Disusun oleh :
Dicky Arga Y
1820008
B. ETIOLOGI
a. Infeksi misalnya pielonefritis kronik, glomerulonefritis
b. Penyakit vaskuler hipertensif misalnya nefrosklerosis benigna, nefrosklerosis
maligna, stenosis arteria renalis
c. Gangguan jaringan penyambung misalnya lupus eritematosus sistemik,
poliarteritis nodosa,sklerosis sistemik progresif
d. Gangguan kongenital dan herediter misalnya penyakit ginjal polikistik,asidosis
tubulus ginjal
e. Penyakit metabolik misalnya DM, gout, hiperparatiroidisme,amiloidosis
f. Nefropati toksik misalnya penyalahgunaan analgesik,nefropati timbal
g. Nefropati obstruktif misalnya saluran kemih bagian atas: kalkuli neoplasma,
fibrosis netroperitoneal. Saluran kemih bagian bawah: hipertropi prostat, striktur
uretra, anomali kongenital pada leher kandung kemih dan uretra.
h. Batu saluran kencing yang menyebabkan hidrolityasis
C. PATOFISIOLOGI
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus dan
tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron-nefron
yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai
reabsorpsi walaupun dalam keadaan penurunan GFR / daya saring. Metode adaptif ini
memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari nefron–nefron rusak. Beban
bahan yang harus dilarut menjadi lebih besar daripada yang bisa direabsorpsi
berakibat diuresis osmotik disertai poliuri dan haus. Selanjutnya karena jumlah nefron
yang rusak bertambah banyak oliguri timbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana
timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas
kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80% - 90%. Pada tingkat ini
fungsi renal yang demikian nilai kreatinin clearance turun sampai 15 ml/menit atau
lebih rendah itu.
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya
diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan
mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah maka
gejala akan semakin berat. Banyak gejala uremia membaik setelah dialisis.
D. KLASIFIKASI
Gagal ginjal kronik dibagi 3 stadium :
a. Stadium 1 : penurunan cadangan ginjal, pada stadium kadar kreatinin serum
normal dan penderita asimptomatik.
b. Stadium 2 : insufisiensi ginjal, dimana lebihb dari 75 % jaringan telah rusak,
Blood Urea Nitrogen ( BUN ) meningkat, dan kreatinin serum meningkat.
c. Stadium 3 : gagal ginjal stadium akhir atau uremia.
K/DOQI merekomendasikan pembagian CKD berdasarkan stadium dari tingkat
penurunan LFG :
a. Stadium 1 : kelainan ginjal yang ditandai dengan albuminaria persisten dan LFG
yang masih normal ( > 90 ml / menit / 1,73 m2
b. Stadium 2 : Kelainan ginjal dengan albuminaria persisten dan LFG antara 60-89
mL/menit/1,73 m2
c. Stadium 3 : kelainan ginjal dengan LFG antara 30-59 mL/menit/1,73m2
d. Stadium 4 : kelainan ginjal dengan LFG antara 15-
29mL/menit/1,73m2
e. Stadium5 : kelainan ginjal dengan LFG < 15mL/menit/1,73m2 atau gagal ginjal
terminal.
E. WOC / PATHWAY
reaksi arteriosklerosis tertimbun ginjal Retensi urin batu besar dan iritasi / cidera
antigen kasar jaringan
antibodi suplai darah ginjal menekan saraf hematuria
turun perifer
anemia
nyeri pinggang
GFR turun
CKD
G. KOMPLIKASI
Gagal ginjal kronis dapat memicu sejumlah komplikasi, antara lain:
a. Gangguan elektrolit, seperti penumpukan fosfor dan hiperkalemia atau kenaikan
kadar kalium yang tinggi dalam darah.
b. Penyakit jantung dan pembuluh darah.
c. Penumpukan kelebihan cairan di rongga tubuh, misalnya edema paru atau asites.
d. Anemia atau kekurangan sel darah merah.
e. Kerusakan sistem saraf pusat dan menimbulkan kejang.
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan lab.darah
- hematologi
Hb, Ht, Eritrosit, Lekosit, Trombosit - RFT ( renal fungsi test ) ureum dan
kreatinin
- LFT (liver fungsi test )
- Elektrolit
Klorida, kalium, kalsium
- koagulasi studi
PTT, PTTK
- BGA
b. Urine
- urine rutin
- urin khusus : benda keton, analisa kristal batu
c. pemeriksaan kardiovaskuler
- ECG
- ECO
d. Radidiagnostik
- USG abdominal
- CT scan abdominal
- BNO/IVP, FPA
- Renogram
- RPG ( retio pielografi )
I. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
Penatalaksanaan keperawatan pada pasien dengan CKD dibagi tiga yaitu :
a. Konservatif
- Dilakukan pemeriksaan lab.darah dan urin
- Observasi balance cairan
- Observasi adanya odema
- Batasi cairan yang masuk
b. Dialysis
- peritoneal dialysis
biasanya dilakukan pada kasus – kasus emergency.
Sedangkan dialysis yang bisa dilakukan dimana saja yang tidak
bersifat akut adalah CAPD ( Continues Ambulatori Peritonial
Dialysis )
- Hemodialisis
Yaitu dialisis yang dilakukan melalui tindakan infasif di vena dengan
menggunakan mesin. Pada awalnya hemodiliasis dilakukan melalui daerah
femoralis namun untuk mempermudah maka dilakukan :
c. Operasi
- Pengambilan batu
- transplantasi ginjal
d) Sistem Perkemihan
Dengan gangguan/kegagalan fungsi ginjal secara kompleks (filtrasi,
sekresi, reabsorbsindan eekskresi), maka manifestasi yang paling
menonjol adalah penurunan urine < 400 ml/hari bahkan sampai pada
anuria (tidak adanya urine output).
e) Sistem Hematologi
Ditemukan adanya friction pada kondisi uremia berat. Selain itu,
biasanya terjadi TD meningkat, akral dingin, CRT > 3 detik. Palpatasi
jantung, chest pain, dsypneu, gangguan irama jantung dan gangguan
sirkulasi lainnya. Kondisi ini akan semakin parah jika zat sisa
metabolisme semakin tinggi dalam tubuh karena tidak efektif dalam
ekskresinya. Selain itu, pada fisiologis darah sendiri sering ada
gangguan anemia karena penurunan eritropoetin.
f) Sistem endokrin
Berhubungan dengan pola seksualitas, klien dengan gagal ginjal kronis
akan mengalami disfungsi seksualitas karena penurunan hormon
reproduksi. Selain itu, jika kondisi gagal ginjal kronis berhubungan
dengan penyakit diabetes melitus, makan akan ada gangguan dalam
sekresi insulin yang berdampak pada proses metabolisme.
g) Sistem Pencernaan
Gangguan sistem pencernaan lebih dikarenakan efek dari penyakit
(stress effect). Sering dittemukan anoreksia, nausea, vomit, dan diare.
h) Sistem Muskuluskeletal
Dengan penurunan/kegagalan fungsi sekresi pada ginjal maka
berdampak pada proses demineralisasi tulang, sehingga resiko
terjadinya osteoporosis tinggi.
b. Diagnosa Keperawatan
Setelah data terkumpul dan dikelompokkan menjadi data fokus sesuai dengan
keluhan dan kondisi pasien, kemudian penulis merumuskan diagnosa keperawatan
sesuai dengan masalah yang ada pada pasien. Diagnosa keperawatan adalah proses
menganalisis subjektif dan objektif yang telah diperoleh pada tahap pengkajian
untuk menegakkan diagnosa keperawatan.
Dalam buku ajar asuhan keperawatan sistem perkemihan didapatkan diagnosa
keperawatan yang terdiri atas :
a) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluaran urine, diet
berlebih dan retensi cairan serta natrium
b) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
anoreksia, mual, dan muntah, pembatasan diet, dan perubahan membrane
mukosa mulut
c) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan keletihan, anemia, retensi, produk
sampah.
d) Keruksakan integritas kulit berhubungan dengan pruritas, gangguan status
metabolic sekunder
c. Perencanaan Keperawatan
Setelah diagnosa keperawatan muncul, penulis membuat prioritas masalah.
Prioritas masalah mengacu pada hierarki “Maslow” serta yang mengancam
kehidupan pasien. Lalu membuat intervensi atau perencanaan keperawatan, adalah
suatu proses didalam pemecahan masalah yang merupakan keputusan awal tentang
sesuatu apa yang akan dilakukan, bagaimana dilakukan, kapan dilakukan, siapa
yang melakukan dari semua tindakan keperawatan. Rencana ini merupakan sarana
komunikasi yang utama, dan memelihara continuitas asuhan keperawatan klien
bagi seluruh anggota tim. Sesuai dengan pernyataan tersebut diketahui bahwa
dalam membuat perencanaan perlu mempertimbangkan tujuan, kriteria hasil yang
diperkirakan atau diharapkan dalam intervensi keperawatan.
Pedoman penulisan kriteria hasil berdasarkan SMART (Spesifik, Measurable,
Achieveble, Reasonable dan Time). Spesifik adalah berfokus pada klien.
Measurable adalah dapat diukur, dilihat, diraba, dirasakan dan dibau. Achieveble
adalah tujuan yang harus dicapai. Reasonable merupakan tujuan yang harus
dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Time adalah batasan pencapaian dalam
rentang waktu tertentu, harus jelas batasan waktunya. Sedangkan dalam buku ajar
asuhan keperawatan sistem perkemihan didapatkan diagnosa keperawatan sebagai
berikut :
a) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan fungsi ginjal
b) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
Pembatasan diit dan ketidakmampuan untuk mengabsorbsi
c) Keterbatasan aktivitas fisik berhubungan dengan Gangguan Metabolisme
d. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke
status kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang
diharapkan.
e. Evaluasi Keperawatan
Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan terencana
tentang kesehatan klien dengan tujuanyang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara
berkesinambungan dengan melibatkan klien, keluarga, dan tenaga kesehatan
lainnya. Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai
tujuan yang disesuaikan dengan kriteria hasil pada tahap perencanaan (Setiadi,
2012). Metode yang digunakan adalah dengan SOAP (Subyektif, Obyektif,
Analisis, Planning). Untuk dapat mengetahui apakah masalah teratasi, teratasi
sebagian, belum teratasi atau timbul masalah baru.
- Monitor intake-output.
- Batasi dan jelaskan
masukan cairan (dengan
minum 2 gelas (600
cc)/24 Jam
- Anjurkan klien
mencatat
penggunaan
cairan terutama
pemasukan dan
pengeluaran
2. Senin 28, 20.00 S : Dicky
Januari 2019 - Klien mengatakan mual Arga
- Klien mengatakan tidak Yogaswara
nafsu makan
- Klien mengatakan hanya
menghabiskan 3 sendok
makan
O:
- Klien terlihat mual
- Klien tampak tidak
nafsu makan
- Klien menghabiskan 3
sendok makan
A : Perubahan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh
belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
- Kaji status nutrisi
Pengukuran :
Antropometri (Lila perut)
Biokimia
(Laboratorium)
Clinical (kondisi umum)
Dietary (Recall intake)
- Monitor laboratorium,
hemoglobin, dan
hematokrit
- Berikan makan rendah
protein
- Anjurkan klien dan
keluarga untuk
pembatasan diit
- Kolaborasikan dengan
dokter dalam
pemberian obat
antiemetik
ondancentron 4mg/dL.
- Kolaborasikan dengan
ahli gizi pemberian diit
P : Intervensi dilanjutkan
rendah protein
- Dekatkan benda – yang di
3. Senin 28, 20.00 S : Keluarga
butuhkanmengatakan
klien Dicky
Januari 2019 -aktivitas klien di bantu
Bantu aktivitas klien Arga
-oleh istrinya
Libatkan keluarga dalam
Yogaswara
memenuhi
O : Klien kebutuhan
terlihat dibantu oleh
sehari-sehari
istri dan perawat
- Kolaborasi dengan dokter
A : Keterbasan aktivitas
untuk pemberian fisik
transfusi
belum
darahteratasi
Carpenito, Lynda Juall. (2010). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC
Long, B C. (1996). Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses Keperawatan) Jilid
3. Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan