Anda di halaman 1dari 26

CRITICAL JURNAL REVIEW

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MENGGUNAKAN METODE


BERCERITA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

Disusun Oleh :

NAMA : GRACE DEBORA BR SEMBIRING


NIM : 2203111050
KELAS : REGULER C

PRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa .karena berkat dan rahmat-Nya penulis
dapat menyelesaikan tugas Critical Jurnal Review (CJR) tepat pada waktunya . Adapun
tujuan dibuat nya penulisan “Critical Jurnal Review” ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Keterampilan Bahasa Produktif. Dengan membuat tulisan ini, penulis harapkan
pembaca dapat memahami isi yang penulis tulis.

Dalam penyelesaian laporan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyusun Critical Jurnal
Review ini, karena berkat dari berbagai pihak yang telah membantu penulis menyusun
Critical Jurnal Review dengan baik.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih banyak kekurangan dan kelemahan, baik
dalam isi maupun sistematiknya. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan
wawasan penulis. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran untuk
menyempurnakan tulisan ini. Akhir kata penulis mengharapkan semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.

Medan, 12 Oktober 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................

DAFTAR ISI...................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................

A. Rasionalisasi Pentingnya CJR..............................................................


B. Tujuan Penulisan CJR...........................................................................
C. Manfaat CJR.........................................................................................
D. Identitas Jurnal......................................................................................

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................

BAB III PENUTUP.........................................................................................

A. Simpulan...............................................................................................
B. Saran ....................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

A. Rasionalisasi pentingnya CJR

Seseorang sering mengalami keraguan dalam memilih journal untuk dibaca, dipahami
serta dipelajari. Karena terdapat pula jurnal-jurnal yang menurut kita memiliki kekurangan
ataupun kelemahan. Misalnya kelemahan dari segi analisis bahasa, keefektifan kalimat, serta
pembahasanya. Oleh karena itu, penulis membuat Critical Journal Review ini untuk
mempermudah pembaca dalam memilih jurnal khususnya dalam pokok pembahasan tentang
Metode Berbicara Efektif Untuk Siswa Sekolah Dasar.

B. Tujuan penulisan CJR

Bertujuan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Keterampilan Bahasa Produktif, krit
is dan apresiatif serta menganalisis atau mengkritisi jurnal yang membahas tentang
Metode Berbicara Untuk Siswa Dasar. Sehingga penulis dapat meningkatkan kemampuan
dalam membaca jurnal serta mengkritisi, dan menganalisis sebuah jurnal. Mencari informasi
yang terdapat pada jurnal serta melatih diri untuk berpikir kritis dalam mencari informasi
yang diberikan oleh penulis dalam jurnal yang ditulisnya.

C. Manfaat CJR

Bermanfaat untuk menambah wawasan tentang Metode – Metode Berbicara Siswa –


Siswi Dasar, mengetahui informasi yang terdapat dalam jurnal. Meningkatkan kemampuan
penulis untuk menganalisis atau mengkrtisi jurnal yang berbeda.
D. IDENTITAS JURNAL

Jurnal Utama

Judul PENINGKATAN KETERAMPILAN


BERBICARA MENGGUNAKAN METODE
BERCERITA SISWA KELAS V SEKOLAH
DASAR
Jurnal JOURNAL OF SCIENCE AND SOCIAL
RESEARCH
ISSN ISSN 2615 – 3262 (Online)
Volume dan Halaman II (1): 7 – 11
Tahun 2019
Penulis Sri Rezki Maulina Azmi
Reviewer Thoibun A’laisidi Siregar
Tanggal Januari

Jurnal Pembanding

Judul Peningkatan Keterampilan Berbicara melalui


Metode Bercerita Siswa Kelas III SD Negeri 1
Beringin Jaya Kecamatan Bumi Raya
Kabupaten Morowali
Jurnal Jurnal Kreatif Tadulako Online
ISSN ISSN 2354-614X
Volume dan Halaman Vol. 2 No. 4
Tahun -
Penulis Suwarti Ningsih
Reviewer Thoibun A’laisidi Siregar
Tanggal -
BAB II
ANALISIS JURNAL

JURNAL UTAMA

1. Judul PENINGKATAN KETERAMPILAN


BERBICARA MENGGUNAKAN METODE
BERCERITA SISWA KELAS V SEKOLAH
DASAR
2. Jurnal JOURNAL OF SCIENCE AND SOCIAL
RESEARCH
3. Volume dan Halaman II (1): 7 – 11
4. Tahun 2019
5. Penulis Sri Rezki Maulina Azmi
6. Reviewer Thoibun A’laisidi Siregar
7. Tanggal February
8. Abstrak Penelitian Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini bertujuan
untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa
kelas V SD Negeri 010145 Labuhan Ruku tahun
pelajaran 2018/2019 khususnya. Penelitian
tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus,
pada siswa kelas V SD Negeri 010145 Labuhan
Ruku tahun pelajaran 2018/2019 yang berjumlah
16 orang sebagai subjek penelitian. Metode
pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah: (1) tes, (2) observasi, dan
(3) dokumentasi. Teknik analisis data statistik
deskriptif digunakan untuk menganalisis data
kuantitaif yaitu nilai rerata, sedangkan untuk
analisis data kualitatif digunakan model alur.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan
metode bercerita dapat meningkatkan aktivitas
pembelajaran dan keterampilan berbicara.

9 Pendahuluan Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar


berkomunikasi. Oleh karena tu, pembelajaran
bahasa Indonesia hendaknya diarahkan untuk
meningkatkan kemampuan dan keterampilan
peserta didik dalam berkomunikasi dengan bahasa
Indonesia yang baik dan benar, secara lisan
maupun tertulis. Ruang lingkup mata pelajaran
bahasa Indonesia meliputi empat aspek
keterampilanberbahasa, yaitu mendengarkan,
berbicara, membaca, dan menulis. Keempat aspek
tersebut merupakan aspek yang terintegrasi dalam
pembelajaran walaupun pada penyajiannya dalam
silabus keempatnya masih dapat dipisahkan. Dari
keempat aspek keterampilan berbahasa tersebut di
atas, keterampilan berbicara merupakan
keterampilan "aktif produktif', yaitu berkenaan
dengan kegiatan menggunakan bahasa.
Keterampilan berbicara sama halnya dengan ketiga
aspekketerampilan berbahasa yang lain tidaklah
datang secara otomatis melainkan harus melalui
latihan dan praktik yang banyak dan teratur.
Keterampilan berbahasa hanya dapat diraih dengan
melakukan kegiatan berbahasa terus-menerus.
Siswa perlu dibawa ke pengalaman melakukan
kegiatan berbahasa dalam konteks yang
sesungguhnya (1997).
Selama ini terkait proses pembelajaran berbicara,
guru belum menggunakan metode yang sesuai.
Salah satu upaya untuk meningkatkan keterampilan
berbicara yaitu menggunakan metode yang tepat.
Metode yang dirasa tepat adalah metode bercerita.
Menurut Tadkiroatun Musfiroh (2005)
mengemukakan metode bercerita dapat memacu
kecerdasan linguistik. Metode ini akan mendorong
siswa memiliki kemampuan verbal yang sangat
esensial dalam kehidupan manusia. Tidak hanya
itu, dari bercerita, siswa akan belajar tata cara
berdialog dan bernarasi. Metode ini mendorong
siswa untuk senang bercerita atau berbicara.
Setelah memperoleh pengalaman bercerita, siswa
akan berpikir untuk menunjukkan eksistensi diri.
Hal ini memacu siswa untuk belajar berbicara lebih
baik lagi. Berdasarkan latar belakang masalah
tersebut, diketahui bahwa Metode bercerita dapat
meningkatkan keterampilan berbicara. Oleh
karenanya peneliti tertarik untuk mengadakan
penelitian dengan judul “(meningkatkan
keterampilan berbicara menggunakan metode
bercerita).”
10 Metode Penelitian Jenis penelitian ini termasuk jenis penelitian
tindakan kelas (Classroom ActionResearch).
Pemilihan jenis penelitian ini merupakan upaya
dalam meningkatkan efektifitas pembelajaran yang
berlangsung dalam tahapan/siklus. Melalui
penelitian tindakan kelas (PTK) ini, diharapkan
permasalahan pendidikan dan pembelajaran dapat
dikaji, ditingkatkan dan dituntaskan, sehingga
proses pendidikan dan pembelajaran yang inovatif
dan hasil belajar yang lebih baik, dapat diwujudkan
secara sistematis. Analisis data yang digunakan
dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini,
menggunakan deskriptif kuantitatif dan kualitatif.
Analisis data kuantitatif dengan statistik deskriptif
untuk mencari nilai rerata. Menurut Sutrisno Hadi
(2004: 41) rumus mencari rerata adalah sebagai
berikut. Rumus :
Mean = (∑X)/N
Keterangan :
Mean = nilai rata-rata
∑x = jumlah seluruh nilai
N = jumlah siswa
Dalam penelitian ini, antara peneliti dan guru kelas
V SD Negeri 010145 Labuhan Ruku mengadakan
kolaborasi untuk menentukan kriteria yang
digunakan dalam keberhasilan suatu pembelajaran.
Kriteria yang yang digunakan adalah sebagai
berikut.
1. Untuk memberikan makna terhadap keberhasilan
setelah pelaksanaan, maka digunakan kriteria
evaluasi yang bersifat absolut yaitu suatu tindakan
dibandingkan dengan standar minimal yang
ditentukan. Jika telah ditentukan tersebut, tindakan
dinyatakan berhasil (Syaiful Bahri Djamarah dan
Zain Aswan, 2006: 107).
2. Untuk memberikan makna terhadap peningkatan
kualitas yang normatif yaitu jika keadaan setelah
dilakukan tindakan lebih baik dari kondisi awal,
maka tindakan dinyatakan berhasil baik, tetapi jika
perilaku lebih buruk dari sebelumnya dinyatakan
tidak berhasil.
11 Hasil dan Pembahasan Pada tahapan siklus I, dari kegiatan siswa yang
diamati, terlihat masih ada beberapa siswa yang
tidak mempunyai motivasi untuk mengikuti
pembelajaran. Hal itu tampak dari sikap siswa yang
tidak bersemangat dan tidak memperhatikan
penjelasan guru.
Beberapa siswa tidak berani bertanya terkait cerita
yang belum dipahami. Beberapa siswa tidak
menyimak saat guru memberikan contoh bercerita
dan saat siswa lain bercerita. Siswa juga kurang
memanfaatkan waktunya untuk berlatih bercerita
dan saat bercerita di depan kelas. Beberapa siswa
masih malu, raguragu, dan kurang percaya diri.
Pembelajaran keterampilan berbicara pada siswa
kelas V SD Negeri 010145 Labuhan Ruku
menunjukkan peningkatan melalui penggunaan
metode bercerita. Dalam menilai keterampilan
berbicara siswa digunakan penilaian per aspek.
Masing-masing aspek dinilai dengan memberikan
skor. Pemberian skor tersebut mengacu pada
instrumen penilaian yang telah disediakan.
Peningkatan aktivitas siswa yang diperoleh pada
siklus I sebesar 69%. Hal ini meningkat sebesar 19
dari kondisi awal yaitu 50%. Dapat diketahui juga
bahwa nilai siswa mengalami peningkatan pada
siklus I dibandingkan dengan kondisi awal.
Peningkatan keterampilan siswa dalam berbicara
sebesar 7,28 dari kondisi awal 65,18 meningkat
pada siklus I menjadi 72,46. Siswa yang tuntas
pada kondisi awal adalah 31,25% yaitu hanya 5
siswa. Nilai rata-rata keterampilan berbicara adalah
65,18. Nilai tertinggi 76 dan nilai terendah adalah
41.
Pada tahapan siklus II, aktivitas siswa mengalami
peningkatan. Siswa tampak antusias untuk
mengikuti pembelajaran. Siswa menyimak saat
guru memberikan contoh bercerita. Siswa
semangat berlatih bercerita dengan kelompoknya.
Dan saat bercerita di depan kelas, siswa bercerita
dengan penuh kesungguhan. Peningkatan aktivitas
siswa dapat dilihat dari masingmasing pertemuan
pada masing-masing siklus. Pembelajaran
keterampilan berbicara pada siswa kelas V SD
Negeri 010145 Labuhan Ruku , menunjukkan
peningkatan melalui penggunaan metode bercerita.
Dalam menilai keterampilan berbicara siswa
digunakan penilaian per aspek. Masingmasing
aspek dinilai dengan memberikan skor. Pemberian
skor tersebut mengacu pada instrumen penilaian
yang telah disediakan. Peningkatan aktivitas siswa
yang diperoleh pada siklus II sebesar 85%. Dalam
hal ini, siswa yang belum tuntas tersebut dapat
disebabkan karena faktor keluarga yaitu pola asuh
dan kasih sayang orang tua. Orang tua merupakan
area terdekat pada individu. Orang tua
merupakanarea terdekat pada individu. Bagaimana
individu terbentuk tentunya didapat dari
pembiasaan-pembiasaan yang terjadi pada situasi
rumah. Orang tua memiliki peran yang penting
agar anak memiliki kemampuan berbicara dan
berbahasa. Banyak orang tua tidak menyadari
bahwa cara berkomunikasi dapat membuat anak
tidak memiliki banyak perbendaharaan katakata,
kurang dipacu untuk berpikir logis, analisa, dan
membuat kesimpulan. Orang tua yang mengasuh
anak dengan kasih sayang yang cukup, selalu
mengajak anak berinteraksi dan berkomunikasi.

12 Kesimpulan 1. Peningkatan Aktivitas Siswa Proses


pembelajaran berbicara siswa kelas V SD Negeri
010145 Labuhan Ruku menggunakan metode
bercerita mengalami peningkatan. Metode bercerita
dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran yang
ditunjukkan dengan beberapa aspek, yaitu siswa
bersemangat untuk membaca cerita yang dipilihkan
oleh guru. Siswa memperhatikan contoh guru
bercerita. Peningkatan aktivitas siswa siklus I
sebesar 19 pada kondisi awal 50% meningkat
menjadi 69% dan pada siklus II meningkat sebesar
35 pada kondisi awal 50% meningkat menjadi
85%.

2. Peningkatan Keterampilan Berbicara Siswa


Hasil penelitian yang dilaksanakan di kelas V SD
Negeri 010145 Labuhan Ruku menggunakan
metode bercerita dapat meningkatkan keterampilan
berbicara. Peningkatan keterampilan berbicara
pada siklus I sebesar 7,28 pada kondisi awal 65,18
meningkat menjadi 72,46 dan pada siklus II
meningkat sebesar 14,84 pada kondisi awal 65,18
meningkat menjadi 80,02. Jumlah siswa yang
memenuhi nilai KKM mengalami peningkatan.
Jumlah siswa yang tuntas siklus I sebanyak 7 siswa
atau sebesar 43,75%. Jumlah siswa yang tuntas
pada siklus II sebanyak 14 siswa atau sebesar
87,5%. Peningkatan aktivitas dan keterampilan
berbicara karena beberapa hal yaitu:
a) pemilihan tema cerita yang menarik dan
berbeda,
b) siswa berpartisipasi dan aktif selama
pembelajaran, dan
c) guru membimbing siswa selama pembelajaran.

Hal tersebut menjadikan aktivitas siswa meningkat


dan tentu saja keterampilan berbicara siswa juga
meningkat. Siswa telah melaksanakan langkah-
langkah pembelajaran menggunakan metode
bercerita, menggunakan aspek kebahasaan dan non
kebahasaan saat bercerita. Aspek kebahasaan yang
tersebut adalahtekanan, ucapan, kosakata/diksi, dan
struktur kalimat. Aspek nonkebahasaan
kelancaran,keberanian, pengungkapan materi
wicara, dan sikap.
13 Daftar Pustaka Abbas, S. 2006. Pembelajaran BahasaIndonesia
yangEfektif di SD.Yogyakarta: Depdiknas.
Cox, C.1998. Teaching language arts (astudent
and response-centeredclassroom). New
York: A
ViacomCompany.
Haryadi. 1997. Berbicara (Suatu Pengantar)
DiktatPerkuliahan: IKIPYogyakarta.
Hopkins, D. 2011. Panduan Guru Penelitian
Tindakan Kelas, ATeacher’s Guide
TClassroom Research.
Yogyakarta:Pustaka Pelajar
Izzaty, R.E. 2008. Perkembangan PesertaDisik.
Yogyakarta: UNY
Press.Sudijono, A. 2012. PengantarEvaluasi
Pendidikan. Jakarta:Rajawali Pers.

JURNAL PEMBANDING
1 Judul Peningkatan Keterampilan Berbicara melalui
Metode Bercerita Siswa Kelas III SD Negeri 1
Beringin Jaya Kecamatan Bumi Raya Kabupaten
Morowali
2 Jurnal Jurnal Kreatif Tadulako Online
3 Volume dan Halaman Vol. 2 No. 4
4 Tahun 2014
5 Penulis Suwarti Ningsih
6 Reviewer Thoibun A’laisidi Siregar
7 Tanggal -
8 Abstrak Penelitian Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
apakah keterampilan berbicara siswa dapat
ditingkatkan melalui metode bercerita. Penelitian
ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan
berbicara siswa dan membantu siswa kelas III SD
Negeri 1 Beringin Jaya. Penelitian ini
menggunakan metode bercerita. Jenis penelitian
ini adalah penelitian tindakan kelas yang
dilaksanakan dalam 2 siklus, yang terdiri atas
Kegiatan Awal, Kegiatan Inti dan kegiatan akhir.
Data yang diperoleh dalam penelitian ini meliputi
hasil belajar siswa yang diambil dari pemberian
tes bercerita di depan kelas, kemampuan guru
dalam pengelolaan pembelajaran yang diambil
dari lembar observasi kegiatan guru, aktivitas
siswa yang diambil dari lembar observasi kegiatan
siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada
tindakan siklus I terdapat 15 orang siswa yang
tuntas secara individu dari 25 siswa sehingga
presentase ketuntasan klasikal 60% dan daya
serap individu sebesar 64,28% sedangkan hasil
observasi aktivitas siswa 62,5% dan observasi
aktivitas guru 87,5% dengan kategori cukup. Pada
tindakan siklus II terdapat 22 siswa yang tuntas
secara invidu sehingga presentase ketuntasan
klasikal 88% dan daya serap individu 79,94%
sedangkan hasil observasi aktivitas siswa 87,5%
dan hasil observasi guru 85,7% dengan kategori
sangat baik. Hal ini berarti pembelajaran pada
siklus II telah memenuhi indikator keberhasilan
sehingga dapat disimpulkan bahwa perbaikan
pembelajaran dengan menggunakan metode
Bercerita dapat meningkatkan keterampilan
berbicara siswa pada mata pelajaran bahasa
Indonesia di kelas III SD Negeri I Beringin Jaya.
9 Pendahuluan Bahasa merupakan sarana manusia untuk
menyampaikan pemikiran atau penalaran, sikap
dan perasaannya. Khususnya kemampuan
menggunakan bahasa, tidaklah merupakan
kemampuan yang bersifat alamiyah, seperti
bernapas. Kemampuan ini tidak dibawasejak lahir
dan tidak dapat dikuasai dengan sendirinya
melainkan harus dipelajari. Fungsi bahasa,
khususnya bahasa Indonesia.
Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah
dasar mendapatkan alokasi waktu yang cukup.
Dalam pembelajaran tersebut diberikan
pengetahuan dan keterampilan berbahasa yang
meliputi mendengarkan atau menyimak, berbicara,
membaca dan menulis. Kesemuaanya itu
dimaksudkan untuk dapat memahami pengetahuan
mengungkapkan pikiran dan perasaan serta
pengalaman, baik secara lisan maupun tertulis
(KTSP, SK dan KD tingkat SD tahun 2006:18).
Pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar
mempunyai peranan yang sangat penting bagi
siswa dalam membentuk kebiasaan, sikap, serta
kemampuan dasar yang diperlukan untuk
perkembangan selanjutnya, selain itu pembelajaran
bahasa Indonesia harus dapat membantu siswa
dalam mengembangkan kemampuan bahasa yang
diperlukan, bukan saja untuk komunikasi
melainkan untuk menyerap berbagai nilai serta
pengetahuan yang dipelajari.
Berdasarkan hal di atas, peneliti memilih
metode bercerita untuk dijadikan sebagai strategi
dan salah satu upaya dalam meningkatkan
keterampilan berbicara anak di SD Negeri I
Beringin Jaya yang berjumlah 25 siswa belum
secara baik ditingkatkan. Padahal keterampilan
berbicara sangat penting untuk ditingkatkan dan
awal cocok dikembangkan keterampilan berbicara
yaitu pada masalah pendidikan di Sekolah Dasar.
Kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah
ditetapkan adalah 65, sehingga pembelajaran di
sekolah harus lebih ditingkatkan agar memenuhi
standar KKM yang telah ditentukan. Tujuan
penelitian ini untuk meningkatkan keterampilan
berbicara siswa kelas III SD Negeri I Beringin Jaya
melalui metode bercerita.
Nurhasana (2013) dan Winarti (2011) dalam
penelitiannya masing-masing telah membuktikan
bahwa Metode Bercerita mampu mengembangkan
kemampuan bahasa anak di sekolah dengan
langkah-langkah penerapan metode bercerita
sebagai berikut:
1) Anak mengatur posisi duduknya,
2) Anak memperhatikan guru menyiapkan alat
peraga,
3) Anak termotivasi untuk mendengarkan cerita,
4) Anak diberi kesempatan untuk memberi judul
cerita,
5) Mendengarkan judul cerita,
6) Anak mendengarkan cerita guru sambil
memperhatikan gambar yang guru perlihatkan,
7) Setelah selesai bercerita anak memberikan
kesimpulan isi cerita,
8) Guru melengkapi kesimpulan tentang isi cerita
dari anak.
Keterampilan Berbicara
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001:
1180) keterampilan adalah kecakapan untuk
menyelesaikan tugas. Jadi, dapat disimpulkan
keterampilan adalah kemampuan anak dalam
melakukan berbagai aktivitas dalam usahanya
untuk menyelesaikan tugas.
Definisi berbicara juga dikemukakan oleh
Brown dan Yule dalam Puji Santosa, dkk (Riadi,
2006:34). Berbicara adalah kemampuan
mengucapkan bunyibunyi bahasa untuk
mengekspresikan atau menyampaikan pikiran,
gagasan atau perasaan secara lisan. Pengertian ini
pada intinya mempunyai makna yang sama dengan
pengertian yang disampaikan oleh Tarigan yaitu
bahwa berbicara berkaitan dengan pengucapan
kata-kata.
Tujuan utama berbicara adalah untuk
berkomunikasi. Komunikasi merupakan
pengiriman dan penerimaan pesan atau berita
antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang
dimaksud dapat dipahami. Oleh karena itu, agar
dapat menyampaikan pesan secara efektif,
pembicara harus memahami apa yang akan
disampaikan atau dikomunikasikan.
Tim LBB SSC Intersolusi (2006:84)
berpendapat bahwa tujuan berbicara ialah untuk:
(1) memberitahukan sesuatu kepada pendengar,
(2) meyakinkan atau mempengaruhi pendengar,
dan
(3) menghibur pendengar.
Sedangkan tujuan berbicara secara umum
ialah untuk memberitahukan atau melaporkan
informasi kepada penerima informasi, meyakinkan
atau mempengaruhi penerima informasi, untuk
menghibur, serta menghendaki reaksi dari
pendengar atau penerima informasi.
Metode Bercerita
Metode bercerita adalah cara penyampaian
atau penyajian materi pembelajaran secara lisan
dalam bentuk cerita dari Guru kepada anak didik.
Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran di SD,
metode bercerita dilaksanakan dalam upaya
meningkatkan kemampuan siswa berbicara,
memberikan keterangan atau penjelasan tentang hal
baru dalam rangka menyampaikan pembelajaran
yang dapat mengembangkan berbagai kompetensi
dasar pada siswa SD. Oleh karena itu materi yang
disampaikan berbentuk cerita yang awal dan
akhirnya berhubungan erat dalam kesatuan yang
utuh, maka cerita tersebut harus dipersiapkan
terlebih dahulu. Kagiatan bercerita dapat dilakukan
pada saat kegiatan pembukaan, kegiatan inti,
maupun pada waktu-waktu senggang di sekolah.
Ada 3 strategi menurut Tampubolon, (1991 :
18) yang terdiri dari: ”strategi storytelling, strategi
reproduksi cerita dan strategi simulasi kreatif.”
Strategi Storytelling merupakan penceritaan cerita
yang dilakukan secara terencana dengan
menggunakan boneka, atau benda-benda visual,
metode ini bertujuan untuk menghasilkan
kemampuan berbahasa anak. Penggunaan metode
ini dibutuhkan untuk melatih dan membentuk
keterampilan berbicara, pengembangkan daya
nalar, dan pengembanangkan imajinasi anak.
Metode ini contohnya seperti metode sandiwara
boneka, metode bermain peran, metode bercakap-
cakap dan metode tanya jawab.
10 Metode Penelitian Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas ini
mempunyai tahap yang bersiklus. Model penelitian
ini mengacu pada modifikasi diagram yang
mencantumkan Kemmis dan McTanggart
(Depdiknas, 2005: 6), seperti pada gambar. Tiap
siklus dilakukan beberapa tahap, yaitu:
1) Perencanaan Tindakan,
2) Pelaksanaan Tindakan,
3) Observasi,
4) Refleksi.
Penelitian ini dilakukan di SD Negeri I
Beringin Jaya dengan subyek penelitian yaitu
seluruh siswa berjumlah 25 anak yang terdiri dari
12 anak laki-laki dan 13 anak perempuan.
Pelaksanaan tindakan ini dilakukan dalam siklus
berulang. Setiap dilaksanakan sesuai dengan RPP
yang telah disiapkan. Rencana tindakan yang
dilakukan dalam penelitian ini meliputi:
a). Perencanaan Tindakan,
b). Pelaksanaan Tindakan,
c). Observasi, dan
d) Refleksi.
Ada dua jenis data yang dapat diperoleh dari
penelitian ini, yaitu data kualitatif dan data
kuantitatif. Teknik analisa data kuantitatif ini
digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa
dalam melafaklan kata, ekspresi dan intonasi. Hasil
perhitungan tes evaluasi siswa tersebut masing-
masing bersiklus kemudian dibandingkan.
Seorang siswa dikatakan tuntas belajar secara
individu bila diperoleh persentase daya serap
individu sekurang-kurangnya 65% dan suatu kelas
dikatakan tuntas belajar jika persentase ketuntasan
belajar klasikal sekurang-kurangnya 70%. Indikator
keberhasilan penilaian ini adalah jika ketuntasan
belajar individu siswa minimal 65% dan ketuntasan
belajar klasikal rata-rata 70%. Indikator
keberhasilan untuk penilaian kinerja adalah jika
hasil tes kegiatan pembelajaran siswa rata-rata
berada dalam kategori baik dan sangat baik.
11 Hasil Penelitian dan Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah
Pembahasan
observasi di kelas III SD Negeri I Beringin Jaya.
Rata-rata hasil belajar siswa adalah 60,82.
Berdasarkan data yang diambil dari Guru kelas III
SD Negeri 1 Beringin Jaya menyatakan bahwa nilai
belajar klasikal anak yang belum tuntas mencapai
52%. Hal inilah yang menyebabkan keterampilan
berbicara siswa masih rendah. Siswa masih malu
untuk berpendapat atau bertanya. Siswa di SD
Negeri 1 Beringin Jaya mempunyai beberapa suku,
diantaranya suku Jawa, Bali, Bugis dan Sunda.
Keanekaragaman suku inilah yang menyebabkan
siswa kurang mempunyai keterampilan berbicara,
terutama di kelas rendah. Banyak siswa kurang
mampu berkomunikasi dengan baik, mencampur
adukan antara bahasa Indonesia dengan bahasa
daerah.

Hasil Penelitian Siklus I


Ada 2 (dua) hal yang menjadi fokus observasi yaitu
observasi aktivitas siswa dan observasi aktivitas
guru pada saat proses pembelajaran berlangsung.
Berdasarkan hasil observasi aktivitas guru
menunjukkan jumlah skor yang diperoleh dari
semua item penilaian adalah 10 dari 16 skor total
dan presentasi rata-rata 62,5% dengan kriteria
cukup. Hasil yang diperoleh belum mencapai
indikator yang telah ditetapkan, sehingga guru
masih perlu meningkatkan aktivitas siswa. Hasil
observasi aktivitas guru menunjukkan jumlah skor
untuk pertemuan pertama adalah 18 dari skor
maksimal 28 diperoleh presentase rata-rata 64,2%
dengan kriteria cukup.

Hasil Penelitian Siklus II


Berdasarkan hasil evaluasi pelaksanaan
tindakan siklus II bahwa motivasi siswa dalam
kegiatan pembelajaran sangat baik, dan siswa lebih
aktif dalam mendengarkan Guru mengajar. Hal
tersebut ditunjukkan adanya peningkatan
presentase perolehan dari siklus I ke siklus II, yaitu
64,28% pada siklus I menjadi 79,94% pada siklus
II atau kenaikkan presentasenya sebesar 15,66%.
Pemahaman siswa tentang konsep pembelajaran
meningkat, ini terlihat pada peningkatan rata-rata
hasil belajar dari 64,28 (siklus I) menjadi 79,94
(siklus II). Dari hasil analisis tes hasil belajar
diperoleh presentase ketuntasan klasikal sebesar
88% dengan jumlah siswa yang belum tuntas hanya
3 orang.

Pembahasan
Metode bercerita telah membuktikan bahwa
hasil belajar siswa dapat meningkat. Hal ini dapat
dibuktikan dari data hasil penelitian. Dari data
tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran terjadi
pada 2 siklus. Siklus pertama siswa sudah
menunjukkan peningkatan hasil belajarnya dari
60,82 Menjadi 64,28 meskipun belum mencapai
KKM yang telah ditetapkan yaitu 65. Metode ini
dianggap baik maka dilakkukanlah siklus II untuk
meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil
membuktikan bahwa terdapat kenaikan 15 % dari
siklus I yaitu antara 64,28 menjadi 79,94.
Peningkatan hasil belajar siswa dari siklus 1 ke
siklus II meningkat. Presentase belajar klasikal juga
meningkat dari 60% menjadi 88%. Namun masih
terdapat 3 siswa yang belum tuntas. Hal ini bisa
terjadi karena ketiga siswa tersebut mempunyai
kekurangan daya tangkap lemah/IQ rendah dan
masih malu berekspresi di depan kelas.
Hasil belajar siswa sebelum penelitian adalah
rata-rata 52. Setelah diadakan penelitian pada
siklus I, nilai rata-rata hasil belajar siswa mencapai
64,28 atau mengalami peningkatan sebesar
26,63%. Sementara siklus II, nilai rata-rata hasil
belajar semakin meningkat menjadi 79,94. Sama
halnya dengan hasil ketuntasan klasikal yang
dicapai pada tes hasil belajar siklus I sebesar 60%
atau terdapat 12 siswa yang tuntas dari dari 25
jumlah siswa. Presentase klasikal pada siklus I ini
belum dapat mencapai indikator keberhasilan
belajar pada umumnya yaitu 70%. Dalam hal
tersebut, peneliti perlu perbaikan dan peningkatan
hasil yang lebih baik, sehingga dilanjutkan
penelitian pada tahap selanjutnya atau ke siklus II.
Dengan demikian terjadi peningkatan analisis hasil
penelitian, dimana ketutasan belajar klasikal
mencapai 88% atau terdapat 22 siswa yang tuntas
dari 25 siswa yang mengikuti tes.

12 Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka


kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini
adalah bahwa penggunaan metode bercerita dapat
meningkatkan keterampilan berbicara siswa pada
pelajaran Bahasa Indonesia Kelas III SD Negeri 1
Beringin Jaya, serta meningkatkan aktivitas yang
lebih baik pada siswa. Selain itu keterampilan
berbicara dapat ditingkatkan melalui metode
bercerita, dengan hasil belajar siswa dari 60,82
(nilai rata-rata hasil belajar sebelum penelitian)
menjadi 64,28 (siklus I) dan 79,94 (siklus II).
Begitupun dengan ketuntasan klasikal meningkat
dari ketuntasan 60% pada siklus I menjadi 88%
pada siklus II. Demikian pula peningkatan daya
serap klasikal dari 64,28% pada siklus I menjadi
79,94% pada siklus II.
13 Daftar pustaka Admin. (2008). Perkembangan Karakter Pada
Anak Sekolah.Mizan Media Utama, Jakarta
Aisyah, dkk (2008).Perkembangan anak usia
prasekolah. Ramaja rosdakarya. Bandung.
Ramadhan dkk.2013. Panduan Tugas Akhir
(SKRIPSI) & Artikel Ilmiah. Palu. Penerbit:
Universitas Tadulako.
Depdiknas.(2005) Prosedur Penelitian Tindakan
Kelas. Jakarta
Yenni, winarti. (2011). Metode bercerita.
(www.geogle.co.id) akses 11 maret 2014 Tarigan.
Kamus besar bahasa Indonesia. (2001) Pengertian
Keterampilan.Jakarta. Penerbit: Balai Pustaka
Nurhasana. (2013). Penerapan Metode Bercerita
dalam Mengembangkan Bahasa Anak di Taman
Kanak-kanak.Jakarta
Tarigan, Djago. 1992. Keterampilan Berbicara.
Bandung : Angkasa
BAB III
PEMBAHASAN

A. KELEBIHAN JURNAL
- Pada jurnal pertama struktur pembahasannya dimulai dari abstrak sampai
dengan kesimpulan, bahasa yang tertulis di jurnal tersebut menggunakan
bahasa yang mudah untuk dipahami. Bagian pendahuluan jurnal ini
memaparkan mengenai pentingnya berbicara serta pengertian berbicara, serta
di hasil pembahasannya berisi jurnal tersebut memaparkan dengan jelas
metode – metode yang tepat untuk dilalukan supaya dapat berbicara dengan
baik, dan dibagian kesimpulan berisi mengenai semua kesimpulan yang
terdapat dalam hasil dan pembahasan.

- Pada jurnal kedua struktur pembahasan yang dipaparkan sama seperti jurmal
pertama mulai dari abstrak hingga kesimpulan namun pada jurnal ini terdapat
metode penelitiannya yaitu berupa cara untuk dapat menelaah berbicara

- Jurnal pembanding memaparkan metode bercerita kepada siswa – siswi yang


menurut pereview sangat ampuh dan sudah dapat di pahami.

B. KELEMAHAN JURNAL

- Pada jurnal pertama tidak memaparkan latar belakang dan teori, serta tidak
tercantum tanggal pembuatan jurnal

- Pada jurnal kedua jurnal ini tidak tercantum tahun dan tanggal pembuatan.
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Setiap karya tulis pastinya memiliki ciri-ciri yang berbeda-beda antar satu dengan yang
lain, baik itu dari segi bahasanya, kelebihannya, dan kekurangannya. Dalam jurnal ini,
terkandung informasi yang sangat melimpah yang mana membuat pembaca menjadi tertarik
untuk membaca atau menganalisis jurnal ini seperti yang telah penulis lakukan. Diatas telah
disampaikan ringkasan dan juga kelebihan yang diharapkan dapat menjadi perbandingan
antara opini atas pembaca jurnal tersebut.

B. Saran

Didalam kelebihan jurnal tersebut agar lebih dipertahankan dan diperkuat lagi, dan
mengenai kekurangan jurnal agar lebih diteliti lagi untuk mencapai hasil yang lebih
maksimal.Sehingga para pembaca dapat memahami secara jelas dan merasakan puas ketika
membaca jurnal tersebut.
DARTAR ISI

Sri Rezeki Maulana Azmi. 2019. Peningkatan Keterampilan Berbicara Menggunakan


Metode Bercerita Siswa Kelas V Sekolah Dasar. Journal Of Science and Sosial Research. 11
(1). 7 – 11.
Suwati Ningsih. Peningkatan Keterampilan Berbicara melalui Metode Bercerita Siswa
Kelas III SD Negeri 1 Beringin Jaya Kecamatan Bumi Raya Kabupaten Morowali. Jurnal
Tadulako Online. 2 no 4

Anda mungkin juga menyukai