Anda di halaman 1dari 5

Jurnal Inovasi dan Kewirausahaan

Volume 3 No. 3, September 2014 Halaman 203-207

MASALAH DAN TANTANGAN PENGEMBANGAN


KEWIRAUSAHAAN PADA KALANGAN
MAHASISWA DI INDONESIA
Imam Santosa

Universitas Jenderal Soedirman

Email: Scokronegoro@yahoo.com, imamsantosa@unsoed.ac.id

ABSTRACT

Indonesian nation face some important and crucial problem about poverty. One of
which’s to overcome the amount of unemployment. It’s still relatively high plus the total
labor force continues to grow each year. One thing is needed that number of entrepreneurs
should be raised. Because of it as one of the indicators of economic progress. A number of
obstacles facing, such as: social and economic constraints and market structure have not yet
accomodate for conducting this. However, with improving education policy, curriculum and
learning systems (students and lecturers relations) that can foster the emergence of a
stimulus for innovation and creativity is convinced that these obstacles can be overcome.

Keywords: SMEs, pooled data, fixed effect

PENDAHULUAN persen dari total angkatan kerja yang masih


Benyamin Franklin menyebutkan peranan berstatus menganggur (BPS dan
pemuda sangat strategis dan urgen. Pemuda SUKERNAS, 2012). Seiring dengan hal
menurut Franklin adalah kelompok orang tersebut, kondisi lain yang juga
yang akan menjadi pemimpin bangsa di masa memprihatinkan tampak bahwa pada Tahun
depan (“who will become national leaders in 2014 terdapat 28 juta orang penduduk
the future”). Mahasiswa sebagai bagian dari Indonesia yang masuk kategori miskin.
pemuda termasuk modal dasar untuk Deretan persoalan nasional yang tak kalah
pengembangan pemecahan ragam masalah penting terkait dengan kemunculan angkatan
bangsa; bukan sebaliknya justeru menjadi kerja baru (new labor force) yang terus
problem dari bangsa ini. Terlebih jika bertambah antara dua sampai tiga juta orang
mengingat dunia ketenagakerjaan yang belum per tahun (Suryana dan Bayu, 2013). Tentu
menjamin ketersediaan lapangan pekerjaan saja persoalan tersebut tidak dapat dibiarkan
yang memadai bagi mahasiswa khususnya berlangsung terus. Salah satu solusi yang
saat usai menyelesaikan masa studi. perlu dikedepankan ialah mengembangkan
Persoalan penyediaan lapangan pekerjaan jiwa, semangat dan perilaku kewirausahaan
menjadi salah satu masalah mendasar dalam pada berbagai kalangan anggota masyarakat
pembangunan nasional berkelanjutan. Hal khususnya mahasiswa sebagai bagian dari
tersebut erat kaitannya dengan kenaikan generasi muda penerus cita-cita bangsa dan
intensitas persoalan pengangguran. Tingkat negara.
pengangguran untuk angkatan kerja Pengembangan kesadaran dan motif
Indonesia relatif masih tergolong tinggi. Pada kewirausahaan pada kalangan mahasiswa
Tahun 2012 terdapat 7,3 juta atau sekitar 6,14 merupakan suatu kebutuhan mendasar untuk
203
Inovasi dan Kewirausahaan, Vol. 3, No. 3,September 2014

mencapai peningkatan kualitas sumberdaya jumlah wirausahawan muda di Indonesia yang


manusia agar nantinya selain terlahir sebagai relatif sedikit dibanding negara lain. Jumlah
insan terdidik juga berkarakter mandiri, ulet, wirausahawan Indonesia baru mencapai 0,18
bekerja keras, pantang menyerah, persen saja. Sementara, di Singapura
bertanggungjawab, berani menanggung risiko, terdapat 7,2 persen, Malaysia 3 persen,
bermotif ekonomi, menghargai waktu dan Filipina 5 persen, Jepang 4 persen (Suryana
memanfaatkan setiap kesempatan, produktif, dan Bayu, 2012). Senada dengan itu,
kreatif dan inovatif. Kengembangan Febriyanto (2014) juga menegaskan, bahwa
kewirausahaan pada kalangan mahasiswa idealnya Indonesia memiliki dua persen
memerlukan ragam terobosan jitu yang tepat wirausahawan atau setara dengan kurang
guna dan tepat sasaran. lebih 5 juta pengusaha. Hal ini diasumsikan
Selama ini berbagai upaya pengembangan jika satu orang pengusaha bisa menyerap
kewirausahaan pada kalangan mahasiswa lapangan kerja 5 sampai dengan 6 orang saja
telah digerakkan secara nasional melalui dari jumlah penduduk miskin, maka negara
berbagai program yang bersifat intra dan kita akan terbebas dari kemiskinan dan
ekstra kurikuler. Program PKM-K yang keterbelakangan.
diluncurkan oleh Ditlitabmas DIKTI setiap Persoalannya kemudian adalah
tahun secara rutin bertujuan membangun bagaimanakah jiwa dan semangat serta
kesiapan mahasiswa muncul sebagai insan perilaku kewirausahaan itu bisa berkembang
wirausaha muda. Meski demikian, berbagai di kalangan generasi muda khususnya
upaya yang dilakukan masih sering mahasiswa? Jumlah wirausaha yang masih
menghadapi tantangan baik dari sisi teknis sedikit menunjukkan terdapat missing link
maupun non teknis. dalam difusi program pengembangan
Tantangan yang paling berat dihadapi kewirausahaan. Oleh karena itu, bahasan
ketika mengembangkan kewirausahaan pada pada artikel ini ditujukan untuk mengaji
kalangan mahasiswa bersumber dari proses pengembangan kewirausahaan pada
keterbatasan keberlanjutan usaha, modal mahasiswa sebagai suatu alternatif
produksi, keahlian kerja, kualitas produk, pemecahan masalah bangsa di bidang
jaminan pasar produk dan kemitraan yang ketenagakerjaan. Selain itu, bahasan pada
minim. Tentu saja berbagai permasalahan tulisan ini juga diupayakan mencari terobosan
tersebut merupakan tantangan berat bagi inovatif yang perlu digerakkan guna
mahasiswa yang ingin mengembangkan jiwa mendorong peningkatan minat, kesadaran
dan semangat wirausaha. Hasil laporan sekaligus perilaku mahasiswa sebagai
survai pendahuluan kegiatan Tracer Study wirausaha muda yang produktif, kreatif dan
Universitas Jenderal Soedirman Tahun 2012 inovatif.
menunjukkan pengembangan kewirausahaan
pada kalangan mahasiswa sebenarnya KEWIRAUSAHAAN PENGGERAK
mempunyai potensi tinggi karena sekarang ini MAHASISWA BERKARYA MANDIRI
telah terjadi pergesaran minat dan persepsi Sebuah temuan hasil penelitian yang
mahasiswa, yang semula hanya berminat mencengangkan dikemukakan oleh Ginzberg
sebagai pencari kerja (job seeker) beralih (2010), bahwa dari 342 responden mahasiswa
menjadi mahasiswa pencipta atau penyedia yang lulus cum laude, summa cum laude dan
lapangan kerja (job creator). Tentunya hal ini mereka yang mendapatkan penghargaan atas
menjadi sesuatu yang sangat dinanti dan prestasi akademiknya termasuk Phi Beta
sungguh menggembirakan. Kappa ternyata cenderung hanya berprestasi
Kesadaran dan minat mahasiswa yang biasa saja di dunia kerja setelah lulus kuliah.
mulai mengalir menjadi insan wirausaha muda Temuan ini berdasarkan studi yang menguji
menjadi harapan baru dalam mengimbangi seberapa jauh keberhasilan responden dalam

204
Santosa

kehidupannya setelah 15 tahun mahasiswa. Dengan kata lain, kebijakan


menyelesaikan studi. antara level makro dengan praktek
Hasil studi ini membuktikan bahwa tidak pembelajaran di tingkat mikro masih belum
ada hubungan langsung antara sukses secara sinkron.
akademik dengan sukses dalam kehidupan Ketidaksinkronan tersebut merupakan
yang riil (there is no direct relationship salah satu penyebab belum sinergisnya
between academic success and life success). berbagai elemen pendukung pendidikan
Inti studi yang dilaksanakan oleh Ginzberg formal untuk menggairahkan jiwa, semangat
(2010) menegaskan bahwa kunci sukses dan perilaku kewirausahaan mahasiswa.
berkarya dan bekerja produktif terletak pada Kelemahan pengembangan kewirausahaan
bagaimana seseorang memandang potensi pada kalangan mahasiswa pada prinsipnya
diri dengan kemampuan kewirausahaan yang tidak dapat dilepaskan dari metode
unggul. Menurut Ginzberg, konsep diri dalam pembelajaran yang berlangsung secara
pengembangan kewirausahaan dapat umum di perguruan tinggi. Chang (2012)
dianalogikan sebagai sistem operating dalam seorang pimpinan sektor yang menangani
menjalankan komputer. Jika sistem operating Human Resource. di World Bank
dalam komputer tidak bisa berjalan baik maka membuktikan gambaran distribusi kegiatan
komputer akan mengalami error dan dalam suatu innovation class sangat lemah
akibatnya tidak dapat bekerja maksimum. menimbulkan daya kreasi mahasiswa sebagai
Dalam konteks ini disadari bahwa muara peserta didik. Keadaan ini mempengaruhi
dari hambatan yang ada sebenarnya terletak proses pengembangan kewirausahaan
pada keadaan yang masih belum optimal mahasiswa. Pada Tabel 1 teramati gambaran
capaian dari kebijakan pendidikan tinggi untuk distribusi yang dimaksud.
mengembangkan perilaku kewirausahaan

Tabel 1. Gambaran Distribusi Kegiatan dalam Innovative Class


No Jenis Kegiatan Persentase
1 Investigasi 3
2 Kerja Praktek 10
3 Diskusi 15
4 Problem Solving 20
5 Exposisi 12
6 Presentasi belajar sendiri 10
7 Kolaborasi dengan Peers 10
8 Analisis dan Penarikan Kesimpulan 10
9 Refleksi terhadap belajar sendiri 10
Sumber : Chang (2012)

Berdasarkan informasi pada Tabel 1 di atas, yang disampaikan sewaktu proses


terungkap bahwa sistem pembelajaran yang perkuliahan mayoritas bersifat teoritik. Materi
inovatif mestinya menonjol pada jumlah sesi yang membangun inspirasi berkarya relatif
untuk problem solving dan diskusi serta minim terutama yang berbasis hasil riset di
exposisi diikuti dengan unsur-unsur belajar lapangan. Beberapa permasalahan tersebut
yang lain. Namun beberapa unsur tersebut akhirnya menjadikan mahasiswa lebih pasif
tampaknya untuk Indonesia masih lemah dan daya kreativitas lemah. Keadaan ini
karena materi sajian dari pihak dosen lebih menunjukkan bahwa sistem pembelajaran
dominan. Posisi dosen cenderung tampil belum mampu merangsang inovasi dan
sebagai one man show, sedangkan kreativitas mahasiswa. Dominasi peran dosen
mahasiswa condong menjadi subordinasi di beberapa negara dapat dilihat secara lebih
dalam proses pembelajaran. Subjek materi
205
Inovasi dan Kewirausahaan, Vol. 3, No. 3,September 2014

jelas dari informasi yang tercantum pada Tabel 2.

Tabel 2. Jumlah Kata yang Diucapkan oleh Dosen dan Mahasiswa pada Setiap Pelajaran
(Mata Kuliah)
No Negara Pelaku Jumlah Kata dari Jumlah Kata dari
Dosen Mahasiswa
1 Indonesia Dosen/Mahasiswa 2633 197
2 Netherland Dosen/Mahasiswa 5148 766
3 Switzerland Dosen/Mahasiswa 5360 1016
4 Chech Republic Dosen/Mahasiswa 5452 824
5 Australia Dosen/Mahasiswa 5136 810
6 Hongkong Dosen/Mahasiswa 5798 640
7 United States Dosen/Mahasiswa 5902 1018
Sumber : Indonesia Result Combined with Data From Figure 5.14 in Hiebert, J.et.al (2003)
p.109 dalam Chang (2012)
mandiri pada mahasiswa karena mentalitas
Informasi yang tertuang pada Tabel 2 tidak berani menanggung risiko dan semangat
menunjukkan bahwa ada beberapa faktor
yang menjadikan mahasiswa lebih banyak priyayi yang menempatkan harga diri terlalu
mendengarkan dan menyimak atau bahkan tinggi kesemuanya turut andil menghambat
hanya mampu menonton dosen pengembangan jiwa, semangat dan perilaku
menyampaikan materi secara dominan. kewirausahaan mahasiswa.
Padahal idealnya dalam sistem pembelajaran
di perguruan tinggi selayaknya mahasiswa UPAYA PENDORONG PENGEMBANGAN
ditempatkan sebagai sentral proses KEWIRAUSAHAAN MAHASISWA
pembelajaran yang dijiwai dengan semangat Keterpurukan sebuah negara bukan hanya
egalitarian. Bukan lagi diposisikan sebagai disebabkan oleh sumberdaya alam yang
objek akibat pada proses perkuliahan di mulai menipis, krisis moneter dan rata-rata
perguruan tinggi masih melekat budaya pendapatan per kapita yang rendah. Akan
patronase, feodalisme dan aristokrasi. tetapi, yang lebih penting lagi adalah
Sebagai konsekuensinya daya kreativitas dan disebabkan sumberdaya manusia yang
produktivitas mahasiswa bukannya menguat, lemah dalam menangkal dan mengantisipasi
namun justeru melemah dan nyaris tak krisis yang terjadi. Pendidikan tinggi dalam hal
mampu membuahkan “pengetahuan dan ini ditantang untuk dapat mencetak sarjana
inovasi baru” yang dilatarbelakangi perilaku yang memiliki kepribadian dan karakter baik,
kewirausahaan. dengan skill yang mumpuni menjadi ahli
Hambatan lain yang membelenggu bidangnya dan dilengkapi jiwa
semangat kewirausahaan mahasiswa juga kewirausahaan. Hal ini sejalan dengan
datang dari sistem sosial. Hal tersebut pernyataan McClelland (1961), bahwa states
misalnya dapat dengan mudah ditemukan that a society with a generally high level of
berita miring yang memandang rendah orang n.achievement will produce more energetic
yang mulai terjun ke dunia usaha, yang entrepreneours who, in turn, produce more
notabene syarat dengan penerapan prinsip rapid economic development.
kewirausahaan. Dengan dibekali kewirausahaan, sarjana
Opini publik sering merintangi semangat dapat menjadi individu yang mandiri sekaligus
mahasiswa berwirausaha: buat apa sekolah membuka kesempatan kerja bagi yang lain.
tinggi-tinggi kalau hanya mau jadi wirausaha? Permasalahan bangsa yang menyangkut
Demikian juga masih ada sikap kurang tingginya jumlah penggangguran terdidik
(educated unemployment) merupakan

206
tantangan tersendiri bagi perguruan tinggi dan kerjasama yang integratif antar berbagai
yang bersangkutan. Sejak dini, di awal pihak terkait. Proses pengembangan
seseorang memasuki dunia pendidikan tinggi kewirausahaan pada mahasiswa perlu
sudah selayaknya memperoleh kegiatan dilaksanakan secara berkelanjutan sebagai
ekstra kurikuler dilengkapi aktivitas intra proses sejak dini memasuki pendidikan di
kurikuler yang saling menunjang proses perguruan tinggi, on going sampai mencapai
sosialisasi kewirausahaan. kelulusan sebagai sarjana. Jadikan
Mahasiswa perlu dilibatkan secara kewirausahaan sebagai jiwa, semangat dan
partisipatif dalam ceramah interaktif, diskusi perilaku mahasiswa pada khususnya dan
terfokus, pelatihan, demonstrasi cara, mentalitas masyarakat Indonesia pada
pameran, magang dan studi banding yang umumnya. Momen ini mestinya jangan
memperkaya perilaku dalam adopsi sampai terputus dari mulai proses
kewirausahaan. Disamping itu, upaya pembentukan mind set dan awareness
pembentukan jalinan kemitraan dengan kewirausahaan, rencana aksi dan praktek
berbagai pihak terkait yang mendukung kewirausahaan sampai pada tingkat realisasi
sosialisasi kewirausahaan pada kalangan aksi dan sekaligus evaluasi secara terpadu.
mahasiswa perlu terus dilakukan secara
intensif. Program lain yang potensial DAFTAR PUSTAKA
dilaksanakan ialah kampanye nasional yang Anonim. 2012. Laporan Tracer Study Universitas
bergerak dalam rangka memasyarakatkan Jenderal Soedirman. Purwokerto
semangat, jiwa dan perilaku kewirausahaan Biro Pusat Statistik Republik Indonesia. 2012.
mahasiswa. Indonesia Dalam Angka. Jakarta
Peran perguruan tinggi dituntut semakin Chang, May Chu. 2012. Nurturing Creativity and
konkrit dalam menggiatkan jiwa, semangat Innovation in The Classroom. International
dan perilaku kewirausahaan mahasiswa. Conference on Creativity and Innovation.
Sudah saatnya kewirausahaan untuk UNESCO. Hotel Sulthan. Jakarta.
mahasiswa bukan lagi hanya slogan belaka. McClelland, David C. 1961. The Achieving Society.
Akan tetapi, yang lebih penting adalah Mc Graw Hill Company. New York.
menumbuhkan kesadaran bahwa Suryana, Yuyus dan Khatib Bayu. 2013.
kewirausahaan bagian integral dan tak Kewirausahaan – Pendekatan Karakteristik
terpisahkan dari eksistensi mahasiswa agar Wirausahawan Sukses. Kencana Prenada
dapat bergerak menuju pada suatu kenyataan Media Group. Jakarta.
yang lebih baik. Hal ini tentu perlu didukung
bersama oleh semua komponen anak bangsa. Sumber lain :
Febriyanto dalam wordpress.com. 2014
KESIMPULAN DAN SARAN Ginzberg, Eli. 2010 dalam
Pengembangan jiwa, semangat dan http://ya2n67.blogspot.com/2010/06/do-you-know-
perilaku kewirausahaan pada mahasiswa big-secret-to-success-of.html.
merupakan salah satu kebutuhan mendasar Di download Tanggal 12 Oktober 2014.
dan syarat penting bagi Bangsa Indonesia
sehubungan dengan tujuan peningkatan
kualitas sumberdaya manusia yang produktif,
kreatif dan inovatif. Berbagai permasalahan
yang merintangi pengembangan
kewirausahaan mahasiswa perlu diantisipasi
secara bijak dalam rangka menemukan solusi
yang tepat. Difusi semangat kewirausahaan
pada mahasiswa membutuhkan komitmen

207

Anda mungkin juga menyukai