SAMARINDA
NIM: P07220116031
2019
KARYA TULIS ILMIAH
SAMARINDA
Oleh :
NIM : P07220116031
SAMARINDA
2019
i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Data Diri
Agama : Islam
Kulu
B. Riwayat Pendidikan
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat dan karunianya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang
berjudul “Asuhan Keperawatan Lansia Dengan Hipertensi Di Panti Sosial Tresna
Werdha Nirwana Puri Samarinda”. Karya tulis ini saya susun untuk memenuhi
tugas akhir sebagai syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan
pada jurusan Keperawatan di Poltekkes Kemenkes Kaltim.
vi
9. Kedua orang tua saya yang selalu mendukung, memberikan motivasi dan
serta doa-doa sehingga saya dapat menyelesaikan kuliah saya tepat waktu.
10. Teman-teman seperjuangan saya di D-III keperawaan IIIA yang telah
memberikan masukan, kritikan dan saran-saran dalam pembelajaran dan
penyusunan Karya Tulis Ilmiah.
11. Teman-Teman saya Agung, Faisal, Dobby, Vikri, Vidi, Popy, Wury, Viar,
Nisya, Jeklin dan Vivi Raisa yang telah menemani saya selama perkuliahan,
yang juga telah memberikan semangat selama pembelajaran dan dalam
penyusunan Karya Tulis Ilmiah hingga selesai.
12. Teman-teman saya Rafika dan Rahmina yang selalu memberikan semangat
selama penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
13. Teman-teman sepembimbingan saya, Nurul dan Mela yang selalu bersama-
sama dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
Penulis
Nim : P07220116031
vii
ABSTRAK
SAMARINDA
Hasil dan Pembahasan : ada beberapa masalah yang sama ditemukan pada klien
1 dan klien 2 seperti nyeri kronis, gangguan mobilitas fisik, deficit pengetahuan
dan resiko jatuh. Sedangkan masalah yang hanya ditemukan pada klien 2 adalah
gangguan memori dan defisit nutrisi.
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................. 4
1.3 Tujuan Penulisan .................................................................................. 5
1.3.1 Tujuan Umum ................................................................................... 4
1.3.2 Tujuan Khusus .................................................................................. 5
1.4 Manfaat Penulisan ................................................................................ 5
1.4.1 Manfaat Teoritis ................................................................................ 5
1.4.2 Manfaat Praktis ................................................................................. 6
1.4.2.1 Bagi Responden ............................................................................... 6
1.4.2.2 Bagi Tempat Pelaksanaan Studi Kasus .......................................... 6
1.4.2.3 Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan .......................................... 6
viii
2.2.3 Etiologi .............................................................................................. 9
2.2.4 Manifestasi Klinis ............................................................................... 10
2.2.5 Patofisiologi ....................................................................................... 11
2.2.6 Pathway .............................................................................................. 13
2.2.7 Komplikasi.......................................................................................... 14
2.2.8 Penatalaksanaan ................................................................................. 15
2.2.9 Perawatan Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha ............................. 17
2.3 Konsep Asuhan Keperawatan ................................................................ 20
2.3.1 Pengkajian Keperawatan .................................................................. 20
2.3.2 Diagnosa Keperawatan ...................................................................... 25
2.3.3 Rencana Keperawatan ........................................................................ 25
2.3.4 Implementasi Keperawata .................................................................. 30
2.3.5 Evaluasi Keperawatan ....................................................................... 30
Daftar Pustaka
ix
Lembar Balik Pendidikan Kesehatan
MEMBERIKAN KOMPRES HANGAT
2. Fase Kerja
a. Persiapan alat
1) Larutan panas/hangat.
2) Mangkuk kecil.
3) Waslap atau handuk kecil.
4) Kassa steril.
5) Pinset.
6) Electrical pad.
7) Kantung buli-buli.
b. Persiapan pasien
1) Mengkaji pasien kembali terhadap tindakan yang akan dilakukan.
2) Memberitahu dan menjelaskan kepada pasien mengenai prosedur
yang akan dilakukan.
1 Cara kerja
a. Kompres hangat basah pada luka terbuka.
1) Mencuci tangan.
2) Sambil berkomunikasi menyiapkan alat.
3) Basahi kassa steril dengan larutan hangat pada mangkuk kecil lalu
peras.
4) Sambil berkomunikasi tempelkan kassa steril tersebut pada bagian
luka.
5) Tutup kassa yang basah dengan kassa kecil kemudian balut
dengan balutan atau plester.
6) Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
7) Catat tindakan dan respon pasien terhadap tindakan.
1 Fase terminasi
a. Evaluasi respon pasien
1) Evaluasi subyektif.
2) Evaluasi obyektif.
b. Tindak lanjut pasien.
Sikap :
a. Menjaga privasi klien.
Sabar
DAFTAR BAGAN
xi
Daftar Lampiran
Lampiran 4 Dokumentasi
xii
1
BAB I
PENDAHULUAN
Lansia adalah bila seseorang berusia 60 tahun atau lebih, yang dipengaruhi oleh
faktor tertentu tidak dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara jasmani, rohani
terhadap perubahan dan gangguan pada system kardiovaskuler, antara lain adalah
dimana sistol >140 mmHg dan diastol >90 mmHg setelah dilakukan dua kali
pengukuran, dengan selang waktu 5 menit dimana pasien dalam keadaan tenang
atau istirahat (Pusat Data Dan Informasi Kementerian Kesehatan RI, 2014).
Hipertensi adalah kondisi kardiovaskuler yang paling umum, ketika tidak diobati,
Koroner, Infark Miokard, penyakit Arteri Perifer dan Stroke. Hipertensi tetap
1
2
yang cukup banyak baik dari masalah fisik, sosial dan psikososial. Banyak dari
lansia Hipertensi yang mengeluhkan nyeri leher, dikaren akan tekanan darah yang
komplikasi yang lebih berbahaya dari Hipertensi atau tekanan darah tinggi (Sari,
2017).
Penyakit tekanan darah tinggi atau Hipertensi telah membunuh 9,4 juta warga
dunia setiap tahunnya. Tercatat di World Health Organization (2011) ada satu
miliar orang yang terkena Hipertensi, dan akan terus meningkat seiring jumlah
penduduk yang meningkat. Jumlah penderita Hipertensi saat ini paling banyak
Data WHO 2015 menunjukkan sekitar 1,13 miliar orang di dunia menderita
dunia terus meningkat setiap tahunnya, diperkirakan pada 2025 akan ada 1,5
miliar orang yang terkena Hipertensi. Diperkirakan juga setiap tahun ada 9,4 juta
Data Hipertensi di Indonesia yang di dapat melalui pengukuran umur ≥18 tahun
pada tahun 2018 ditemukan data sebesar 34,1%. Peringkat pertama berada di
3
setiap tahunnya, yakni Rp. 2,8 triliun pada 2014, Rp. 3,8 triliun pada 2015, dan
terdapat 48.962 orang yang terkena Hipertensi, kemudian pada tahun 2017
sebesar 50.899 orang. Dari jumlah penderita Hipertensi 2017, penderita laki-laki
sebanyak 20.243 orang dan perempuan sebanyak 30.656 orang (Ghofar, 2018).
Menurut hasil Riskesdas 2018, jumlah penderita Hipertensi pada perempuan lebih
Kalimantan Timur di Panti Sosial Tresna Werdha Nirwana Puri Samarinda pada
Bulan November 2018 total lansia berjumlah 86 orang yang terdiri dari 38 orang
sebanyak 26 orang, atau sekitar (51%). Perawat yang berdinas di klinik tersebut
Perawatan pada lansia dengan Hipertensi perlu dilakukan, agar tidak semakin
memburuk serta tidak muncul komplikasi yang sebenarnya masih dapat dicegah.
Perawatan Hipertensi dapat dilakukan dengan cara minum obat secara teratur,
namun dapat juga dengan cara tradisional seperti mengkonsumsi makan makanan
pisang ambon.
Berdasarkan uraian masalah pada latar belakang yang telah diuraikan, rumusan
masalah pada studi kasus ini yaitu bagaimana melakukan Asuhan Keperawatan
1) Bagi Responden
penyakit Hipertensi.
Dengan penulisan karya tulis ilmiah ini, diharapkan dapat menambah bacaan
Karya tulis ilmiah dapat dapat memberi kontribusi dalam pengembangan ilmu
.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
Lanjut Usia adalah penduduk yang berusia 60 tahun ke atas. Menua atau
proses yang pasti terjadi pada setiap orang, terjadi secara terus menerus secara
alamiah, dimulai sejak lahir dan dialami oleh makhluk hidup (Dariah, 2015).
usia 60-74 tahun, lanjut usia tua (Old) ialah kelompok usia 75 sampai 90
tahun, usia sangat tua (Very Old) adalah usia diatas 90 tahun.
1) Demensia.
2) Stress.
3) Skizofrenia.
5) Gangguan kecemasan.
6) Gangguan psikomatik.
2.2.1. Definisi
penyakit Arteri Koroner, Infark Miokard, penyakit Arteri Perifer dan Stroke.
2018).
2.2.2. Klasifikasi
batasan tekanan darah yang berbeda. Pada laporan tahun 1993, dikenal
dengan sebutan JPC-V, tekanan darah pada orang dewasa berusia 18 tahun
Sistolik Diastolik
1 Normal <130 <85
Perbatasan (High Normal) 130-139 85-89
2
Hipertensi
3
Derajat 1 : ringan 140-159 90-99
Derajat 2 : sedang 160-179 100-109
Derajat 3 : berat 180-209 110-119
Derajat 4 : sangat berat ≥210 ≥120
2.2.3. Etiologi
Hipertensi seperti :
transport Na.
pada elastisitas dinding aorta menurun, katup jantung menebal dan menjadi
tahun. Gejala ada jika menunjukkan adanya kerusakan vaskuler, dengan tanda
yang khas, sesuai sistem organ yang divaskularisasi oleh pembuluh darah
nokturia (peningkatan buang air kecil pada malam hari) dan azetoma
Pada pemeriksaan fisik, kelainan yang sering dijumpai hanya tekanan darah
yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina seperti
Menurut Amin (2015), gejala yang timbul karena penyakit Hipertensi berbeda
pada setiap orang, beberapa dari mereka bahkan tidak memiliki gejala. Secara
sebagai berikut :
1) Sakit kepala.
4) Telinga berdengung.
11
6) Gelisah.
7) Mual.
8) Muntah.
9) Epistaksis.
2.2.5. Patofisiologi
di pusat vasomotor pada medulla di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula
jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis, dan keluar
ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini,
2.2.6. Pathway
14
2.2.7. Komplikasi
1) Stroke Hemoragi dapat terjadi, akibat tekanan darah tinggi di otak, atau
akibat embolus yang terlepas dari pembuluh selain otak yang terpajan tekanan
tinggi. Stroke dapat terjadi pada Hipertensi kronis, apabila arteri yang
darah ke area otak yang diperdarahi berkurang, arteri otak yang mengalami
terbentuknya aneurisma.
miokardium mungkin tidak dapat dipenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung
bekuan.
3) Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan darah
darah ke nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksia dan
15
5) Kejang biasanya dapat terjadi pada wanita preeklamsia. Bayi yang lahir
biasa dengan berat badan lahir rendah akibat perfusi plasenta yang tidak
adekuat. Dapat juga mengalami hipoksia dan asidosis apabila ibu mengalami
2.2.8 Penatalaksanaan.
pemilihan obat, dosis obat, frekuensi minum obat serta penggunaan obat-
anda.
asupan garam tidak lebih dari seperempat sampai setengah sendok teh atau
olahraga seperti jalan, lari, jogging, bersepeda santai selama 20-25 menit
Ada beberapa makanan yang harus dihindari oleh penderita Hipertensi seperti
berikut:
1) Makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi seperti otak, minyak kelapa,
gajih/lemak.
3) Makanan dan minuman dalam kaleng seperti sarden, sosis, kornet, soft
tape.
17
Werdha
meliputi :
berjalan, mencuci, menyapu dan sebagainya. Olah raga adalah aktifitas fisik
Latihan senam aerobik adalah olah raga yang membuat jantung dan paru
menit intensitas tinggi dalam 2 hari dan 20 menit intensitas sedang dalam 2
hari.
otot dan jaringan ikat. Latihan dirancang supaya otot mampu membentuk
melawan gravitasi (gerakan berdiri dari kursi, ditahan beberapa detik dan
18
kekuatan otot.
Manfaat Olahraga :
jantung.
oleh kelompok bersama-sama dan berdiskusi satu sama lain yang dipimpin
Musik dapat berfungsi sebagai ungkapan perhatian, kualitas dari musik yang
terletak pada struktur dan urutan matematis yang dimiliki. Lansia dilatih
majalah, menonton acara televisi. Stimulus dari pengalaman masa lalu yang
20
Lansia diorientasikan pada kenyataan yang ada disekitar klien, yaitu diri
sendiri, orang lain yang ada disekeliling klien atau orang yang dekat dengan
Demikian pula dengan orientasi waktu saat ini, waktu yang lalu, dan rencana
(4) Sosialisasi
Klien dibantu untuk melakukan sosialisasi dengan individu yang ada disekitar
klien. Sosialisasi dapat pula dilakukan secara bertahap dari interpersonal (satu
per satu), kelompok, dan massa. Aktifitas dapat berupa latihan sosialisasi
dalam kelompok.
didapat dari klien untuk mendapatkan informasi, membuat data tentang klien
Untuk mengetahui identitas klien, yang biasanya meliputi, nama, umur, jenis
Alasan masuk panti : Menjelaskan cerita atau alasan bagaimana proses klien
3) Riwayat Keluarga
generasi.
4) Riwayat Pekerjaan
Menjelaskan tentang pekerjaan sebelum masuk wisma, pekerjaan saat ini dan
kamar, jumlah orang yang tinggal dengan klien, nomor telepon dan alamat.
6) Riwayat Rekreasi
luang.
22
7) Sumber/Sistem Pendukung
Menjelaskan tentang status kesehatan satu tahun yang lalu, status kesehatan
lima tahun yang lalu dan keluhan-keluhan yang dirasakan hingga saat ini serta
(1) Obat-obatan
Menjelaskan obat apa saja yang dikonsumsi klien, dosis, cara penggunaan,
(3) Nutrisi
makanan, makanan apa yang dianjurkan, makanan apa yang dilarang dan
jenis makanan yang harus dibatasi oleh klien, serta apakah terjadi
Pemeriksaan fisik adalah suatu proses memeriksa tubuh dan fungsinya, dari
ujung kepala sampai ujung kaki (head to toe), untuk menemukan adanya
23
Pada pemeriksaan kepala dan leher meliputi bentuk kepala, kulit kepala,
tulang kepala, jenis rambut, warna rambut, pola penyebaran rambut, kelainan,
konjungtiva dan sclera, pupil dan iris, ketajanan penglihatan/ visus, tekanan
Kemudian pada hidung meliputi cuping hidung, lubang hidung, tulang hidung
dan septum nasi. Pada telinga meliputi bentuk telinga, ukuran telinga,
Pada mulut dan faring meliputi keadaan bibir, keadaan gusi dan gigi, keadaan
lidah, palatum atau langit-langit dan orofaring. Kemudian pada leher meliputi
posisi trakea, tiroid, suara, kelenjar lympe, vena jugularis dan denyut nadi
karotis.
palpasi (vocal premitus), perkusi dada dan auskultasi (suara nafas, suara
mendengarkan bising atau peristaltik usus. Saat palpasi meliputi nyeri tekan,
benjolan/massa, pembesaran hepar, lien dan titik Mc. Burney. Saat perkusi
Pemeriksaan kelamin dan sekitarnya pada anus dan perineum meliputi pubis,
meatus uretra dan kelainan lainnya. Sedangkan pada anus dan perineum
oedema, kekuatan otot dan kelainan punggung dan ekstremitas serta kuku.
meliputi tingkat kesadaran atau GCS, dan tanda rangsangan otak atau
(D0055)
Diagnosa
Kriteria hasil Intervensi keperawatan
keperawatan
Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan 1.1 Gunakan teknik
berhubungan keperawatan selama 3x24 jam komunikasi terapeutik
dengan agen diharapkan nyeri teratasi untuk mengetahui
pencedera dengan kriteria hasil : pengalaman nyeri
fisiologis. 1. Mampu mengontrol nyeri klien.
(tahu penyebab nyeri, 1.2 Lakukan pengkajian
mampu menggunakan nyeri secara
teknik non farmakologi komprehensif
untuk mengurangi nyeri dan termasuk lokasi,
mencari bantuan). karakteristik, durasi,
2. Melaporkan bahwa nyeri frekuensi, kualitas,
berkurang dengan dan factor presipitasi.
menggunakan managemen 1.3 Observasi reaksi
nyeri. nonverbal dari
3. Mampu mengenali nyeri ketidaknyamanan.
(skala, intensitas, frekuensi 1.4 Kontrol lingkungan
dan tanda nyeri). yang dapat
4. Menyatakan rasa nyaman mempengaruhi nyeri
setelah nyeri berkurang. seperti suhu ruangan,
5. Tanda-tanda vital dalam pencahayaan dan
rentang normal. TD 120/80, kebisingan.
nadi 60-100x/menit, 1.5 Ajarkan teknik non
Perafasan 16-24x/menit dan farmakologi.
suhu 36,5-37,5OC. 1.6 Kolaborasikan untuk
pemberian obat
analgetik.
Gangguan pola Setelah dilakukan tindakan 2.1 Kaji jam tidur klien.
tidur keperawatan selama 3x24 jam 2.2 Monitor waktu makan
berhubungan diharapkan Gangguan pola tidur dan miunm klien
dengan teratasi dengan kriteria hasil : dengan waktu tidur.
kurangnya 1. Jumlah jam tidur dalam 2.3 Ciptakan lingkungan
kontrol tidur rentang normal 6-8 jam/hari. yang nyaman.
2. Pola tidur kualitas dalam 2.4 Anjurkan klien
batas normal. minum susu hangat
3. Menyatakan perasaan segar sebelum tidur.
sesudah tidur atau istirahat. 2.5 Diskusikan dengan
4. Mampu mengidentifikasi klien tentang teknik
hal-hal yang dapat tidur.
meningkatkan tidur. 2.6 Jelaskan pentingnya
5. Konjungtiva tidak anemis. tidur yang adekuat.
2.7 Kolaborasikan untuk
27
pemberian terapi
farmakologi
(pemberian obat
tidur).
perawat untuk membantu pasien dari masalah status kesehatan yang dihadapi
BAB III
METODE PENULISAN
3.1 Pendekatan
Jenis penulisan ini adalah deskriptif dalam bentuk studi kasus untuk
Subyek dalam penulisan ini adalah dua orang klien lansia dengan Hipertensi di
Panti Sosial Tresna Werdha Nirwana Puri Samarinda dengan kriteria subyek
sebagai berikut :
4. Lansia dengan Hipertensi sedang (diastol >160 mmHg dan diastol >100
mmHg).
Lansia adalah seseorang yang berusia 60 tahun keatas yang kurang dapat
memenuhi kebutuhannya secara mandiri baik secara jasmani, rohani dan sosial.
31
32
Lansia yang menjadi subyek studi kasus ini bertempat tinggal di Panti Sosial
Tresna Werdha Nirwana Puri samarinda. Yang memenuhi kriteria subyek di atas.
Hipertensi adalah keadaan tekanan darah yang meningkat dimana sistol >140
mmHg dan diastol >90 mmHg. Klien yang diambil dalam studi kasus ini adalah
klien yang mengalami Hipertensi sedang (sistol >160 mmHg dan diastol >100
mmHg).
Samarinda. Lama waktu Studi Kasus ini adalah selama 3-6 hari.
Tahap awal prosedur penulisan ini, diawali dengan penyusunan proposal oleh
dan mendapat persetujuan pembimbing, serta mendapatkan izin dari pihak Panti
Sosial Tresna Werdha Nirwana Puri Samarinda, maka akan dilanjutkan dengan
Gerontik.
Sumber data yang didapat langsung dari klien, sehingga data yang didapat
apakah data yang didapat tersebut sesuai dengan hasil observasi yang dilakukan
oleh penulis.
34
Analisis data dilakukan sejak awal studi kasus, sejak pengumpulan data sampai
Teknik analisis digunakan dengan cara observasi oleh penulis dan studi
dibandingkan dengan teori yang ada sebagai bahan untuk dijadikan saran dalam
perencanaan,
35
BAB IV
Panti Sosial Tresna Werdha Nirwana Puri yang terletak di Jalan Mayjend Sutoyo
Rt.29 No. 01 Samarinda, awalnya merupakan Unit Pelaksana Teknis Depsos RI,
seiring dengan Era Otonomi Daerah Sesuai dengan SK Gubernur Kaltim No. 16
thn 2001 Panti Sosial Tresna Werdha Nirwana Puri Samarinda menjadi Unit
bawah naungan Dinas Sosial Prov. Kaltim. Kemudian diperkuat kembali dengan
peraturan Gubernur Kaltim No. 17 tahun 2009 Tentang Organisasi dan Tata Kerja
UPTD Panti Sosial Tresna Werdha Nirwana Puri Samarinda memiliki area seluas
22.850 M2 serta dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang memiliki jumlah
37 bangunan, serta dapat melayani klien sesuai dengan daya tampung yang ada
yakni sekitar 120 orang. Dalam pelaksanaannya untuk mencapai tujuan dan
No. 11 thn. 2009 tentang kesejahteraan sosial, sehingga para Lansia dapat
menikmati kehidupan yang tentram secara lahir dan batin serta mampu
35
36
Dalam studi kasus ini penulis melakukan Asuhan Keperwatan di Wisma Bugenvil
permanen, lantai rumah terbuat dari keramik dan masing-masing wisma memiliki
5 buah kamar termasuk kamar pengasuh. Satu kamar ditempati oleh 1 atau 2
orang lansia, memiliki satu dapur. satu ruang tamu dan satu kamar mandi.
Subyek dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah lansia yang mengalami
Hipertensi Sedang, kooperatif dan mempunyai fungsi kognitif yang baik serta
bertempat tinggal di UPTD Panti Sosial Tresna Werdha Nirwana Puri Samarinda.
1) Pengkajian Keperawatan
Riwayat Keluarga
Klien 1 Klien 2
38
8. Edema √ √
9. Varises √ √
10. Kaki timpang √ √
11. Parastesia √ √
12. Perubahan warna kaki √ √
Gastrointestinal Ya Tidak Ya Tidak
1. Disfagia √ √
2. Tak dapat mencerna √ √
3. Nyeri ulu hati √ √
4. Mual / muntah √ √
5. Hematemesis √ √
6. Perubahan nafsu makan √ √
7. Intoleran aktifitas √ √
8. Ulkus √ √
9. Nyeri √ √
10. Ikterik √ √
11. Benjolan / massa √ √
12. Perubahan kebiasaan defekasi √ √
13. Diare √ √
14. Konstipasi √ √
15. Melena √ √
16. Hemoroid √ √
17. Perdarahan rectum √ √
18. Pola defekasi biasanya √ √
Perkemihan Ya Tidak Ya Tidak
1. Disuria √ √
2. Menetes √ √
3. Ragu-ragu √ √
4. Dorongan √ √
5. Hematuria √ √
45
6. Poliuria √ √
7. Oliguria √ √
8. Nokturia √ √
9. Inkontinensia √ √
10. Nyeri saat berkemih √ √
11. Batu √ √
12. Infeksi √ √
Genitalia Ya Tidak Ya Tidak
Genito Reproduksi Pria
1. Lesi
2. Rabas
3. Nyeri testikuler
4. Massa testikuler
5. Masalah prostat
6. Penyakit kelamin
7. Perubahan hasrat seksual
8. Impotensi
9. Masalah aktivitas seksual
Genito Reproduksi Wanita
1. Lesi √ √
2. Rabas √ √
3. Perdarahan pasca senggama √ √
4. Nyeri pelvic √ √
5. Penyakit kelamin √ √
6. Infeksi √ √
7. Masalah aktifitas seksual √ √
8. Riwayat menstruasi (usia awitan, tanggal periode √ √
menstruasi terakhir) √ √
9. Riwayat menopause (usia, gejala, masalah-masalah √ √
pasca menopause) √ √
46
a. ≥ 130 : Mandiri
51
JUMLAH 8 2 5 5
Interpretasi Hasil
Salah 0-3 = fungsi intelektual utuh.
Fungsi intelektual Kerusakan
Salah 4-5 = Kerusakan intelektual ringan.
utuh. intelektual ringan.
Salah 6-8 = kerusakan intelektual sedang.
Salah 9-10 = kerusakan intelektual berat.
53
DS : -
DO :
- Diagnosa sekunder klien Usia ≥ 65 tahun. Resiko Jatuh.
lebih dari 1 diagnosa. (D0143)
- Klien berjalan dengan
berpegangan pada benda-
benda sekitar.
- Kemampuan berjalan klien
lemah.
- Skor Skala Morse adalah 55.
ANALISA DATA
KLIEN 2
MASALAH
DATA ETIOLOGI
KEPERAWATAN
DS:
- Klien mengatakan
memiliki riwayat
Hipertensi.
- Klien mengatakan sering
merasakan nyeri didaerah
belakang tengkuk. Ketidakseimbangan Nyeri Kronis.
- Klien mengatakan nyeri neurotransmitter. (D0078)
seperti tertindih beban.
- Klien mengatakan skala
nyeri dari 1-10 adalah 4.
- Klien mengatakan nyeri
55
hilang timbul.
- Klien mengatakan jika
nyeri timbul selalu
dipakaikan bedak dingin.
DO :
- Klien tampak memegangi
daerah belakamg
tengkuk.
- Klien tampak tidak
nyaman.
- Tekanan Darah 150/100
mmHg.
DS :
- Klien mengatakan merasa
mudah lupa.
- Klien mengatakan dapat
mengenal wajah orang,
namun sering lupa
namanya. Proses Penuaan. Gangguan Memori.
- Klien mengatakan kurang (D0062)
mampu mengingat
peristiwa.
DO :
- Pengkajian tingkat
kerusakan intelektual
dengan menggunakan
SPMSQ, jumlah salah
adalah 5 (kerusakan
intelektual ringan).
DS :
- Klien mengatakan tidak
kuat berjalan jauh.
- Klien mengatakan tidak
kuat berdiri lama.
DO : Penurunan kekuatan Gangguan Mobilitas
- Klien terlihat berjalan otot. Fisik.
dengan pelan. (D0054)
- Saat pergi untuk
pengajian, klien
didampingi dan dibantu
oleh mahasiswa.
DS :
- Klien mengatakan makan
jarang habis.
- Klien mengatakan tidak
56
2) Diagnosa Keperawatan
Klien 1
a) Nyeri Kronis Berhubungan dengan Ketidakseimbangan neurotransmitter.
(D0078)
b) Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot.
(D0054)
c) Defisit Nutrisi berhubungan dengan kurang terpapar Informasi. (D0111).
d) Resiko jatuh dibuktikan dengan usia ≥ 65 tahun. (D0143).
57
Klien 2
a) Nyeri Kronis Berhubungan dengan Ketidakseimbangan neurotransmitter.
(D0078)
b) Gangguan memori berhubungan dengan proses penuaan. (D0062).
c) Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot.
(D0054).
d) Defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan (D0019).
e) Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar Informasi.
(D0111).
f) Resiko jatuh dibuktikan dengan ≥ 65 tahun. (D0143).
3) Intervensi Keperawatan
4) Implementasi Keperawatan
Klien 1
Tindakan
Waktu Keperawatan Evaluasi
pelaksanaan
1.1 menilai skala nyeri P : nyeri karena
Hari : Selasa secara komprehensif Hipertensi.
Tanggal : 16-04-19 meliputi lokasi, Q : tertindih beban berat.
Jam : 08.30 karakteristik, durasi, R : di daerah tengkuk
frekuensi, intensitas leher.
atau beratnya nyeri. S : skala 5.
T : hilang timbul.
darah. mmHg.
Klien 2
Waktu pelaksanaan Tindakan Keperawatan Evaluasi
Hari : Selasa 1.1 menilai skala nyeri P : nyeri karena
Tanggal : 15 april secara komprehensif Hipertensi.
2019 meliputi lokasi, Q : tertindih beban berat.
Jam : 09.30 karakteristik, durasi, R : Di daerah tengkuk
frekuensi, intensitas leher.
atau beratnya nyeri. S : Skala 4.
T : Hilang Timbul.
terbuka.
5) Evaluasi Keperawatan
Tabel 4.10 Evaluasi Keperawatan
Klien 1
Hari/ Diagnosa
Catatan Perkembangan
Tanggal Keperawatan
Selasa, 16 April Nyeri kronis S : klien mengatakan nyeri berkurang
2019 berhubungan saat dilakukan kompres hangat.
dengan O : klien terlihat lebih rileks.
ketidakseimbangan :Tekanan darah 150/90 mmHg.
68
Resiko Jatuh S: -
dibuktikan dengan O : tidak terjadi jatuh
usia ≥ 65 tahun. A : resiko jatuh teratasi sebagian.
P : pertahankan intervensi.
6.4 Menyarankan klien untuk
memnggunakan. tongkat atau
alat pembantu berjalan.
sebagian.
P : pertahankan intervensi.
3.2 Latih klien dalam melakukan
activity daily living.
3.3 Dampingi dan bantu klien saat
mobilisasi.
3.4 Berikan alat bantu jika klien
memerlukan.
Klien 2
Diagnosa
Hari/Tanggal Evaluasi Keperawatan Paraf
Keperawatan
Selasa, 16 April Nyeri kronis S : klien mengatakan nyeri berkurang
2019 berhubungan saat dilakukan kompres hangat.
dengan O : klien terlihat lebih rileks.
ketidakseimbangan :Tekanan darah 150/90 mmHg.
neurotransmiter A : nyeri kronis teratasi sebagian.
P : pertahankan intervensi.
1.2 Berikan posisi yang nyaman.
1.3 Monitor tekanan darah.
1.4 Berikan kompres hangat untuk
mengurangi nyeri.
Resiko jatuh S : -
dibuktikan dengan O : tidak terjadi jatuh.
usia ≥ 65 tahun. A : resiko jatuh teratasi.
P : pertahankan intervensi.
6.4 Menyarankan klien untuk
menggunakan. tongkat atau alat
pembantu berjalan.
72
Resiko jatuh S : -
dibuktikan dengan O : tidak terjadi jatuh.
usia ≥ 65 tahun. A : resiko jatuh teratasi.
P : pertahankan intervensi.
6.4 Menyarankan klien untuk
memnggunakan. tongkat atau
alat pembantu berjalan.
Resiko jatuh S : -
dibuktikan dengan O : tidak terjadi jatuh
usia ≥ 65 tahun. A : resiko jatuh teratasi.
P : pertahankan intervensi.
6.4 Menyarankan klien untuk
memnggunakan. tongkat atau
alat pembantu berjalan.
75
4.2 Pembahasan .
Neurotransmitter.
Saat pengkajian didapatkan data klien mengeluhkan rasa nyeri di daerah tengkuk
leher, nyeri seperti tertindih beban berat, nyeri hilang timbul, klien terlihat
Implementasi yang dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah dibuat, seperti
memberikan obat.
Data tersebut sesuai dengan teori menurut Amin (2015), gejala yang timbul
karena penyakit Hipertensi berbeda pada setiap orang, beberapa dari mereka
bahkan tidak memiliki gejala. Secara umum gejala yang dirasakan orang yang
mengalami Hipertensi adalah sebagai berikut : Sakit kepala, rasa pegal, kaku dan
tidak nyaman pada tengkuk, berdebar atau detak jantung terasa cepat, telinga
menurun.
Berdasarkan data yang telah didapat, penulis berasumsi bahwa nyeri tenguk pada
penderita Hipertensi sesuai dengan teori diatas, karena pada penderita Hipertensi
pembuluh darah cenderung kaku kan menyempit dimana hal tersebut dapat
menyebabkan kekakuan serta nyeri. Saat dievaluasi pada hari terakhir kedua klien
mengatakan nyeri sudah berkurang dan klien dapat mengontrol nyeri dengan
mmHg dan pada klien 2 adalah 140/80 mmHg. Penulis menyimpulkan bahwa
Saat pengkajian pada klien 2 didapatkan data klien mengatakan mudah lupa, klien
mengatakan dapat mengenal wajah orang namun tidak dapat mengingat namanya,
psikomatik, gangguan penggunaan alkohol dan zat lain serta gangguan tidur atau
insomnia.
memori yang diderita oleh klien 2 disebabkan oleh beberapa faktor misalnya
perbedaan usia, klien 2 terpaut usia 9 tahun lebih tua dibandingkan dengan klien
1, kemudian pada klien 1 rajin mengisi teka-teki silang sehingga melatih fungsi
otak sedangkan pada klien 2 tidak pernah melakukan kegiatan seperti mengisi
77
Saat dilakukan evaluasi pada hari terakhir klien mengatakan sudah dapat
Kekuatan Otot.
Saat pengkajian didapatkan data Klien mengatakan tidak kuat berjalan jauh,
klien mengatakan tidak kuat berdiri lama, klien terlihat berjalan dengan pelan,
klien didampingi, kekuatan otot menurun dan dibantu oleh mahasiswa saat
membantu klien saat mobilisasi, memberikan alat bantu jika klien memerlukan,
Data tersebut sesuai dengan teori Hastini (2016) perubahan normal akibat
penuaan ini paling jelas terlihat pada system muskuluskeletal berupa penurunan
otot secara keseluruhan pada usia 80 tahun mencapai 30%-80%. Perubahan ini
menyebabkan hambatan mobilitas fisik pada lansia. Dampak fisik dari hambatan
Penulis berasumsi bahwa data yang didapat di atas sesuai dengan teori, kedua
Saat pengkajian pada klien 2 didapatkan data klien mengatakan makan jarring
habis, klien mengatakan jika makan hanya dengan sayuran saja, klien alergi
terhadap ikan tongkol, berat badan 47 kg, tinggi 153 cm, frekuensi makan 3x
klien untuk meningkatkan intake zat besi, mengajarkan cara membuat catatan
makanan harian, dan melakukan kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
gangguan psikomatik, gangguan penggunaan alkohol dan zat lain serta gangguan
Penulis berasumsi bahwa defisit nutrisi umunya sering terjadi pada lansia
makan karena indra perasa dan penciuman yang semakin sensitive mencium bau
79
berkurangnya kemampuan tubuh untuk mengenali rasa lapar dan haus serta
berbagai kondisi yang dialami oleh lansia seperti kesulitan mengunyah dan
menelan makanan.
nutrisi atau makanan bagi tubuh, klien mengatakan hari ini lumayan banyak
menghabiskan makan dan hariini klien menghabiskan ¾ porsi makanan (nasi dan
lauk).
Informasi.
menjelakan tanda dan gejala yang muncul pada penyakit, menyediakan informasi
Deficit pengetahuan klien dipicu oleh tingkat pendidikan yang rendah, faktor
usia, hal ini menurut penelitian Putro (2012) pasien Hipertensi akan
persepsi, motivasi, niat, referensi dan soaial budaya. Pendidikan kesehatan yang
Hipertensi selain mendapat informasi dari baik dari berbagai media cetak maupun
elektronik.
80
penyebabnya, bagaimana tanda dan gejala yang dialami serta bagaimana cara
pengetahuan pada kedua klien sesuai dengan teori yakni fator usia dan tingkat
Saat dilakukan pengkajian didapatkan data diagnosa sekunder klien lebih dari 1
kemampuan berjalan klien lemah serta skor skala Morse adalah 55, setelah
alat bantu berjalan dan mengamati kemampuan klien dalam berpindah dari
Data tersebut sesuai dengan teori Deniro (2017) usia tua akan mengalami
Setelah dilakukan evaluasi pada hari terakhir klien mengatakan tidak ada kejadian
jatuh. Penulis berasumsi teori tersebut sesuai dengan keadaan klien, dimana
81
sehari-hari.
81
BAB V
5.1 Kesimpulan
wisma Bugenvil dan wisma anggrek tahun 2019, penulis dapat memberikan
5.1.1 Hasil pengkajian yang didapatkan dari kedua kasus menunjukkan adanya
tanda dan gejala yang sama oleh kedua klien. Umumnya keluhan yang
dirasakan klien 1 dirasakan juga oleh klien 2. Tanda dan gejala yang
muncul dan dirasakan oleh kedua klien yaitu adanya nyeri didaerah
tengkuk, sakit kepala dan rasa kaku pada leher. Hal ini menunjukkan jika
masalah dan keluhan yang sama yang akan dirasakan oleh penderita.
5.1.2 Diagnosa keperawatan yang muncul pada kedua klien umumnya sama.
Namun ada dua diagnosa yang berbeda diantara kedua klien. Kedua klien
yang tidak diderita oleh klien satu, diagnosa itu adalah gangguan memori
81
82
klien disebabkan oleh adanya tanda dan gejala serta keluhan yang sama
angkat. Kedua klien memiliki beberapa diagnosa yang sama seperti nyeri
berbeda antara klien 1 dan klien 2. Yang membedakan hanya pada bagian
5.1.5 Hasil evaluasi yang dilakukan oleh penulis pada kedua kasus dilakukan
selama 4 hari perawatan oleh penulis. Hasil evaluasi yang dilakukan oleh
penulis pada kedua klien menunjukkan tanda dan gejala yang sama.
kompres hangat untuk mengurangi rasa nyeri pada tengkuk. Kedua klien
5.2 Saran
1. Bagi Panti Sosial Tresna Werdha Nirwana Puri Samarinda diharapkan
Deniro, Agustin Junior (2017). Hubungan antara Usia dan Aktifitas Sehari-hari
dengan Resiko Jatuh Pasien Instalasi Rawat Jalan Geriatri. Volume 4,
No 4, Desember 2017.
Peraturan Gubernur No. 17 Tahun 2009 Tentang Organisasi dan Tata Kerja
UPTD pada Dinas Sosial Prov Kaltim.
Surat Keputusan Gubernur Kaltim No.16 tahun 2001 Panti Sosial Tresna Werdha
Nirwana Puri samarinda Menjadi UPTD di bawah naungan Dinas Sosial
Prov. Kaltim.