Pelaksanaan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) di Puskesmas memiliki
tujuan untuk memutus siklus penularan penyakit infeksi melalui kewaspadaan standar dan kewaspadaan berdasarkan transmisi. Pelaksanaan PPI yang baik memerlukan pemahaman yang baik dari petugas Puskesmas terkait enam komponen rantai penularan yakni: (1) Agen infeksi atau mikroorganisme penyebab infeksi, agen infeksi COVID-19 adalah virus severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-COV- 2) (2) Reservoir atau tempat agen infeksi, reservoir COVID-19 adalah saluran napas atas (3) Pintu keluar atau tempat agen infeksi meninggalkan reservoir, pintu keluar COVID-19 adalah melalui saluran napas, hidung dan mulut (4) Cara penularan atau metode transport mikroorganisme dari reservoir ke pejamu yang rentan, cara penularan COVID-19 adalah melalui kontak, droplet dan airborne (5) Pintu masuk atau lokasi agen infeksi memasuki pejamu yang rentan, pintu masuk COVID-19 adalah melalui saluran napas, hidung, mulut dan mata serta (6) Pejamu rentan, adalah seseorang dengan penurunan imunitas tubuh sehingga mudah mengalami infeksi. A. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Puskesmas 1. Kewaspadaan Standar Kewaspadaan standar dilakukan melalui 11 langkah sesuai pedoman yang berlaku, untuk kasus COVID-19 terdapat beberapa penekanan sebagai berikut: a. Kebersihan tangan Kebersihan tangan dilakukan dengan cara 6 langkah benar dan 5 momen cuci tangan. Di Puskesmas harus tersedia sarana cuci tangan seperti wastafel dengan air mengalir dan sabun cair agar pengunjung Puskesmas dapat melakukan cuci tangan pakai sabun (CTPS) saat datang ke Puskesmas dan pulang dari Puskesmas. b. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Penggunaan APD memerlukan 4 unsur yang harus dipenuhi yakni, indikasi penggunaan APD, cara pemakaian APD yang benar, cara pelepasan APD yang benar dan cara pengumpulan (disposal) APD setelah dipakai sesuai dengan pedoman yang berlaku. Indikasi penggunaan APD dilakukan dengan mempertimbangkan risiko terpapar, APD lebih baik digunakan oleh petugas yang memiliki risiko terpajan dengan pasien atau material infeksius; dinamika transmisi, yaitu droplet dan kontak serta airborne pada tindakan seperti resusitasi jantung paru, pemeriksaan gigi seperti penggunaan scaler ultrasonik dan high speed air driven, pemeriksaan hidung dan tenggorokan, pemakaian nebulizer dan pengambilan swab. c. Kesehatan lingkungan (1) Pembersihan area sekitar pasien menggunakan klorin 0,05% atau H2O2 0,5 – 1,4%, jika ada cairan tubuh menggunakan klorin 0,5%: pembersihan permukaan sekitar pasien harus dilakukan secara rutin setiap hari, termasuk setiap kali pasien pulang/keluar dari fasyankes (terminal dekontaminasi) serta pembersihan juga perlu dilakukan pada barang yang sering disentuh tangan seperti nakas di samping tempat tidur, tepi tempat tidur dengan bed rails, tiang infus, tombol telpon, gagang pintu, permukaan meja kerja, anak kunci dll. (2) Sistem ventilasi menggunakan sistem ventilasi campuran antara ventilasi alamiah dan ventilasi mekanis. Misalnya kipas angin yang berdiri atau diletakkan di meja dapat mengalirkan udara ke arah tertentu, hal ini dapat berguna jika dipasang pada posisi yang tepat yakni dari petugas kesehatan ke arah pasien. d. Penempatan pasien Penempatan pasien yakni termasuk penyesuaian alur untuk menempatkan pasien infeksius terpisah dengan pasien non-infeksius serta penempatan pasien disesuaikan dengan pola transmisi infeksi penyakit pasien baik kontak, droplet atau airborne. e. Etika batuk dan bersin Petugas, pasien dan pengunjung dengan gejala infeksi saluran napas harus menerapkan etika batuk. Edukasi terkait hal ini disampaikan melalui media/secara langsung oleh petugas. Disamping itu bagi pengunjung/pasien harus menggunakan masker sesuai ketentuan yang berlaku. f. Penyuntikan yang aman g. Pengelolaan limbah hasil pelayanan kesehatan h. Dekomentasi peralatan perawatan pasien i. Penanganan dan pencucian linen yang sudah dipakai dengan aman j. Perlindungan kesehatan petugas termasuk penggunaan APD saat berisiko terjadi paparan darah, produk darah, cairan tubuh, bahan infeksius atau bahan berbahaya; pemeriksaan kesehatan berkala dan kebiajakan pelaksanaan akibat tertusuk jarum/benda tajam bekas pakai pasien. 2. Kewaspadaan berdasarkan transmisi/infeksi Kewaspadaan berdasarkan transmisi pada kasus suspek dan kasus COVID-19 adalah kewaspadaan berdasarkan transmisi droplet, kontak dan airborne pada kondisi tertentu yang dilaksanakan sesuai dengan pedoman yang berlaku. Kewaspadaan berdasarkan transmisi melalui airborne dilakukan dengan cara pengaturan penempatan posisi pemeriksa, pasien dan ventilasi mekanis di ruang pemeriksaan dengan memperhatikan arah suplai udara bersih yang masuk dan keluar. Pada saat pemeriksaan fisik arahkan wajah pasien berlawanan dengan arah wajah pemeriksa. WHO merekomendasikan ventilasi natural, yang dapat dikombinasikan dengan ventilasi mekanik menggunakan kipas angin untuk mengarahkan udara yang tercemar ke area ruangan yang sudah terpasang exhaust fan/jendela/lubang angin. Serta dilakukan pengaturan posisi duduk petugas agar aliran udara bersih dari belakang petugas ke arah pasien atau memotong antara pasien dan petugas. B. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi bagi Masyarakat Selama mendapatkan pelayanan di Puskesmas dan dalam keseharian, masyarakat melakukan: 1. Rutin cuci tangan pakai sabun enam langkah dengan air bersih mengalir 2. Menghindari kerumunan 3. Menghindari menyentuh mata, hidung dan mulut 4. Melakukan etika batuk dan bersin 5. Melakukan berdiam diri di rumah 6. Menghindari daerah dengan jumlah kasus COVID-19 tinggi 7. Karantina diri selama 14 hari jika memiliki riwayat pergi ke daerah terjangkit 8. Tidak berjabat tangan 9. Segera ganti baju dan mandi setelah pergi ke luar rumah 10. Membersihkan barang-barang yang sering disentuh 11. Menggunakan masker jika pergi ke luar rumah