Anda di halaman 1dari 12

Nurchaili, Membentuk Karakter Siswa Melalui Keteladanan Guru

Membentuk Karakter Siswa Melalui Keteladanan Guru

Nurchaili
Guru Madrasah Aliyah Negeri Darussalam Kabupaten Aceh Besar
e-mail: nurchaily@yahoo.com

Abstrak: Pemerintah berusaha menyikapi permasalahan dekadensi moral atau merosotnya karakter
peserta didik dengan mencanangkan pendidikan karakter disetiap jenjang pendidikan. Pendidikan karakter
merupakan suatu proses pendidikan secara holistik yang menghubungkan dimensi moral dengan ranah
sosial dalam kehidupan peserta didik sebagai pondasi bagi terbentuknya generasi yang berkualitas yang
mampu hidup mandiri dan memiliki prinsip kebenaran yang dapat dipertanggungjawabkan. Dalam
praktiknya pendidikan karakter tidak hanya membutuhkan teori atau konsep semata. Karakter merupakan
perilaku (behaviour), bukan pengetahuan sehingga untuk dapat diinternalisasi oleh peserta didik, maka
harus diteladankan bukan hanya diajarkan. Pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah lebih tepat
melalui pendekatan modeling, keteladanan (uswah) yang dilakukan oleh guru. Keteladanan guru perlu
diciptakan karena gurulah sebagai tokoh sentral yang setiap saat menjadi perhatian peserta didik di
sekolah. Guru harus benar-benar menjadi teladan bukan hanya sebatas penyampai informasi ilmu
pengetahuan, melainkan meliputi kegiatan mentransfer kepribadian yang berbudi pekerti luhur guna
membentuk karakter peserta didik sebagai aset bangsa yang akan menjadi penentu eksistensi bangsa
ini.

Kata kunci: karakter dan keteladanan guru

Abstract: The government made an effort to solve moral decadence problem by proclaiming “ Character
Education” in every level of education. Character education is a holistic educational process that connects
the moral dimension to the social realm in the students life as the foundation to establish quality generations
who are able to live independently and have the truth principle that can be accounted for. Character is a
“behavior” not a ‘knowledge’. So, in the practice of character education requires not only the theory or
the concept its self, but also the direct model of the teacher. Therefore, it can be internalized by the
students well because it is not only taught but also exemplified. The implementation of character education
in schools is more accurate through modeling approaches, modeling (uswah) conducted by the teacher.
Teacher’s exemplary is needs to be created because a teacher is a central figure in the school that the
students’ attention always for them. Teachers should really be an example not only the conveyor of
science information, but also includes transfer’s activity of virtuous noble character personality in order
to form student’s character as a national asset that will be the determinant of the existence of this nation.

Key word: character and teacher’s exemplary

Pendahuluan Apa yang salah dengan bangsa ini? Menyadari


Bangsa Indonesia berada pada titik nadir akan hal ini semua kita terperangah, dan mulai lihat kiri
kehilangan jati dirinya, peradaban bangsa yang kanan mencari alasan dan penyebab semua
luhur telah tenggelam entah kemana. Siapa yang kekacauan ini. Siapa yang salah dan siapa yang
bertanggung jawab terhadap kemerosotan ini? harus dipersalahkan. Sorotan terbesar tertuju
Bangsa yang dulunya terkenal dengan peradaban- pada sist em pendidikan nasional. Berbagai
nya yang tinggi, kini tergantikan dan terkenal pendapat dan kritik mulai terlontar. Sistem
dengan bangsa korup, bangsa yang tidak memiliki pendidikan nasional dengan guru sebagai ujung
kepribadian, bangsa yang kacau, bangsa yang tombaknya dianggap yang paling bertanggung
jorok, bodoh, anarkis dan banyak atribut jelek jawab terhadap kekacauan ini. Padahal jika kita
lainnya yang kini melekat pada bangsa ini. simak visi dan misi pendidikan Indonesia dalam

233
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 16, Edisi Khusus III, Oktober 2010

UUD 1945, semua telah dituangkan dengan cukup berakhlak mulia sebagaimana dicita-citakan dalam
bijak, “Pemerintah mengusahakan dan menye- tujuan pendidikan nasional.
lenggarakan suatu sistem pendidikan nasional Sudah saatnya kegagalan sistem pendidikan
yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan nasional kita sikapi. Dibutuhkan niat suci dan
kepada Tuhan Yang Maha Esa serta akhlak mulia tekad bulat serta keseriusan dan kerja keras dari
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.” semua pihak untuk mampu mengembalikan visi,
Dalam UU No. 20 Tahun 2003, tentang Sistem misi, tujuan dan fungsi dari pendidikan nasional
Pe nd idikan Nas io na l me negaskan bahwa: pada jalur yang benar agar mampu mengembang-
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana kan dan membentuk watak serta peradaban
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses bangsa yang bermartabat.
pembelajaran agar peserta didik secara aktif Dari sudut pandang manapun kita menilai,
mengembangkan potensi dirinya untuk mempu- diakui atau tidak, setiap kita punya andil terhadap
nyai kekuatan spritual keagamaan, pengendalian kegagalan sistem pendidikan nasional. Sistem
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta pendidikan nasional tidak akan mampu mewujud-
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyara- kan semua visi, misi, tujuan dan fungsinya tanpa
kat , bangsa dan negara”, dan “Pendidika n dukungan semua pihak. Oleh karena itu, tidaklah
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta bijak bagi kita menyalahkan pihak tertentu, seperti
didik agar menjadi manusia yang beriman dan guru, sebagai penyebab lunturnya karakter positif
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak anak bangsa ini. Orang tua yang sejatinya
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan diamanahkan Allah SWT. atas pendidikan putra-
menjadi warga negara yang demokratis serta putrinya dengan berbagai sebab dan alasan telah
bertanggung jawab, serta pendidikan berfungsi menyerahkan bulat-bulat tugas dan tanggung
mengembangkan kemampuan dan membentuk jawabnya kepada guru di sekolah-sekolah dengan
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat berbagai keterbatasannya, de mi kian pula
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa”. masyarakat yang kontrol sosialnya semakin tidak
Anda tentu sepakat jika tidak ada yang salah dari berperan dan pemerintah yang selama ini lebih
isi Undang-Undang di atas. Tapi kenapa realitas- menitikberatkan pembangunan di sektor fisik,
nya justru kontradiktif dengan harapan. semuanya ikut mengambil and il terhada p
Cara pandang yang meletakkan pendidikan kegagalan pembentukan karakter anak bangsa.
sebagai ladang ekonomis telah menghasilkan Meskipun realitanya bangsa ini semakin
insan yang berusaha memanipulasi hakikat terpuruk, namun para elit bangsa masih terus
pendidikan. Pendidikan tak ubahnya sebuah disibukkan dengan perdebatan serius mengenai
proyek untuk memfasilitasi global market tanpa persoalan ekonomi yang diyakini merupakan
kualitas sumber daya manusia. Imbasnya lahirlah poros utama untuk perbaikan kehidupan bangsa.
masalah yang sekaligus menjadi dilema bagi Dunia pendidikan boleh dikata hampir tak pernah
dunia pendidikan sendiri, yaitu munculnya anak secara serius dibicarakan dan dibahas oleh para
didik generasi mall dengan ciri-ciri santai, pemalas, elit bangsa agar dapat menghasilkan grand design
manipulatif, tidak jujur pada diri sendiri dan orang pendidikan yang mampu menjadi poros utama
lain, mengutamakan penampilan mewah dan kemajuan bangsa ini. Padahal dari pengalaman
berpola pikir serba mudah dan instan. Di samping banyak negara maju harusnya kita bisa belajar
itu, dekadensi moral juga semakin menggila. bahwa kunci kemajuan suatu bangsa sangat
Maraknya tawuran antar remaja, perilaku anarkis, tergantung dari sejauh mana diperhatikan dan
penyalahgunaan narkoba, pergaulan bebas, dibenahinya dunia pendidikan. Baru dipenghujung
korupsi, kriminalitas yang semakin merajalela, tahun ini sepertinya kita mulai menyadari dan
kerusakan lingkungan, dan berbagai tindakan kal au boleh dikata se pakat bahwa dunia
patologi sosial lainnya menunjukkan indikasi tidak pendidikan merupakan sektor terpenting dalam
relevannya sistem pendidikan yang selama ini pembangunan bangsa.
dise lenggara kan da lam upaya me mbentuk Oleh karena itu, sebagai langkah awal,
manusia Indonesia yang berkepribadian dan sangatlah penting bagi semua pihak untuk

234
Nurchaili, Membentuk Karakter Siswa Melalui Keteladanan Guru

menyadari dan mengakui kesalahan masing- yang berkualitas yang mampu hidup mandiri dan
masing dalam kaitannya dengan kemerosotan memiliki prinsip kebenaran yang dapat dipertang-
karakter bangsa ini, untuk kemudian ditindak- gungjawabkan. Pendidikan karakter merupakan
lanjuti dengan mencari solusinya. Kegagalan suatu proses pembentukan perilaku atau watak
membentuk karakter anak bangsa merupakan seseorang, sehingga dapat membedakan hal-hal
“kesalahan kolektif” yang tidak bisa ditimpakan yang baik dan yang buruk dan mampu menerap-
pada kegagalan pendidikan saja. Oleh karenanya, kannya dalam kehidupan. Pendidikan karakter
solusi yang paling tepat untuk mengatasi masalah pada hakikat nya merupakan konsekuensi
ini adalah dengan berkomitmen sungguh-sungguh tanggung jawab seseorang untuk memenuhi
untuk melakukan perbaikan secara kolektif pula. suatu kewajiban.
Masing-masing kita instrospeksi diri dan berusaha Menurut Foe rste r yang dikut ip o leh
keras untuk mencari solusi guna memperbaiki dan Koesoema, D., ada empat ciri dasar dalam
mengembalikan serta meningkatkan karakter pendidikan karakter. Pertama, keteraturan interior
positif anak bangsa. Lakukan yang terbaik yang di mana setiap tindakan diukur berdasar hierarki
kita bisa, jangan sibuk mencari kesalahan orang nilai. Nilai menjadi pedoman normatif setiap
lain. Tapi mari kita mulai dari diri kita, orang terde- tindakan; Ke dua, koherensi yang me mberi
kat kita dan tugas di bawah tanggung jawab kita. keberanian, membuat seseorang teguh pada
Selanjutnya, tulisan ini membahas tentang prinsip, tidak mudah terombang-ambing pada
tanggung jawab guru sebagai pendidik karakter situasi baru atau takut risiko. Koherensi merupa-
masa depan bangsa. Penulis sebagai seorang kan dasar yang membangun rasa percaya satu
guru tingkat menengah atas merasa terpanggil sama lain. Tidak adanya koherensi meruntuhkan
untuk mencari solusi dari permasalahan besar kredibilitas seseorang; Ketiga, otonomi. Di situ
bangsa ini. Penulis sangat tertarik untuk memberi- seseorang menginternalisasikan aturan dari luar
kan berbagai pemikiran yang berkenaan dengan sampai menjadi nilai-nilai bagi pribadi. Ini dapat
hal-hal yang dapat dilakukan seorang guru dalam dilihat lewat penilaian atas keputusan pribadi
membentuk karakter siswa sebagai generasi tanpa terpengaruh atau desakan pihak lain;
penerus bangsa. Adapun yang menjadi permasa- Keempat, keteguhan dan kesetiaan. Keteguhan
lahan dalam tulisan ini adalah apakah keteladanan merupakan daya tahan seseorang guna memper-
guru dapat me mb entuk karakt er sis wa? tahankan apa yang dipandang baik. Dan kesetia-
Berangkat dari permasalahan tersebut tujuan an merupakan dasar bagi penghormatan atas
penuli san ini ya itu mengagas penti ngnya komitmen yang dipilih.
keteladan guru dalam membentuk karakter siswa.
Pentingnya Pendidikan Karakter
Kajian Literatur dan Pembahasan Pentingnya pendidikan karakter dalam kehidupan
Pendidikan Karakter manusia merupakan hal prinsip yang banyak
Sebelum kita membahas lebih jauh mengenai diperbincangkan. Pendidikan karakter (akhlak)
guru sebagai pendidik karakter, ada baiknya kita dalam Islam tertulis jelas dalam Al-Quran surat
mengetahui terlebih dahulu mengenai apa itu Al-Qalam ayat 4 yang artinya: “Dan sesungguhnya
karakter. Menurut Megawangi, R (2007) karakter kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.”
berasal dari bahasa Yunani yaitu charassein, yang Demikian pula misi utama diutusnya Rasulullah
artinya mengukir hingga terbentuk suatu pola. Jadi shallallahu ‘alaihi was sallam adalah untuk
untuk mendidik anak agar memiliki karakter memperbaiki dan menyempurnakan akhlak yang
diperlukan proses ’mengukir’, yakni pengasuhan mulia. Sebagaimana hadits berikut:
dan pendidikan yang tepat.
Raharjo, S.B. (2010) menyatakan, pendidikan ‫ار َم ﻷُت َ ِ ّم َم بُ ِعثْ تُ ِإنﱠ َم ا‬ ِ َ‫اﻷ َ ْخ ﻼ‬
ِ ‫ق َم َك‬
karakter adalah suatu proses pendidikan secara
holistik yang menghubungkan dimensi moral yang artinya “Sesungguhnya aku (Nabi shallallahu
dengan ranah sosial dalam kehidupan peserta ‘alaihi was sallam) diutus untuk menyempurnakan
didik sebagai pondasi bagi terbentuknya generasi akhlak yang mulia” (HR. Baihaqi)

235
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 16, Edisi Khusus III, Oktober 2010

Pendidikan karakter sangat penting ditanam- jenjang pendidikan. Sebab siswa yang menjadi
kan sedini mungkin. Karena dengan karakter yang sasaran pendidikan karakter adalah generasi
baik kita melakukan hal-hal yang patut, baik dan penerus masa depan bangsa yang akan menjadi
benar sehingga kita bisa berkiprah menuju penentu eksistensi bangsa ini.
kesuksesan hidup, kerukunan antar sesama dan
berad a da lam ko rido r pe rilaku yang baik. Guru yang Diharapkan dalam Pendidikan
Sebaliknya, kalau kita melanggar maka kita akan Karakter
mengalami hal-hal yang tidak nyaman, dari yang Saat ini kehadiran guru sebagai pendidik semakin
sifatnya ringan, seperti tidak disenangi, tidak nyata menggantikan sebagian besar peran orang
dihormati orang lain, sampai yang berat seperti tua yang notabene adalah pengemban utama
melakukan pelanggaran hukum. amanah Allah SWT. atas anak yang dikaruniakan
Penerapan pendidikan karakter semakin kepadanya. Guru telah meringankan sebagian tu-
mendesak guna menyikapi dekadensi moral atau gas orang tua dalam mendidik anak-anak mereka.
kemerosotan budi pekerti siswa yang terjadi Dari berbagai asal dan dengan berbagai
merata di seluruh negeri ini. Kemerosotan budi alasan banyak orang berprofesi sebagai guru.
pekerti telah menjadi pemandangan umum yang Apapun latar belakangnya, apapun motivasinya,
jelas terlihat dalam keseharian kehidupan remaja. dan apapun alasannya : profesi guru menuntut
Bahkan sebagian besar telah terekam dalam kompetensi sebagai guru. Guru berkompeten yang
berbagai berita di media elektronik maupun non diharapkan tentu saja guru yang tidak hanya
elektronik yang dengan vulgar memuat berbagai mengetahui tugas dan tanggung jawabnya, tapi
tindakan yang mengindikasikan karakter yang juga harus mampu melaksanakan tugas dan
tidak diharapkan, seperti: tawuran antar pelajar, tanggung jawabnya dengan sebaik mungkin.
tidak adanya sopan santun terhadap orang tua Berdasarkan Undang-Undang Guru dan Dosen No.
dan orang yang lebih tua, serta guru, pelecehan 14 Tahun 2005 disebutkan seorang guru harus
seksual, pergaulan bebas, merokok dan narkoba, memiliki empat kompetensi, yaitu kompetensi
suka berbohong, menipu dan berbagai sikap serta profesional, pedagogis, personal, dan sosial. Dari
tindakan tidak terpuji lainnya. keempat kompetensi tersebut, aspek yang paling
Selain itu, alasan yang lebih penting adalah mendasar untuk menjadi seorang guru yang
banyaknya keluhan ketika terjadi interaksi antara mampu mendidik karakter siswa yaitu aspek
orang tua dan guru tentang siswa. Banyak orang kepribadian (personalitas), karena aspek pribadi
tua melaporkan anaknya enggan pergi ke sekolah, inilah yang menjadi cikal bakal lahirnya komitmen
anak takut maju ke depan kelas ketika mendapat diri, dedikasi, kepedulian, dan kemauan kuat
giliran atau anak tidak ada kemauan untuk untuk terus berbuat yang terbaik dalam kiprahnya
belajar. Guru menyatakan bahwa banyak siswa di dunia pendidikan.
kurang menunjukkan kesungguhan dalam belajar Untuk memenuhi ketersediaan guru ber-
dan kurang berusaha, terlambat datang, sering kompeten yang diharapkan, sangat penting mem-
tidak membuat tugas, menyontek, kurang ramah, benahi sistem perekrutan guru dalam birokrasi
angkuh, suka meremehkan, bersikap kurang ajar, pendidikan. Perekrutan guru tidak hanya dilaku-
menentang dan berkecenderungan balas dendam, kan berdasarkan kualifikasi akademik semata
kurang tegar dan tangguh dalam menghadapi tetapi lebih menyangkut aspek stabilitas mental,
tekanan. kapasitas intelektual dan profesionalitas serta
Sikap-sikap siswa yang demikian tentu saja memiliki moral keagamaan yang tinggi sebagai
merisaukan semua pihak baik orang tua, guru, modal dalam membimbing peserta didiknya.
masyarakat dan juga pemerintah. Bagaimana Guru sesungguhnya bukan sembarang
nasib bangsa ini jika generasi penerusnya tidak pekerjaan melainkan pekerjaan yang pelakunya
bermoral? Apa gunanya cerdas bila tidak disertai memerlukan persyaratan, baik terkait dengan
dengan budi pekerti yang luhur? Berdasarkan akhlak, pengetahuan dan keterampilan. Guru
kondisi yang sangat memprihatinkan ini sudah yang tugasnya mentransfer kepribadian akhlak,
saatnya menerapkan pendidikan karakter disetiap spiritual, ilmu dan keterampilan tidak akan bisa

236
Nurchaili, Membentuk Karakter Siswa Melalui Keteladanan Guru

dibentuk secara mendadak dengan bekal seada- untuk membangun karakter anak dan dunia
nya. Perlu diinsyafi guru yang bisa disebut sebagai pendidikan; 4) Mengelola diri dan sumber daya
ulama tidak lain merupakan warisatul ambiya dan lainnya sehingga mampu melahirkan kreativitas
sekaligus teladan kehidupan dalam lingkup yang dan inovasi pendidikan; 5) Memiliki etika dan moral
luas dan menyeluruh. Inilah tugas guru yang amat yang menjadi teladan; 6) Menguasai berbagai
strategis dan mulia. metode pembelajaran yang variatif; dan 7) Mampu
Menurut Rani Pardini yang dikutip oleh Adhi, bertindak efektif pada tahap persiapan, pelak-
R (2010) ada tiga model guru berdasarkan sanaan pembelajaran, dan evaluasi hasil belajar.
tingkatan kualitasnya, yaitu guru okupasional, Tentu saja, guru yang diharapkan merupakan
guru profesional, dan guru vokasional. Guru model guru yang ada lebihnya dan guru super
okupasional adalah sosok guru yang menjalani (guru yang adanya tidak sekadar ada). Karena
profesi guru sekadarnya, tanpa kepedulian lebih guru seperti inilah yang dibutuhkan bangsa ini.
memerhatikan anak didiknya. Guru profesional Guru yang s ungguh seo rang p endidik da n
yaitu guru yang memiliki tanggung jawab lebih dewasa, guru yang memiliki kematangan baik
memenuhi kualifikasi undang-undang dan syarat intelektual maupun emosional. Kematangan
kompetensi guru sesuai dengan regulasi yang intelektual dan emosional yang dapat kita lihat
berlaku. Sementara itu, guru vokasional adalah dari kemampuan bernalar dan bertutur, dapat
guru yang menjalani profesinya sebagai sebuah memberi contoh sikap baik, mengerti perkem-
panggilan sehingga menjalani tugasnya dengan bangan anak dengan segala persoalannya, kreatif,
penuh antusias, sabar, komitmen, dan terus inovatif menguasai materi dan banyak metode
mengembangkan diri serta profesinya. pembelajaran yang sesuai dengan perkembang-
Lebi lanjut, Adhi, R (2010) meminjam istilah an, situasi dan intelegensi peserta didik.
Reza M. Syarif, mengelompokkan guru dalam lima
model dilihat dari keberadaan dan prestasinya Pendekatan Pendidikan Karakter
(performa). Kelima model guru tersebut yaitu: 1) Mampukah guru sebagai ujung tombak pendidikan
Guru yang apa adanya. Guru model ini mengajar membentuk siswa yang tidak hanya cerdas tapi
sekadar menggugurkan kewajiban, tidak peduli juga berkarakter sebagai generasi penerus masa
dengan keadaan anak di luar kelas atau masalah- depan bangsa ini. Bagaimanakah usaha dan cara
masalah di rumahnya; 2) Guru yang tidak ada apa- yang dapat dilakukan guru untuk mendidik karak-
apanya. Guru seperti ini sama sekali tidak memiliki ter siswanya?
gairah untuk menjadikan siswa pintar apalagi Dalam mendidik karakter, guru dapat mengacu
berkarakter; 3) Guru yang ada-ada saja. Guru pada grand design pendidikan karakter yang
model ini lebih banyak kesan negatifnya daripada dirancang oleh Kementerian Pendidikan Nasional
positifnya. Tapi biasanya bersifat kasuistis, namun sebagai upaya untuk meningkatkan kesesuaian
sangat perlu diwaspadai karena bisa mencoreng dan mutu pendidikan karakter, untuk setiap jalur,
dan menghancurkan dunia pendidikan; 4) Guru jenjang, dan jenis satuan pendidikan. Grand design
yang ada lebihnya. Merupakan sosok guru yang menjadi rujukan konseptual dan operasional
sadar akan tugas pokok dan fungsinya (tupoksi) pengembangan, pelaksanaan, dan penilaian pada
sebagai guru. Guru yang ada lebihnya adalah guru setiap jalur dan jenjang pendidikan. Konfigurasi
yang tertarik untuk terus peduli pada perkem- karakter dalam konteks totalitas proses psikologis
bangan anak didiknya; dan 5) Guru yang adanya dan sosial-kultural tersebut dikelompokkan dalam:
tidak sekadar ada, inilah sosok guru super yaitu, Olah Hati (Spiritual and emotional development),
guru yang sangat sadar pada eksistensinya, Olah Pikir (intellectual development), Olah Raga dan
potensinya, profesinya, situasi dan kondisinya, visi Kinestetik (Physical and kinestetic development),
dan misinya, obsesinya, serta efektivitas aksinya. dan Olah Rasa dan Karsa (Affective and Creativity
Untuk menjadi guru “super” harus dibangun development) (Kementerian Pendidikan Nasional,
minimal tujuh aspek, meliputi: 1) Mind set atau 2010).
pola pikir yang benar; 2) Mental positif, proaktif, Secara teoretis, ada dua pendekatan yang
progresif, dan prestatif; 3) Motivasi yang super ditawarkan banyak pihak dalam menerapkan

237
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 16, Edisi Khusus III, Oktober 2010

pendidikan karakter di sekolah. Pendekatan sikap siswa dalam menghadapi dan mengikuti
pertama; pendidikan karakter diposisikan sebagai pelajaran yang bersangkutan maupun sikap siswa
mata pelajaran tersendiri, dan pendekatan kedua dalam menyerap nilai-nilai yang ditanamkan pada
pendidikan karakter diposisikan sebagai misi materi pelajaran tersebut. Sebagai contoh, dalam
setiap mata pelajaran atau diintegrasikan ke mata pelajaran matematika dapat ditanamkan
dalam setiap mata pelajaran. Agaknya pendekat- sikap kejujuran. Siswa diajarkan untuk tidak salah
an kedua yang menjadi pilihan dalam implementasi melakukan operasi hitungnya, jangan sampai
pendidikan karakter yang bakal diterapkan di terjadi manipulasi data yang saat ini sangat marak
se ko lah-se kolah. Hal ini s ejal an dengan dan telah menjadi tren di negara kita dengan
pernyataan Wakil Menteri Pendidikan Nasional, mark up dan korupsinya. Guru matematika dapat
Fasli Jalal yang ditulis oleh Napitupulu, E.L (2010) menyentuh pikiran dan sekaligus hati siswa
pendidikan karakter yang didorong Pemerintah tentang bahaya korupsi yang menjadi salah satu
untuk dilaksanakan di sekolah-sekolah tidak akan sebab keterpurukan bangsa ini. Guru dapat mena-
membebani guru dan siswa. Sebab, hal-hal yang namkan karakter kejujuran kepada siswanya agar
terkandung dalam pendidikan karakter sebenar- tidak menjadi koruptor.
nya sudah ada dalam kurikulum, namun selama Selanjutnya, pada mata pelajaran kimia guru
ini tidak dikedepankan dan diajarkan secara dapat mengajarkan banyak sekali nilai-nilai yang
tersurat. Jadi pendidikan karakter tidak diajarkan dapat membentuk karakter siswa. Pelajaran kimia
dalam mata pelajaran khusus. Namun, dilaksana- sarat dengan materi yang dapat mendatangkan
kan melalui keseharian pembelajaran yang sudah bahaya bagi keselamatan umat manusia disam-
berjalan di sekolah. ping juga dapat digunakan untuk meningkatkan
kesejahteraan umat manusia. Jadi kemaslahatan
Guru Karakter dari pembelajaran kimia sangat tergantung dari
Siapakah yang harus menjadi guru pendidikan karakter manusianya. Jika manusianya berkarak-
karakter? Setiap guru diharapkan dapat menjadi ter baik, maka ilmu kimia yang dimilikinya akan
guru pendidikan karakter dan setiap guru seharus- dimanfaatkan untuk kebaikan pula. Namun
nya berkompeten untuk mendidik karakter peserta demikian, jika karakter manusianya tidak baik,
didiknya. Banyak pendapat yang menyatakan maka ilmu kimia tersebut akan dimanfaatkan
bahwa pendidikan karakter tidak usah diajarkan untuk melakukan tindakan-tindakan kejahatan.
khusus sebagai mata pelajaran yang berdiri Contohnya dengan bom atom dunia bisa hancur
sendiri. Tapi pendidikan karakter dapat diintegra- seketika. Oleh karenanya, guru kimia sangat
sikan pada setiap mata pelajaran. Artinya setiap penting menanamkan nilai-nilai karakter seperti,
guru mata pelajaran memiliki tugas dan tanggung nilai-nilai kemanusiaan, cinta damai, kasih sayang
jawab untuk mendidik karakter siswanya. dan lain sebagainya.
Pendidikan karakter pada dasarnya melekat Demikian pula guru mata pelajaran biologi,
pada setiap mata pelajaran termasuk pelajaran dapat menanamkan nilai-nilai karakter kepada
eksakta seperti matematika, kimia, fisika dan siswa melalui materi-materi pelajaran yang diajar-
biologi serta komputer/TIK (Teknologi Informasi kannya. Seperti cinta kepada alam semesta yang
dan Komunikasi). Karena pada dasarnya setiap diciptakan Allah SWT. dengan berbagai isinya dan
mata pelajaran memiliki nilai-nilai karakter yang keunikan makhluk ciptaan-Nya yang banyak
harus dilalui dan dicapai siswa. Hanya saja, dipelajari dalam mata pelajaran biologi. Melalui
sebagian besar guru tidak menyadari bahwa ada pelajaran ini guru dapat menanamkan karakter
nilai-nilai yang dapat membentuk karakter siswa. kepedulian terhadap lingkungan dan kasih sayang
Tuntutan mendidik karakter terlihat jelas pada terhadap makhluk ciptaan Allah SWT.
sistem penilaian yang memberlakukan dalam tiga Pada mata pelajaran fisika, banyak mengajar-
ranah penilaian, yaitu penilaian koqnitif, afektif kan tentang keteraturan jagad raya dengan
dan psikomotor. Penilaian karakter sangat erat planet-planet yang beredar pada orbitnya. Guru
kaitannya dengan penilaian afektif atau sikap, baik dapat menanamkan karakter keagungan dan

238
Nurchaili, Membentuk Karakter Siswa Melalui Keteladanan Guru

kemahakuasaan Allah SWT. yang pada akhirnya (behaviour), bukan pengetahuan sehingga untuk
akan menumbuhkan cinta kepada Allah SWT sang dapat diinternalisasi oleh peserta didik, maka
pencipta alam semesta. harus diteladankan bukan diajarkan.
Adapun contoh terakhir yang penulis sajikan Jadi dalam mendidik karakter sangat dibutuh-
disini adalah mata pelajaran komputer atau mata kan sosok yang menjadi model. Model yang dapat
pelajaran teknologi informasi dan komunikasi ditemukan oleh peserta didik di lingkungan
(TIK). Pada mata pelajaran ini guru benar-benar sekitarnya. Semakin dekat model pada peserta
harus bisa menanamkan karakter positif untuk didik akan semakin mudah dan e fe ktifla h
memberikan arahan pada siswa dalam meman- pendidikan karakter tersebut. Peserta didik butuh
faatkan media informasi yang semakin mudah contoh nyata, bukan hanya contoh yang tertulis
diakses dan terbuka. Banyak informasi penting dalam buku apalagi contoh khayalan. Hal ini
yang dapat diakses peserta didik namun banyak sejalan dengan pernyataan Berk yang dikutip oleh
pula informasi yang tidak penting bahkan merusak Sit, M (2010) prilaku moral diperoleh dengan cara
moral dan karakter peserta didik. yang sama dengan respon-respon lainnya, yaitu
Seperti pornografi baik dalam bentuk gambar melalui mo deli ng dan p enguatan. Lewat
maupun video-video mesum yang banyak beredar pembelajaran modeling akan terjadi internalisasi
didunia maya yang sangat mudah diakses oleh berbagai prilaku moral, prososial dan aturan-
peserta didik. Guru harus mampu memberikan aturan lainnya untuk tindakan yang baik. Demikian
arahan yang benar tentang penggunaan dan pula menurut Social Learning Theory dalam
pemanfaatan media informasi untuk mendukung Bandura yang dikutip oleh Hadiwinarto, perilaku
kecerdasan dan moral peserta didik bukan malah manusia diperoleh melalui cara pengamatan
sebaliknya. Oleh karena itu, sangat penting model, dari mengamati orang lain, membentuk ide
menanamkan karakter kebenaran, apa yang boleh dan perilaku-perilaku baru, dan akhirnya diguna-
dan apa yang tidak boleh, kenapa ini boleh dan kan sebagai arahan untuk beraksi. Seba b
itu tidak, menanamkan karakter amanah yaitu bisa seseorang dapat belajar dari contoh apa yang
dipercaya untuk tidak melanggar apa-apa yang dikerjakan orang lain, sekurang-kurangnya
dilarang dan menjunjung tinggi nilai-nilai agama mendekati bentuk perilaku orang lain, dan terhin-
serta kehormatan. dar dari kesalahan yang dilakukan orang lain.
Jadi pada prinsipnya mendidik karakter bukan Siapakah model terdekat bagi peserta didik.
hanya menjadi tugas sebagian guru tertentu saja Tentu saja selain orang tua yang dewasa ini
seperti guru PKn, guru Akidah Akhlak, guru semakin berjarak dengan anaknya dan masya-
Bimbingan Konseling ataupun guru Agama. rakat yang semakin acuh tak acuh dengan
Pendidikan karakter menjadi tanggung jawab kita lingkungan sekitarnya serta media yang semakin
bersama termasuk di dalamnya seluruh guru mata merusak, gurulah yang akhirnya diharapkan
pelajaran yang tidak mungkin penulis contohkan mampu me njadi mo del bagi peserta didik.
satu persatu dalam tulisan ini. Keefektifan guru sebagai model sebenarnya
sudah teruji sepanjang zaman. Sering kita
Mendidik Karakter melalui Keteladanan Guru temukan dalam kehidupan nyata seorang anak
Pendidikan karakter tidak hanya membutuhkan lebih memercayai omongan gurunya dari pada
teori atau konsep semata. Selama ini sudah cukup orang tuanya, terutama anak-anak yang baru
banyak teori tentang kepribadian, akhlak, budi mengenal dunia pendidikan di luar ruma h.
pekerti, karakter yang telah dirumuskan dan diurai Sebagian besar anak sangat senang terhadap
jelas dalam berbagai artikel, buku dan banyak gurunya dan mau mendengarkan serta mematuhi
hasil penelitian. Menurut Suwandi yang dikutip pesan-p esan dan nasehat yang diberika n
oleh Wahid, A (2009) pelaksanaan pendidikan gurunya. “Kata Bu Guru bukan begitu, tapi begini
karakter di sekolah lebih tepat melalui pendekat- Bunda?”, begitulah celoteh si kecil yang tak jarang
an modeling, keteladanan (uswah) yang dilakukan kita dengar jika melakukan komplain terhadap
oleh guru. Karena karakter merupakan perilaku orang tuanya, ketika ia menemukan berbagai

239
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 16, Edisi Khusus III, Oktober 2010

perbedaan antara orang tua dengan gurunya. Hal ini sesuai dengan hadits Rasulullah SAW.:
Oleh karena itu, kerjasama yang baik antara orang “Apabila manusia mati maka terputuslah amalannya
tua dan guru juga masyarakat akan sangat di- kecuali dari tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu
butuhkan untuk dapat menyukseskan pendidikan bermanfaat, atau anak shaleh yang mendo’akannya”.
karakter ini. (HR. Muslim).
Sejalan dengan waktu, bertambahnya usia Pada prinsipnya mendidik karakter sangat
dan pengalaman peserta didik, pada umumnya tergantung pada keikhlasan seorang guru untuk
se maki n memudarkan kecintaan terhadap beritikad baik memberikan contoh teladan kepada
gurunya. Guru tidak lagi menjadi idola. Bahkan peserta didiknya. Adapun bekal atau modal
sebagian siswa me nganggap guru se bagai tambahan (selain kompetensi utama sesuai UU
musuhnya, ora ng yang menyebal kan dan Guru dan Dosen No. 14 tahun 2005) yang harus
dibencinya. Banyak faktor penyebab hilangnya dimiliki guru sebagai contoh teladan dalam
kepedulian siswa terhadap guru. Pada umumnya mendidik karakter peserta didiknya antara lain:
dikarenakan siswa merasa terbebani dengan 1) Guru harus mengetahui karakter apa saja yang
berbagai tugas belajar yang harus dijalaninya. harus dimiliki peserta didik. Agar pendidikan
Seolah semua menuntut kesempurnaannya, karakter tidak menjadi sebuah perjalanan tanpa
tanpa mau tahu apa yang diinginkannya. Di rumah, akhir, sangatlah penting mengidentifikasi karakter
orang tua menuntut untuk mendapat nilai tinggi yang akan menjadi pilar bagi peserta didik. Untuk
dan di sekolah guru juga menuntut dirinya untuk mengetahui hal ini guru dapat merujuk pada grand
belajar dengan sebaik mungkin. design pendidikan karakter yang dirancang oleh
Penyajian materi yang menegangkan, tanpa Kementerian Pendidikan Nasional. Dis amping itu,
memberikan kesempatan kepada peserta didik guru juga dapat memelajari karakter yang bersifat
untuk mengekspresikan diri. Guru dikejar oleh universal dari berbagai sumber yang berkompe-
tuntutan kurikulum yang harus tuntas, sehingga ten. Diantaranya Indonesia Heritage Foundation
tidak cukup wakt u jika harus memberikan merumuskan nilai-nilai yang patut diajarkan
kesempatan kepada peserta didik untuk memikir- kepada anak-anak untuk menjadikannya pribadi
kan kembali, menghayati dan merenungkan berkarakter, yakni: (a) cinta kepada Allah SWT. dan
pelajaran yang diperoleh, serta mencari dan semesta beserta isinya serta cinta kebenaran; (b)
menyelami makna dan nilai manusiawi yang bertanggung jawab, disiplin, dan mandiri; (c)
penting bagi kehidupan diri dan sesamanya. amanah dan jujur; (d) bersikap hormat dan
Dalam praktiknya pendidi kan ki ta s aat ini santun; (e) mempunyai rasa kasih sayang,
cenderung berjalan seperti sistem menabung di kepedulian, dan mampu bekerjasama; (f) percaya
bank. Layaknya orang menabung, peserta didik diri, kreatif, kerja keras dan pantang menyerah;
diberi materi sebanyak-banyaknya lewat proses (g) mempunyai rasa keadilan dan sikap kepemim-
menimbun informasi, kemudian menagihnya pinan; (h) baik dan rendah hati; (i) mempunyai
kembali lewat ujian yang pada umumnya hanya toleransi, cinta damai dan persatuan. (Mega-
mampu menilai kemampuan koqnitif siswa semata. wangi, R, 2007).
Guru seharusnya benar-benar menjadi uswah Sementara itu menurut Hasanah, A (2010),
atau teladan bukan hanya sebatas penyampai Character Counts di Amerika mengidentifikasikan
informasi ilmu pengetahuan, melainkan lebih dari bahwa karakter-karakter yang menjadi pilar
itu, meliputi kegiatan mentransfer kepribadian adalah; dapat dipercaya (trustworthiness), rasa
guna membentuk siswa yang berkarakter. Dengan hormat dan perhatian (respect), tanggung jawab
demikian sekolah diharapkan dapat menjadikan (responsibility), jujur (fairness), peduli (caring),
peserta didiknya sebagai manusia sesuai fitrah- kewargane garaan (citizenship), ketulusan
nya yang tangguh dan hanif yang mengajarkan (honesty), berani (courage), tekun (diligence) dan
kebajikan dan ilmu yang bermanfaat. InsyaAllah, integritas. Sedangkan menurut Ari Ginanjar
bagi guru manfaat amal shaleh dari mengajarkan Agustian dalam Marfu’, K. (2010) ada tujuh
ilmu yang bermanfaat bagi peserta didiknya akan karakter dasar yang harus diteladani dari Asmaul
tetap menemaninya hingga di alam kubur nanti. Husna yaitu: jujur, tanggung jawab, disiplin,

240
Nurchaili, Membentuk Karakter Siswa Melalui Keteladanan Guru

visioner, adil, peduli, dan kerjasama. Lebih lanjut, jawab kepada Allah SWT. (Matta, M.A , 2002), 4)
seorang guru hendaknya mampu mencerminkan Mengetahui tahapan mendidik karakter. Se-
sifat-sifat keteladanan, yaitu diharapkan mampu: kurang-kurangnya dalam mendidik karakter
1) Meneladani teladan seluruh alam yaitu Nabi peserta didik harus melalui dan mencapai tiga
Muhammad SAW. Sebagaimana Al-Quran surat Al- tahapan pembelajaran yang penulis istilahkan
Ahzab ayat 21 yang artinya: “Sesungguhnya telah dengan 3P yaitu: pemikiran, perasaan dan per-
ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik buatan. Tahapan pertama pemikiran; merupakan
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) tahap memberikan pengetahuan tentang karakter.
Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak Pada tahapan ini guru berusaha mengisi akal,
menyebut Allah.” Insya Allah dengan meneladani rasio dan logika siswa sehingga siswa mampu
Rasulullah, guru akan menjadi teladan sesung- membedakan karakter positif (baik) dengan
guhnya bagi peserta didiknya; 2) Memahami karakter negatif (tidak baik); siswa mampu
prinsip-prinsip keteladanan. Mulailah dengan ibda’ memahami secara logis dan rasional pentingnya
binafsih, yaitu dari diri sendiri. Dengan demikian, karakter positif dan bahaya yang ditimbulkan
guru tidak hanya bisa bicara dan mengkritik tanpa karakter negatif. Selanjutnya, tahap kedua dalam
pernah melihat dirinya sendiri. Ingat filosofi jari mendidik karakter ini di isti lahkan denga n
menunjuk “satu jari ke orang lain empat jari ke perasaan; merupakan tahap mencintai dan
diri sendiri” itu artinya kita harus benar-benar membutuhkan karakter positif. Pada tahapan ini
menginstrospeksi diri kita berulang kali (paling guru berusaha menyentuh hati dan jiwa siswa
kurang empat kali) sebelum kita mengkritik orang bukan lagi akal, rasio dan logika. Diharapkan pada
lain (satu kali), tentu saja dengan kritikan yang tahapan ini akan muncul kesadaran dari hati yang
membangun. Demikian pula, dengan filosofi paling dalam akan pentingnya karakter positif,
“gayung mandi” Dalam mendidik karakter guru yang pada akhirnya akan melahirkan dorongan/
jangan seperti gayung mandi. Gayung digunakan keinginan yang kuat dari dalam diri untuk memrak-
untuk mandi yang tujuannya untuk membersih- tikkan karakter tersebut dalam kesehariannya.
kan, tapi gayung sendiri tidak pernah mandi atau Disinilah tahap ketiga perbuatan berperan; pada
membersihkan dirinya sendiri, sering kita lihat tahapan ini dorongan/keinginan yang kuat pada
gayung yang sudah berlumut digunakan ketika diri siswa untuk mempraktikkan karakter positif
mandi. Artinya guru seharusnya tidak hanya dapat diwujudkan/diimplementasikan dalam kehi-
mengajarkan karakter kepada peserta didiknya, dupannya sehari-hari. Siswa menjadi lebih santun,
tapi guru harus terlebih dulu mempraktikkannya; ramah, penyayang, rajin, jujur, dan semakin
3) Dalam mendidik karakter mengetahui tahapan menyenangkan, menyejukan pandangan serta
perkembangan perilaku anak agar dapat memilih hati siapapun yang melihat dan berinteraksi
metode yang tepat untuk mendidik karakter dengannya; 5) Mengetahui bagaimana mengajar-
peserta didiknya. Tahapan perkembangan prilaku kan pendidikan karakter kepada siswa. Berikan
anak terbagi tiga, yaitu: (a) Tahap I (0-10 tahun); pengertian betapa pentingnya “cinta” dalam
merupakan tahap perilaku lahiriah. Adapun melakukan sesuatu, tidak semata-mata karena
metode yang tepat dalam mendidik karakter prinsip timbal balik. Tekankan nilai-nilai agama
adalah yang bersifat pengarahan, pembiasaan, yang menjunjung tinggi cinta dan pengorbanan.
keteladanan, penguatan (imbalan) dan pelemah- Ajak siswa merasakan apa yang dirasakan oleh
an (hukuman); (b) Tahap II (11-15 tahun); orang lain. Bantu siswa berbuat sesuai dengan
merupakan tahap perilaku kesadaran. Metode harapan-harapan kita dan orang tua, tidak semata
yang cocok dalam mendidik karakter adalah karena ingin dapat pujian atau menghindari
dengan penanaman nilai melalui dialog, pembim- hukuman. Ciptakan hubungan yang mesra, agar
bingan, dan pelibatan; dan (c) Tahap III (15 tahun siswa peduli terhadap keinginan dan harapan-
ke atas); merupakan tahap kontrol internal harapan kita. Ingatkan pentingnya rasa sayang
terhadap perilaku. Pada tahap ini metode yang dan perluas rasa sayang terhadap sesama.
tepat adalah yang mengarah kepada perumusan Berikan contoh perilaku dalam hal menolong dan
visi dan misi hidup, dan penguatan tanggung peduli pada orang lain serta karakter positif

241
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 16, Edisi Khusus III, Oktober 2010

lainnya; 6) Menyadari arti kehadirannya di tengah Dibutuhkan kerja keras untuk mewujudkan
siswa, mengajar dengan ikhlas, memiliki kesadar- cita-cita mulia ini. Guru harus mampu menjadi
an dan tanggungjawab sebagai pendidik untuk model. Kita tidak akan mampu membuat siswa
menanamkan nilai-nilai kebenaran, mengajar rajin, tepat waktu, bertanggung jawab dan lain
bukan untuk sekedar melepaskan tugas, menga- sebagainya, jika kita tidak duluan mempraktik-
jar karena panggilan jiwa, mengajar dengan cinta, kannya. Negeri ini tidak hanya membutuhkan
merasa bertanggung jawab terhadap keberha- pendi di kan karakter t api negeri ini sangat
silan siswa dunia akhirat, mampu mengarahkan membutuhkan teladan dari pendidik karakter dan
siswa tentang arti hidup, guru harus menjadi dari semua komponen yang harusnya menyadari
teladan (uswah), warisatul ambiya, tidak hanya dan me miliki t anggung jawab mo ral untuk
pintar bicara tapi terimplementasi dalam tindak- meninggalkan generasi yang kuat, generasi yang
tanduk kesehariannya, tutur bahasa yang santun, berbudi pekerti, generasi yang berdaya saing,
tepat waktu, disiplin, jujur, mau mengakui generasi berkarakter dan berperadaban sehingga
kesalahan, mau meminta maaf dan memberi maaf, dikenali dan diperhitungkan keberadaannya di
tidak sombong dan angkuh, taat beribadah, muka bumi ini.
mengimplementasikan nilai-nilai agama dalam
kesehariannya, tidak arogan/mau menang sendiri. Simpulan dan Saran
Di samping itu, kesuksesan guru dalam Simpulan
mendidik karakter peserta didiknya tidak akan Atas dasar uraian di atas dapat disimpulkan hal-
pernah terlepas dari dukungan dan kerjasama hal sebagai berikut. Pertama, Pendidikan karakter
semua pihak sebagaimana rekomendasi Character merupakan suatu proses pendidikan secara
Education Quality Standards yang memuat sebelas holistik yang menghubungkan dimensi moral
prinsip untuk mewujudkan pendidikan karakter dengan ranah sosial dalam kehidupan peserta
yang efektif yaitu: 1) Mempromosikan nilai-nilai didik sebagai pondasi bagi terbentuknya generasi
dasar etika sebagai basis karakter; 2) Mengiden- yang berkualitas yang mampu hidup mandiri dan
tifikasi karakter secara komprehensif supaya memiliki prinsip kebenaran yang dapat dipertang-
mencakup pemikiran, perasaan dan perilaku; 3) gungjawabkan. Kedua, Pendidikan karakter tidak
Menggunakan pendekatan yang tajam, proaktif hanya membutuhkan teori atau konsep semata.
dan efektif untuk membangun karakter; 4) Ketiga, Karakter merupakan perilaku (behaviour),
Menciptakan komunitas sekolah yang memiliki bukan penget ahuan se hingg a untuk dapat
kepedulian; 5) Memberi kesempatan kepada diinternalisasi oleh peserta didik, maka harus
siswa untuk menunjukkan karakter yang baik; 6) diteladankan bukan hanya diajarkan; Keempat,
Memiliki cakupan terhadap kurikul um yang Pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah lebih
bermakna dan menantang yang menghargai tepat melalui pendekatan modeling, keteladanan
semua siswa, membangun karakter mereka dan (uswah) yang dilakukan oleh guru. Kelima,
membantu mereka untuk sukses; 7) Mengusaha- Keteladanan guru perlu diciptakan karena gurulah
kan tumbuhnya motivasi diri dari para siswa; 8) sebagai tokoh sentral yang setiap saat menjadi
Memfungsikan seluruh staf sekolah sebagai perhatian peserta didik di sekolah. Guru harus
komunitas moral yang berbagi tanggung jawab benar-benar me njadi teladan bukan hanya
untuk pendidikan karakter dan setia kepada nilai sebatas penyampai informasi ilmu pengetahuan,
dasar yang sama; 9) Adanya pembagian ke- melainkan lebih dari itu, meliputi kegiatan
pemimpinan moral dan dukungan luas dalam mentransfer kepribadian yang berbudi pekerti
membangun inisiatif pendidikan karakter; dan 10) luhur guna membe ntuk sis wa ber ka ra kt er.
Memfungsikan keluarga dan anggota masyarakat Keenam, Mendidik karakter bukan hanya menjadi
sebagai mitra dalam usaha membangun karakter; tugas sebagian guru tertentu saja seperti guru
(11) Mengevaluasi karakter sekolah, fungsi staf PKn, guru Akidah Akhlak, g uru Bi mbinga n
se ko lah seba ga i guru-guru karakter, dan Konseling ataupun guru Agama. Pendidikan
manifestasi karakter positif dalam kehidupan karakter menjadi tanggung jawab seluruh guru
siswa. (Marfu’, K, 2010) mata pelajaran. Ketujuh, Bekal atau modal

242
Nurchaili, Membentuk Karakter Siswa Melalui Keteladanan Guru

tambahan (selain kompetensi utama sesuai UU nilai-nilai agama dalam kesehariaannya, tidak
Guru dan Dosen No. 14 tahun 2005) yang harus arogan/mau menang sendiri. Kedelapan, Dalam
dimiliki guru sebagai contoh teladan dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen
mendidik karakter bagi peserta didiknya antara (st akeholders) harus dili batkan, terma suk
lain sebagai berikut: 1) Guru harus mengetahui komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu
karakter apa saja yang harus dimiliki peserta isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian,
didik; 2) Guru harus meneladani teladan seluruh kualitas hubungan, penanganan atau pengelolaan
alam yaitu Nabi Muhammad SAW. InsyaAllah mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelak-
dengan meneladani Rasulullah, guru akan menjadi sanaan aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler,
teladan sesungguhnya bagi peserta didik; 3) Guru pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan,
harus benar-benar memahami prinsip-prinsip dan etos kerja seluruh warga dan lingkungan
keteladanan. Mulailah dengan ibda’ binafsih, yaitu sekolah.
dari diri sendiri. Ingat filosofi “jari menunjuk” dan
filosofi “gayung mandi”; 4) Guru harus mengetahui Saran
tahapan perkembangan perilaku anak agar dapat Berdasarkan simpulan diatas beberapa saran
memilih metode yang tepat untuk mendidik karak- ditujukan kepada para pemangku kepentingan,
ter peserta didiknya; 5) Guru harus mengetahui sebagai berikut. Pertama, Setiap guru mata
tahapan mendidik karakter. Sekurang-kurangnya pelajaran diharapkan mengimplementasikan
dalam mendidik karakter peserta didik harus pendidikan karakter melalui nilai-nilai moral yang
melalui dan mencapai tiga tahapan pembelajaran dikandung mata pelajarannya guna membentuk
(3P) yaitu: pemikiran, perasaan dan perbuatan; karakter peserta didik. Setiap guru diharapkan
6) Guru harus mengetahui bagaimana mengajar- dapat menjadi teladan dalam kegiatan mentrans-
kan pendidikan karakter kepada siswa; 7) Guru fer kepribadian yang berbudi pekerti luhur guna
harus menyadari arti kehadirannya di tengah membentuk karakter siswa. Kedua, Semua kompo-
si swa, mengajar dengan ikhlas, memiliki nen parapemangku kepentingan (stakeholders)
kesadaran dan tanggungjawab sebagai pendidik yang terlibat dalam proses pendidikan di sekolah
untuk mena namkan nilai -nil ai kebenaran, diharapkan dapat membentuk komunitas moral
mengajar bukan untuk sekedar melepaskan tugas, yang bertanggung jawab untuk menyukseskan
mengajar karena panggilan jiwa, mengajar pendi di kan karakter. Ketiga, Keluarga da n
dengan cinta, merasa bertanggung jawa b anggota masyarakat diharapkan dapat menjadi
terhadap keberhasilan siswa dunia akhirat, mitra dalam usaha membangun karakter peserta
mampu mengarahkan siswa tentang arti hidup, didik. Kee mp at, Pemerintah diharapka n
guru harus menjadi teladan (uswah), warisatul membenahi sistem perekrutan guru dengan lebih
ambiya, tidak hanya pintar bicara tapi terimple- memerhatikan aspek stabilitas mental, kapasitas
mentasi dalam tindak-tanduk kesehariannya, intele ktual dan profesi onalitas se rta moral
tutur bahasa yang santun, tepat waktu, disiplin, keagamaan yang tinggi sebagai modal dalam
jujur, mau mengakui kesalahan, mau meminta membimbing peserta didik disamping kualifikasi
maaf dan memberi maaf, tidak sombong dan dan prestasi akademik.
angkuh, taat beribadah, mengimplementasikan

Pustaka Acuan
Al-Quran dan Hadist Nabi Muhammad SAW
Adhi,R., 2010. Guru Super Membentuk Siswa Berkarakter. Pikiran Rakyat, edisi 6 Maret 2010
Hadiwinarto, 2009. Hubungan Antara Budi Pekerti Dengan Prestasi Belajar Siswa SMA. Jurnal
Pendidikan dan Kebudayaan. Vol.15 No. 6 November 2009. Jakarta:Balitbang Kementrian
Pendidikan Nasional.
Hasanah, A., 2009. Pendidikan Berbasis Karakter. Media Indonesia, edisi 14 Desember 2009
Kemendiknas, 2010. Pembinaan Pendidikan Karakter di Sekolah Menengah Pertama . Jakarta:
Kementrian Pendidikan Nasional

243
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 16, Edisi Khusus III, Oktober 2010

Koesoema, D. Pendidikan Karakter. http//www. asmakmalaikat.com


Matta, M.A., 2002. Membentuk Karakter Cara Islam. Jakarta:Al-I’tishom Cahaya Umat
Marfu’, K., 2010. Cara Praktis Menerapkan Pendidikan Karakter di Sekolah. http://www.inilah guru.com
Megawangi, R., 2007. Pendidikan Karakter. http://www. mizan.com
Napitupulu, E.L., 2010. Pendidikan Karakter Diintegrasikan. http://www.kompas. com/ read/xml/2010/
08/31/19585479/pendidikan.karakter.diintegrasikan
Raharjo, S.B., 2010. Pendidikan Karakter Sebagai Upaya Menciptakan Akhlak Mulia. Jurnal Pendidikan dan
Kebudayaan. Vol.16 No. 3 Mei 2010. Jakarta:Balitbang Kementrian Pendidikan Nasional.
Sit, Masganti., 2010. Optimalisasi Kompetensi Moral Anak Usia Dini. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan.
Vol.16 No. 1 Januari 2010. Jakarta: Balitbang Kementrian Pendidikan Nasional.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
Wahid, A., 2009. Budi Pekerti Harus Diteladankan, Bukan Diajarkan. http://www.tribunjabar co.id

244

Anda mungkin juga menyukai