Anda di halaman 1dari 29

MODUL PERKULIAHAN

STRUKTUR BETON BERTULANG I


PLAT DUA ARAH

Fakultas Program Studi Tatap Kode MK Disusun Oleh

Muka

Teknik Teknik Sipil 13 TKS5311 1. YUSRIYANA HAERANI

(718510977)
2. MOH. INDRA

DARMAWAN
(718511010)

3. MOH. RASIDI
(718511017)

4. RIFKI KADAFI
(718511021)

5. RIDWAN (718511026)
6. RIKIANSYAH NUR

AFANDI (718511028)

Abstrak Kompetensi

i Struktur Beton Bertulang 1


Anita Intan Nura Diana, MT
Tahun 2020
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur alhamdulillah penyusun panjatkan kehadirat Allah


Subhanahu Wata’ala yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya kepada

semua hamba – hambanya yang muslin dan muslimah.

Sholawat dan salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Baginda

kita Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wasallam, Karena kehadirannya kita


terbebas dari zaman jahilia menuju zaman yang beradab. Dan semoga

kesejahteraan tetap tercurah limpahkan kepada keluarganya, sahabat-sahabatnya


serta pengikutnya .

Alhamdulillah walaupun dalam jangka waktu yang cukup lama dan berkat
pertolongannya, penyusun dalam menyelesaikan laporan ini yang berjudul “PLAT

DUA ARAH”.

Dengan rasa takdzim dan rendah hati, penyusun haturkan terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada semua pihak, terutama kepada :

1. Ibu Anita Intan Nura Diana, MT. Selaku dosen pengajar dan pembimbing

yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama mengajar.


2. Kedua orang tua yang selalu memberikan dukungan kepada kita semua.

3. Teman-teman Fakultas Teknik yang sudah ikut membantu dalam


menyelesaikan Laporan ini.

4. Semua pihak baik secara langsung maupun tidak langsung yang telah
membantu sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan baik.

Penyusun telah berusaha agar laporan ini sempurna, jika terdapat


kesalahan dalam laporan ini kami mohon maaf. Saran dan kritik yang

membangun dari pembaca sangat penyusun harapkan untuk perbaikan


kedepan.

ii Struktur Beton Bertulang 1


Anita Intan Nura Diana, MT
Tahun 2020
Akhir kata, saya berharap semoga Laporan ini dapat bermanfaat dan

memberikan ilmu bagi penyusun pada khususnya dan pembaca pada umumnya.

Sumenep, 14 Desember 2020

Team Penyusun

iii Struktur Beton Bertulang 1


Anita Intan Nura Diana, MT
Tahun 2020
DAFTAR ISI

MODUL PERKULIAHAN................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR......................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang.................................................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah........................................................................................................... 1
1.3. Tujuan.................................................................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................................... 3
2.1. Pengenalan Pelat Dua Arah......................................................................................... 3
2.2. Tumpuan Pelat................................................................................................................. 6
2.3. Jenis Perletakan Pelat Pada Balok............................................................................. 6
2.4. Pembebanan..................................................................................................................... 7
2.5. Tulangan Pelat................................................................................................................ 11
BAB III PEMBAHASAN................................................................................................................ 15
Contoh Kasus Perhitungan Pelat Dua Arah......................................................................15
BAB IV PENYELESAIAN............................................................................................................. 16
Penyelesaian ................................................................................................................................ 16
Daftar Pustaka..................................................................................................................................... 22

iv Struktur Beton Bertulang 1


Anita Intan Nura Diana, MT
Tahun 2020
v Struktur Beton Bertulang 1
Anita Intan Nura Diana, MT
Tahun 2020
BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Plat adalah salah satu elemen struktur yang dibuat untuk menerima
beban mati dan beban hidup. Sifatnya lebih dominan terhadap lentur,

dengan ketebalan yang kecil dan bentuknya yang lebar. Sistim plat terdiri
dari beberapa macam yaitu sistem flae plate, sistem waffle slab, sistem flat

slab, rib slab dan sistem plat konvensional. Sistem plat konvensional adalah
sistem plat yang sering digunakan, kokoh dan sering dipakai untuk

menunjang sistem plat lantai yang tidak beraturan.


Pada umumnya, plat diklasifikasikan ke dalam plat satu arah dan plat

dua arah. Dalam mendesain plat sendiri terdapat beberapa metode yang
digunakan, di antaranya metode desain langsung dan metode rangka

ekivalen. Selain itu di dalam desain plat harus berdaasarkan standart dan
aturan yang ada.

Terdapat beberapa standar yang di gunakan dalam desain plat, yaitu


aturan-aturan beton bertulang yang mengalami beberapa perkembangan

dan perubahan. Dalam PBI 1971, memuat syarat-syarat minimum untuk


perencanaan dan pelaksanaan kontruksi beton bertulang yang di cor

setempat maupun yang di buat maupun yang dibuat sebelumnya, dimana


didalamnya terdapat tabel-tabel/nomogram untuk dijadikan acuan dalam

perencanaan.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa yang di maksud plat dua arah?


2. Bagaimana cara perhitungan plat dua arah?

3. Bagaimana contoh kasus plat dua arah?

1 Struktur Beton Bertulang


1
Tahun 2020
Anita Intan Nura Diana,
MT
1.3. Tujuan

1. Untuk mengetahui apa yang di maksud plat dua arah

2. Untuk mengetahui memahami perhitungan plat dua arah


3. Untuk mengetahui dan memahi contoh kasus plat dua arah

2 Struktur Beton Bertulang


1
Tahun 2020
Anita Intan Nura Diana,
MT
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengenalan Pelat Dua Arah

1. Definisi/ pengertian pelat


Pelat lantai atau slab merupakan bagian dari struktur bangunan yaitu

suatu bidang yang memiliki ketebalan yang sangat kecil jika dibandingkan
dengan panjang dan lebarnya. Pelat lantai merupakan bidang tipis yang

memikul beban transversal melalui aksi lentur ke masing–masing tumpuan


dari pelat. Pelat bersifat sangat kaku dan arahnya horizontal, sehingga

pada bagian gedung, plat berfungsi sebagai pengaku horizontal yang


bermanfaat mendukung ketegaran balok portal. Terdapat beberapa tipe

pelat yaitu sistem lantai flat slab, grid (waffle system), dan sistem Pelat dan
balok (sistem pelat konvensional). Sistem pelat konvensional merupakan

sistem pelat yang sering digunakan, kuat dan sering digunakan untuk
menunjang lantai yang tidak beraturan. Sistem pelat ini bertumpu pada

balok-balok. Berdasarkan perbandingan bentang panjang dan bentang


pendek, pelat dibedakan menjadi dua bagian, yaitiu pelat satu arah dan

pelat dua arah.


2. Pengertian Pelat dua arah

Pelat dua arah adalah pelat yang mengalami lentur dalam dua arah,
contohnya pelat yang ditumpu pada keempat sisi yang saling sejajar.

Perbandingan antara sisi panjang dan sisi pendek yang saling tegak lurus
tidak lebih dari 2. Pelat ini harus ditulangi dalam kedua arah dengan

tulangan pokok, yang besarnya sebanding dengan momen–momen pada


masing–masing arah yang timbul, dan tidak dibutuhkan tulangan bagi

lagi. Perencanaan pelat dua arah umumnya didasarkan pada koefisien

3 Struktur Beton Bertulang


1
Tahun 2020
Anita Intan Nura Diana,
MT
momen empiris, di mana meskipun koefisien ini tidak memprediksi variasi

tegangan secara akurat, namun menghasilkan pelat dengan keseluruh


faktor keamanan yang memadai.

3. Tebal pelat
Berikut ini syarat ketentuan yang harus diperhatikan dalam

menentukan tebal pelat: Menurut SNI 2847: 2013, pasal 9.5.3.3. Khususnya
untuk pelat dengan balok yang membentang di antara tumpuan pada

semua sisinya, tebal minimumnya, h, harus memenuhi ketentuan sebagai


berikut:

a) Untuk αfm < 0,2 maka menggunakan tabel 2.2 (a)


Keadaan ini terjadi jika plat dan balok dicor bersama-sama secara

monolit, tetapi ukuran balok cukup kecil, sehingga balok titik cukup
kuat untuk terjadinya rotasi plat (lihat Gambar VII.2(b)).

b) Untuk 0,2 < αfm < 2,0, h tidak boleh lebih


kecil dari,

...................(1)

dan tidak boleh kurang dari 125 mm


c) Tepi yang tidak menerus, αf > 0,8 atau h min dari kedua persamaan di

atas harus dinaikan paling tidak 10% pada panel dengan tepi tidak
menerus.

ln adalah Panjang bentang bersih dalam arah panjang terhadap


pendek pelat, diukur muka ke muka balok, β adalah Rasio bentang

bersih dalam arah panjang terhadap pendek pelat.

4 Struktur Beton Bertulang


1
Tahun 2020
Anita Intan Nura Diana,
MT
Tabel 1. Tebal minimum pelat tanpa balok

Sumber: SNI 2847: 2013

4. Ketentuan Umum

a. Lajur kolom merupakan lajur desain dengan lebar pada masing –


masing sisi garis pusat kolom sama dengan 0,25 l2 atau 0,25 l1, Lajur

kolom mencakup balok bila ada


b. Lajur tengah adalah suatu lajur desain yang dibatasi oleh dua lajur

kolom
c. Suatu panel dibatasi oleh garis – garis pusat kolom, balok, atau dinding

pada semua sisinya.


d. Untuk konstruksi monolit atau komposit penuh, suatu balok mencakup

bagian slab pada setiap sisi balok yang membentang dengan jarak
yang sama dengan proyeksi balok di atas atau di bawah slab tersebut,

yang mana yang lebih besar, tetapi tidak lebih besar dari empat kali
tebal slab

5 Struktur Beton Bertulang


1
Tahun 2020
Anita Intan Nura Diana,
MT
Gambar 1 Contoh bagian slab dengan balok

2.2. Tumpuan Pelat

Untuk merencanakan pelat beton bertulang yang perlu


dipertimbangkan tidak hanya pembebanan saja, tetapi juga jenis

perletakan dan jenis penghubung di tempat tumpuan. Kekakuan


hubunga antara pelat dan tumpuan akan menentukan besar momen

lentur yang terjadi pada pelat.


Untuk bangunan gedung, umumnya pelat tersebut di tumpu oleh

balok-balok secara monolit, yaitu pelat dan balok cor bersama-sama

2.3. Jenis Perletakan Pelat Pada Balok

Kekakuan hubungan antara pelat dan kontruksi pendukungnya


(balok) menjadi salah satu bagian dari perencanaan pelat. Ada 3 jenis

perletakan pelat pada balok, yaitu sebagai berikut:

1) Terletak Bebas

Keadaan ini terjadi jika pelat diletakkan begitu saja di atas balok,
atau antara pelat dan balok tidak dicor bersama – sama, sehingga

pelat dapat berotasi bebas pada tumpuan tersebut (lihat pada


gambar) pelat yang ditumpu oleh tembok juga termauk dalam

kategori terletak bebas


2) Terjepit Elastis

Keadaan ini terjadi jika pelat dan balok dicor bersama – sama
secara monolit, tetapi ukuran balok cukup kecil, sehingga balok

6 Struktur Beton Bertulang


1
Tahun 2020
Anita Intan Nura Diana,
MT
tidak cukup kuat untuk mencegah terjadinya rotasi pelat (lihat pada

gambar)
3) Terjepit Penuh

Keadaan ini terjadi jika pelat dan balok dicor bersama – sama
secara monolit dan ukuran balok cukup besar sehingga mampu

untuk mencegah terjadinya rotasi pelat (lihat pada gambar)

2.4. Pembebanan

Beban yang bekerja pada pelat adalah beban grafitasi, yang terdiri dari
beban hidup dan beban mati. Beban mati adalah semua beban yang

berasal dari berat banguanan, termasuk segala unsur tambahan tetap


yang merupakan satu kesatuan. (Muhammad Fahri, Suyadi, Eddy

Purwanto). Untuk beban mati dihitung berat sendiri pelat ditambah 100
kg/m2 . Dan Beban hidup merupakan beban yang terjadi akibat beban

manusia, yaitu penghuni atau pengguna gedung dan kedalamannya


termasuk beban– beban pada lantai yang berasal dari barang yang

berpindah. Dalam SNI 1727–2013 Beban Minimum untuk Perencanaan


Bangunan Gedung dan Struktur lain, (tabel 4 -1), terdapat peraturan

beban hidup untuk hunian atau penggunaan, diantaranya sebagai berikut:


 Sistem lantai akses:

7 Struktur Beton Bertulang


1
Tahun 2020
Anita Intan Nura Diana,
MT
Ruang kantor: 2.4 kN/m2

Ruang komputer: 4.79 kN/m2


 Rumah sakit

Ruang operasi: 2.87 kN/m2


Ruang pasien : 1,92 kN/m2

Koridor di atas lantai pertama : 3,83 kN/m2


 Tempat rekreasi

Bangsal dan ruang dansa : 4,79 kN/m2 dansa


Stadium dan tribun/arena dengan tempat duduk tetap (terikat

pada lantai) : 2,87 kN/m2


 Kombinasi Pembebanan

Berikut dalam pasal 9.2 SNI 2847: 2013, kombinasi pembebanan:


 U = 1,4 D U = 1,2D + 1,6L + 0,5(Lr atau R)

 U = 1,2D + 1,6 (Lr atau R) + (1,0L atau R)


 U = 1,2D + 1,0E + 1,0L

 U = 0,9D + 1,0W
 U = 0,9D + 1,0E

2.1. Metode Desain Langsung


Metode desain langsung merupakan metode yang digunakan dalam

menentukan momen– momen rencana, dalam perhitungan pelat dua arah.


Namun harus memenuhi persyaratan– persyaratan berikut :

a. Harus terdapat minimum tiga bentang menerus dalam masing–masing


arah.

b. Panel pelat harus berbentuk persegi, dengan rasio antara bentang yang
lebih panjang terhadap yang lebih pendek pusat ke pusat tumpuan

dalam penel tidak lebih besar dari dua.


c. Panjang bentang yang berurutan pusat ke pusat tumpuan dalam

masing–masing arah tidak boleh berbeda dengan lebih dari sepertiga


bentang yang lebih panjang.

8 Struktur Beton Bertulang


1
Tahun 2020
Anita Intan Nura Diana,
MT
d. Posisi kolom diijinkan mengalami pergeseran (offset) maksimum sejauh

10% panjang bentang (dalam arah pergeseran) dari baik sumbu antara
garis–garis pusat kolom yang berurutan diizinkan.

e. Beban yang diperhitungkan hanya beban gravitasi dan didistribusikan


merata pada seluruh panel pelat. Beban hidup tak terfaktor tidak boleh

melebihi dua kali beban mati tak terfaktor.


f. Panel dengan balok di antara tumpuan pada semua sisinya, berikut

persamaan yang harus dipenuhi untuk balok dalam dua arah tegak
lurus.

...................(2)

Dimana, αf1 dan αf2 dihitung :

...................(3)

2.2. Distribusi Momen

1. Momen statis terfaktor total


Momen statis terfaktor merupakan jumlah mutlak dari rata –rata

momen negatif dan momen positif. Dan jumlah mutlak tersebut tidak
boleh lebih kecil dari

...................(4)

2. Momen terfaktor negatif dan positif


1) Bentang Interior

Momen terfaktor negatif : 0,65Mo


Momen terfsktor positif : 0.35 Mo

2) Bentang Eksterior

9 Struktur Beton Bertulang


1
Tahun 2020
Anita Intan Nura Diana,
MT
Untuk plat dengan balok diantara semua tumpuan :

Momen terfaktor negatif interior : 0, 7Mo


Momen terfaktor negatif eksterior : 0,16 Mo

Momen terfaktor positif : 0,57 Mo


3. Lajur kolom diproporsikan untuk menahan bagian–bagian berikut

dalam persen, dan interpolasi linier harus dilakukan antara nilai– nilai
tersebut.

1) Momen terfaktor negatif interior


Tabel 2 Tebal minimum pelat tanpa balok untuk momen terfaktor

negatif interior

Sumber: SNI 2847:2013


2) Momen Terfaktor negatif eksterior

Tabel 3 Tebal minimum pelat tanpa balok untuk momen terfaktor


negatif eksterior

Sumber: SNI 2847:2013

dimana :

...................(5)

...................(6)

10 Struktur Beton Bertulang


1
Tahun 2020
Anita Intan Nura Diana,
MT
3) Momen terfaktor positif

Tabel 4. Tebal minimum pelat tanpa balok untuk momen terfaktor


positif

Sumber: SNI 2847:2013

Untuk slab dengan balok di antara semua tumpuan, bagian slab dari
lajur kolom harus diseimbangkan untuk menahan bagian dari

momen lajur kolom tersebut yang tidak ditahan oleh balok.


4. Momen terfaktor pada balok

Untuk balok diantara tumpuan, bila (α1l2/l1) ≥ 1,0, harus


diseimbangkan untuk menahan 85% momen lajur kolom, dan untuk

nilai (α1l2/l1) antara 1,0 dan 0, pembagian momen lajur kolom yang
ditahan oleh balok harus diinterpolasi linier antara 85% dan 0%.

5. Momen terfaktor negatif dan positif yang tidak ditahan oleh lajur
kolom harus secara seimbang diberikan pada setengah lajur tengah

yang berhubungan. Dan setiap lajur tengah harus diseimbangkan


untuk menahan jumlah momen yang diberikan pada kedua

setengah lajur tengahnya.

2.5. Tulangan Pelat

Tinggi Blok Tegangan

Untuk tinggi blok tegangan penampang plat, sesuai dengan distribusi


regangan dan tegangan pada balok beton bertulang

11 Struktur Beton Bertulang


1
Tahun 2020
Anita Intan Nura Diana,
MT
Gambar 2. Contoh bagian slab dengan balok

Dalam SNI 2847–2013 pasal (10.2.7.1), tegangan beton sebesar 0,85 fc’
diasumsikanterdistribusi secara merata pada daerah tekanekivalen yang
dibatasi oleh tepi penampang dansuatu garis lurus yang sejajar dengan
sumbunetral sejarak a = β1 c dari serat dengan regangantekan maksimum.

Gaya tekan beton dapat diperhitungkan dari hubungan tegangan-


regangan beton pada Gambar 2., gaya merupakan hasil kali antara
tegangan dan luas penampang, maka dari gambar tersebut dapat dihuting
besar Cc (gaya tekan beton ) sebagai berikut:

Cc = (0,85 . f’c).(a . b).....................(7)

Dan untuk gaya Tarik tulangan baja (Ts) dapat dihitung dengan cara
membuat perkalian antara luas baja tulangan dan tegangan lelehnya, yaitu
sebagai berikut:

Ts = As . fy.......................(8)

Karena balok dalam keadaan setimbang, maka gaya tekan beton akan
sama dengan gaya tarik baja tulangan. Dan subsitusi dari persamaan (8
dan (9), akan diperoleh besar a (tinggi blok tegangan) sebagai berikut:

...................(9)

........................(10)

Tinggi Efektif Penampang

12 Struktur Beton Bertulang


1
Tahun 2020
Anita Intan Nura Diana,
MT
Dalam SNI 2847–2013, Tinggi efektif penampang adalah jarak yang diukur
dari serat tekan terjauh ke pusat tulangan tarik longitudinal.

d = h – selimut beton – 0,5. Diameter....................(11)

Kekuatan Momen Desain

Dalam SNI 2847 – 2013 pasal (14.8.3) kekuatan momen desain ØMn untuk
kombinasi lentur dan beban aksial pada tengah ketinggian harus sebesar:

ØMn ≥ Mu.............................(12)

Dimana Mu adalah momen terfaktor maksimum pada tengah ketinggian


dinding akibat beban lateral. Dari Gambar 2., besarnya gaya tekan beton Cc
sama dengan gaya Tarik baja tulangan Ts, dan kedua gaya tersebut
berlawanan arah dengan jarak sebesar d – a/2. Arah gaya tekan beton Cc
(yang berada di sebelah atas) ke kiri, sedangkan arah gaya Tarik baja tulangan
Ts, (sebelah bawah) ke kanan, sehingga membenuk momen
kopel yang disebut momen nominal actual (Mn) dengan arah berlawanan
arah jarum jam. Momen ini dapat dihitung dengan persamaan berikut:

Mn = Cc (d – a/2) atau Mn = Ts (d – a/2)..........................(13)

Dari persamaan (12), dan diperoleh hitungan sebagai berikut:

Mn = (0,85 . f’c).(a . b) . (d – a/2)

Atau

Mn = As . fy. (d – a/2).............................(14)

Jumlah Tulagan

Luas tulangan perlu As(perlu) dihitung dari persamaan (10)

...................(15)

Dan untuk jumlah tulangan (n) dihitung dengan membagi luas tulangan
perlu As, terhadap luas satu batang tulangan,dengan rumus:

...................(16)

selanjutnya untuk jarak tulangan perlu, dapat dihitung dengan membagi


lebar per unit terhadap jumlah tulangan per meter lebar.

13 Struktur Beton Bertulang


1
Tahun 2020
Anita Intan Nura Diana,
MT
Untuk jarak tulangan, Dalam SNI 2847– 2013 pasal (14.3.5); jarak tulangan
vertikal dan horizontal satu sama lain tidak boleh lebih jauh
dari 3 kali tebal dinding, atau lebih jauh dari 450 mm, maka untuk pelat
menggunakan persamaan berikut: Di mana h = Tebal pelat

S max = 3h atau 450 mm........................(17)

Jarak tulangan perlu (Sada) < Smax............................(18)

Batasan Tulangan Maksimum Dan Minimum

Untuk luas tulangan Ada (As ada) dapat dihitung dengan hitungan berikut ini:

...................(19)

Dalam SNI 2847–2013, 𝜌 (rasio tulangan) merupakan rasio As terhadap bd,


Maka untuk menghitung ρada dapat dihitung dengan
persamaan berikut ini:

...................(20)

Agar tulangan yang digunakan tidak terlalu sedikit atau rasio tulangan ρ
tidak terlalu kecil, diberikan syarat berikut dalam SNI 2847–2013 (pasal 10.5.1)

...................(21)

...................(22)

Dipilih yang paling besar, dan untuk nilai ρmin , dari persamaan (20) dan
(22) diperoleh persamaan berikut ini:

...................(23)

Agar penampang beton dapat mendekati keruntuhan seimbang diberikan


syarat berikut ini:

...................(24)

...................(25)

14 Struktur Beton Bertulang


1
Tahun 2020
Anita Intan Nura Diana,
MT
Dalam SNI 2847–2013, rasio tulangan maximum (ρmax) dihitung sebagai
berikut:

...................(26)

untuk ρb dalam pasal B.8.4.2 SNI 2847 – 2013 dihitung dengan persamaan
berikut:

...................(27)

dimana 𝛽1 adalah faktor pembentuk tegangan beton tekan persegi


ekivalen, yang bergantung pada mutu beton (f’c). dalam pasal 10.2.7.3 SNI
2847 – 2013, nilai 𝛽1 sebagai berikut :

...................(28)

, dan

...................(29)

BAB III PEMBAHASAN

Contoh Kasus Perhitungan Pelat Dua Arah

Plat Berukuran 6m x 4m dengan tebal 120 mm, terjepit penuh pada


keempat sisinya, menahan beban hidup = 4kN/m 2 . Mutu beton fc’ = 20

Mpa, baja fy = 300 MPa, berat beton 25 kN/m 3, dan tersedia tulangan D10
dan D6

Soal :

Hitung dan gambarlah penulangan pelat tersebut

15 Struktur Beton Bertulang


1
Tahun 2020
Anita Intan Nura Diana,
MT
BAB IV PENYELESAIAN

Penyelesaian :

Berat Pelat, qD = 0,12.25 = 3 kN/m2

Beban perlu qU = 1,2. qD + 1,6.qr

= 1,2. 3+ 1,6.4 = 10 kNm

Kondisi tumpan pelat terjepit penuh, ly/lx = 6/4 = 1,5

Dari table pelat (PBI-1971) diperoleh Ctx = 36, Cty = 17

Ctx = 76, Cty = 57

Momen Perlu :

Mtx(+) = 0,001.Ctx.qu.lx2 = 0,001.36.10.42 = 5,76 kNm

Mtx(+) = 0,001.Cty.qu.lx2 = 0,001.17.10.42 = 2,72 kNm

Mtx(-) = 0,001.Ctx.qu.lx2 = 0,001.76.10.42 = 12,16 kNm

Mtx(-) = 0,001.Cty.qu.lx2 = 0,001.57.10.42 = 9,12 kNm

Penulangan pada arah bentang lx

Tulangan lapangan : Mlx(+) = 5,76 kNm, ds = 20 + 10/2 = 25 mm

16 Struktur Beton Bertulang


1
Tahun 2020
Anita Intan Nura Diana,
MT
K= =

a= =

Tulangan pokok : As =

Fc’ < 31,36 Mpa, jadi As,u

Dipilih yang besar, jadi As,u =

Jarak tulangan:

Dipilih yang kecil, jadi dipakai

Luas tulangan

Jadi dipakai tulangan pokok

17 Struktur Beton Bertulang


1
Tahun 2020
Anita Intan Nura Diana,
MT
Tulangan Tumpuan : Mtx(-)

K= =

a= =

Tulangan pokok : As =

Fc’ < 31,36 Mpa, jadi As,u

Dipilih yang besar, jadi As,u =

Jarak tulangan:

Dipilih yang kecil, jadi dipakai (di samakan dengan tulangan

lapangan)

18 Struktur Beton Bertulang


1
Tahun 2020
Anita Intan Nura Diana,
MT
Luas tulangan

Tulangan bagi :

Asb = 20%.As,u = 20%.562,745 = 112,549 mm2

Asb = 0,002.b.h = 0.002.1000.120 = 240 mm2

Dipilih yang besar, jadi Asb,u =240 mm2

Jarak tulangan:

Di pilih yang kecil, jadi s = 115 mm

Luas tulangan

Jadi dipakai tulangan pokok

Tulangan bagi

Penulangan padaa arah ly

19 Struktur Beton Bertulang


1
Tahun 2020
Anita Intan Nura Diana,
MT
Tulangan lapangan : Mly(+)

K= =

a= =

Tulangan pokok : As =

Fc’ < 31,36 Mpa, jadi As.u

Dipilih yang besar, jadi As.u =

Jarak tulangan:

Dipilih yang kecil, jadi dipakai

Luas tulangan

20 Struktur Beton Bertulang


1
Tahun 2020
Anita Intan Nura Diana,
MT
Tulangan Tumpuan : Mty(-)

K= =

a= =

Tulangan pokok : As =

Fc’ < 31,36 Mpa, jadi As.u

Dipilih yang besar, jadi As.u =

Jarak tulangan:

Di pilih yang kecil, jadi dipakai s = 165 mm (di samakan dengan tulangan

lapangan)

21 Struktur Beton Bertulang


1
Tahun 2020
Anita Intan Nura Diana,
MT
Luas tulangan

Tulangan bagi :

Asb = 20%.As,u = 20%.469,993 = 93,999 mm2

Asb = 0,002.b.h = 0.002.1000.120 = 240 mm2

Dipilih yang besar, jadi Asb,u =240 mm2

Jarak tulangan:

Di pilih yang kecil, jadi s = 115 mm

Luas tulangan

Jadi dipakai tulangan pokok

Tulangan bagi

22 Struktur Beton Bertulang


1
Tahun 2020
Anita Intan Nura Diana,
MT
23 Struktur Beton Bertulang
1
Tahun 2020
Anita Intan Nura Diana,
MT
Daftar Pustaka

Asroni, Ali., (2010), Balok Dan Pelat Beton Bertulang, Graha Imu, Yogyakarta.

E. Wallah, Patricia Kembuan Steenie, O. Dapas, Servie., (2018), Desain Praktis Pelat
Konvenvesional Dua Arah Beton Bertulang, Fakultas Teknik Jurusan Sipil
Universitas Sam Ratulangi, Manado.

24 Struktur Beton Bertulang


1
Tahun 2020
Anita Intan Nura Diana,
MT

Anda mungkin juga menyukai