berkaitan dengan


pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap perkembangan dalam kehidupan individu
atau keluarga dan norma-norma budaya, nilai-nilai serta tekanan untuk menyesuaikan
diri.
b. Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah atau berkurangnya anggota keluarga
melalui kelahiran atau kematian.
c. Transisi peran sehat-sakit terjadi akibat pergeseran dari sehat ke keadaan sakit. Transisi
ini dapat dicetuskan oleh kehilangan bagian tubuh, perubahan ukuran, bentuk,
penampilan atau fungsi tubuh, perubahan fisik yang berhubungan dengan tumbuh
kembang normal. Perubahan tubuh dapat mempengaruhi semua komponen konsep diri
yaitu gambaran diri, identitas diri, peran dan harga diri.
D. Tanda dan Gejala
1. Mengejek dan mengkritik diri.
2. Merasa bersalah dan khawatir, menghukum atau menolak diri sendiri.
3. Mengalami gejala fisik, misal: tekanan darah tinggi, gangguan penggunaan zat.
4. Menunda keputusan.
5. Sulit bergaul.
6. Menghindari kesenangan yang dapat memberi rasa puas.
7. Menarik diri dari realitas, cemas, panic, cemburu, curiga dan halusinasi.
8. Merusak diri: harga diri rendah menyokong klieb untuk mengakhiri hidup.
9. Merusak atau melukai orang lain.
10. Perasaan tidak mampu.
11. Pandangan hidup yang pesimitis.
12. Tidak menerima pujian.
13. Penurunan produktivitas.
14. Penolakan tehadap kemampuan diri.
15. Kurang memperhatikan perawatan diri.
16. Berpakaian tidak rapi.
17. Berkurang selera makan.
18. Tidak berani menatap lawan bicara.
19. Lebih banyak menunduk.
20. Bicara lambat dengan nada suara lemah.

E. Rentang Respon
Keterangan:

1. Aktualisasi diri adalah pernyataan diri positif tentang latar belakang pengalaman nyata
yang sukses diterima.
2. Konsep diri positif adalah individu mempunyai pengalaman yang positif dalam
beraktualisasi.
3. Harga diri rendah adalah transisi antara respon diri adaptif dengan konsep diri
maladaptif.
4. Kerancuan identitas adalah kegagalan individu dalam kemalangan aspek psikososial dan
kepribadian dewasa yang harmonis.
5. Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistis terhadap diri sendiri yang
berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat membedakan dirinya
dengan orang lain.

F. Pohon Masalah

G. Mekanisme Koping

Mekanisme koping menurut Deden (2013) :

a. Jangka pendek :
1. Kegiatan yang dilakukan untuk lari sementara dari krisis : pemakaian obat-
obatan, kerja keras, nonoton tv terus menerus.
2. Kegiatan mengganti identitas sementara: ikut kelompok sosial, keagamaan,
politik.
3. Kegiatan yang memberi dukungan sementara : kompetisi olah raga kontes
popularitas.
4. Kegiatan mencoba menghilangkan anti identitas sementara : penyalahgunaan
obat-obatan.
b. Jangka Panjang :
1. Menutup identitas : terlalu cepat mengadopsi identitas yang disenangi dari orang-
orang yang berarti, tanpa mengindahkan hasrat, aspirasi atau potensi diri sendiri.
2. Identitas negatif : asumsi yang pertentangan dengan nilai dan harapan
masyarakat.
c. Mekanisme Pertahanan Ego:
1. Mekanisme pertahanan ego yang sering digunakan adalah : fantasi, disasosiasi,
isolasi, proyeksi, mengalihkan marah berbalik pada diri sendiri dan orang lain.
H. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Melakukan pengkajian pada identitas klien secara lengkap serta pengkajian fisik dan
faktor predisposisi secara lengkap
b. Kemungkinan pada data subjektif didapatkan: Klie mengatakan saya tidak mampu,
tidak bisa, tidak tahu apa-apa, mengkritik diri sendiri serta mengungkapkan perasaan
malu terhadap diri sendiri.
c. Kemungkinan pada data objektif didapatkan: klien terlihat lebih suka sendiri, bingung
bila disuruh memilih alternatif tindakan dan ingin mencederai diri atau ingin
mengakahiri hidup.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan konsep diri: harga diri rendah.
3. Intervensi Keperawatan

N Diagnosa Perencanaan
o Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi

Gangguan TUM: Klien memiliki 1. Setelah 3 kali interaksi, klien  Bina hubungan saling percaya dengan meng-
konsep diri: konsep diri yang positif menunjukkan eskpresi wajah gunakan prinsip komunikasi terapeutik :
harga diri bersahabat, menun-jukkan rasa
TUK: a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun
rendah. senang, ada kontak mata, mau
non verbal.
1. Klien dapat membina berjabat tangan, mau
b. Perkenalkan diri dengan sopan.
hubungan saling menyebutkan nama, mau
c. Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan
percaya dengan menjawab salam, klien mau
yang disukai klien.
perawat. duduk berdampingan dengan
d. Jelaskan tujuan pertemuan.
perawat, mau mengutarakan
e. Jujur dan menepati janji.
masalah yang dihadapi.
f. Tunjukan sikap empati dan menerima klien apa
adanya.
g. Beri perhatian dan perhatikan kebutuhan dasar
klien.
2. Klien dapat 2. Setelah 3 kali interaksi klien  Diskusikan dengan klien tentang:
mengidentifikasi menyebutkan:
a. Aspek positif yang dimiliki klien, keluarga,
aspek positif dan
a. Aspek positif dan kemampuan lingkungan.
kemampuan yang
yang dimiliki klien. b. Kemampuan yang dimiliki klien.
dimiliki.
b. Aspek positif keluarga.  Bersama klien buat daftar tentang:
c. Aspek positif lingkung-an klien. a. Aspek positif klien, keluarga, lingkungan.
b. Kemampuan yang dimiliki klien.
 Beri pujian yang realistis, hindarkan memberi
penilaian negatif.
3. Klien dapat me-nilai 3. Setelah 3 kali interaksi klien  Diskusikan dengan klien kemampuan yang dapat
kemampuan yang menyebutkan kemampuan yang dilaksanakan.
dimiliki un-tuk dapat dilaksanakan  Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan
dilaksanakan pelaksanaannya.

4. Klien dapat 4. Setelah 3 kali interaksi klien  Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat
merencanakan membuat rencana kegiatan harian dilakukan setiap hari sesuai kemampuan klien:
kegiatan sesuai
a. kegiatan mandiri.
dengan kemampuan
b. kegiatan dengan bantuan.
yang dimiliki
 Tingkatkan kegiatan sesuai kondisi klien.
 Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang
dapat klien lakukan.

5. Klien dapat 5. Setelah 3 kali interaksi klien  Anjurkan klien untuk melaksanakan kegiatan
melakukan kegiatan melakukan kegiatan sesuai jadual yang telah direncanakan.
sesuai rencana yang yang dibuat.  Pantau kegiatan yang dilaksanakan klien.
dibuat.  Beri pujian atas usaha yang dilakukan klien.
 Diskusikan kemungkinan pelaksanaan kegiatan
setelah pulang.
6. Klien dapat 6. Setelah 3 kali interaksi klien  Beri pendidikan kesehatan pada keluarga
memanfaatkan memanfaatkan sistem pendukung tentang cara merawat klien dengan harga diri
sistem pendu-kung yang ada di keluarga. rendah.
yang ada.  Bantu keluarga memberikan dukungan selama
klien di rawat.
 Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di
rumah.
DAFTAR PUSTAKA

Stuart, W. Gail. (2016). Keperawatan Kesehatan Jiwa. Singapore: Elsevier

Yusuf, Ah, Rizky Fitryasari PK dan Hanik Endang Nihayati. (2015). Buku Ajar Keperawatan
Jiwa. Jakarta: Salemba Medika

Keliat, Budi Anna. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas: CMHN(Basic Course).
Jakarta: EGC

Mulyono, Andri,.2013. Asuhan Keperawatan dengan HArgaDiri Rendah diakses dari


http://eprints.ums.ac.id/25936/11/NASKAH_PUBLIKASI.pdf Pada 12 Juni 2018

Halifah, Nur Eka,.2016. Bab II Tinjauan Teori diakses dari


http://repository.ump.ac.id/1076/3/EKA%20NUR%20HALIFAH%20BAB%20II.pdf
pada 12 Juni 2018

Elinia, Sury,.2016. Tinjauan Tero dan Konsep Harga Diri Rendah diakses dari
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/167/jtptunimus-gdl-eliniasury-8333-2-babii.pdf
pada 12 Juni 2018

Saktian, Yusuf,.2018. Strategi Pelaksanaan Isolasi Sosial diakses dari


https://www.academia.edu/28333219/STRATEGI_PELAKSANAAN_ISOLASI_SOSI
AL_STRATEGI_PELAKSANAAN_1_SP_1_ISOLASI_SOSIAL pada 12 Juni 2018

Anda mungkin juga menyukai