Muka
(718510977)
2. MOH. INDRA
DARMAWAN
(718511010)
3. MOH. RASIDI
(718511017)
4. RIFKI KADAFI
(718511021)
5. RIDWAN (718511026)
6. RIKIANSYAH NUR
AFANDI (718511028)
Abstrak Kompetensi
Alhamdulillah walaupun dalam jangka waktu yang cukup lama dan berkat
pertolongannya, penyusun dalam menyelesaikan laporan ini yang berjudul “PLAT
DUA ARAH”.
Dengan rasa takdzim dan rendah hati, penyusun haturkan terima kasih
1. Ibu Anita Intan Nura Diana, MT. Selaku dosen pengajar dan pembimbing
4. Semua pihak baik secara langsung maupun tidak langsung yang telah
membantu sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan baik.
memberikan ilmu bagi penyusun pada khususnya dan pembaca pada umumnya.
Team Penyusun
MODUL PERKULIAHAN................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR......................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang.................................................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah........................................................................................................... 1
1.3. Tujuan.................................................................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................................... 3
2.1. Pengenalan Pelat Dua Arah......................................................................................... 3
2.2. Tumpuan Pelat................................................................................................................. 6
2.3. Jenis Perletakan Pelat Pada Balok............................................................................. 6
2.4. Pembebanan..................................................................................................................... 7
2.5. Tulangan Pelat................................................................................................................ 11
BAB III PEMBAHASAN................................................................................................................ 15
Contoh Kasus Perhitungan Pelat Dua Arah......................................................................15
BAB IV PENYELESAIAN............................................................................................................. 16
Penyelesaian ................................................................................................................................ 16
Daftar Pustaka..................................................................................................................................... 22
Plat adalah salah satu elemen struktur yang dibuat untuk menerima
beban mati dan beban hidup. Sifatnya lebih dominan terhadap lentur,
dengan ketebalan yang kecil dan bentuknya yang lebar. Sistim plat terdiri
dari beberapa macam yaitu sistem flae plate, sistem waffle slab, sistem flat
slab, rib slab dan sistem plat konvensional. Sistem plat konvensional adalah
sistem plat yang sering digunakan, kokoh dan sering dipakai untuk
dua arah. Dalam mendesain plat sendiri terdapat beberapa metode yang
digunakan, di antaranya metode desain langsung dan metode rangka
ekivalen. Selain itu di dalam desain plat harus berdaasarkan standart dan
aturan yang ada.
perencanaan.
suatu bidang yang memiliki ketebalan yang sangat kecil jika dibandingkan
dengan panjang dan lebarnya. Pelat lantai merupakan bidang tipis yang
pelat yaitu sistem lantai flat slab, grid (waffle system), dan sistem Pelat dan
balok (sistem pelat konvensional). Sistem pelat konvensional merupakan
sistem pelat yang sering digunakan, kuat dan sering digunakan untuk
menunjang lantai yang tidak beraturan. Sistem pelat ini bertumpu pada
Pelat dua arah adalah pelat yang mengalami lentur dalam dua arah,
contohnya pelat yang ditumpu pada keempat sisi yang saling sejajar.
Perbandingan antara sisi panjang dan sisi pendek yang saling tegak lurus
tidak lebih dari 2. Pelat ini harus ditulangi dalam kedua arah dengan
3. Tebal pelat
Berikut ini syarat ketentuan yang harus diperhatikan dalam
menentukan tebal pelat: Menurut SNI 2847: 2013, pasal 9.5.3.3. Khususnya
untuk pelat dengan balok yang membentang di antara tumpuan pada
monolit, tetapi ukuran balok cukup kecil, sehingga balok titik cukup
kuat untuk terjadinya rotasi plat (lihat Gambar VII.2(b)).
...................(1)
atas harus dinaikan paling tidak 10% pada panel dengan tepi tidak
menerus.
4. Ketentuan Umum
kolom
c. Suatu panel dibatasi oleh garis – garis pusat kolom, balok, atau dinding
bagian slab pada setiap sisi balok yang membentang dengan jarak
yang sama dengan proyeksi balok di atas atau di bawah slab tersebut,
yang mana yang lebih besar, tetapi tidak lebih besar dari empat kali
tebal slab
1) Terletak Bebas
Keadaan ini terjadi jika pelat diletakkan begitu saja di atas balok,
atau antara pelat dan balok tidak dicor bersama – sama, sehingga
Keadaan ini terjadi jika pelat dan balok dicor bersama – sama
secara monolit, tetapi ukuran balok cukup kecil, sehingga balok
gambar)
3) Terjepit Penuh
Keadaan ini terjadi jika pelat dan balok dicor bersama – sama
secara monolit dan ukuran balok cukup besar sehingga mampu
2.4. Pembebanan
Beban yang bekerja pada pelat adalah beban grafitasi, yang terdiri dari
beban hidup dan beban mati. Beban mati adalah semua beban yang
Purwanto). Untuk beban mati dihitung berat sendiri pelat ditambah 100
kg/m2 . Dan Beban hidup merupakan beban yang terjadi akibat beban
U = 0,9D + 1,0W
U = 0,9D + 1,0E
b. Panel pelat harus berbentuk persegi, dengan rasio antara bentang yang
lebih panjang terhadap yang lebih pendek pusat ke pusat tumpuan
10% panjang bentang (dalam arah pergeseran) dari baik sumbu antara
garis–garis pusat kolom yang berurutan diizinkan.
persamaan yang harus dipenuhi untuk balok dalam dua arah tegak
lurus.
...................(2)
...................(3)
momen negatif dan momen positif. Dan jumlah mutlak tersebut tidak
boleh lebih kecil dari
...................(4)
2) Bentang Eksterior
dalam persen, dan interpolasi linier harus dilakukan antara nilai– nilai
tersebut.
negatif interior
dimana :
...................(5)
...................(6)
Untuk slab dengan balok di antara semua tumpuan, bagian slab dari
lajur kolom harus diseimbangkan untuk menahan bagian dari
nilai (α1l2/l1) antara 1,0 dan 0, pembagian momen lajur kolom yang
ditahan oleh balok harus diinterpolasi linier antara 85% dan 0%.
5. Momen terfaktor negatif dan positif yang tidak ditahan oleh lajur
kolom harus secara seimbang diberikan pada setengah lajur tengah
Dalam SNI 2847–2013 pasal (10.2.7.1), tegangan beton sebesar 0,85 fc’
diasumsikanterdistribusi secara merata pada daerah tekanekivalen yang
dibatasi oleh tepi penampang dansuatu garis lurus yang sejajar dengan
sumbunetral sejarak a = β1 c dari serat dengan regangantekan maksimum.
Dan untuk gaya Tarik tulangan baja (Ts) dapat dihitung dengan cara
membuat perkalian antara luas baja tulangan dan tegangan lelehnya, yaitu
sebagai berikut:
Ts = As . fy.......................(8)
Karena balok dalam keadaan setimbang, maka gaya tekan beton akan
sama dengan gaya tarik baja tulangan. Dan subsitusi dari persamaan (8
dan (9), akan diperoleh besar a (tinggi blok tegangan) sebagai berikut:
...................(9)
........................(10)
Dalam SNI 2847 – 2013 pasal (14.8.3) kekuatan momen desain ØMn untuk
kombinasi lentur dan beban aksial pada tengah ketinggian harus sebesar:
ØMn ≥ Mu.............................(12)
Atau
Mn = As . fy. (d – a/2).............................(14)
Jumlah Tulagan
...................(15)
Dan untuk jumlah tulangan (n) dihitung dengan membagi luas tulangan
perlu As, terhadap luas satu batang tulangan,dengan rumus:
...................(16)
Untuk luas tulangan Ada (As ada) dapat dihitung dengan hitungan berikut ini:
...................(19)
...................(20)
Agar tulangan yang digunakan tidak terlalu sedikit atau rasio tulangan ρ
tidak terlalu kecil, diberikan syarat berikut dalam SNI 2847–2013 (pasal 10.5.1)
...................(21)
...................(22)
Dipilih yang paling besar, dan untuk nilai ρmin , dari persamaan (20) dan
(22) diperoleh persamaan berikut ini:
...................(23)
...................(24)
...................(25)
...................(26)
untuk ρb dalam pasal B.8.4.2 SNI 2847 – 2013 dihitung dengan persamaan
berikut:
...................(27)
...................(28)
, dan
...................(29)
Mpa, baja fy = 300 MPa, berat beton 25 kN/m 3, dan tersedia tulangan D10
dan D6
Soal :
Penyelesaian :
Momen Perlu :
a= =
Tulangan pokok : As =
Jarak tulangan:
Luas tulangan
K= =
a= =
Tulangan pokok : As =
Jarak tulangan:
lapangan)
Tulangan bagi :
Jarak tulangan:
Luas tulangan
Tulangan bagi
K= =
a= =
Tulangan pokok : As =
Jarak tulangan:
Luas tulangan
K= =
a= =
Tulangan pokok : As =
Jarak tulangan:
Di pilih yang kecil, jadi dipakai s = 165 mm (di samakan dengan tulangan
lapangan)
Tulangan bagi :
Jarak tulangan:
Luas tulangan
Tulangan bagi
Asroni, Ali., (2010), Balok Dan Pelat Beton Bertulang, Graha Imu, Yogyakarta.
E. Wallah, Patricia Kembuan Steenie, O. Dapas, Servie., (2018), Desain Praktis Pelat
Konvenvesional Dua Arah Beton Bertulang, Fakultas Teknik Jurusan Sipil
Universitas Sam Ratulangi, Manado.