Anda di halaman 1dari 9

Journal of Maternal and Child Health (2019), 4 (1):

9-16 https://doi.org/10.26911/thejmch.2019.04.01.02

Analisis Multilevel: Pengaruh Sosial Ekonomi, Berat Lahir, dan Asupan Gizi dengan 
Wasting pada Boyolali, Jawa Tengah  

Nur Fika Roobiati​1)​, Eti Poncorini​2)​, Bhisma Murti​3)  


1)​
Program Magister Kesehatan Masyarakat Universitas Sebelas Maret
2)​
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret

ABSTRAK  

Latar  Belakang:  ​Wasting merupakan salah satu masalah kesehatan yang utama. Secara global,
wasting menyumbang 4,7% dari semua kematian anak di bawah usia 5 tahun. Anak-anak yang
sangat kurus, rata-rata, 11 kali lebih mungkin meninggal dibandingkan anak-anak mereka yang
sehat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh sosial ekonomi, berat badan lahir, dan
asupan gizi terhadap wasting di Kabupaten Boyolali Jawa Tengah dengan menggunakan analisis
multilevel.
Subjek  dan  Metode:  ​Jenis penelitian observasional analitik dengan rancangan case control. Penelitian
dilakukan di Boyolali, Jawa Tengah, dari bulan April hingga Mei 2018. Dua puluh lima posyandu
(posyandu) dipilih dan ditempatkan pada level 2 dalam analisis multilevel model (MLM). Sampel
200 anak balita dipilih untuk penelitian ini dengan pengambilan sampel penyakit tetap
dan ditempatkan di level 1 di MLM. Variabel dependen adalah pemborosan. Variabel bebas adalah
berat lahir, asupan gizi, pendidikan ibu, pendapatan keluarga, dan ukuran keluarga. Data wasting
diukur dengan microtoise dan weight scale. Asupan nutrisi diukur dengan food recall. Variabel lain
dikumpulkan dengan kuesioner. Data dianalisis dengan analisis MLM.
Hasil:  ​Resiko wasting menurun dengan pendapatan keluarga tinggi (b = -1,92; CI 95% = -3,77
hingga -0,08; p = 0,041), pendidikan ibu tinggi (b = -2,68; CI 95% = -4,97 hingga -0,38 ; p =
0,022), ukuran keluarga kecil (b = -2,01; CI 95% = -3,67 hingga -0,35; p = 0,018), berat lahir
normal (b = -2,55; CI 95% = -4,89 hingga - 0,21; p = 0,033), asupan gizi baik (b = -2,18; CI 95% =
-3,95 hingga -0,41; p = 0,016). Posyandu memiliki pengaruh kontekstual terhadap wasting dengan
ICC = 21.45%.
Kesimpulan:  ​Resiko wasting menurun dengan pendapatan keluarga tinggi, pendidikan ibu tinggi,
ukuran keluarga kecil, berat badan lahir normal, asupan gizi baik. Posyandu memiliki efek
kontekstual pada wasting.

Kata kunci: ​wasting, sosial ekonomi, berat lahir, asupan gizi, balita

Koresponden:   
Nur Fika Roobiati. Program Magister Kesehatan Masyarakat, Universitas Sebelas Maret, Jl. Ir.
Sutami No. 36 A, Surakarta 57126, Jawa Tengah. Email: nur_fika@ymail.com. Seluler:
+6285799504324.
menerima pelajaran dengan baik yang
LATAR BELAKANG   menyebabkan kurang berprestasi
Dalam kehidupan anak terdapat fase (Kemenkes, 2014).
tumbuh kembang. Pertumbuhan dan Gizi buruk pada bayi merupakan salah satu
perkembangan anak sangat dipengaruhi masalah kesehatan yang dapat berdampak
oleh nutrisi yang cukup. Jika kebutuhan gizi pada kematian (Roba et al., 2016; Dinas
anak tidak tercukupi, maka anak akan Kesehatan Jawa Tengah, 2015; Fentahun et
mengalami gangguan gizi. Akibatnya anak al., 2016).
menjadi mudah terserang penyakit, pasif, Prevalensi masalah kurus di Indonesia
letih, lesu, mengantuk, tidak dapat pada tahun 2013 adalah 12,1% (Balit
bangkes, 2013). Berdasarkan laporan 2015). Sedangkan kasus wasting di
kabupaten atau kota, jumlah kasus wasting Kabupaten Boyolali tahun 2017 sebesar
(WHZ) di Jawa Tengah pada tahun 2015 7,14%
sebanyak 922 kasus (Dinkes Jawa Tengah,

e-ISSN: 2549-0257 9
Roobiati et al./ Analisis Multilevel: Pengaruh Sosial Ekonomi
generasi yang hilang jika dialami oleh
banyak anak tanpa respon terhadap
(Dinkes Boyolali, 2017). Tingginya penyakit. Produktivitas anak akan
prevalensi balita gizi kurang dan gizi buruk berkurang dan dapat meningkatkan
dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu morbiditas dan mortalitas di Indonesia di
rendahnya kualitas kuantitas konsumsi masa depan (Pramudya et al., 2012).
pangan sebagai akibat dari rendahnya Berdasarkan uraian diatas maka peneliti
ketahanan pangan keluarga, pola asuh yang tertarik untuk melakukan
buruk dan akses terhadap fasilitas penelitian yang berjudul “Pengaruh Faktor
kesehatan yang rendah (Hendrayati et al. ., Sosial Ekonomi Keluarga, Berat Badan
2013). Lahir, dan Asupan Gizi terhadap.
Faktor-faktor yang terkait dengan
wasting meliputi status sosial ekonomi
WastingSUBJEK DAN METODE  
keluarga, pendidikan orang tua, status gizi,
1. Desain Penelitian Penelitian  
berat lahir, penyakit masa kanak-kanak,
ini merupakan penelitian observasional
persediaan air, perawatan kesehatan, etnis
analitik dengan rancangan case control.
(Mgongo et al., 2017; Fentahun et al., 2016;
Penelitian dilakukan di 25 posyandu di
Kavosi et al., 2014; Abubakar et al., 2012;
Kabupaten Boyolali Jawa Tengah pada
Yisak et al., 2015; Asfaw et al., 2015;
bulan April sampai Mei 2018.
Oliveira et al., 2014; Fekadu et al., 2015).
2. Populasi dan Sampel  
Faktor lain yang menjadi penyebab wasting
Populasi sumber dalam penelitian ini
adalah kurangnya asupan zat gizi dan
adalah bayi usia 12-60 posyandu Boyolali
terjadinya diare pada bayi (Roba et al.,
pada bulan April sampai Mei 2018. A
2016; Darsene et al., 2017; Asfaw et al.,
Sampel 200 bayi
2015; Fekadu et al., 2015). Pentingnya
dipilih dengan cara fixed disease
asupan gizi pada balita mencegah terjadinya
samplingterikat ​3. Variabel Penelitian 
penyakit kronis (Rios et al., 2017). Bayi yang
Variabel  
tidak diberi ASI (ASI) lebih rentan
adalah wasting Variabel bebas adalah
mengalami wasting dibandingkan bayi yang
pendapatan keluarga, pendidikan ibu,
diberi ASI (Fekadu et al., 2015).
jumlah anggota keluarga, berat badan lahir,
Wasting pada anak balita dapat
dan asupan gizi di tingkat 1. Posyandu
menurunkan kecerdasan, produktivitas,
berada di tingkat 2.
kreativitas, dan sangat mempengaruhi
4.  Definisi  Operasional  Variabel  ​Pendidikan ibu
kualitas sumber daya manusia (Hendrayati
diartikan sebagai pendidikan formal yang
et al., 2013). Wasting pada bayi dapat
terstruktur dan berjenjang yang terdiri dari
membuat pertumbuhan terhambat
pendidikan dasar, menengah, dan tinggi.
(Manullang et al., 2012). Dalam jangka
dikumpulkan dengan kuesioner. Skala
panjang, anak akan mengalami gangguan
pengukuran dikategorikan, kode 0 untuk
kognitif, penurunan prestasi belajar,
<SMA dan 1 untuk ≥senior SMA.
gangguan perilaku, bahkan peningkatan
risiko kematian. Dampaknya akan Penghasilan orang tua diartikan
merugikan bangsa dan dapat menyebabkan sebagai jumlah penghasilan riil semua
anggota rumah tangga yang digunakan
untuk memenuhi kebutuhan bersama dan lahir (gram). Asupan gizi merupakan zat
individu dalam sebuah rumah gizi yang dikonsumsi tubuh untuk
tangga. beraktivitas dan mencapai kesehatan yang
Jumlah anggota keluarga adalah optimal. Posyandu adalah jenis atau
jumlah total orang dalam keluarga. Berat tingkatan posyandu yang ada di
badan lahir adalah berat bayi yang masyarakat.
ditimbang dalam satu jam pertama setelah

10 e-ISSN: 2549-0257
Journal of Maternal and Child Health (2019), 4 (1):
9-16 https://doi.org/10.26911/thejmch.2019.04.01.02
microtoise untuk mengukur
Wasting merupakan kegagalan untuk berat badan normalnya. Distribusi
mencapai pertumbuhan yang optimal, frekuensi karakteristik subjek penelitian
diukur dengan berat / tinggi badan (weight dijelaskan pada Tabel 1.
for height). Diukur dengan infantometer Tabel 1. Karakteristik Subjek Penelitian ​n%​ Anak 
atau panjang papan untuk mengukur Usia  
panjang tubuh anak usia 6-24 bulan, dan
tinggi badan balita usia data dilakukan dengan Laki 102
data primer dan Perempuan 69.0 31.0
25-59 bulan.
138 62
5. Instrumen Penelitian   sekunder 49.0 ​51.0
Teknik pengumpulan 12-36 bulan 37-60 98
bulan ​Jenis Kelamin  
Tabel 1 menunjukkan bahwa subjek
data. Data primer diperoleh dengan penelitian sebagian besar berjenis kelamin
menggunakan kuesioner yang dibagikan perempuan yaitu sebanyak 102 subjek
kepada subyek. Data sekunder diperoleh (51,0%), dan sebagian besar terdiri dari
dari Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali anak-anak. usia 12-36 bulan sebanyak 138
berupa data balita di Kabupaten Boyolali. subjek (69,0%).
Instrumen yang digunakan adalah angket 2. Analisis Univariat Analisis  
perkembangan prapenyaringan (KPSP), univariat dalam penelitian ini meliputi
food recall, microtoise, infantometer, dan pendapatan keluarga, pendidikan ibu,
timbangan untuk mengukur tinggi / tinggi jumlah anggota keluarga, berat badan lahir,
dan berat badan balita. dan asupan gizi yang dapat dilihat pada
6. Analisis Data Analisis    Tabel 2.
univariat dilakukan untuk melihat distribusi Tabel 2. Analisis Univariat   
frekuensi dan karakteristik subjek Variabel N%​ Pendapatan Keluarga  
penelitian, sedangkan
varia etis. Izin etik dalam ≥ Rp 1.651.650
Analisisdilakukan Pendidikan Ibu ​Tidak ada
bles. Analisis penelitian ini
dengan menggunakan pendidikan formal
multivariat dilakukan diDr.
chi Uji -square dan Sekolah Dasar Sekolah
menggunakan regresi Moewardi Menengah
odds ratio (OR)
logistik multi level. RSUDSurakarta dan Pertama SMU Sekolah
dengan tingkat
7. Etika Riset Etika   dinyatakan layak etika Menengah Atas Diploma
kepercayaan 95% (CI)
riset mencakup berdasarkan surat S1
untuk mempelajari
informed consent, keputusan nomor: 410 Ukuran Keluarga  
hubungan antara ≤4
anonimitas, / IV / HREC / 2018.
wasting incidence >4
kerahasiaan, dan izin <Rp 1.651.650 Berat Lahir  
dengan independent
<2500 28 14,0 16,5 61,5 3,5
≥ 2500 33 35 4,0
Asupan Gizi ​<NAR (70%) 123 7 165
≥ NAR (70%) 8 34,5 65,5
60 49
140 69 151 17,5 82,5
131 30,0 70,0
1 24,5 ​75,5
0,5
penelitian dengan pendapatan keluarga ≥
HASIL   upah minimum regional (Rp 1.651.650)
1. Karakteristik Subjek Penelitian Subjek  adalah 140 (70,0%). . Sebagian besar
penelitian dalam penelitian ini terdiri dari jenjang pendidikan ibu SLTA adalah 123
200 balita yang terdiri dari 50 balita dan (61,5%). Anak-anak dengan ukuran
150 balita. keluarga> 4
Tabel 2 menunjukkan bahwa subjek

e-ISSN: 2549-0257 11
Roobiati et al./ Analisis Multilevel: Pengaruh Sosial Ekonomi
pendidikan, ukuran keluarga, berat badan
lahir, asupan gizi, dan wasting. Hasil
131 subjek (65,5%). Sebagian besar anak analisis bivariat dapat dilihat pada Tabel 3.
lahir dengan berat badan lahir normal (> Tabel 3 menunjukkan bahwa pendapatan
2500) (82,5%). Sebagian besar anak keluarga, pendidikan ibu, jumlah anggota
wasting menerima asupan gizi <NAR keluarga, berat lahir, dan asupan gizi
(39,79,6%).
berpengaruh signifikan secara statistik
3. Analisis bivariat Analisis    terhadap kejadian wasting​.  
bivariat dilakukan untuk melihat hubungan
pendapatan keluarga,ibu
Tabel 3. Uji Chi-square hubungan pendapatan keluarga, pendidikan ibu, ukuran keluarga, berat badan lahir, 
asupan gizi, dan wasting  
wasting   95% CI   
Variabel Independen   Ya Tidak ​Rendah p  
ATAU   Atas   
n% n% ​Batas  
Batas  
Pendapatan keluargaPendapatan  
<rendah ≤4 42 11 8 0,017 0,0200,008 <0,001
(Rp >4 132 70.0 94.3 97.8 24.2
1.651.650) Berat lahir   135 15
≥ Rendah ( 3 2.2 91.6 43.5 0,011 0,002 0,064 <0,001
Pendapatan <2500 g) 47 75.8 120 30
tinggi (Rp Normal 11.4 88.5
1.651.650) (≥2500 g) 11 8.4 4 0,032 0,026 <0,000
Pendidikan  Asupan  39 56.5 146 20.4 ​92.7
ibu ​≥senior nutrisi   0,026
31 88.6 11.5 10 0,005 <0,001 <0,001
SMA <NAR
<SMA (70%) 19 140
79.6 ​7.3 30.0 5.7 0,007 0,071
Ukuran  ≥ NAR
keluarga   (70%) 39 18

pendapatan keluarga yang tinggi (b = -1,92;


4. Analisis Multivariat  
95% CI = -3,77 hingga -0,08; p <0,041),
0,154 0,053 0,051Tabel 4 menunjukkan
pendidikan ibu ≥senior SMA (b = -2,68;
bahwa risiko wasting berkurang dengan
95% CI = -4,97 hingga -0,38; p <0,022),
ukuran keluarga besar (b = -2,01; 95 % CI = terhadap kejadian wasting dengan ICC =
-3,67 hingga - 0,35; p <0,018), berat lahir 21.45%. Skor KIE pada penelitian ini lebih
normal (b = - besar dari rule of thumb 8-10%, maka
2,55; 95% CI = -4,89 hingga -0,21; p <0,033), pengaruh kontekstual posyandu perlu
dan asupan gizi ≥NAR (b = -2,18; 95 % CI = diperhatikan.
-3,95 hingga -0,41; p <0,016). Posyandy
memiliki efek kontekstual yang kuat

95% CI ​
Tabel 4. Hasil analisis multilevel determinan wasting ​Variabel Independen b​p Batas Bawah Batas 
Atas  
Pendapatan Ukuran Keluarga (≥70%) 0,241 -3.95 -0.08 -0.38
Keluarga (≥Rp (≤4) N observasi = 200 ICC = 21,45% -0.35
1.651.650) Berat Lahir (≥ Log likelihood = -1.92 -2.68 -2.01 -0.21 -0.41
Pendidikan Ibu 2500 g) -28,67 -2.55 -2.18 -3.77 0.041 0.022 0.018
(≥senior SMA) Asupan Gizi Prob> Chi2 = -4.97 -3.67 -4.89 0.033 0.016

12 e-ISSN: 2549-0257
Jurnal Kesehatan Ibu dan Anak ( 2019), 4 (1): 9-16
https://doi.org/10.26911/thejmch.2019.04.01.02
Menurut Kumari ​et  al.,  ​(2017),
PEMBAHASAN   rendahnya pendapatan mempengaruhi
1. Pengaruh pendapatan keluarga terhadap  jumlah pangan yang dikonsumsi keluarga
kejadian wastingHasil    baik kualitas maupun kuantitas pangan. Ini
penelitian ini menunjukkan bahwa ada juga meningkatkan kemungkinan terkena
hubungan antara pendapatan keluarga dan penyakit sehingga bisa menyebabkan
kejadian wasting. Pendapatan keluarga wasting. Keluarga dengan pendapatan
yang tinggi menurunkan risiko wasting 1,92 tinggi memperbolehkan para ibu untuk
kali lipat dibandingkan pendapatan memberikan makanan bergizi kepada
keluarga rendah. anaknya sehingga status gizinya cenderung
Hasil penelitian ini didukung oleh baik.
Kavosi ​et al. (​ 2014), menyatakan bahwa 2. Pengaruh pendidikan ibu terhadap kejadian 
anak dengan gangguan tumbuh kembang wasting  
berasal dari keluarga berpenghasilan Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
rendah atau miskin. Kemiskinan terkait erat ada hubungan antara pendidikan ibu
dengan tidak tersedianya makanan, sanitasi dengan kejadian wasting. Anak dari ibu
yang buruk, dan kebersihan yang juga yang berpendidikan tinggi (≥ SMA)
berdampak pada peningkatan risiko infeksi menurunkan risiko kurus 2,68 kali lipat
dan gizi buruk pada anak. Menurut Oliveira dibandingkan anak darirendah
et al., ​(2014), keluarga dengan status ibu berpendidikan(<SMA). Pendidikan ibu
ekonomi menengah ke bawah cenderung merupakan salah satu faktor yang
lebih banyak mengonsumsi makanan mempengaruhi gangguan tumbuh kembang
dengan gizi rendah, dan hal ini anak seperti wasting. Proporsi wasting
menyebabkan timbulnya kejadian wasting. meningkat dengan rendahnya tingkat
Kemiskinan meningkatkan kejadian wasting pendidikan formal orang tua. Ibu
sebanyak 1,92 kali. denganbaik
pendidikan yangmemiliki kesempatan Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
untuk memiliki pekerjaan yang baik yang ada hubungan antara ukuran keluarga
dapat meningkatkan pendapatan keluarga. dengan kejadian wasting. Anak yang berasal
Selain itu, ibu akan memiliki pengetahuan dari keluarga berukuran ≤4 mengalami
yang lebih baik tentang kesehatan, pola penurunan risiko kurus sebesar 2,01 kali
asuh yang baik, dan akan menggunakan lipat dibandingkan dengan anak yang
layanan kesehatan untuk meningkatkan berasal dari keluarga besar> 4.
kesehatan anak (Kavosi ​et al., 2 ​ 014; Oliveira Hasil penelitian ini sejalan dengan
et al., ​2014; Pei ​et al., ​2014). Ibu yang penelitian Asfaw ​et  al.  (​ 2015) dan Kavosi ​et 
berpendidikan rendah meningkatkan al.  ​(2014) yang menyatakan bahwa anak dari
kejadian wasting 2,68 kali lipat, yang berarti anggota keluarga> 4 cenderung kurang
anak dengan ibu berpendidikan rendah 2,68 mendapat perhatian dan pengasuhan orang
kali lebih mungkin mengalami wasting tua. Jumlah anggota keluarga yang banyak
dibandingkan dengan anak dengan ibu akan mempengaruhi pola asuh karena
berpendidikan tinggi. waktu dan perhatian ibu kepada anak
Semakin tinggi pendidikan, semakin menjadi terbagi yang mengakibatkan
mudah mereka menerima informasi. kurangnya perhatian dan kasih sayang yang
Sebaliknya, jika seseorang memiliki tingkat diterima anak, apalagi jika jarak usia antara
pendidikan yang rendah, maka akan anak
menghambat perkembangan sikap terlalu dekat. Oleh karena itu, orang tua
seseorang terhadap penerimaan informasi tidak dapat memantau atau memperhatikan
dan nilai-nilai yang baru diperkenalkan pertumbuhan anaknya yang pada akhirnya
(Abubakar ​et al., 2 ​ 012) akan mempengaruhi status gizi anak
3. Pengaruh ukuran keluarga terhadap kejadian  tersebut. Balita dengan jumlah
of wasting  

e-ISSN: 2549-0257 13
Roobiati et al./ Analisis Multilevel: Pengaruh Sosial Ekonomi
berat lahir berhubungan dengan kejadian
wasting. Berat badan lahir ≥2500 g
anggota keluarga> 4 dapat meningkatkan menurunkan risiko kurus sebesar 2,55 kali
kejadian wasting 2,01 kali lipat yang berarti lipat dibandingkan dengan anak dengan
anak dari ukuran keluarga besar> 4 berat badan lahir <2500 g.
memiliki kecenderungan 2,01 kali lebih
Penelitian ini sejalan dengan
besar untuk mengalami wasting
penelitian Fekadu ​et al. (​ 2015) yang
dibandingkan dengan anak-anak dengan ≤4
menyatakan bahwa bayi dengan berat
anggota keluarga.
badan lahir rendah lebih cenderung
Keluarga dengan 5 - 6 orang anggota mengalami wasting dibandingkan dengan
memiliki proporsi kecukupan pangan yang bayi dengan berat lahir normal.
kurang dibandingkan dengan keluarga
Berat badan lahir rendah juga
dengan jumlah anggota kurang dari 4
memiliki efek jangka panjang yang
orang. Oleh karena ukuran keluarga
berdampak buruk bagi kesehatan seperti
berpengaruh terhadap konsumsi pangan,
kematian neonatal, morbiditas, penurunan
kelaparan pada keluarga besar lebih
perkembangan gigi, dan penyakit kronis.
mungkin terjadi dibandingkan pada
Bayi dengan berat badan lahir rendah
keluarga kecil (Labada ​et al., ​2016).
meningkatkan risiko kematian sebanyak 20
4. Pengaruh berat badan lahir terhadap kejadian  kali lipat dibandingkan bayi dengan berat
wasting   badan lahir normal (WHO, 2013).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 5. Pengaruh Asupan Gizi Terhadap Kejadian 
Wasting   berkembang menjadi gizi buruk, dan gizi
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa buruk yang parah dapat menyebabkan
terdapat pengaruh asupan gizi terhadap kematian pada anak (Fentahun ​et  al.,​ 2016;
kejadian wasting. Bayi berat badan lahir Manullang ​et al., ​2012)
rendah meningkatkan risiko kematian 6. Pengaruh kadar posyandu terhadap kejadian 
sebanyak 20 kali lipat dibandingkan bayi wasting  
dengan berat badan lahir normal. Balita Hasil Hasil penelitian ini menunjukkan
yang memiliki asupan gizi ≥ jumlah bahwa terdapat pengaruh kontekstual
kebutuhan (70%) menurunkan risiko tingkat posyandu terhadap variasi kejadian
wasting sebesar 2,18 kali lipat dibandingkan wasting (ICC = 21.45%). Variasi kejadian
balita yang memiliki asupan gizi <NAR wasting sebanyak 21,45% dipengaruhi oleh
(70%). posyandu. Tabel 4 menunjukkan bahwa
Hasil penelitian ini sejalan dengan skor ICC pada penelitian ini lebih besar dari
penelitian Asfaw ​et al. ​(2015) yang rule of thumb sebesar 8-10%, sehingga
menyatakan bahwa asupan gizi sangat pengaruh kontekstual dalam penelitian ini
mempengaruhi pertumbuhan anak. Asupan adalah posyandu dan sangat penting untuk
gizi mempengaruhi status gizi anak diperhatikan.
sehingga dapat meningkatkan kecerdasan Posyandu merupakan salah satu
anak. Anak-anak yang kurang gizi media untuk memantau tumbuh kembang
menurunkan tingkat kecerdasannya. Gizi anak setiap bulan. Pemantauan tersebut
buruk pada anak dapat menyebabkan menggunakan Growth Chart (GC) untuk
gangguan pertumbuhan fisik dan otak anak mencatat pertumbuhan berat badan
tidak maksimal. Asupan gizi yang rendah berdasarkan usia. Posyandu merupakan
dapat meningkatkan kejadian wasting salah satu sarana yang dapat digunakan
sebesar 2,18 kali lipat, yang berarti balita untuk mendeteksi dan memantau kejadian
dengan asupan gizi rendah 2,18 kali lebih wasting pada tahap awal. Berdasarkan
mungkin mengalami wasting dibandingkan uraian di atas, memaksimalkan
balita dengan asupan gizi memadai. pemanfaatan posyandu, meningkatkan
Asupan gizi merupakan zat gizi yang kualitaspos
dikonsumsi oleh tubuh untuk beraktivitas pelayananyandu, dan menyediakan sumber
dan mencapai kesehatan yang optimal. daya manusia yang berkualitas menjadi
Wasting pada balita bisa menghambat beberapa faktor yang berpengaruh-
pertumbuhannya. Jika wasting tidak
ditangani dengan baik maka akan

14 e-ISSN: 2549-0257
Jurnal Kesehatan Ibu dan Anak (2019), 4 (1): 9-16
https://doi.org/10.26911/thejmch.2019.04.01.02
wasting​.  
Upaya ial untuk pencegahan dan
penanganan wasting (Kementerian DAFTAR PUSTAKA  
Kesehatan RI, 2012). Berdasarkan hasil Abubakar A, Uriyo J, Msuya SE, Swai
penelitian dapat disimpulkan bahwa Mark, Stray-Pedersen B (2012).
terdapat pengaruh yang signifikan antara Prevalensi dan Faktor Risiko untuk
pendapatan keluarga, pendidikan ibu, Status Gizi yang Buruk pada
ukuran keluarga, berat badan lahir, dan Anak-anak di Wilayah Kilimanjaro,
asupan gizi terhadap wasting. Variasi di Tanzania. Jurnal Internasional
tingkat Posyandu menunjukkan adanya Penelitian Lingkungan dan Kesehatan
pengaruh kontekstual terhadap kejadian Masyarakat, 9: 3506-3518.
https://doi.org/10.33- 90 / Kekurangan Gizi dan Faktor Terkait
ijerph9103506 Diantara Anak-anak Berusia 6-59
Asfaw M, Wondaferash M, Taha M, Dube L Bulan di Distrik Belesa Timur,
(2015). Preferensi Gizi Buruk dan Ethiopia Barat Laut: Studi Lintas
Faktor Terkait di antara Anak-anak Bagian Berbasis Komunitas.
Berusia antara Enam hingga Lima Kesehatan Masyarakat Pusat BioMed,
Puluh Sembilan Bulan di Distrik Bule 16 (506).
Hora, Ethiopia Selatan. Kesehatan http://dx.doi.org/10.1186/s12889-0-
Masyarakat Pusat BioMed, 15 (41). 16-3180-0.
https://doi.org/10.11- 86 / Hendrayati, Amir A, Darmawati (2013).
s12889-015-1370-9. Faktor yang Mempengaruhi Kejadian
Badan Penelitian dan Pengembangan Kese Wasting pada Anak Balita di Keca
hatan (2013). Riset Kesehatan Dasar Tahun matan Marioriwawo Kabupaten Sop
2013. Jakarta: Depkes RI. peng. Media Gizi Pangan, 15. https: //
Darsene H, Geleto A, Gebeyehu A, Meseret - anzdoc.com/faktor-yang-mempeng
S (2017). Besaran dan Prediktor aruhi-kejadian-wasting-pada-anak
Kekurangan Gizi di Antara Anak-anak balita-d.html
Berusia Enam Sampai Lima Puluh Kavosi E, Rostami ZH, Kavosi Z, Nasihat
Sembilan Bulan di Ethiopia: Studi kon A, Moghadami M dan Heidari M.
Lintas Bagian. BioMed Cen 2014. Prevalensi dan Penentu Gizi
tral Public Health, 75 (29). https: // - Kurang pada Anak di Bawah Enam
www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/- Tahun: Survei Lintas Bagian di
PMC5502324 / pdf / Provinsi Fars, Iran. Jurnal
13690_2017_Artic le_198.pdf Internasional Kebijakan dan
Dinas Kesehatan Jawa Tengah (2015). Manajemen Kesehatan, 3 (2): 71-76.
Profil Kesehatan Provinsi Jawa Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Tengah Tahun 2015. Semarang: (2014). Peraturan Menteri Kese hatan
Dinkes Jateng. Republik Indonesia Nomor 66 Tahun
Fekadu Y, Mesfin A, Haile D, Stoecker BJ 2014 tentang Pemantauan
(2015). Faktor yang Berhubungan Pertumbuhan, Perkembangan, dan
dengan Status Gizi Bayi dan Anak Gangguan Tumbuh Kembang Anak.
Kecil di Wilayah Somalia, Etiopia: Jakarta: Kemenkes RI.
Studi Lintas Bagian. Kesehatan Labada A, Ismanto AY, Kundre R (2016).
Masyarakat Pusat BioMed, 15 (846). Hubungan ciri Ibu dengan Status Gizi
https://doi.org/10.1186/s1288- Balita yang berkunjung di Puskesmas
9-015-2190-7 Bahu Manado. eJournal Keperawatan,
Fentahun W, Wubshet M, Tariku A (2016). 4 (1). https: //ejournal.-

e-ISSN: 2549-0257 15
Roobiati et al./ Analisis Multilevel: Pengaruh Sosial Ekonomi
Tani Kecamatan Medan Tuntungan
Tahun 2012. https: //jurnal.usu.ac.- id
unsrat.ac.id/index.php/jkp/article/v / index.php / gkre / article / view /
i ew / 11899/11488. 5162
Manullang, Mona SJ (2012). Gambaran Mgongo M, Chotta NAS, Hashim TH, Uriyo
Pola Konsumsi dan Status Gizi Baduta JG, Damian DJ, Stray-Pedersen B,
(Bayi 6-24 Bulan) yang telah Msuya SE, Wandel M, Vangen S
mendapat Makanan Tambahan (2017).dan Wasting pada Anak-anak
Taburia di Kelurahan Kemenangan diKili
Berat Badan Kurang, 2. http: //lib.ui.-
StuntingWilayahmanjaro, Tanzania; ac.id/naskahringkas/2016-06/S-PDF
Studi Lintas-seksi Berbasis Popu lasi. Abdulla% 20Emir% 20Pramudya
Jurnal Internasional Penelitian Rios EM, Sinigaglia O, Diaz B, Campos M
Lingkungan dan Kesehatan dan Palacios C. 2016. Perkembangan
Masyarakat, 14 (509). https: Pola Makan Angka Mutu untuk Bayi
//www.ncbi.nlm.nih.- gov / pmc / dan Balita dan Kaitannya dengan
articles / PMC5451960 / Berat Badan. Journal Nutrit Health
Kumari V, Singh A (2017). Asesmen Status Food Science, 4 (4). https:
Gizi Anak Pra Sekolah Anganwadi //www.ncbi.nlm.-
Koloni Tenaga Kerja, HAU nih.gov/pmc/articles/PMC5283385/
International Journal of Science Roba KT, O'Connor TP, Belachew T,
Environment, 6 (1). http: // - O'Brien NM (2016). Variasi antara Pasca
www.ijset.net/journal/1581.pdf Panen dan Pra-Panen Sea Son dalam
Oliveira FMDA, Correia LL, Silva AC, Stunting, Wasting, dan Praktik Pemberian
Campos JS, Machado MMT, Lindsay Makan Bayi dan Anak (IYCF) pada Anak
AC, Leite AJM, Rocha HAL, Cunha Usia 6-23 Bulan di Dataran Rendah dan
AJLA (2014). Prevalensi dan Zona Agro-Ekologi Pertengahan di
Mencegah Anak-anak Kurang Gizi dan Pedesaan Ethiopia. Jurnal Medis Pan
Stunting di Wilayah Semi Kering Afrika, 24 (163). https: //www.ncbi.nlm.-
Brasil. Rev Saude Publica, 48 (1): nih.gov/pmc/articles/PMC5072826/
19-28. WHO (2013). Childhood Stunting: Konteks,
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/- Penyebab dan Konsekuensi Kerangka
artikel / PMC4206126 / konseptual WHO. Nutrisi Maternal
Pei L, Ren L, Yan H (2014). Sebuah Survei and Chind, 9 (11): 27–45. https: -
Kekurangan Gizi pada Anak di Bawah //onlinelibrary.wiley.com/doi/epdf/-
Tiga Tahun di Pedesaan Cina Barat. 10.1111 / mcn.12075
Kesehatan Masyarakat Pusat BioMed, Yisak H, Gobena T, Mesfin F (2015).
vol. 13. Prevalensi dan Faktor Risiko Gizi
Pramudya AE, Bardosono S (2012). Pre Balita pada Balita di Distrik
valensi Anak Beresiko Wasting dan Haramaya, Ethio pia Timur. BioMed
Faktor-Faktor yang Berhubungan: Studi Central Pediatrict, 15 (212).
Cross Sectional Pada Anak Usia 3-9 Tahun http://dx.doi.org/10.1186/-
di Pesantren Tapak Sunan Tahun 2011. vol. s12887-015-0535-0.

16 e-ISSN: 2549-0257

Anda mungkin juga menyukai