Anda di halaman 1dari 49

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam kegiatan di industri migas, kadangkala terdapat kandungan gas

alam yang terikut bersamaan dengan pengangkatan minyak bumi ke

permukaan dalam jumlah sedikit maupun besar. Gas alam tersebut

adakalanya sengaja tidak dibuang disebabkan masih ekonomis dan dapat

dimanfaatkan kembali ataupun dengan alasan tidak dapat dibuang ke

atmosfer begitu saja disebabkan kandungan zat-zat pengotor (impurities)

yang dapat berdampak buruk bagi lingkungan. Maka, dengan pertimbangan-

pertimbangan tersebut gas alam memerlukan berbagaitreatment khusus demi

memenuhi spesifikasi-spesifikasi yang diinginkan.

Di lapangan produksi tersebut, terdapat fasilitas Gas Treating dan

Sulfur Recovery Unit Facilities. Acid Gas Removal Unit (AGRU) digunakan

untuk proses gas treating sebelum diteruskan menuju Fuel Gas System untuk

diproses menjadi fuel gasdan gas asamnya akan dialirkan menuju Acid Gas

Enrichment (AGE) feed gas serta Sulfur Recovery Unit(SRU) untuk diproses

menjadi elemental sulfur. Pada proses gas treatingterdapatbeberapa tujuan

untuk memenuhi keinginan suatu lapangan produksi.

Pertama, menghilangkan komponen pengotor diantaranyaHydrogen

Sulfide(H2S) dan Carbondioxide (CO2) dari gas asam (sour gas) untuk

memenuhi spesifikasi fuel gas. Spesifikasi fuel gas yang dimaksudkan adalah

1
gas dengan kandungan H2S dan CO2yang rendah untuk meningkatkan heat

value pada gas.

Kedua, untuk upaya pencegahan korosi. Gas asam (sour gas) sangat

reaktif terhadap logam, maka kandungan asam sangat perlu untuk

dihilangkan sebagai upaya mencegah potensi kerugian akibat korosi.

Ketiga, untuk lingkungan dan alasan keamanan. Gas alam H2S bersifat

highly toxic (sangat beracun), tidak berwarna, berbau busuk, lebih berat dari

udara, fast acting gas dan telah banyak menyebabkan kesalahan fatal pada

industri migas. Apabila H2S terhirup dengan kandungan yang tinggi dapat

menyebabkan gangguan kesehatan dan apabila kandungan diataslevel sangat

tinggi dapat menyebabkan hilang kesadaran disertai kematian. Sedangkan

gas CO2 bersifat tidak berwarna,tidak berbau namun apabila CO2 berada

dalam jumlah sangat banyak akan menyebabkan pengurangan kapasitas

pengangkutan Oxygen (O2) dalam tubuh, karena dalam darah manusia

terdapat haemoglobin yang bersifat lebih reaktif terhadap CO2 daripada O2.

Acid Gas Removal Unit (AGRU) terdiri dari dua komponen utama,

yaitu AGRU Absorber dan AGRU regenerator. AGRU Absorber yang

menjadi titik tumpu Acid Gas Removal Unit (AGRU) untuk mengurangi

kandungan zat pengotor H2S dan CO2 yang terikut dalam gas alam yang

terproduksi dengan proses absorbsi menggunakan aminesolventdan AGRU

Regenerator untuk memurnikan kembali amine solvent untuk digunakan

sebagai media absorpsi selanjutnya.

2
1.2 Tujuan Penulisan

Penyusunan Kertas Kerja Wajib ini bertujuan untuk memenuhi

kurikulum pendidikan Program Studi Produksi tingkat I di Sekolah Tinggi

Energi dan Mineral Akamigas (STEM Akamigas) tahun akademik

2016/2017.

Penulisan laporan Kertas Kerja Wajib ini dilakukan setelah

menyelesaikan Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang telah dilaksanakan pada

tanggal 20 Maret s/d 26 Maret 2017 disalah satu Lapangan Produksi di

Indonesia.

Adapun tujuan lain dari penulisan Kertas Kerja Wajib ini adalah untuk

mengerti, memahami dan menambah wawasan penulis mengenai Acid Gas

Removal Unit (AGRU)sebagai proses pemurnian gas asam (sour gas)

menjadi gas bersih (sweet gas).

1.3 Batasan Masalah

Dalam penulisan Kertas Kerja Wajib ini penulis membatasi masalah tentang

Acid Gas Removal Unit (AGRU) di salah satu lapangan produksi di

Indonesia, yaitu :

 Peralatan pada Acid Gas Removal Unit

 Proses yang terjadi pada Acid Gas Removal Unit

 Pengoperasian secara umum Acid Gas Removal Unit

 Troubleshooting pada Acid Gas Removal Unit

3
1.4 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan Kertas Kerja Wajib ini disusun sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN,

berisi tentang latar belakang pemilihan judul, maksud dan tujuan, batasan

masalah dan sistematika penulisan.

BAB II ORIENTASI UMUM,

berisi tentang sejarah singkat lapangan, sejarah produksi, struktur organisasi

dan fasilitas produksi yang tersedia di lapangan.

BAB III TINJAUAN PUSTAKA,

berisi tentang pengertian gas alam, peralatan pada Acid Gas Removal

Unitsecara umum, solventdan kondisi serta variabelproses.

BAB IV PEMBAHASAN,

berisi tentang peralatan dan proses kerja, pengoperasian secara umum serta

troubleshootingAcid Gas Removal Unit di salah satu lapangan produksi di

Indonesia.

BAB V PENUTUP,

4
berisi tentang simpulan dan saran penulis.

5
II. ORIENTASI UMUM

2.1 Deskripsi Singkat Perusahaan

Perusahaan ini adalah salah satu perusahaan minyak dan gas terbesar

di dunia, Perusahaan ini dan navigasi nya yang berskala dunia berkomitmen

menyediakan energi untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan

meningkatkan standar hidup masyarakat dunia. Perusahaan ini mengelola

fasilitas pengolahan minyak dan memasarkan produknya di seluruh dunia,

serta melakukan eksplorasi minyak dan gas di 6 benua, dalam melakukan

usahanya berhasil memimpin hampir di semua aspek bidang energi dan

petrokimia.

Untuk meningkatkan penyediaan sumber energi dunia, Perusahaan ini

melakukan usaha eksplorasi dan produksi minyak bumi, pengolahan produk

minyak bumi, penjualan minyak mentah, gas alam dan produk bahan bakar

minyak. Perusahaan in merupakan industri utama di bidang komoditi

petrokimia. Untuk meningkatan usahanya senantiasa melakukan perbaikan

terus menerus dalam setiap bisnisnya, dan mengeksplorasi sumber energi

serta mengembangkan teknologinya.

Jenis usaha Perusahaan ini antara lain :

 Upstream

6
Perusahaan ini melakukan eksplorasi dan produksi minyak mentah dan

gas alam di 38 negara, dan melakukan produksi minyak mentah dan gas

alam di 23 negara diseluruh dunia.

 Donwstream
Perusahaan menjalankan operasi kilang dan produksi bahan bakar

serta pelumas pada 37 negara di dunia. Perusahaan ini adalah perusahaan

kilang, produsen pelumas serta suplier bahan bakar minyak terbesar di dunia.

 Chemical
Perusahaan ini adalah pemimpin dunia dalam usaha pengolahan

petrokimia, lebih dari 90 persen produk Perusahaan ini menempati peringkat

1 dan 2 dunia.

2.2 Sejarah Singkat Perusahaan

Lebih dari 118 tahun Perusahaan ini berevolusi dan berkembang

menjadi perusahaan minyak dan petrokimiaterkemuka di dunia. Sekarang

menjadi perusahaan di bidang energi yang paling banyak beroperasi di dunia.

Adapun kegiatan usaha Perusahaan ini di Indonesia dimulai pada :

 Kantor pemasaran di Indonesia sejak tahun 1898

 Kegiatan eksplorasi sejak tahun 1912

7
2.3 Daerah Operasi Perusahaan

Gambar 2.1 Daerah Operasi Perusahaan

2.3.1 Cepu Production Operation

Penemuan Lapangan Banyu Urip diumumkan pada April 2001 dan

diperkirakan mengandung 450 juta barel minyak.

Kontrak Kerja Sama (KKS) Cepu ditandatangani 17 September 2005,

mencakup wilayah kontrak Kabupaten Blora Jawa Tengah, Kabupaten

Bojonegoro Jawa Timur dan Kabupaten Tuban Jawa Timur. Mobil Cepu

Ltd. (MCL), Ampolex Cepu Pte Ltd. PT Pertamina EP Cepu dan empat

Badan Usaha Milik Daerah: PT Sarana Patra Hulu Cepu (Jawa Tengah), PT

Asri Dharma Sejahtera (Bojonegoro), PT Blora Patragas Hulu (Blora) dan

PT Petrogas Jatim Utama Cendana (Jawa Timur) yang tergabung menjadi

kontraktor di bawah KKS Cepu.

8
ExxonMobil memegang 45 persen dari total saham partisipasi Blok

Cepu. dimana ExxonMobil berperan sebagai operator dari KKKS Cepu

mewakili para Kontraktor.

Gambar 2.2 Daerah Sebaran Migas di Blok Cepu

Pengembangan penuh lapangan Banyu Urip melibatkan 5 EPC

(EngineringProcurenment Contractor) yang terdiri dari Fasilitas Pengolahan

Pusat (Central Processing Facility/CPF) oleh EPC-1, jalur pipa darat oleh

EPC-2, Mooring Support Structure (MSS) berupa pipa lepas-pantai dan

menara tambat oleh EPC-3, fasilitaspenyimpanan dan alir muat terapung

(Floating Storage and Offloading/Tempat Penyimpanan) oleh EPC-4, serta

sarana sipil pendukung (Infrastucture Fasilities i.e. Building, Fly over,and

river water intake) oleh EPC-5. Luas area produksi lapangan Banyu Urip

sebesar600 Ha. CPF, yang terletak 10 km sebelah tenggara Cepu dan 20 km

9
barat daya Bojonegoro di tengah ladang minyak, akan memproses dan

mengolah minyak. mentah yang diproduksi.

Gambar 2.3 Ilustrasi Lokasi Processing Fasilities Blok Cepu

Gambar 2.4 Ilustrasi Penyaluran Minyak Mentah ke FSO

10
Minyak yang telah diolah disalurkan dengan sarana jaringan pipa

minyak berinsulasi (berisolasi) dengan diameter 20 inchi yang tertanam di

bawah tanah hingga pantai Tuban, yang kemudian disalurkan melalui pipa

bawah laut menuju fasilitas tempat penyimpanan Gagak Rimang. Total pipa

sepanjang 95 Km dari Central Processing Facility (CPF) hingga tempat

penyimpanan. Kapal tanker akan memuat minyak mentah dari tempat

penyimpanan untuk dikirimkan ke pasar domestik dan pasar dunia.

Produksi minyak awal dalam jumlah terbatas dari lapangan Banyu

Urip telah di mulai pada Desember 2008. Early Production Facility (EPF)

dengan kapasitas produksi hingga 20.000 barrel minyak per hari di mulai

pada bulan Agustus 2009. Pengembangan terbaru terhadap EPF kini telah

meningkatkan produksi menjadi 40.000 Barel minyak per hari. EPF

digunakan karena CPF yang masih dalam proses kontruksi. Sedangkan

untuk saat ini pada April 2016 produksi lapangan Banyu Urip mencapai 160

ribu – 170 ribu barrel perhari dimana minyak berasal dari sumur Wellpad B

dan Wellpad C sedangkan sumur Wellpad A masih dalam proses

penyambungan ke CPF.

Pengelolaan minyak bumi dari ladang Banyu Urip akan dimaksimalkan

melalui sumur-sumur injeksi air untuk membantu menjaga tekanan pada

resevoir dan mendorong minyak menuju sumur produksi. Injeksi air dipasok

dari air sisa produksi dan juga memanfaatkan air Bengawan Solo yang di

pompakan dan di simpan di WaterBasin yang nantinya diinjeksikan ke

11
reservoir setelah dicampur beberapa chemichal.Gas alam yang dihasilkan

bersama minyak mentah akan dimanfaatkan sebagai sumber energi bagi CPF.

2.4 Struktur Organisasi

Fasilitas produksi pada salah satu lapangan di Indonesia dibagi

menjadi dua area, Processing area dan Non processing area. Sedangkan

kegiatan produksi sendiri dibedakan menjadi beberapa fungsi antara lain :

1. Security, bertanggung jawab atas Processing area dan Non processing

area.

2. Logistic, bertanggung jawab atas Non processing area.

3. IT, bertanggung jawab atas Processing area dan Non processing area.

4. Safety, bertanggung jawab atas Processing area dan Non processing

area.

5. PGA, bertanggung jawab atas Non processing area.

6. Training, bertanggung jawab atas Processing area dan Non processing

area.

7. Operation, bertanggung jawab atas Processing area.

Pada kegiatan Operation dibagi menjadi tiga fungsi, yaitu:

1. Laboratorium

Laboratorium merupakan fungsi dari kegiatan operation berupa

pengamatan hasil crude oil di lapangan, pengamatan gas dan pengecekan

spesifikasi chemical yang berada di laboratorium.

12
2. Field Operation

Field Operation merupakan fungsi dari kegiatan operation yang

berupa kegiatan operation di luar Central Control Room. Field Operation

bertanggung jawab pada kegiatan pengecekan sumur, pengecekan chemical

di kepala sumur, flowline sampai ke separator juga pengecekan berkala

intrumentasi produksi di CPF dan wellpad.

3. Central Control Room Operation ( CCR )

Central Control Room Operation merupakan fungsi dari kegiatan

operation yang berupa kegiatan operation di dalam Central Control Room.

Central Control RoomOperation bertanggung jawab pada kegiatan laporan

produksi harian sumur, laporan pengadaan chemical, dan penanggung jawab

atas permit di lapangan.

13
Struktur Fungsi di Operation Production EMCL sampai operator

Gambar 2.5 Struktur Fungsi Kegiatan Produksi

14
III. TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Gas Alam

Gas alam sering juga disebut sebagai gas bumi atau gas rawa. Gas alam

dapat ditemukan di ladang minyak, ladang gas bumi dan juga tambang batu

bara. Ketika gas yang kaya dengan metana diproduksi melalui pembusukan

oleh bakteri anaerobik dari bahan-bahan organik selain dari fosil, maka ia

disebut biogas. Sumber biogas dapat ditemukan di rawa-rawa, tempat

pembuangan akhir sampah, serta penampungan kotoran manusia dan

hewan.

3.1.1 Kandungan Gas Alam

Komponen utama dalam gas alam adalah metana (CH4), yang

merupakan molekul hidrokarbon rantai terpendek dan teringan. Gas alam

juga mengandung molekulmolekul hidrokarbon yang lebih berat seperti

etana (C2H6), propana (C3H8) dan butana (C4H10). Senyawa lain yang

terkandung didalam gas alam nitrogen, helium, karbon dioksida (CO2),

hidrogen sulfida (H2S), dan air. Komposisi gas alam sangat bervariasi dari

satu tempat ke tempat lainnya.

Gas alam dapat berbahaya karena sifatnya yang sangat mudah

terbakar (flammable) dan menimbulkan ledakan (explotion). Gas alam lebih

ringan dari udara, sehingga cenderung mudah tersebar di atmosfer.

15
3.1.2 Impurities ( Komponen Pengotor)

a. Karbondioksida (CO2)

Karbondioksida (CO2) yang terikut dalam gas akan mengakibatkan gas

bersifat asam, sehingga mengakibatkan korosi di sistem perpipaan, serta

menurunkan nilai bakar gas.

b. Nitrogen (N2)

Nitrogen (N2) merupakan gas yang tidak terbakar pada kondisi pembakaran

gas alam (inert gas), namun pada kondisi tertentu sangat berbahaya bagi

lingkungan.

c. Hidrogen Sulfida (H2S)

Hidrogensulfida (H2S) mempunyai sifat beracun, lebih berat dari udara,

berasosiasi dengan gas alam bersifat asam dan bisa menyebabkan korosi.

Berdasarkan kadar H2S yang terkandung di dalam gas hidrokarbon, maka

gas hidrokarbon dapat dibedakan menjadi gas mengandung H2S atau gas

asam (sour gas) dan gas bebas H2S atau gas bersih (sweetgas).

3.2 Acid Gas Removal Unit (AGRU)

Acid Gas Removal Unit (AGRU)digunakan untuk memurnikan suatu

sour gas menjadi sweet gas untuk memenuhi spesifikasi fuel gas,

keekonomisan dan standar keamanan suatu lapangan produksi

menggunakan cara absorpsi gas asam dari sour gas dengan bantuan amine

solventyang kemudianamine solvent diregenerasi agar dapat digunakan

sebagai media absorpsi kembali.

16
Gambar 3.1Amine System for Gas Sweetening1:163)

3.2.1 Peralatan Utama pada AGRU Absorber dan Regenerator

Proses utama dalam AGRU adalah proses Absorbsi dan Regenerasi.

Untuk menunjang keberlangsungan dan efektifitas dari proses absorpsi dan

regenerasi, maka desain dalam AGRU dapat biasanya terdiri dari :

 Column

Column adalah bejana tekan yang berbentuk silinder-vertikal yang di

dalamnya menggunakan tray-tray atau packing. Tray dan packing dalam

column digunakan sebagai tempat kontak antara uap (vapor) dan liquid,

dengan demikian akan memicu perpindahan massa dan panas dari fasa satu

17
ke yang lainnya. Umpan (feed) dalam fasa liquid biasanya masuk lewat

bagian atas dan umpan dalam fasa gas masuk lewat bagian bawah.

Liquid pada kolom akan jatuh melalui downcomer, melintasi tray,

melampaui weir dan menuju downcomer pada tray dibawahnya. Temperatur

pada tiap tray bertambah seiring dengan jatuhnya liquid dari tray ke tray.

Gas panas keatas dan menggelembung melewati liquid pada tray diatasnya,

dimana komponen berat akan terkondensasi dan komponen yang ringan

dalam liquid akan teruapkan. Gas akan semakin bersih (lean) seiring dengan

berjalannya gas menuju atas kolom sedangkan liquid akan semakin kotor

(rich) seiring dengan turunnya menuju dasar column.

 Tray Column

Pada kebanyakan tray, liquid mengalir melewati area aktif pada tray

kemudian menuju downcomer untuk masuk menuju tray dibawahnya. Gas

mengalir ke atas dan melewati area aktif tray untuk kontak dengan aliran

liquid pada tray.

Gambar 3.2Ilustrasi Column Absorber and Regenerator 1:468)

18
Gambar 3.3 Komponen-komponen Tray

Distribusi fasa gas, biasanya dikontrol oleh :

 Perforation in Tray Deck (Sieve Tray)

Pada Sieve tray, gas mengalir keatas dan mengontak liquid dengan cara

melewati perforasi-perforasi kecil pada lantai tray. Sieve tray bergantung

pada kelajuan gas untuk mencegah liquid jatuh lewat lubang-lubang

perforasi. Apabila kecepatan gas jauh lebih rendah dari desain, maka liquid

akan cenderung jatuh lewat lubang perforasi daripada downcomer. Kondisi

ini disebut weeping, dimana akan menyebabkan kesetimbangan menjadi

sangat rendah.

 Valve Tray

Valve tray adalah modifikasi dari sieve tray. Namun, valve tray

mempunyai lubang yang lebih besar dan dilengkapi dengan valve. Gas naik

keatas mengkontak liquid dengan melewati valve. Valve biasanya ada yang

permanen dan ada yang dapat berpindah. Pada fixed valve, valve permanen

19
terbuka dan dioperasikan sebagai deflector plate pada gas. Sedangkan pada

moving valve, gas melewati tray dengan mengangkat valve keatas dan

mengkontak liquid. Pada laju gas rendah valve akan menutup untuk

mencegah liquid jatuh melewati lubang-lubang valve.

 Bubble Cap Tray

Pada bubble cap tray, gasakan mengalir melalui tower dengan melewati

bubble caps. Bubble cap terdiri dari riser dan cap. Gas akan naik melewati

riser pada tray kemudian turun menuju liquid yang mengelilingi cap. Oleh

karena desain dari bubble cap, maka tidak memungkinkan terjadinya

weeping. Namun bubble cap tergolong mahal dan mempunyai kapasitas

vapor rendah daripada valve tray dan sieve tray.

Gambar 3.4 Aliran Fasa Uap Melewati Tray1:470)

20
Gambar 3.5Perforated Tray (a), Valve Tray (b), Bubble Cap Tray(c)

 Hi-Fi Tray

Hi-Fi tray adalah tray jenis baru milik Shell dengan menggunakan

sistem multiple downwcomer.

Gambar 3.6Hi-Fi Tray3 )

 Chimney Tray

Chimney tray digunakan untuk mengatasi kebocoran liquid namun tidak

digunakan untuk mass transfer.

21
Gambar 3.7Chimney Tray

 Bed Packing

Terdapat dua jenis packing : random packing dan structured

packing.Random packing adalahbed dengan random packing terdiri dari

material yang tersusun acak.Structured packing adalah bed terdiri dari

material yang tersusun teratur.

 Liquid distributor

Liquid distributor berfungsi untuk menjaga aliran yang masuk ke

dalam column supaya merata sehingga mencegah terjadinya liquid

channeling.

Gambar 3.8Random Packing1:473)

22
Gambar 3.9Structured Packing1:474)

3.2.2 Amine Solvent2:59)

Alkaloamineadalah yang paling banyak digunakan untuk

menghilangkan H2S dan CO2 dari aliran gas alam.Alkaloamine yang biasa di

gunakan meliputi monoethanolamine, diethanolamine,triethanolamine dan

methyldiethanolamine. Jenis-jenis amine tersebut dapat diklasifikasikan

sebagai bahan kimia reaktif.

 Kualitas Solvent5)

 Mempunyai kapasitas yang tinggi untuk proses absorbsi gas

 Mempunyai kecenderungan rendah untuk menguraikan valueable

feed component misalnya hidrokarbon

 Tekanan uap rendah pada temperatur operasi untuk mencegah

solvent loss

 Viskositas rendah

23
 Stabilitas thermal

 Kecenderungan terhadap fouling dan korosi rendah

 Harga terjangkau

 MDEA (Methyldiethanol Amine)

Rumus Kimia : C3H13NO2

Warna : tidak berwana

Bau : amonia

Titik didih : 245oC

MDEA merupakan tertiary amine. MDEA mampu menghilangkan H2S

dan CO2 ± 30-55 %. Karekteristik MDEA dibandingkan amine-amine

lainnya adalah kemampuannya untuk menghilangkan H2S lebih tinggi

daripada CO2 dari aliran sour gas.

MDEA dapat digunakan pada konsentrasi yang tinggi yaitu lebih dari

50% berat tanpa menimbulkan masalah korosi. Penggunaan konsentrasi yang

cukup tersebut menyebabkan amine circulation rate menjadi rendah dan

panas yang dibutuhkan dalam regenerasi cukup rendah. Sehingga MDEA

menjadi amine yang banyak digunakan pada proses gas treating.

Kelebihanlainnya yaitu penghematan energi, degradasi produk rendah

dan tingkat korosifnya rendah. Berikut adalah reaksi absorbsi dan regenerasi

pada kolom absorber dan regeneratordi Acid Gas Removal Unit:

24
a. AGRU Absorber terjadi proses penyerapan (absorbsi)sour gas oleh

amine dengan menggunakan prinsip reaksi secara eksotermik. Dalam reaksi

ini terjadi :

Reaksi dengan H2S :

H2S + R3 N  HS- + R3NH+ (fast)

Reaksi dengan CO2 :

CO2 + H2O + R3N  HCO3- + R3NH+ (slow)

Karena reaksi diatas termasuk reaksi eksotermik, maka reaksi

penyerapan H2S akan terjadi apabila kondisi operasi diatur dengan suhu

rendah dan tekanan tinggi ( 788,7 kPag dan 36,9oC ).

b. AGRU Regenerator terjadi proses kebalikan dengan AGRU

Absorber, yaitu terjadi secara endotermik. Pada column regenerator terjadi

proses desorption, proses desorpsi akan tercapai apabila :

 Tekanan pada column diturunkan

 Temperatur pada column dinaikkan

 Menurunkan partial pressure gas pada fasa uap

Maka dengan pengaturan menaikkan temperatur dan menurunkan

tekanan (79,3 kPag dan 123oC) gas akan berpindah dari solvent dan terikut

bersama aliran steam menuju bagian atas dari AGRU Regenerator.

3.3 Konsep dan Variabel Proses

 Partial Pressure5)

25
Hukum Dalton menyatakan bahwa tekanan total dari suatu campuran gas,

sama dengan jumlah penambahan dari tekanan parsial tiap-tiap gas.

Ptot = P1 + P2 + P3

 Azas Le Chatelier

Cara sistem bereaksi adalah dengan melakukan pergeseran ke arah produk

atau reaktan untuk mencapai kesetimbangan. Hal yang mempengaruhi arah

pergeseran tersebut antara lain adalah tekanan, temperatur, konsentrasi dan

katalis.

 Muatan Gas Asam pada Solvent5)

Muatan solvent adalah kuantitas dari gas asam yangmana dapat dimuat

dalam 1 unit solvent.Semakin banyak acid gas (H2S/CO2) yang dapat dimuat

dalam 1 unit solvent, semakin sedikit solventyang diperlukan.

 Driving Force5)

Driving force diperlukan untuk absorpsi sour gas kedalam solvent. Driving

force adalah rasio dari actual partial pressure dari gas asam dengan

equlibrium partial pressure. Sistem dalam equilibrium punya driving force 1

karena sistem sudah mencapai final stage dari reaksinya. Semakin jauh sistem

dari kesetimbangan maka semakin tinggi driving force-nya dan semakin

banyak acid sour gasyang akan mengalami absorbsi di tiap tray.

 Konsep Selektifitas5)

Ada dua jenis selektifitas :

Pertama, selektifitas kinetikmemanfaatkan perbedaan kecepatan reaksiantara

H2S dan CO2.Kedua, selektifitas equilibrium (kesetimbangan) dengan

26
membuat solvent tersaturasi dengan CO2dan memaksimalkan driving force

yang mencukupi untuk absorpsi H2S, yang menjadikan hanya sedikit CO2

yang akan terserap.

27
IV. PEMBAHASAN

4.1 Acid Gas Removal Unit disalah satu Lapangan Produksi di Indonesia.

Gambar 4.1 Acid Gas Removal Unitdisalah satu Lapangan Produksi di

Indonesia.

4.1.1 Absorber Feed Conditioning6:26)

Gas yang sudah diproses dari separator akan mengalir menuju Wet

Surface Air Cooler untuk didinginkan. Gas kemudian mengalir menuju

AGRU Feed Gas Scrubber sebelum menuju AGRU Inlet Filter Coalescer

untuk menyaring kontaminan seperti well treating chemical, pipeline

corrosion inhibitor, pipeline scale dan liquid hidrocarbon sebelum masuk ke

AGRUAbsorber. Kontaminan harus dihilangkan untuk mencegah foaming

di sistem amine.

28
4.1.1.1 Wet Surface Air Cooler Package6:27)

Wet Surface Air Cooler Package terdapat AGRU Inlet Gas Cooler.

AGRU Inlet Gas Cooleradalah sebuah fan-based cooling system yang

menggunakanutilitywater dan udara sebagai media pendingin. Proses gas

mengalir menuju AGRU Inlet Gas Cooler dibawah sistem spray. Spray

tersebut menyemprotkan utility water pada pipa untuk mengurangi panas

pada gas yang akan diproses. Steam yang dihasilkan dibawa keluar oleh

kipas-kipas yang terdapat diatas Cooler. Gas yang keluar dari outlet

kemudian dialirkan menuju AGRU Feed Gas Scrubber. Temperatur sour gas

diturunkan dengan Wet Surface Air Coolerini. Tujuan dari pendinginan sour

gas adalah untuk mengurangi temperatur sebelum masuk AGRU Absorber.

Gambar 4.2 Skema Wet Surface Air Cooler6:15)

4.1.1.2 AGRU Feed Gas Scrubber6:26)

AGRU Feed Gas Scrubber berfungsi untuk menghilangkan liquid yang

terikut dari proses gas dan mengirim liquid menuju Separator. Liquid yang

29
terdapat di Feed Gas Scrubber dikontrol oleh Level Indicating

Controlleryang membuka level valve menuju Separator ketika level

liquidtinggi. Gas yang sudah diproses kemudian menuju AGRU Inlet Filter

Coalescer.

Gambar 4.3 AGRU Feed Gas Scrubber dan AGRU Inlet Filter

Coalescer disalah satu Lapangan Produksi di Indonesia

4.1.1.3 AGRU Inlet Filter Coalescer6:26)

Pada AGRU Inlet Filter Coalescer, padatan-padatan, liquid yang

terikut ataupun liquid yang terbentuk akibat ambient cooling dihilangkan

dari gas. Liquid yang dikumpulkan mengalir melewati bagian bawah dari

AGRU Coalescer Unitbersama dengan aliran yang keluar dari Gas Scrubber

bottom streammenuju Separator.

30
Gambar 4.4Skema AGRU Filter Coalescer Unit6:16)

4.1.2 AGRU Absorber6:50)

AGRU Absorbermenghilangkan CO2 dan H2S dari sour gas, untuk

memenuhi spesifikasi fuel gas. AGRU Absorbermenggunakan lean amine

untuk mengubah sour gas menjadi sweet gas.

Sour gasyang masuk berjumlah ± 27 MMSCFD dengan tekanan 800

kPag dan temperatur 36,90C, kandungannya mencapai 10000 ppm H2S dan

40 % CO2. Setelah mengalami filtrasi dari AGRU Inlet filter Coalescer, sour

gas akan mengalir ke AGRU Absorber. Sour gas masuk kolom absorber

melalui bagian bawah dari absorber. Lean amine masuk melalui bagian atas

dan mengalir ke bawah melewati tray-tray. Kolom AGRU Absorber terdiri

dari 20 tray, dengan inlet lean amine pada tray 1,3 dan 5. Sour gas kontak

secara countercurrently dengan lean amine. Temperatur lean amine ketika

masuk diatur beberapa derajat lebih tinggi daripada temperatur gas masuk

untuk menghindari kondensasi hidrokarbon, yang dapat menyebabkan

foaming pada AGRU. Setelah kontak antara lean amine dengan sour gas

31
terjadi, maka lean amine akan berubah menjadi rich amine karena sudah

mengabsorpsi CO2 dan H2S dari sour gas.

Pada AGRU Absorber terjadi reaksi penyerapan acid gas oleh solvent

MDEA. Gas yang sudah mendapat treatment akan menjadi keluar dari

outlet sweet gasproduk fuel gas dengan kandungan H2S dan CO2yang

rendah.

Gambar 4.5 Lean/Rich Exchanger disalah satu Lapangan Produksi di

Indonesia

32
Gambar 4.6 AGRU Absorberdisalah satu Lapangan Produksi di Indonesia

33
4.1.3 AGRU Regenerator7:35)

Sebelum masuk ke AGRU Regenerator, rich amine dari AGRU

Absorber mengalir ke AGRU lean/rich Exchanger untuk dipanasi. AGRU

lean/rich Exchanger memindahkan panas dari lean amine ke rich amine,

begitu juga sebaliknya. Rich amine yang sudah dipanaskan masuk ke dalam

AGRU Regenerator lewat schoepentoeter yang akan mendistribusikan rich

amine yang masuk. Kandungan CO2 dan H2S akan terpisah dari liquid yang

sudah dipanaskan dan akan menuju ke bagian atas AGRU Regenerator.

Rich amine yang telah mengalami stripping mengalir turun melewati tray

menuju AGRU Regenerator Reboiler.

AGRU Regenerator terdiri dari 17 Striping tray yang menyediakan

area contact antara acid gas dari rich amine dan 3 wash trays yang berfungsi

untuk mengalirkan water dari AGRU Accumulator Pump.

Dalam AGRU regenerator reboiler, amine dipanaskan menggunakan

steam dan sebagian akan menjadi uap. Amine yang menjadi uap akan

kembali ke AGRU Regeneratorsebagai countercurrent flow untuk media

strippingpada rich amine selanjutnya. Amine yang tidak menjadi uap akan

mengalir menuju bottom section pada AGRU Regenerator. Sehingga, pada

overhead section, uap yang naik berupa amine, residual hidrokarbon, sour

gas dan steam yang kemudian akan didinginkan menggunakan AGRU

Regenerator Condenser untuk mengembalikan air. Air yang terkondensasi

dikumpulkan pada AGRU Regenerator Accumulator dan dipompakan

kembali oleh AGRU Regenerator Reflux Pump kembali pada bagian atas

tray dari AGRU Regenerator. Lean acid gas mengandung H2S dalam jumlah

34
sedikit, sisa gas pada AGRU Regenerator Accumulatorakan mengalir

menuju AGE Absorber untuk dikayakan sebagai syarat minimum proses

claus Sulfur Recovery.Lean amine dari bagian bawah AGRU Regenerator

mengalir menuju AGRU lean/rich Exchanger untuk memanaskan rich amine

yang menuju AGRU Regenerator.

Gambar 4.7 Skema AGRU Regenerator Reboiler7:21)

Gambar 4.8 AGRU RegeneratorReboiler disalah satu Lapangan

Produksi di Indonesia

35
Gambar 4.9 AGRU Regenerator disalah satu Lapangan Produksi di

Indonesia

4.1.4 Lean Amine Cooling and Filtering7:63)

Lean amine yang teregenerasi dari AGRU Regenerator mengalir

menuju AGRU Lean/Rich Exchanger untuk memanasi rich amine. Lean

36
amine kemudian ditransfer oleh AGRU Lean Amine Pumpmenuju AGRU

Lean Amine Cooler. Aliran utama, beberapa persen dari total aliran menuju

AGRU Lean Amine Cooler. Kemudian slipstream, beberapa persen aliran

dari AGRU Rich/Lean Exchangermengalir menuju AGRU Lean Amine

Filterdan sisanya melewati AGRU Lean Amine Afterfilter. AGRU Lean

Amine Filter adalah mechanical filter yang menghilangkan partikulat-

partikulat dalam lean amine untuk melindungi AGRU Lean Amine Carbon

Filterdari plugging.

Setelah filter pertama, sebagian lean amine mengalir menuju AGRU

Lean Amine Carbon Filter. AGRU Lean Amine Carbon

Filtermenghilangkan kontaminan aktif yang menyebabkan foaming, seperti

hidrokarbon dan surfaktan. Kemudian, lean amine yang sudah terfiltrasi

dilewatkan melalui AGRU Lean Amine Afterfilteruntuk menghilangkan

active carbon yang mungkin bocor dari AGRU Lean Amine Carbon Filter.

Lean amine dari AGRU Lean Amine Afterfiltermengalir menuju

AGRU Lean Amine Cooleruntuk didinginkan. Lean amine didinginkan pada

bundle loop tube tertutup, dimana lean amine tidak ada kontak dengan

udara sekitar. Utility water disemprotkan untuk mendinginkan lean amine.

Utility water dan udara mengalir secara co-currently, memastikan bahwa

media pendingin terdistribusi secara merata di permukaan tube untuk

meminimalisir resiko fouling dalam tube.

Lean amine yang sudah didinginkan dari AGRU Lean Amine

Coolermengalir menuju AGRU Absorber kembali.

37
Gambar 4.10Skema AGRU Lean Amine Carbon Filter7:56)

4.1.5 AGRU Solvent Collection and Storage7:86)

Semua peralatan yang mengandung solvent akan dihubungkan dengan

closed drain system menuju AGRU Solvent Sump. Sistem ini memastikan

bahwa tidak ada solvent yang tercecer ataupun hilang. Pada drain

vesseltersedia jangka waktu untuk agar solventmengendap dan terpisah dari

hidrokarbon, sehingga hidrokarbon tidak terikut ketika solvent dialirkan

kembali menuju sistem.

AGRU Amine Storage Tankmenyimpan amine solvent dari AGRU dan

AGE System. Amine solvent dari AGRU Amine Storage Tankditransfer

menuju AGRU dan AGE melewati AGRU Amine Transfer Pump.

Gambar 4.11 Skema AGRU Solvent Pump7:83)

38
Gambar 4.12Amine Storage Tank disalah satu Lapangan Produksi di

Indonesia

4.2 Shut Up dan Shut Down5)

4.2.1 Initial Start-up (After Long Shutdown)

 Melakukan pengecekan pada kesiapan sistem.

Pastikan arah valve, pembersihan pipa, kesediaan utility dan line up.

39
 Pembersihan Unit

 Pembersihan menggunakan air panas untuk menghilangkan

kontaminan seperti scale, kotoran dll.

 Pembersihan menggunakan abu soda panas untuk menguraikan dan

menghilangkan grease, minyak dll. yang dapat menyebabkan foaming.

 Chemical cleaning untuk unit yang terkena fouling menggunakan

detergen atau surfactant.

 Final water wash untuk menghilangkan bekas-bekas cleaning chemical

atau abu soda.

 Lakukan tes kebocoran dengan mengalirkan N2 dengan tekanan 1 barg

selama ± 4 jam.

 Bersihkan unit dengan N2 untuk mendorong O2 yang tersisa dalam unit.

 Persiapkan amine solvent dan transfer solvent ke unit (regen kolom).

 Pengkondisian regenerator column dan membuat sirkulasi solvent.

 Memberi tekanan pada kolom regenerator.

 Memulai pompa sirkulasi.

 Menentukan level pada absorber.

 Memberi tekanan pada absorber dan mengkondisikan level control.

 Mengkondisikan mechanical filter.

 Mengkondisikan lean solvent cooler dan overhead condenser.

 Mengkondisikan regenerator reboiler.

40
 Ketika level dalam reflux drum sudah mencapai batas, maka nyalakan

reflux pump.

 Pengkondisian absorber column

 Atur sirkulasi solvent.

 Memastikan jika active carbon filter di bypass.

 Memastikan off-spesific treated gas dapat dialirkan menuju flare.

 Setelah temperatur pada section regenerasi sudah mendekati design

value : masukkan aliran gas secara perlahan.

 Naikkan aliran feed gas, ubah kecepatan sirkulasi solvent dan operasi

dari regeneration section hingga tercapai target gas flow rate.

 Pengkondisian downstream unit

Optimisasi dan stabilisasi unit

 Sesaat setelah kondisi steady tercapai (laju sirkulasi dan level), mulai

lakukan optimisasi.

 Atur level pada regenerator column dan vessel lainnya ke normal level.

 Cek kualitas produk dan muatan lean solvent.

 Atur solvent circulation rate dan reboiler duty untuk memberi kualitas

produk yang diinginkan dan solvent leanness.

 Cek mechanical filter secara teratur dan lakukan penggantian apabila

diperlukan.

41
 Berikan aliran menuju active carbon filter jika diperlukan dan setelah

muatan partikel dari start up sudah tidak ada, untuk menghindari bed

blocking.

 Cek instrument reading untuk konsistensi dan akurasi kemudian proses

menggunakan otomatis (cascade) control sistem.

4.2.2 Start-up After Short Shutdown

Gas treating

 Mulai sirkulasi solvent.

 Mulai aliran pendingin (fan atau cooling water).

 Kondisikan regenerator reboiler/ solvent heater.

 Mulai reflux pump.

 Alirkan feed gas perlahan.

 Kembalikan tekanan, temperatur dan aliran normal.

 Cek kualitas gas dan kecenderungan foaming solvent. Ketika produk

sudah memenuhi spesifikasi, dapat dilanjutkan ke unit proses

selanjutnya.

4.2.3 Shutdown: Short Duration or Interruption to Feed Gas Flow

 Jaga kecepatan sirkulasi solvent di atas desain untuk mencegah deposisi

partikel pada kecepatan solvent rendah.

42
 Berhati-hatilah dengan kenaikan tiba-tiba pada aliran steam pada

bagian atas regenerator jika feed dikurangi. Atur kerja reboiler untuk

mengembalikan lagi temperatur normal pada bagian atas regenerator

dan reflux flow. Dengan mempertimbangkan pengaruh pada peralatan

downstream.

 Saring column dan vessel sebelum memberi aliran kembali pada feed

gas.

4.2.4 Shutdown: Normal Procedure for A Long Shutdown

Penghentian aliran gas dan sirkulasi solvent

 Tutup gas dan liquid feed line.

 Lanjutkan sirkulasi solvent dan operasi regenerator hingga seluruh

solvent teregenerasi.

 Shut down regenerator reboiler.

 Shut down overhead condenser/ reflux sistem seiring turunnya aliran.

 Lanjutkan sirkulasi hingga solvent didinginkan, masukkan inert gas,

fuel gas atau nitrogen jika perlu untuk mencegah underpressure akibat

pendinginan gas.

 Hentikan sirkulasi solvent : matikan solvent cooler dan pump.

43
4.3 Troubleshooting AGRU5)

1. Off-Specification Product

 Carrying capacity sangat rendah sehingga menyebabkan muatan rich

content terbatas. Hal ini disebabkan oleh :

 Solvent flow yang terlalu rendah dan konsentrasi amine yang terlalu

sedikit. Diatasi dengan penambahan konsentrasi dan menaikkan laju

alir solvent.

 Muatan lean solvent terbatas. Disebabkan oleh lean solvent temperatur

yang terlalu tinggi dan adanya jenis muatan asam lain dalam solvent

yang dapat menghambat proses absorpsi gas asam.

 Insufficient regeneration pada regenerator. Dapat terjadi apabila :

 Reboiler mengalami fouling, ikatan acid gas terlalu kuat daripada

amine yang menyebabkan amine sulit diregenaerasikan.

 Leakage(kebocoran) dalam lean/rich exchanger dapat menyebabkan

rich solvent bercampur dengan lean solvent.

 High regenerator pressure, dapat mengurangi driving force untuk

desorption.

 Mass Transfer Terbatas

 Foaming dan flooding di AGRU Absorber dapat mengurangi efisiensi

transfer massa.

 Mechanical defects misalnya kerusakan pada tray ataupun feed

distributor dapat menyebabkan terbatasnya transfer massa.

44
2. Corrotion/erosion dan fouling

Dilihat dari karakteristik dari amine, korosi tidak dipandang sebagai

masalah besar dikarenakan fakta bahwa amine terkadang digunakan sebagai

corrotion inhibitor.Namun, korosi dapat terjadi karena adanya kontak

denganacid gas misalnya H2S dan CO2.

3. Foaming

Foaming adalah formasi dari gas stabil dalam liquid dispersion akibat

surface active agent. Foaming dapat terjadi akibat adanya “foam promoting

impurities” pada amine system, misalnya Liquid hidrokarbon (kondensasi di

absorber), solid particle, oil, pelumas(lubricant), corrotion inhibitor,

degradation product, penggunaan Anti-Foam berlebihan, perubahan drastis

pada aliran gas umpan, campuran dari berbagai jenis AFA (Anti Foam

Agent) dan turbulensi.

 Foaming dapat menyebabkan beberapa masalah sebagai berikut :

 Profile pembacaan profile yang naik turun pada kolom regenator dan

absorber

 Terdapat Pressure DifferentialTray di column yang cukup besar

 Menurunkan bottom level di regenerator dan absorber

 Menaikkan kadar H2S pada gas yang sudah ditreatment

 Mengurangi level control valve opening pada absorber

 Foaming dapat dikontrol dengan :

Menggunakan media peralatan

45
1. Mechanical filter, carbon filter

2. Fasilitas injeksi Anti-Foam Agent

3. Temperatur control pada lean solvent

Menggunakan media operasi

1. Lean solvent temperatur beberapa derajat lebih tinggi dari pada

temperatursour gas untuk menghindari kondensasi pada gas.

2. Aliran mantap untuk mencegah carryover liquid.

3. Skimming secara rutin pada liquid hidrokarbon.

4. Menghindari penggunaan corrosion inhibitor.

5. Hindari penggunaan Anti-Foam berlebihan.

6. Mengurangi amine degradation dengan menjaga temperatur reboiler

4. Solvent Looses

 Solvent losses dibawah 1 % per tahun.

 Loss dapat terjadi karena tumpah ataupun solvent degradation.

 Beberapa loss terjadi secara alami, misalnya sebagai vapour bersama

acid gas dan treated gas.

46
V. PENUTUP

5.1 Simpulan

Dari hasil pengamatan serta pengumpulan data-data selama mengikuti

Praktek Kerja Lapangan (PKL) maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Acid Gas Removal Unit (AGRU) feed di Salah satu lapangan di

Indonesiasekitar 27 MMSCFD dengan kandungan H2S dan CO2 yang

tinggi.Produk keluaran Acid Gas Removal Unit berikut mengandung

H2S dan CO2 yang lebih rendah. Selanjutnya digunakan sebagai fuel gas

untuk gas turbin.

2. Acid Gas Removal Unit terdiri dari dua peralatan utama yaitu, AGRU

Absorber dan AGRU Regenerator. Dengan beberapa rangkaian

peralatan pendukung yaitu, Wet Air Cooler Package, AGRU Feed Gas

Scrubber, AGRU Inlet Filter Coalescer, AGRU Lean/rich Exchanger,

AGRU Filter (Mechanical filter, carbon filter, after filter), AGRU

Solvent Sump, AGRU Amine Storage Tank dan AGRU Amine

Transfer Pump.

3. Temperatur amine solvent yang masuk pada column absorber harus

dijaga beberapa derajat lebih tinggi dari temperatur sour gas.

4. Column absorberbekerja dengan tekanan tinggi dengan temperatur

rendah sedangkan column regeneratorbekerja dengan tekanan rendah

dengan temperatur tinggi.

47
5.2 Saran

Untuk mendapatkan hasil yang maksimal pada proses filtering, maka

diperlukan adanya penggantian pada carbon filter. Kerusakan pada carbon

filter dapat berpengaruh pada ikutnya kontaminan aktif penyebab foaming,

seperti hidrokarbon dan surfaktan.

48
DAFTAR PUSTAKA

1. K., Arnold. 2008.Surface Production Operation Volume 1,3rdEdition.

2. N. Maddox, Robert. 1985. Gas Conditioning and Processing,

Oklahoma.

3. Pilling, Mark. 2006. Design Consideration for High Liquid Rate Tray

Applications. San Fransisco.

4. ..........., 2012. Process Description. ................: ................. .

49

Anda mungkin juga menyukai