Anda di halaman 1dari 34

PENATALAKSANAAN

COVID-19

ERLINA BURHAN
DEPARTEMEN PULMONOLOGI DAN ILMU KEDOKTERAN RESPIRASI
FKUI-RSUP PERSAHABATAN
DEFINISI OPERASIONAL

SUSPEK PROBABLE

KONTAK
KONFIRMASI
ERAT
Protokol Tatalaksana COVID-19 Edisi 2. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI), Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI),
Perhimpunan Dokter Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia (PERDATIN), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Jakarta; 2020.
KLASIFIKASI DERAJAT KEPARAHAN

Protokol Tatalaksana COVID-19 Edisi 2. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI), Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI),
Perhimpunan Dokter Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia (PERDATIN), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Jakarta; 2020.
KLASIFIKASI DERAJAT KEPARAHAN

RINGAN SEDANG
• Tanpa bukti pneumonia virus / hipoksia • Remaja / dewasa
• Demam, batuk, fatigue, anoreksia, napas • Tanda klinis pneumonia (demam, batuk,
pendek, myalgia sesak, takipnea)
• Gejala tidak spesifik: nyeri tenggorokan, • Tanpa pneumonia berat (SpO2 > 93% room
kongesti hidung, sakit kepala, diare, mual, air)
muntah, anosmia, ageusia sebelum onset • Anak-anak
gejala pernpasan • Klinis pneumonia tidak berat (batuk / sulit
• Gejala atipikal pada pasien usia tua / napas + napas cepat dan/atau retraksi
immunocompromised dinding dada)
• Tanpa pneumonia berat
Kriteria napas cepat : usia <2 bulan, ≥60x/menit; usia 2–11 bulan, ≥50x/menit ;
usia 1–5 tahun, ≥40x/menit ; usia >5 tahun, ≥30x/menit.
Protokol Tatalaksana COVID-19 Edisi 2. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI), Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), Perhimpunan Dokter Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia (PERDATIN), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Jakarta;
2020.
KLASIFIKASI DERAJAT KEPARAHAN:
DERAJAT BERAT

Remaja/ Dewasa Anak-Anak


• Tanda klinis pneumonia DAN salah satu • Tanda klinis pneumonia DAN salah satu
• dari dari
• RR > 30 x/menit • Sianosis sentral / SpO2 < 93%
• Distres pernapasan berat • Distres pernapasan berat
• SpO2 <93% room air • Tanda bahaya umum (tidak mampu
menyusui / minum, letargi, penurunan
kesadaran, kejang)
• Napas cepat / tarikan dinding dada /
takipnea

Kriteria napas cepat : usia <2 bulan, ≥60x/menit; usia 2–11 bulan, ≥50x/menit ;
usia 1–5 tahun, ≥40x/menit ; usia >5 tahun, ≥30x/menit.
Protokol Tatalaksana COVID-19 Edisi 2. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI), Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), Perhimpunan Dokter Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia (PERDATIN), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Jakarta;
2020.
KLASIFIKASI DERAJAT KEPARAHAN

KRITIS
Pasien dengan ARDS, sepsis, dan
syok sepsis

Protokol Tatalaksana COVID-19 Edisi 2. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI), Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI),
Perhimpunan Dokter Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia (PERDATIN), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Jakarta; 2020.
TATALAKSANA PASIEN TERKONFIRMASI COVID-19: TANPA
GEJALA

Isolasi dan Pemantauan Non-farmakologis


• Isolasi mandiri di rumah 10 hari sejak • Ukur suhu tubuh 2x sehari
pengambilan spesimen diagnosis • Menggunakan masker jika keluar kamar
• Dipantau oleh petugas FKTP • Cuci tangan
• Kontrol di FKTP setelah 10 hari karantina • Jaga jarak
• Terapkan etika batuk
• Cuci alat makan-minum segera dengan
sabun
• Jika terjadi peningkatan suhu tubuh > 380C
lapor petugas ke FKTP

Protokol Tatalaksana COVID-19 Edisi 2. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI), Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI),
Perhimpunan Dokter Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia (PERDATIN), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Jakarta; 2020.
TATALAKSANA PASIEN TERKONFIRMASI COVID-19: TANPA
GEJALA (FARMAKOLOGI)

•Vitamin C dengan pilihan:


• Vitamin C non-acidic 3-4x500mg (14 hari)
• Tablet hisap vitamin C 2x500mg (30 hari)
• Multivitamin dengan kandungan viamin C 1-2 tabler perhari (30 hari)
•Vit D
•Komorbid (+) lanjutkan pengobatan
•Rutin meminum ACE-inhibitor dan ARB konsultasi ke SpPD / SpJP
•Obar dengan sifat antioksidan
•Obat suportif lainnya
Protokol Tatalaksana COVID-19 Edisi 2. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI), Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI),
Perhimpunan Dokter Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia (PERDATIN), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Jakarta; 2020.
TATALAKSANA PASIEN TERKONFIRMASI COVID-19: GEJALA
RINGAN

Isolasi dan Pemantauan Non-farmakologis

• Isolasi mandiri di rumah selama • Sama dengan pasien tanpa gejala


maksimal 10 hari sejak muncul gejala + 3
hari bebas gejala demam dan gangguan
pernapasan
• Dipantau oleh petugas FKTP
• Kontrol di FKTP setelah masa isolasi
selesai
• PCR follow up tidak diperlukan kecuali
kapasitas Lab PCR memungkinkan

Protokol Tatalaksana COVID-19 Edisi 2. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI), Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI),
Perhimpunan Dokter Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia (PERDATIN), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Jakarta; 2020.
TATALAKSANA PASIEN TERKONFIRMASI COVID-19: GEJALA
RINGAN (FARMAKOLOGI)

•Vitamin C dengan pilihan: • Antivirus (salah satu di bawah ini)


• Vitamin C non-acidic 3-4x500mg (14 hari) • Oseltamivir (Tamiflu) 2x75mg 5-7 hari
• Tablet hisap vitamin C 2x500mg (30 hari)
• Multivitamin dengan kandungan viamin C 1-2 tabler • Kombinasi lopinavir + ritonavir (Aluvia)
perhari (30 hari) 2x400/100mg 10 hari
• Dianjurkan konsumsi vitamin C, B, E, zink • Favipiravir (Avigan) 2x600mg 5 hari
• Vit D • Klorokuin fosfat 2x500mg (5-7 hari) atau
•Azitromisin 1x 500mg selama 5 hari hidroksiklorokuin 1x400mg (5-7 hari) diberikan
•Pengobatan komorbid/komplikasi jika rawat inap dan tidak ada kontraindikasi

•Obat suportif • Terapi simptomatik

Protokol Tatalaksana COVID-19 Edisi 2. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI), Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI),
Perhimpunan Dokter Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia (PERDATIN), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Jakarta; 2020.
TATALAKSANA PASIEN TERKONFIRMASI COVID-19: GEJALA
SEDANG

Isolasi dan Pemantauan Non-farmakologis


• Rujuk ke RS dengan perawatan COVID-19/ RS • Istirahat total, berikan kalori dan hidrasi yang
darurat COVID-19 adekuat, cek keseimbangan elektrolit, terapi
• Isolasi di RS perawatan COVID-19/RS darurat oksigen
COVID-19 • Pemeriksaan darah perifer lengkap dengan
• PCR follow up tidak diperlukan kecuali hitung jenis. Pantau CRP, fungsi ginjal, fungsi
kapasitas Lab PCR memungkinkan hati dan foto toraks

Protokol Tatalaksana COVID-19 Edisi 2. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI), Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI),
Perhimpunan Dokter Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia (PERDATIN), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Jakarta; 2020.
TATALAKSANA PASIEN TERKONFIRMASI COVID-19: GEJALA
SEDANG (FARMAKOLOGI)

•Vitamin C 3x200-400mg dalam 100cc NaCl 0.9% Oseltamivir (Tamiflu)


habis dalam 1 jam IV 2x75mg (5-7 hari)
ATAU
Kombinasi lopinavir + ritonavir (Aluvia)
Klorokuin fosfat Azitromisin 2x400/100mg (10 hari)
2x500mg 1x500mg IV/oral ATAU
(5-7 hari) (5-7 hari) Favipiravir (Avigan)
ATAU ATAU Hari 1: Loading dose 2x1600mg
Hidroksiklorokuin Hari 1: Levofloksasin Hari 2-5: 2x600mg
2x400mg dilanjutkan 1x400mg (curiga infeksi bakteri) ATAU
(5-7 hari) 1x750mg IV/oral (5-7 hari) Remdesivir
200mg IV drip hari pertama
1x100mg IV drip (sp 5-10 hari)

Protokol Tatalaksana COVID-19 Edisi 2. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI), Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI),
Perhimpunan Dokter Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia (PERDATIN), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Jakarta; 2020.
TATALAKSANA PASIEN TERKONFIRMASI
COVID-19: GEJALA BERAT

Isolasi & Pemantauan


• Di ruang isolasi RS Rujukan / rawat secara kohorting
• PCR swab sesuai jadwal
Non Farmakologis
• Istirahat total, asupan kalori adekuat, kontrol elektrolit, status hidrasi, O2
• Pantau: DPL, hitung jenis, CRP, fungsi ginjal, fungsi hati, hemostasis, LDH,
d-dimer
• Perburukan X-ray toraks serial
Protokol Tatalaksana COVID-19 Edisi 2. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI), Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI),
Perhimpunan Dokter Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia (PERDATIN), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Jakarta; 2020.
TATALAKSANA PASIEN TERKONFIRMASI
COVID-19: GEJALA BERAT

Monitoring Monitoring Keadaan Kritis


• Frekuensi napas > 30x/menit • Gagal napas yang butuh ventilasi mekanik,
• SpO2 < 93% syok, gagal multiorgan yang butuh ICU
• PaO2/FiO2 < 300 mmHg • Gagal napas + ARDS pertimbangkan
• ↑ keterlibatan area paru > 50% pada ventilator mekanik
radiologi toraks dalam 24-48 jam • Pencegahan perburukan penyakit
• ↑ CRP progresif • ARDS/Efusi paru luas: high flow nasal
• Asidosis laktat progresif cannula / HFNC (lebih disarankan) atau
non-invasive mechanical ventilation / NIV
• Edema paru: batasi resusitasi cairan
• Posisikan pasien sadar dalam posis
tengkurap (awake prone position)

Protokol Tatalaksana COVID-19 Edisi 2. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI), Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), Perhimpunan Dokter Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia (PERDATIN), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Jakarta; 2020.
TATALAKSANA PASIEN TERKONFIRMASI COVID-19:
GEJALA BERAT (FARMAKOLOGI)

•Vitamin C 200-400mg/8 jam dalam 100cc NaCl 0.9%


habis dalam 1 jam IV
Oseltamivir (Tamiflu)
•Vitamin B1 1 ampul/24 jam IV 2x75mg (5-7 hari)
•Vit D dosis tinggi ATAU
Kombinasi lopinavir + ritonavir (Aluvia)
Klorokuin fosfat Azitromisin 2x400/100mg (10 hari)
Hari 1-3: 2x500 mg (oral) 1x500mg IV/oral ATAU
Hari 4-10: 2x250 mg (oral) (5-7 hari) Favipiravir (Avigan)
ATAU ATAU Hari 1: Loading dose 2x1600mg
Hidroksiklorokuin Levofloksasin Hari 2-5: 2x600mg
1x400 mg (oral) (curiga infeksi bakteri) ATAU
(5 hari) EKG/3 hari 1x750mg IV/oral (5-7 hari) Remdesivir
200mg IV drip hari pertama
1x100mg IV drip( sp 5-10hari)

Protokol Tatalaksana COVID-19 Edisi 2. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI), Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI),
Perhimpunan Dokter Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia (PERDATIN), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Jakarta; 2020.
TATALAKSANA PASIEN TERKONFIRMASI COVID-19:
GEJALA BERAT (FARMAKOLOGI)

•Antikoagulan LMWH/UFH sesuai pertimbangan DPJP


•Deksametason 6 mg/24 jam (10 hari) atau kortikosteroid lain yang setara pada kasus berat yang
mendapat terapi oksigen / ventilator
•Tatalaksana bila terdapat
• Komorbid / komplikasi
• Syok
•Terapi tambahan lain sesuai kondisi klinis pasien / ketersediaan di faskes apabila terapi standar tidak
memberikan respon perbaikan

Protokol Tatalaksana COVID-19 Edisi 2. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI), Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI),
Perhimpunan Dokter Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia (PERDATIN), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Jakarta; 2020.
Klasifikasi Gejala Tanpa Gejala Gejala Ringan Gejala Sedang Gejala Berat

Isolasi Mandiri Isolasi Mandiri Rujuk ke RS Darurat Rujuk ke RS Rujukan


Tindak Lanjut
di Rumah di Rumah

10 sejak timbul 10 sejak timbul 1x PCR negatif + 3


Durasi Isolasi 10 hari tanpa gejala gejala + 3 hari gejala + 3 hari hari bebas gejala
bebas gejala bebas gejala

Pemantauan Lanjutan Lanjut isolasi mandiri


7 hari

Berdasararkan rekomendasi WHO:


Dalam hal keterbatasan kapasitas pemeriksaan PCR Selesai
atau waktu tunggu terlalu lama. Bila memungkinkan,
tetap lebih baik evaluasi pemeriksaan PCR
PERKEMBANGAN PENGOBATAN
COVID 19
TOCILIZUMAB

•Antibodi monoklonal rekombinan kelas IgG1 yang telah terhumanisasi


•Antagonis reseptor IL-6R
•Tocilizumab awalnya digunakan pada tahun 2000 awal untuk terapi penyakit
autoimun seperti Rheumatoid Arthritis Refrakter dan Systemic Juvenile Idiopathic
Arthritis (sJIA).
•Telah disetujui oleh FDA sejak 2017 untuk terapi cytokine release syndrome (CRS)
yang dipicu oleh terapi chimeric antigen receptor T cell (CAR-T)

COVID-19 Treatment Guidelines Panel. Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) Treatment Guidelines. National Institutes of Health. Available at https://www.covid19treatmentguidelines.nih.gov/
Cortegiani A, et.al. Rationale and evidence on the use of tocilizumab in COVID-19: a systematic review. Pulmonol. 2020. https://doi.org/10.1016./j.pulmoe.2020.07.003
REMDESIVIR

•Remdesivir adalah prodrug analog


nukleosida yang bekerja dengan
menghambat replikasi virus.
•Remdesivir bekerja dengan mekanisme
delayed chain termination
•Remdesivir untuk Tatalaksana COVID-19
telah mendapatkan ijin Emergency Use
Authorization oleh Badan POM
NIAID ACTT-1 : Results
Hasil preliminary dari 1059 pasien

Hasil menunjukan
Terdapat manfaat terhadap
Faster recovery 31% survival
Mortalitas
30%
Remdesivir 11 Hari p<0.001 7.1%
Median
waktu
p=NS
perbaikan
klinis Placebo 15 Hari 11.9%

Hari
Pada hari 14

▪ Serious AEs: 21.1% (114/541) pada grup remdesivir dan 27.0% (141/522) pada grup placebo
▪ Terjadi adverse events dengan Grade 3 or 4 berjumlah 156 patients (28.8%) pada grup remdesivir dan sebanyak 172 dengan
grup placebo (33.0%)
John H. Beigel et al. N Engl J Med . 2020 May 22
SIMPLE Clinical Trial: Results

Pada Hari ke 14
Clinical
Waktu Perbaikan Klinis Perbaikan Klinis Mortalitas
recovery

Remdesivir 5-days 10
64% 64% 8%
Hari

11
Remdesivir 10-days Hari
54% 54% 11%

Jason D. Goldman et al. NEJM May 27, 2020


N-ASETILSISTEIN (NAC)

•NAC: asetilasi asam amino L-cysteine


•Infeksi COVID-19 ↓ glutation / GSH ↑ ROS
•NAC komponen pembentuk GSH ↑ antioksidan minimalisasi
stress oksidatif
•Dosis pemberian:
•> 1.200 mg / hari (terbagi dalam 2-3 dosis)
•Per oral / IV

1. Polonikov AV. Endogenous Deficiency of Glutathione as the Most Likely Cause of Serious Manifestation and Death from Novel Coronavirus Infection (COVID-19): a hypothesis based on literature data and own
observation. Kursk State Medical University; Russia. 2020.
2. Burhan E, et.al. Pedoman tatalaksana COVID-19. Edisi ke-2. Jakarta: PDPI, PERKI, PAPDI, PERDATIN, IDAI; Agustus 2020
PLASMA KONVALESENS

•Merupakan pemberian plasma yang diambil dari pasien COVID-19 yang telah
sembuh, menggunakan metode plasmafaresis
•Dapat diberikan pada pasien COVID-19 derajat berat
•Kontraindikasi:
• Riwayat alergi
• Kehamilan, menyusui
• Trombosis akut
• Defisiensi IgA
• Gagal jantung berat
• Syok septik
• DIC
Pedoman Tatalaksana COVID-19. Edisi ke-2. Jakarta: PDPI, PERKI, PAPDI, PERDATIN, IDAI; 2020.
NIH. Blood Derived Products Under Evaluation for the Treatment of COVID-19. 2020. Available from: https://www.covid19treatmentguidelines.nih.gov/immune-based-
therapy/blood-derived-products/
PLASMA KONVALESENS

•Donor dilakukan pemeriksaan titer terlebih dahulu


• The Infectious Disease Department, Shenzen Third People’s Hospital, China → titer antibodi minimal
1:640
• The European Commision Directorate General for Health and Food Society → titer antibodi minimal
1:320
•Pemberian dosis awal 200ml
•Dosis lanjutan diberikan sesuai keadaan klinis, dapat diberikan 2x200ml atau lebih
tergantung pertimbangan dokter
•Pantau tanda alergi selama pemberian

Pedoman Tatalaksana COVID-19. Edisi ke-2. Jakarta: PDPI, PERKI, PAPDI, PERDATIN, IDAI; 2020.
NIH. Blood Derived Products Under Evaluation for the Treatment of COVID-19. 2020. Available from: https://www.covid19treatmentguidelines.nih.gov/immune-based-therapy/blood-derived-products/
TERAPI MESENCHYMAL STEM CELL (MSC)
DAN COVID-19
•Pada pasien COVID-19, sistem imun memproduksi faktor inflamasi dalam jumlah besar yang dapat menyebabkan
badai sitokin / cytokine storm, termasuk produksi berlebihan dari sel imum dan sitokin

•Terapi Mesenchymal Stem Cell (MSC) :


• Dapat mencegah terjadinya badai sitokin/ cytokine storm oleh sistem imun
• Menyebabkan perbaikan endogen oleh sifat reparative dari Stem Cell dengan memperbaiki lingkungan
mikroparu, melindungi sel epitel alveolar, mencegah fibrosis paru dan meningkatkan fungsi paru

Leng Z, Zhu R, Hou W. Transplantation of ACE2 Mesenchymal stem cells improves the outcomes of patients with COVID-19 pneumonia. Aging Dis 2020; 11:216-228
Atluri S, Manchikanti L, Hirsch JA. Expanded Umbilical Cord Mesenchymal Stem Cells (UC-MSCs) as a Therapeutic Strategy In Managing Critically Ill COVID-19 Patients: The Case for Compassionate Use.
Pain Physician 2020; 23:E71-E83
PENELITIAN STEM CELL PADA COVID-19

● Penggunaan MSC pada pasien COVID-19 sudah banyak dilakukan di berbagai RS di penjuru dunia
● Hingga saat ini 13 uji klinis penggunaan MSC untuk COVID-19 sudah tercatat di Clinicaltrials.gov
● Namun baru 1 laporan uji klinis yang sudah melaporkan hasil yaitu penelitian Leng Z, et al.
HASIL PENELITIAN UJI KLINIS

Penggunaan Sel Punca Mesenkimal Asal Tali Pusat sebagai Terapi Pasien dengan COVID-19 Pneumonia
Derajat Kritis di 4 RS di Indonesia

• Angka mortalitas subyek covid19 derajat kritis adalah 65%, dengan angka kesembuhan sebesar 35 persen :
• 71,4 % dari kelompok MSC (2,5 kali lipat) sedangkan kelompok kontrol 28,4%
• Untuk subyek yang mempunyai komorbid dua atau lebih:
• 79,17 persen meninggal
• Yang sembuh lebih banyak di kelompok MSC dengan rasio 4:1
• 66,7 persen yang sembuh dari kelompok kontrol tidak memiliki komorbid
• Kelompok MSC memberikan kesembuhan yang lebih baik dibandingkan kelompok kontrol (71,4 persen dibandingkan 28,6
persen), khususnya pada subyek yang jumlah komorbidnya kurang dari dua) melalui mekanisme :
• Penurunan pro inflamasi IL-6
• Peningkatan faktor anti inflamasi dan regenerasi jaringan
IL-10
LIF
VEGF
PERKEMBANGAN COVID19 SANGAT
DINAMIS

Kita dituntut untuk belajar terus


Virus bermutasi/berubah susunan genetiknya
PCR dengan hasil Positif Persisten
Long haul Covid19
Kemungkinan Re-infeksi
Vaksin: end game?
WHO Coronavirus Disease (COVID-19) Dashboard [Internet]. Covid19.who.int. 2020 [cited 1 September 2020]. Available from: https://covid19.who.int/
COVID-19 G. Peta Sebaran | Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 [Internet]. covid19.go.id. 2020 [cited 1 September 2020]. Available from: https://covid19.go.id/peta-sebaran
VIRUS BERMUTASI ( TERJADI PERUBAHAN
SUSUNAN MATERI GENETIK (MUTASI D614G)

Fungsi spike meningkat,


Asam fleksibilitas meningkat,
Aspartat Glisin tidak mudah hancur,
(D614) (G614) lebih stabil, lebih
mudah menular

Zhang L, Jackson C, Mou H, Ojha A, Rangarajan E, Izard T et al. The D614G mutation in the SARS-CoV-2 spike protein reduces S1 shedding and increases infectivity. 2020
HASIL PCR TETAP POSITIF?
Setelah isolasi mandiri
ada kemungkinan hasil PCR tetap positif, walaupun sudah tidak ada gejala
Penelitian di Korea: ditemukan bahwa walaupun sudah tidak ada virus yang
yang hidup di tubuh pasien, masih terdapat sisa-sisa virus sehingga akan
masih terdeteksi di spesimen pemeriksaan RT-PCR hingga 12 Minggu (Korea
CDC, 2020; Li et al., 2020; Xiao et al, 2020)
Tidak adanya virus yang “hidup” resiko penularan rendah sehingga tidak
akan terjadi penularan ke orang lain

https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/hcp/duration-isolation.html
GEJALA YG MUNGKIN MASIH TERSISA PASCA KESEMBUHAN

Batuk, Anosmia, Sakit kepala,


Fatigue kongesti, ageusia nyeri-nyeri
sesak napas badan

Nyeri
Diare, mual abdomen dan Confusion
nyeri dada

World Health Organization. Long-term Effects of


Covid-19. Geneva: World Health Organization;
2020
KASUS REINFEKSI

Tillet dkk.: kasus reinfeksi di Amerika : Seorang laki-laki 25 tahun dengan hasil positif swab PCR
nasofaring pada bulan April dan Juni 2020, dengan hasil negatif 2x di antaranya
Didapatkan bahwa genom virus yang menginfeksi berbeda
Pada infeksi kedua manifestasi klinis lebih berat
Seorang yang sudah sembuh, mempunyai Antibodi dalam tubuhnya yg memberikan kekebalan
terhadap virus penyebab COVID19
Namun antibodi yang terbentuk akan menghilang dalam waktu 3 -12 bulan
Sehingga setelah 3-12 bulan masih ada kemungkinan untuk tertular ulang atau reinfection
Oleh sebab itu walaupun sudah sembuh, tetap harus menjalankan protokol kesehatan

Tillett RL, Sevinsky JR, Hartley PD, Kerwin H, Crawford N, Gorzalski A, et al. Genomic evidence for reinfection with SARS-CoV-2: a case study. The Lancet Infectious Diseases.
2020 Oct;S1473309920307647.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai