Anda di halaman 1dari 12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Demam Berdarah Dengue (DBD)
2.1.1 Definisi
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi virus akut yang
disebabkan oleh virus dengue yang ditandai demam 2 – 7 hari disertai dengan
manifestasi perdarahan, penurunan trombosit (trombositopenia), adanya
hemokonsentrasi yang ditandai kebocoran plasma (peningkatan hematokrit, asites,
efusi pleura, hipoalbuminemia). Dapat disertai gejala-gejala tidak khas seperti
nyeri kepala, nyeri otot & tulang, ruam kulit atau nyeri belakang bola mata.
[ CITATION Dir17 \l 1057 ]

Demam berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang banyak di


temukan di sebagian besar wilayah tropis dan subtropis, terutama asia tenggara.
Amerika tengah Amerika dan Karibia. Host alami DBD adalah manusia, agentnya
adalah virus dengue dan termasuk ke dalam famili Flaviridae dan genus Flavivirus,
terdiri dari 4 serotipe yaitu Den-1, Den-2, Den-3, Den-4. [ CITATION Kur07 \l 1057 ]

World Health Organization (WHO) melaporkan sekitar 2,5 milyar orang atau
2/5 dari populasi dunia, kini menghadapi risiko tertular demam berdarah dan
diperkirakan 50 juta kasus infeksi dengue baru di 68 negara setiap tahunnya.3
Infeksi virus dengue menimbulkan penyakit dikenal sebagai penyakit demam lima
hari (vijfdaagse koorts) kadang-kadang disebut juga sebagai demam sendi (knokkel
koorts). Disebut demikian karena demam terjadi menghilang dalam lima hari,
disertai dengan nyeri pada sendi, nyeri otot, dan nyeri kepala
Dalam 3 dekade terakhir penyakit ini meningkat insidennya di berbagai
belahan dunia terutama daerah tropis dan sub-tropis, banyak ditemukan di wilayah
urban dan semi-urban. Penyakit ini ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes yang
mengandung virus dengue. [ CITATION Dir17 \l 1057 ]

2.1.2 Epidemiologi
Epidemiologi Infeksi Dengue adalah ilmu yang mempelajari tentang kejadian
dan distribusi frekuensi Infeksi Dengue (Demam Dengue/DD, Demam Berdarah
Dengue/DBD dan Expanded Dengue Syndrome/EDS) menurut variabel
epidemiologi (orang, tempat dan waktu) dan berupaya menentukan faktor resiko
(determinan) kejadian tersebut pada suatu kelompok populasi. Distribusi yang
dimaksud diatas adalah distribusi berdasarkan unsur orang, tempat dan waktu;
sedangkan frekwensi dalam hal ini adalah angka kesakitan, angka kematian dll.
Determinan faktor risiko berarti faktor yang mempengaruhi atau faktor yang
memberi risiko atas kejadian penyakit Demam Dengue, Demam Berdarah Dengue
dan Expanded Dengue Syndrome.[CITATION Dir171 \l 1057 ]
KLB Dengue pertama kali terjadi tahun 1653 di Frech West Indies (Kepulauan
Karibia), meskipun penyakitnya sendiri sudah telah 40 dilaporkan di Cina pada
permulaan tahun 992 SM. Di Australia serangan penyakit Dengue pertama kali
dilaporkan pada tahun 1897, serta di Italia dan Taiwan pada tahun 1931. KLB di
Filipina terjadi pada tahun 1953-1954, sejak saat itu serangan penyakit ini disertai
tingkat kematian yang tinggi melanda beberapa negara di wilayah Asia Tenggara
termasuk India, Indonesia, Kepulauan Maladewa, Myanmar, Srilangka, Thailand,
Singapura, Kamboja, Malaysia, New Caledonia Filipina, Tahiti dan Vietnam.
[CITATION Dir172 \l 1057 ]

Penyakit Dengue pertama kali dilaporkan pada tahun 1968 di Jakarta dan
Surabaya. Pada tahun 2010 penyakit dengue telah tersebar di 33 provinsi, 440
Kab./Kota. Sejak ditemukan pertama kali kasus DBD cenderung meningkat terus
bahkan sejak tahun 2004 kasus meningkat sangat tajam.
Kenaikan kasus DBD berbanding terbalik dengan angka kematian (CFR)
akibat DBD, dimana pada awal dilaporkan di Surabaya dan Jakarta angka kematian
(CFR) DBD berkisar 41,3% kemudian menunjukan penurunan dan pada tahun
2014 telah mencapai 0,90%. [CITATION Dir171 \l 1057 ]

2.1.3 Etiologi
Penyebab penyakit adalah virus Dengue. Sampai saat ini dikenal ada 4
serotype virus yaitu :
1. Dengue 1 (DEN 1) diisolasi oleh Sabin pada tahun1944.
2. Dengue 2 (DEN 2) diisolasi oleh Sabin pada tahun 1944.
3. Dengue 3 (DEN 3) diisolasi oleh Sather
4. Dengue 4 (DEN 4) diisolasi oleh Sather.
Virus tersebut termasuk dalam group B Arthropod borne viruses (arboviruses).
Keempat type virus tersebut telah ditemukan di berbagai daerah di Indonesia dan
yang terbanyak adalah type 2 dan type 3. Penelitian di Indonesia menunjukkan
Dengue type 3 merupakan serotype virus yang dominan menyebabkan kasus yang
berat. [CITATION ASu14 \l 1057 ]

2..1.4 Mekanisme Penularan


Tiga faktor utama berperan penting dalam penularan infeksi virus dengue,
yaitu manusia, patogen (virus), dan nyamuk vektor sebagai perantara. Virus
dengue ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti infektif
biasanya menggigit sepanjang hari dan puncak aktivitas terjadi pada pagi dan sore
hari, terutama di dalam rumah atau di luar rumah di daerah teduh (terlindung dari
cahaya matahari langsung). Spesies nyamuk seperti Aedes albopictus juga dapat
berperan sebagai vektor sekunder [ CITATION Fri14 \l 1057 ]
Dalam siklus hidup nyamuk terdapat tingkatan – tingkatan dimana antara satu
tingkatan dengan lainnya jauh berbaeda, dimana terdapat dua tingkatan kehidupan
nyamuk berdasarkan tempat hidupnya atau lingkungannya, yaitu tingkatan di
dalam air (telur, jentik, kepompong) dan tingkatan di luar tempat berair seperti
udara dan daratan (nyamuk dewasa)[CITATION Ari13 \l 1057 ]

Virus dalam tubuh nyamuk betina dapat di tularkan kepada telurnya


(transovovarial transmission). Virus dapat masuk dan berkembang biak di dalam
tubuh sehingga nyamuk dapat menularkan virus selama hidupnya (infektif).
Dalam tubuh manusia, virus memerlukan waktu sebagai masa tunas yaitu 46 hari
(intrinsic incubation period) sebelum menimbulkan sakit. Penularan dari manusia
kepada nymuk hanya dapat terjadi melalui gigitan kepada orang sedng viremia
yaitu 2 hari sebelum panas sampai 5 hari setelah demam timbul. [ CITATION
Hua07 \l 1057 ]

2.1.5 Gejala Demam Berdarah Dengue


Menurut Kemenkes RI (2014) gejala/tanda demam berdarah Dengue berupa :
1. Gejala/tanda awal
Hari pertama sakit berupa panas mendadak terus-menerus, badan
lemas/lesu. Pada tahap ini sulit dibedakan dengan penyakit lain. Hari
kedua/ketiga berupa ulu hati seringkali terasa nyeri, karena terjadi
pendarahan di lambung. Tampak bintik – bintik merah pada kulit seperti
bekas gigitan nyamuk yang di sebabkan oleh pecahnya pembuluh darah
kapiler. [ CITATION Kem14 \l 1057 ]

2. Gejala/Tanda Lanjutan
Kadang – kadang terjadi pendarahan dihidung (mimisan) dan atau di
gusi. Mungkin terjadu muntah dan buang air kecil/besar bercampur
darah. Bila sudah parah, penderita gelisah, ujung tangan dan kaki dingin
berkeringat [ CITATION Kem14 \l 1057 ]

2.1.6 Derajat Penyakit


World Health Organization (WHO) 1997 dalam Arsin (2013) membagi
penyakit DBD menjadi 4 derajat berdasarkan dari berat penyakitnya, yaitu :
1. Derjat I yaitu demam dengan gejala tidak jelas, gejala pada derajat ini dalam
bentuk tourniquet positif dan/atau mudah memar.
2. Derajat II yaitu tanda gejala pada derajat I, disertai dengan pendarahan
spontan, biasanya pendarahan terjadi di kulit atau pada jaringan lainnya.
3. Derajat III yaitu seluruh gejala pada derajat II disertai dengan kegagalan
sistem sirkulasi berupa frekuensi nadi cepat dan lemah, tekanan nadi menurun
(< 20 mmHg) atau hipotensi, kulit-lembab, sianosis disekitar mulut dan
penderita gelisah
4. Derajat IV yaitu seluruh gejala pada derajat III, namun ditambah syok berupa
tekanan darah rendah dan nadi tidak bisa diukur.
Pembagian derajat tersebut tidak mutlak dilalui oleh pasien, karena sangat
tergantung pada tingkat virus yang menginfeksi, resposnse imun tubuh pasien,
kecepatan penegakan diagnosis dan penanganan yang diberikan. [ CITATION Ars13 \l 1057
]

2.2 Vektor DBD


Nyamuk aedes aegypty merupakan vektor penyakit DBD yang utama dan
paling efektif. Hal tersebut dikarenakan sifatnya yang sangat senang tinggal berdekatan
dengan manusia dan lebih senang menghisap darah manusia. Selain aedes aegypti
adapula aedes Albopictus yang dapat berperan sebagai vektor DBD, namun kurang
efektif [CITATION WHO18 \l 1057 ]

Nysmuk yang tertular virus akan menjadi nyamuk yang efektif dan mampu
menyebarkan virus ke inang lainnya dan dapat menularkan virus kepada telurnya.
Nyamuk aedes aegypti merupakan serangga homometabolous, yang berarti mengalami
metamorposis sempurna mulai dari telur, larva , pupa/kepompong, dan nyamuk dewasa. [
CITATION Cat16 \l 1057 ]

1. Morfologi Aedes Aegypti


Morfologi tahapan aedes aegypti sebagai berikut :
a. Telur

Sumber : Dirjen P2PL Kemenkes RI, 2017

Telur berwarna hitam dengan ukuran ± 0,80 mm, berbentuk oval yang
mengapung satu persatu pada permukaan air yang jernih, atau menempel pada
dinding tempat penampung air. Telur dapat bertahan sampai ± 6 bulan di
tempat kering.

b. Jentik (Larva)
Sumber : http://www.arbovirus.health.nsw.gov.au/mosquit/photos/aedes_aegypti_larvae2.jpg

Ads 4 tingkat (instar) Jentik/larva sesuai dengan pertumbuhan larva tersebut,


yaitu :
1) Instar I : berukuran paling kecil, yaitu 1-2 mm
2) Instar II : 2,5-3,8 mm
3) Instar III : lebih besar sedikit dari larva instar II
4) Instar IV : berukuran paling besar 5 mm

c. Pupa

Sumber : http://entomology.ifas.ufl.edu/creatures/aquatic/aedes_aegypti12.jpg

Pupa berbentuk seperti ‘koma’. Bentuknya lebih besar namun lebih ramping
dibanding larva (jentik)nya. Pupa aedes aegypti berukuran kecil jika
dibandingkan dengan rata-rata pupa nyamuk lain.
d. Nyamuk Dewasa

Sumber : Dirjen P2PL Kemenkes RI, 2017

Nyamuk dewasa berukuran lebih kecil jika dibandingkan dengan rata-rata


nyamuk lain dan mempunyai warna dasar hitam dengan bintik-bintik putih
pada bagian badan dan kaki.
2. Siklus Hidup Ae. Aegypti
Nyamuk aedjuga jenis nyamuk lainnya mengalami metaforsis sempurna , yaitu:
telur – jentik (larva) – pupa – nyamuk. Stadium telur, jentik dan pupa hidup di
dalam air. Pada umumnya telur akan menetas menjadi jentik/larva dalam waktu ±
2 hari setelah telur terendam air. Stadium jentik/larva biasanya berlangsung 6-8
hari, dan stadium kepompong (pupa) berlangsung antara 2-4 hari. Pertumbuhan
dari telur menjadi nyamuk dewasa selama 9-10 hari. Umur nyamuk betina dapat
mencapai 2-3 bulan.

Sumber : http:/jauhar.my/wp-content/uploads/2014/06/daur-hidup-aedes-aegypti.jpg
3. Habitat Perkembangbiakan
Habitat perkembangan aedes sp. ialah tempat-tempat yang dapat menampung air
di dalam, di luar atau sekitar rumah serta tempat-tempat umum. Habitat
perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1) Tempat penampungan air (TPA) untuk keperluan sehari-hari, seperti : drum,
tangki, reservoir, tempayan bak mandi/wc, dan ember.
2) Tempat penampungan air bukan untuk keperluan sehari-hari, seperti : lubang
pohon, lubang batu, pelepah daun, tempurung kelapa, pelepah pisang dan
potongan bambu dan tempurung coklat/karet, dll.

4. Prilaku Nyamuk Dewasa


Setelah keluar dari pupa, nyamuk istirahat di permukaan air untuk sementara
waktu. Beberapa saat setelah itu, sayap merenggang menjadi kaku, sehingga
nyamuk mampu terbang mencari makanan. Nyamuk aedes aegypti jantan
menghisap cairan tumbuhan atau sari bunga untuk keperluan hidupnya sedangkan
yang betina menghisap darah. Nyamuk betina ini lebih menyukai darah manusia
dari pada hewan (bersifat antropofilik). Darah diperlukan untuk menyelesaikan
perkembangan telur mulai dari nyamuk menghisao darah sampai telur
dikeluarkan, waktunya bervariasi antara 3-4 hari. Jangka waktu tersebut disebut
dengan siklus gonotropik.
Aktivitas mengigit nyamuk aedes aegypti biasanya mulai pagi dan petang hari,
dengan 2 puncak aktivitas antara 09.00 – 10.00 dan 16.00 – 17.00. Aedes Aegypti
mempunyai kebiasaan menghisap darah berulang kali dalam satu siklus
gonotropik, untuk memenuhi lambungnya dengan darah. Dengan demikian
nyamuk ini sangat efektif sebagai penular penyakit.
Setelah menghisap darah, nyamuk akan beristirahat pada tempat yang gelap
dan lembab di dalam atau di luar rumah, berdekatan dengan habitat
perkembangbiakan nya. Pada tempat tersebut nyamuk menunggu proses
pematangan telurnya.
Setelah beristirahat dan proses pematangan telur selesai, nyamuk betina akan
meletakkan telurnya di atas permukaan air kemudian telur menepi dan melekat
pada dinding-dinding habitat perkembangbiakannya. Pada umumnya telur akan
menetas menjadi jentik/larva dalam waktu ±2 hari. Setiap kali bertelur nyamuk
betina dapat menghasilkan telur sebanyak ±100 butir. Telur itu di tempat yang
kering (tanpa air) dapat bertahan ±6 bulan, jika tempat-tempat tersebut kemudian
tergenang air atau kelembabannya tinggi maka telur dapat menetas lebih cepat.

Sumber : Dirjen P2PL Kemenkes RI, 2017

5. Jangkauan Nyamuk
Kemampuan terbang nyamuk Aedes sp. betina rata-rata 40 meter, namun secara
pasif misalnya karena angin atau terbawa kendaraan dapat berpindah lebih jauh.
Aedes aegypti tersebar luas di daerah tropis dan sub-tropis, di Indonesia nyamuk
ini tersebar luas baik di rumah maupun di tempat umum. Nyamuk Aedes aegypti
dapat hidup dan berkembang biak sampai ketinggian daerah ± 1.000 m dpl. Pada
ketinggian diatas ± 1.000 m dpl, suhu udara terlalu rendah, sehingga tidak
memungkinkan nyamuk berkembangbiak.

6. Variasi Musiman
Pada musim hujan populasi aedes aegypti akan meningkat karena telur-telur yang
tadinya belum sempat menetas akan menetas ketika habitat perkembangbiakannya
(TPA bukan keperluan sehari-hari dan alamiah) mulai terisi air hujan. Kondisi
tersebut akan meningkatkan populasi nyamuk sehingga dapat menyebabkan
peningkatan penularan penyakit dengue.

2.3 Faktor Resiko DBD


Menurut teori John Gordon dalam Saraswati (2015) menyebutkan faktor utama
yang berperanan dalam terjadinya penyakit yaitu host, agent, environtment.
Keterhubungan antara host, agent, environtment ini merupakan satu kesatuan yang
dinamis yang berada dalam keseimbangan, yaitu :
1. Penyakit terjadi karena adanya ketidak seimbangan antara host dan agent
2. Ketidak seimbangan yang terjadi tergantung pada karakteristik host dan agent
3. Karakteristik dari host dan agent dan interaksi diantara keduanya secara langsung
tergantung pada kondisi environtment seperti kondisi fisik, sosial, ekonomi,
lingkungan biologis dan lingkungan psikis. [ CITATION Lin15 \l 1057 ]

2.3.1 Host
Faktor penjamu atau host adalah orang atau hewan termasuk burung dan
antropoda yang menyediakan tempat yang cocok untuk agen infeksius agar
tumbuh dan berkembang biak alamiah. Titik-titik masuk (portal of entry) ke
penjamu bervariasi dengan agen dan termasuk kulit seaput lendir, pernapasan
dan dan saluran pencenaan. Faktor penjamu bisa meliputi faktor genetik,
riwayat penyakit, umur, jenis kelamin, psikologi, fisiologi dan imunitas.
[ CITATION Naj15 \l 1057 ]
a. Usia
Kasus DBD perkelompok umur dari tahun 1993-2009 terjadi pergeseran.
Dari tahun 1993 sampai tahun 1998 kelompok umur terbesar kasu DBD
adalah kelompok umur < 15 tahun, tahun 1999-2009 kelompok umur
terbesar kasus cenderung pada kelompok umur ≥ 15 tahun. Tampak telah
terjadi pada perubahan penyakit DBD, dahulu DBD adalah penyakit yang
banyak menyerang pada anak-anak dibawah 15 tahun. [ CITATION Ars13 \l
1057 ]
b. Jenis Kelamin
Distribusi kejadian DBD berdasarkan jenis kelamin pada tahun 2012-2015
menunjukan presentase penderita laki-laki dan perempuan cemderumg
sama. Hal ini menggambarkan bahwa laki-laki dan pperempuan
mempunyai kemungkinan yang sama untuk terkena DBD. [ CITATION
Kem16 \l 1057 ]
c. Mobilitas Penduduk
Peningkatan mobilitas penduduk yang diiringi dengan peningkatan sarana
transformasi dapat menyebabkan penyebaran virus dengue semakin
mudah dan muluas [ CITATION Kem16 \l 1057 ]. Dalam Arsin (2013)
menyebutkan bahwa mobilitas penduduk merupakan faktor yang berperan
terhadap endemisitas DBD. Urbanisasi yang cepat dan tidak terkendali
menyebabkan peningkatan kontak dengan vektor. Begitu pula dengan
peningkatan dan semakin lancarnya hubungan lalu lintas udara dan
transportasi, kota-kota kecil atau daerah semiurban menjadi mudah
terserang penyakit DBD. [ CITATION Ars13 \l 1057 ]

2.3.2 Agen
Agent adalah faktor penyebab dapat berupa unsur mati atau unsur hidup
yang terdapat dalam jumlah berlebih atau kurang. Agen adalah
mikroorganisme, zat kimia atau radiasi yang ada, keberadaanya berlebihan
atau faktor seperti cenderung tidak ada dalam menimbulkan suatu penyakit
Sejumlah besar mikroorganisme menyebkan penyakit pada manusia.
Infeksi adalah masuk dan berkembangnya (memperbanyak diri) agen menular
pada penjamu infeksi tidak sama dengan penyakit, berapa infeksi tidak
menghasilkan penyakit klinis. Agent bisa meliputi, agen biologik (virus,
bakteri, protozoa, dan lain-lain), gizi (lemak jenuh, kurang serat0, fisika
(cahaya, kelembaban) [ CITATION Naj15 \l 1057 ]
a. Virus Dengue
Virus dengue termasuk dalam golongan B anthropod borne virus
(arbovirus) yang sekarang dikenal sebagai genus Flavivirus, famili
Flaviridae. Virion dengue merupakan partikel sferis dengan diameter
nukleokapsid 30 µm dan ketebalan selubung 10 nm, sehingga diameter
virion kira-kira 50 nm. Genom virus dengue terdiri dari asam ribonuklead
berserat tunggal, panjangnya kira-kira 11 kilobasa
Virus dengue stabil pada pH 7-9 dan suhu rendah, sedangkan pada
suhu yang relatif tinggi infektifitasnya cepat menurun. Sifat virus dengue
yang lain adalah sangat peka terhadap beberapa zat kimia seperti sodium
deoxycholate, eter, klorofom dan garam empedu karena adanya amplop
lipid [ CITATION Mar06 \l 1057 ]

2.3.3 Environtment
Faktor lingkungan adalah semua unsur di luar dari faktor individu
penjamu ysng mempengaruhi status kesehatan populasi, meliputi faktor sosial
ekonomi, lingkungan biologi dan lingkungan fisik. Lingkungan memainkan
peran penting dalam perkembangan penyakit menular. sanitasi umum, suhu,
polusi udara, cuaca dan kualitas airmerupakan beberapa faktor yang
mempengaruhi semua setiap rantai infeksi. Nyamuk akan sangat mudah
berkembangbiak pada musim hujan selain itu, faktor sosial ekonomi, seperti
kepadatan kondisi perumahan, ketersediaan makanan, kepadatan penduduk,
dan kemiskinan adalah sangat penting. [ CITATION Naj15 \l 1057 ]
a. Fisik
1. Keberadaan Kontainer
Kontainer merupakan tempat perkembangbiakan vektor aedes aegypti
[ CITATION Ars13 \l 1057 ]. Menurut kemenkes RI (2014) tempat
perkembangbiakan nyamuk aedes aegypti terbagi menjadi dua, yaitu
tempat perkembangbiakan buatan dan alami. Adapun tempat
perkembangbiakan buatan seperti bak mandi, ember, dispenser, dan
lain-lain. Sedangkan tempat perkembangbiakan alami seperti lubang
bambu, tempurung kelapa, pelepah daun, dan lainnya. [ CITATION
Kem14 \l 1057 ]
2. Kepadatan Rumah
Jarak antara rumah dapat mempengaruhi penyebaran nyamuk dari
satu rumah ke rumah lainnya, semakin dekat dengan jarak antar
rumah semakin mudah nyamuk menyebar ke rumah lain [ CITATION
Ars13 \l 1057 ]

b. Bioligi
1. Jentik Nyamuk
Virus dengue dapat ditularkan secara transovatrial yaitu dari nyamuk
dewasa ke telur-telurnya, sehingga jentik akan menjadi nyamuk
dewasa insektif yang akan menularkan virus dengue melalui
gigitannya [ CITATION Wid11 \l 1057 ]
2. Ikan
3. Kutu Air
c. Sosial
1. Kepadatan Penduduk
Pemukiman yang padat penduduk lebih rentan terjadi penularan DBD
utamanya pada daerah perkotaan (urban) kerena jarak terbang
nyamuk aedes diperkirakan 50-100 meter. Pada daerah yang padat
penduduk disertai dengan kontribusi nyamuk yang tinggi, potensi
transmisi virus akan meningkat dan berpotensi ke arah terbentuknya
suatu daerah endemis [ CITATION Ars13 \l 1057 ]

2.4 Index Entomologi


Indeks entomologi merupakan ukuran indikator kepadatan jentik Aedes aegypti di
satu pemukiman tertentu yang menjadi bahan pertimbangan penting dalam menentukan
upaya pengendalian vektor yang efektif.8 Keb[CITATION WHO18 \l 1057 ]erhasilan
pelaksanaan pemantauan jentik ditinjau dari nilai House Index (HI), Container Index
(CI), Breteau Index (BI) dan Angka Bebas Jentik (ABJ), karena indeks entomologi
tersebut digunakan untuk memantau kepadatan populasi Aedes aegypti dalam
penyebaran virus dengue. [CITATION Far \l 1057 ]

2.4.1 Angka Bebas Jentik (ABJ)


Angka bebas jentik (ABJ) adalah jumlah rumah yang tidak ditemukan jentik
dari seluruh rumah yang diperiksa.
jumlah rumah yg tidak ditemukan jentik
ABJ= X 100 %
jumlah rumah atau bangunan yg diperiksa
Apabila ABJ lebih atau sama dengan 95% maka, diharapkan penularan
penyakit dapat dikurangi [ CITATION Kem10 \l 1057 ]. Dalam artian bahwa ABJ ≥
95% dapat berpotensi dalam penularan penyakit sedangkan ABJ ≥ 95% tidak
menjadi potensial dalam penularan penyakit demam berdarah dengue.
2.4.2 House Index (HI)
House index (HI) adalah presentase kontainer yang positif jentik dari seluruh
rumah yang diperiksa.
jumlah rumah yg ditemukan jentik
HI = X 100 %
jumlah rumah atau bangunan yg diperiksa
Kepadatan jentik Aedes sp berdasarkan HI lebih menggambarkan penyebaran
nyamuk di suatu wilayah. Menurut WHO (paint and self dalam Riandini, 2010),
suatu daerah dianggap beresiko tinggi terhadap penyebaran penyakit DBD apabila
HI >10%, sedangkan dianggap beresiko rendah jika HI < 1%. [CITATION Kha \l
1057 ]

2.4.3 Countainer Index (CI)


Container index (CI) adalah presentase kontainer yang positif jentik dari
seluruh kontainer yang di periksa
jumlah container ada jentik
CI = X 100 %
jumlah container yang diperiksa
Kepadatan jentik Aedes sp. Berdasarkan CI menggambarkan informasi
tentang banyaknya jumlah penampungan air yang positif ditemukan jentik. CI
bermanfaat bila dilihat dari sudut pandang epidemiologi, karena dapat
mengungkapkan persentase TPA yang positif jentik (perindukan Aedes aegypti).
[ CITATION Pra17 \l 1057 ]

2.4.4 Breteau Index (BI)


Breteu Index (BI) adalah jumlah kontainer dengan jentik dari 100 rumah
jumlah container dengan jentik
BI= X 100 %
100rumah
Kepadatan jentik Aedes sp. Berdasarkan BI adalah jumlah penampungan air
yang positif per-100 rumah yang diperiksa. BI merupakan indeks yang paling baik
untuk memperkirakan kepadatan vektor karena BI mengombinasikan baik rumah
maupun kontainer
2.5 Kerangka Teori

Environtment

Fisik :
- Keberadaan
Kontainer
- Kepadatan Rumah
Biologi :
- Jentik
- Ikan
- Kutu air
Sosial :
- Kepadatan
Penduduk

Angka Bebas
Jentik (AB)

Agent
Angka Kepadatan
House index Kejadian Demam
Virus Dengue Jentik Nyamuk
(HI) Berdarah Dengue
Aedes Aegypty

Countainer
index (CI)
Host

- Usia
- Jenis
kelamin
- Mobilitas
Penduduk

Anda mungkin juga menyukai