SINDROMA NEFROTIK
Definisi
dengan hematuria dan penurunan fungsi ginjal. Sindroma ini merupakan penyakit
(1,2)
antigen-antibodi dan ada kecenderungan untuk kambuh.
Etiologi
Sebab yang pasti belum diketahui, akhir-akhir ini dianggap sebagai penyakit
sklerosis setempat sekitar 10 %. Pada anak sisanya yang menderita nefrosis (10 %) ,
kehidupannya
• Pencangkokan ginjal pada masa neonatus telah dicoba tapi tidak berhasil.
• Penyakit Neoplasma
mikroskop biasa dan mikroskop elektron, Churg dkk. Membagi dalam 4 golongan
yatu :
• Kelainan minimal:
mikroskop eiektron tampak foot processus sel epitel berpadu. Dengan cara
Golongan ini lebih banyak terdapat pada anak daripada orang dewasa.
• Nefropati membranosa:
• Glomerulonefritis proliperatif :
Kelainan ini sering ditemukan pada nefritis yang timbul setelah infeksi dengan
pengobatan lama.
Terdapat proliferasi set mesangial yang tersebar dan penebalan batang lobular
Didapatkan proliferasi set mesangial dan proliferasi sel epitei simpai (kapsular)
tidak balk.
v. Lain-lain
Pada kelainan ini mencolok sklerosis glomerulus, sering disertai dengan atrofi
tubulus.
Prognosis buruk.
Patofisiotogi:
Kelainan patogenetik yang mendasari nefrosis adalah proteinuria, akibat dari
permeabilitas ini belum diketahui, tetapi mungkin terkait dengan hilangnya muatan
negatif glikoprotein dalam dinding kapiler. Pada status nefrosis, protein yang
hilang biasanya melebihi 2g/24 jam dan terutama terdiri dari albumin,
muncul bila kadar albumin serum turun dibawah 2,5g/dL (25g/ L).
tekanan onkotik plasma berkurang, natrium dan air yang telah di reabsorbsi
intravaskuler yang normal atau meningkat, dan kadar renin serta aldosteron
Pada status nefrosis, hampir semua kadar lemak (kolesterol, trigliserid) dan
sebagian penjelasan :
lipoprotein
b.. Katabolisme lemak menurun, karena penurunan kadar lipoprotein lipase plasma,
system enzim utama yang mengambil lemak dari plasma. Apakah lipoprotein
Gejala klinis
dari berat badan bahkan dan didapatkan sampai anasarka. Penderita sangat rentan
biasanya produksi urin berkurang, berat jenis urin meninggi. Sedimen dapat normal
atau berupa torak hialin, granula, lipoid terdapat pula sel darah putih, dalam urin
mungkin dapat juga ditemukan double refractile bodies. Pada fase non-nefritis uji
fungsi ginjal seperti kecepatan filtrasi glomerulus, aliran plasma ke ginjal tetap
nonnal atau meninggi. Dengan perubahan yang progresif di glomerulus terdapat
ureum normal. Anak dapat pula menderita anemia defisiensi besi karena transferin
rendah tanpa adanya hipotiroid. Pada 10 % kasus didapatkan defisiensi factor 1X,
Laju enap darah meninggi. Kadar kalsium dalam darah sering rendah. Ada keadaan
Penatalaksanaan
b. Diet TKTP yaitu makanan yang mengandung protein tinggi sebanyak 3-4
g/kgBB/hari, dengan garam minimal bila edema masih berat. Bila edema
nefrotik.
d. Diuretikum (3)
g. Lain-lain:
Pungsi asites, pungsi hidrotoraks dilakukan bila ada indikasi vital. Bila ada gagal
2. KORTIKOSTEROID
Definisi
dilepaskan oleh kelenjar hipofisis, atau atas angiotensin II. Hormon ini berperan
pada banyak system fisiologis pada tubuh, dan pengaturan inflamasi, metabolism
sitokrom P450.
Dalam bidang farmasi, obat-obatan yang disintesis sehingga memiliki efek seperti
Penggunaan Klinis
Kortikosteroid merupakan obat yang sangat banyak dan luas dipakai dalam
digunakan pada pengobatan nyari sendi, arthritis temporal, dermatitis, reaksi alergi,
asma, hepatitis, SLE, IBD, serta sarcoidosis. Selain sediaan oral, terdapat pula
sediaan dalam bentuk obat luar untuk penggunaan kulit, mata dan juga IBD.
pengobatan kelainan fungsi adrenal. Hormon ini juga sering digunakan dalam dosis
yang lebih besar untuk pengobatan berbagai kelainan perdangan dan imunologi.
Pemakaian glukokortikoid pada pengobatan fungsi adrenal biasanya diberikan
tidak ada kemampuan untuk memelihara kadar gula selama puasa. Untuk keadaan
per oral pada jam 11 malam, dan sampel plasma diiambil pada pagi hari. Pada
pada sindrom chusing kadarnya biasanya lebih besar dari pada 10 mikrogram.
Namun hasil ini tidak dapat dipercaya pada keadaan depresi, anxietas, penyakit
Selain itu, maturasi paru pada janin diatur oleh skresi kortisol janin. Ibu dengan
pengobatan glukokortikoid yang dalam dosis besar akan dapat menurunkan insiden
peradangan dan respon imun. Pada keadaan yang respon peradangan atau respon
tidak dapat diperbaiki akibat respon peradangan jika digunakan bersama dengan
Farmakodinamik Kortikosteroid
berinteraksi dengan respon unsur glukokortikoid pada berbagai gen dan protein
pengatur yang lain dan merangsang atau menghambat ekspresinya. Pada keadaan
tanpa adanya hormone, protein reseptor dihambat dari ikatannya dengan DNA; jadi
hormone ini tidak menghambat kerja reseptor pada DNA. Perbedaan kerja
jaringan lain yang juga harus terikat pada gen untuk menimbulkan ekspresi unsure
yang terjadi terlalu cepat untuk dijelaskan oleh ekspresi gen. Efek ini mungkin
3. Metilprednisolon
Definisi
tidak mempunyai aktivitas retensi natrium seperti glukokortikoid yang lain. Obat ini
dan imunosupresan.10
Adrenokortikoid:
kemudian memasuki inti sel, berikatan dengan DNA, dan menstimulasi rekaman
messenger RNA (mRNA) dan selanjutnya sintesis protein dari berbagai enzim akan
Efek Glukokortikoid:
Anti-inflamasi (steroidal)
pelepasan enzim lisosomal, sintesis dan atau pelepasan beberapa mediator kimia
Immunosupresan
tertunda) reaksi imun seperti halnya tindakan yang lebih spesifik yang
immunoglobulin.10
kerja dan penggunaan yang sama seperti senyawa induknya. Mempunyai dua
sediaan yaitu vial dan oral, diindikasikan untuk menginduksi diuresis atau
b. Kemudian dilanjutkan dengan peroral 2/3 dosis awa) yaitu 40 mg/m2/hari secara
intermiten yaitu setiap 3 hari dalam 1 minggu selama 4 minggu berikutnya atau
secara alternate yaitu pemberian selang sehari, dosis tunggal pada pagi hari
dengan dosis maksimum 60 mg/hari. Hal yang harus diingat pada penggunaan
c. Penderita dinyatakan Sensitif Steroid (SS) bila menunjukan hasil remisi pada
minggu.
e. Kriteria remisi adalah edema yang menghilang dan proteinuria negatif selama 3
terapi puls. Terapi puls adalah pemberian obat dosis tinggi sekaligus dengan cara
bolus intravena.9
dalam 50-100 ml dekstrose 5%, diberikan melalui infus selama 1 jam atau dapat
juga selama 6 jam. Selama pemberian perlu pemantauan tanda vital terutama
tekanan darah dan frekuensi jantung. Terapi puls diberikan selang sehari 3 kali
ke tiga diberikan prednison oral dengan dosis 2 mg/kgbb/hari selang sehari dan
minggu ke-82.
Jika dengan pengobatan ini terdapat perbaikan yang menetap, maka obat
alkilating tidak diberikan. Obat alkilating diberikan jika tetap terdapat proteinuri
infus dalam 6 jam sebanyak 3 kali selang sehari. Setelah itu diberikan prednison
30 mg/m2 LPB setiap hari selama 1 bulan, kemudian 30 mg/ m2 LPB selang se-
hari selama 2 bulan, dan 15 mg/m2 LPB selang sehari selama 2 minggu.
Pemberian seri metilprednisolon puls ini dapat dilanjutkan sampai 8 bulan hingga 4
dekstrose 5% selama 30-60 menit, diberikan selang sehari sebanyak 6 kali diikuti
demikian, terapi metilprednisolon dapat ditoleransi dengan baik oleh anak tanpa
disritmia jantung atau fibrilasi atrium. Nausea merupakan efek samping yang
sering ditemukan selama dan setelah pemberian metilprednisolon puls kemudian