Terapi GG Pncernaan
Terapi GG Pncernaan
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pencernaaan adalah proses di mana makanan dan cairan dipecah menjadi bagian-bagian yang
lebih kecil sehingga tubuh dapat menggunakannya untuk membangun dan memelihara sel-
sel. Pencernaan dimulai dari mulut, dimana makanan dan cairan diambil, dan selesai di usus
kecil.Sistem pencernaan adalah system yang terdiri dari pencernaan saluran dan organ-organ
lain yang membantu tubuh memecah dan menyerap makanan.
( Kamus Kesehatan, 2015 )
B. TUJUAN
Adapun tujuan dari makalah terapi/penatalaksanaan klien dengan gangguan system
pencernaan yaitu :
1.Tujuan Umum :
Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah 1 (KMB 1) dan
setelah dilakukan presentasi mahasiswa diharapkan mampu mendapatakan gambaran serta
pengalaman nyata dalam melakukan terapi/penatalaksanaan klien dengan gangguan system
pencernaan melalui proses keperawatan yang komprehensif.
2.Tujuan Khusus :
a. Untuk mengetahui dan mengerti akan pengertian system pencernaan.
b. Untuk mengetahui macam-macam gangguan klien dengan system pencernaan.
c. Untuk mengetahui definisi dari gangguan klien dengan system pencernaan.
d. Untuk mengetahui etiologi dari gangguan klien dengan system pencernaan
e. Untuk mengetahui terapi/penatalaksanaan dari masing-masing gangguan klien dengan
system pencernaan.
BAB II
TINJAUAN TEORI
Pencernaaan adalah proses di mana makanan dan cairan dipecah menjadi bagian-bagian yang
lebih kecil sehingga tubuh dapat menggunakannya untuk membangun dan memelihara sel-
sel. Pencernaan dimulai dari mulut, dimana makanan dan cairan diambil, dan selesai di usus
kecil.Sistem pencernaan adalah system yang terdiri dari pencernaan saluran dan organ-organ
lain yang membantu tubuh memecah dan menyerap makanan.
( Kamus Kesehatan, 2015 )
System pencernaan adalah sustu system yang menerima makanan, mencernanya untuk
dijadikan energy dan nutrient, kemudian mengeluarkan sisa-sisa prose situ melalui dubur.
Secara umum system pencernaan bisa digambarkan sebagai struktur yang memanjang dan
berkelok-kelok, dimana diawali dengan suatu lubang yang disebut mulut, makanan
dimasukkan dan lubang akhir yang disebut anus, dimana merupakan tempat sisa makanan
yang tidak dicerna untuk dibuang melalui dubur.
( Wikipedia, 2014 )
b. Gastroenteritis
1) Definisi
Gastroenteritis adalah keadaan dimana frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi
dan lebih dari 3 kali pada anak dengan konsistens feses encer, dapat berwarna hijau atau
dapat pula bercampur lender dan darah/lender saja. ( Sudaryat
Suraatmaja, 2005 )
Gastritis adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan usus yang memberikan gejala
diare dengan atau tanpa disertai muntah.
2) Etiologi
a) Factor infeksi bakteri, virus, dan parasit.
b) Factor malabsorbsi : karbohidrat, lemak atau protein.
c) Factor makanan : makanan basi,beracun dan alergi terhadap makanan.
d) Infeksi terhadap organ lain seperti radang tonsil, bronchitis & tenggorokan .
3) Tanda dan Gejala
a) Diare, mual dan muntah
b) Nyeri abdomen
c) Membrane mukosa mulut dan bibir kering, kehilangan berat badan.
d) Tidak nafsu makan dan badan tersa lemah.
4) Terapi/Penatalaksanaan
a) Penggantian cairan intra vena ( IV bolus 500ml normal salin untuk dewasa, 1-0- 20 ml )
b) Pemberian suplemen nutrisi harus diberikan segera pada pasien mula dan muntah.
c) Antibiotic yang diberikan pasien dewasa adalah cifrofloksasin 500mg.
d) Pemberian metronidazole 250-750 mg selama 5-14 kali.
e) Pemberian obat anti diare yang dikomendasikan antibiotic.
f) Obat antiemetic yang digunakan pada pasien yang muntah dengan dehidrasi.
4) Terapi/Penatalaksanaan
a) Penatalaksanaan Medis
1. Anti Biotik (Membunuh Kuman) :
Klorampenicol
Amoxicilin
Kotrimoxasol
Ceftriaxon
Cefixim
2. Antipiretik (Menurunkan panas) :
Paracetamol.
d) Pencegahan
1. Penyediaan air minum yang memenuhi.
2. Pembuangan kotoran manusia ( BAB dan BAK ) yang hygiene.
3. Pemberantasan lalat.
4. Pengawasan terhadap rumah-rumah dan penjual makanan.
5. Imunisasi.
6. Pendidikan kesehatan pada masyarakat seperti hygiene sanitasi personal hygiene .
d. Kolelitiasis
1) Definisi
Kolelitiasis adalah pembentukan batu empedu yang biasanya terbentuk dalam kandung
empedu dari unsur-unsur padat yang membentuk cairan empedu
(Brunner & Suddarth, 2002)
Batu empedu merupakan endapan satu atau lebih komponen empedu kolesterol, bilirubin,
garam empedu, kalsium, protein, asam lemak dan fosfolipid
(Price & Wilson, 2005)
2) Etiologi
Batu dalam kandung empedu sebagian besar tersusun dari pigmen - pigmen empedu dan
kolesterol, selain itu juga tersusun oleh bilirubin, kalsium dan protein. Faktor resiko dan
patogenesis batu empedu sebagai berikut.
a) Jenis kelamin perempuan lebih cenderung mengembangkan batu empedu kolesterol daripada
laki khususnya pada masa reproduksi.
b) Peningkatan usia.
c) Obesitas.
d) Kehamilan terutama kehamilan multiple.
e) Factor genetic
f) Infeksi bilier.
3) Tanda dan Gejala
a) Nyeri tekan kuadram kanan atas midepigastrik samar yang menjalar ke punggung atau region
bahu kanan.
b) Mual dan muntah.
c) Demam.
d) Perubahan warna urine dan feses.
e) Ikterus obstruksi. ( Nanda NIC NOC, 2013 )
4) Terapi/Penatalaksanaan
a) Penatalaksanaan Medis
Terdapat tiga bentuk penatalaksanaan medis yaitu bedah dan non bedah yang dijelaskan
sebagai berikut:
1. Penatalaksanaan Non Bedah
a. Farmakologis
Untuk menghancurkan batu : Irsidiol, Actigal.
Efek samping : diare, bersifat hepatotoksik pada fetus sehingga kontra indikasi untuk ibu
hamil.
Mengurangi konten kolesterol dalam batu empedu : Chenodiol/Chenix
Untuk mengurangi gatal-gatal : Choletyramine (Questran) -
Menurunkan rasa nyeri : analgesik
Mengobati infeksi : Antibiotik
b. Pengangkatan batu tanpa operasi
Pelarutan batu empedu
dengan menginfuskan suatu bahan pelarut (mono-oktanoin atau metil tertierbutil
eter/MTBE) ke dalam batu empedu. Dapat diinfuskan atau melalui selang kateter yang
dipasang perkutan langsung ke dalam kandung empedu, melalui selang matau drain yang
dimasukkan melalui saluran T tube untuk melarutkan batu yang belum dikeluarkan saat
pembedahan, melalui ERCP atau kateter bilier transnasal
Pengangkatan non bedah
Sebuah kateter dan alat disertai jaring yang terpasang padanya disisipkan melalui saluran
T Tube, jaring digunakan untuk memegang dan menarik keluar batu yang terjepit dalam
dukts koledokus
Extracorpreal Shock-Wave Lithotripsy (ESWL) menggunakan gelombang kejut berulang
(repeated shock wave) yang diarahkan kepada batu empedu untuk memecah batu tersebut
menjadi sejumlah fragmen
2. Pembedahan
a. Kolisistektomi
Dalam prosedur ini, kandung empedu diangkat setelah arteri dan duktus sistikus diligasi.
Sebuah drain (penrose) ditempatkan dalm kandung empedu dan dibiarkan menjulur keluar
lewat luka operasi untuk mengalirkan darah, cairan srosanguinus dan getah empedu ke dalam
kasa basorben.
b. Minikolisistektomi
Prosedur ini untuk mengeluarkan kandung empedu lewat luka insisi selebar 4 cm.
c. Kolesistektomi Laparaskopik
Dilakukan lewat insisi yang kecil atau luka tusukan melalui dinding abdomen pada
umbilikus. Rongga abdomen ditiup dengan gas karbon monoksida untuk pemasangan
endoskop.
d. Koledokostomi
Insisi dilakukan pada duktus koledukus untuk mengeluarkan batu. Setelah batu dikeluarkan
biasanya dipasang sebuah kateter ke dalam duktus tersebut untuk drainase getah empedu
sampai edema mereda. Kateter ini dihubungkan dengan selang drainase gravitas.
2) Etiologi
a) Kongenital/cacat bawaanSejak kecil sudah ada, prosesnya terjadi intrauteri, berupa kegagalan
perkembangan
b) Hrediter (kelainan dalam keturunan)
c) Umur (hernia dijumpai pda semua umur)
d) Jenis kelamin, Lebih banyak terjadi pada laki-laki dibandingkan dengan wanita
e) Didapat, seperti mengedan terlalu kuat, mengangkat barang-barang yang berat
3) Tanda dan Gejala
a) Adanya benjolan ( biasanya asimptomatik )
b) Nyeri pada daerah benjolan bila isinya terjepit disertai perasaan mual.
c) Bila pasien mengejan batuk maka benjolan akan bertambah besar.
d) Gangguan pasase usus seperti abdomen kembung dan muntah.
( Nanda NIC NOC, 2013 )
4) Terapi/Penatalaksanaan
a) Penatalaksanaan Medis,
Setiap penderita hernia inguinalis lateralis selalu harus diobati dengan jalan pembedahan.
1. Pembedahan secepat mungkin setelah diagnosa ditegakkan. Adapun prinsip pembedahan
hernia inguinalis lateralis adalah:
a. Herniotomy : membuang kantong hernia, ini terutama pada anak – anak karena dasarnya
adalah kongenital tanpa adanya kelemahan dinding perut.
b. Herniorrhaphy : membuang kantong hernia disertai tindakan bedah plastik untuk
memperkuat dinding perut bagian bawah di belakangkanalis inguinalis.
c. Pada pasien yang didapatkan kontraindikasi pembedahan atau menolak dilakukan
pembedahan dapat dianjurkan untuk memakai sabuk hernia (truss). Sabuk itu dipakai waktu
pagi dimana penderita aktif dan dilepas pada waktu istirahat (malam).
2. Terapi konservatif/non bedah meliputi :
a. Pengguanaan alat penyangga bersifat sementara seperti pemakaian sabuk/korset pada hernia
ventralis.
b. Dilakukan reposisi postural pada pasien dengan hernia inkaseata yang tidak menunjukkan
gejala sistemik.
c. Pengobatan dengan pemberian obat penawar nyeri, misalnya Asetaminofen, antibiotic untuk
membasmi infeksi, dan obat pelunak tinja untuk mencegah sembelit.
d. Diet cairan sampai saluran gastrointestinal berfungsi lagi, kemudian makan dengan gizi
seimbang dan tinggi protein untuk mempercepat sembelit dan mengadan selama BAB,
hindari kopi, teh, coklat, cola, minuman beralkohol yang dapat memperburuk gejala-gejala.
3. Terapi umum adalah terapi operatif.
Tindakan bedah pada hernia ini disebut herniotomi (memotong hernia dan herniorafi
(menjahit kantong hernia). Pada bedah efektif manalis dibuka, isi hernia dimasukkan,kantong
diikat dan dilakukan “bassin plasty” untuk memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis.
Pada bedah darurat, maka prinsipnya seperti bedah efektif. Cincin hernia langsung dicari
dan dipotong. Usus dilihat apakah vital/tidak. Bila tidak dikembalikan ke rongga perut dan
bila tidak dilakukan reseksi usus dan anastomoi.
4) Terapi/Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Non Bedah
1. Terapi radiasi
Nyeri dan gangguan rasa aman dapat dikurangi secara efektif dengan terapi radiasi pada 70%
hingga 90% penderita. Gejala anoreksia, kelemahan dan panas juga berkurang dengan terapi
ini. Metode pelaksanaan radiasi mencakup :
Penyuntikan antibodi berlabel isotop radioaktif secara intravena yang secara spesifik akan
menyerang antigen yang berkaitan dengan tumor.
Penempatan sumber radiasi perkuatan intensitas tinggi untuk terapi radiasi intersisial.
Tujuan terapi ini adalah memberikan radiasi langsung kepada sel sel tumor. Terapi radiasi
eksternal yang dikombinasikan dengan kemoterapi juga telah di upayakan tetapi tidak
memperlihatkan keuntungan tambahan.
2. Kemoterapi
Kemoterapi ini digunakan untuk memperbaiki kualitas hidup pasien dan memperpanjang
kelangsungan hidupnya, bentuk terapi ini juga dapat dilakukan ajurkan setelah dilakukan
reseksi tumor hati. Kemoterapi sistemik dan kemoterapi infus regional merupakan dua
metode yang digunakan untuk memberikan preparat antineoplastik kepada pasien tumor
primer dan metatastis hati.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
System pencernaan adalah sustu system yang menerima makanan, mencernanya
untuk dijadikan energy dan nutrient, kemudian mengeluarkan sisa-sisa prose situ melalui
dubur. Secara umum system pencernaan bisa digambarkan sebagai struktur yang memanjang
dan berkelok-kelok, dimana diawali dengan suatu lubang yang disebut mulut, makanan
dimasukkan dan lubang akhir yang disebut anus, dimana merupakan tempat sisa makanan
yang tidak dicerna untuk dibuang melalui dubur.
Gangguan system pencernaan pada klien ada bermacam-macam diantaranya
gangguan system pencernaan akibat infeksi seperti typoid abdominalis, apendiksitis,
kolelitiasis, hemoroid, dan hernia. Sedangkan gangguan system pencernaan akibat neoplasma
seperti ca hepar. Dan gangguan system pencernaan akibat trauma seperti trauma abdomen.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal-Bedah Edisi 2 Vol 2. Jakarta: EGC.
Elizabeth, J, Corwin. (2009). Biku saku Fatofisiologi, EGC, Jakarta.
https://www.scribd.com/doc/228033484/Kolelitiasis
Huda,Amin Nurarif dan Hardhi Kusuma.2013.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda NIC NOC.Jakarta: EGC.
Inayah, Iin, 2004, Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Pencernaan,
Edisi 1, Salemba Medika : Jakarta
Mansjoer arif,2008.kapita selekta kedokteran,jilid 3 Edisi 1.Jakarta : EGC
Nuzulul.(2009).AskepAppendicitis.Diaksehttp://nuzulul.fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-
35840-Kep%20Pencernaan Askep%20Apendisitis.html tanggal 09 Mei 2012.
Simanjutak,C. h.2009. Demam typoid, epideminologi dan perkembangan penelitian. Cermin dunia
kedokteran no. 83
Smeltzer, S.C& Bare, B.G,2002. Buku Ajar Medikal Bedah edisi 8 volume 2. Jakarta: EGC
Wilson LM.2005 Patofisiologi Konsep Klinik Proses-Proses Penyakit edisi 4. EGC.Jakarta.
Posting Komentar
Mengenai Saya
Siti Harlina
Lihat profil lengkapku
Arsip Blog
▼ 2015 (8)
o ▼ Desember (8)
Ruang Lingkup TI
SAP Kebiasaan Merugikan selama Kehamilan
Penatalaksanaan Pada Klien Deengan Gangguan Sistem...
manfaat air kelapa
Manfaat Daun Sirih
artikel merawat gigi sehat
makalah kesehatan
bahasa inggris
jalanku
hidupku
Tema PT Keren Sekali. Diberdayakan oleh Blogger.