MUHAMMAD RIZQAN ALI-digabungkan
MUHAMMAD RIZQAN ALI-digabungkan
DAN STATISTIKA
OLEH :
NIM :P07134018077
Kelas :B
TAHUN 2020/2021
JURNAL : IDENTIFIKASI SPESIES PLASMODIUM MALARIA
MENURUT KARAKTERISTIK MASYARAKAT DESATEMUNIH
PROVINSI KALIMANTANSELATAN.
http://ejournal.poltekkes-smg.ac.id/ojs/index.php/jrk
Abstrak
Malaria merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit Plasmodium yang hidup dan berkembang
biak dalam sel darah merah manusia. Data Dinas Kesehatan Provinsi Maluku Utara tahun 2015, memberikan
gambaran dari 10 kabupaten dan kota di Provinsi Maluku Utara masih ditemukan kasus malaria klinis
sebanyak 24.331 dan yang positif malaria setelah dilakukan pemeriksaan mikroskopis adalah 2.938.
Puskesmas Akelamo yang berada diwilayah Kota Tidore Kepulauan dengan 10 desa pada tahun 2015
menyumbang kasus malaria sebanyak 58 kasus, dan dari 58 kasus tersebut 56 kasus adalah indigenous.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi Plasmodium malaria sehingga dapat menggambaran
frekuansi dan distribusi penyakit malaria pada populasi secara objektif. Jenis penelitian deskriptif dengan
pendekatan survei morbiditas. Pengambilannya sampel dilakukan secara simple random sampling dengan
jumlah sampelsebanyak
100. Masyarakat desa Bringin Jaya yang diambil darahnya dan diwarnai menggunakan konsentrasi giemsa
3%, kemudian diamatai secara mikroskopik tidak ditemukan parasit malaria.
Abstract
*) Rony Puasa
E-mail: rony_yani@yahoo.co.id
Copyright © 2018, Jurnal Riset Kesehatan, ISSN 2252-5068
Jurnal Riset Kesehatan, 7 (1), 2018, 22-
5. Ucapan TerimaKasih
Terima kasih disampaikan kepada Poltekkes
Kemenkes Semarang yang telah mempublish jurnal
ini. Serta ucapan terima kasih
SPIRAKEL, Vol. 9 No. 1, Juni 2017: 10-18 Identifikasi Spesies Plasmodium … (Nita, Sri dan Yuniarti)
DOI: 10.22435/spirakel.v8i2.6747: 10-18
Abstract
Malaria is still one of the world's health problems, with the number of malaria deaths of one
million people per year. Temunih village in Tanah Bumbu Regency of South Kalimantan
Province is one of endemic areas for malaria. The most dominant malaria parasite infected
people in Temunih Village is mixed malaria (falciparum and vivax). The objective of the study
was to identify the dominant of Plasmodium species infected the population in Temunih Village.
The type of research is descriptive research using cross-sectional design. The results of the
study show from 146 residents examined by active case detection, mixed malaria (P. falciparum
and P. vivax) was` dominantly found in adult males aged 11-20 years as many as 5 cases.
While the case of malaria falciparum highest found in female adults with age 21-30 years as
many as 5 cases. However, in malaria vivax, based on sex, malaria cases found only 1 case in
women ie in the age group 11-20 years. The conclusion is the prevalence of asymptomatic
malaria cases based on the highest positive rate slide is mixed malaria (P. falciparum and P.
vivax)rather than malaria falciparum and vivax. The condition of malaria cases is caused by
environmental factors, human behaviour, vector (Anopheles mosquito) and parasite in Temunih
village. The study suggested community to wear insecticide-treated bed nets during nighttime
sleep, and use repellents to prevent Anopheles mosquito bites and taking prophylactic drug at
the time of working primarily in the area of the forest and itssurroundings.
Abstrak
Malaria sampai saat ini masih merupakan salah satu masalah kesehatan di dunia, dengan
angka kematian satu juta orang per tahun. Desa Temunih di Kabupaten Tanah Bumbu Provinsi
Kalimantan Selatan merupakan salah satu daerah endemis malaria. Malaria yang lebih
dominanmenyerangpendudukdiDesaTemunihadalahmalariacampuran(P.falciparumdan
P. vivax). Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui spesies Plasmodium yang dominan
menyerang penduduk di Desa Temunih. Jenis penelitian adalah penelitian deskriptif dengan
menggunakan desain potong lintang. Hasil penelitian menunjukkan dari 146 penduduk yang di
periksa secara active case detection, malaria campuran (P. falciparum dan P. vivax) lebih
dominan ditemukan pada laki-laki dewasa dengan usia 11-20 tahun sebanyak 5 kasus.
Sedangkan kasus malaria falciparum tertinggi di temukan pada perempuan dewasa dengan
usia 21-30 tahun sebanyak 5 kasus. Namun pada malaria vivax, berdasarkan jenis kelamin,
kasus malaria hanya ditemukan 1 kasus pada perempuan yaitu pada kelompok umur 11-20
tahun.
*
Alamat korespondensi penulis pertama: e-mail: nita.rahayu79@yahoo.co.id
10
Kesimpulan penelitian adalah prevalensi kasus malaria asimtomatik berdasarkan slide positive
rate tertinggi adalah malaria campuran (P. falciparum dan P. vivax) dibandingkan malaria
falciparum dan vivax. Kondisi kasus malaria ini disebabkan karena faktor lingkungan, perilaku
manusia, vektor (nyamuk Anopheles) dan parasit yang terdapat di Desa Temunih. Saran
kepada masyarakat Desa Temunih untuk memakai kelambu berinsektisida pada saat tidur
malam hari, dan memakai repelent untuk menghindari gigitan nyamuk Anopheles serta
mengkonsumsi obat profilaksis pada saat bekerja di kawasan hutan dansekitarnya.
Naskah masuk: tanggal 3 Oktober 2016; Review: tanggal 5 Juni 2017; Layak Terbit: tanggal 21 Juni 2017
Tabel 1. Identifikasi Plasmodium pada masyarakat di Desa Temunih Kecamatan Kusan Hulu
Kabupaten Tanah Bumbu berdasarkan kelompok umur
Jenis Plasmodium
Umur P. falciparum dan P. vivax P.falciparum P.vivax Total
0-10 tahun 2 0 0 2
11-20 tahun 5 0 1 6
21-30 tahun 2 5 0 7
31-40 tahun 1 2 0 3
41-50 tahun 0 1 0 1
Total 10 8 1 19
Terjadinya kasus malaria campuran sebanyak 5 orang, diikuti pada umur 0-10
tertinggi pada kelompok umur 11-20 tahun tahun dan kelompok umur 21-30 tahun
didapatkan masing-masing sebanyak 2 kelompok umur 31-40 tahun sebanyak 2
orang, dan pada kelompok umur 31-40 orang dan 1 orang pada kelompok umur 41-
tahun sebanyak 1 orang. Kasus malaria 50 tahun. Pada kasus malaria vivax hanya
falciparum tertinggi pada kelompok umur 1 orang yang terkena pada kelompok umur
21-30 tahun sebanyak 5 orang, diikuti pada 11-20tahun.
Tabel 2. Identifikasi Plasmodium pada masyarakat di Desa Temunih Kecamatan Kusan Hulu
Kabupaten Tanah Bumbu berdasarkan jenis kelamin
Jenis Plasmodium
Jenis Kelamin P. falciparum dan P. vivax P.falciparum P.vivax Total
N=10 N=8 N=1 N=19
Laki-laki 5 3 0 8
Perempuan 5 5 1 11
Total 10 8 1 19
Tabel 3. Identifikasi Plasmodium pada pada masyarakat di Desa Temunih Kecamatan Kusan
Hulu Kabupaten Tanah Bumbu berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin
Laki-laki Perempuan
Umur P. P. P. P. falciparum P. P. Total
falciparum falciparum vivax danP.vivax falciparum vivax
dan P. vivax
0-10 tahun 0 0 0 2 0 0 2
11-20 tahun 3 0 0 2 0 1 6
21-30 tahun 2 2 0 0 3 0 7
31-40 tahun 0 1 0 1 1 0 3
41-50 tahun 0 0 0 0 1 0 1
Total 5 3 0 5 5 1 19
ILKOMJurnalIlmiahVolume10Nomor1April2018
Abstrak
Malaria adalah penyakit yang ditularkan oleh nyamuk dari manusia dan hewan lain yang
disebabkan oleh protozoaparasite (sekelompok mikroorganismebersel tunggal) dalam
tipePlasmodium. Dalam kasus yang parah dapat menyebabkan kulit kuning, kejang, koma, atau
kematian. Penelitian ini melakukan klasifikasi perkembangbiakan plasmodium penyebab penyakit
malaria untuk membantu proses diagnosa klinis dan analisa secara dini jenis plasmodium falciparum
dengan cepat dan akurat yang meliputi interpretasi secara otomatis dari citra warna dermatoskopis.
Dengan menerapkan metode Support Vector Machine (SVM) melakukan segmentasi terhadap ciri dan
tekstur pada citra darah merah manusia untuk memisahkan sel yang dikategorikan Plasmodium
Falciparum untuk diekstraksi cirinya. Penelitian dilakukan di Rumah Sakit-Rumah Sakit yang ada di
Kota Jayapura Propinsi Papua. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa
perkembangbiakan plasmodium sehingga diharapkan dapat mendiagnosa sejak dini plasmodium
falciparum, secara cepat dan hasil penelitian menunjukkan akurasi terbaik adalah 73,33 % dengan
menggunakan 120 citra data latih dan 30 citra data uji.
Kata kunci: klasifikasi malaria, support vector machinie (svm), plasmodium falciparum
1. Pendahuluan
Sebagai salah satu masalah kesehatan, malaria menjadi penyebab kematian utama pada bayi,
anak balita, dan ibu hamil. Lebih dari 90 negara dengan populasi penderita 40 persen penduduk dunia
menderita penyakit ini. Bahkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Desember 2013 mencatat
terdapat 207 juta kasus malaria di tahun 2012 dengan kasus kematian sebanyak 627 ribu yang di
dominasi anak-anak. Sementara di Indonesia sebanyak 424 dari 579 kabupaten/ kota menjadi daerah
endemikmalaria,denganpersentasependudukberesikotertularsebesar42,42persen[1].DiJayapura
khususnya, hingga kini pemeriksaan standar untuk diagnosis malaria aktif masih menggunakan alat
mikroskopis. Meski memiliki kepekaan yang baik dan dapat mengidentifikasi jenis parasit dan
pengaruhnya, namun pemeriksaan secara mikroskopis mengharuskan adanya tenaga ahlimikroskopik
terlatih dan memakan waktu yang relatif lama. Di sisi lain, situasi serta kondisi sebagian besar
laboratorium untuk daerah terpencil di Indonesia hingga kini belum memadai. Hal ini tentu berimbas
pada reliabilitas hasil pemeriksaan yang masih rendah. Karena itu, menurutnya, diagnosis yang cepat
bagi penderita yang diduga mengidap malaria menjadi tantangan guna mendapatkan uji/metode
laboratorik yang tepat, cepat, sensitif dan mudah dilakukan. Yaitu diagnosis tepat terkait akurasi data
untuk menentukan pengobatan dan penatalaksanaan yang tepat dan benar, evaluasi pengobatan dan
resistensi antimalaria sangatdiperlukan.
Pengolahancitradapatdigunakanuntukmembantuprosespendiagnosaanpenyakitmalariadalam
seldarahmerahmanusia[2],sekaranginiyangdilakukandokteruntukmendiagnosamalariadalamsel darah
merah yaitu menggunakan dua (2) teknik pencitraan yaitu makroskopik dan dermatoskopik.
Makroskopik merupakan teknik pencitraan menggunakan alat bantu kaca pembesar atau loop, dan
teknikinimemilikitingkatkeakurasisebesar65%hingga80%, sedangkanteknikdermatoskopikadalah
sebuah teknik pencitraan non-invasive menggunakan minyak immersion. Untuk dapat melihat adanya
parasitdidalamdarahpenderita,perludibuatsediaandarahmalaria(SD).Selanjutnyadiwarnaidengan
pewarnaan giemsa. SD ditetesi minyak imersi dan diperiksa di bawah mikroskop menggunakan lensa
objektif100x.Jikaditemukanparasitpadapemeriksaan,penderitadinyatakanpositifmalaria.Citrayang
dihasilkandenganteknikdermatoskopikmemberikangambaranyanglebihdetaildibandingkandengan
citrayangdihasilkandariteknikmakroskopik[3],[4].Tingkatakurasidaridermatoskopiklebihtinggidari pada
makroskopik yaitu 75% hingga 97% [5],[6].
Klasifikasi citra merupakan salah satu tahap yang paling penting pada perkembangbiakan
plasmodium penyebab penyakit malaria dalam sel darah merah manusia. Penelitian ini meng-
Copyright©2018–ILKOMJurnalIlmiah--Allrightsreserved|28
implementasikan metode Support Vector Machine (SVM) untuk tahap klasifikasi pada sistem
berdasarkan ciri warna. Model klasifikasi ini digunakan untuk mengklasifikasikan citra [7], [8], [9].
2. Metode
2.1. Multi ClassSVM
SVMsaatpertamakalidiperkenalkanolehVapnik,hanyadapatmengklasifikasikandatakedalam dua
kelas (klasifikasi biner). Namun, penelitian lebih lanjut untuk mengembangkan SVM sehingga bisa
mengklasifikasi data yang memiliki lebih dari dua kelas, terus dilakukan. Ada dua pilihan untuk
mengimplementasikan multi class SVM yaitu dengan menggabungkan beberapa SVM biner atau
menggabungkan semua data yang terdiri dari beberapa kelas ke dalam sebuah bentuk permasalah
optimasi. Namun, pada pendekatan yang kedua permasalahan optimasi yang harus diselesaikan jauh
lebih rumit. Berikut ini adalah metode yang umum digunakan untuk mengimplementasikan multi class
SVM dengan pendekatan yang pertama yaitu, Metode”one-against-all”.
Dengan menggunakan metode ini, dibangun k buah model SVM biner (k adalah jumlah kelas).
Setiap model klasifikasi ke-i dilatih dengan menggunakan keseluruhan data, untuk mencari solusi
permasalahan. Contohnya, terdapat permasalahan klasifikasi dengan 4 buah kelas. Untuk pelatihan
digunakan 4 buah SVM biner seperti pada tabel 1 dan penggunannya dalam mengklasifikasi data baru
dapat dilihat pada persamaan berikut:.
yi = 1 yi = -1 Hipotesis
Kelas 1 Bukan Kelas 1 f 1(x) = (w1)x + b1
Kelas 2 Bukan Kelas 2 f 2(x) = (w2)x + b2
Kelas 3 Bukan Kelas 3 f 3(x) = (w3)x + b3
Kelas 4 Bukan Kelas 4 f 4(x) = (w4)x + b4
Pre-processing
Ekstrasi Ciri
-Menggunakan metodeSVM
Plasmodium Falciparum
Terdeteksi sesuai tingkat stadiumnya
Gambar 2. Tahapan Penelitian
2.2. AkusisiCitra
Tahap awal dimana sampel darah diambil dari prepared melalui mikroskop dalam bentuk image
(gambar) Plasmodium falciparum yang terinfeksi malaria.
2.3. Pre-processing
Proses preprocessing sebelum proses klasifikasi melalui 2 tahapan, yaitu segmentasi warna dan
ekstraksi ciri. Segmentasi dilakukan untuk memisahkan unsur warna berdasarkan intensitas warna dan
pada tahapan ini akan dilakukan konversi sampel citra RGB ke citra grayscale. Pada Matlab kita
menggunakan perintah “dst=rgb2gray(src), dst itu adalah variabel citra keluaran dari citra konversi ke
gray dan “src” merupakan variable citra masukan dalam hal ini adalah citra RGB. Setelah citra RGB
dikonversi ke citra grayscale kemudian dilakukan resize. Pada Matlab digunakan
perintah”dst=imresize(xy)dimanaxdanyadalah150x150ukuranresize.Untukpempercepatproses
trainning reshape(1 x 150 x 150) hal ini berarti matriks 150 x 150 diubah kedalam matriks 1 x 22500.
Prosesnya RGB dapat dilihat pada gambar dibawahini:
3. Hasil danPembahasan
Penentuan kelas untuk klasifikasi diambil dari nama file image training, kemudian untukklasifikasi
dengan menggunakan multi class SVM. Sistem klasifikasi diuji dengan perbandingan 50%:50%,
60%:40%, 70%:40%, dan 80%:20%. Berdasarkan total citra untuk data latih sebanyak 120 dan untuk
data uji sebanyak 30 mendapatkan tingkat akurasi tertinggi 73,33%. Ini berarti bahwa semakin banyak
jumlah total citra untuk sampel data latih akan berpengaruh dan meningkatkan tingkat akurasi deteksi
stadium dari PlasmodiumFalciparum.
Sistem klasifikasi diuji dengan perbandingan 80%:20% menghasilkan tingkat akurasi terbaik
dapat dilihat pada Tabel 2. berdasarkan total citra untuk data latih sebanyak 120 dan untuk data uji
sebanyak 30 mendapatkan tingkat akurasi tertinggi 73,33%. Ini berarti bahwa semakin banyak jumlah
total citra untuk sampel data latih akan berpengaruh dan meningkatkan tingkat akurasi deteksi stadium
dari Plasmodium Falciparum.
Dari hasil tersebut belum mencukupi 100%. Karena ada beberapa faktor yang mempengaruhi
hasil klasifikasi dimana dari hasil pengujian yang dilakukan terdapat adanya kesalahan deteksi
disebabkan oleh adanya faktor pewarnaan pada citra prepared yang kurang bagus, sehingga sistem
tidak meggenali parasit dari plasmodium falciparum pada saat diuji.
4. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pengujian sistem yang dilakukan, maka penulis dapat menarik
kesimpulan yaitu Hasil deteksi dari plasmodium falciparum dengan jumlah data sampel keseluruhan
sebanyak 150 citra plasmodium falciparum yang terdiri dari 120 citra latih dan 30 citra uji dengan
perbandingan 80% : 20%, dengan SVM menunjukkan tingkat akurasi sebesar 73,33%.
Dari hasil penelitian dengan nilai tingkat akurasi sebesar 73,33% dengan perbandingan
presentasi sampel data dan uji yaitu: 50%:50%, 60%:40%, 70%:30%, dan 80%:20% belum
mendapatkanhasilyangmaksimal ataubelum mencapai100%karena padapenelitianinimasihdalam
tahapan analisis. Sehingga masih ada penelitian lanjutan dengan menerapkan teknologi terapan untuk
pemeriksaan plasmodium falciparum dalam menentukan stadiumnya dengan cepat danakurat.
5. Terima Kasih
Terima kasih kepada Direktorat Riset dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRPM) Direktorat
Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan (DPRP) Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan
Tinggi (Kemenristek DIKTI) Republik Indonesia yang telah memberikan dana hibah Penelitian Dosen
Pemula Tahun Anggaran 2017.
Daftar Pustaka
[1] Widoyono, 2010. ”Penyakit Tropis: Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan
Pemberantasannya”. Penerbit Erlangga. Halaman13-21.
[2] Direktorat pengendalian penyakit bersumber bintang, Direktorat Jenderal PP dan PL Kementrian
Kesehatan RI, 2011. Pedoman Teknis Pemeriksaan Parasit Malaria. Penerbit BaktiHusada.
[3] Departemen Parasitologi Medis US Namru-2 Jakarta, 2006. “Buku Panduan PelatihanDiagnosis
Mikroskopi Malaria”.
[4] IisHamsirAyub,AdhiSusanto,andLitasari,2008.ClassficationofPlasmodiumFalciparumusing
Learning Vector Quantization Neural Network. BME Day 2008, Surabaya :17
[5] NA, Banyal dan AR, Dayat. 2017. Analisis Perkembangbiakan Plasmodium Penyebab Penyakit
Malaria dalam Sel Darah Merah Manusia dengan Menggunakan Support Vector Machine (SVM)
di Kota Jayapura. SEMNASTIKOM. 03 November 2017. Makassar. Hal.221-225.
[6] Nugroho, Anto Satriyo, 2008, Support Vector Machine, PTI & Komunikasi BPP Teknologi,
Bandung.
[7] T. Suyoto, Edy Mulyanto, Vincent Suhartono, Oky Dwi Nurhayati, Wijanarto, 2009, Teori
Pengolahan Citra Digital, Edisi pertama, Penerbit Andi Offset, Yogyakarta.
[8] Wahyudi Setiawan, 2012. “Sistem Deteksi Retinopati Diabetik Menggunakan Support Vector
Machine”.
[9] JuniPriantoL.A.,Tjahaya.P.U.,Darwanto.AtlasParasitologiKedokteran.PenerbitPTGramedia
Pustakautama.