Anda di halaman 1dari 17

PROPOSAL

TERAPI BERMAIN ANAK DI IRNA III.A


RSUD KOTA MATARAM

KELOMPOK 8

1. MELISA DEWI UTAMI


2. NIA USNIAH
3. YENI SARI
4. YUNI KARTINA
5. DIMAS ARYA TRIWADI PUTRA
6. NUR ZEN APRIANTI
7. FATMAWATI

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI NERS JENJANG PROFESI
MATARAM
2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat
dan kasih -Nyalah sehingga kami dapat menyusun PROPOSAL TERAPI BERMAIN ANAK
ini yang telah ditentukan.Proposal terapi bemain ini diajukan guna memenuhi tugas praktika
pada stase Keperawatan Anak.

Pada kesempatan ini juga kami berterima kasih atas bimbingan dan masukan dari semua
pihak yang telah memberi kami bantuan wawasan untuk dapat menyelesaikan Proposal Terapi
Bernain ini baik itu secara langsung maupun tidak langsung.

Kami menyadari isi ini Proposal Terapi Bernain masih jauh dari kategori sempurna, baik
dari segi kalimat, isi maupun dalam penyusunan.oleh karen itu, kritik dan saran yang
membangun dari dosen mata kuliah yang bersangkutan, sangat kami harapkan demi
kesempurnaan Proposal Terapi Bernain ini.

Mataram, 29 Desember 2020

2
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tehnik Bermain merupakan suatu aktivitas dimana anak dapat melakukan atau
mempraktikkan keterampilan, memberikan ekspresi terhadap pemikiran, menjadi kreatif,
mempersiapkan diri untuk berperan dan berpilaku dewasa, Tehnik bermain terlibat karena
anak-anak belum dapat mengekspresikan diri mereka sendiri secara tepat pada tingkat
verbal. Tehnik Bermain dapat membantu anak dalam perkembangan mereka dan
merupakan tehnik yang efektif untuk mengontrol lingkungan mereka yang tampaknya
memberikan suatu kesempatan untuk bereaksi dengan orang dewasa yang berbeda sikap
dengan mereka.(Aziz, 2009).
Efek hospitalisasi yang dialami anak saat dirawat di rumah sakit perlu mendapatkan
perhatian dan pemecahan masalah agar saat dirawat seorang anak mengetahui dan
kooperatif dalam menghadapi permasalahan yang terjadi saat perawatan. Reaksi stres yang
ditunjukkan anak saat dilakukan perawatan sangat bermacam-macam seperti ada anak
yang bertindak agresif yaitu sebagai pertahanan diri dengan mengeluarkan kata-kata
mendesis dan membentak serta menutup diri dan tidak kooperatif saat menjalani
perawatan (Alifatin, 2003).
Perawat dapat membantu orangtua menghadapi permasalahan yang berkaitan dengan
perawatan anaknya di rumah sakit karena perawat berada di samping pasien selama 24
jam.Fokus intervensi keperawatan adalah meminimalkan dukungan psikologis pada anak
anggota keluarga.Salah satu intervensi keperawatan dalam mengatasi dampak hospitalisasi
pada anak adalah dengan memberikan terapi bermain.Terapi bermain dapat dilakukan
sebelum melakukan prosedur pada anak, hal ini dilakukan untuk mengurangi rasa tegang
dan emosi yang dirasakan anak selama prosedur (Suparto, 2003 dikutip dari Mulyaman,
2008).
Pada saat dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai perasaan yang
sangat tidak menyenangkan, seperti marah, takut, cemas, sedih, dan nyeri. Perasaan
tersebut merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami anak karena menghadapi
beberapa stressor yang ada dilingkungan rumah sakit.Untuk itu, perlu adanya suatu

3
kegiatan yang dapat melepaskan anak dari ketegangan dan stress yang dialaminya, salah
satunya yaitu dengan terapi bermain.Bermain merupakan cerminan kemampuan fisik,
intelektual, emosional, dan sosial. Bermain merupakan media yang baik untuk belajar
karena dengan bermain, anak-anak akan berkata-kata (berkomunikasi), belajar
menyesuaikan diri dengan lingkungan, melakukan apa yang dapat dilakukannya, dan
mengenal waktu, jarak serta suara (Wong, 2003).

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Setelah diajak bermain, diharapkan anak dapat melanjutkan tumbuh kembangnya,
mengembangkan aktifitas dan kreatifitas melalui pengalaman bermain dan beradaptasi
efektif terhadap stress karena penyakit dan dirawat.
1.2.2 Tujuan Khusus
Setelah diajak bermain selama 35 menit, anak diharapkan:
1. Gerakan motorik halusnya lebih terarah
2. Berkembang kognitif anak
3. Dapat bersosialisasi dan berkomunikasi dengan teman sebaya yang dirawat di ruang
yang sama
4. Kejenuhan selama dirawat di RS berkurang
5. Melatih kerjasama mata dan tangan.
6. Melatih daya imajinasi.

4
BAB 2
TINJAUAN TORI
2.1 Pengertian
Tehnik bermain adalah stimulasi yang sangat tepat bagi anak.Tehnik bermain sebagai
suatu aktivitas yang membantu anak mencapai perkembangan yang utuh, baik fisik,
intelektual, sosial, moral dan emosional.(Andriana, 2011).
Tehnik bermain merupakan kegiatan yang penting bagi pertumbuhan dan perkembangan
fisik, sosial, emosi, intelektual, dan spiritual anak sekolah dasar.Dengan bermain anak dapat
mengenal lingkungan, berinteraksi, serta mengembangkan emosi dan imajinasi dengan
baik.(Adriana, 2011).
2.2 Kategori Bermain
1. Bermain bebas
Bermain bebas berarti anak bermain tanpa aturan dan tuntutan.Anak bisa
mempertahankan minatnya dan mengembangkan sendiri kegiatannya.
2. Bermain terstruktur
Bermain terstruktur direncanakan dan di pandu oleh orang dewasa.Kategori ini
membatasi dan meminimalkan daya cipta anak.
Dua kategori ini sama pentingnya dan bila dilakukan secara seimbang akan
memberikan kontribusi untuk mencerdaskan anak. (Adriana, 2011).
2.3 Klasifikasi Bermain
Ada bebarapa jenis permainan dari isi permainan manapun karakter sosialnya.
Berdasarkan isi permainan, ada sosial affectif play,sense-pleasure plsy, skillplay, games,
unoccupied behavior,dan dramatic play. Apabila di tinjau dari karakter, ada sosial
onlocker play ,solitary play, parallel play (Andriana, 2011).
1. Berdasarkan isi permainan.
a. Sosial affectif play
Inti permainan ini adalah adanya hubungan interpersonal yang menyenangkan
antara anak dan dan orang lain. Misal, permainan “ciluk ba” berbicara sambil
tersenyum atau tertawa, memberikan tangan kepada anak untuk menggenggamnya.
Anak akan mencoba berespon terhadap tingkah laku orang tuanya atau orang dewasa
tersebut dengan tersenyum dan tertawa.

5
b. Sense pleasure play
Permainan ini menggunakan alat permainan yang menyenangkan pada anak dan
mengasyikkan.misalnya dengan menggunakan air, anak akan memindah-mindahkan
air ke botol, bak, atau tempat lain. Ciri khas permainan ini adalah anak akan semakin
lama semakin asyik bersentuhan dengan alat permainan ini sehingga susah untuk
dihentikan.
c. Skill play
Permainan ini dapat meningkatkan keterampilan anak, khususnya motorik kasar
dan halus.Keterampilan tersebut di peroleh melalui pengulangan kegiatan permainan
yang dilakukan. Semakin sering melakukan kegiatan, anak akan semakin terampil.
Misalnya, anak akan terampil memegang benda-benda memindahkan benda dari satu
tempat ke tempat yang lain.
d. Games
Games anak dan permainan adalah jenis permainan yang menggunakan alat
tertentu yang menggunakan perhitungan dan skor.Permainan ini bisa dilakukan oleh
anak sendiri atau dengan temannya.
e. Unoccupied behavior
Anak tidak memainkan alat permainan tertentu, namun anak terlihat mondar
mandir, tersenyum, tertawa, membungkuk memainkan, kursi atau apa saja yang ada
di sekelilingnya. Anak tampak senang, gembira, dan asyik dengan situasi serta
lingkungannya.
f. Dramatic play
Pada permainan ini anak memainkan peran sebagai orang lain melalui
permainannya. Apabila anak bermain dengan temennya, akan terjadi percakapan di
antara mereka tentang peran orang yang mereka tiru. Permainan ini penting untuk
proses identifikasi anak terhadap peran tertentu.
2. Berdasarkan karakter sosial
a. Sosial onlocker play
Pada permainan ini anak hanya mengamati temennya yang sedang bermain,
tanpa ada insiatif untuk ikut berpartisipasi dalam permainan. Anak tersebut bersifat

6
pasif, tetapi ada proses pengamatan terhadap permainan yang sedang di lakukan
temennya.
b. Solitary play
Pada permainan ini, anak tampak berada dalam kelompok permainan, tetapi
anak bermain sendiri dengan alat permainan yang dimilikinya, dan alat permainan
tersebut berbeda dengan alat permainan yang digunakan temennya, tidak ada kerja
sama, ataupun komunikasi dengan teman sepermainannya.
c. Parallel play
Pada permainan ini, anak dapat menggunakan permainan yang sama, terapi
dengan satu anak dengan anak yang lain tidak terjadi kontak satu sama lain. Biasanya
permainan ini dilakukan oleh anak usia toddler.
d. Associative play
Pada permainan ini terjadi komunikasi antara anak satu dengan anak lain, tetapi
tidak terorganisasi, tidak ada yang memimpin permainan, dan tujuan permainan tidak
jelas. Contoh bermain boneka, masak-masakan, hujan-hujanan.
e. Cooperative play
Pada permainan ini terdapat aturan permainan dalam kelompok, tujuan dan
pemimpin permainan.Pemimpin mengatur dan mengarahkan anggotanya untuk
bertindak dalam permainan sesuai dengan tujuan yang di harapkan dalam
permainan.Misalnya bermain bola.
2.3 Bentuk-Bentuk Permainan
Dalam penggunaan alat permainan pada anak tidaklah selalu sama dengan setiap usia
tumbuh kembang melainkan berbeda, hal ini dikarenakan setiap tahap usia tumbuh
kembangan anak selalu mempunyai tugas-tugas perkembangan yang berbeda sehingga
dalam penggunaan alat selalu memperhatikan tugas masing-masing umur tumbuh kembang.
Di bawah ini terdapat jenis alat permainan yang dapat digunakan untuk anak setiap tahap
usia tumbuh kembang anak.
1. Anak usia bayi.
a. Bayi usia 0-3 bulan
Seperti disinggung pada uraian sebelumnya, karakteristik khas permainan bagi usia
bayi adalah adanya interaksi sosial yang menyenangkan antara bayi dan orang tua dan

7
atau orang dewsa sekitarnya. Selain itu perasaan senang juga menjadi ciri khas dari
permainan untuk bayi usia ini. Alat permainan yang biasa digunakan, misalnya mainan
gantung ang berwarna terang dengan bunyi musik yang menarik. Dari permainan
tersebut, secara visual bayi diberi objek yang berwarna terang dengan tujuan dengan
menstimulasi penglihatannya. Oleh karena itu bayi harus ditidurkan atau diletakkan
pada posisi yang emungkinkan agar dapat memandang bebas kesekelilingnya. Secara
auditori ajak bayi berbicara, beri kesempatan untuk mendengar pembicaraan, musik,
dan nyanyian yang menyenangkan.
b. Bayi Usia 4-6 bulan
Untuk menstimulasi penglihatan, dapat ilakukan permainan, seperti mengajak bayi
menonton TV, memberi mainan yang mudah dipegangnya dan berwarna terang, serta
dapat pula dengan cara memberi cermin dan meletakkan bayi di depannya sehingga
memungkinkan bayi dapat melihat bayangan di cermin. Stimulasi pendengaran dapat
dilakukan denagn cara selalu membiasakan memanggil namanya, mengulangi suara
yang dikeluarkannya, dan sering berbicara dengan bayi, serta meletakkan mainan yang
berbunyi di dekat telinganya. Untuk stimulasi taktil, berikan mainan yang dapat
igenggamnya, lembut, dan lentur, atau pada saat memandikan, biarkan bayi bermain
air di dalam bak mandinya.
c. Bayi usia 7-9 bulan.
Untuk stimulasi penglihatan, dapat dialakukan dengan memberikan mainan yang
berwarna terang, atau berikan kepadanya kertas dan alt tulis, biarkan ia mencoret-coret
sesuai keinginannya. Stimulasi pendengaran dapat dilakukan dengan memberi bayi
bonek yang berbunyi, mainan yang bisa dipeang dan berbunyi jika digerakkan. Untuk
itu alat permainn yang dapat diberikan pada bayi, misalnya buku dengan warna yang
terang dan mencolok, gels dan sendok yng tidak pecah, bola yang besar, berbagai
macam boneka, dan atau mainan yang dapat di dorong.
Secara garis besar pada usia 0-1 tahun perkembangan bayi mulai dapat dilatih dengan
adanya refleks, melatih kerja sama antara mata dan tangan, mata dan telinga dalam
berkoordinasi, melatih mencari objek yang ada tetapi tidak kelihatan, melatih
mengenal suara, kepekaan perabaan, keterampilan dengan gerakan yang berulang,
sehingga fungsi bermain pada usia ini sudah dapat memperbaiki pertumbuhan dan

8
perkembangan. Jenis permainan yang dianjurkan pada usia ini antara lain: benda
(permainan) aman yang dapat dimasukkan kedalam mulut, ambar bentuk muka,
boneka orang dan binatang, alat permainan yang dapat digoyang dan menimbulkan
suara, alat permainan yang berupa selimut, boneka, dan lain-lain.
2. Anak usia todler (>1 tahun sampai 3 tahun)
Anak usia todler menunjukkan karakteritik yang khas, yaitu banyak bergerak, tidak
bisa diam, dan mulai mengembangkan otonomi dan kemampuannya untuk dapat mandiri.
Oleh karena itu, dalam melakukan permainan, anak lebih bebas, spontan, dan
menunjukkan otonomi baik dalam memilih mainan maupun dalam aktivitas bermainnya.
Anak mempunyai rasa ingin tahu yang besar. Oleh karena itu, sering kali mainannya
dibongkar pasang, bahkan dirusaknya. Untuk itu harus diperhatikan keamanan dan
keselamatan anak dengan cara tidak memberikan alat permainan yang tajam dan
menimbulkan perlukaan.
a. Pada usia 1-2 tahun jenis permainan yang dapat digunakan pada usia 1-2 tahun pada
dasarnya bertujuan untuk melatih anak melakukan gerakan mendorong atau menarik,
melatih melakukan imajinasi, melatih anak melakukan kegiatan sehari-hari dan
memperkenalkan beberapa bunyi dan mampu membedakannya. Jenis permainan ini
seperti semua alat permainan yang dapat didorong dan ditarik, berupa alat rumah
tangga balok-balok, buku bergambar, kertas, pensil earna, dan lain-lain.
b. Pada usia 2-3 tahun dianjurkan untuk bermain dengan tujuan menyalurkan perasaan
atau emosi anak, mengembangkan keterampilan berbahasa, melatih motorik kasar
dan halus, mengembangkan kecerasan, melatih daya imajinasi dan melatih
kemampuan membedakan permukaan dan warna benda. Adapun jenis permainan
pada usia ini yang dapat digunakan antara lain: alat-alat untuk gambar, puzzle
sederhana, manik-manik ukuran besar, berbagai benda yang mempunyai permukaan
dan warna yang berbeda-beda dan lain-lain.
3. Anak usia prasekolah (>3 tahun sampai 6 tahun)
Sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangannya, anak usia prasekolah
mempunyai kemampuan motorik kasar dan haus yang lebih matang dari pada anak usia
todler. Anak sudah lebih aktif, kreatif, dan imajinatif. Demikian juga kemampuan
berbicara dan berhubungan sosial dengan temannya semakin meningkat.

9
Pada usia 3-6 tahun anak sudah mulai mampu mengembangkan kreativitasnya dan
sosialisasi sehingga sangat diperlukan permainan yang dapat mengembangkan
kemampuan menyamakan dan membedakan, kemampuan berbahasa, mengembangkan
kecerdasan, menumbuhkan sportifitas, mengembangkan koordinasi motorik,
mengembangkan dalam mengontrol emosi, motorik kasar dan halus, memperkenalkan
pengertianyang bersifat ilmu pengetahuan dan memperkenalkan suasana kompetisi dan
gotong royong. Sehingga jenis permainan yang dapat digunakan pada anak usia ini
seperti benda-benda disekitar rumah, buku gambar, majalah anak-anak, alat gambar,
kertas untuk belajar melipat, gunting, dan air.
4. Anak usia sekolah (6 sampai 12 tahun)
Kemampuan sosial anak usia sekolah semakin meningkat. Mereka lebih mampu
bekrja sama dengan teman sepermainanya. Sering kali pergulan dengan teman menjadi
tempat belajar mengenal norma baik atau buruk. Denagn demikian, permainan pada anak
usia sekolah tidak hanya bermanfaat untuk meningkatkan keterampilan fisik atau
intelektulnya, tetapi juga dapat mengembangkan sensitivitasnya unuk terlibat alam
kelompok dan bekerja sama dengan sesamanya. Mereka belajar norma kelompok
sehingga dapat iterima dala kelompoknya. Sisi lain manfaat bermain bagi anak usia
sekolah adalah mengembangkan kmampuannya unuk bersaing secara sehat. Bagaimana
anak dapat menerima kelebihan orang lain melalui permainan yang ditunjukkannya.
Karakteristik permainan untuk anak usia sekolah diberikan menurut jenis
kelaminnya. Anak laki-laki lebih tepat jika diberikan mainan jenis mekanik yang akan
menstimulasi kemampuan kreativitasnya dalam berkreasi sebagai seorang laki-laki,
misalnya mobil-mobilan. Anak perempuan lebih tepat iberikan permainan yang dapat
menstimulasinya untuk mengembangkan perasaan, pemikiran, dan sikapnya dalam
menjalankan peran sebagai seorang perempuan, misalnya alat untuk memasak dan
boneka.
5. Anak usia remaja (13 sampai 18 tahun)
Anak usia remaja berada dalam suatu fase peralihan, yaitu disatu sisi akan
meninggalkan masa kanak-kanak dan di sisi lain masuk pada usia dewasa dan bertindak
sebagai individu. Oleh karena itu, dikatakan bahwa anak remaja akan mengalami krisis
identitas dan apabila tidak sukses melewatinya, anak akan mencari kompensasi pada hal

10
berbahaya, seperti mengonsumsi obat-obat terlarang, minuman keras, dan sek bebas.
Anak sering kali menyendiri, berkhayal, atau melamun, di sisi lain mereka mempunyai
geng sesama anak renaja. Disini pentingnya keberadaan oran tua sebagai teman bicara,
dan sebagai orang tua yang mengetahui kebutuhan meraka.
Melihat karakteristik anak remaja demikian, mereka perlu mengisi kegiatan yang
konstruktif, misalnya dengan melakukan permainan berbagai macam olah raga,
mendengarkan atau bermain musik serta melakukan kegiatan organisasi yang positif,
seperti kelompok basket, sepak bola, karang taruna, dan lain-lain. Prinsipnya, kegiatan
bermain bagi anak remaja tidak hanya sekedar mencari kesenangan dan meningkatkan
perlembangan fisioemosional, tetapi juga lebih kearah menyalurkan minat, bakat, dan
aspirasi serta membantu remaja untuk menemukan identitas pribadinya. Untuk itu alat
permainan yang tepat bisa berupa berbagai macam alat olahraga, alat musik, dan alat
gambar atau lukis.
2.1.6 Keuntungan Bermain
Soetjiningsih, (2012) menyebutkan bahwa beberapa macam-macam keuntungan bermain
terdiri dari:
1. Membuang ekstra energy
2. Mengoptimalkan pertumbuhan seluruh bagian tubuh, seperti tulang, otot dan organ-
organ.
3. Aktifitas yang dilakukan dapat meningkatkan nafsu makan anak.
4. Anak belajar mengontrol diri
5. Berkembangnya berbagai keterampilan yang akan berguna sepanjang hidupnya.
6. Meningkatkan daya kreaktivitas.
7. Mendapatkan kesempatan menemukan arti dari benda-benda yang ada di sekitar anak.
8. Cara untuk mengatasi kemarahan, kekhawatiran, iri hati, dan kedukaan.
9. Kesempatan untuk belajar bergaul dengan orang atau anak lainnya.
10. Kesempatan untuk menjadi pihak yang kalah ataupun yang menang dalam bermian.
11. Kesempatan untuk belajar mengikuti aturan-aturan
12. Dapat mengembangkan intelektualnya.

11
2.4 Prinsip Bermain Pada Anak Hospitalisasi
a. Tidak membutuhkan banyak energi
b. Waktunya singkat
c. Mudah dilakukan
d. Aman
e. Kelompok umur
f. Tidak bertentangan dengan terapi
g. Melibatkan keluarga
2.5 Manfaat Bermain di Rumah Sakit
Ada banyak manfaat yang bisa diperoleh seorang anak bila bermain dilaksanakan di suatu
rumah sakit, antara lain:
a. Memfasilitasi situasi yang tidak familiar.
b. Memberi kesempatan untuk membuat keputusan dan kontrol.
c. Membantu untuk mengurangi stres terhadap perpisahan.
d. Memberi kesempatan untuk mempelajari tentang fungsi dan bagian tubuh.
e. Memperbaiki konsep-konsep yang salah tentang penggunaan dan tujuan peralatan dan
prosedur medis.
f. Memberi peralihan dan relaksasi.
g. Membantu anak untuk merasa aman dalam lingkungan yang asing.
h. Memberikan cara untuk mengurangi tekanan dan untuk mengekspresikan perasaan.
i. Menganjurkan untuk berinteraksi dan mengembangkan sikap-sikap yang positif terhadap
orang lain.
j. Memberikan cara untuk mengekspresikan ide kreatif dan minat.
k. Memberi cara mencapai tujuan-tujuan terapeutik

12
BAB 3
S.A.P KEGIATAN TERAPI BERMAIN TEBAK GAMBAR

3.1 Rancangan bermain


Kegiatan terapi bermain yang kelompok buat untuk mengembangkan mengembangkan
aktifitas dan kreatifitas melalui pengalaman bermain dan beradaptasi efektif terhadap stres
karena penyakit dan dirawat. Kegiatan diawali dengan penjelasan tatacara permainan dan
tujuannya. Tatacara permainan dimulai dengan memberikan gambar pada anak . Anak
diminta untuk menebak gambar. Setiap anak akan di berikan dua gambar yang diharapkan
anak tersebut dapat menyebutkan gambar apa dan maengembangkan pemikiran mereka
tentang manfaat dari gambar yang mereka dapatkan. dan petugas kesehatan harus selalu
memberikan penghargaan positif pada setiap keberhasilan yang dicapai sesuai kemampuan
masing-masing anak.
3.2 Media dan Alat
a. Kertas bergambar
b. Hadiah
3.3 Sasaran
a. Kelompok usia : anak usia 2 tahun keatas
b. Keadaan umum baik
c. Tidak terdapat keterbatasan mobilitas
d. Kooperatif
e. Jumlah peserta : sesuai jumlah pasien pada hari tersebut yang memenuhi persyaratan
3.4 Waktu Pelaksanaan
a. Hari / Tanggal : Sabtu, 2 Januari 2021
b. Waktu : 30 menit
c. Tempat : Ruang Irna IIIA RSUD Kota Mataram
3.5 Pengorganisasian
Leader : Dimas Arya Triwardi Putra
Co Leader : Nur Zen Aprianti
Observer : Nia Usniah
Fasilitator : Fatmawati, Melisa Dewi Utami, Yeni Sari, Yuni Kartina

13
3.6 Pembagian Tugas
1. Leader : Dimas Arya Triwardi
Peran Leader
a. Katalisator, yaitu mempermudah komunikasi dan interaksi dengan jalan menciptakan
situasi dan suasana yang memungkinkan klien termotivasi untuk mengekspresikan
perasaannya
b. Auxilery Ego, sebagai penopang bagi anggota yang terlalu lemah atau mendominasi
c. Koordinator, yaitu mengarahkan proses kegiatan kearah pencapaian tujuan dengan cara
memberi motivasi kepada anggota untuk terlibat dalam kegiatan
2. Co Leader : Nur Zen Aprianti
Peran Co Leader
a. Mengidentifikasi isu penting dalam proses
b. Mengidentifikasi strategi yang digunakan Leader
c. Mencatat modifikasi strategi untuk kelompok pada sesion atau kelompok yang akan
dating
d. Memprediksi respon anggota kelompok pada sesi berikutnya
3. Fasilitator : Fatmawati, Melisa Dewi Utami, Yeni Sari, Yuni Kartina
PeranFasilitator
a. Mempertahankan kehadiran peserta
b. Mempertahankan dan meningkatkan motivasi peserta
c. Mencegah gangguan atau hambatan terhadap kelompok baik dari luar maupun dari dalam
kelompok
4. Observer : Nia Usniah
Peran Observer
a. Mengamati keamanan jalannya kegiatan terapi bermain
b. Memperhatikan tingkah laku peserta selama kegiatan
c. Memperhatikan ketepatan waktu jalannya kegiatan terapi bermain
d. Menilai performa dari setiap anggota kelompok dalam melakukan terapi bermain

14
3.7 Setting Tempat

Keterangan :
: Leader : Klien

: Co Leader : Observer

: Fasilitator

Petunjuk:
Klien duduk melingkar bersama perawat

3.8 Kegiatan permainan


1. Pra interaksi
a. Leader mengorganisir kegiatan, peralatan dan pembagian tugas
b. Menata ruang bermain
c. Mengajak anak untuk menyetujui bermain
2. Proses kerja
a. Leader mengenalkan diri dan team bermain

15
b. Leader menetapkan kontrak waktu untuk bermain
c. Fasilitator memulai memimpin permainan
d. Selama permainan fasilitator :
- Mengaktifkan anak-anak berperan serta
- Memberikan reward bila ada anak yang dapat membuat origami dengan
lipatan yang baik
- Memberikan contoh yang mudah di mengerti
- Mengembangkan cara membuat origami sebagai hiasan atau alat bermain
anak di kamar
e. Selama permainan observer mengamati respon anak
3. Terminasi
a. Observer meminta anak yang mendapatkan reward untuk memperkenalkan diri
b. Eksplorasi anak setelah menunjukan jawabannya.
c. Salam penutup.

16
DAFTAR PUSTAKA

Harsono. Y. 2005. Pengaruh Terapi Bermain terhadap Perilaku Kooperatif Anak selama
Menjalani Perawatan di RS. Dr. Sardjito. Yogyakarta: Proposal penelitian Fakultas Ilmu
Keperawatan UGM.
Hurlock. E. B. 1998. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga.
Mc. Guiness. V. A. (2001). What is Play Therapy.15 Oktober 2010. Dikutip dari
http://www.kidstherapyplace.com//
Mulyaman.I. (2006).Terapi Bermain untuk Mengurangi Tingkat Kecemasan Akibat hospitalissai
pada Anak Usia Sekolah. 22 Oktober 2010. Dikutip dari
http://blognurse.blogspot.com.com/2010/12/terapi-bermain-untuk
mengurangi-tingkat.html atau Hari dalam Kehidupan Arfianto.
Rere. 2011. Terapi Bermain. http://rereners.blogspot.com/2011/02/terapi-bermain.html. [diakses
18 April 2014].
Sacharin. R. M. 1996. Prinsip Keperawatan Pediatrik. Edisi I. Jakarta: EGC.
Soetjiningsih. 1988. Tumbuh Kembang Anak. EGC: Jakarta.
Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinik Keperawatan Pediatrik Edisi 4. EGC: Jakarta.

17

Anda mungkin juga menyukai