NIM : 40011419650291
KELAS : AKUNTANSI PERPAJAKAN D
SOAL TEORI
Jelaskan minimal empat perbedaan PPN dan PPnBM?
1. Pengkreditan
PPN dapat dikreditkan melalui mekanisme pajak masukan dan pajak keluaran.
Sementara, PPnBM tidak dapat dikreditkan sehingga tidak ada istilah pajak masukan
dan pajak keluaran dalam PPnBM.
2. Objek Pembebanannya
Untuk PPN, yang dibebankan adalah pungutan atas nilai tambah barang. Sementara,
PPnBM yang dibebankan adalah penjualan atas barang mewah yang bersifat pungutan
tambahan yang dikenakan selain PPN.
3. Pengenaan Pajak
PPN dikenakan di setiap mata rantai jalur produksi maupun jalur distribusi, mulai dari
tingkat pabrikan, tingkat pedagang besar hingga tingkat pedagang pengecer. Sementara,
PPnBM dikenakan satu kali saja, yaitu pada saat impor atau saat penyerahan BKP di
dalam negeri oleh pabrikan yang menghasilkannya.
4. Tujuan
PPN bertujuan sebagai cerminan nilai tambah (semua biaya yang dikeluarkan untuk
memproduksi barang atau jasa tersebut) dan mengamankan penerimaan negara.
Sedangkan PPnBM bertujuan untuk keseimbangan pembebanan antara konsumen yang
berpenghasilan tinggi dengan yang rendah (asas keadilan), pengendalian konsumsi atas
barang mewah, perlindungan terhadap produsen kecil atau tradisional, dan mengamankan
penerimaan negara.
Dalam pelaksanaannya Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Barang Mewah
bisa menghindari pengenaan pajak berganda, karena Pajak ini hanya dipungut atas nilai
tambah saja.
Beban yang harus ditanggung PKP terkait dengan penyelesaian kewajiban PPN
PKP wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP jika sudah memiliki
omzet mencapai Rp4,8 miliar dalam satu tahun buku.
PKP wajib memungut PPN dan PPnBM terutang.
PKP juga wajib menyetorkan PPN yang masih harus dibayar dalam hal pajak keluaran
lebih besar dari pajak masukan yang bisa dikreditkan. Selain itu, PKP juga wajib
menyetorkan PPnBM terutang.
PKP wajib melaporkan penghitungan pajak ke dalam SPT Masa PPN.
PKP juga wajib menerbitkan faktur pajak atas setiap penyerahan BKP/JKP.
Jelaskan insentif yang diberikan pemerintah kepada perusahaan untuk melakukan
Revaluasi sesuai dengan ketentuan dalam PMK 191 tahun 2015.
Insentif yang diberikan adalah berupa fasilitas di bidang perpajakan, yaitu berupa
pengurangan tariff PPh pasal 19 untuk wajib pajak yang melakukan revaluasi aktiva tetap
atau penilaian kembali aktiva tetap. Insentif pajak ini tertuang dalam peraturan menteri
keuangan nomor 191/PMK.10?2015 tentang penilaian kembali aktiva tetap untuk tujuan
perpajakan bagi permohonan yang diajukan pada tahun 2015 an tahun 2016
Jelaskan apakah perbedaan Revaluasi untuk tujuan pajak (tax only) serta untuk tujuan
pajak dan akuntansi (tax and accounting).
1 Aset yang direvaluasi Dapat dilakukan terhadap sebagian Harus dilakukan atas kelompok aset
atau seluruh aktiva tetap (pasal 3) yang sama (paragraf 36)
2 Frekuensi revaluasi Dapat dilakukan kembali setelah 5 Jika nilai wajar dari aset yang
tahun sejak penilaian sebelumnya direvaluasi berbeda secara material
(pasal 3) dengan jumlah tercatat, maka revaluasi
kembali (paragraf 34)
3 Hasil penilaian oleh Direktorat Jenderal Pajak dapat Tidak diatur. Menggunakan nilai pasar
appraisal tidak menetapkan kembali nilai pasar atau hasil appraisal saja (paragraf 32)
mencerminkan aktiva yang bersangkutan (pasal 4)
keadaan sebenarnya
4 Masa manfaat aset Kembali menjadi masa manfaat Berlaku prospektif. Disusutkan
setelah revaluasi penuh sesuai dengan kelompok berdasarkan sisa manfaat aset yang
perpajakan bersangkutan (paragraf 43)
5 Konsekuensi atas Jika aset dijual dalam 10 tahun Jika aset dijual, maka surplus revaluasi
penjualan aset tetap setelah revaluasi dilakukan, maka atas aset tersebut dipindahkan ke saldo
yang sudah surplus revaluasi aset terkait laba bukan di other comprehensive
direvaluasi dikenakan tambahan PPh final income (OCI) lagi. Untuk penjualannya,
dengan tarif tertinggi yang berlaku tidak ada perlakuan khusus, laba/rugi
pada saat revaluasi dilakukan-aset penjualan aset tetap membandingkan
kelompok 3, 4, tanah, bangunan nilai buku hasil revaluasi dengan hasil
(pasal 8) penjualan (paragraf 41).
6 Nama akun atas Disajikan sebagai “Selisih Lebih Tidak diatur secara khusus namun
surplus revaluasi di Penilaian Kembali Aktiva Tetap secara tersirat disebutkan surplus
neraca Wajib Pajak Tanggal…..” (pasal 9) revaluasi (paragraf 41)
7 Defisit revaluasi Tidak diatur secara eksplisit. Konsep Defisit revaluasi diakui dalam laba rugi,
(hasil penilaian pemikiran lebih pada surplus bukan OCI. Namun, jika sebelumnya
kembali < nilai revaluasi, namun tetap diatur jika masih terdapat saldo surplus revaluasi di
tercatat) terjadi kelebihan pembayaran PPh OCI, maka rugi tersebut harus saling
final (berdasarkan permohonan awal hapus (set-off) dengan surplus sampai
vs hasil riil apraisal), maka sebesar surplus revaluasi tersebut
kelebihan tersebut bukan pajak yang (paragraf 40)
terutang (pasal 6)
8 Kapitalisasi surplus Dapat dikapitalisasi menjadi saham Diakui sebagai OCI, namun jika sudah
revaluasi bonus dan bukan objek pajak. pernah diakui defisit revaluasi dalam
Namun jika surplus fiskal > laba rugi sebelumnya, maka diakui di
komersial, maka yang dapat laba rugi sampai sebesar defisit tersebut
dikapitalisasi hanya sampai sebesar (pasal 39)
surplus komersial (pasal 9 ayat 2 dan
3)
Dalam akuntansi nilai PPnBM diperhitungkan menjadi bagian harga pokok dari produk
yang dijual sementara PPN dihitung berdassarkan biaya pembuatan produk (COGS) dan
tidak dimasukan sebagai harga per unit. Hal ini nantinya akan berpengaruh terhadap jurnal
akuntansi yang dibuat, dimana nilai PPnBM sudah digabung dengan akun pembelian (dari
segi pembeli) dan Penjualan (dari segi penjual) sementara nilai dari PPN akan dijurnal
dengan akun yang bebeda( dijurnal dalam akun tersendiri)
Fasilitas PPN Tidak Dipungut. Fasilitas PPN Tidak Dipungut pada hakikatnya sama
saja dengan pengenaan PPN dengan tarif 0%. Keduanya sama tidak memungut PPN dan
dibolehkan mengkreditkan Pajak Masukan. Sehingga konsumen yang membeli barang atau
jasa yang diberi fasilitas PPN Tidak Dipungut sama sekali tidak akan menanggung beban
PPN.
Jelaskan pengertian faktur pajak dan informasi pokok yang harus ada dalam faktur
pajak?
Faktur Pajak adalah bukti pungutan pajak Pengusaha Kena Pajak (PKP), yang melakukan
penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) atau penyerahan Jasa Kena Pajak (JKP).
Pasal 13 ayat (5) UU PPN menyebut syarat format sebuat Faktur Pajak, yaitu paling
sedikit memuat:
1. nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak yang menyerahkan Barang Kena Pajak
atau Jasa Kena Pajak;
2. nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak pembeli Barang Kena Pajak atau
penerima Jasa Kena Pajak;
3. jenis barang atau jasa, jumlah Harga Jual atau Penggantian, dan potongan harga;
4. Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut;
5. Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang dipungut;
6. kode, nomor seri, dan tanggal pembuatan Faktur Pajak; dan
7. nama dan tanda tangan yang berhak menandatangani Faktur Pajak.
Secara lengkap, faktur pajak cacat merupakan faktur pajak seperti berikut ini:
1. Faktur pajak yang tidak diisi dengan benar, lengkap, dan jelas. Selain itu tidak tertera
pula tandatangan dari pejabat PKP.
2. PKP terlambat atau bahkan tidak menyampaikan pemberitahuan penggunaan kode
cabang kepada kepala KPP tempat PKP terdaftar/dikukuhkan.
3. PKP menerbitkan faktur pajak tidak menggunakan kode cabang yang ditetapkan,
melainkan menggunakan kode cabang lain.
4. Kesalahan dalam pengisian faktur pajak.
5. PKP menerbitkan faktur pajak tidak dimulai dari nomor urut 00000001.
6. PKP yang memiliki kantor cabang dan tidak melakukan pemusatan pada awal tahun
kalender Januari atau PKP yang baru saja dikukuhkan pada masa pajak PKP
dikukuhkan, menerbitkan faktur pajak tidak dimulai dari nomor urut 00000001, baik
pada kantor pusat maupun kantor cabangnya.
7. PKP terlambat atau tidak menyampaikan pemberitahuan secara tertulis yang
ditandatangani, kepada kepala KPP tempat PKP dikukuhkan atau tempat pemusatan
pajak terutang dilaksanakan.
Jelaskan potensi risiko yang dapat terjadi atas faktur pajak sehingga perusahaan harus
menanggung tambahan biaya.
Tidak ada resiko karena faktur pajak itu hanya bukti pemungutan PPN dan memungut
PPN itu adalah suatu kewajiban yg dibebankan dengan UU PPN kepada PKP. PPN juga
bukan biaya kecuali PKP tidak mau mengikuti aturan UU PPN, akan tetapi apanila
perusahaan terlambat mengeliaran faktur pajak, maka perusahaan harus bertanggung
jawab mengeluarkan faktur pajak dan akan dikenakan denda dengan nominal sesuai dengan
peraturan perpajakan
Pengendalian internal apa yang harus diterapkan perusahaan terkait dengan faktur
pajak sehingga administrasi pajak menjadi efisien dan efektif?
Pengendalian internal yang dapat dilakukan oleh perusahaan terkait dengan Faktur Pajak
agar administrasi pajak menjadi efisien dan efektif adalah membuat Faktur pajak ditanggung
paling awal (saat penyerahan atau pembayaran lebih dulu terjadi) dan memastikan bahwa di
setiap transaksi pembelian perusahaan mendapatkan faktur pajak yang memenuhi persyaratan
untuk dijadikan bukti pengkreditan. Karena tanpa adanya faktur pajak ini perusahaan tidak
bisa mengkreditkan PPN masukan yang telah mereka bayarkan. Selain itu, agar lebih efektif
dan efisien perusahaan juga bisa membuat term of payment yang tepat agar perusahaan tidak
perlu membayar terlebih dahulu pajak yang seharusnya ditanggung oleh pihak lain. Term of
payment yang paling baik adalah end of mont (EOM)
Penyerahan BKP/JKP kepada pemungut adalah penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa
kena Pajak kepada bendaharawan Negara. Mekanisme PPNnya adalah pajak keluaran yang
harus kita bayar itu akan dipungut langsung oleh bendaharawan Negara yang bersangkutan.
Menurut Anda apakah secara akuntansi PPN kepada pemungut harus dicatat sebagai
pajak keluaran, jelaskan beserta argument dan ilustrasinya?
Menurut saya, secara akuntansi PPN kepada pemungut tidak harus dicataat sebagai pajak
keluaran. Karena, pajak tersebut telah dipungut langsung oleh bendaharawa Negara sehingga
perusahaan tidak perlu mengeluarkan apa apa. Uang yang diterima oleh perusahaan sudah
dalam jumlah neto sehingga tidak perlu ada pencatataan Pajak Keluaran atas PPN dipungut
oleh bendaharawan Negara.
Sebuah PKP memiliki kebijakan untuk melakukan pembayaran PPN pada saat
penjualan tersebut dibayar oleh pelanggan. Saat ini penjualan perusahaan terbagi
menjadi tiga kategori, penjualan tunai kepada pelanggan retail, penjualan kredit
terbatas (jangka waktu maksimum satu bulan) kepada pelanggan baru dan penjualan
kredit (jangka waktu tergantung negosiasi, rata-rata 2-3 bulan) kepada pelanggan
utama. Untuk menghindari masalah, faktur pajak dibuat pada saat pembayaran
(dibuat tanggal faktur pajak berbeda dengan tanggal penjualan). Perusahaan dapat
efisien mengelola pembayaran PPN dengan sistem ini. Untuk piutang yang tidak
tertagih karena pembayarannya belum dilakukan tidak dibuatkan faktur pajak.
Pelanggan tidak merasa bermasalah dengan sistem yang diterapkan perusahaan.
Jelaskan pendapat Anda terkait dengan praktik yang dilakukan PKP ini. Berikan
saran atas kebijakan penjualan perusahaan.
Saran atas kebijakan perusahaan adalah untuk tidak memberlakukan penjualan kredit.
agar tetap sesuai aturan perpajakan dan tidak mengganggu cash flow perusahaan. karena
secara pajak, faktur pajak tergantung apa yang terlebih dahulu terjadi yaitu penyerahan
barang terlebih dahulu atau penerimaan pembayaran terlebih dahulu. jika perusahaan
menerapkan sistem :
1. penjualan tunai, tidak akan menjadi masalah jika faktur pajak diterbitkan saat
pembayaran karena akan sesuai aturan pajak
2. penjualan kredit terbatas maksimal satu bulan, ini tidak menjadi masalah karena
pelaporan PPN maksimal tanggal 30 bulan berikutnya, hanya saja tanggal faktur pajak
harus sesuai dengan tanggal penyerahan barang agar tetap sesuai aturan pajak
3. penjualan kredit jangka waktu 2-3 bulan dan piutang tak tertagih tidak dibuatkan faktur
pajak, ini tidak sesuai aturan pajak karena penyerahan barang sudah dilakukan terlebih
dahulu. dimana aturannya harus dilihat terlebih dahulu mana yg terjadi penyerahan
barang atau pembayaran terlebuh dahulu. sarannya adalah faktur pajak tetap harus dibuat
saat tanggal penyerahan barang. namun jika perusahaan ingin tetap sehat maka harus
diterapkan tidak menerima penjualan kredit lebih dari 1 bulan
Andi seorang staf pajak yang baru bekerja di sebuah perusahaan yang berorietansi
expor dan yang telah dikukuhkan sebagai PKP. Andi menganalisis bahwa setiap tahun
perusahaan memiliki saldo pajak masukan lebih tinggi dari pajak keluaran.
Pemeriksaan pajak selalu menghasilkan jumlah restitusi yang diperoleh tidak
seluruhnya, karena beberapa faktur pajak tidak lengkap. Andi menganalisis
sebenarnya jumlah pajak lebih bayar yang dilaporkan tidak optimal karena ada
beberapa transaksi yang tidak ada faktur pajaknya, faktur pajak yang diterima tidak
lengkap atau rusak. Andi memperoleh tawaran dari rekannya untuk membuatkan
dokumen pajak atas beberapa transaksi yang faktur pajaknya tidak lengkap, rusak
atau faktur pajaknya tidak ada dalam rangka mengoptimalkan pajak yang dapat
direstitusi. Untuk pembuatan dokumen ini Andi cukup membayar fee sebesar 1% dari
total nilai transaksi. Jumlah tersebut jauh lebih kecil dibandingkan dengan manfaat
sebesar 10% dari nilai transaksi. Andi juga melihat bahwa akibat selalu lebih bayar
dan proses pemeriksaan yang lama kas perusahaan terganggu. Andi juga memikirkan
bagaimana caranya agar perusahaan dapat memperoleh restitusi lebih cepat.
Diminta:
Berikan pendapat Anda tentang tawaran yang diajukan kepada Andi tersebut ?
Jelaskan analisis cost benefitt dan risk exposure atas apa yang dilakukan. Berikan saran
perbaikan yang diperlukan dalam rangka meningkatkan efisiensi pembayaran PPN
termasuk upaya untuk memperoleh restitusi lebih cepat!
Menurut saya, tawaran yang diajukan rekan andi kepada Andi itu sesuai dengan
permasalahan yang sedang di alamai Andi untuk membua faktur pajak. Karena hal tersebut
akan lebih menguntungkan untuk perusahaan Andi
Hal ini dapat dijelaskan dengan analisis cost benefit/biaya manfaat dan risk
exposure/pemaparan resiko. Disoal telah dijelaskan bahwasanya apbila Andi menerima saran
dari rkannya yaitu membuat faktur pajak untuk menggantikan faktur yang rusak dan
sebagainya, maka ia akan membutuhkan fee/biaya sebesar 1% dari nilai transaksi, akan tetapi
ia akan mendapatkan benefit atau manfaat sebesar 10% dari nilai transaksi.ini dapat saa
gambarkan dalam perhitungan sederhana sebagi berikut.
Contoh: terdapat faktur pajak yang dan rusak atas transaksi pembelian sebesar 10jt
belum termasuk ppn yang dilakukan oleh perusahaan andi.maka analisis kejadian tersebut
dengan a. membiarkannya, b. membuat faktur pajak baru.
Jawab :
a. Membiarkannya, maka nilai retritusi pajak perusahaan andi akan berkurang sebanyak
(10jt x 10%)= 1jt.
b. Membuat faktur pajak baru,
Biaya membuat baru = 1% x 10jt =100rb
PPN Masukan = 10% x 10jt = 1 jt
Maka nilai retritusi pajak perusahaan andi hanya berkurang 100rb saja.
Dari kasus sederhana tersebut, dapatt kita buktikan bahwasanya membuat faktur pajak baru
adalah solusi teapt untuk Andi.
Beberapa tips pengelolaan restitusi PPN yang efektif, antara lain menyangkut masalah :
a. Pastikan seluruh data terkait dengan pengajuan restitusi PPN telah lengkap, benar, jelas
keterkaitannya terutama terkait dengan masalah PPN Masukan, PPN Keluaran,
pencatatan pembukuan, bukti penerimaan dan pengeluaran bank/uang, pencatatan
persediaan.
b. Pastikan seluruh kelengkapan dokumen pengajuan restitusi PPN telah diserahkan kepada
pihak tim pemeriksa pajak dalam jangka waktu yang dipersyaratkan
c. Proaktif menindaklanjuti proses pemeriksaan dalam rangka restitusi PPN untuk
mengantisipasi kejutan-kejutan yang mungkin muncul seperti tidak diterimanya jawaban
konfirmasi KPP tempat perusahaan vendor terdaftar. Untuk kasus tersebut, perusahaan
dapat meminta pihak vendor untuk menyerahkan salinan SPT Masa PPN yang memuat
nama perusahaan sebagai pihak yang dipungut PPN-nya berikut bukti setoran pajak
(SSP) di masa yang bersangkutan.