Anda di halaman 1dari 38

ANALISA KASUS

CA GASTER
DI STATE KEPERAWATAN DASAR PROFESI
Dosen Pembimbing Akademik : Ns.Marina, S.Kep.,M.Kep
Dosen Pembimbing Klinik : Ns.Rita Marganingsih, S.Kep

Disusun Oleh :
Maria Yakolina Hurai P2002033
Melinda Dwi Irawati P2002035
Ni Ketut Irayani P2002041
Ricky Julianur P2002052
Sinthya Dewi Viramitha P2002056
Siti Kurniawati P2002058
Zukri Fauza P2002065
Zumiatullah Al Ultari P2002066

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


INSTITUT TEKNOLOGI DAN SAINS WIYATA HUSADA SAMARINDA
2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tubuh manusia terbentuk dari zat-zat yang berasal dari makanan.
Karenanya, manusia memerlukan asupan makanan guna memperoleh zat-zat
penting yang dikenal dengan istilah nutrisi. Nutrisi berfungsi untuk
membentuk dan memelihara jaringan tubuh, mengatur proses-proses dalam
tubuh, sebagai sumber tenaga, serta untuk melindungi tubuh dari
serangan penyakit. Pada nutrisi terdapat zat gizi/nutrient yang diperlukan
untuk pertumbuhan, pemeliharaan dan perbaikan tubuh, dimana zat gizi
tersebut terbagi atas makronutrien yaitu yaitu karbohidrat, lemak serta protein
dan micronutrient yang terdiri atas vitamin dan mineral (Rosdahl et al, 2014).
Fungsi utama nutrisi adalah untuk memberikan energi pada aktivitas
tubuh, membentuk kerangka serta jaringan tubuh, serta mengatur berbagai
macam proses metabolisme didalam tubuh. Didalam konsep dasar nutrisi kita
mengenal nutrisi disebut juga dengan nutrient. Setiap nutrien mempunyai
susunan kimia tertentu yang akan menampilkan sedikitnya satu fungsi khusus
sewaktu makanan dicerna dan diserap oleh tubuh. Nutrient memiliki 3 fungsi
utama yaitu menyediakan energi untuk proses metabolisme dan pergerakan
tubuh, menyediakan struktur material untuk jaringan-jaringan tubuh seperti
tulang dan otot, mengatur proses-proses dalam tubuh (Ambarwati, 2014).

B. Tujuan Umum dan Khusus


1. Tujuan Umum
Untuk dapat memahami dalam pemberian asuhan keperawatan pada klien
dengan masalah nutrisi.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui konsep dasar dengan masalah nutrisi
b. Mengetahui proses keperawatan dalam asuhan keperawatan klien
dengan masalah nutrisi.
c. Mengetahui aspek-aspek pengkajian nutrisi dalam asuhan
keperawatan.dalam asuhan keperawatan.
d. Mengetahui diagnosis keperawatan dalam asuhan keperawatan dalam
asuhan keperawatan nutrisi
e. Mengetahui intervensi keperawatan dalam asuhan keperawatan
nutrisi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Menurut Tarwoto (2010) Nutrisi adalah zat-zat gizi atau zat-zat lain yang
berhubungan dengan kesehatan dan penyakit, termasuk keseluruhan proses
dalam tubuh manusia untuk menerima makanan atau bahan-bahan dari
lingkungan hidupnya dan menggunakan bahan-bahan tersebut untuk aktivitas
penting dalam tubuh serta mengeluarkan sisanya. Nutrisi juga dapat dikatakan
sebagai ilmu tentang makanan, zat-zat gizi dan zat-zat lain yang terkandung,
aksi, reaksi dan keseimbangan yang berhubungan dengan kesehatan dan
penyakit.
Nutrisi merupakan proses pemasukan dan pengolahan zat makanan oleh
tubuh yang bertujuan menghasilkan energi dan digunakan dalam aktivitas
tubuh. Fungsi utama nutrisi adalah untuk memberi energi bagi aktivitas tubuh
membentuk struktur kerangka dan jaringan tubuh, serta
mengatur berbagai proses kimia di dalam tubuh (Hidayat, 2015).

B. Klasifikasi
Tubuh membutuhkan nutrisi untuk kelangsungan fungsi-fungsi tubuh.
Zat gizi berfungsi sebagai penghasil energi bagi fungsi organ, untuk
pergerakan, serta kerja fisik. Sebagian zat gizi berperan dalam
pembentukan dan perbaikan jaringa tubuh serta berperan sebagai
pelindung dan pengatur.
Elemen nutrisi terdiri dari karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral
dan air.
1. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber energi utama tubuh. Karbohidrat
akan terurai. Merupakan jenis karbohidrat yang paling sederhana dan
merupakan molekul yang paling kecil, dalam bentuk ini karbohidrat
diserap oleh pembuluh darah di usus. Jenis monosakarida adalah glukosa,
dektrosa, fruktosa dan galaktosa.
1) Disakarida
Jenis disakarida adalah sukrosa, maltosa, dan laktosa.
Sukrosa banyak terdapat pada makanan nabati, sedangkan
laktosa merupakan jenis gula dalam susu baik pada susu
ibu maupun susu hewan.
2) Polisakarida
Merupakan gabungan dari beberapa molekul
monosakarida. Jenis polisakarida adalah zat pati, glikogen,
dan selulosa.

a. Fungsi Karbohidrat
1) Sumber energi yang murah
2) Sumber energi utama bagi otak dan saraf.
3) Cadangan untuk tenaga tubuh
4) Pengaturan metabolisme lemak
5) Efisiensi penggunaan protein
6) Memberikan rasa kenyang

b. Sumber Karbohidrat
Sumber karbohidrat berasal dari makanan pokok, umumnya
berasal dari tumbuh-tumbuhan seperti beras, jagung, kacang,
sagu, singkong dan lain-lain. Sedangkan karbohidrat pada
hewani berbentik glikogen.

c. Pencernaan Karbohidrat
Pencernaan karbohidrat dilakukan secara mekanik dan
kimiawi. Pencernaan karbohidrat secara mekanik terjadi di
mulut, lambung dan usus halus. Pencernaan karbohidrat
secara kimiawi melalui bantuan enzim amilase saliva yang
diaktifkan oleh HCl, enzim enterokinase yang dihasilkan oleh
usus dengan mengakifkan maltosa, laktosa, dan sukrosa untuk
mengubah menjadi gula sederhana. Enzim lain yang berperan
dalam pencernaan karbohidrat adalah pankreatik alfa amilase
yang dihasilkan oleh pankreas dan berfungsi memecah pati
menjadi maltosa yang selanjutnya akan diubah menjadi
glukosa.

c. Absorbsi Karbohidrat
Karbohidrat hanya dapat diserap oleh tubuh dalam bentuk
monosakarida melalui proses difusi pada usus dan masuk ke
kapiler vilus selanjutnya dibawa menuju hati melalui vena
porta hepatika. Di hati, galaktosa dan fruktosa diubah menjadi
glukosa dan sebagian glukosa akan diubah menjadi glikogen
dengan pengaruh insulin.

2. Protein
Protein merupakan unsur zat gizi yang sangat berperan dalam
penyusunan senyawa. Senyawa penting seperti enzim, hormone
dan antibodi.
a. Jenis protein
Protein adalah senyawa kompleks, tersusun atas asam amino
atau peptida. Pada manusia terkandung 22 jenis asam
amino yang berbeda bentuk sederhana dari protein adalah
asam amino. Berdasarkan sumbernya asam amino non-
esensial. Asam amino esensial hanya dapat di peroleh dari luar
tubuh seperti makanan karena tidak dapat disintesis dalam
tubuh, misalnya :
1) Asam amino esensial antara lain histidin, isoleusin,
leusin, lisin, metionin, fenilalanin, treonin, triptofan,
valin.
2) Asam amino non-esensial antara lain alanin, arginin,
asam aspartat, sitrulin, sistein, sistine, asam glumamat,
glisin, hidroksilisin, hidroksiprolin, prolin, serin, tirosin.
Berdasarkan susunan kimianya, protein, di golongkan, menjadi
tiga golongan, yaitu :
1) Protein sederhana, yaitu jenis protein yang tidak berikatan
dengan senyawa lain seperti albumin dan globulin.
2) Protein bersenyawa, protein ini dapat membentuk ikatan
dengan zat lain seperti dengan glikogen membentuk
glikoprotein, dengan hemonglobin membentuk
kromoprotein
3) Turunan atau derivat dari protein, termasuk dalam turunan
protein misalnya albuminose, pepton dan gelatin.

b. Fungsi protein
1) Bentuk albumin berperan dalam keseimbangan cairan
yaitu dengan meningkatkan tekanan osmotik koloid serta
keseimbangan asam basa.
2) Pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubuh.
3) Pengaturan metabolisme dalam bentuk enzim dan hormon.
Sumber energi disamping karbohidrat dan lemak.
4) Bentuk kromosom, protein berperan sebagai tempat
menyimpan dan meneruskan sifat-sifat keturunan.

c. Sumber protein
1) Protein hewani, yaitu protein yang berasal dari hewan
seperti susu, daging, telur, hati, udang, kerang, ayam dan
sebagainya.
2) Protein nabati, yaitu protein yang berasal dari tumbuhan
seperti jagung, kedelai, kacang hijau, tepung terigu dan
sebagainya.

d. Pencernaan Protein
Jika ada makanan yang mengandung protein masuk ke
lambung, maka akan menstimulasi produksi pepsinogen oleh
sel utama (chief cell) lambung. Pepsinogen dengan bantuan
HCl diaktifkan dengan cepat menjadi pepsin pada pH di
bawah 5,0 dan akan efektif pada pH 2,0. Produksi pepsinogen
dipengaruhi oleh adanya hormon asetilkolin, gastri, dan
sekretin selama ada makanan dan kerjanya dihambat oleh
keadaan alkali seperti pada keadaan keasaman di usus. Pepsin
mengubah protein menjadi polipeptida, yaitu albuminosa dan
pepton. Usus, albuminosa dan pepton akan diubah menjadi
asam amino dengan bantuan enzim tripsin dari pankreas.

e. Absorbsi protein
Setiap hari sekitar 200 gram asam amino diabsorbsi melalui
ileum dan masuk ke kapiler-kapiler darah vilus melalui proses
difusi, selanjutnya dibawa ke vena porta hepatika. Karena
protein dapat larut dalam air sehingga penyerapan umumnya
dapat terjadi secara sempurna, maka hampir tidak tersisa
protein makanan dalam fefes.

3. Lemak
Lemak atau lipid merupakan sumber energi yang
menghasilkan jumlah kalori yang lebih besar daripada karbohidrat
dan protein.
a. Lemak yang berikatan dengan unsur lain.
Seperti fosfolipid, merupakan senyawa ikatan lemak dengan
garam fosfor, glikolipid (senyawa ikatan lemak dengan
glikogen), serta lipoprotein (senyawa antara lipid dan protein).

b. Fungsi Lemak
Sebagai sumber energi, memberikan kalori dimana dalam 1
gram lemak menghasilkan 9 kalori pada peristiwa oksidasi.
Melarutkan vitamin sehingga dapat diserap oleh usus. Untuk
aktivitas enzim seperti fosfolipid. Penyusunan hormon seperti
biosintesis hormon steroid.

c. Sumber lemak
Berasal dari nabati dan hewani, lemak nabati mengandung
lebih banyak asam lemak tak jenuh seperti pada kacang-
kancangan, kelapa, dan lain-lain. Sedangkan lemak hewani
banyak mengandung asam lemak jenuh dengan rantai panjang
seperti pada daging sapi, kambing dan lain-lain.

d. Pencernaan lemak
Pencernaan lemak dimulai di mulut dengan bantuan enzim
lipase saliva yang dihasilkan di sublingual kemudian di
lambung dan duodenum dengan bantuan enzim lipase yang
dihasilkan oleh pankreas. Enzim lipase diaktifkan oleh adanya
garam empedu yang masuk ke duodenum. Lemak dicerna
menjadi asam lemak, monogliserida, dan kolesterol dengan
bantuan garam-garam empedu dan lipase lalu diserap ke darah
manuju hati.

e. Absorbsi lemak
Sekitar 80 gram per hari lemak diabsorbsi dalam usus
khususnya di duodenum melalui mekanisme difusi pasif.
Asam lemak dengan rantai pendek (terdiri atas 10 sampai 12
atom karbon) masuk ke jaringan kapiler dan selanjutnya
dibawa ke vena porta hepatika sebagai asam lemak bebas.
Sedangkan asam lemak dengan rantai panjang (lebih dari 12
atom karbon) disintesis kembali menjadi trigliserida,
kemudian bergabung bersama lipoprotein, kolesterol dan
fosfolipid membentuk silomikron selanjutnya diabsorbsi oleh
lakteal dari villi.dari lakteal kemudian masuk ke sirkulasi
limfatik dan selanjutnya masuk ke sirkulasi darah.
4. Vitamin
Merupakan komponen organik yang dibutuhkan tubuh dalam
jumlah kecil dan tidak dapat diproduksi dalam tubuh. Vitamin
sangat berperan dalam proses metabolisme karena fungsinya
sebagai katalisator.
a. Jenis vitamin
Vitamin dikelompokkan menjadi dua yaitu sebagai berikut :
1) Vitamin yang larut dalam air seperti vitamin B Kompleks,
B1 (tiamin), B2 (riboflavin), B3 (niacin), B5 (Asam
pantothenat), B6 (Piridoksin), B12 (kobalamin), asam
folat, dan vitamin C. Jenis vitamin ini dapat larut dalam air
sehingga kelebihannya akan dibuang melalui urine.
2) Vitamin yang tidak larut dalam air tetapi larut dalam
lemak seperti vitamin A, D, E dan K.
b. Fungsi Vitamin
1) Observasi faktor penyebab gangguan tidur.
R : Mengetahui sumber permasalahan penyebab gangguan
tidur
2) Beri lingkungan yang nyaman dan tenang
R : Lingkungan yang nyaman dan tenang dapat
meningkatkan kenyamanan.
3) HE kepada pasien tentang pentingnya istirahat dan tidur.
R : Istirahat dan tidur memberikan kesempatan bagi tubuh
untuk memulihkan energi dan stamina.
4) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat
penenang. R : Merelaksasi ujung saraf dan saraf pusat
untuk mengurangi ketegangan dan stress.
C. Etiologi
Faktor-faktor yang mempengaruhi :
1. Fisiologis
a. Intake nutien
1) Kemampuan mendapat dan mengolah makanan
2) Pengetahuan
3) Gangguan menelan
4) Perasaan tidak nyaman setelah makan
5) Anoreksia
6) Nausea dan vomitus
7) Intake kalori dan lemak yang berlebih
b. Kemampuan men'erna nutrient
1) Obstruksi saluran cerna
2) Malaborbsi nutrient
3) DM
2. Kebutuhan metabolisme
a. Pertumbuhan
b. Stres
c. Kondisi yang meningkatkan BMR (latihan, hipertyroid)
d. Kanker
3. Gaya hidup dan kebiasaan
Kebiasaan makan yang baik perlu diterapkan pada usia toddler.
4. Kebudayaan dan dan kepercayaan
Kebudayaan orang asing lebih memilih padi sebagai makanan pokok.
5. Sumber ekonomi
Tinggal sendiri, seseorang yang hidup sendiri sering tidak mempedulikan
tugas memasak untuk menyediakan makanannya.
6. Kelemahan fisik
Contohnya atritis atau cedera serebrovaskular (CVA) yang menyebabkan
kesulitan untuk berbelanja dan masal. Mereka tidak mampu
merencanakan dan menyediakan makanannya sendiri.
7. Kehilangan
Terutama terlihat pada pria lansia yang tidak pernah memasak untuk
mereka sendiri. Mereka biasanya tidak memahami nilai suatu makanan
yang gizinya seimbang.
8. Depresi
Menyebabkan kehilangan nafsu makan. Mereka tidak mau bersusah
payah berbelanja, memasak atau memakan makanannya.
9. Pendapatan yang rendah
Ketidakmampuan untuk membeli makanan yang cermat untuk
meningkatkan pengonsumsian makanan yang bergizi.
10. Penyakit saluran pencernaan
Termasuk sakit gigi, ulkus
11. Obat
Pada lansia yang mendapat lebih banyak obat dibandingkan kelompok
usia lain yang lebih muda ini berakibat buruk terhadap nutrisi lansia.
Pengobatan akan mengakibatkan kemunduran nutrisi yang semakin jauh.

D. Patofisiologi
Ada beberapa hal yang mempengaruhi pemasukan intake nutrisi setiap
individu. Berikut ini adalah proses individu yang mengalami kekurangan
nutris (Nurcahyo, 2011).
Pola makan tidak teratur, obat-obatan, nikotin dan alcohol, stress

Ada beberapa hal yang


mempengaruhi
pemasukan intake nutrisi
setiap
individu. Berikut ini adalah
proses individu yang
mengalami kekurangan
nutrisi.
Pola makan tidak teratur,
obat-obatan, nikotin dan
alkohol, stres
Berkurangnya pemasukan
makanan
Kekosongan lambung
Erosi pada lambung
(gesekan dinding lambung)
Produksi HCL meningkat
Asam lambung
reflek muntah
Intake makanan tidak
adekuat
Kekurangan nutris
Ada beberapa hal yang
mempengaruhi
pemasukan intake nutrisi
setiap
individu. Berikut ini adalah
proses individu yang
mengalami kekurangan
nutrisi.
Pola makan tidak teratur,
obat-obatan, nikotin dan
alkohol, stres
Berkurangnya pemasukan
makanan
Kekosongan lambung
Erosi pada lambung
(gesekan dinding lambung)
Produksi HCL meningkat
Asam lambung
reflek muntah
Intake makanan tidak
adekuat
Kekurangan nutris
Ada beberapa hal yang
mempengaruhi
pemasukan intake nutrisi
setiap
individu. Berikut ini adalah
proses individu yang
mengalami kekurangan
nutrisi.
Pola makan tidak teratur,
obat-obatan, nikotin dan
alkohol, stres
Berkurangnya pemasukan
makanan
Kekosongan lambung
Erosi pada lambung
(gesekan dinding lambung)
Produksi HCL meningkat
Asam lambung
reflek muntah
Intake makanan tidak
adekuat
Kekurangan nutris
Berkurangnya pemasukan makanan

Kekosongan lambung

Erosi pada lambung (gesekan dinding lambung)

Produksi HCL meningkat

Reflek muntah

Intake makanan tidak adekuat

Kekurangan nutrisi

E. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang muncul akibat gangguan nutrisi seperti :
1. Nafsu makan menurun
2. Lesu
3. Lemas
4. Tidak semangat
5. BB kurang/lebih dari normal
6. Perut terasa kembung
7. Sukar menelan
8. Mual muntah
9. Kulit kasar, kering, pucat dan bersisik
10. Konjungtiva pucat, konjungtiva serosis
11. Bibir kering, lesi anguler pada sudut mulut
12. Berkurangnya indera pengecapan mengakibatkan penurunan terhadap
citra rasa manis, asin, asam dan pahit
13. Esophagus/kerongkongan mengalami pelebaran
14. Rasa lapar menurun, asam lambung menurun
15. Gerakan usus atau gerak peristaltic lemah dan biasanya menimbulkan
konstipasi
16. Penyerapan makanan di usus menurun

F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang dapat dilakukan pada masalah nutrisi yaitu :
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Albumin (N:4-5,5 mg/100ml)
b. Transferin (N:170-25 mg/100 ml)
c. Hb (N: 12 mg%)
d. BUN (N:10-20 mg/100ml)
e. Ekskresi kreatinin untuk 24 jam (N : Laki-laki : 0,6-1,3 MG/100 ml,
Wanita : 0,5 1,0 MG/ 100 ML)
2. Pengukuran antropometri :
a. BB ideal : (TB – 100) ± 10 %
b. Lingkar pergelangnan tangan
c. Lingkar lengan atas (LLA)
Nilai normal wanita : 28,5 cm
Pria : 28,3 cm
d. Lipatan kulit pada otot trisep (TSF)
Nilai normal wanita : 16,5 – 18 cm
Pria : 12,5 -. 16,5 cm 15
3. Klinis
Metode ini didasarkan atas perubahan yang terjadi yang digunakan
dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel
seperti : kulit, rambut, dan mata.
4. Diet
Makanan yang dimakan jenisnya dan porsinya.

G. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Fokus Pengkajian
Pengkajian status nutrisi meliputi: anthropometric measurement (A),
Biochemical data (B), clinical sign (C), dan dietary history (D).
a. Anthropometric Measurement (A)
Antropometri adalah suatu sistem pengukuran ukuran dan susunan
tubuh dan bagian khusus tubuh. Pengukuran antropometrik yang
membantu dalam mengidentifikasi masalah nutrisi termasuk :
1) Tinggi badan dan berat badan
Pengukuran tinggi badan dan berat badan klien harus diperoleh
ketika masuk rumah sakit atau lingkungan pelayanan kesehatan.
Apabila memungkinkan, klien harus ditimbang pada waktu yang
sama setiap hari, pada skala yang sama, dan dengan pakaian
atau linen yang sama.
2) Lingkar pergelangan tangan
a) Digunakan untuk memperkirakan kerangka tubuh klien.
b) Ukuran kerangka adalah tinggi badan dibagi lingkar
pergelangan tangan, hasilnya dihitung nilai r
c) r = {tinggi badan (cm): lingkar pergelangan tangan (cm)}.
d) Wanita: nilai r > 11,0 (kecil); nilai r 10,1 sampai 11,0
(sedang), dan nilai r < 10,1 (besar).
e) Laki-laki: nilai r > 10,4 (kecil), nilai r 9,6 sampai 10,4
(sedang), dan < 9,6 (besar).
3) Lingkar lengan bagian tengah atas (mid-upper arm
circumference, MAC)
a) Memperkirakan massa otot skelet.
b) Lengan non dominan klien direlaksasikan, dan lingkarnya
diukur pada titik tengah, antara ujung dari prosesus
akromial skapula dan prosesus olekranon ulna.
4) Lipatan kulit tricep (triceps skinfold, TSF)
a) Digunakan untuk memperkirakan isi lemak dari jaringan
subkutan.
b) TSF adalah pengukuran yang paling umum
c) Dengan ibu jari dan jari tengah, lipatan panjang dari kulit
dan lemak yang dipegang kira-kira 1 cm dari titik tengah
MAC. Jepitan dari jangka lengkungan lipatan kulit standar
ditempatkan pada sisi lain dari lipatan lemak. Pengukuran
rata-rata diambil dari ketiga catatan. Area anatomi lain untuk
pengukuran lipatan kulit termasuk bisep, skapula, dan otot
abdominal.
5) Lingkar otot lengan bagian tengah atas (mid-upper arm muscle
circumference, MAMC)
a) MAMC adalah perkiraan dari masa otot skelet, dihitung dari
pengukuran antropometrik MAC dan TSF.
MAMC = MAC – (TSF x 3,14).
Nilai untuk MAC, TSF, dan MAMC dibandingkan dengan
standar dan dihitung sebagai suatu persentase standar.

Tabel 1.1 Standar ukuran Anthropometri berdasarkan kelompok umur


Tempat Pengukuran Umur Rata-rata
Laki-laki Perempuan
Pengukuran lingkar lengan 18-24 th 30,9 cm 27,0 cm
atas 25-34 th 32,3 cm 28,6 cm
35-44 th 32,7 cm 30,0 cm
45-54 th 32,1 cm 30,7 cm
55-64 th 31,5 cm 30,7 cm
65-74 th 30,5 cm 30,1 cm
Pengukuran lipat kulit trisep 18-24 th 11,2 cm 19,4 cm
25-34 th 12,6 cm 21,9 cm
35-44 th 12,4 cm 24,0 cm
45-54 th 12,4 cm 25,4 cm
55-64 th 11,6 cm 24,9 cm
65-74 th 11,8 cm 23,3 cm
BAB III
ANALISA KETERAMPILAN

Standar Operasional Prosedur (SOP) Tindakan Keperawatan : Pemasangan


Infus

1 Pengertian Pemasangan infuse merupakan tindakan yang dilakukan pada pasien yang
memerlukan masukan cairan atau obat langsung ke dalam pembuluh darah
vena dalam jumlah dan waktu tertentu dengan menggunakan infus set
(Potter, 2005).
2 Tujuan a. Mempertahankan atau mengganti cairan tubuh cairan elektrolit, vitamin,
protein, kalori dan nitrogen. Pada klien yang tidak mampu
mempertahankan masukan yang adekuat melalui mulut.
b. Memulihkan keseimbangan asam-asam.
c. Memulihkan volume darah dan,
d. Menyediakan saluran terbuka untuk pemberian obat-obatan
3 Indikasi a. Pasien Syok
b. Pasien yang mengalami pengeluaran cairan berlebih
c. Intoksikasi berat
d. Sebelum tranfusi darah
e. Pasien yang membutuhkan pengobatan tertentu
4 Persiapan Alat steril
Alat 1. Bak instrument berisi hand scon dan kasa steril
2. Infus set steril
3. Jarum / wingnedle / abocath dengan nomer yang sesuai
4. Korentang dan tempatnya
5. Kom tutup berisi kapas alcohol

Alat tidak steril


1. Standart infus
2. Bidai dan pembalut jika perlu
3. Perlak dan alasnya
4. Pembendung (tourniquet)
5. Plester
6. Gunting verban
7. Bengkok
8. Sarung tangan bersih

Obat-obatan
1. Alcohol 70%
2. Cairan sesuai advis dokter, misal NaCl 0,9%, Dextrose 5% dll.
Pelaksanaan Persiapan Pasien :
1. Memperkenalkan diri
2. Memberitahu dan menjelaskan tujuan tindakan
3. Meminta kesediaan pasien untuk di rawat
4. Atur posisi yang nyaman bagi klien Persiapan Lingkungan :
4. Ciptakan lingkungan yang tenang dan aman
5. Gunakan sketsel saat melakukan prosedur
6. Membawa alat ke dekat pasien Pelaksanaan :
7. Mencuci tangan
8. Memakai sarung tangan
9. Membuka daerah yang akan dipasang infus
10. Memasang alas dibawah anggota badan yang akan dipasang infus
11. Membuka set infus dan meletakkannya pada bak instrumen steril
12. Menusukkan jarum set infus ke dalam botol infus kemudian
mengalirkan cairan ke selang infus berakhir di bengkok untuk
mengeluarkan udara dan mengisi selang infus
13. Isi tempat tetesan infus kurang lebih separuhnya
14. Pastikan roller selang infus dalam keadaan menutup (ke arah
bawah)
15. Menggantungkan selang infus pada standar infus
16. Buka abocath dari bungkusnya
17. Potong 3 lembar plester
18. Pilih pembuluh darah yang akan dipasang infus, dengan syarat :
pembuluh darah berukuran besar, pembuluh darah tidak bercabang,
pembuluh darah tidak di area persendian
19. Bendung bagian proksimal/atas dari pembuluh darah yang akan
dipasang infus dengan torniquet
20. Minta pasien menggenggamkan tangan, dengn ibu jari pasien di
dalam genggaman
21. Mendesinfeksi daerah yang akan dipasang infus
22. Menusukkan jarum infus ke vena dengan lubang jarum menghadap
keatas. Pastikan darah mengaliri jarum dan abocath. Jika belum
teraliri oleh darah, temukan pembuluh darah sampai darah mengaliri
jarum dan abocath
23. Tourniket dilepas bila darah sudah masuk
24. Lepas jarum sambil meninggalkan abocath di dalam pembuluh darah
25. Tekan pangkal abocath untuk mencegah darah keluar dan
masukkan ujung sela infus set ke abocath
26. Fixasi secara menyilang menggunakan plester abocath yang sudah
terpasang
27. Alirkan cairan dari botol ke pembuluh darah dengan membuka roller.
Bila tetesan lancar, jarum masuk di pembuluh darah yang benar
28. Fixasi dengan cara kupu-kupu. Meletakkan plester dengan cara
terbalik di bawah selang infus, kemudian disilangkan
29. Menutup jarum dan tempat tusukan dengan kassa steril dan
diplester
30. Mengatur/menghitung jumlah tetesan
31. Mengatur posisi pada anggota tubuh yang diinfus bila perlu diberi
spalk
32. Menuliskan tanggal pemasangan infus pada plester terakhir
33. Merapikan alat dan pasien
34. Melepas sarung tangan dan mencuci tangan
Evaluasi a. Aliran dan tetesan infus lancar
b. Tidak terjadi hematom
c. Sterilitas terjaga
d. Infus terpasang rapi
e. Pasien nyaman
f. Lingkungan bersih
Unit terkait Unit Stroke dan Ruang Rawat Inap
6 Referensi Nursalam. 2008. Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik
Keperawatan Profesional. Jakarta: Salemba Medika.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Nutrisi merupakan kebutuhan dasar bagi manusia dan nutrisi adalah
elemen penting untuk proses dan fungsi tubuh. Enam kategori zat makanan
adalah air, karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral oleh sebab itu
sangat penting dalam pemenuhan nutrisi yang seimbang untuk
mempertahankan homeostasis tubuh.

B. Saran
1. Bagi instansi pendidikan
Bagi institusi pendidikan agar lebih banyak menyediakan referensi
yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan dasar nutrisi sebagai
bahan bacaan bagi mahasiswa guna meningkatkan kualitas pendidikan bagi
mahasiswa khususnya mahasiswa DIII Keperawatan.
2. Bagi klien dan keluarga
Agar memperoleh pengetahuan tentang kebutuhan nutrisi serta
meningkatkan kemandirian bagi keluarga dalam merawat anggota keluarga
yang mengalami masalah kebutuhan nutrisi.
3. Bagi profesi keperawatan
Bagi profesi keperawatan agar dapat meningkatkan pelayanan asuhan
keperawatan pada pasien dengan prioritas masalah kebutuhan dasar nutrisi.
4. Bagi mahasiswa
Agar menggali lebih dalam lagi ilmu pengetahuan yang berhubungan
dengan nutrisi.

DAFTAR PUSTAKA
Ambarawati, Fitri Respati. (2014). Konsep Kebutuhan Dasar Manusia.
Yogyakarta: Parama Ilmu

Hidayat, A. Aziz Alimul. (2015).  Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia, Edisi 2


Buku 2. Jakarta: Salemba Medika

Nurcahyo Akhmadi. (2011). Gangguan Nutrisi: Ketidakseimbangan Nutrisi


Kurang dari Kebutuhan Tubuh. Fakultas Kedokteran dan Ilmu-ilmu
Kesehatan Program Profesi Ners Purwokerto

Nursalam. 2008. Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan


Profesional. Jakarta: Salemba Medika.

Rosdahl, C. B., & Kowalski, M. T. (2014). Buku Ajar Keperawatan Dasar. Edisi
10. Jakarta: EGC.

Tarwoto. (2010). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Edisi 4,


Salemba Medika: Jakarta

LAPORAN KASUS KDP KELOMPOK 2


CA GASTER

Disusun Oleh :
Maria Yakolina Hurai P2002033
Melinda Dwi Irawati P2002035
Ni Ketut Irayani P2002041
Ricky Julianur P2002052
Sinthya Dewi Viramitha P2002056
Siti Kurniawati P2002058
Zukri Fauza P2002065
Zumiatullah Al Ultari P2002066

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


INSTITUT TEKNOLOGI DAN SAINS WIYATA HUSADA SAMARINDA
2020
FORMAT RESUME ANALISIS TINDAKAN STASE
KEPERAWATAN DASAR PROFESI ITKES WIYATA HUSADA
SAMARINDA

Nama Kelompok : 2 (dua)


Setase : KDP
Tanggal : 05 Januari 2021

I. IDENTITAS DIRI KLIEN


Inisial nama : Tn. S Suku : Jawa
Umur : 49 thn Pendidikan : SMA
J. kelamin : Laki-laki Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jalan Adi Scipto Lama bekerja : -
Status : Menikah. Tanggal MRS : 15 Desember 2021
Agama : Islam Tanggal Pengkajian : 15 Desember 2021
Sumber Informasi : Istri dan klien

II. RIWAYAT PENYAKIT


1. Keluhan utama saat masuk RS: .
Nyeri hebat pada lambung

2. Riwayat penyakit sekarang:


Klien masuk rumah sakit tanggal 15/12/2020, mengalami nyeri
hebat dI lambungnya. Dirawat sampai sekarang pernah laparatomi
pada tanggal 01/11/2019 dan 19/12/2019.

3. Riwayat Penyakit Dahulu:


Sakit magh kronis yang tidak pernah diobati
4. Genogram :
Tidak ada kerabat memiliki penyakit yang sama

Keterangan :

= laki-laki

= perempuan

----- = serumah

=klien

=meninggal

V. DATA FOKUS
1. Data subjektif :
Klien mengatakan ingin cepat sembuh dan cepat pulang ke rumah

2. Data ojektif :
BB : 38 , TB : 175
B = Hm : 3,6x100% = 36%
TD : 100/70 mmHg
N : 75 x/mnt
S : 36,2 0C
RR : 18 x/mnt
3. Pola eliminasi
- Sebelum masuk RS : BAB Klien teratur 1 kali sehari dan BAK
4-5 kali/hari
- Selama masuk RS : BAB 2 kali sehari dan BAK 4-5 kali/hari

4. Pola Aktivitas dan latihan


Klien tidak bisa makan dan minum sendiri, klien makan melalui NGT,
menyeka badan dibantu orang lain berbaring di tempat tidur tidak kuat
untuk duduk lama

5. Pola tidur dan istirahat


a. Sebelum sakit :
Klien mengatakan tidur siang dan malam tidur pada jam 10 malam
sampai 5 pagi
b. Selama klien sakit :
Klien mengatakan tidur siang. Klien tidur dari jam 11 malam dan
selalu terbangun-bangun

6. Pola perceptual
a. Penglihatan : penglihatan klien tidak ada yang kabur
b. Pendengaran : tidak ada yang terganggu telinga kanan dan kiri,
bersih dan tidak ada serumen
c. Pengecapan : tidak ada gangguan pada pengecapan, klien
merasakan asem, asin, manis, pahit
d. Penciuman : tidak ada gangguan dipenciuman, terpasang NGT,
tidak ada polip
e. Sensasi : tidak ada gangguan klien merasakan sensasi
dengan hangat, panas, nyeri
7. Pola persepsi kognitif
Klien menyatakan sudah lelah dengan penyakitnya
8. Pola persepsi konsep diri
a. Body image
Klien menyukai seluruh bagian tubuhnya
b. Ideal diri
Klien mengatakan ingin cepat sembuh dan ingin cepat pulang ke
rumah
c. Harga diri
Klien tidak malu dengan keadaan dirinya sekarang, tidak bekerja lagi
d. Peran
Klien adalah ayah dari 3 orang anak, pekerjaan klien swasta
e. Identitas diri
Klien seorang laki-laki, klien anak bungsu dan 3 bersaudara

9. Pola Peran dan Hubungan


Klien mengatakan peran dan hubungan dengan anak-anak baik-baik,
komunikasi baik. Istri kien menemani suaminya selalu
10. Pola seksual dan Reproduksi
Memiliki anak 3 dan status menikah

11. Pola Koping dan Toleransi stress


Klien merasa stress dan cemas ingin cepat sembuh

12. Pola Nilai dan kepercayaan


Klien mengatakan beragama islam, dan selama di rumah sakit klien tidak
menjalankan ibadahnya

VI. DATA PENUNJANG


1. Laboratorium :

Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Satuan


Leukosit 9,27 4,80 – 10,80 10 *3 /ml
Eritrosit 3,66 4,20 – 5,40 10*6/ml
Hemoglobin 9,2 12,0 – 16,0 g/dl
Hematokrit 27,5 37,0 – 54,0 %
MCV 75,3 81,0 – 99,0 Fl
MCH 25,1 27,0 – 31,0 pg
Glukosa Sewaktu - -
Ureum 104,9 19,30 – 49,2 Mg/dl
Albumin 2,7 4,0 – 4,9 Mg/dl
Creatinin 1,09 0,7 – 1,3 Mg/dl

2. Pemeriksaan penunjang lain :


a. Endeskopi
Terdapat becolan di bagian gaster

VII. TERAPI
1. Diet : pasien dipasang NGT dan diberikan bubur cair 3x sehari
2. Obat-obatan :
a. Ranitidin 3x1 50 mg
b. Metocloramid (kalau perlu)
c. Furosemide 3x1 20 mg
d. Kabiven 20 tpm
VIII PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum : Composmentis
2. Kesadaran : E4 V5 M6
3. Kepala : Simetris, tidak ada benjolan,rambut bersih, rambut
hitam dan beruban
4. Mata :
a. Konjungtiva : tidak anemis
b. Palpebra : tidak edem
c. Sclera : tidak ikterik
d. Pupil : isokor
1) Telinga : simetris, tidak ada benjolan atau serum
2) Hidung : simetris, tidak ada polip atau sumbatan. Terpasang NGT
di lubang hidung kanan
3) Mulut
a) Lidah : bersih
b) Bibir : lembab
c) Gigi : bersih
4) Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
5) Dada :
a) Paru-paru :
Inspeksi = simetris, retraksi dada simetris
Palpasi = tidak ada nyeri tekan
Perkusi = sonor
Auskultasi = vesikuler
b) Jantung :
Inspeksi = tidak ada pembesaran jantung, adanya
denyut
Palpasi = tidak ada nyeri tekan
Perkusi = suara pekak
Auskultasi = suara reguler
c) Abdomen :
Inspeksi = simetris, tidak ada asites, warna kulit tidak
kuning
Auskultasi = normal, bising usus 6/menit, timpani
Palpasi = tidak ada nyeri tekan, adanya masa
Perkusi = pekak
6) Kulit turgor :tidak ada edem, kulit tidak kuning, sedikit kuning ,
tidak ada lesi
7) Extremitas
a) Terpasang infus disebelah kanan
b) Tangan kanan kekuatan otot 4
c) Tangan kiri kekuatan otot 4
d) Kaki kanan kekuatan otot 4.
e) Kaki kiri kekuatan otot 4

IX. ANALISA DATA

No DATA PROBLEM
1. Data subjektif Nyeri Kronis
- Pasien mengatakan nyeri
- P : nyeri bertambah saat melakukan aktivitas.
- Q : pasien mengatakan nyeri tertusuk tusuk bagian
perut.
- R : pasien mengatakan nyeri bagian perut
- S :7
- T : hilang timbul
Data objektif
- Keadaan umum : compos mentis E4 V5 M6
- TTV : TD = 100/70 mmHg
N =75 x/m
- S = 36,20
- RR 18 x/m
- Pasien terlihat meringis
- Sesekali pasien memengang perut.
- Tidak mampu menuntaskan aktivitas
- Pasien tampak gelisah
- Hasil Pemeriksaan didapatkan bahwa terdapat bejolan
dibagian gaster.
2. Data Subjektif Defisit Nutrisi
- Pasien mengatakan tidak ada nafsu untuk makan
Data Objektif
- BB < rs 78 Kg
- BB > rs 30 Kg
- TB 175 cm
- Didapatkan IMT BB kurang 11,4
- Albumin Mnurun 2,7 Mg/dl
- Klien terpasang NGT
3. Data Subjektif Resiko infeksi
- Pasien mengatakan pernah di laparatomi pada tanggal
01/11/2019 dan 19/12/2019
Data Objektif
- terdapat luka di bagian abdomen
- pemeriksaan kadar albumin 2,7mg/dl

X. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri Kronis b.d penyakit kronis

2. Deficit Nutrisi b.d penurunan berat badan

3. Gangguan mobilitas fisik b.d keganasan penyakit.


Nursing Care Planning
No SDKI SLKI SIKI

1 Nyeri kronis : Tingkat nyeri Manajemen Nyeri


Definisi :
Pengalaman sensori atau Definisi :
emosional yang berkaitan dengan Definisi :
kerusakan jaringan actual atau Pengalaman sensoria tau
Mengidentifikasi dan mengelola
fungsional, dengan onset emosional yang berkaitan
mendadak atau lambat berintensi dengan kerusakan jaringan pengalaman sensoria tau
ringan hingga berat dan konstan, actual atau fungsional
emosional yang berkaitan dengan
yang berlangsung lebih dari 3 dengan onset mendadak
bulan. atau lambat dan kerusakan jaringan atau
berintensitas ringan hingga
Data subjektif fungsional dengan onset
berat dan konstan
- Pasien mengatakan nyeri mendadak atau lambat dan
Ekspetasi : menurun
- P : nyeri bertambah saat berintensitas ringan hingga berat

melakukan aktivitas. Keluhan nyeri (4) dan konstan.


Meringis (4)
- Q : pasien mengatakan nyeri Observasi
Sikap protektif (4)
tertusuk tusuk bagian perut. Kesulitan tidur (4) - Identifikasi lokasi,

- R : pasien mengatakan nyeri karakteristik, durasi,


Keterangan :
bagian perut frekuensi, kualitas, intensitas
1. Meningkat
- S :7 2. Cukup menigkat nyeri
3. Sedang - Identifikasi skala nyeri
- T : hilang timbul 4. Cukup menurun
Data objektif 5. Menurun - Identifikasi faktor yang

- Keadaan umum : compos memperberat dan

mentis E4 V5 M6 memperingan nyeri

- TTV : TD = 100/70 mmHg - Identifikasi pengaruh nyeri

N =75 x/m pada kualitas hidup

- S = 36,20 - Monitor efek samping

- RR 18 x/m analgetik

- Pasien terlihat meringis


- Sesekali pasien memengang Terapeutik

perut. - Berikan Teknik non

- Tidak mampu menuntaskan farmakologis untuk

aktivitas mengurangi nyeri seperti

- Pasien tampak gelisah Teknik pernapasan dalam,


atau aromaterapi, teknik
Hasil Pemeriksaan : Didapatkan imajinasi, terbimbing kompres
bahwa terdapat bejolan dibagian
hangat atau dingin, terapi
gaster.
bermain
- Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi

- Jelaskan strategi meredakan


nyeri
- Ajarkan teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangi nyeri
- Anjurkan monitor nyeri secara
mandiri

- Monitor nyeri secara mandiri

Kolaberasi

- Kolaborasi pemberian
analgetik

2 Deficit nutrisi Berat badan Pemberian makan enteral


Definisi :
Menyiapkan dan memberikan
Definisi : Definisi :
nutrisi melalui selang
Asupan nutrisi tidak cukup untuk Akumulasi bobot tubuh gastrointestinal
memenuhi kebutuhan metabolism sesuai dengan usia dan jenis Observasi

kelamin - periksa posisi ngt dengan


Data Subjektif memeriksa residu lambung
atau mengauskultasi udara
- Pasien mengatakan tidak ada Ekspetasi : membaik
monitor tetesan makanan pada
nafsu untuk makan pompa setiap jam
Data Objektif Berat badan (4)
Indeks masa tubuh (4) - monitor rasa penuh mual dan
- BB < rs 78 Kg
muntah
- BB > rs 30 Kg Ket : - monitor pola air besar setiap
- TB 175 cm (1) Memburuk 4-8 jam jika perlu
(2) Cukup memburuk
- Didapatkan IMT BB kurang
(3) Sedang Terapeutik :
11,4 (4) Cukup membaik - gunakan teknik bersih dalam
- Albumin Mnurun 2,7 Mg/dl (5) Membaik pemberian makanan via
selang
Klien terpasang NGT
- tinggikan kepala tempat tidur
30-45 derajat selama
pemberian makanan
- irigasi selang dengan 30 ml
air setiap 4-6 jam selama
pemberian makan dan setelah
pemberian makan intermiten
Edukasi :
- jelaskan tujuan dan langkah-
langkah prosedur

Kolaborasi :
- kolaborasi pemilihan jenis dan
jumlah makanan enteral.
3 Resiko Infeksi Kontrol Resiko Pencegahan infeksi

Definisi: Definisi: Definisi :


Berisiko mengalami peningkatan Kemampuan untuk Mengidentifikasi dan
terserang organisme patogenik mengerti, mencegah, menurunkan risiko terserang
mengeliminasi atau organisme patogenik
Data Subjektif mengurangi ancaman
- Pasien mengatakan pernah di kesehatan yang dapat di Observasi
laparatomi pada tanggal modifikasi - Monitor tanda dan gejala
01/11/2019 dan 19/12/2019 infeksi local dan sistemik (4)
Data Objektif
- Ekspetasi meningkat
- terdapat luka di bagian
Kemampuan mencari Terapeutik
abdomen
informasi tentang factor - Berikan perawatan kulit pada
- pemeriksaan kadar albumin
resiko (4) edema
2,7mg/dl
- Cuci tangan sebelum dan
- kemampuan
sesudah kontak dengan
mengidentifikasi factor
pasien dan lingkungan pasien
risiko (4)
- Pertahankan teknik aseptic
- kemampuan memodifikasi
pada pasien berisiko tinggi
(4)
- kemampuan menghindari
Edukasi
factor risiko (4)
- kemampuan mengenali - Jelaskan tanda dan gejala
perubahan status infeksi
kesehatan (4) - Ajarkan cara mencuci tangan
- pemantauan perubahan - Ajarkan cara memeriksa
status kesehatan (4) kondisi luka atau luka oprasi
- Anjurkan meningkatkan
Ket : asupan nutrisi
(1) menurun - Anjurkan meningkatkan
(2) cukup menurun asupan cairan
(3) sedang
(4) cukup meningkat Kaloberasi
(5) meningkat - Kaloborasi pemberian
imunisasi jika perlu
Keterangan :
(1) Meningkat
(2) Cukup menigkat
(3) Sedang
(4) Cukup menurun
(5) Menurun

XI. WOC (what of caution

Konsumsi makanan yang


Merokok dan alkohol Faktor genetik Infeksi Helicobacteripylori diasapkan, diasinkan atau
diawetkan

Kontak agen Mutasi gen E- Carcinogenic nitrosamines


karsinogen Candherin didalam lambung

Perubahan metaplasia pada epitelium dinding lambung

Kanker lambung

Kompresi saraf Disfagia anoreksia Intervensi radiasi dan Intervensi bedah


lokal kemoterapi gastrektomi

Asupan nutrisi
Kecemasan pemenuhan Luka pasca bedah

Anda mungkin juga menyukai