Anda di halaman 1dari 19

1

ANALISIS PENGARUH FRAUD PENTAGON TERHADAP FRAUDULENT


FINANCIAL REPORTING DENGAN MENGGUNAKAN MODEL ALTMAN
(Studi Empiris pada Perusahaan Sektor Keuangan dan Perbankan di Indonesia)

Junardi
Program Studi Magister Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Tanjungpura
email: Jun.thriller7@gmail.com

Dosen Pembimbing I
Dr. Nella Yantiana, SE, MM, Ak, CA, CMA
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Tanjungpura

Dosen Pembimbing II
Khristina Yunita, SE, M.Si, Ak, CA
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Tanjungpura

Universitas Tanjungpura
Abstract
This research aims to examine the fraud elements in the fraud pentagon theory toward an
indication of the existence of fraudulent financial reporting in the company’s financial and
banking sector in Indonesia in 2014-2016. Independent variable used in this research are
financial target, financial stability, external pressure, personal financial need, ineffective
monitoring, external auditor quality, change in auditor, audit opinion, change in board of
director, frequent number of CEO’s picture and CEO politicians while dependent variable used is
fraudulent financial reporting which is proxied with Altman Z’Score.
The result of this research shows the existence of one significant influential variable in
detecting the occurrence of fraudulent financial reporting, i.e. financial target. The variable
represents an element in the fraudpentagon theory i.e. pressure. The existence will occur when the
high performance of the company in a previous year, will affect the earning profit target in the
following years so that such conditions will inflict to management to achieve an earning profit
target in following years at least equal or higher profits earned in previous years.
Keyword: Fraud, Fraud Triangle, Fraud Diamond, Fraud Pentagon, Fraudulent Financial
Reporting, Altman Z’Score

1. PENDAHULUAN
Laporan keuangan merupakan elemen penting bagi perusahaan untuk
menampilkan kondisi keuangan sebuah perusahaan. Laporan keuangan mempunyai
peran sebagai alat komunikasi antara manajemen dengan bawahannya dan kepada
pihak luar perusahaan seperti investor, supplier, dan kreditur. Bentuk komunikasi
tersebut mengenai data keuangan dan aktivitas operasional perusahaan yang
ditunjukkan kepada pemangku kepentingan. Penginformasian ini ditujukan kepada para
pihak yang terkait sebagai bentuk pertanggungjawaban perusahaan atas aliran dana
investasi dan kredit yang masuk ke perusahaan, serta untuk menjaring adanya investor
baru yang tertarik untuk menanamkan modal.

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Tanjungpura – Magister Akuntansi


2
Analisis Pengaruh Fraud Pentagon Terhadap Fraudulent Financial Reporting Dengan Menggunakan
Model Altman

Upaya perusahaan dalam memanipulasi laporan keuangan dikenal dengan fraud.


Dalam hal kecurangan laporan keuangan biasanya disebut dengan fraudulent financial
reporting. Arens, Elder, dan Beasley (2008) mendefinisikan bahwa pelaporan keuangan
yang curang adalah “salah saji atau pengabaian jumlah atau pengungkapan yang
disengaja dengan maksud menipu para pemakai laporan itu.”
Penelitian yang dilakukan oleh Association of Certified Fraud Examiners
(ACFE) pada tahun 2016 memaparkan bahwa ada tiga kategori utama dalam
kecurangan yang terjadi, terdiri dari panyalahgunaan aset (asset misappropriation),
korupsi (corruption), dan kecurangan laporan keuangan (fraudulent financial
reporting). Dari berbagai kasus kecurangan yang ditemukan oleh ACFE, sebesar 83,5
merupakan kasus penyalahgunaan aset dengan kerugian rata-rata sebesar $125.000,
persentase kasus korupsi sebesar 35,4% dengan kerugian rata-rata $200.000 dan
sisanya sebesar 9,6% merupakan kasus kecurangan laporan keuangan dengan kerugian
sebesar $975.000. Dibandingkan dengan kasus sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan
bahwa persentase terjadinya manipulasi laporan keuangan cukup kecil namun kerugian
yang ditimbulkan lebih besar daripada kasus kerugian lainnya.
Hasil survei yang dilakukan oleh ACFE menunjukkan data bahwa kasus fraud
terjadi pada semua sektor industri. Sektor industri yang paling banyak kasus fraud
adalah sektor perbankan dan keuangan yaitu sebanyak 368 kasus atau 16,8%. Hasil
survey ini cukup masuk akal, jika dilihat dari kasus fraud Baring Bank, yang
merupakan perusahaan berukuran besar yaitu melakukan transaksi tanpa kendali
sehingga tidak mampu bertahan. Akibatnya, perusahaan tersebut telah diambil-alih oleh
perusahaan lain yaitu International Netherlands Group (ING) Banks.
Cressey (1953) mengungkapkan bahwa terdapat tiga kondisi yang selalu hadir
dalam tindakan kecurangan laporan keuangan yaitu tekanan (pressure), kesempatan
(opportunity), dan rasionalisasi (rationalization) yang disebut sebagai fraud triangle.
Ketiga kondisi tersebut merupakan faktor risiko munculnya kecurangan dalam berbagai
situasi. Seiring dengan berjalannya waktu, terus terjadi perkembangan akan teori fraud
triangle yang dikemukakan oleh Cressey. Selanjutnya Wolfe dan Hermanson (2004)
menambahkan tiga elemen indikator yang telah ditemukan oleh Cressey dengan
kemampuan (capability), sehingga empat kondisi tersebut dinamakan fraud diamond.
Tidak berhenti pada fraud diamond theory saja, Crowe (2011) juga turut
menyempurnakan teori yang dicetuskan oleh Cressey. Crowe menemukan sebuah
penelitian bahwa elemen arogansi (arrogance) juga turut berpengaruh terhadap
terjadinya fraud. Penelitian yang dikemukakan Crowe ini turut memasukan fraud
triangle theory dan elemen kompetensi (competence) di dalamnya, sehingga fraud
model yang ditemukan oleh Crowe terdiri dari lima elemen indikator yaitu tekanan
(pressure), kesempatan (opportunity), rasionalisasi (rationalization), kompetensi
(competence), dan arogansi (arrogance). Teori yang dipaparkan oleh Crowe pada tahun
2011 ini dinamakan dengan Crowe’s fraud pentagon theory.
Tindak kecurangan memiliki keterkaitan dengan terjadinya kebangkrutan.
Pernyataan ini sebagaimana diungkapkan oleh Kartikasari dan Irianto (2010) bahwa
sebagian besar alasan atas runtuhnya perusahaan-perusahaan raksasa karena adanya
manipulasi laporan keuangan. Pemaparan tersebut sama dengan pernyataan dari
Albrecht et al (2006) yang mengatakan bahwa kebangkrutan dapat menjadi suatu
penyebab dan akibat atas terjadinya tindak kecurangan. Hasil penelitian Irianto (2010)
3
Analisis Pengaruh Fraud Pentagon Terhadap Fraudulent Financial Reporting Dengan Menggunakan
Model Altman

menunjukkan bahwa model Beneish (1999) dan model Altman (2000) dapat diterapkan
dalam pendeteksian kecurangan laporan keuangan.
Penelitian ini akan menerapkan Crowe’s fraud pentagon theory. Hal ini karena
elemen indikator pada fraud pentagon lebih lengkap jika dibandingkan daripada teori
sebelumnya yaitu fraud triangle dan fraud diamond. Elemen-elemen dalam fraud
pentagon tidak dapat begitu saja diteliti sehingga membutuhkan proksi variabel. Proksi
yang dapat digunakan untuk penelitian ini antara lain pressure yang diproksikan
dengan, financial target, financial stability, external pressure, dan personal financial
need. Opportunity yang diproksikan dengan ineffective monitoring dan kualitas auditor
eksternal; Rationalization yang diproksikan dengan change in auditor dan opini audit;
Capability yang diproksikan dengan pergantian direksi perusahaan; dan Arrogance
yang diproksikan dengan frequent number of CEO’s picture dan politisi CEO. Kelima
faktor tersebut diindikasikan dapat menjadi pemicu terjadinya peningkatan fraud.
Keinginan perusahaan agar kegiatan operasional perusahaan terjamin
kesinambungannya (going concern) dengan selalu terlihat baik menyebabkan
perusahaan terkadang mengambil jalan pintas (illegal) yaitu dengan melakukan
fraudulent financial reporting. Fraudulent financial reporting dapat dilakukan dengan
berbagai cara. Salah satu proksi yang dapat digunakan untuk mengukur fraudulent
financial reporting adalah Altman Z’Score (Mehta, et al, 2017).
Dari fenomena-fenomena yang sudah diuraikan sebelumnya maka penulis
melakukan penelitian apakah fraud pentagon berpengaruh terhadap fraudulent
financial reporting pada perusahaan sektor keuangan dan perbankan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini berkontribusi dalam memberikan bukti empiris
mengenai pengaruh fraud pentagon terhadap fraudulent financial reporting pada
perusahaan sektor keuangan dan perbankan di Indonesia. Selain itu, penelitian ini juga
memberikan kontribusi dalam menambah literatur dan pengujian empiris dibidang
akuntansi forensik.

2. LANDASAN TEORI DAN EMPIRIS


2.1 Teori Agensi
Jensen dan Meckling (1976) mengatakan bahwa teori agensi adalah hubungan
mengenai adanya pemisahan antara kepemilikan dan pengelolaan yang dilakukan oleh
manajer Suatu hubungan agensi muncul jika satu atau lebih individu yang disebut
pelaku (principals), memperkerjakan satu atau individu lain yang disebut agen, untuk
melakukan berbagai kegiatan aktivitas operasional perusahaan atas nama principals
dalam kapasitasnya mengambil keputusan. Pihak yang mempekerjakan satu atau
individu lain disebut dengan pemilik modal, sedangkan pihak yang diperkerjakan
pemilik modal tersebut untuk proses pengambilan keputusan adalah manajemen.
2.2 Kecurangan (Fraud) dan Fraudulent Financial Reporting
Kecurangan (fraud) merupakan perbuatan yang disengaja dengan maksud
menipu dan memanipulasi terhadap personal, perusahaan, ataupun organisasi untuk
memperoleh keuntungan pribadi. Sedangkan menurut Association of Certified Fraud
Examiners mendefinisikan kecurangan (fraud) sebagai tindakan penipuan yang dibuat
oleh seseorang atau badan yang mengetahui bahwa kekeliruan tersebut dapat
mengakibatkan kerugian pada individu atau entitas lain. Fraudulent Financial
Reporting atau kecurangan laporan keuangan dijelaskan oleh Association of Certified
4
Analisis Pengaruh Fraud Pentagon Terhadap Fraudulent Financial Reporting Dengan Menggunakan
Model Altman

Fraud Examiners (2016) sebagai berikut: “The deliberate misrepresentation of the


financial condition of an enterprise accomplished through the intentional misstatement
or omission of amounts or disclosures in the financial statements in order to deceive
financial statement users.” yang dapat diartikan sebagai kondisi keuangan yang
disajikan oleh perusahaan yang disengaja keliru/salah atau penghilangan suatu
nilai/jumlah atau pengungkapan di laporan keuangan yang bertujuan untuk menipu
pengguna pengguna laporan keuangan.
2.3 Fraud Model
Fraud model telah berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir, berikut
penjelasan perkembangan fraud model:
1. Fraud Triangle
Salah satu teori yang cukup terkenal untuk mengidentifikasi elemen
penyebab adanya fraud adalah teori fraud triangle yang dikemukakan oleh Donald
R. Cressey pada tahun 1953. Teori fraud triangle merupakan teori pertama yang
mampu menjelaskan elemen-elemen penyebab fraud dan telah banyak penelitian
yang membuktikan tentang fraud triangle yang diprakarsai oleh Cressey. Elemen
fraud triangle terdiri dari tekanan (pressure), kesempatan (opportunity), dan
rasionalisasi (rationalization).
2. Fraud Diamond
Fraud diamond theory merupakan penyempurnaan dari fraud triangle. Wolfe
dan Hermanson (2004) menambahkan tiga kondisi yang ditemukan oleh Cressey
berupa faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang melakukan kecurangan, dengan
elemen kemampuan (capability). Wolfe dan Hermanson berpendapat bahwa
kecurangan tidak akan terjadi tanpa orang yang tepat dengan kemampuan yang tepat
untuk melaksanakan setiap detail dari penipuan. Kemampuan yang dimaksud adalah
sifat individu melakukan penipuan, yang mendorong mereka untuk mencari
kesempatan dan memanfaatkannya.
3. Fraud Pentagon
Perkembangan model fraud yang terbaru ditemukan oleh Jonathan Marks
(2012) yang dikenal dengan Crowe’s Fraud Pentagon Theory. Teori fraud pentagon
memperluas teori fraud triangle yang dikemukakan oleh Cressey dengan
menambahkan dua elemen fraud lainnya yaitu kompetensi (competence) dan
arogansi (arrogance). Menurut Crowe, arogansi adalah hati nurani yang bersikap
superioritas atas hak yang dimiliki dan merasa bahwa kontrol internal atau kebijakan
perusahaan tidak berlaku untuk dirinya.
2.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian
2.4.1. Kerangka Konseptual
Untuk dapat menerangkan pengaruh dari fraud pentagon terhadap fraudulent
financial reporting, berikut ini disajikan model kerangka dari penelitian ini:
5
Analisis Pengaruh Fraud Pentagon Terhadap Fraudulent Financial Reporting Dengan Menggunakan
Model Altman

Gambar 1. Kerangka Konseptual


2.4.2. Hipotesis Penelitian
1. H1 : Financial target berpengaruh signifikan terhadap fraudulent financial
reporting
2. H2 : Financial stability berpengaruh signifikan terhadap fraudulent financial
reporting
3. H3 : External pressure berpengaruh signifikan terhadap Fraudulent financial
reporting
4. H4 : Personal financial need berpengaruh signifikan terhadap fraudulent financial
reporting
5. H5 : Ineffective monitoring berpengaruh signifikan terhadap fraudulent financial
reporting
6. H6 : Kualitas auditor eksternal berpengaruh signifikan terhadap fraudulent
financial reporting
7. H7 : Change in auditor berpengaruh signifikan terhadap Fraudulent financial
reporting
8. H8 : Opini Audit berpengaruh signifikan terhadap fraudulent financial reporting
9. H9 : Change in board of director berpengaruh signifikan terhadap fraudulent
financial reporting
10. H10 : Frequent number of CEO’s picture berpengaruh signifikan terhadap
fraudulent financial reporting
11. H11 : Politisi CEO berpengaruh signifikan terhadap fraudulent financial reporting
6
Analisis Pengaruh Fraud Pentagon Terhadap Fraudulent Financial Reporting Dengan Menggunakan
Model Altman

3. METODE PENELITIAN
3.1. Bentuk Penelitian
Bentuk penelitian yang digunakan adalah penelitian asosiatif kausal. Penelitian
jenis ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dan hubungan sebab akibat antara
variabel independen (variabel yang mempengaruhi ) dan variabel dependen (variabel
yang dipengaruhi).
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan dengan mengambil dan mempelajari data laporan keuangan
dari perusahaan perbankan yang dapat diperoleh dari Bursa Efek Indonesia (BEI). Data
tersebut diakses melalui situs resmi BEI di www.idx.co.id. Penelitian dilakukan pada
bulan Agustus 2017 sampai dengan bulan Desember 2017.
3.3. Data
Penelitian ini menggunakan jenis data kuantitarif berupa analisis Fraud Pentagon
terhadap kecurangan laporan keuangan. Data kuantitatif dikarenakan penelitian ini
menggunakan angka-angka sebagai indikator variabel penelitian dalam menjawab
masalah penelitian. Data kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
sekunder. Data yang diambil adalah laporan keuangan perusahaan perbankan
bersumber dari Bursa Efek Indonesia (BEI) sehingga pengumpulan data dilakukan
dengan cara dokumentasi terhadap sampel penelitian.
3.4. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan sektor perbankan dan
keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2014-2016. Teknik
pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan purposive sampling, yaitu
menentukan target dari elemen populasi yang diperkirakan paling cocok untuk
dikumpulkan datanya berdasarkan kriteria tertentu. Sampel pada penelitian ini
berjumlah 67 perusahaan dengan kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Perusahaan sektor perbankan dan keuangan yang sudah go public atau terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2014-2016.
2. Perusahaan mempublikasikan laporan keuangan tahunan yang telah diaudit dalam
website perusahaan atau website BEI selama periode 2014-2016 dan dinyatakan
dalam rupiah (Rp)
3. Perusahaan tidak delisting selama periode 2014-2016
4. Perusahaan memiliki kelengkapan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini.
3.5. Variabel Penelitian
3.5.1. Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini menggunakan model Altman sebagai
pengukur kecurangan laporan keuangan (fraudulent financial reporting). Adapun
fungsi persamaan atas Z’-Score untuk perusahaan non-manufaktur adalah sebagai
berikut:
Z’-Score = 6,56X1 + 3,26X2 + 6,72 X3 + 1,05X4
Keterangan:
X1 = modal kerja/total asset
X2 = saldo laba/total asset
X3 = laba sebelum bunga dan pajak/total asset
X4 = nilai pasar ekuitas/total liabilitas
7
Analisis Pengaruh Fraud Pentagon Terhadap Fraudulent Financial Reporting Dengan Menggunakan
Model Altman

3.5.2. Variabel Independen


1. Financial Target
Laba Bersih
Return On Assets =
Total Aset
2. Financial Stability
ACHANGE = % Perubahan aset selama 2 tahun
3. External Pressure
Total Liabilitas
LEV =
Total Aset
4. Personal Financial Need
Saham yang dimilik institusi lain
OSHIP =
Saham yang beredar
5. Ineffective Monitoring
Jumlah dewan komisari independen
BDOUT =
Jumlah total dewan komisaris

6. Kualitas Auditor Eksternal


Kode 1 = Jika menggunakan jasa audit KAP BIG4
Kode 0 = Jika tidak menggunakan KAP BIG4
7. Change In Auditor
Kode 1 = Terdapat pergantian KAP selama periode 2014-2016
Kode 0 = Tidak terdapat pergantian KAP selama periode 2014-2016

8. Opini Audit
Kode 1 = Terdapat pergantian KAP selama periode 2014-2016
Kode 0 = Tidak terdapat pergantian KAP selama periode 2014-2016
9. Change In Board Of Director
Kode 1 = Terdapat pergantian direksi perusahaan
Kode 0 = Tidak terdapat pergantian direksi perusahaan

10. Frequent Number of CEO’s Picture


CEOPIC = Frekuensi kemunculan gambar CEO di laporan tahunan
perusahaan
11. Politisi CEO
Kode 1 = Jika perusahaan memiliki CEO seorang politisi
Kode 0 = Jika CEO perusahaan bukan seorang politisi

3.6. Model Analisis


1. Statistik Deskriptif
Analisis ini hanya bertujuan untuk menganalisis data disertai dengan perhitungan
agar dapat memperjelas karakteristik data yang bersangkutan. Analisis statistik
deskriptif juga dilakukan untuk mengetahui dispersi dan distribusi data. Statistik
deskriptif memiliki kegunaan pokok untuk melakukan pengecekan terhadap input data,
karena analisis ini menghasilkan resume data secara umum.
8
Analisis Pengaruh Fraud Pentagon Terhadap Fraudulent Financial Reporting Dengan Menggunakan
Model Altman

2. Uji Asumsi Klasik


Pengujian asumsi klasik ini bertujuan untuk mengetahui dan menguji kelayakan
atas model regresi yang digunakan dalam penelitian ini. Pengujian ini juga
dimaksudkan untuk memastikan bahwa di dalam model regresi yang digunakan tidak
terdapat multikolinieritas dan autokorelasi.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal.
(Ghozali, 2013).
b. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya variabel
independen yang memiliki kemiripan antara variabel independen dalam suatu model.
Kemiripan antar variabel independen akan mengakibatkan korelasi yang kuat.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas dapat diartikan terjadi atau adanya ketidaksamaan atau
tidak konstannya variasi dari variabel residu (pengganggu) untuk semua pengamatan
pada model regresi. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak
terjadi heteroskedastisitas.
d. Uji Autokorelasi
Menguji autokorelasi dalam suatu model bertujuan untuk mengetahui ada
tidaknya korelasi antara variabel penganggu pada periode tertentu dengan variabel
sebelumnya.
3. Regresi Berganda
Yang dimaksud dengan analisis regresi berganda adalah analisis yang dilakukan
terhadap satu variabel terikat dan dua atau lebih variabel bebas (Yudiaatmaja, 2013)
Persamaan regresi berganda yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + b7X7 + b8X8 + b9X9 + b10X10 + b11X11 + ε
Keterangan:
Y = Fraudulent Financial Reporting X6 = Kualitas Audit Eksternal
s = konstanta X7 = Change in Auditor
b = Koefisien Variabel X8 = Opini Auditor
X1 = Financial Target X9 = Change in Board of Director
X2 = Financial Stability X10 = Freq Number of CEO’s Picture
X3 = External Pressure X11 = Politis CEO
X4 = Personal Financial Need ε = Error (pengganggu)
X5 = Ineffective Monitoring

4. Pengujian hipotesis
a. Uji Koefisien Determinasi (R²)
Menurut Kuncoro (2014), Koefisien determinasi (R²) pada intinya mengukur
seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variabel-variabel terikat.
Pengujian ini dilakukan dengan melihat nilai koefisien determinasi. Nilai koefisien
determinasi adalah antara nol dan satu (Ghozali, 2013). Persamaan regresi linear
9
Analisis Pengaruh Fraud Pentagon Terhadap Fraudulent Financial Reporting Dengan Menggunakan
Model Altman

berganda semakin baik apabila nilai koefisien determinasi semakin besar (mendekati 1)
dan cenderung meningkat nilainya sejalan dengan peningkatan jumlah variabel bebas.
b. Uji Signifikansi Simultan (Uji-F)
Uji statistik F menunjukkan apakah semua variabel bebas yang dimasukkan
dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat
(Kuncoro, 2014).
c. Uji Signifikansi Parsial (Uji-t)
Uji statistik t bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh satu variabel
independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali,
2013).

4. HASIL PENELITIAN
4.1. Statistik Deskriptif
Hasil olahan data statistik deskriptif dan frekuensi adalah sebagai berikut:
1. Financial Target (X1)
Financial target diukur dengan Return on Asset (ROA) dengan metode pengukuran
perbandingan laba bersih terhadap total aset dalam statistik deskriptif memiliki hasil
rata-rata menunjukkan 2,7014 dengan nilai terendah -11,04 sedangkan nilai tertinggi
menunjukkan angka 20,11 dengan nilai standar deviasi kinerja sebesar 3,13376.
Hasil dari perhitungan diatas menunjukkan nilai ROA tinggi. Hal ini menunjukkan
kinerja keuangan perusahaan meningkat.
2. Financial Stability (X2)
Financial stability diukur dengan ACHANGE dengan metode pengukuran
pertumbuhan total aset dalam statistik deskriptif memiliki hasil rata-rata
menunjukkan 0,1660 dengan nilai terendah -0,49 sedangkan nilai tertinggi
menunjukkan angka 3,33 dengan nilai standar deviasi kinerja sebesar 0,32906. Hasil
dari perhitungan diatas menunjukkan adanya kenaikan aset setiap tahunnya.
3. External Pressure (X3)
Rasio leverage dengan metode pengukuran rasio total hutang terhadap total aset
menunjukkan nilai rata-rata external pressure sebesar 0,6909 dengan nilai terendah
0,01 dan nilai tertinggi sebesar 7,82 dengan standar deviasi menunjukkan nilai
0,57182. Perhitungan tersebut menunjukkan tingginya nilai transaksi hutang untuk
dana perusahaan.
4. Personal Financial Need (X4)
institutional ownership dengan metode pengukuran menggunakan rasio struktur
kepemilikan saham oleh direksi maupun komisaris terhadap total saham perusahaan
yang beredar. Dalam tabel diatas menunjukkan nilai rata-rata sebesar 0,2716. Nilai
kepemilikan saham orang dalam terendah sebesar 0,00 dan nilai tertinggi 0,81.
Standar deviasi pada hasil ini menunjukkan nilai 0,17034.
5. Ineffective Monitoring (X5)
Ineffective yang diukur dengan rasio dewan komisaris dengan metode pengukuran
rasio jumlah dewan komisaris independen terhadap total dewan komisaris
perusahaan. Dalam tabel diatas menunjukkan nilai rata-rata 0,4770 atau 47,70%. Hal
ini berarti bahwa jumlah komisaris independen di dalam perusahan sampel
menunjukkan rata-rata sebesar 47,70% dari seluruh jumlah dewan komisaris.
Kondisi demikian menunjukkan bahwa secara rata-rata perusahaan sampel
penelitian ini memenuhi syarat minimal 30% anggota komisaris independen.
10
Analisis Pengaruh Fraud Pentagon Terhadap Fraudulent Financial Reporting Dengan Menggunakan
Model Altman

6. Kualitas Audit Eksternal (X6)


Kualitas audit eksternal dengan melihat auditor eksternal yang tergabung dalam
KAP BIG4 atau non BIG4 pengolahan uji statistik deskriptif frekuensi terdapat
frekuensi 106 sampel laporan keuangan perusahaan yang menggunakan jasa audit
eksternal yang tergabung dalam KAP BIG4 dengan presentase sebesar 47,3% dan
standar deviasi sebesar 0,50050.
7. Change in Auditor (X7)
Change in auditor dengan pengukuran penggantian kantor akuntan publik setiap
tahun berdasarkan perubahan komposisi pada annual report. Pada hasil pengolahan
data pada tabel statistik deskriptif frekuensi menunjukkan frekuensi pergantian
kantor akuntan publik dalam 67 sampel annual report perusahaan terdapat 12
perusahaan yang melakukan pengantian KAP. Persentase change in auditor
menunjukkan nilai 17,9% dan nilai standar deviasi sebesar 0,38440.
8. Opini Audit (X8)
Opini audit dengan pengukuran pada sampel perusahaan yang mendapat opini wajar
tanpa pengecualian dengan paragraf penjelas selama periode pengamatan. Pada hasil
pengolahan data pada tabel statistik deskriprif frekuensi menunjukkan frekuensi 41
sampel annual report perusahaan yang mendapat opini wajar tanpa pengecualian
dengan paragraf penjelas. Persentase opini audit menunjukkan nilai 20,4% dan nilai
standar deviasi sebesar 0,40396.
9. Change in Board of Directors (X9)
Change in board of directors dengan pengukuran pengantian jajaran direksi setiap
tahun berdasarkan perubahaan komposisi pada annual report. Terdapat 92 sampel
annual report perusahaan yang melakukan perubahan direksi dengan nilai
persentase sebesar 45,8%.
10. Frequent of Number CEO’s Picture (X10)
Banyaknya profil atau display picture CEO yang ditampilkan dalam suatu annual
report perusahaan dalam tabel statistik deskriptif menunjukkan rata-rata sebesar
3,6070 dengan nilai terendah 0,00 dan nilai tertinggi sebesar 16,00 sedangkan
standar deviasi sebesar 2,66829.
11. Politisi CEO (X11)
Arrogance yang diprosikan dengan banyaknya CEO dalam perusahaan yang juga
seorang politisi. Hasil pengolahan data menunjukkan nilai rata-rata, terendah dan
tertinggi sebesar 0,00. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada CEO yang juga
seorang politisi pada sampel perusahaan yang diteliti sehingga variabel politisi CEO
dikeluarkan dalam penelitian ini. Hal ini dikarenakan Otoritas Jasa keuangan (OJK)
menegaskan anggota partai politik tidak bisa menduduki jabatan komisaris dan
direksi industri perbankan (www.bisnis.com). Perbankan merupakan industri
kepercayaan yang harus dijaga sehingga harus dijauhkan dari adanya kepentingan
pribadi maupun kepentingan politik.
12. Fraudulent Financial Reporting (Y)
Variabel dependen fraudulent financial reporting yang diproksikan dengan Altman
Z’Score dalam 201 sampel menunjukkan nilai rata-rata sebesar 10,7554 dengan
menunjukkan nilai terendah sebesar -0,12 dan nilai tertinggi sebesar 791,86. Standar
deviasi variabel dependen ini sebesar 57,70058.
4.2. Pengujian Asumsi Klasik
Pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah model yang dipergunakan tersebut
mewakili atau mendekati kenyataan yang ada. Analisis regresi linear berganda
merupakan analisis untuk mengukur besarnya pengaruh antara dua atau lebih variabel
11
Analisis Pengaruh Fraud Pentagon Terhadap Fraudulent Financial Reporting Dengan Menggunakan
Model Altman

independen terhadap satu variabel dependen dan memprediksi variabel dependen


dengan menggunakan variabel independen. Model regresi linier berganda (multiple
regression) dapat disebut sebagai model yang baik jika model tersebut memenuhi
kriteria BLUE (Best Linear Unbiased Estimator). BLUE dapat dicapai bila memenuhi
Asumsi Klasik.
Uji normalitas pada model regresi digunakan untuk menguji nilai residual yang
dihasilkan dari regresi berdistribusi secara normal atau tidak. Model regresi yang baik
mensyaratkan adanya normalitas pada residualnya bukan pada masing-masing
variabelnya. Model regresi yang baik yaitu memiliki nilai residual yang berdistribusi
secara normal. Jika nilai residual berdistribusi normal, maka dapat dilakukan analisis
regresi dan pengujian hipotesis. Berdasarkan hasil output SPSS untuk uji normalitas
(setelah dilakukan transformasi data) menggunakan metode One Sample Kolmogorov-
Smirnov bahwa nilai Asymp. Sig. (2-tailed) adalah sebesar 0,065. Oleh karena itu dapat
disimpulkan bahwa nilai residualnya berdistribusi normal karena nilai probabilitas
Asymp. Sig. (2-tailed) lebih besar daripada tingkat kesalahan (0,109 > 0,05).
Uji Multikolinearitas merupakan salah satu pengujian yang sering dipergunakan
dalam uji asumsi klasik. Uji asumsi klasik ini diterapkan untuk analisis regresi
berganda yang terdiri atas dua atau lebih variabel bebas dimana akan diukur tingkat
pengaruh hubungan antar variabel bebas melalui koefisien korelasi. Model regresi yang
baik adalah model regresi yang variabel bebasnya tidak saling berkorelasi. Jika terdapat
multikolinearitas maka pengaruh dari masing-masing variabel bebas dalam model
regresi sulit untuk dipisahkan. Berdasarkan hasil output SPSS untuk uji
multikolinearitas dengan melihat nilai Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF)
diketahui bahwa nilai nilai Tolerance dari masing-masing variabel bebas memiliki nilai
lebih dari 0,1 dan nilai VIF dari masing-masing variabel bebas kurang dari 10 sehingga
disimpulkan bahwa pada model regresi penelitian tidak terjadi gejala multikolinearitas.
Uji Heteroskedastisitas dilakukan untuk melihat apakah dalam suatu model
regresi terdapat ketidaksamaan varian dari residual pada satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah model regresi yang tidak
mengalami heteroskedastisitas atau yang disebut sebagai homokedastisitas. Salah satu
cara untuk mengetahui apakah terjadi heterokedastisitas atau tidak pada model regresi
adalah dengan metode uji Glejser. Suatu model dapat dikatakan tidak mengalami gejala
heteroskedastisitas jika nilai probabilitas atau signifikansi lebih besar dari 0,05.
Berdasarkan hasil output pengujian heteroskedastistas dengan Uji Glejser diketahui
bahwa nilai signifikansi semua variabel bebas lebih dari 0,05 dan dapat disimpulkan
bahwa tidak terjadi masalah heteroskedastisitas pada model regresi penelitian ini.
Uji Autokorelasi digunakan untuk menguji apakah terdapat korelasi antara
residual pada periode t dengan residual pada periode t -1 (sebelumnya) di dalam model
regresi. Jika terjadi korelasi, maka model regresi mempunyai masalah autokorelasi.
Model regresi yang baik adalah yang tidak memiliki masalah autokorelasi. Uji Durbin-
Watson (DW) merupakan salah satu metode pengujian yang dapat digunakan untuk
mengetahui apakah model regresi mempunyai masalah autokorelasi atau tidak. Pada
penelitian ini, data penelitian (n) yang digunakan sebanyak 201, dengan variabel bebas
(k) sebanyak 10, maka pada Tabel Durbin Watson didapat nilai DU sebesar 1,8742.
Berdasarkan hasil output SPSS untuk uji asumsi autokorelasi menggunakan metode uji
Durbin Watson diketahui bahwa nilai Durbin Watson (DW) adalah sebesar 2,027
sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi pada model regresi
penelitian ini, karena nilai DU < DW < 4-DU (1,8742 < 2,027 < 2,125).
12
Analisis Pengaruh Fraud Pentagon Terhadap Fraudulent Financial Reporting Dengan Menggunakan
Model Altman

4.3. Analisis Regresi Berganda


Analisis linear berganda digunakan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh
financial target, financial stability, external pressure, personal financial need,
ineffective monitoring, kualitas auditor eksternal, change in auditor, opini audit, change
in board of director, dan frequent number of CEO’s picture terhadap fraudulent
financial reporting pada perusahaan sektor keuangan dan perbankan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia dihitung dengan menggunakan software SPSS ditampilkan
output pada Tabel 3 berikut ini:
Tabel 1. Hasil Perhitungan Regresi
Unstandardized Standardized
Model Coefficients Coefficients t Sig.
B Std, Error Beta
1 (Constant) 11,673 16,484 0,708 0,480
Financial Target 4,150 1,390 0,225 2,985 0,003
Financial Stability -12,050 12,346 -0,069 -0,976 0,330
External Pressure -8,432 7,597 -0,084 -1,110 0,268
Personal Financial
-,036 0,132 -0,019 -0,271 0,787
Need
Ineffective
15,388 27,777 0,040 0,554 0,580
Monitoring
Kualitas Auditor
-3,865 9,517 -0,034 -0,406 0,685
Eksternal
Change in Auditor -6,994 10,933 -0,047 -0,640 0,523
Opini Auditor -4,363 9,973 -0,031 -0,437 0,662
Change in Board of
-2,946 8,292 -0,026 -0,355 0,723
Director
Frequent number of
-1,677 1,676 -0,078 -1,001 0,318
CEO’s picture
Berdasarkan Tabel 1 diatas dapat disusun persamaan regresi linear berganda
sebagai berikut:
Y = 11,673+4,150X1-12,050X2-8,432X3-0,036X4+15,388X5-3,865X6-6,994X7-
4,363X8-2,946X9-1,677X10+ε
Penjabaran dari persamaan tersebut adalah:
1. Koefisien X1 sebesar 4,150 menunjukkan bahwa apabila variabel financial target
mengalami kenaikan sebesar satu persen dan dengan asumsi variabel-variabel
independen lainnya tetap maka variabel fraudulent financial reporting akan
mengalami kenaikan sebesar 4,150
2. Koefisien X2 sebesar -12,050 menunjukkan bahwa apabila variabel financial
stability mengalami kenaikan sebesar satu persen dan dengan asumsi variabel-
variabel independen lainnya tetap maka variabel fraudulent financial reporting akan
mengalami penurunan sebesar 12,050.
3. Koefisien X3 sebesar -8,432 menunjukkan bahwa apabila variabel external pressure
mengalami kenaikan sebesar satu persen dan dengan asumsi variabel-variabel
13
Analisis Pengaruh Fraud Pentagon Terhadap Fraudulent Financial Reporting Dengan Menggunakan
Model Altman

independen lainnya tetap maka variabel fraudulent financial reporting akan


mengalami penurunan sebesar 8,432.
4. Koefisien X4 sebesar -0,036 menunjukkan bahwa apabila variabel personal financial
need mengalami kenaikan sebesar satu persen dan dengan asumsi variabel-variabel
independen lainnya tetap maka variabel fraudulent financial reporting akan
mengalami penurunan sebesar 0,036
5. Koefisien X5 sebesar 15,388 menunjukkan bahwa apabila variabel ineffective
monitoring mengalami kenaikan sebesar satu persen dan dengan asumsi variabel-
variabel independen lainnya tetap maka variabel fraudulent financial reportingakan
mengalami kenaikan sebesar 15,388.
6. Koefisien X6 sebesar -3,865 menunjukkan bahwa apabila variabel kualitas auditor
eksternal mengalami kenaikan sebesar satu persen dan dengan asumsi variabel-
variabel independen lainnya tetap maka variabel fraudulent financial reporting akan
mengalami penurunan sebesar 3,865.
7. Koefisien X7 sebesar -6,994 menunjukkan bahwa apabila variabel change in auditor
mengalami kenaikan sebesar satu persen dan dengan asumsi variabel-variabel
independen lainnya tetap maka variabel fraudulent financial reporting akan
mengalami penurunan sebesar 6,994.
8. Koefisien X8 sebesar -4,363 menunjukkan bahwa apabila variabel opini audit
mengalami kenaikan sebesar satu persen dan dengan asumsi variabel-variabel
independen lainnya tetap maka variabel fraudulent financial reporting akan
mengalami penurunan sebesar 4,363.
9. Koefisien X9 sebesar -2,946 menunjukkan bahwa apabila variabel change in board
of director mengalami kenaikan sebesar satu persen dan dengan asumsi variabel-
variabel independen lainnya tetap maka variabel fraudulent financial reporting akan
mengalami penurunan sebesar 2,946.
10. Koefisien X10 sebesar -1,677 menunjukkan bahwa apabila variabel frequent
number of CEO’s picture mengalami kenaikan sebesar satu persen dan dengan
asumsi variabel-variabel independen lainnya tetap maka variabel fraudulent
financial reporting akan mengalami penurunan sebesar 1,677.
4.4. Pengujian Hipotesis
4.4.1 Uji Koefisien Determinasi (R²)
Penelitian ini analisis koefisien determinasi dilakukan dengan tujuan untuk
mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel
independen. Koefisien determinasi bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh
variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil koefisien determinasi diatas
yaitu 0,094 yang dapat dikatakan variabel independen secara bersama-sama mampu
mempengaruhi fraudulent financial reporting sebesar 9,4% sedangkan sisanya yaitu
90,6% dipegaruhi oleh variabel lain yang tidak menjadi fokus dalam penelitian ini.
4.4.2 Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
Uji F digunakan untuk menunjukkan apakah semua variabel independen/variabel
bebas yang dimasukkan ke dalam model regresi mempunyai pengaruh secara bersama-
sama terhadap variabel dependen/terikat. Tingkat signifikan yang diharapkan adalah
sebesar 5 persen. Hasil perhitungan menunjukkan nilai signifikansi 0,039 sehingga
lebih kecil dari 0,05 (0,039 < 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak yang
artinya terdapat pengaruh simultan dari variabel financial target, financial stability,
external pressure, personal financial need, ineffective monitoring, kualitas auditor
eksternal, change in auditor, opini auditor, change in board of director, dan frequent
14
Analisis Pengaruh Fraud Pentagon Terhadap Fraudulent Financial Reporting Dengan Menggunakan
Model Altman

number of ceo’s picture terhadap fraudulent financial reporting. Hal ini berarti model
regresi yang digunakan dalam penelitian sudah termasuk fit model.
4.4.3 Uji Signifikansi Parsial (Uji-t)
Uji ini digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel
independen terhadap variabel dependen. Tingkat signifikansi yang diharapkan adalah
sebesar 5%. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa hanya financial target yang memiliki
tingkat signifikansi yang nilainya lebih kecil dari 0,05 (0,03<0,05) sehingga dapat
disimpulkan bahwa financial target berpengaruh signifikan terhadap fraudulent
financial reporting sedangkan financial stability, external pressure, personal financial
need, ineffective monitoring, kualitas auditor eksternal, change in auditor, opini
auditor, change in board of director, dan frequent number of ceo’s picture disimpulkan
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap fraudulent financial reporting.
5. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan data-data yang telah dianalisis pada bab sebelumnya, maka dapat
diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Financial target berpengaruh signifikan terhadap fraudulent financial reporting
pada perusahaan sektor keuangan dan perbankan di Indonesia. Hal ini dikarenakan
apabila kinerja perusahaan yang tinggi pada tahun sebelumnya, akan mempengaruhi
target perolehan laba pada tahun berikutnya sehingga kondisi demikian akan
memberikan tuntutan pada manajemen untuk mencapai target perolehan laba pada
tahun berikutnya yang setidaknya sama atau lebih tinggi dengan laba yang diperoleh
tahun sebelumnya. Pressure cenderung mendorong perusahaan untuk memanipulasi
laba yang diperoleh untuk meyakinkan pengguna laporan keuangan bahwa
perusahaan memiliki kinerja yang baik dalam menggunakan aset perusahaan untuk
menghasilkan laba.
2. Financial stability tidak berpengaruh signifikan terhadap fraudulent financial
reporting pada perusahaan sektor keuangan dan perbankan di Indonesia. Hal ini
dapat terjadi karena para manajer tidak serta merta akan memanipulasi laporan
keuangan untuk meningkatkan stabilitas perusahaan. Manipulasi laba menyebabkan
laporan keuangan tidak mencerminkan kondisi perusahaan yang sebenarnya.
Keadaan demikian justru mempersulit perusahaan mendapatkan bantuan dana atau
investasi dari pihak eksternal maupun internal untuk menyelamatkan mereka ketika
terancam oleh kondisi ekonomi global.
3. External pressure tidak berpengaruh signifikan terhadap fraudulent financial
reporting pada perusahaan sektor keuangan dan perbankan di Indonesia. External
pressure yang diproksikan dengan leverage menunjukkan leverage yang rendah
sudah tidak dipertimbangkan lagi oleh kreditor. Hal ini digantikan dengan
pertimbangan lain seperti adanya tingkat kepercayaan atau hubungan baik antara
perusahaan dengan kreditor.
4. Personal financial need tidak berpengaruh signifikan terhadap fraudulent financial
reporting pada perusahaan sektor keuangan dan perbankan di Indonesia. Hal ini
dapat disebabkan karena masih sedikitnya jumlah rata-rata kepemilikan saham pada
perusahaan sampel. Kepemilikan saham yang kecil menunjukkan bahwa pada
perusahaan sampel telah melakukan pemisahan tanggung jawab berdasarkan jumlah
saham yang dimiliki antara pemegang saham dan manajer. Adapun pemisahan
tanggung jawab tersebut adalah pemegang saham bertanggung jawab sebagai
pemilik yang mengontrol jalannya perusahaan dan manajer memiliki peran serta
15
Analisis Pengaruh Fraud Pentagon Terhadap Fraudulent Financial Reporting Dengan Menggunakan
Model Altman

tanggung jawab dan pemisahan yang tegas maka manajer tidak memiliki wewenang
yang luas untuk melakukan fraudulent financial reporting.
5. Ineffective monitoring tidak berpengaruh signifikan terhadap fraudulent financial
reporting pada perusahaan sektor keuangan dan perbankan di Indonesia. Hal ini
disebabkan karena komisaris independen kurang melakukan kontrol dan
pengawasan terhadap manajemen.
6. Kualitas auditor eksternal tidak berpengaruh signifikan terhadap fraudulent financial
reporting pada perusahaan sektor keuangan dan perbankan di Indonesia. Hal
tersebut dapat disebabkan oleh adanya persepsi bahwa KAP yang tergabung dalam
BIG4 dapat memberikan output kualitas audit yang bagus akan tetapi persepsi
tersebut tidaklah benar karena realitanya perusahaan yang diaudit oleh KAP BIG4
masih melakukan tindakan fraudulent financial reporting.
7. Change in auditor tidak berpengaruh signifikan terhadap fraudulent financial
reporting pada perusahaan sektor keuangan dan perbankan di Indonesia. Hal
tersebut dapat terjadi ketika perubahan auditor dilakukan sebagai akibat perusahaan
tidak puas terhadap kinerja auditor independen yang sebelumnya. Pergantian auditor
eksternal adalah untuk mengurangi kemungkinan pendeteksian kecurangan laporan
keuangan, perusahaan yang bersih akan menggunakan auditor independen yang
dapat objektif dalam melakukan audit untuk kepentingan perbaikan kinerja
perusahaan di masa depan.
8. Opini auditor tidak berpengaruh signifikan terhadap fraudulent financial reporting
pada perusahaan sektor keuangan dan perbankan di Indonesia. Hal ini dikarenakan
tambahan paragraf penjelas dalam laporan auditor independen adalah penjelas dari
hal-hal tertentu seperti pendapat wajar yang diberikan sebagian didasarkan atas
laporan independen lain, informasi tambahan yang diharuskan Ikatan Akuntansi
Indonesia, dan keadaan tertentu lainnya.
9. Change in board of director tidak berpengaruh signifikan terhadap fraudulent
financial reporting pada perusahaan sektor keuangan dan perbankan di Indonesia.
Hal ini dapat dikarenakan adanya pengawasan dari dewan komisaris terkait dengan
kinerja dari tiap direksi. Selain itu, adanya pergantian direksi tersebut dapat terjadi
perubahan kinerja manajemen yang lebih baik dari sebelumnya, karena dilakukan
perekrutan direksi yang lebih berkompeten
10. Frequent number of CEO’s tidak berpengaruh signifikan terhadap fraudulent
financial reporting pada perusahaan sektor keuangan dan perbankan di Indonesia.
Hal ini disebabkan gambar CEO penting dicantumkan dalam laporan tahunan guna
memperkenalkan CEO perusahaan tersebut kepada masyarakat luas terutama para
pemangku kepentingan.

5.2. Rekomendasi dan Implikasi untuk Penelitian yang Akan Datang


Penelitian tentang analisis fraud pentagon terhadap fraudulent financial reporting
diharapkan dapat dilakukan kembali oleh akademisi dengan memberikan hasil
penelitian yang lebih baik dan berkualitas dengan mempertimbangkan dengan
menggunakan variabel independen lain, sampel yang lebih banyak, dan menggunakan
data laporan keuangan pada bank plat merah.
Dalam penelitian ini hasil pengujian dari fraud pentagon menyimpulkan bahwa
tidak semua variabel memiliki pengaruh terhadap fraudulent financial reporting, hanya
variabel financial target yang berpengaruh pada fraudulent financial reporting.
Financial target merupakan target laba atas usaha yang ingin dicapai oleh perusahaan.
Hal ini mengandung implikasi agar kedepannya pihak perusahaan lebih memperhatikan
16
Analisis Pengaruh Fraud Pentagon Terhadap Fraudulent Financial Reporting Dengan Menggunakan
Model Altman

target laba yang akan dicapai pada tahun tersebut harus sesuai dengan standar industri.
Jika industri perusahaan tersebut sedang lesu, sebaiknya perusahaan tidak memberikan
tuntutan atau tekanan yang berlebihan sehingga manajemen tidak melakukan tindakan
fraudulent financial reporting untuk menaikkan laba usaha yang dapat merugikan
perusahaan kedepannya.

DAFTAR PUSTAKA
AICPA, SAS No. 99. (2002). Consideration of Fraud in a Financial Statement Audit.
AICPA. New York
Albrecht, W.S., Albrecht, C.C., Albrecht, C.O., (2006), Fraud Examination 2nd edition,
South-Western, a division of Thomson Learning.
Albrecht, W.S., Albrecht, C.O., Albrecht, C.C, & Zimbelman , M.F. (2012). Fraud
Examination 4th ed., USA: South-Western, Cengage Learning.
Altman, E I., (2000), Predicting the Financial Distress of Companies: Revisiting the Z-
score and ZETA Models, Working Paper, New York University.
Altman, E.I., (1968), Financial Ratios, Discriminant Analysis and the Prediction of
Corporate Bankruptcy, Journal of Finance, 23 (4), hal 589-609.
Annisya, M., Lindrianasari, & Asmaranti, Y. (2016). Pendeteksian Kecurangan Laporan
Keuangan Menggunakan Fraud Diamond. Jurnal Bisnis dan Ekonomi. Volume 23
No.1, Lampung: Universitas Lampung.
Aprilia. (2017). Analisa Pengaruh Fraud Pentagon Terhadap Kecurangan Laporan
Keuangan Menggunakan Benesih Model Pada Perusahaan Yang Menerapkan
Asean Corporate Governance Scorecard. Jurnal Akuntansi Riset Vol 6, No 1,
Jakarta: Universitas Trisakti.
Arens, Elder, & Beasley. (2002). Auditing dan Jasa Assurance, Edisi 12, Penerbit:
Erlangga, Jakarta.
Association of Certified Fraud Examiners. (2016). Report to the nation on occupational
fraud and abuse (2016 global fraud study).
http://www.acfe.com/rttn2016/resources/downloads.aspx. Diakses pada 25
Oktober 2017.
Beneish, Messod D, (1999), “The Detection of Earnings Manipulation”, Finanial Analysis
Journal, 55, hal 24-36.
Chaney, P.K., Faccio, M., & Parsley, D., 2011. The Quality Of Accounting Information In
Politically Connected Firms. Journal of Accounting and Economics, Vol. 51, No.
1: 58-76.
Charalambos, T.S. (2002). Detecting False Financial Statements Using Published Data:
Some Evidence From Greece. Managerial Auditing Journal 17/4, 179–191.
Cressey, D.R. (1953). Other People’s Money. Montclair, NJ: Patterson Smith, pp1-300.
Crowe, H. (2011). The Mind Behind The Fraudsters Crime: Key Behaviorial and
Environtmental Element.
Devy, K.L.S., Wahyuni, M.A., & Sulindawati, N.L.G.E. (2017). Pengaruh Frequent
Number Of Ceo’s Picture, Pergantian Direksi Perusahaan Dan External Pressure
17
Analisis Pengaruh Fraud Pentagon Terhadap Fraudulent Financial Reporting Dengan Menggunakan
Model Altman

Dalam Mendeteksi Fraudulent Financial Reporting. Jurnal Akuntansi. Vol 08, No


02, Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.
Dunn, P. (2004). The Impact Of Insider Power on Fraudulent Financial Reporting. Journal
Of Management. Vol 30. No 3. Canada: Brock University.
Efferin, S., Darmadji, S.H., & Tan, Y. (2012). Metode Penelitian Akuntansi: Mengungkap
Fenomena dengan Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif, Yogyakarta: Graha Ilmu.
Fimanaya, F. & Syafruddin, M. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecurangan
Laporan Keuangan (Studi Empiris pada Perusahaan Non Keuangan yang Terdaftar
di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2011). Diponegoro Journal Of Accounting.
Volume 3, Nomor 3. Semarang: Universitas Diponegoro.
Ghozali, Imam. (2013). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 21.
Semarang: BP UNDIP.
Hanifa, S.I. (2015). Pengaruh Fraud Indicators Terhadap Fraudulent Financial Statement.
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis. Volume 04, Nomor 04,
Semarang: Universitas Diponegoro.
Hawariah, D., Amrizah, K., Zuraidah, M.S. , & Khairun, S.K. (2014). Accountability in
Financial Reporting: Detecting Fraudulent Firms. aProcedia-Social and
Behavioural Sciences 145, 61–69.
IAPI. Standar Audit No. 240: Tanggung Jawab Auditor Terkait dengan Kecurangan
dalam Suatu Audit atas Laporan Keuangan.
Ikatan Akuntan Indonesia. (2015). Modul Chartered Accountant Etika Profesi dan Tata
Kelola Korporat. Jakarta: Ikatan Akuntan Indonesia.
Iqbal, M. & Murtanto. (2016). Analisa Pengaruh Faktor-Faktor Fraud Triangle Terhadap
Kecurangan Laporan Keuangan Pada Perusahaan Property Dan Real Estate Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Seminar Nasional Cendekiawan: Jakarta
Jensen, M.C dan Mecking, W.H. (1976). Theory of The Firm : Managerial Behavior,
Agency Costs and Ownership Structure. Journal of Financial Economics 3
(University of Rochester, Rochester NY).
Kartikasari, R.N., & Irianto, G. (2010). Penerapan Model Beneish (1999) dan Model
Altman (2000) Dalam Pendeteksian Kecurangan Laporan Keuangan. Jurnal
Akuntansi Multiparadigma. Vol.1 No. 2. Malang: Universitas Brawijaya.
Kuncoro, M. (2014). Metode Riset untuk Bisnis & Ekonomi : Bagaimana meneliti &
menulis tesis?. Jakarta: Erlangga.
Kusumawardhani, P. (2013). Deteksi Financial Statement Fraud Dengan Analisis Fraud
Triangle Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di BEI. Jurnal Akuntansi
UNESA, Vol 1, No 3, Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.
Lou, Y.I., & Wang, M.L. (2009). Fraud Risk Factor Of The Fraud Triangle Assesing The
Likelihood Of Fraudulent Financial Reporting. Journal Of Business & Economic
Research. Vol 7 No 2. Taiwan.
Luhgiatno. (2010). Analisis Pengaruh Kualitas Audit Terhadap Menejemen Laba Studi
Pada Perusahaan Yang Melakukan IPO Di Indonesia. Fokus Ekonomi. Vol. 5, No.
2. Semarang .
18
Analisis Pengaruh Fraud Pentagon Terhadap Fraudulent Financial Reporting Dengan Menggunakan
Model Altman

Mahama, M. (2015). Detecting Corporate Fraud And Financial Distress Using The
Altman And Beneish Models The Case Of Enron Corp. International Journal Of
Economics, Commerce And Management, Vol. III, Issue 1, Ghana : Tamale
Polytechnic.
Manurung, D.T.H., & Hadian, N. (2013). Detection Fraud of Financial Statement with
Fraud Triangle. Proceedings of 23rd International Business Research Conference.
Australia.
Martantya, M.R. & Daljono. (2013). Pendeteksian Kecurangan Laporan Keuangan
Melalui Faktor Risiko Tekanan Dan Peluang (Studi Kasus Pada Perusahaan Yang
Mendapat Sanksi Dari Bapepam Periode 2002-2006). Diponegoro Journal of
Accounting. Vol.2. No.2. Semarang:Universitas Diponegoro.
Mehta, A., & Bhavani, G. (2017). Application of Forensic Tools to Detect Fraud: The
Case of Toshiba. Journal of Forensic and Investigative Accounting, Vol. 9: issue 1,
Dubai: Institute of Management Technology.
Mehta, U., Patel, A., Patel, H., & Purohit, R. (2012). Detection of Fraudulent Financial
Statement in India: An Exploratory Study. Proceedings of the 2nd International
Conference on Enterprise Systems & Accounting (ICESA 2005), GFMJR,
January—June Vol.No.4.
Nguyen, K. (2008). Financial Staement Fraud: Motives, Methods, Cases and Detection.
Dissertation: Florida
Ozcul, F.U., & Pamukcu, A. (2012). Fraud Detection and Forensic Accounting. Springer-
Verlag Berlin Heidelberg.
Petriella, Y .(2015). OJK: Kader Parpol Tidak Boleh Menjadi Komisaris Bank.
http://finansial.bisnis.com/read/20150318/90/413400/ojk-kader-parpol-tidak-
boleh-menjadi-komisaris-bank. Diakses pada tanggal 20 Desember 2017
Putri, A. (2012). Kajian: Fraud (Kecurangan) Laporan Keuangan. Jurnal Riset Akuntansi
& komputerisasi akuntansi Vol 3, No 01, Bekasi: Universitas Islam 45.
Rachmawati, K.K., & Marsono. (2014). Pengaruh Faktor-Faktor Dalam Perspektif Fraud
Triangle Terhadap Fraudulent Financial Reporting (Studi Kasus pada Perusahaan
Berdasarkan Sanksi dari Bapepam Periode 2008-2012). Diponegoro Journal Of
Accounting. Volume 3, Nomor 2. Semarang:Universitas Diponegoro.
Rahmanti, M., & Daljono, M. (2013). Pendeteksian Kecurangan Laporan Keuangan
Melalui Faktor Risiko Tekanan Dan Peluang (Studi Kasus Pada Perusahaan Yang
Mendapat Sanksi Dari Bapepam Periode 2002-2006). Diponegoro Journal Of
Accounting. Volume 2, Nomor 2. Semarang:Universitas Diponegoro.
Ratmono, D., Diany, Y.A. (2014). Determinan Kecurangan Laporan Keuangan:Pengujian
Teori Fraud Triangle. Diponegoro Journal Of Accounting. Volume 3, Nomor 2.
Semarang:Universitas Diponegoro.
Reskino & Anshori, M.F. (2016). Model Pendeteksian Kecurangan Laporan Keuangan
Dengan Analisis Fraud Triangle. Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Vol. 7, No. 2.
Banten:UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Robbins, P.S., & Coutler, M. (2010). Manajemen edisi kesepuluh. Jakarta:Erlangga.
19
Analisis Pengaruh Fraud Pentagon Terhadap Fraudulent Financial Reporting Dengan Menggunakan
Model Altman

Siddiq, F.R., (2017). Analisis Fraud Pentagon untuk Mendeteksi Financial Statement
Fraud (Studi Empiris Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Jakarta Islamic Index
(JII) Tahun 2014-2015. (Tesis yang tidak dipublikasikan). Solo:Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Sihombing, K.S., & Rahardjo, S.N. (2014). Analisis Fraud Diamond Dalam Mendeteksi
Financial Statement Fraud : Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (Bei) Tahun 2010-2012. Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Volume 03, Nomor 02, Semarang: Universitas
Diponegoro.
Skousen, C. J., K. R. Smith, dan C. J. Wright. (2009). Detecting and Predecting Financial
Statement Fraud: The Effectiveness of The Fraud Triangle and SAS No. 99.
Corporate Governance and Firm Performance Advances in Financial Economis,
Vol. 13, h. 53-81.
Sugiarto. (2009). Struktur Modal, Struktur Kepemilikan Perusahaan, Permasalahan
Keagenan & Informasi Asimetri. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sujarweni, V.W. (2016). Penelitian Akuntansi dengan SPSS. Yogyakarta: Pustaka Baru
Press.
Sukirman, & Sari,M.P. (2013). Model Deteksi Kecurangan Berbasis Fraud Triangle
(Studi Kasus Pada Perusahaan Publik Di Indonesia). Jurnal Akuntansi & Auditing,
Volume 9,No. 2, Semarang: Universitas Negeri Semarang.
Tampubolon, R. (2005). Risk and Systems- Based Internal Auditing. Jakarta: Gramedia.
Tessa, C.G. & Harto (2016). Fraudulent Financial Reporting : Pengujian Teori Fraud
Pentagon Pada Sektor Keuangan Dan Perbankan Di Indonesia . Simposium
Nasional Akuntansi XIXl, Lampung.
Tuanakotta, T.M. (2013). Mendeteksi Manipulasi Laporan Keuangan. Jakarta: Salemba
Empat.
Ulfah, M. Nuraina, E. & Wijaya, A.L. (2017). Pengaruh Fraud Pentagon Dalam
Mendeteksi Fraudulent Financial Reporting (Studi Empiris Pada Perbankan Di
Indonesia Yang Terdaftar Di BEI. Forum Ilmiah Pendidikan Akuntansi. Vol.5,
No.1. Madiun
Wolfe, D.T. & Dana R.H. (2004). The Fraud Diamond:Considering the Four Elements of
Fraud. CPA Journal. Vol 74, No 12.
Yusof, M.K., Simon, J., & Khair, A.A.H. (2015). Fraudulent Financial Reporting: An
Application of Fraud Models to Malaysian Public Listed Companies. The
Macrotheme Review 4(3), Spring.

Anda mungkin juga menyukai