Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN

CKD ( CHRONIC KIDNEY DISEASE )

Disusun oleh :
Dicky Arga Y
1820008

PRODI D-III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH
SURABAYA
2020
A. DEFINISI
Gagal ginjal kronik (GGK) biasanya akibat akhir dari kehilangan fungsi ginjal
lanjut secara bertahap.
Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan
gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh
gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan
elektrolit,menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah).
Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan
lambat,biasanya berlangsung beberapa tahun.
Sesuai dengan topik yang saya tulis didepan cronic kidney disease
( CKD ),pada dasarnya pengelolaan tidak jauh beda dengan cronoic renal failure
( CRF ), namun pada terminologi akhir CKD lebih baik dalam rangka untuk
membatasi kelainan klien pada kasus secara dini, kerena dengan CKD dibagi 5 grade,
dengan harapan klien datang/merasa masih dalam stage – stage awal yaitu 1 dan 2.
secara konsep CKD, untuk menentukan derajat ( stage ) menggunakan terminology
CCT ( clearance creatinin test ) dengan rumus stage 1 sampai stage 5. sedangkan CRF
( cronic renal failure ) hanya 3 stage. Secara umum ditentukan klien datang dengan
derajat 2 dan 3 atau datang dengan terminal stage bila menggunakan istilah CRF.

B. ETIOLOGI
a. Infeksi misalnya pielonefritis kronik, glomerulonefritis
b. Penyakit vaskuler hipertensif misalnya nefrosklerosis benigna, nefrosklerosis
maligna, stenosis arteria renalis
c. Gangguan jaringan penyambung misalnya lupus eritematosus sistemik,
poliarteritis nodosa,sklerosis sistemik progresif
d. Gangguan kongenital dan herediter misalnya penyakit ginjal polikistik,asidosis
tubulus ginjal
e. Penyakit metabolik misalnya DM, gout, hiperparatiroidisme,amiloidosis
f. Nefropati toksik misalnya penyalahgunaan analgesik,nefropati timbal
g. Nefropati obstruktif misalnya saluran kemih bagian atas: kalkuli neoplasma,
fibrosis netroperitoneal. Saluran kemih bagian bawah: hipertropi prostat, striktur
uretra, anomali kongenital pada leher kandung kemih dan uretra.
h. Batu saluran kencing yang menyebabkan hidrolityasis
C. PATOFISIOLOGI
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus dan
tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron-nefron
yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai
reabsorpsi walaupun dalam keadaan penurunan GFR / daya saring. Metode adaptif ini
memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari nefron–nefron rusak. Beban
bahan yang harus dilarut menjadi lebih besar daripada yang bisa direabsorpsi
berakibat diuresis osmotik disertai poliuri dan haus. Selanjutnya karena jumlah nefron
yang rusak bertambah banyak oliguri timbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana
timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas
kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80% - 90%. Pada tingkat ini
fungsi renal yang demikian nilai kreatinin clearance turun sampai 15 ml/menit atau
lebih rendah itu.
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya
diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan
mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah maka
gejala akan semakin berat. Banyak gejala uremia membaik setelah dialisis.

D. KLASIFIKASI
Gagal ginjal kronik dibagi 3 stadium :
a. Stadium 1 : penurunan cadangan ginjal, pada stadium kadar kreatinin serum
normal dan penderita asimptomatik.
b. Stadium 2 : insufisiensi ginjal, dimana lebihb dari 75 % jaringan telah rusak,
Blood Urea Nitrogen ( BUN ) meningkat, dan kreatinin serum meningkat.
c. Stadium 3 : gagal ginjal stadium akhir atau uremia.
K/DOQI merekomendasikan pembagian CKD berdasarkan stadium dari tingkat
penurunan LFG :

a. Stadium 1 : kelainan ginjal yang ditandai dengan albuminaria persisten dan LFG
yang masih normal ( > 90 ml / menit / 1,73 m2
b. Stadium 2 : Kelainan ginjal dengan albuminaria persisten dan LFG antara 60-89
mL/menit/1,73 m2
c. Stadium 3 : kelainan ginjal dengan LFG antara 30-59 mL/menit/1,73m2
d. Stadium 4 : kelainan ginjal dengan LFG antara 15-
29mL/menit/1,73m2
e. Stadium5 : kelainan ginjal dengan LFG < 15mL/menit/1,73m2 atau gagal ginjal
terminal.
E. WOC / PATHWAY

WOC CHRONIK KIDNEY DESEASE

infeksi vaskuler zat toksik Obstruksi saluran kemih

reaksi arteriosklerosis tertimbun ginjal Retensi urin batu besar dan iritasi / cidera
antigen kasar jaringan
antibodi suplai darah ginjal menekan saraf hematuria
turun perifer
anemia
nyeri pinggang
GFR turun

CKD

sekresi eritropoietin turun


BUN naik
sekresi urea nitrogen Resiko
retensi
gangguan
sindrom uremia urokrom Na suplai nutrisi dalam produksi Hb turun
nutrisi
gang. tertimbun di total darah turun
hiperpospatemia CES naik
keseimbangan kulit oksihemoglobin turun
tek.
asam - basa perubahan intoleransi
pruritis Kapiler
warna kulit metabolisme sel perfusi jaringan suplai O2 turun aktivitas
naik
vol.
prod. asam turun
Gang integritas
naik Interstisial
kulit as. lambung naik naik payah jantung bendungan atrium kiri
Edema kiri naik
nausea, vomitus iritasi lambung (kelebihan COP turun
volume cairan) tek. vena pulmonalis naik
perubahan preload aliran darah ginjal
infeksi perdarahan naik suplai O2 suplai O2 ke
nutrisi < turun
gastritis jaringan otak turun kapiler paru naik
kebutuhan -hematemesis beban
jantung turun Syncope
RAA turun metab. edema paru
mual, - melena naik (kehilangan
hipertrofi
muntah retensi Na & H2O timb. as. kesadaran)
ventrikel kiri
naik laktat naik perubahan pola
anemia intoleransi
kelebihan vol. - fatigue nafas
aktivitas
cairan
- nyeri sendi
F. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinik menurut Suyono (2001) adalah sebagai berikut:
a. Gangguan kardiovaskuler
Hipertensi, nyeri dada, dan sesak nafas akibat perikarditis, effusi perikardiac dan
gagal jantung akibat penimbunan cairan, gangguan irama jantung dan edema.
b. Gannguan Pulmoner
Nafas dangkal, kussmaul, batuk dengan sputum kental dan riak, suara krekels.
c. Gangguan gastrointestinal
Anoreksia, nausea, dan fomitus yang berhubungan dengan metabolisme protein
dalam usus, perdarahan pada saluran gastrointestinal, ulserasi dan perdarahan
mulut, nafas bau ammonia.
d. Gangguan muskuloskeletal
Resiles leg sindrom ( pegal pada kakinya sehingga selalu digerakan ), burning
feet syndrom ( rasa kesemutan dan terbakar, terutama ditelapak kaki ), tremor,
miopati ( kelemahan dan hipertropi otot – otot ekstremitas.
e. Gangguan Integumen
Kulit berwarna pucat akibat anemia dan kekuning – kuningan akibat penimbunan
urokrom, gatal – gatal akibat toksik, kuku tipis dan rapuh.
f. Gangguan endokrim
Gangguan seksual : libido fertilitas dan ereksi menurun, gangguan menstruasi dan
aminore. Gangguan metabolic glukosa, gangguan metabolic lemak dan vitamin
D.
g. Gangguan cairan elektrolit dan keseimbangan asam dan basa
Biasanya retensi garam dan air tetapi dapat juga terjadi kehilangan natrium dan
dehidrasi, asidosis, hiperkalemia, hipomagnesemia, hipokalsemia.
h. System hematologi anemia
Disebabkan karena berkurangnya produksi eritopoetin, sehingga rangsangan
eritopoesis pada sum – sum tulang berkurang, hemolisis akibat berkurangnya
masa hidup eritrosit dalam suasana uremia toksik, dapat juga terjadi gangguan
fungsi trombosis dan trombositopeni.

G. KOMPLIKASI
Gagal ginjal kronis dapat memicu sejumlah komplikasi, antara lain:
a. Gangguan elektrolit, seperti penumpukan fosfor dan hiperkalemia atau kenaikan
kadar kalium yang tinggi dalam darah.
b. Penyakit jantung dan pembuluh darah.
c. Penumpukan kelebihan cairan di rongga tubuh, misalnya edema paru atau asites.
d. Anemia atau kekurangan sel darah merah.
e. Kerusakan sistem saraf pusat dan menimbulkan kejang.
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Didalam memberikan pelayanan keperawatan terutama intervensi maka perlu


pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan baik secara medis ataupun kolaborasi antara
lain :

a. Pemeriksaan lab.darah
- hematologi
Hb, Ht, Eritrosit, Lekosit, Trombosit - RFT ( renal fungsi test ) ureum dan
kreatinin
- LFT (liver fungsi test )
- Elektrolit
Klorida, kalium, kalsium
- koagulasi studi
PTT, PTTK
- BGA
b. Urine
- urine rutin
- urin khusus : benda keton, analisa kristal batu

c. pemeriksaan kardiovaskuler
- ECG
- ECO
d. Radidiagnostik
- USG abdominal
- CT scan abdominal
- BNO/IVP, FPA
- Renogram
- RPG ( retio pielografi )

I. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
Penatalaksanaan keperawatan pada pasien dengan CKD dibagi tiga yaitu :
a. Konservatif
- Dilakukan pemeriksaan lab.darah dan urin
- Observasi balance cairan
- Observasi adanya odema
- Batasi cairan yang masuk
b. Dialysis
- peritoneal dialysis
biasanya dilakukan pada kasus – kasus emergency.
Sedangkan dialysis yang bisa dilakukan dimana saja yang tidak
bersifat akut adalah CAPD ( Continues Ambulatori Peritonial
Dialysis )

- Hemodialisis
Yaitu dialisis yang dilakukan melalui tindakan infasif di vena dengan
menggunakan mesin. Pada awalnya hemodiliasis dilakukan melalui daerah
femoralis namun untuk mempermudah maka dilakukan :

- AV fistule : menggabungkan vena dan arteri


- Double lumen : langsung pada daerah jantung ( vaskularisasi ke jantung )

c. Operasi

- Pengambilan batu
- transplantasi ginjal

J. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


a. Pengkajian keperawatan
Pengkajian merupakan tahapan awal dari proses keperawatan. Disini, semua data
dikumpulkan secara sistematis guna menentukan status kesehatan saat ini.
Pengkajian harus dilakukan secara komperehensif terkait dengan aspek biologis,
psikologis, sosial maupun spiritual klien.
Pengkajian keperawatan pada Gagal Ginjal Kronik, sebagai berikut :
1. Identitas
Gagal Ginjal Kronik terjadi terutama pada usia lanjut (50 – 70 tahun), usia
muda, dapat terjadi pada semua jenis kelamin tetapi 70 % pada laki - laki. Laki-
laki sering memiliki resiko lebih tinggi terkait dengan ginjal mengalami
kegagalan filtrasi. pekerjaan dan pola hidup sehat. Gagal ginjal kronis
merupakan periode lanjut dari insidensi gagal ginjal akut, sehingga tidak berdiri
sendiri.
2. Keluhan Utama
Keluhan utama sangat bervariasi, terlebih jika terdapat penyakit sekunder yang
menyertai. Keluhan bisa berupa urine output yang menurun (oliguria) sampai
pada anuria, penurunan kesadaran karena komplikasi pada sistem sirkulasi-
ventilasi, anoreksia, mual dan muntah, dialoresis, fatigue, napas berbau urea,
dan pruritus. Kondisi ini dipicu oleh karena penumpukkan (akumulasi) zat sisa
metabolisme/toksin dalam tubuh karena

3. Riwayat Penyakit Sekarang


Pada klien dengan gagal ginjal kronis biasanya terjadi penurunan urine output,
penurunan kesadaran, perubahan pola napas karena komplikasi dari gangguan
sistem ventilasi, fatigue, perubahan fisiologis kulit, bau urea pada napas. Selain
itu, karena berdampak pada proses (sekunder karena intoksikasi), maka akan
terjadi anoreksi, nausea dan vomit sehingga beresiko untuk terjadinya gangguan
nutrisi.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Gagal ginjal kronik dimulai dengan periode gagal ginjal akut dengan berbagai
penyebab (multikausa). Oleh karena itu, informasi penyakit terdahulu akan
menegaskan untuk penegakan masalah. Kaji riwayat ISK, payah jantung,
penggunaan obat berlebihan (overdosis) khsuusnya obat yang bersifat
nefrotoksik, BPH, dan lain sebagainya yang mampu mempengaruhi kerja ginjal.
Selain itu, ada beberapa penyakit yang berlangsung
mempengaruhi/menyebabkan gagal ginjal yaitu diabetes melitus, hipertensi,
batu saluran kemih (urolithiasis).
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Gagal ginjal kronis bukan penyakit menular dan menurun, sehingga sisilah
keluarga tidak terlalu berdampak pada penyakit ini. Namun, pencetus sekunder
seperti DM dan hipertensi memiliki pengaruh terhadap kejadian penyakit gagal
ginjal kronis, karena penyakit tersebut bersifat herediter. Kaji pola kesehatan
keluarga yang diterapkan jika ada anggota keluarga yang sakit, misalnya minum
jamu saat sakit.
6. Riwayat Psikososial
Kondisi ini tidak selalu ada gangguan jika klien memiliki koping adaptif yang
baik. Pada klien gagal ginjal kronis, biasanya perubahhan psikososial terjadi
pada waktu klien mengalami perubahan struktur fungsi tubuh dan menjalani
proses dialisa. Klien akan mengurung diri dan lebih banyak berdiam diri
(murung). Selain itu, kondisi ini juga dipicu oleh biaya yang dikeluarkan selama
proses pengobatan, sehingga klien mengalami kecemasan.
7. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
Keadaan umum klien dengan gagal ginjal kronik biasanya lemah. (fatigue),
tingkat kesadaran bergantung pada tingkat toksisitas.
2) Tanda vital
Peningkatan suhu tubuh, nadi cepat dan lemah, hipertensi, nafas cepat
(tachypneu), dyspnea.
3) Pemeriksaan body systems
a) Sistem Pernapasan (B 1 : Breathing)
Adanya bau urea pada bau napas. Jika terjadi komplikasi
asidosis/alakdosis respiratorik maka kondisi pernapasan akan
mengalami patologis gangguan. Pada napas akan semakin cepat dan
dalam sebagai bentuk kompensasi tubuh mempertahankan vemtilasi
(kussmaul).
b) Sistem kardiovaskular (B 2 : Bleeding)
Penyakit yang berhubungan langsung dengan kejadian gagal ginjal
kronis salah satunya adalah hipertensi. Tekanan darah yang tinggi di
atas ambang kewajaran akan mempengaruhi volume vaskuler. Stagnasi
ini akan memicu retensi natrium dan air sehingga akan meningkatkan
beban jantung.
c) Sistem Neuromuskuler (B 3 : Brain)
Penurunan kesadaran terjadi jika telah mengalami hiperkarbic dan
sirkulasi cerebral terganggu. Oleh karena itu, penurunan kognitif dan
terjadinya disorienntasi akan dialami klien gagal ginjal kronis.

d) Sistem Perkemihan
Dengan gangguan/kegagalan fungsi ginjal secara kompleks (filtrasi,
sekresi, reabsorbsindan eekskresi), maka manifestasi yang paling
menonjol adalah penurunan urine < 400 ml/hari bahkan sampai pada
anuria (tidak adanya urine output).
e) Sistem Hematologi
Ditemukan adanya friction pada kondisi uremia berat. Selain itu,
biasanya terjadi TD meningkat, akral dingin, CRT > 3 detik. Palpatasi
jantung, chest pain, dsypneu, gangguan irama jantung dan gangguan
sirkulasi lainnya. Kondisi ini akan semakin parah jika zat sisa
metabolisme semakin tinggi dalam tubuh karena tidak efektif dalam
ekskresinya. Selain itu, pada fisiologis darah sendiri sering ada
gangguan anemia karena penurunan eritropoetin.
f) Sistem endokrin
Berhubungan dengan pola seksualitas, klien dengan gagal ginjal kronis
akan mengalami disfungsi seksualitas karena penurunan hormon
reproduksi. Selain itu, jika kondisi gagal ginjal kronis berhubungan
dengan penyakit diabetes melitus, makan akan ada gangguan dalam
sekresi insulin yang berdampak pada proses metabolisme.
g) Sistem Pencernaan
Gangguan sistem pencernaan lebih dikarenakan efek dari penyakit
(stress effect). Sering dittemukan anoreksia, nausea, vomit, dan diare.
h) Sistem Muskuluskeletal
Dengan penurunan/kegagalan fungsi sekresi pada ginjal maka
berdampak pada proses demineralisasi tulang, sehingga resiko
terjadinya osteoporosis tinggi.

b. Diagnosa Keperawatan
Setelah data terkumpul dan dikelompokkan menjadi data fokus sesuai dengan
keluhan dan kondisi pasien, kemudian penulis merumuskan diagnosa keperawatan
sesuai dengan masalah yang ada pada pasien. Diagnosa keperawatan adalah proses
menganalisis subjektif dan objektif yang telah diperoleh pada tahap pengkajian
untuk menegakkan diagnosa keperawatan.
Dalam buku ajar asuhan keperawatan sistem perkemihan didapatkan diagnosa
keperawatan yang terdiri atas :
a) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluaran urine, diet
berlebih dan retensi cairan serta natrium
b) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
anoreksia, mual, dan muntah, pembatasan diet, dan perubahan membrane
mukosa mulut
c) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan keletihan, anemia, retensi, produk
sampah.
d) Keruksakan integritas kulit berhubungan dengan pruritas, gangguan status
metabolic sekunder

c. Perencanaan Keperawatan
Setelah diagnosa keperawatan muncul, penulis membuat prioritas masalah.
Prioritas masalah mengacu pada hierarki “Maslow” serta yang mengancam
kehidupan pasien. Lalu membuat intervensi atau perencanaan keperawatan, adalah
suatu proses didalam pemecahan masalah yang merupakan keputusan awal tentang
sesuatu apa yang akan dilakukan, bagaimana dilakukan, kapan dilakukan, siapa
yang melakukan dari semua tindakan keperawatan. Rencana ini merupakan sarana
komunikasi yang utama, dan memelihara continuitas asuhan keperawatan klien
bagi seluruh anggota tim. Sesuai dengan pernyataan tersebut diketahui bahwa
dalam membuat perencanaan perlu mempertimbangkan tujuan, kriteria hasil yang
diperkirakan atau diharapkan dalam intervensi keperawatan.
Pedoman penulisan kriteria hasil berdasarkan SMART (Spesifik, Measurable,
Achieveble, Reasonable dan Time). Spesifik adalah berfokus pada klien.
Measurable adalah dapat diukur, dilihat, diraba, dirasakan dan dibau. Achieveble
adalah tujuan yang harus dicapai. Reasonable merupakan tujuan yang harus
dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Time adalah batasan pencapaian dalam
rentang waktu tertentu, harus jelas batasan waktunya. Sedangkan dalam buku ajar
asuhan keperawatan sistem perkemihan didapatkan diagnosa keperawatan sebagai
berikut :
a) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan fungsi ginjal
b) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
Pembatasan diit dan ketidakmampuan untuk mengabsorbsi
c) Keterbatasan aktivitas fisik berhubungan dengan Gangguan Metabolisme

No Tujuan dan Kriteria Rencana Tindakan Rasional


D Hasil
X
1. Setelah dilakukan 1. Kaji tanda-tanda 1. Untuk
tindakan keperawatan vital. mengetahui
pada Tn. X selama 3 keadaan umum
x 24 jam diharapkan 2. Monitor klien.
kelebihan volume intakeoutput. 2. Untuk
cairan dapat teratasi mengetahui
pemasukan dan
dengan krteria hasil :
3. Batasi dan pengeluaran
- Menunjukkan
jelaskan masukan cairan dalam 24
turgor kulit normal
cairan (dengan jam.
tanpa edema 3. Untuk
- Mempertahank minum 2
gelas / hari 600 cc) pembatasan
an pembatasan cairan
cairan 4. Anjurkan klien
- Melaporkan mencatat penggunaan
penurunan rasa cairan terutama
pemasukan dan 4. Untuk
haus
pengeluaran mengetahui
- Menunjukan
5. Kolaborasi keseimbangan
perubahanperubah
dengan dokter untuk intake dan output
an
berkurang nya pemberian obat
lila diuretik
- Seimbang
5. Untuk
anatara intake dan
mengurangi
output
penumpukan
cairan
2. Setelah dilakukan 1. Kaji status nutrisi 1. Menyediaka
tindakan keperawatan Pengukuran : n data dasar
pada Tn. X selama 3 a. Antropome untuk
x 24 jam diharapkan tri memantau
Perubahan nutrisi (Lila perut) perubahan dan
kurang dari b. Biokimia mengevaluasi
kebutuhan tubuh (Laboratorium) intervensi
berhubungan dapat c. Clinical
teratasi dengan (kondisi umum)
kriteria hasil : d. Dietary
(Recall intake)
- Tidak ada mual 2. Mengetahui
2. Monitor
- Lila perut perkembangan
laboratorium,
dalam batas hemoglobin, dan hasil
normal hematokrit laboratorium klien
- Hasil lab batas 3. Berikan makan
normal :
a. Hb : rendah protein 3. Untuk
13,2 – pemeliharaan,
17,3 g/dL dan perbaikan
b. Ht : 40 4. Anjurkan klien dan bagian yang
– 52 % keluarga untuk rusak pada
pembatasan diit ginjal.
4. Untuk
mencegah
kelebihan diit

No Tujuan dan Kriteria Rencana Tindakan Rasional


D Hasil
X
5. Kolaborasikan 5. Untuk
dengan dokter menghilangkan
dalam pemberian mual dan muntah
obat antiemetik
ondancentron 2 x
1 gr
6. Kolaborasikan 6. Agar kadar
dengan ahli gizi protein
pemberian diit seimbang
rendah protein
3. Setelah dilakukan 1. Dekatkan benda – 1. Klien dapat
tindakan keperawatan yang di butuhkan dengan mudah
pada Tn. X selama 3 x klien mengambil
24 jam diharapkan benda yang
keterbatasan aktivitas 2. Bantu aktivitas dibutuhkan
fisik dapat teratasi klien 2. Dengan
dengan kriteria hasil : meringankan
aktivitas yang
- Klien tidak
3. Libatkan keluarga tidak bisa di
kesulitan
dalam memenuhi lakukan klien
melakukan
kebutuhan 3. Keluarga
aktivitas
seharisehari dapat
- Luka ganggren
membantu
tidak meluas kebutuhan yang
4. Kolaborasi dengan
tidak bisa
dokter untuk
dilakukan klien
pemberian transfusi 4. Untuk
darah menambah
energi

d. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke
status kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang
diharapkan.

Hari/ Jam No Tindakan Keperawatan Paraf


Tanggal Diagnosa dan Hasil
Senin, 28 07.00 1, 1. Membatasi dan Dicky
Januari jelaskan masukan Arga
2019 cairan (dengan minum Yogaswara
2 gelas (600 cc)/24
jam
Ds : Klien mengatakan
minum 800 cc/24
jam
Do : Klien terlihat
belum paham
dalam
Hari/ Jam No Tindakan Keperawatan Paraf
Tanggal Diagnosa dan Hasil
pembatasan minum
/24 jam
10.00 1 2. Memonitor tanda-tanda Dicky
vital Arga
Ds : - Yogaswara
Do : Keadaan umum
Composmentis
TD: 130/80 mmHg
N : 98 x/menit
RR : 23 x/menit
S : 36,40C

11.00 2 3. Memberikan makan Dicky


diit rendah protein Ds Arga
: Yogaswara
- Klien
mengatakan
mual
- Klien
mengatakan
tidak nafsu
makan
- Klien
mengatakan
hanya
menghabiskan 3
sendok makan
Do :
- Klien terlihat
mual
- Klien tampak
tidak nafsu
makan
- Klien
menghabiskan
- 3 sendok makan
13.00 3 4. Mendekatkan benda – Dicky
yang di butuhkan klien Arga
Ds : Keluarga Yogaswara
mengatakan
aktivitas klien di
bantu oleh istrinya
Do :Klien terlihat di
bantu oleh istri dan
perawat

Hari / Jam No. Tindakan Paraf


Tanggal Diagnosa Keperawatan
dan Hasil
Selasa 08.00 1 1. Membatasi dan Dicky
29, jelaskan masukan Arga
Januari cairan (dengan minum Yogaswara
2 gelas (600 cc)/24
jam
Ds : klien mengatakan
minum 700
Hari / Jam No. Tindakan Paraf
Tanggal Diagnosa Keperawatan
dan Hasil
cc/24jam Dicky arga
Do : klien terlihat Yogaswara
belum paham
dalam pembatasan
minum
/24 jam
09.00 1 2. Menghitung Dicky
intakeoutput Arga
Ds : mengatakan Yogaswara
minum
200 ml 3/jam
Do :
- Klien tampak
bisa mengontrol
minum 200 ml/4
jam
- Tampak edema
grade + 4
- BAK : 200 ml
- Turgor kulit
kering
08.00 2 3. Memberikan makan Dicky
diit rendah protein Ds Arga
: Yogaswara
- Klien
mengatakan
mual
- Klien
mengatakan
tidak nafsu
makan
- Klien
mengatakan
hanya
menghabiskan 3
sendok makan
Do :
- Klien terlihat
mual
- Klien tampak
tidak nafsu
makan
- Klien
menghabiskan
- 3 sendok makan
10.30 3 4. Mendekatkan benda – Dicky
yang di butuhkan klien Arga
Ds : Keluarga Yogaswara
mengatakan
aktivitas klien di
bantu oleh istrinya
Do :Klien terlihat di
bantu oleh istri dan
perawat

Hari / Jam No. Tindakan Paraf


Tanggal Diagnosa Keperawatan
dan Hasil
11.00 1 5. Memonitor tanda-tanda Dicky
vital Arga
Ds : - Yogaswara
Do : Keadaan umum
Composmentis
TD: 130/80 mmHg
N : 98 x/menit
RR : 23 x/menit
S : 36,40C
Hari / Jam No. Tindakan Keperawatan Paraf
Tanggal Diagnosa dan Hasil
Rabu 30, 09.00 1 1. Menghitung intake- Dicky Arga
Januari output Ds : mengatakan Yogaswara
minum
200 ml 3/jam
Do :
- Output klien
terlihat 150 ml
- Tampak edema
grade + 4
- Turgor kulit
kering
08.00 2 2. Memberikan makan Dicky Arga
diit rendah protein Ds Yogaswara
:
- Klien mengatakan
tidak mual
- Klien mengatakan
nafsu makan
- Klien mengatakan
porsi makan habis
Do :
- Klien terlihat
tidak mual
- Klien tampak
nafsu makan
- Klien terlihat
porsi makan habis
10.30 3 3. Mendekatkan benda – Dicky Arga
yang di butuhkan klien Yogaswara
Ds : Keluarga
mengatakan
aktivitas klien di
bantu oleh istrinya
Do :Klien terlihat di
bantu oleh istri dan
perawat
Hari / Jam No. Tindakan Keperawatan Paraf
Tanggal Diagnosa dan Hasil
11.00 1 4. Memonitor tanda- Dicky Arga
tanda Yogaswara
vital
Ds : -
Do : Keadaan umum
Composmentis
TD: 130/80 mmHg
N : 98 x/menit
RR : 23 x/menit
S : 36,40C

e. Evaluasi Keperawatan
Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan terencana
tentang kesehatan klien dengan tujuanyang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara
berkesinambungan dengan melibatkan klien, keluarga, dan tenaga kesehatan
lainnya. Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai
tujuan yang disesuaikan dengan kriteria hasil pada tahap perencanaan (Setiadi,
2012). Metode yang digunakan adalah dengan SOAP (Subyektif, Obyektif,
Analisis, Planning). Untuk dapat mengetahui apakah masalah teratasi, teratasi
sebagian, belum teratasi atau timbul masalah baru.

No Hari/Tanggal Jam SOAP Paraf


1. Senin, 28 14.40 S : : Klien mengatakan minum Dicky
Januari 2019 800 Arga
cc/24 jam Yogaswara
O:
Keadaan umum
Composmentis
TD: 130/80 mmHg
N : 98 x/menit
RR : 23 x/menit
S : 36,40C
Klien terlihat belum paham
dalam pembatasan minum
600 cc/24 jam
A : Kelebihan volume cairan
belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi

- Monitor intake-output.
- Batasi dan jelaskan
masukan cairan (dengan
minum 2 gelas (600
cc)/24 Jam
- Anjurkan klien
mencatat
penggunaan
cairan terutama
pemasukan dan
pengeluaran
2. Senin 28, 20.00 S : Dicky
Januari 2019 - Klien mengatakan mual Arga
- Klien mengatakan tidak Yogaswara
nafsu makan
- Klien mengatakan hanya
menghabiskan 3 sendok
makan
O:
- Klien terlihat mual
- Klien tampak tidak
nafsu makan
- Klien menghabiskan 3
sendok makan
A : Perubahan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh
belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
- Kaji status nutrisi
Pengukuran :
Antropometri (Lila perut)
Biokimia
(Laboratorium)
Clinical (kondisi umum)
Dietary (Recall intake)
- Monitor laboratorium,
hemoglobin, dan
hematokrit
- Berikan makan rendah
protein
- Anjurkan klien dan
keluarga untuk
pembatasan diit
- Kolaborasikan dengan
dokter dalam
pemberian obat
antiemetik
ondancentron 4mg/dL.
- Kolaborasikan dengan
ahli gizi pemberian diit
P : Intervensi dilanjutkan
rendah protein
- Dekatkan benda – yang di
3. Senin 28, 20.00 S : Keluarga
butuhkanmengatakan
klien Dicky
Januari 2019 -aktivitas klien di bantu
Bantu aktivitas klien Arga
-oleh istrinya
Libatkan keluarga dalam
Yogaswara
memenuhi
O : Klien kebutuhan
terlihat dibantu oleh
sehari-sehari
istri dan perawat
- Kolaborasi dengan dokter
A : Keterbasan aktivitas
untuk pemberian fisik
transfusi
belum
darahteratasi

No Hari/Tanggal Jam SOAP Paraf


1. Selasa 29, 14.40 S : Klien mengatakan Dicky
Januari minum 700cc/24 Jam Arga
dan nila minum 200 ml Yogaswara
3/jam
O:
Keadaan umum
Composmentis
TD: 130/80 mmHg
N : 98 x/menit
RR : 23 x/menit
S : 36,40C
- Klien terlihat belum
paham dalam
pembatasan minum /24
jam
- Tampak edema grade +
4
- Bak 200 cc/24 jam
A : Kelebihan volume cairan
belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi -
Monitor intake-output.
- Batasi dan jelaskan
masukan cairan
(dengan minum 2
gelas (600 cc)/24 Jam
- Anjurkan klien
mencatat penggunaan
cairan terutama
pemasukan dan
pengeluaran
2. Selasa 20.00 S : Klien Dicky
30, - mengataka Arga
2019 - n mual Yogaswara
- Klien
O: mengataka
- n tidak
- nafsu
makan
Klien
mengataka
n
menghabis
kan 3
sendok
makan

Klien terlihat mual


Klien tampak tidak
nafsu makan
- Klien menghabiskan 3
sendok makan
A : Perubahan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh
belum teratasi
P : Intervensi
dilanjutkan - Kaji
status nutrisi
Pengukuran :
Antropometri (Lila
perut)
Biokimia
(Laboratorium)
Clinical (kondisi
umum)
Dietary (Recall intake)
- Monitor laboratorium,
hemoglobin, dan
hematokrit
- Berikan makan rendah
protein
- Anjurkan klien dan
keluarga untuk
pembatasan diit
- Kolaborasikan dengan
dokter dalam
pemberian
obat antiemetik
ondancentron 4mg/dL.
- Kolaborasikan dengan
ahli gizi pemberian diit
rendah protein
3. Selasa 30, 20.00 S : Keluarga mengatakan Dicky
Januari 2019 aktivitas klien di bantu Arga
oleh istrinya Yogaswara
O : Klien terlihat dibantu oleh
istri dan perawat
A : Keterbasan aktivitas fisik
belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
- Dekatkan benda – yang
di butuhkan klien
- Bantu aktivitas klien
- Libatkan keluarga dalam
memenuhi kebutuhan
sehari-sehari
- Kolaborasi dengan
dokter untuk pemberian
transfusi darah
No Hari/Tanggal Jam SOAP Paraf
1. Rabu 30, 14.40 S : Mengatakan minum 200 ml Dicky
Januari 2019 4 Arga
/jam Yogaswara
O:
- Output klien terlihat 150
ml
- Tampak edema grade + 4
Turgor kulit kering
A : Kelebihan volume cairan
belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
- Monitor intake-
output.
- Batasi dan
jelaskan
masukan
cairan
(dengan
minum 2
gelas (600
cc)/24 Jam
- Anjurkan
klien
mencatat
penggunaa
n cairan
terutama
pemasukan
dan
pengeluara
n
2. Rabu 30, 20.00 S : Klien mengatakan Dicky
Januari 2019 - tidak mual Arga
- Klien mengatakan Yogaswara
- nafsu makan
O: Klien
mengatakanporsi
- makan habis
-
-
A: Klien terlihat tidak
P: mual Klien tampak
nafsu
Intervensi
makan
- Klien terlihat porsi
makan habis
Perubahan
nutrisi
kurang dari
kebutuhan
tubuh
teratasi di
pertahankan

3. Rabu 30, 20.00 S : Keluarga mengatakan Dicky


Januari 2019 aktivitas klien di bantu Arga
oleh istrinya Yogaswara
O : Klien terlihat dibantu oleh
istri dan perawat
A : Keterbasan aktivitas fisik
belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
- Dekatkan benda – yang
di butuhkan klien
- Bantu aktivitas klien
- Libatkan keluarga dalam
memenuhi kebutuhan
sehari-sehari
- Kolaborasi dengan dokter
untuk pemberian
transfusi darah
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. (2010). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC
Long, B C. (1996). Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses Keperawatan) Jilid
3. Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan

Muttaqin, Arif dan Kumalasari.2011.Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem


Perkemihan.Jakarta : Salemba Medika.

Syamsudin.2011.Buku Ajar Farmakoterapi Kardoivaskuler dan Renal.Jakarta : Salemba


Medika.

Anda mungkin juga menyukai