Anda di halaman 1dari 170

MANAJEMEN PENEMPATAN TENAGA PENDIDIK

SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)


DALAM MENINGKATKAN MUTU
PENDIDIKAN DI TANJUNG
JABUNG BARAT

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar


Magister Pendidikan dalam Konsentrasi Manajemen
Pendidikan Islam

OLEH:

JUMALI
NIM: MMP.16.22 583

PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2018
2
3

PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
Jl. Arif Rahman Hakim Telanaipura Jambi
Jambi, November 2018
Nama Pembimbing I: Dr. H. Marwazi, M.Ag
Nama Pembimbing II: Dr. Sholahuddin, M.Pd

Alamat: Pasacasarjana UIN STS Jambi Kepada Yth.


Jl. Arif Rahman Hakim Bapak Direktur
Telanaipura Jambi Pascasarjana
UIN STS Jambi
di-
Jambi

NOTA DINAS

Assallamu’alaikum wr, wb.

Setelah memebaca dan mengadakan perbaikan sesuai dengan


persyaratan yang berlaku di Pascasarjana Universitas Islam Negeri
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, maka kami berpendapat bahwa tesis
saudara Jumali dengan judul ―Manajemen Penempatan Tenaga pendidik
sekolah menengah pertama (SMP) dalam meningkatkan mutu pendidikan
di Tanjung Jabung Barat‖ telah dapat diajukan untuk dimunaqasyahkan
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar magister (S2) program
studi Manajemen Pendidikan Islam dalam konsentrasi Manajemen
Pendidikan Islam pada pascasarjana Universitas Islam Negeri Sulthan
Thaha Saifuddin Jambi.
Demikianlah yang dapat kami sampaikan kepada Bapak, semoga
bermanfaat bagi kepentingan agama, nusa dan bangsa.
Wassallamu’alaikum, wb.

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. H. Marwazi, M.Ag Dr. Shalahuddin, M.Pd.I


4
5
6

PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
Jl. Arif Rahman Hakim Telanaipura Jambi

MOTTO

ِ ‫َه لِ َه ا َو إِ ذَ ا َح َك ْم تُ ْم بَ ْْيَ ال ن‬
‫َّاس أَ ْن‬ ِ ‫اَن‬
ْ ‫ت إِ ََلٰ أ‬ َّ َّ‫إِ ن‬
َ َ‫اَّللَ ََيْمُ ُر ُك ْم أَ ْن تُ َؤ دُّوا ْاْلَم‬
ِ ‫اَّلل َك ا نَ ََسِ يع ا ب‬ ِ ِ ِ ِ َّ َّ‫ََتْ كُ م وا ِِب لْع ْد ِل ۗ إِ ن‬
‫ص يرا‬ َ ‫ر‬ َ َّ َّ‫اَّللَ ن ع مَّ ا يَع ظُكُ ْم بِه ۗ إِ ن‬ َ ُ
Artinya: Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang
berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila
menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu
menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi
pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya
Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (Q.S. An-
Nisa:58)1

1
Departemen Agama RI, AlQur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: Dirjen Kelembagaan Islam,
2009),hal.63
7

PERSEMBAHAN

Tesis ini ku Persembahkan Kepada :

Kedua orang tuaku tercinta, (alm) H. Buchari dan (alm) Hj. Jari

Istri dan anakku tercinta, Hj. Susanti, S.Pd.I dan Bj. Ihza Mahendra serta
rekan-rekan seperjuangan pada Program Studi Manajemen Pendidikan
Islam (MPI) angkatan tahun 2017 Pascasarjana Universitas Islam Negeri
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi

Yang telah memberikan semangat, motivasi dan candaan dalam


penyelesaian studi di program Pasacasarjana UIN Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi.
8

ABSTRAK

Jumali, NIM. MMP.16. 22.583. Manajemen Penempatan Tenaga


Pendidik Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Tanjung Jabung
Barat. Tesis, Manajemen Pendidikan Islam, Pascasarjana Universitas
Islam Negeri Sulthan Thaha Syaifuddin Jambi, 2018.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana manajemen


penempatan tenaga pendidik sekolah menengah pertama (SMP)Tanjung
Jabung Barat dalam meningkatkan mutu pendidikan Penelitian ini
menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dengan pengumpulan
data melalui observasi, wawancara dan dokumentasi serta teknik analisis
data yaitu pengumpulan data, reduksi data , penyajian data dan verifikasi
data
Hasil penelitian menunjukkan: 1) Konsep manajemen penempatan
tenaga pendidk sekolah menengah pertama negeri (SMPN) kabupaten
Tanjung Jabung Barat sesuai dengan konsep manajemen sumberdaya
manusia dalam fungsi penempatan yang disebut dengan staffing yaitu
melakukan penempatan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan
untuk menempatkan kekosongan posisi tenaga pendidik pada sekolah
menengah pertama negeri Tanjung Jabung Barat berdasarkan estimasi
kebutuhan dan peraturan yang berlaku; 2) Tahapan manajemen
penempatan tenaga pendidik sekolah menengah pertama negeri Tanjung
Jabung Barat adalah menerapkan tahapan manajemen berupa kegiatan
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan.
Pelaksanaan setiap tahapan manajemen penempatan tenaga pendidik,
pemerintah kabupaten Tanjung Jabung Barat melakukan perencanaan
penerimaan dan penempatan sesuai dengan data kebutuhan yang
diterima; 3) Upaya manajemen penempatan tenaga pendidik sekolah
menengah pertama negeri (SMPN) kabupaten Tanjung Jabung Barat
adalah sesuai dengan prinsip-prinsip manajemen sumberdaya manusia
yaitu berdasarkan prinsip kemanusiaan dan equal pay for equal work,
yaitu tenaga pendidik sebagai manusia yang perlu dihargai dan
pemberian balas jasa sesuai dengan prestasi kerja.
Kata Kunci: Manajemen, Penempatan Tenaga Pendidik, Tenaga
Pendidik,
Mutu Pendidikan
9

ABSTRACT
Jumali, NIM. MMP.16. 22.583. Management of the State of Junior High
School Teachers in Tanjung Jabung Barat Region. Theses, Islamic
Educational Management Islamic Educational Management,
Postgraduate State of Islamic University Sulthan Thaha Saifuddin Jambi,
2018.

The purpose of this study is to understand how to placement


management of teachers of the state junior high school Tanjung Jabung
Barat. This study employed descriptive qualitative method and obtained
the data from observation, interviewing, and documentation. The data
were analyzed through data collection, data reduction, data display and
verification.
The findings are: 1) the concept of the teachers placement
management of the state junior high school Tanjung Jabung Barat fixed
with the human resource management concepts of placing function, called
staffing that places teachers suitable with planning to fill the vacuum
position in the state of junior high schools based on the needs estimation
and local and national regulation; 2) the stage of teachers placement
management implemented the phases of management tolling, hat
consists of planning, organizing, actuating and controlling. The
implementation of the stage of teachers management placement through
recruitment and placement based on the data input;;3) the effort of
placement management of the state of junior high school’s teachers West
Tanjung Jabung fixed with the human resource management principle
that is humanity and equal pay for equal work.

Keywords: management, teachers’ placement, teacher, and


educational quality
10

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah, segala Puji syukur


penulis panjatkan Kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat
dan Karunianya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
dan merampungkan penulisan tesis ini yang berjudul “Manajemen
Penempatan Tenaga Pendidik Sekolah Menengah Pertama (SMPN)
dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Kabupaten Tanjung Jabung
Barat”. Sholawat dan salam semoga Allah SWT senantiasa curahkan
kepada junjungan alam Nabi Muhammad SAW, para sahabat dan para
pengikutNya yang senantiasa mengikuti ajaranNya sampai akhir zaman.
Dalam penyelesaian tesis ini, penulis telah berusaha dengan
semaksimal mungkin untuk kesempurnaan tesis ini, karena keterbatasan
ilmu pengetahuan yang penulis miliki, maka dalam tesis ini masih terdapat
kejanggalan dan kekurangan, baik secara metodologis maupun secara
analisis. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari
semua pihak yang bersifat konstruktif agar penulis dapat
menyempurnakan tesis ini. Pada akhirnya dalam kesempatan ini
disampaikan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada semua
pihak yang telah berperan dalam pemberian bantuan berupa arahan,
bimbingan dan dorongan yang diberikan kepada penulis selama proses
penyelesaian tesis ini, yaitu kepada yang terhormat :
1. Bapak Dr. Hadri Hasan, M.A, Rektor Universitas Islam Negeri Sulthan
Thaha Syaifuddin Jambi;
2. Bapak Prof. Dr. H. Husin Ritonga, M.A, Direktur Pascasarjana
Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi;
3. Ibu Dr. Risnita, M.Pd, Wakil Direktur Pascasarjana Universitas Islam
Negeri Sulthan Thaha Syaifudin Jambi;
11

4. Bapak Dr. H. Marwazi, M.Ag selaku Pembimbing I;


5. Bapak Dr, Shalahuddin, M.Pd.I selaku Pembimbing II;
6. Bapak dan Ibu Dosen Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sulthan
Thaha Syaifuddin Jambi;
7. Bapak Ibu Tata Usaha Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sulthan
Thaha Syaifuddin Jambi;
8. Bapak Kepala Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumberdaya
Manusia Kabupaten Tanjung Jabung Barat;
9. Bapak Kepala Dinas Pendidikan dan kebudayaan Kabupaten Tanjung
Jabung Barat;
10. Bapak Kepala Bidang Pendidikan Dasar dan Menengah Kabupaten
Tanjung Jabung Barat;
11. Bapak Kepala Bidang Guru dan Tenaga Kependidikan Kabupaten
Tanjung Jabung Barat.
Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua
pihak demi kesempurnaan tesis ini.
Demikianlah, semoga Allah SWT senantiasa memberikan
inayahnya kepada kita semua, Amin Yaa Robbal ‘alamin.
Jambi, November 2018

Penulis,

JUMALI
NIM: MMP.16.22 58
12

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i


LEMBAR LOGO .......................................................................................... ii
HALAMAN NOTA DINAS ........................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS TESIS ................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... v
MOTO ......................................................................................................... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... vii
ABSTRAK .................................................................................................. viii
ABSTRACT................................................................................................. ix
KATA PENGANTAR .................................................................................... x
DAFTAR ISI ............................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xvii
TRANSLITERASI ..................................................................................... xviii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1


A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................ 13
C. Fokus Penelitian .................................................................... 14
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian .......................................... 14

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG


RELEVAN .................................................................................................. 16
A. LANDASAN TEORI ............................................................... 16
1. Sistem Manajemen Pendidikan ....................................... 16
a. Pengertian Sistem dan Manajemen
Pendidikan .................................................................... 16
b. Konsep Manajemen Pendidikan ................................. 25
c. Fungsi dan Tahapan Manajemen Pendidikan .............. 27
2. Manajemen Tenaga Pendidik .......................................... 32
3. Penempatan Tenaga Pendidik ......................................... 34
4.Tenaga Pendidik dan Mutu Pendidikan ............................ 41
B. Penelitian yang Relevan ........................................................ 59

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................... 63


A. Pendekatan Penelitian............................................................. 63
B. Situasi Sosial dan Subjek Penelitian ....................................... 64
1. Situasi Sosial ....................................................................... 64
2. Subjek Penelitian................................................................. 64
C. Jenis dan Sumber Data ........................................................... 65
13

1. Jenis Data ........................................................................... 65


2. Sumber Data ....................................................................... 66
D. Teknik Pengumpulan Data .................................................... 67
E. Teknik Analisis Data .............................................................. 69
F. Uji Keterpercayaan Data (Trustworthiness) ........................... 71
G. Rencana dan Waktu Penelitian ............................................. 74

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN, HASIL


PENELITIAN DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN ............... 75
A. Deskripsi Lokasi Penelitian.................................................... 75
1. Sejarah Kabupaten Tanjung Jabung Barat ....................... 75
2. Visi dan Misi Kabupaten Tanjung Jabung Barat ................ 77
3. Letak Geografis Kabupaten Tanjung Jabung
Barat ................................................................................. 81
4. Penduduk dan Ketenagakerjaan Kabupaten
Tanjung
Jabung Barat ..................................................................... 83
5. Pendidikan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat .............. 84
6. Perekonomian dan Keuangan Daerah
Kabupaten
Tanjung Jabung Barat ....................................................... 87
B. Temuan Data Penelitian ........................................................ 88
1. Konsep Manajemen Penempatan Tenaga
Pendidik Sekolah Menengah Pertama Negeri
(SMPN) Kabupaten Tanjung Jabung Barat ....................... 88
2. Tahapan Manajemen Penempatan Tenaga
Pendidik Sekolah Menengah Pertama Negeri
(SMPN) Kabupaten Tanjung Jabung Barat ....................... 96
3. Upaya Manajemen Penempatan Tenaga
Pendidik Sekolah Menengah Pertama Negeri
(SMPN) Kabupaten Tanjung Jabung Barat ....................... 99
C. Analisis Hasil Penelitian .................................................... 101
1. Konsep Manajemen Penempatan Tenaga
Pendidik Sekolah Menengah Pertama Negeri
(SMPN) Kabupaten Tanjung Jabung Barat ..................... 101
2. Tahapan Manajemen Penempatan Tenaga
Pendidik Sekolah Menengah Pertama Negeri
(SMPN) Kabupaten Tanjung Jabung Barat ..................... 110
14

3. Upaya Manajemen Penempatan Tenaga


Pendidik Sekolah Menengah Pertama Negeri
(SMPN) Kabupaten Tanjung Jabung Barat ..................... 118
BAB V PENUTUP ............................................................................. 125
A. Kesimpulan ..................................................................... 125
B. Implikasi .......................................................................... 126
C. Rekomendasi .................................................................. 126
D. Saran .............................................................................. 128
E. Penutup .......................................................................... 129

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
CURRICULUM VITAE
15

DAFTAR TABEL

1.1. Data Tenaga Pendidik Pegawai Negeri Sipil (PNS)


Sekolah Menengah Pertama Kabupaten Tanjung Jabung
Barat Untuk Mata Pelajaran Ujian Nasional Tahun 2017................... 4
1.2. Data Sekolah Menengah Pertama Negeri Wilayah
Kabupaten Tanjung Jabung Barat yang tidak Memiliki
Tenaga Pendidik Berdasarkan Mata Pelajaran yang di
Ujikan secara Nasional ..................................................................... 9
1.3. Rata-Rata Hasil Akhir Ujian Nasional Sekolah Menengah
Pertama Negeri Wilayah Kabupaten Tanjung Jabung
Barat yang tidak Memiliki Tenaga Pendidik Berdasarkan
Mata Pelajaran yang di Ujikan ........................................................ 11
1.4. Rata-Rata Hasil Akhir Ujian Nasional dan Sekolah
Menengah Pertama Negeri Wilayah Kabupaten Tanjung
Jabung Barat yang Memiliki Tenaga Pendidik berdasarkan
Mata Pelajaran Bahasa Inggris dan Matematika.............................. 12
3.1. Rencana dan Waktu Penelitian ....................................................... 74
4.1 Nama Sungai dan Wilayah Aliran di Kabupaten Tanjung
Jabung Barat ................................................................................... 83
4.2 Indikator Tingkat Pendidikan di Kabupaten Tanjung
Jabung
Barat ................................................................................................ 86
4.3 Perbandingan Jumlah Siswa Rombongan Belajar, dan
Jumlah Guru Mata Pelajaran IPA dan Matematika Sekolah
Menengah Pertama Negeri di Tigabelas Kecamatan
Kabupaten Tanjung Jabung Barat ................................................... 90
4.4 Jumlah Tenaga Pendidik per Mata Pelajaran Berdasarkan
Kecamatan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat........................... 107
16

DAFTAR GAMBAR

4.1 Lambang Daerah Tanjung Jabung Barat ..................................................... 78

4.2 Tahapan Manajemen Penempatan Tenaga Pendidik Sekolah


Pertama Negeri (SMPN) Kabupaten Tanjung Jabung Barat ....................... 117
17

DAFTAR TRANSLITERASI

A. Alfabet

Arab Indonesia Arab Indonesia

‫ا‬ ʼ ‫ﻄ‬ t}

‫ب‬ b ‫ظ‬ z}

‫ت‬ t ‫ع‬ ‘

‫ث‬ th ‫غ‬ Gh

‫ج‬ j ‫ف‬ F

‫ح‬ h ‫ق‬ Q

‫خ‬ kh ‫ﻙ‬ K

‫د‬ d ‫ل‬ L

‫ر‬ dh ‫م‬ M

‫ﺮ‬ r ‫ن‬ N

‫ز‬ z ‫و‬ W

‫س‬ s ‫ه‬ H

‫ش‬ sh ‫ء‬ ,

‫ص‬ s} ‫ي‬ Y

‫ض‬ d}
18

B.Vokal Dan Harakat

Arab Indonesia Arab Indonesia Arab Indonesia

‫آ‬ A ‫ﺎ‬ a> ‫إى‬ i>

‫ﭐ‬ U ‫آﯽ‬ ả ‫آو‬ Aw

‫إ‬ I ‫ﺃﻮ‬ u> ‫آﯽ‬ Ay

C.T ar ủṭah
1. T mar ṭah yang mati atau mendapat harakat sukun,
transliterasinya diakhiri dengan /h/.

Arab Indonesia
‫صالۃ‬ Ṣ
‫مﺮاۃ‬

2. Ta>‘ marbu>t}ah yang hidup atau mendapat harakat fathah,


kasrah dan dhammah, maka transliternya diakhiri dengan /t/.

Arab Indonesia

‫وزارۃالتﺮبيۃ‬ -Tarbiyah

‫مﺮاۃالزمن‬ -Zaman
19

TRANSLITERASI
A. Alfabet

Arab Indonesia Arab Indonesia

‫ا‬ ʼ ‫ﻄ‬ t}

‫ب‬ b ‫ظ‬ z}

‫ت‬ t ‫ع‬ ‗

‫ث‬ th ‫غ‬ Gh

‫ج‬ j ‫ف‬ F

‫ح‬ h ‫ق‬ Q

‫خ‬ kh ‫ﻙ‬ K

‫د‬ d ‫ل‬ L

‫ذ‬ dh ‫م‬ M

‫ﺮ‬ r ‫ن‬ N

‫ز‬ z ‫و‬ W

‫س‬ s ‫ه‬ H

‫ش‬ sh ‫ء‬ ,

‫ص‬ s} ‫ي‬ Y

‫ض‬ d}
20

B.Vokal Dan Harakat

Arab Indonesia Arab Indonesia Arab Indonesia

‫آ‬ A ‫ﺎ‬ a> ‫اى‬ i>

‫ﭐ‬ U ‫آﯽ‬ ả ‫آو‬ Aw

‫ا‬ I ‫ﺃﻮ‬ u> ‫آﯽ‬ Ay

C.T ar ủṭah
1. T mar ṭah yang mati atau mendapat harakat sukun, transliterasinya
diakhiri dengan /h/.

Arab Indonesia

‫صالۃ‬ Ṣal h
‫مﺮاۃ‬ Mir‘ h

2. Ta>‘ marbu>t}ah yang hidup atau mendapat harakat fathah, kasrah dan
dhammah, maka transliternya diakhiri dengan /t/.

Arab Indonesia

‫وزارۃالرتبيۃ‬ i rat al-Tarbiyah

‫مﺮاۃالزمن‬ Mir‘ t al-Zaman


21

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan merupakan suatu organisasi yang memiliki
berbagai macam sumber daya sebagai masukan (input) yang
diolah menjadi output baik berupa barang atau jasa. Sumber
daya tersebut dapat berupa uang yang merupakan modal,
teknologi sebagai sarana penunjang kegiatan, bahan mentah
sebagai masukan yang diolah melalui proses kegiatan untuk
menjadi keluaran, manusia, dan lain sebagainya. Sumber daya
utama dalam sebuah organisasi adalah manusia, oleh karena
itu perlu pengelolaan dan pengendalian sumber daya manusia
agar tujuan pendidikan dapat tercapai.
Tenaga pendidik merupakan sumber daya manusia yang
berperan penting dalam pencapaian tujuan organisasi
pendidikan yang memberikan kontribusi terhadap pencapaian
mutu pendidikan, oleh karena itu dalam pengelolaan tenaga
pendidik memerlukan manajemen sumber daya manusia.
Menurut Schuler, Dowling, Smart dan Huber dalam Priono
dan Marnis manajemen sumber daya manusia adalah ―the
recognition of the importance of an organization’s workforce as
vital human resources contributing to the goals of the
organization, and the utilization of several functions and
activities to ensure that they are used effectively and fairly for
the benefit of the individual, the organization, and society”
(pengakuan tentang pentingnya tenaga kerja organisasi
sebagai sumber daya manusia yang sangat penting dalam
memberi kontribusi bagi tujuan-tujuan organisasi, dan
penggunaan beberapa fungsi dan kegiatan untuk memastikan
22

bahwa sumberdaya manusia tersebut digunakan secara efektif


dan adil bagi kepentingan individu, organisasi dan masyarakat.2
Manajemen sumber daya manusia sebagai suatu proses,
maka diperlukan sebuah kebijakan dalam penyelenggaraannya
sehingga tujuan organisasi tersebut dapat tercapai. Manajemen
sumber daya manusia pada organisasi pendidikan, adalah
mengelola tenaga pendidik sebagai individu yang berperan
penting dalam pencapaian mutu pendidikan melalui salah satu
kegiatan yang disebut placement atau penempatan.
Terkait penempatan tenaga pendidik sebagai salah satu
bentuk manajemen sumber daya manusia telah diatur dalam
ajaran Islam yaitu terdapat dalam Hadist Bukhari yang
berbunyi:

‫عةَ( البخﺎري‬ َّ ‫غي ِْﺮ ﺃَ ْه ِل ِه فَﺎ ْنتَ ِظ ِﺮ ال‬


َ ‫سﺎ‬ َ ‫سذَ ْاْل َ ْم ُﺮ ِإلَى‬
ّ ِ ‫ِإرَا ُو‬
Artinya:
Apabila perkara diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya
maka tunggulah kiamat. (HR Al-Bukhari dari Abi Hurairah).3

Hadist di atas memberikan pedoman kepada para


pemimpin atau para pemimpin agar melaksanakan
tanggungjawab yang diembannya secara benar dan adil.
Seorang pemimpin harus mematuhi dan menjalankan tugas
berpedoman pada aturan-aturan yang ada. Rasulullah telah
memberikan contoh kepada umat manusia bagaimana
menempatkan seseorang dalam suatu organisasi, seperti ketika
Rasulullah menempatkan Mu‘ad bin Jabbal menjadi gubernur
Yaman karena kepemimpinan Mu‘ad sangat baik, cerdas, dan
memiliki akhlak mulia. Kemudian Rasulullah juga memilih Khalid

2
Priona dan Marnis, Manajemen Sumber daya manusia, (Sidoarjo: Zifatama Publisher,
2008), hal.4
3
Hadist Riwayat Bukhari, diakses dari eramuslim.com pada tanggal 30 Oktober 2018
23

bin Walid sebagai panglima karena kemampuannya berperang


serta memilih Bilal untuk menjaga Baitullah karena Bilal adalah
seorang yang sangat amanah. Penempatan seseorang pada
posisi yang benar dan tepat merupakan upaya dalam
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan dan meningkatkan mutu
organisasi.
Manajemen penempatan tenaga pendidik (placement)
merupakan salah satu proses meletakkan tenaga pendidik
sesuai dengan kualifikasi dan kompetensinya berdasarkan rasio
kebutuhan lembaga pendidikan sebagai institusi pelaksana
kegiatan pendidikan untuk mencapai mutu pendidikan baik lokal,
regional maupun nasional.
Terkait manajemen penempatan tenaga pendidik,
kabupaten Tanjung Jabung Barat, merupakan salah satu
Kabupaten yang berada di Provinsi Jambi yang beribukota Kuala
Tungkal dan terdiri atas 13 Kecamatan, 20 kelurahan dan 114
desa. Sejalan dengan daerah lain di Indonesia, manajemen
penempatan tenaga pendidik di sekolah menengah pertama
negeri Kabupaten Tanjung Jabung Barat masih belum merata.
Hal ini tergambar dari data yang diperoleh dari Dinas Pendidikan
Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Data tersebut tersaji pada
tabel 1.1.
24

Tabel 1.1
Data tenaga pendidik pegawai negeri sipil (PNS) sekolah menengah pertama Kabupaten Tanjung Jabung
Barat untuk Mata pelajaran Ujian Nasional Tahun 2017.

JUMLAH JUMLAH
KECAMATAN UNIT KERJA B. Indonesia B. Inggris IPA Matematika
ROMBEL SISWA

SMP NEGERI 05 TUNGKAL


Batang Asam 1 - 2 2
ULU 14 414
SMP NEGERI 8 TUNGKAL
Batang Asam - 1 1 1
ULU 3 93
SMP NEGERI SATU ATAP 2
Batang Asam - - - 1
TUNGKAL ULU 6 162
Batang Asam SMP Satu Atap 3 Tungkal Ulu 9 260 - 1 - 2
Betara SMP NEGERI 01 BETARA 7 162 3 1 2 3
Betara SMP NEGERI 02 BETARA 13 357 2 2 3 3
Betara SMP NEGERI 04 BETARA 6 154 - 1 1 2
SMP NEGERI SATU ATAP 3
Betara - - 1 2
BETARA 5 125
SMP NEGERI SATU ATAP 4
Betara - 1 1 2
BETARA 3 70
SMP NEGERI 04 KUALA
Bram Itam 2 2 1 2
TUNGKAL 6 149
Bram Itam SMP NEGERI 04 PENGABUAN 3 38 1 1 - 2
Bram Itam SMP Satu Atap 2 Tungkal Ilir 3 33 1 - 1 1
Kuala Betara SMP NEGERI 03 BETARA 3 105 - 1 1 -
25

Tabel 1.1
(Lanjutan. 1)

JUMLAH JUMLAH
KECAMATAN UNIT KERJA B. indonesia B. Inggris IPA Matematika
ROMBEL SISWA

SMP NEGERI SATU ATAP 1


Kuala Betara 1 1 1 -
TUNGKAL ILIR 3 70
SMP NEGERI SATU Atap 2
Kuala Betara - - 1 -
Betara 3 53
SMP NEGERI SATU ATAP 1
Kuala Betara - - 1 1
BETARA 3 80
Kuala Betara SMP Satu Atap 5 Betara 3 52 - - - 1
Merlung SMP NEGERI 01 MERLUNG 15 437 3 2 2 4
Merlung SMP NEGERI 02 MERLUNG 6 157 2 1 1 2
Merlung SMP NEGERI 05 MERLUNG 7 156 1 2 1 1
Muara Papalik SMP NEGERI 03 MERLUNG 6 114 1 2 2
Muara Papalik SMP NEGERI 06 MERLUNG 6 178 1 1 2 2
Muara Papalik SMP NEGERI 9 Merlung 3 55 - - -
SMP NEGERI 01
Pengabuan 1 - 1 2
PENGABUAN 8 183
SMP NEGERI SATU ATAP
Pengabuan - - - -
06 PENGABUAN 3 84
26

Tabel 1.1
(Lanjutan.2)

JUMLAH JUMLAH
KECAMATAN UNIT KERJA B. indonesia B. Inggris IPA Matematika
ROMBEL SISWA

SMP NEGERI SATU ATAP 2


Pengabuan 3 84 - - - -
PENGABUAN
Renah
SMP NEGERI 4 MERLUNG 6 129 - 2 - 2
Mendaluh
Renah
SMP Negeri 7 Merlung 7 175 - - - 1
Mendaluh
Renah
SMP Negeri 8 Merlung 6 131 - 1 1 1
Mendaluh
SMP NEGERI 6 KUALA
Seberang Kota 3 64 - - - -
TUNGKAL
SMP SATU ATAP SDN 058V
Seberang Kota - - - -
PARIT TIMUR 3 47
SMP SATU ATAP SDN 123V
Seberang Kota - 1 - -
PARIT IJAB 3 66
Senyerang SMP NEGERI 02 PENGABUAN 6 132 1 - 1 -
Senyerang SMP NEGERI 03 PENGABUAN 3 95 1 - 1 1
Senyerang SMP NEGERI 05 PENGABUAN 3 59 - - - 1
SMP NEGERI SATU ATAP 07
Senyerang 1 - - 1
PENGABUAN 3 62
Senyerang SMP Satu Atap 3 Pengabuan 3 58 - - - -
Senyerang SMP Satu Atap 4 Pengabuan 3 44 1 - - -
Senyerang SMP Satu Atap 5 Pengabuan 4 99 - - - 1
SMP NEGERI 06 TUNGKAL
Tebing Tinggi 1 1 2 -
ULU 5 111
27

Tabel 1.1
(Lanjutan 3 )

JUMLAH JUMLAH
KECAMATAN UNIT KERJA B. indonesia B. Inggris IPA Matematika
ROMBEL SISWA

Tungkal Ilir SMP NEGERI 05 KUALA TUNGKAL 6 152 1 1 2 1


Tebing Tinggi SMP NEGERI 2 TUNGKAL ULU 16 448 2 - 2 3
Tebing Tinggi SMP NEGERI 4 TUNGKAL ULU 19 519 1 4 4 1
Tebing Tinggi SMP NEGERI 7 TUNGKAL ULU 3 64 1 - 1 1
Tebing Tinggi SMP NEGERI 10 MERLUNG 3 103 - - 1 -
SMP NEGERI SATU ATAP 05 TUNGKAL
Tebing Tinggi - 1 - -
ULU 3 27
Tungkal Ilir SMP NEGERI 01 KUALA TUNGKAL 22 753 3 5 4 4
Tungkal Ilir SMP NEGERI 02 KUALA TUNGKAL 21 739 3 6 5 6
Tungkal Ilir SMP NEGERI 03 KUALA TUNGKAL 21 598 4 4 5 4
Tungkal Ulu SMP NEGERI 01 TUNGKAL ULU 9 231 2 1 2 2
Tungkal Ulu SMP NEGERI 9 Tungkal Ulu 4 73 1 1 1 1
Tungkal Ulu SMP NEGERI BATANG ASAM 4 107 - - - -
Tungkal Ulu SMP NEGERI SATU ATAP 01 MERLUNG 3 46 _ 1 - 1
SMP NEGERI SATU ATAP 01
Tungkal Ulu _ - - 1
PENGABUAN 3 92
SMP NEGERI SATU ATAP 01 TUNGKAL
Tungkal Ulu - - 1 2
ULU 3 90
Tungkal Ulu SMP Satu Atap 4 Tungkal Ulu 3 68 - - 1 1
Sumber: Dokumen Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Tanjung Jabung Barat
28

Tabel 1.1 menunjukkan data penempatan tenaga pendidik


sekolah menengah pertama negeri di Kabupaten Tanjung
Jabung Barat dilihat dari empat mata pelajaran yang diujikan
secara nasional menggambarkan jumlah tenaga pendidik
diantara wilayah kecamatan terlihat tidak merata, dimana
beberapa sekolah dengan jumlah siswa yang cukup banyak
memiliki tenaga pendidik yang kurang, bahkan tidak ada sama
sekali.
Berdasarkan tabel 1.1 terlihat bahwa beberapa sekolah
menengah pertama di kabupaten Tanjung Jabung Barat tidak
terdapat tenaga pendidik untuk mata pelajaran yang diujikan
secara nasional. Tabel 1.2 menggambarkan wilayah di
kabupaten Tanjung Jabung Barat yang tidak memiliki tenga
pendidik untuk mata pelajaran yang diujikan tersebut.
29

Tabel 1.2
Data Sekolah Menengah Pertama Negeri Wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat yang tidak Memiliki Tenaga
Pendidik Berdasarkan Mata Pelajaran yang di Ujikan secara Nasional

JUMLAH
Kecamatan UNIT KERJA B. indonesia B. Inggris IPA Matematika
ROMBEL
SMP NEGERI BATANG
Tungkal Ulu 4 0 0 0 0
ASAM
SMP NEGERI 6 KUALA
Seberang Kota 3 0 0 0 0
TUNGKAL
SMP NEGERI SATU ATAP
Seberang Kota 3 0 0 0 0
SDN 058V/PARIT TIMUR
SMP SATU ATAP 3
Senyerang 3 0 0 0 0
PENGABUAN
SMP SATU ATAP 2
Pangabuan 3 0 0 0 0
PANGABUAN
SMP SATU ATAP 06
Pangabuan 3 0 0 0 0
PANGABUAN
Muara Papalik SMP NEGERI 09 MERLUNG 3 0 0 0 0

Sumber Data: Dinas Pendidikan Kabupaten Tanjung Jabung Barat


30

Tabel 1.2 menggambarkan beberapa wilayah di kabupaten


Tanjung Jabung Barat dalam penempatkan tenaga pendidik
mengalami ketidakseimbangan, dimana untuk empat mata
pelajaran yang diujikan secara nasional tidak tersedia tenaga
pendidik. Sedangkan pada beberapa wilayah tersedia tenaga
pendidik dengan rasio antara rombel dan jumlah tenaga pendidik
tidak seimbang sebagai contoh, jumlah rombongan belajar
(rombel) 3 memiliki jumlah tenaga pendidik bahasa Indonesia 1,
maka rasio menjadi 1: 3 sementara pada rombel yang jumlahnya
22, jumlah tenaga pendidik mata pelajaran Bahasa Indonesia
adalah berjumlah 3 orang, jadi rasio menjadi 1: 11 yaitu 1 tenaga
pendidik yang mengampu mata pelajaran Bahasa Indonesia
mengajar untuk 11 rombel.
Keberadaan penempatan tenaga pendidik yang tidak
seimbang memberikan konstribusi yang besar terhadap
pencapaian mutu pendidikan, dalam hal ini terlihat dari rata-rata
hasil akhir ujian nasional yang diselenggarakan oleh pemerintah.
Tabel 1.3 menjabarkan tentang rata-rata hasil ujian nasional,
dalam hal ini penulis melihat dari hasil ujian nasional pada
sekolah yang tidak memiliki tenaga pendidik negeri mata
pelajaran ujian nasional dan yang memiliki tenaga pendidik untuk
mata pelajaran yang diujikan.
31

Tabel 1.3
Rata-Rata Hasil Akhir Ujian Nasional Sekolah Menengah Pertama Negeri Wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat
yang tidak Memiliki Tenaga Pendidik Berdasarkan Mata Pelajaran yang di Ujikan

JUMLAH B.
Kecamatan UNIT KERJA B. Inggris IPA Matematika
ROMBEL Indonesia
SMP NEGERI BATANG
Tungkal Ulu 4 60,08 50,66 45,00 45,50
ASAM
SMP NEGERI 6 KUALA
Seberang Kota 3 69,00 64,95 69,80 48,25
TUNGKAL
SMP NEGERI SATU ATAP
Seberang Kota 3 50,33 43,30 36,04 28,40
SDN 058V/PARIT TIMUR
SMP SATU ATAP 3
Senyerang 3 55,44 43,85 34,97 30,41
PENGABUAN
SMP SATU ATAP 2
Pangabuan 3 55,78 35,23 33,17 43,60
PANGABUAN
SMP SATU ATAP 06
Pangabuan 3 55,00 33,44 33,00 40,00
PANGABUAN
Muara Papalik SMP NEGERI 09 MERLUNG 3 62,77 40,22 38,97 28,05

total 58,34 44,52 41,69 37,74


Sumber data: diolah dari data nilai ujian nasional tahun pelajaran 2017/2018 Dinas pendidikan Kabupaten
Tanjung Jabung Barat
32

Tabel 1.4
Rata-Rata Hasil Akhir Ujian Nasional Sekolah Menengah Pertama Negeri Wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat
yang Memiliki Tenaga Pendidik Berdasarkan Mata Pelajaran Bahasa Inggris dan Matematika

JUMLAH
Kecamatan UNIT KERJA Bahasa Inggris Matematika
ROMBEL

Tungkal Ulu SMP NEGERI 1 ATAP 3 - 48,85


PANGABUAN
SMP NEGERI 1 ATAP 1
Tungkal ulu 3
MERLUNG 34,50 30,15
SMP SATU ATAP 4 -
Tungkal Ulu 3 35,78
TUNGKAL ULU
SMP NEGERI 10 52,46 -
Tebing Tinggi 3
MERLUNG
SMPN SATU ATAP 5 53,40 -
Tebing Tinggi 3
TUNGKAL ULU
46,78 38,26
Total
Sumber data: Diolah dari data nilai ujian nasional tahun pelajaran 2017/2018 Dinas pendidikan Kabupaten
Tanjung Jabung Barat
33

Tabel 1.3 dan 1.4 menggambarkan nilai hasil ujian nasional


untuk sekolah yang memiliki tenaga pendidik dengan jumlah
rombongan belajar yang sama dengan yang tidak memiliki
tenaga pendidik dan juga memiliki rombongan belajar yang
sama. Berdasarkan hasil data olahan dari tabel 1.3 dan 1.4 rata-
rata tingkat pencapaian hasil akhir sekolah yang memiliki tenaga
pendidik dengan rombel yang sama memiliki perbedaan hasil
yaitu terlihat pada rata-rata mata pelajaran Bahasa Inggris dan
Matematika, yaitu pada sekolah yang tidak memiliki tenaga
pendidik memiliki rata-rata hasil ujian bahasa Inggris dan
Matematika lebih rendah dari sekolah yang memiliki tenaga
pendidik.
Data yang terpapar pada tabel di atas menunjukkan bahwa
penempatan tenaga pendidik di Kabupaten Tanjung Jabung
Barat terlihat tidak merata dan memberikan pengaruh pada mutu
pendidikan dilihat dari hasil akhir ujian nasional pada beberapa
mata pelajaran dan wilayah yang memiliki kesamaan dari jumlah
rombongab belajar.
Terkait manajemen penempatan tenaga pendidik di
Kabupaten Tanjung Jabung Barat menarik untuk dilakukan kajian
yang lebih dalam, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
lebih lanjut terkait manajemen penempatan tenaga pendidik
Sekolah menegah Pertama di Kabupaten Tanjung Jabung Barat
dengan judul ―Manajemen Penempatan Tenaga Pendidik
Sekolah Menengah Pertama (SMP) dalam Peningkatan Mutu
Pendidikan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat”
34

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka
rumusan masalah utama dalam penelitian ini adalah ―Mengapa
manajemen penempatan tenaga pendidik sekolah menengah
pertama negeri di Tanjung Jabung Barat tidak merata?
Untuk menjawab pertanyaan utama, maka diperlukan rincian
pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana konsep manajemen penempatan tenaga
pendidik sekolah menengah pertama (SMP) dalam
peningkatan mutu pendidikan di Kabupaten Tanjung
Jabung Barat?
2. Bagaimana tahapan manajemen penempatan tenaga
pendidik sekolah menengah pertama (SMP) dalam
meningkatkan mutu pendidikan di Kabupaten Tanjung
Jabung Barat?
3. Bagaimana upaya manajemen penempatan tenaga
pendidik di Kabupaten Tanjung Jabung Barat dalam
peningkatan mutu pendidikan?
C. Fokus Penelitian
Penelitian ini fokus pada manajemen penempatan tenaga
pendidik di sekolah menengah pertama (SMP) Negeri di
Kabupaten Tanjung Jabung Barat yaitu mengenai konsep
manajemen penempatan tenaga pendidik sekolah menengah
pertama negeri, bagaimana tahapan-tahapan manajemen
penempatan tenaga pendidik serta upaya yang dilakukan oleh
pemerintah kabupaten Tanjung Jabung Barat dalam manajemen
penempatan tenaga pendidik dalam upaya peningkatan mutu
pendidikan di wilayah kabupaten Tanjung Jabung Barat.
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
35

a. Untuk mengetahui konsep manajemen penempatan


tenaga pendidik sekolah menengah pertama (SMP)
Negeri dalam peningkatan mutu pendidikan di
Kabupaten Tanjung Jabung Barat;
b. Untuk mengetahui tahapan-tahapan manajemen
penempatan tenaga pendidik sekolah menengah
pertama (SMP) Negeri di Tanjung Jabung Barat;
c. Untuk mengetahui upaya manajemen penempatan
tenaga pendidik sekolah menengah pertama (SMP)
Negeri di Tanjung Jabung Barat.
2. Kegunaan Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
2.1. Kegunaan Teoritis:
a. Sebagai sumbangan pemikiran atau informasi bagi
perkembangan keilmuan di bidang manajemen
pendidikan khususnya terkait bidang penempatan
tenaga pendidik dalam rangka meningkatkan mutu
pendidikan;
b. Menjadikan bahan masukan untuk kepentingan
pengembangan ilmu bagi pihak-pihak yang
berkepentingan guna menjadikan penelitian lebih lanjut
terhadap objek sejenis atau aspek lainnya yang belum
tercakup dalam penelitian ini
2.2. Kegunaan Praktis:
a. Memberikan informasi bagi pihak-pihak terkait untuk
manajemen penempatan tenaga pendidik;
b. Menambah wawasan bagi para pihak yang terlibat
dalam pengelolaan lembaga pendidik terkait
manajemen penempatan tenaga pendidik;
36

c. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah, pejabat-


pejabat daerah maupun pihak-pihak yang terkait dalam
manajemen penempatan tenaga pendidikan.
BAB II
LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

A. Landasan Teori
1. Sistem Manajemen Pendidikan

Pendidikan di Indonesia merupakan amanat konstitusi


dan dasar negara yang dijadikan sebagai landasan dalam
pengaturan kebijakan di segala aspek kehidupan termasuk
aspek pendidikan. Pendidikan menurut Undang-Undang
Sistem Pendidikan Indonesia (UU Sisdiknas) Nomor 20 tahun
2003 pasal 1 ayat 1 adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan dan akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
dan negara.
Pendidikan dalam penyelenggaraannya memerlukan
pengelolaan yang tepat agar sasaran dan tujuan pendidikan
dapat diperoleh secara efektif dan efisien, sehingga perlu
dirancang dalam sebuah sistem pengelolaan pendidikan
dengan istilah sistem manajemen pendidikan.
a. Pengertian Sistem dan Manajemen Pendidikan

Para pakar menjelaskan pengertian sistem dengan cara


yang berbeda-beda namun memiliki pemaknaan yang hampir

37
38

serupa, seperti yang dikutip oleh Tirtarahardja dan Sulo


sebagai berikut:4

a. Sistem adalah suatu kebulatan yang kompleks atau


terorganisir yang merupakan perpaduan atas bagian-
bagian yang membentuk satu kesatuan yang kompleks
atau utuh;

b. Sistem merupakan himpunan komponen yang berkaitan


yang sama-sama berfungsi dalam pencapaian tujuan;

c. Sistem merupakan sehimpunan komponen atau


subsistem yang terorganisir dan saling berkaitan untuk
mencapai tujuan tertentu.

Berdasarkan kutipan di atas maka dapat disimpulkan


bahwa sistem memiliki ciri-ciri sebagai berikut:5

a. Sistem mencakup suatu kesatuan yang terorganisir


atau terstruktur;
b. Kesatuan itu terdiri atas sejumlah komponen yang
saling terkait dan berpengaruh satu sama lain;
c. Masing-masing komponen memiliki fungsi tertentu
dan bersamaan melaksanakan fungsi dari struktur
untuk mencapai tujuan yang terlah ditetapkan.

Selanjutnya, sistem menurut Meadows adalah tidak


hanya sekedar kumpulan sesuatu yang sangat lama, namun
sistem adalah satu kesatuan elemen yang saling terhubung
dan terorganisir secara koheren sebagai cara untuk mencapai
sesuatu (a system is not just any old collection things, but an
interconnected set of elements that is coherently organized in

4
Tirtarahadja, Umar, &Sulo, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010),
hal. 57-58.
5
Ibid., hal.58.
39

a way that achieves something).6 Meadwos menyatakan


bahwa sistem terdiri atas tiga unsur yaitu: elemen,
interkoneksi dan fungsi atau tujuan (elements,
interconnections, and a function or purpose).7
Sehingga dapat dikatakan bahwa sistem adalah suatu
kesatuan yang saling berkaitan satu sama lain yaitu ada
keterkaitan yang saling mendukung antara elemen-elemen
yang ada, yang saling bersinergi untuk kemudian secara
bersamaan mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara
efektif dan efisien.
Manajemen pendidikan terdiri atas kata manajemen dan
pendidikan. Manajemen merupakan hal yang sangat penting
dalam sebuah organisasi. Istilah manajemen menurut William
dalam Bratton & Gold berasal dari bahasa Inggris yaitu anage
yang digunakan secara langsung dari bahasa Italia yaitu
maneggiare, yang memiliki makna mengelola and melatih (to
handle and train horses)8. Manajemen menurut Marry Parker
Follet yang dikutip oleh Saylor menyatakan bahwa
management is the art of getting things done through the
efforts of the people yang memiliki makna bahwa manajemen
adalah seni melakukan sesuatu melalui usaha orang lain.9
Sementara, Fayol dalam Cole mendefinisikan manajemen
sebagai to manage is to forecast and plan, to organize, to
command, to coordinate, and to control (untuk mengelola

6
Meadows. H. Donnella, Thinking in Systems, (London: Earthscan, 2009), h. 11
7
Ibid.,h. 28
8 th
Bratton. J.,& Gold. J, Human Resources Management, 6 edition: Theory and
Practice, (UK: McMillan Education Palgrave, 2017 ), h. 9.
9
Saylor. Principles of Management diakses dari www.saylor.org/books pada tanggal
27 November 2017
40

sebuah perkiraan dan merencanakan, mengorganisasikan,


mengkoordinasi, dan mengontrol).10
Manajemen memiliki pengertian sebagai pengelolaan
kegiatan yang dilakukan melalui sekelompok orang dalam
suatu organisasi dan merupakan seni serta ilmu dalam
mengatur, mengendalikan, mengkomunikasikan dan
memanfaatkan sumber daya yang ada dalam organisasi
dengan memanfaatkan fungsi-fungsi manajemen (planning,
organizing, actuating, controlling) agar organisasi dapat
mencapai tujuan secara efektif dan efisien.11
Sepanjang sejarah nasional Indonesia, pendidikan telah
menjadi pemikiran utama dalam upaya meningkatkan
kesejahteraan dan kecerdasan masyarakat Indonesia.
Tercatat salah satu tokoh pendidikan yaitu Ki Hajar Dewantara
dengan konsep pendidikannya yaitu ing ngarso sung tulodo,
ing madyo mangunkarso, tut wuri handayani.
Pemikiran pendidikan Ki Hajar Dewantoro tidak hanya
terputus sampai disitu saja tetapi tetap diperjuangkan oleh
para pendiri bangsa Indonesia, Soekarno-Hatta. Pendidikan
dijadikan Hal ini tertuang dalam konstitusi tertinggi negara
Republik Indonesia yaitu Undang-Undang Dasar (UUD)
1945, yaitu pembukaan alinea keempat, dan batang tubuh
pasal 31. Pembukaan UUD 1945 alinea keempat
menjabarkan bahwa salah satu tujuan nasional Indonesia
yaitu ―…mencerdaskan kehidupan bangsa,‖ tujuan ini
mengindikasikan bahwa dalam mencerdaskan kehidupan
bangsa dilakukan melalui pendidikan, selanjutnya pasal 31
ayat 1 sampai 5 berbunyi:

10
Cole. A. Gerald, Management Theory and Practice, (UK: South Western
Cengagage, 2004 ), hal. 6.
11
Muhammad Kristiawan, Dian Safitri, & Rena Lestari, Manajemen Pendidikan,
(Yogyakarta: Deeppublish, 2017), hal. 1
41

1. Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan;


2. Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar
dan pemerintah wajib membiayainya;
3. Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu
sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan
keimanan dan ketaqwaan serta akhlak mulia dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur
dengan undang-undang.
4. Negara memprioritaskan anggaran pendidikan
sekurang-kurangnya 20% dari anggaran pendapatan dan
belanja negara (APBN) serta dari anggaran pendapatan
dan belanja daerah (APBD) untuk memenuhi kebutuhan
penyelenggaraan pendidikan nasional
Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan tekhnologi
dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan
Pendidikan merupakan kegiatan yang dijalankan
sepanjang hayat, sehingga pendidikan memiliki pengertian
yang universal dan memberikan dampak yang luar biasa bagi
kehidupan manusia. Berdasarkan kamus pendidikan yang
dikutip oleh Fattah, pendidikan adalah sebuah proses ketika
seseorang mengembangkan kemampuan, sikap, dan bentuk-
bentuk tingkah laku lainnya di dalam masyarakat tempat
dimana individu itu berada atau sebuah proses sosial ketika
individu dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih
dan terkontrol khususnya yang datang dari sekolah sehingga
individu dapat memperoleh atau mengalami perkembangan
kemampuan sosial dan kemampuan potensial sampai pada
titik optimal.12

12
Fattah, Nanang, Analisis Kebijakan Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosda
Karya, 2012), hal. 38-39.
42

Selanjutnya, Fatta mendefinisikan pendidikan sebagai


berikut:13
a. Pendidikan mengandung tujuan yang ingin dicapai,
yaitu individu yang kemampuan-kemampuan dirinya
berkembang sehingga bermanfaat untuk kepentingan
hidupnya sebagai seorang individu, warganegara,
atau anggota masyarakat;
b. Untuk mencapai tujuan tersebut maka pendidikan
perlu melakukan usaha yang disengaja dan terencana
dalam memilih materi, strategi, dan teknik penilaian
yang sesuai;
c. Kegiatan yang dilakukan dapat diberikan dalam
lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, pendidikan
formal, dan non-formal.
Pendidikan menurut Undang-Undang nomor 20 tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Pendidikan menurut Herbert dalam Al Qarashi adalah
training man for enjoying perfect life (pelatihan manusia untuk
menikmati hidup yang sempurna).14 Al Qarasi selanjutnya
menyimpulkan bahwa pendidikan adalah a common sense.
Includes all of the matterss that influence the process of
constructing the ethics, apart of from the source (pendidikan
adalah sesuatu yang bersifat umum, termasuk segala sesuatu
13
Ibid., hal.39.
14
Al Qarashi. S. Baqir. The educational system in Islam, e-book diakases dari
http(.pdfdrive.net. id pada tamggal 8 Maret 2018. hal.29.
43

yang mempengaruhi proses pembentukan etika, selaian dari


sumber).15
Selanjutnya, pasal 1 ayat 2 Undang-Undang nomor 20
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menjelaskan
tentang pengertian pendidikan nasional adalah sebuah
pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Republik Indonesia tahun 1945 yang berakar pada
nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap
terhadap tuntutan zaman. Pendidikan nasional dikelola dalam
sistem pendidikan yang disebut sistem pendidikan nasiona.
Pasal 1 ayat 2 Undang-Undang nomor 20 tahun 2003
memberikan penjelasan bahwa sistem pendidikan nasional
adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait
secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
Manajemen pendidikan sebagai seperangkat kegiatan
yang diarahkan secara efisien dan efektif dalam penggunaan
sumber daya organisasi dalam upaya mencapai tujuan
organisasi. Bush mengartikan manajemen pendidikan adalah
kegiatan yang terpusat dengan tujuan dan maksud dari
pendidikan itu sendiri. Manajemen pendidikan sebagai sebuah
kajian dan praktis berasal pertama kalinya dari prinsip-prinsip
manajemen yang diterapkan pertama kali dalam industri dan
perdagangan.16 Teori-teori manajemen yang dipakai pada
industri dan perdagangan ini terus berkembang dan
digunakan pada lembaga pendidikan.
Andi menyatakan manajemen pendidikan adalah
keseluruhan proses penyelenggaraandalam usaha kerjasama
dua orang atau lebih dan atau usaha bersama untuk
mendayagunakan semua sumber (personal maupun material)
15
Ibid. hal.31.
16 rd
Bush, T. Theories of educational leadership and management (3 ed), (London:
Sage, 2003).
44

secara efektif, efisien, dan rasional untuk menunjang


tercapainya tujuan pendidikan.17 Hakikat manajemen
pendidikan adalah terletak pada pengelolaan lembaga
pendidikan yang merupakan sebuah sistem, sehingga yang
harus dikelola adalah kinerja pegawai lembaga pendidikan,
pengadministrasian kegiatan pendidikan, aktivitas para
pendidik yang merupakan tugas dan kewajibannya, kurikulum
sebagai konsep dan tujuan pendidikan, sistem pembelajaran
dan metode belajar mengajar, pengawasan dan supervisi
pendidikan, evaluasi pendidikan dan pembiayaan
pelaksanaan pendidikan.18
Sementara, Arifin dalam Ngalim, mengemukakan
bahwa manajemen merupakan salah satu aspek dari
administrasi sehingga, dikatakan juga bahwa manajemen
adalah inti dari administrasi. Ini berarti bahwa setiap kegiatan
manajemen adalah kegiatan adminiistrasi meskipun tidak
semua kegiatan administrasi adalah kegiatan manajemen. 19
Pendidikan nasional dalam manajemen merupakan
keseluruhan strategi untuk mencapai atau mewujudkan visi
dan misi pendidikan nasional, sehingga dalam meningkatkan
kinerjanya dalam pencapaian mutu pendidikan perlu dilakukan
sebuah reformasi yang menyelurus dimulai dengan kegiatan
desentralisasi dan otonomi pendidikan. Sejak diberlakukannya
Undang-Undang nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan
daerah menandai perubahan dari tata pemerintahan yang
bersifat sentralisasi ke tata pemerintahan yang bersifat
desentralisasi, yaitu dengan memberikan otonomi yang luas

17
Andi Rasyid Pananrangi, Manajemen Pendidikan, (Jakarta: Celebes Media
Perkasa, 2017), hal. 9
18
Ibid., hal. 6
19
Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Jakarta: PT Remaja
Rosdakarya, 2009), hal. 5-7.
45

kepada daerah. Pendidikan yang pada awalnya menjadi


wewenang pemerintah pusat beralih kepada pemerintah
daerah dengan tujuan untuk meningkatkan efesiensi dan
efektifitas manajemen pendidikan sehingga dapat
menghasilkan pendidikan yang bermutu. Sistem dan
manajemen pendidikan harus mengandung unsur-unsur
sebagai berikut:20
a. Mempunyai visi, misi, dan program yang jelas;

b. Mempunyai rencana jangka panjang, menengah,


dan pendek yang disusun secara rapi dan terarah;

c. Mempunyai strategi dalam pencapaian rencana;

d. Merupakan organisasi yang efisien dan dinamis


untuk mendukung pelaksanaan pencapaian tujuan
rencana yang telah tertata dengan baik;

e. Pelaksanaan kegiatan-kegiatan untuk mewujudkan


tujuan-tujuan didukung oleh sumber daya manusia
yang professional untuk ditingkat pelaksana,
supervisi serta tenaga-tenaga penunjang lainnya.
Selanjutnya tersedia biaya yang mencukupi, sarana
dan prasarana, peraturan-peraturan yang
memungkinkan dalam pelaksanaan kegiatan yang
diinginkan.
Berdasarkan uraian di atas, maka pengertian sistem dan
manajemen pendidikan adalah satu kesatuan yang saling
bersinergi dalam pengelolaan pendidikan untuk menggali,
mengembangkan, dan meningkatkan keahlian potensial yang
dimiliki oleh peserta didik dengan memanfaatkan sumber-

20
Fattah, Op.Cit., hal. 123
46

sumber yang ada secara efektif dan efisien untuk mencapai


tujuan pendidikan nasional.
b. Konsep Manajemen Pendidikan

Konsep adalah unsur penelitian yang terpenting dan yang


digunakan oleh para peneliti untuk mengerti dunia
sekelilingnya dan merupakan ciri sama yang dimiliki dalam
berbagai kejadian, benda, dan ide.21 Penggunaan konsep itu
penting sebab memungkinkan seseorang untuk mengamati
kenyataan yang majemuk dan berubah-ubah dengan titik pijak
yang relatif tetap.
Konsep manajemen pendidikan adalah istilah yang
memberikan makna abstrak dan general atau dapat dikatakan
sebagai sebuah pernyataan yang bersifat abstrak dan umum.
Dalam manajemen pendidikan ada konsep ―leaderships,
motivations, framework leaderships, dan schools principles”.
Konsep digunakan untuk membantu menganalisa peristiwa
atau fenomena yang terjadi secara sistematis. Sebagai
contoh, ketika menganalisa kepemimpinan kepala sekolah
maka konsep yang digunakan adalah konsep
kekepalasekolahan atau kepemimpinan.22
Konsep manajemen pendidikan adalah konsep yang
digunakan untuk menganalisis hal yang terkait pengelolaan
pendidikan terkait tenaga pendidik dan kependidikan maupun
semua masalah kependidikan.
Konsep manajemen pendidikan yang paling utama
pengelolaan lembaga pendidikan berdasarkan sumberdaya
yang dimiliki secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan

21
Budiarjo. M., Suseno. N., & Quarta.,RE, Pengantar Ilmu Politik, (Jakarta: UT Press,
2015), hal. 18.
22
Hoy, W. K & Miskel, C. G, Educational Administration: Theory, Research,
and Practice.9th Edition, (Boston: McGraw-Hill, 2013)
47

pendidikan yang telah ditetapkan secara nasional. Efektif


merupakan indikasi terlaksananya semua program dan
tercapainya tujuan yang telah ditetapkan dengan cara yang
tepat dan cukup memanfaatkan sumberdaya yang ada secara
maksimal. Sedangkan efisien bermakna sebagai optimalisasi
seluruh komponen sumberdaya yang digunakan untuk
mencapai tujuan pendidikan semaksimal mungkin.
Selanjutnya konsep manajemen pendidikan disebut juga
sebagai sebuah seni dalam mendorong, membimbing,
mengarahkan, dan mengelola sebuah lembaga pendidikan
dalam melakukan kegiatan. Prinsip manajemen menurut
Saylor adalah the activities that plan, organize, and control the
operations of the basic elements of people, materials,
machines, methods, money and markets, providing direction
and coordination, and giving leadership to human efforts, so
as to achieve the sought objectives of the enterpris.23 Prinsip
manajemen adalah kegiatan perencanaan, pengorganisasian,
dan pengontrolan pelaksanaan komponen dasar yang
mendasar dalam sebuah organisasi berupa individu yang ada
di dalam organisasi, sarana dan prasarana, mesin, metode,
uang dan pemasaran, menyediakan pengarahan dan
koordinasi, dan memberikan kepemimpinan untuk upaya yang
dilakukan oleh individu yang ada dalam organisasi sehingga
tercapai tujuan yang telah direncanakan.
Berdasarkan prinsip-prinsip manajemen seorang
pengelola lembaga pendidikan memiliki tugas yaitu
pembiayaan, pendesaian, penjualan, akuntansi dan
menampilkan kerja yang lebih baik. Setiap individu yang ada
dalam sebuah lembaga pendidikan dipengaruhi oleh prinsip-
prinsip manajemen, proses manajemen, kebijakan, dan

23
Saylor., Op.Cit., hal. 7
48

pelaksanaan kebijakan pendidikan. Saylor mengatakan bahwa


everyone employed in an organization is affected by
management principles, processes, policies and practices.24
c. Tahapan Manajemen Pendidikan

Manajemen sebagai sebuah proses mengelola


sumberdaya lembaga dan memiliki fungsi dan tahapan yang
saling bersinergi. Menurut Robbins dan Coulter, manajemen
memiliki tahapan sebagai berikut:25

a. Planning is setting goals, establishing, strategies, and


developing plans to coordinate activities (menetapkan
tujuan, penetapan strategi, dan rencana
pengembangan untuk mengkoordinasikan kegiatan).
Berhasil atau tidaknya seorang pimpinan terletak
pada proses perencanaan. Perencanaan adalah
berpikir logis dan memutuskan apa yang dibutuhkan
untuk mencapai tujuan organisasi yang telah
ditetapkan. Seorang pimpinan menggunakan
perencanaan sebagai blueprint dalam melihat
permasalahan, memutuskan tindakan, dan
memenangkan persaingan dalam pelayanan
pendidikan.26
Menurut Ngalim, langkah-langkah yang diperlukan
dalam melakukan perencanaan adalah sebagai
27
berikut:
1) Menentukan dan merumuskan tujuan yang hendak
dicapai;

24
Ibid.,hal. 7
25 th
Robbin.P.S. & Coutler. K.M., Management 11 , (Prentice Hall: Cornel Uiniversity,
2013), hal.29.
26
Ibid
27
Ngalim Purwanto, Op.Cit, hal.15
49

2) Meneliti masalah-masalah atas pekerjaan yang


akan dilakukan;
3) Mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan;
4) Menentukan tahap dan rangkaian tindakan;dan
5) Merumuskan bagaimana masalah tersebut
dipecahkan dan bagaimana pekerjaan
diselesaikan.
Syarat-sayarat penyusunan perencanaan yang
harus diperhatikan adalah sebagai berikut:28
1) Perencanaan harus didasarkan atas tujuan yang
jelas;
2) Bersifat sederhana, realistic dan praktis;
3) Terperinci dengan memuat segala uraian kegiatan;
4) Fleksibel sehingga dapat dengan mudah
disesuaikan dengan situasi dan kondisi;
5) Adanya keseimbangan antara bidang yang akan
dilaksanakan dengan keurgensiannya;
6) Diusahakan adanya penghematan tenaga, biaya,
dan waktu serta kemungkinan penggunaan
sumberdaya yang tersedia denagn baik;
7) Diusahakan tidak terjadinya duplikasi pelaksanaan.
b. Organizing is determining what needs to be done, how
to will be done, and who is to do it (menentukan apa
yang perlu dilakukan, bagaimana akan dilakukan, dan
siapa yang melakukannya).
Pengorganisasian adalah fungsi manajemen
pendidikan yang penting dalam mencapai tujuan.
Pengorganisasian adalah kegiatan untuk menempatkan
individu yang tepat dalam menjalankan tugas sesuai
dengan perencanaan yang telah ditetapkan. Seorang

28
Ibid
50

pimpinan lembaga pendidikan harus memiliki


pengetahuan tentang kemampuan yang dimiliki oleh
setiap tenaga pendidik yang ada di lembaganya
sehingga tidak terjadi kesalahan dalam penempatan.
Menurut Hikmat, fungsi pengorganisasian yang harus
diperhatikan adalah sebagai berikut:29
1) Menyediakan fasilitas, perlengkapan dan staf yang
diperlukan untuk melaksanakan rencana;
2) Mengelompokkan dan membagi kerja menjadi struktur
organisasi yang teratur;
3) Membentuk struktur kewenangan dan mekanisme
koordinasi;
4) Menentukan metode kinerja dan prosedurnya;
5) Memilih, melatih dan membri informasi kepada staf.
c. Leading: motivating, leading, and any other actions
involved in dealing with people (memimpin yaitu
memotivasi, mengarahkan, dan tindakan lain yang
melibatkan orang lain).
Pengarahan adalah sebuah kegiatan mengarahkan
tenaga pendidik dan kependidikan. Oleh karena itu,
kepemimpinan sangat diperlukan sebagai individu yang
mengarahkan, membimbing, mengontrol, dan
memotivasi tenaga pendidik untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.
Fungsi leading dalam manajemen pendidikan dapat
dikatakan sebagai fungsi yang menggerakkan atau
disebut actuating yaitu mengarahkan/menekankan pada
kegiatan yang berhubungan langsung dengan anggota
yang ada dalam organisasi tersebut. Mengarahkan

29
Hikmat, Manajemen Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2009), hal. 119
51

berarti merangsang anggota organisasi untuk


melaksanakan tugas yang diemban dengan baik.
d. Controlling: monitoring activities to ensure that they are
accomplished as planned (pengendalian yaitu kegiatan
untuk memantau keterlaksaan perencanaan).
Kontrol adalah proses penjaminan terlaksananya
perencanaan dengan baik. Kontrol merupakan fungsi
manajemen pendidikan yang paling akhir yang membawa
siklus fungsi manajemen ke fungsi awal yaitu perencanaan.
Selanjutnya, Hikmat juga menyatakan menjelaskan
tahapan manajemen sebagai berikut:30
1. Perencanaan
Proses yang menyangkut upaya yang dilakukan
untuk mengantisipasi kecenderungan di masa yang
akan datang dan penentuan strategi dan taktik yang
tepat untuk mewujudkan target dan tujuan organisasi.
2. Pengorganisasian
Terkait bagaimana strategi dan taktik yang telah
dirumuskan dalam perencanaan didesain dalam
sebuah struktur organisasi yang tepat dan tangguh,
sistem dan lingkungan organisasi yang kondusif, dan
dapat memastikan bahwa semua pihak dalam
organisasi dapat bekerja secara efektif dan efisien
guna pencapaian tujuan organisasi
Kegiatan dalam Fungsi Pengorganisasian:
a. Mengalokasikan sumber daya, merumuskan dan
menetapkan tugas, dan menetapkan prosedur yang
diperlukan.
b. Menetapkan struktur organisasi yang menunjukkan
adanya garis kewenangan dan tanggung jawab.

30
Hikmat, Manajemen Pendidikan (Bandung: Pustaka Setia, 2009), hal. 30
52

c. Kegiatan perekrutan, penyeleksian, pelatihan dan


pengembangan sumber daya manusia atau tenaga
kerja.
d. Kegiatan penempatan sumber daya manusia pada
posisi yang paling tepat31.
3. Pelaksanaan
Proses pelaksanaan program agar dapat
dijalankan oleh seluruh pihak dalam organisasi serta
proses memotivasi agar semua pihak tersebut dapat
menjalankan tanggung jawabnya dengan penuh
kesadaran dan produktifitas yang tinggi. Kegiatan
dalam fungsi pelaksanaan adalah sebagai berikut:
a. Menerapkan proses kepemimpinan, pembimbingan,
dan pemberian motivasi kepada tenaga kerja agar
dapat bekerja secara efektif dan efisien dalam
pencapaian tujuan.
b. Memberikan tugas dan penjelasan rutin mengenai
pekerjaan.
c. Menjelaskan kebijakan yang ditetapkan.
4. Pengawasan
Proses yang dilakukan untuk memastikan seluruh
rangkaian kegiatan yang telah direncanakan,
diorganisasikan dan diimplementasikan dapat berjalan
sesuai dengan target yang diharapkan sekalipun
berbagai perubahan terjadi dalam lingkungan dunia
bisnis yang dihadapi. Kegiatan dalam pengawasan
adalah sebagai berikut:

31
Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI, Manajemen Pendidikan (Bandung:
Alfabeta, 2010), hal. 94.
53

a. Mengevaluasi keberhasilan dalam pencapaian tujuan


dan target bisnis sesuai dengan indikator yang telah
ditetapka
b. Mengambil langkah klarifikasi dan koreksi atas
penyimpangan yang mungkin ditemukan.
c. Melakukan berbagai alternatif solusi atas berbagai
masalah yang terkait dengan pencapaian tujuan.
Tahapan manajemen pendidikan merupakan langkah
yang digunakan dalam pengelolaan lembaga pendidikan
agar lembaga berjalan sesuai dengan visi, misi, dan tujuan
lembaga pendidikan. Tahap manajemen pendidikan
memberikan peranan yang penting pada tercapainya
tujuan, fungsi perencanaan yang dilakukan dengan tepat
memberikan kemudahan dalam pengorganisasian individu.
Individu yang telah ditemaptkan sesuai dengan
kemampuan dan perencanaan yang dilakukan memerlukan
pengarahan dari seorang pemimpin baik sebagai
pembimbing maupun motivator sehingga perencanaan
yang telah ditetapkan berjalan dengan baik. Pengontrolan
sebagai proses akhir dari fungsi dan tahapan manajemen
sangat diperlukan sebagai pemberi informasi bagi
perencanaan selanjutnya dalam siklus manajemen
pendidikan.
2. Manajemen Tenaga Pendidik
Tenaga pendidik merupakan sumber daya manusia
dalam lembaga pendidikan, sehingga perlu dikelola agar
tujuan pendidikan yang telah ditetapkan dapat tercapai.
Menurut Stoner dalam Priono dan Marnis, sumberdaya
manusia dalam suatu organisasi perlu dikordinir untuk
54

kepentingan lembaga pendidikan dan tenaga pendidikan.32


Oleh karena itu perlu adanya manajemen sumber daya
manusia. Fungsi dari manajemen sumber daya manusia
adalah sebagai berikut:33
a. Perencanaan sumber daya manusia
Fungsi perencanaan kebutuhan SDM setidaknya
meliputi dua kegiatan utama, yaitu:
1. Perencanaan dan peramalan permintaan tenaga kerja
organisasi baik dalam jangka pendek maupun jangka
panjang;
2. Analisis jabatan dalam organisasi untuk menentukan
tugas, tujuan, keahlian, pengetahuan dan kemampuan
yang dibutuhkan
b. staffing
Setelah kebutuhan SDM ditentukan, langkah
selanjutnya adalah mengisi formasi yang tersedia.
Dalam tahapan pengisian staf terdapat dua kegiatan,
yaitu:
1. Penarikan (rekrutmen) calon atau pelamar pekerjaan;
2. Pemilihan (seleksi) para calon atau pelamar yang
dinilai paling memenuhi syarat
c. Penilaian Kinerja, yaitu kegiatan yang dilakukan
setelah tenaga pendidik dipekerjakan dalam kegiatan
pendidikan. Penilaian dilakukan atas dua kegiatan
yaitu penilaian dan pengevaluasian perilaku pekerja
dan pemberian motivasi.
d. Perbaikan kualitas pekerja mengarah pada tiga
kegiatan strategis yaitu menentukan, merancang dan
mengimplementasikan program pelatihan dan

32
Priono & Marnis, Op.Cit, hal. 5
33
Ibid, hal. 6-8
55

pengembangan sumber daya manusia dalam upaya


meningkatkan kemampuan dan kinerja, memperbaiki
kualitas lingkungan kerja melalui kualitas kehidupan
kerja dan program perbaikan produktifitas, dan
memperbaiki kondisi fisik kerja guna memaksimalkan
kesehatan dan keselamatan pekerja.
e. Pencapaian efektifitas hubungan kerja, yaitu
membuat standar bagaimana hubungan kerja yang
efektif dapat diwujudkan. Hal ini dapat diwujudkan
pada tiga kegiatan utama yaitu mengakui dan
menaruh rasa hormat terhadap hak pekerja,
melakukan tawar-menawar dan menetapkan prosedur
bagaimana keluhan pekerja disampaikan dan
melakukan penelitian tentang manajemen sumber
daya manusia
3. Penempatan Tenaga Pendidik
Penempatan atau placement merupakan suatu
proses penanganan tenagakerja baru yang telah
melaksanakan pendaftaran ulang untuk diberitahukan
kepada pihak yang berwenang pada bagian mana pekerja
tersebut ditempatkan. Penempatan pekerja yang baru
disesuaikan dengan bidang keahlian dan kebutuhan.
Berikut beberapa pengertian menurut para ahli yaitu:
a. Hariandja mengatakan penempatan adalah proses
pengisisan jabatan atau penugasn kembali pegawai
pada tugas atau jabatan baru yang berbeda.34
b. Mathis dan Jackson mendefinisikan penempatan
adalah menempatkan posisi seseorang ke posisi
pekerjaan yang tepat, seberapa baik seorang pegawai

34
Hariandja,T.M, Manajemen Sumber Daya Manusia,(Jakarta: Gramedia, 2005), hal.
156
56

cocok dengan pekerjaannya akan mempengaruhi


jumlah dan kualitas pekerjaan.35
c. Sastro dalam Suwatno menyebutkan penempatan
adalah menempatkan pegawai sebai unsur
pelaksana pekerjaan pada posisi yang sesuai
dengan kemampuan dan kecakapan.36
Berdasarkan uraian tersebut maka penempatan
tenaga pendidik adalah kebijaksanaan terhadap tenaga
pendidik untuk menempatkannya sesuai kualifikasi dan
kompetensi. Keputusan terhadap calon-calon tenaga
pendidik yang diterima diputuskan oleh atasan langsung
atau badan kepegawaian, yang merupakan kegiatan akhir
dari kegiatan seleksi. Selanjutnya, tenaga pendidik yang
telah ditempatkan perlu mendapatkan kegiatan berupa
orientasi dan penugasan.
Penempatan tenaga pendidik merupakan tindakan yang
mengatur tenaga pendidik untuk menempati posisi atau
merupakan tindakan pemberian tugas dan
tanggungjawab. Orientasi merupakan kegiatan untuk
memperkenalkan kepada tenaga pendidik terhadap situasi
dan kondisi pekerjaan atau jabatan.
Penempatan dan penugasan tenaga pendidik
diselenggarakan oleh pemerintah pusat dan pemerintah
daerah. Terkait penempatan tenaga pendidik, pemerintah
mengeluarkan Undang-Undang Sistem Pendidikan
Nasional (UU Sisdiknas) Nomor 20 Tahun 2003. Undang-
Undang tersebut antara lain mengatur tentang tenaga
pendidik dan kewajiban pemerintah dan pemerintah
daerah.
35
Mathis & Jackson, Human Resource Management, (Ohio: South Western Collage
Publishing,2006), hal.262
36
Suwatno, Manajemen Prinsip,(Jakarta:Rineka Cipta, 2003), hal.138
57

Kewajiban penyelenggaraan pendidikan di Indonesia


berdasarkan Pasal 41 UU Sisdiknas ayat 1 sampai 3
diuraikan sebaga berikut:
a. Pendidik dan tenaga kependidikan dapat bekerja
secara lintas daerah.
b. Pengangkatan, penempatan, dan penyebaran
pendidik dan tenaga kependidikan diatur oleh
lembaga yang mengangkatnya berdasarkan
kebutuhan satuan pendidikan formal.
c. Pemerintah dan pemerintah daerah wajib
memfasilitasi satuan pendidikan dengan pendidik
dan tenaga kependidikan yang diperlukan untuk
menjamin terselenggaranya yang bermutu.
Berdasarkan uraian pasal 41 UU Sisdiknas nomor 23
tahun 2003, manajemen penempatan tenaga pendidik
harus dilakukan oleh pemerintah maupun pemerintah
daerah dalam rangka melahirkan pendidikan yang bermutu.
Penempatan tenaga pendidik juga di tegaskan dalam
Undang-Undang (UU) nomor 14 tahun 2005 pasal 24 ayat
3 yang berbunyi pemerintah kabupaten/kota wajib
memenuhi kebutuhan guru, baik dalam jumlah kualifikasi
akademik, maupun dalam kompetensi secara merata untuk
menjamin keberlangsungan pendidik dasar dan pendidikan
anak usia dini jalur pendidikan formal sesuai dengan
kewenangan.
Terkait manajemen penempatan tenaga pendidik
pegawai negeri sipil, pemerintah telah menetapkan
kebijakan teknis dalam penataan dan pemerataan guru
Pegawai Negeri Sipil (PNS), melalui Peraturan Bersama
Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi, Menteri Pendidikan Nasional, Menteri
58

Dalam Negeri, Menteri Keuangan, dan Menteri Agama


Nomor 05/X/PB/2011, SPB/03/M.PAN-RB/10/2011, 48
Tahun 2011, 158/pmk.01/2011, 11 Tahun 2011 tentang
Penataan dan Pemerataan Guru PNS, pemerintah
kabupaten/kota memiliki tugas seperti yang tercantum
dalam Surat Keputusan Bersama 5 Menteri Tahun 2011
tentang Penempatan guru PNS adalah sebagai berikut:
a. Menyusun produk hukum dalam bentuk peraturan
bupati/walikota atau produk hukum lainnya terkait
penataan dan pemerataan guru PNS yang
merujuk pada Peraturan Bersama;
b. Sosialisasi program penataan dan pemerataan
guru PNS di wilayah Kabupaten/Kota;
c. Verifikasi data guru dan analisis kebutuhan guru
TK, SD. SMP, SMA di wilayah Kabupaten/Kota;
d. Penyediaan Peta guru yang menginformasikan
tentang kelebihan dan/atau kekurangan guru PNS
di wilayah Kabupaten/Kota dengan tembusan
disampaikan kepada Badan Kepegawaian Daerah
(BKD);
e. Pemindahan guru PNS antar satuan Pendidikan;
f. Penyediaan dana pemindahan guru PNS antar
satuan pendidikan di wilayah Kabupaten/Kota.
Prinsip-prinsip yang diterapkan dalam penempatan
tenaga pendidik adalah sebagai berikut:37
a. Prinsip Kemanusiaan yaitu menganggap tenaga
pendidik mempunyai harga diri, kemauan,
keinginan, cita-cita dan kemampuan harus dihargai
sebagai layaknya manusia.
b. Prinsip Demokrasi

37
Ibid, hal 13
59

c. The rightman in the right place yaitu penempatan


tenaga pendidik harus didasarkan pada kualifikasi
akademik dan komptensi.
d. Equal pay for equal work yaitu pemberian balas jasa
atas hasil prestasi kerja yang didapat oleh tenaga
pendidik
e. Kesatuan arah yaitu tenaga pendidik dapat
melaksanakan tugas sehingga dibutuhkan kesatuan
arah dalam pelaksanaan tugas.
f. Kesatuan tujuan yaitu tenaga pendidik memiliki
fokus yang sama untuk mencapai tujuan pendidikan
secara efisien dan efektif.
g. Kesatuan komando yaitu tenaga pendidik dalam
menjalankan tugasanya mempunyai atasan.
Manajemen penempatan tenaga pendidik telah dijamin
dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional nomor
20 tahun 2003 pasal 41 sebagai berikut:
a. Tenaga pendidik dapat bekerja secara lintas daerah;
b. Pengangkatan, penempatan, dan penyebaran tenaga
pendidik diatur oleh lembaga yang mengangkatnay
berdasarkan kebutuhan satuan pendidikan formal;
c. Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib
memfasilitasi satuan pendidikan dengan pendidik
yang diperlukan untuk menjamin terselenggaranya
pendidikan yang bermutu.
Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang dosen
dan guru, pada pasal 24 dan 25 menyatakan tentang
pengangkatan, penempatan, pemindahan, pemberhentian
tenaga pendidik sebagai berikut
Pasal 24:
60

(1) Pemerintah wajib memenuhi kebutuhan guru, baik


dalam jumlah, kualifikasi akademik, maupun dalam
kompetensi secara merata untuk menjamin
keberlangsungan satuan pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal serta untuk menjamin
keberlangsungan pendidikan dasar dan menengah
yang diselenggarakan oleh Pemerintah.

(2) Pemerintah provinsi wajib memenuhi kebutuhan guru,


baik dalam jumlah, kualifikasi akademik, maupun dalam
kompetensi secara merata untuk menjamin
keberlangsungan pendidikan menengah dan
pendidikan khusus sesuai dengan kewenangan.

(3) Pemerintah kabupaten/kota wajib memenuhi kebutuhan


guru, baik dalam jumlah, kualifikasi akademik, maupun
dalam kompetensi secara merata untuk menjamin
keberlangsungan pendidikan dasar dan pendidikan
anak usia dini jalur pendidikan formal sesuai dengan
kewenangan.

(4) Penyelenggara pendidikan atau satuan pendidikan


anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan
dasar, dan pendidikan menengah yang
diselenggarakan oleh masyarakat wajib memenuhi
kebutuhan guru-tetap, baik dalam jumlah, kualifikasi
akademik, maupun kompetensinya untuk menjamin
keberlangsungan pendidikan.

Pasal 25:

(1). Pengangkatan dan penempatan guru dilakukan secara


objektif dan transparan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
61

(2) Pengangkatan dan penempatan guru pada satuan


pendidikan yang diselenggarakan Pemerintah atau
pemerintah daerah diatur dengan Peraturan Pemerintah.

(3) Pengangkatan dan penempatan guru pada satuan


pendidikan yang diselenggarakan masyarakat dilakukan
oleh penyelenggara pendidikan atau satuan pendidikan
yang bersangkutan berdasarkan perjanjian kerja atau
kesepakatan kerja bersama.

Pasal 29 Undang-Undang nomor 14 tahun 2005


menyatakan tentang hak dan kewajiban guru yaitu:

(1) Guru yang bertugas di daerah khusus memperoleh hak


yang meliputi kenaikan pangkat rutin secara otomatis,
kenaikan pangkat istimewa sebanyak 1 (satu) kali, dan
perlindungan dalam pelaksanaan tugas.

(2) Guru yang diangkat oleh Pemerintah atau pemerintah


daerah wajib menandatangani pernyataan kesanggupan
untuk ditugaskan di daerah khusus paling sedikit selama 2
(dua) tahun.

(3) Guru yang diangkat oleh Pemerintah atau pemerintah


daerah yang telah bertugas selama 2 (dua) tahun atau
lebih di daerah khusus berhak pindah tugas setelah
tersedia guru pengganti.

(4) Dalam hal terjadi kekosongan guru, Pemerintah atau


pemerintah daerah wajib menyediakan guru pengganti
untuk menjamin keberlanjutan proses pembelajaran pada
satuan pendidikan yang bersangkutan.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai guru yang bertugas di


daerah khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
62

ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) diatur dengan Peraturan
Pemerintah.
Penempatan tenaga pendidik yang merata adalah
sebuah keniscayaan untuk melaksanakan amanat Undang-
Undang Dasar 1945 dan mencapai tujuan pendidikan
nasional. Pendistribusian penempatan tenaga pendidik
dilakukan sebagai wujud pemberian keseimbangan dan
menghindari terjadi kesenjangan dalam melaksanakan
pendidikan. Pendistribusian penempatan tenaga pendidik
memberikan kesempatan yang sama bagi setiap warga
negara Indonesia untuk mendapatkan pendidikan yang
bermutu.
Pemerintah telah mengatur pendistribusian
penempatan tenaga pendidik dalam undang-undang
pendidikan nasional dan peraturan pemerintah sebagai
landasan yuridis.
4. Tenaga Pendidik dan Mutu Pendidikan

a. Tenaga Pendidik
Penempatan tenaga pendidik merupakan salah satu
bentuk pengelolaan pemerataan tenaga pendidik di seluruh
wilayah secara adil dan merata. Sehingga, dalam
penempatan tenaga pendidik perlu adanya pemerataan
baik dalam jumlah maupun rasio rombongan belajar.
Penempatan tenaga pendidik yang merata memberikan
kesempatan yang sama dalam pemerataan pendidikan
yang bermutu.
Pemerataan berdasarkan kamus Bahasa Indonesia
berasal dari kata ―rata‖ yang memiliki makna seluruh
bagian, tersebar kesegala penjuru, dan sama-sama
memperoleh jumlah yang sama. Sedangkan pemerataan
63

memiliki makna sebagai sebuah proses, cara atau tindakan


melakukan pemerataan.
Pemerataan secara konsep mengandung makna
bahwa segala sesuatu yang dilakukan haruslah
memberikan keadilan dan kesamaan sehingga tidak terjadi
perbedaan antara satu wilayah dengan wilayah lain, atau
individu dengan individu lain. Istilah dan konsep
pemerataan diterapkan dalam segala aspek kehidupan,
termasuk aspek pendidikan. Pemerataan pendidikan
memiliki makna bahwa seluruh warga negara Indonesia
harus sama-sama mendapat pendidikan.
Pemerataan pendidikan memiliki arti pemerataan
kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang sama dan
keadilan yang sama dalam memperoleh pendidikan sama
diantara kelompok masyarakat. Menurut Tap MPR Nomor
IV/MPR/1999 pemerataan pendidikan adalah
mengupayakan perluasan dan pemeratan kesempatan
untuk memperoleh pendidikan yang bermutu bagi seluruh
rakyat Indonesia.
Sementara, menurut Departemen Pendidikan Nasional
tahun 2010 pemerataan pendidikan adalah memberikan
kesempatan yang sama dan bermutu bagi seluruh rakyat
Indonesia. Hal senada juga tertera dalam Undang-Undang
nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan desa dan
Peraturan Pemerintah nomor 25 tahun 2005 menyatakan
bahwa semua warga negara Indonesia berhak
mendapatkan pendidikan dan pengajaran baik yang kaya
maupun yang miskin masyarakat perkotaan maupun
masyarakat pedesaan.
Pelaksanaan pendidikan yang merata adalah
pelaksanaan program pendidikan yang dapat menyediakan
64

kesempatan yang luas bagi seluruh warga negara


Indonesia untuk memperoleh pendidikan. Pemerataan
pendidikan dikenal dengan sebutan perluasan kesempatan
belajar yang merupakan salah satu sasaran dalam
pelaksanaan pembangunan nasional. Hal ini dimaksudkan
agar setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk
memperoleh pendidikan.38
Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional
nomor 20 tahun 2003, pendidikan nasional bertujuan untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwakepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggungjawab. Salah satu unsur yang penting untuk
mewujudkan tujuan tersebut adalah tenaga pendidik.
Turner mendeskripsikan bahwa tenaga pendidik adalah
individu yang memberikan arahan dalam pembelajaran.39
Asumsi terkait tenaga pendidik sebagai pengarah dalam
pembelajaran sebagai berikut:40
a. Tenaga pendidik sebagai pemimpin dalam pembelajaran
(teachers as leaders of learning);
b. Seluruh tenaga pendidik mengarahkan pembelajaran
penuh dengan konsep-konsep (all teachers to lead the
learning in the fullest sense of the idea);
c. Tenaga pendidik mempengaruhi proses pembelajaran
dan peserta didik juga berpengaruh (teachers are

38
Tilar, H.A.R., & Nugroho.R. Kebijakan Pendidikan: Pengantar untuk memahami
kebijakan pendidikan dan kebijakan pendidikan sebagai kebijakan publik,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), hal. 65.
39
Turner.C, Taking Responsibility for learning and teaching: from principles to
practice, (London: Continum, 2012), hal. 4.
40
Ibid.
65

influential in the learning process-pupils are influential as


well).
Selanjutnya, pasal 39 ayat 2 Undang-Undang nomor
20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional
menyatakan bahwa tenaga pendidik adalah tenaga
profesional yang bertugas merencanakan dan
melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran,
melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan
penelitian dan pengabdian kepada masyarakat terutama
bagi pendidik di perguruan tinggi.
Pasal 40 ayat 2 Undang-Undang Sistem Pendidikan
Nasional menyatakan bahwa kewajiban seorang tenaga
pendidik adalah menciptakan suasana pendidikan yang
bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis dan dialogis;
mempunyai komitmen secara professional untuk
meningkatkan mutu pendidikan dan memberikan teladan
serta menjaga nama baik lembaga, profesi dan kedudukan
sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya.
Menurut Mudlofir, pengertian tenaga pendidik terbagi
atas beberapa pandangan yang terurai sebagai berikut:41
1. Dilihat dari sudut pandang administrasi dan manajemen

Berdasarkan sudut pandang ini, tenaga pendidik


terutama, memiliki pengertian dilihat dari bagaimana
pengadaan, pengangkatan, penempatan, dan
pembinaan tenaga pendidik, dimana tenaga pendidik
disiapkan oleh Lembaga Pendidik dan Tenaga
Kependidikan yang kemudian diangkat oleh
pemerintah.

41
Mudlofir, Pendidik Profesional, ( Jakarta: Raja Grafindo Persada,2013) hal.60-62
66

2. Dilihat dari keprofesian

Pengertian tenaga pendidik dalam pandangan


keprofesian sangatlah tidak mudah, meskipun tenaga
pendidik merupakan sebuah keprofesian. Kesulitan
dalam mendefinisikan disebabkan oleh perlunya upaya
pencocokan dengan kenyataan di lapangan terkait latar
belakang pendidikan, pengalaman, komitmen dan
penampilan tenaga pendidik.

3. Dilihat dari birokrasi

Tenaga pendidik merupakan bagian dari mesin


birokrasi dan merupakan perpanjangan birokrasi karena
sikap dan tingkah laku tenaga pendidik harus tunduk
dan patuh dengan ketentuan birokrasi.

4. Dilihat dari sistem pendidikan nasional

Tenaga pendidik memiliki pengertian sebagai


sentral pendidkan dan merupakan agen dalam
peningkatan mutu. Selanjutnya tenaga pendidik
merupakan tumpuan harapan dalam mewujudkan
agenda-agenda pendidikan nasional yang lainnya
seperti perluasan dan pemerataan pendidikan.

5. Dilihat dari perspektif kemanusiaan

Tenaga pendidik adalah merupakan individu yang


memiliki serba muka dan penuh warna. Tenaga
pendidik memiliki kebutuhan, pikiran, harapan, emosi
dankehendak.
67

6. Dilihat dari perannya

Tenaga pendidik adalah individu yang memiliki


peran strategis dalam upaya pembentukan watak
bangsa melalui pengembangan kepribadian dan nilai-
nilai yang diinginkan.
Selanjutnya, tenaga pendidik merupakan ujung
tombak terselenggaranya pendidikan yang berkualitas,
karena tenaga pendidik merupakan individu yang langsung
berinteraksi dan bertanggungjawab dengan peserta didik.
Oleh karena itu, pemerataan tenaga pendidik sangat
penting di Indonesia.
Berdasarkan lampiran Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional nomor 16 tahun 2007 tanggal 4 mei 2007 standar
kualifikasi akademik dan kompetensi guru yaitu kualifikasi
akademik tenaga pendidik melalui pendidikan formal.
Kualifikasi akademik tenaga pendidik pada satuan
pendidikan jalur formal mencakup kualifikasi akademik
tenaga pendidikan Anak Usia Dini/ Taman Kanak-
kanak/Raudatul Atfal (PAUD/TK/RA), tenaga pendidik
sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah (SD/MI), tenaga
pendidik sekolah menengah pertama/madrasah
Tsanawiyah (SMP/MTs), tenaga pendidik sekolah
menengah atas/madrasah aliyah (SMA/MA), tenaga
pendidik sekolah dasar luar biasa/sekolah menengah luar
biasa/sekolah menengah atas luar biasa
(SDLB/SMPLB/SMALB), dan tenaga pendidik sekolah
menengah kejuruan/madrasah aliyah kejuruan (SMK/MAK)
adalah sebaga iberikut:
a. Kualifikasi Akademik tenaga pendidik PAUD/TK/RA
Guru pada PAUD/TK/RA harus memiliki kualifikasi
akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau
68

sarjana (S1) dalam bidang pendidikan anak usia dini atau


psikologi yang diperoleh dari program studi yang
terakreditasi.
b. Kualifikasi Akademik Guru SD/MI Guru pada SD/MI,
atau bentuk lain yang sederajat, harus memiliki kualifikasi
akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau
sarjana (S1) dalam bidang pendidikan SD/MI (D-IV/S1
PGSD/PGMI) atau psikologi yang diperoleh dari program
studi yang terakreditasi.
c. Kualifikasi Akademik Guru SMP/MTs Guru pada
SMP/MTs, atau bentuk lain yang sederajat, harus memiliki
kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat
(D-IV) atau sarjana (S1) program studi yang sesuai dengan
mata pelajaran yang diajarkan/diampu, dan diperoleh dari
program studi yang terakreditasi.
d. Kualifikasi Akademik Guru SMA/MA Guru pada
SMA/MA, atau bentuk lain yang sederajat, harus memiliki
kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat
(D-IV) atau sarjana (S1) program studi yang sesuai dengan
mata pelajaran yang diajarkan/diampu, dan diperoleh dari
program studi yang terakreditasi.
e. Kualifikasi Akademik Guru SDLB/SMPLB/SMALB
Guru pada SDLB/SMPLB/SMALB, atau bentuk lain yang
sederajat, harus memiliki kualifikasi akademik pendidikan
minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1) program
pendidikan khusus atau sarjana yang sesuai dengan mata
pelajaran yang diajarkan/diampu, dan diperoleh dari
program studi yang terakreditasi.
f. Kualifikasi Akademik Guru SMK/MAK* Guru pada
SMK/MAK atau bentuk lain yang sederajat, harus memiliki
kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat
69

(D-IV) atau sarjana (S1) program studi yang sesuai dengan


mata pelajaran yang diajarkan/diampu, dan diperoleh dari
program studi yang terakreditasi.
Selanjutnya, kualifikasi akademik tenaga pendidik
melalui Uji Kelayakan dan Kesetaraan Kualifikasi akademik
yang dipersyaratkan untuk dapat diangkat sebagai guru
dalam bidang-bidang khusus yang sangat diperlukan tetapi
belum dikembangkan di perguruan tinggi dapat diperoleh
melalui uji kelayakan dan kesetaraan. Uji kelayakan dan
kesetaraan bagi seseorang yang memiliki keahlian tanpa
ijazah dilakukan oleh perguruan tinggi yang diberi
wewenang untuk melaksanakannya.
Kompetensi pertama yang harus dimiliki oleh seluruh
tenaga pendidik adalah kompetensi pedagogik, yaitu suatu
kemampuan dalam melakukan pendidikan dan pengajaran.
Standar kompetensi pedagogik tenga pendidik berdasarkan
Peraturan Menteri Pendidikan nasional nomor 16 tahun
2007 antara lain adalah kemmapuan tenaga pendidik untuk
memahami karakteristik peserta didik dari enam aspek yaitu
fisik, moral, sosial, kultural, emosional dan intelektual,
menguasai teori dan prinsip-prinsip pembelajaran,
mengembangkan kurikulum, memanfaat kan teknologi dan
lain sebagainya.
Menurut website wikipedia, wilayah Indonesia yang
terdiri yang terbentang dari Sabang sampai Merauke
memiliki luas 5.193. 250 km2, mencakup wilayah daratan
dan lautan serta memiliki pulau sebanyak 17.508 pulau.
Selain itu, Indonesia juga memiliki 5 pulau besar yaitu pulau
Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua.
Luasnya wilayah Indonesia menyebabkan pemerataan
tenaga pendidik tidak seimbang dan proporsional sehingga
70

berpengaruh terhadap pencapaian mutu pendidikan.


Pemerataan tenaga pendidik sangat penting untuk
menghindari terjadinya ketimpangan kualitas pendidikan
antar satu wilayah dengan wilayah lainnya.
Pendidikan yang merata merupakan salah satu
prioritas dalam agenda pembangunan nasional
dikarenakan peran pendidikan yang sangat penting untuk
mencapai kemajuan di segala bidang kehidupan. Oleh
karena itu, pemerintah berkewajiban untuk memenuhi hak
setiap warga negara Indonesia dalam memperoleh layanan
pendidikan untuk meningkatkan kualitas hidup bangsa
Indonesia sebagaimana yang diamantkan oleh Undang-
Undang Dasar (UUD) 1945 yaitu pemerintah
bertanggungjawab dalam mencerdaskan kehidupan bangsa
dan menciptakan kesejahteraan umum dengan melakukan
pemerataan tenaga pendidik.
Desentralisasi pendidikan memberikan otonomi atau
kekuasaan penuh kepada daerah untuk melaksanakan
pendidikan. Desentralisasi pendidikan menurut Zajda dan
Gamage dalam pendidikan adalah sebuah proses
pendelegasian atau penyerahan kekuasaan dan
tanggungjawab terkait pendistribusian penempatan dan
penggunaan sumber daya seperti keuangan, menusia dan
sumber-sumber fisik lainnya oleh pemerintah pusat kepada
pemerintah lokal (the process of delegating or devolving
authority and responsibility concerning the distribusian and
the use of resources e.g. finance, human and phisycal
resources by the central government to local schools).42

42
Zajda.J., & Gamage.D. Decentralisation, school based management, and Quality,
(London: Springer, 2009), hal. XV.
71

Pengelolaan tenaga pendidik merupakan kewajiban


setiap wilayah otonomi sesuai dengan kebutuhan.
Persebaran tenaga pendidik di wilayah otonom terlihat tidak
merata terutama di daerah-daerah terpencil. Menurut
Riatmadji secara nasional setiap daerah otonom terlihat
jumlah pegawai tidak kurang, namun pendistribusian
penempatan antara satu dengan lainnya tidak seimbang
sehingga pada saat pengelolaan kepegawaian masing-
masing daerah memiliki kebijakan sendiri-sendiri.43
Penempatan tenaga pendidik menurut Undang-Undang
nomor 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara
menyatakan bahwa setiap aparatur sipil negara harus
memiliki standar yang sama dalam rekrutmen tenaga
pendidik.
Desentralisasi pendidikan menurut Tilaar adalah
suatu keharusan terkait dengan pembangunan
masyarakat demokrasi, pengembangan social capital, dan
peningkatan daya saing bangsa.44 Terkait dengan
desentralisasi pendidikan kementerian pendidikan
nasional tidak dapat melakukan pendistribusian
penempatan tenaga pendidik tanpa kesepakatan
pemerintah daerah. Pemerintah melakukan penempatan
tenaga pendidik melalui Surat Keputusan Bersama (SKB)
tiga meneteri untuk mengatur distribusi penempatan
tenaga pendidik. SKB tersebut di tandatangani oleh
Menteri Pendidikan Nasional, Menteri Dalam Negeri, dan
Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara. Melalui SKB
tersebut memungkinkan tenaga pendidik berpindah dari

43
Dodly Riatmadji, Kapuspen Kemendagri (23 Oktober 2014), diakses dari
www.republika.co.id pada tanggal 3 Desember 2017
44
Tilar, H.A.R, Membenahi Pendidikan Nasional, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hal.
20.
72

satu wilayah ke wilayah lain yaitu antar kabupaten, antar


kota maupun antar propinsi. SKB tiga menteri itu
merupakan payung hukum dalam pemindahan tenaga
pendidik.

a. Mutu Pendidikan

Menurut Undang-Undang Pendidikan Nasional nomor 20


tahun 2003 pasal 1 tenaga pendidik adalah tenaga
kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen,
konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur,
fasilitator dan sebutan lain yang sesuai dengan
kekhususannya serta berpartisipasi dalam penyelenggaraan
pendidikan.
Mutu merupakan salah satu konsep yang paling penting
dalam setiap kegiatan yang dilakukan.dalam sebuah institusi.
Mutu adalah sebuah konsep atau istilah yang digunakan
disegala aspek kehidupan. Definisi mutu adalah suatu hal
yang sangat sulit dijelaskan melalui kata-kata atau sangat sulit
untuk dinyatakan secara definitif, namun ketika seseorang
melihat segala sesuatu yang sempurna maka secara spontan
kata mutu terlontar.
Pada awalnya istilah mutu dipakai dalam organisasi yang
bersifat mencari keuntungan. Istilah mutu pertama kali
disampaikan oleh Deming, seorang pakar mutu Amerika yang
pertamakali menerapkan konsepnya pada perusahaan di
Jepang Setiap lembaga, baik lembaga pendidikan negeri
maupun swasta memahami pentingnya mutu.
Mishra mengatakan bahwa jaminan mutu dapat
diklasifikasikan ke dalam empat komponen yaitu:45

45
Mishra, Quality assurance in higher education: an introduction. Diakses dar
73

1. Everyone in the enterprise has a responsibility for


enhancing the quality of service (setiap individu dalam
perusahaan memiliki tanggungjawab untuk meningkatkan
mutu pelayanan);
2. Everyone in the enterprise has a responsibility for
maintaining the quality of services (setiap individu dalam
perusahaan bertanggungjawab untuk menjaga mutu
pelayanan);
3. Everyone in the enterprise understands, uses, and feels
ownership of the system which are in place for maintaining
and enhancing quality (setiap individu dalam perusahaan
memahami, menggunakan, dan memiliki perasaan
memiliki terhadap sistem yang ditempatkan guna menjaga
dan mendorong mutu);
4. Management regularly checks the validity of the system
for checking quality (Manajemen secara rutin memeriksa
kevalidan sebuah sistem untuk pemeriksaan mutu).
Konsep mutu dalam pendidikan dipengaruhi oleh
berbagai macam hal yaitu apa yang peserta didik pelajari,
bagaimana mereka belajar dan apa manfaat yang dapat
mereka terima dari pendidikan yang mereka dapatkan.
Kemudian, konsep mutu pendidikan adalah berbeda terhadap
hasil lulusan sekolah dan tergantung pada bentuk sekolah
tersebut. Sebagai contoh, pada sekolah umum konsep dari
mutu terletak pada hasil lulusan yang bisa masuk ke
universitas terkemuka atau ke jurusan yang diminati oleh
peserta didik itu sendiri, sementara sekolah kejuruan memiliki
konsep mutu sendiri yaitu bagaimana lulusan mereka bisa

http://www.naacindia.org pada tanggal 22 Juni 2018.


74

masuk dan diterima dengan baik ditempat kerjanya dan siap


untuk bekerja.
Mutu lembaga pendidikan bisa dilihat dari berbagai sudut
seperti yang diutarakan oleh Sallis yaitu:46
a. Outstanding teachers

Outstanding teacher merupakan tenaga pendidik yang


memiliki kualifikasi dan kompetensi yang luar biasa. Tenaga
pendidik yang profesional dalam menjalankan tugasnya.
Tenaga pendidik yang profesional adalah tenaga pendidik
yang mampu menjalani tugas yang diembankan kepadanya,
memiliki kualifikasi pendidikan yang sesuai serta memiliki
kompetensi sebagai tenaga pendidik.
b. High moral values
High moral values artinya adalah memiliki nilai-nilai moral
yang tinggi mengandung makna bahwa sebuah lembaga
pendidikan menerapkan nilai-nilai moral secara nyata
sehingga budaya dalam lembaga pendidikan tersebut bersifat
kondusif.

c. Excellent examination results


Hasil nilai ujian yang tinggi merupakan salah satu bentuk
mutu dalam lembaga pendidikan. Lembaga yang memiliki
tingkat pencapaian hasil ujian peserta didiknya yang tinggi
dibanding lembaga pendidikan lain dikatakan bermutu.
d. The support of parents, business, and the local community
Adanya dukungan dari orang tua peserta didik,
pengusaha dan masyarakat lokal merupakan bentuk mutu
dalam lembaga pendidikan. Semakin banyak dukungan dari

46
Salis. E, Total Quality Management in Education. Third Edition, (UK: Routledge,
2002), ha. 2.
75

pihak luar menunjukkan semakin bermutu lembaga


pendidikan.
e. Plentiful resources
Mutu sebuah lembaga pendidikan dapat dilihat dari
sumberdaya yang dimiliki. Semakin banyak sumberdaya yang
dimiliki oleh sebuah lembaga pendidikan maka semakin
bermutu lembaga pendidikan tersebut.
f. The application of the latest technology
Penerapan teknologi adalah salah satu indikator
bermutunya sebuah lembaga pendidikan. Lembaga
pendidikan yang telah menggunakan sistem online untuk
setiap kegiatan yang dilakukan dan memiliki fasilitas
perpusatakaan yang digital menenadakan lembaga tersebut
bermutu.
g. Strong and purposeful leadership
Kepemimpinan yang kuat dan memiliki tujuan yang jelas
merupakan jaminan mutu sebuah lembaga pendidikan.
Pemimpin yang memiliki jiwa visioner, membimbing,
memotivasi, dan menjadi orang pertama untuk melakukan
suatu tindakan merupakan pemimpin yang bermutu.
h. The care and concern for pupils and students
Fokus dan peduli pada tingkat pencapaian keberhasilan
peserta didik melalui peningkatan mutu guru, penyediaan
sarana dan prasarana yang bermutu merupakan tandasebuah
lembaga pendidikan bermutu.
i. A well-balanced and challenging curriculum
Keseimbangan kurikulum dengan tantangan yang
dihadapi dalam era globalisasi merupakan indikator mutu
lembaga. Kurikulum yang dijalankan disesuaikan dengan
perkembangan zaman, sehingga memberikan peserta didik
kesiapan dalam menghadapi tantangan di masa depan.
76

Tenaga pendidik yang memiliki kompetensi dalam


pandangan Islam adalah tenaga pendidik yang memiliki sifat-
sifat sebagai berikut:

1. Shiddiq seperti yang tertera dalam Al qur‘an surah An


Nisa‘ ayat 104:

َ‫َاء ْالقَ ْو ِم ۖ ِإ ْن ت َ ُكونُوا تَؤْلَ ُمونَ فَإِنَّ ُه ْم ٌَؤْلَ ُمون‬


ِ ‫َو ََل تَ ِهنُوا ِفً ا ْب ِتغ‬
َّ َ‫اَّلل َما ََل ٌَ ْر ُجونَ ۗ َو َكان‬
ُ‫اَّلل‬ ِ َّ َ‫َك َما تَؤْلَ ُمونَ ۖ َوتَ ْر ُجونَ ِمن‬
ًً‫َع ِلٌ ًما َح ِكٌم‬
Artinya:
―Dan janganlah kamu berhati lemah dalam mengejar
mereka (musuhmu), jika kamu menderita kesakitan maka
ketahuilah merekapun menderita kesakitan sebagaimana
kamu rasakan; sedangkan kamu masih dapat
mengharapkan dari Allah apa yang tidak mereka harapkan,
Allah maha mengetahui maha bijakasana‖ (Qs. An Ni‘sa
(4): 104).

2. Amanah tertera dalam surah Al Qashash ayat 26 yang


berbunyi:

َ ‫ت ا ْستَؤ ْ ِج ْرهُ ۖ ِإ َّن َخٌ َْر َم ِن ا ْستَؤ ْ َج ْر‬


‫ت‬ ِ َ‫ت ِإ ْحدَا ُه َما ٌَا أَب‬ ْ َ‫قَال‬
ُ ‫ي ْاْل َ ِم‬
‫ٌن‬ ُّ ‫ْالقَ ِو‬
Artinya:

―Dan salah seorang dari kedua perempuan itu


berkata,‖wahai ayahku! Jadikanlah dia sebagai pekerja
pada kita, sesungguhnya orang yang paling baik yang
engkau ambil sebagai pekerja pada kita adalah orang
yang kuat dan dapat dipercaya‖ (Qs. Al Qashas (28): 26).
77

3. tabligh, fatanah, dan mukhlis terdapat dalam surah Al-


bayyinah ayat 5

‫صٌنَ لَهُ الدٌِّنَ ُحنَفَا َء َوٌُ ِقٌ ُموا‬ َ َّ ‫َو َما أ ُ ِم ُروا إِ ََّل ِلٌَ ْعبُدُوا‬
ِ ‫اَّلل ُم ْخ ِل‬
‫ٌِن ْال َق ٌِّ َم‬
ُ ‫الز َكاةَ ۚ َوََٰ ِل ََ د‬
َّ ‫ص ََلةَ َوٌُإْ تُوا‬ َّ ‫ال‬
Artinya:

―Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah


dengan ikhlas, menaatiNya semata-mata karena
menjalankan agama dan juga agar melakukan shalat,
menunaikan zakat dan yang demikian itulah agama yang
lurus‖ (Qs. Al Bayyinnah (98): 5)

4. sabar sebagaimana surah Al Muzzamil ayat 10

ً ‫علَى َما ٌَقُولُونَ َوا ْه ُج ْر ُه ْم ه َْج ًرا َج ِم‬


‫ٌَل‬ َ ‫صبِ ْر‬
ْ ‫َوا‬
Artinya:

―Dan bersabarlah Muhammad terhadap apa yang mereka


katakan dan tinggalkanlah mereka dengan cara yang
baik‖ (Qs. Al Mu amil (73): 10).

5. Kemampuan bermasyarakat sesuai dengan surah Ali Imran


ayat 112:

ِ َّ َ‫علَ ٌْ ِه ُم الَِّٰلَّ ُ أٌَْنَ َما ث ُ ِقفُوا إِ ََّل ِب َح ْب ٍل ِمن‬


َ‫اَّلل َو َح ْب ٍل ِمن‬ َ ‫ت‬ْ ‫ض ِر َب‬
ُ
‫اس َوبَا ُءو‬ ِ َّ‫الن‬
Artinya:
―Mereka diliputi kehinaan dimana saja mereka berada,
kecuali jika mereka berpegang pada tali agama Allah
dan tali perjanjian dengan manusia…‖ (Qs. Ali Imran (3):
112).
78

6.Adil terdapat dalam surah Al Maidah ayat 8

‫ش َهدَا َء بِ ْال ِق ْس ِط ۖ َو ََل‬ ِ َّ ِ َ‫قَ َّو ِامٌن‬


ُ ‫َّلل‬ ‫ٌَا أٌَُّ َها الٌََِّٰنَ آ َمنُوا ُكونُوا‬
ُ ‫أَ ََّل تَ ْع ِدلُوا ۚ ا ْع ِدلُوا ُه َو أَ ْق َر‬
‫ب‬ ‫علَى‬َ ‫َآن قَ ْو ٍم‬ َ ‫ٌَ ْج ِر َمنَّ ُك ْم‬
ُ ‫شن‬
َ‫اَّلل َخ ِبٌر ِب َما تَ ْع َملُون‬ َ َّ ‫ِللت َّ ْق َوى ۖ َواتَّقُوا‬
َ َّ ‫اَّلل ۚ ِإ َّن‬
Artinya:

― ahai orang yang beriman jadilah kamu sebagai penegak


keadilan karena Allah ketika menjadi saksi dengan adil dan
janganlah kebencian terhadap suatu kaum mendorong
kamu untuk tidak berlaku adil. Berlauk adillah karena adil
itu lebih dekat kepada taqwa. Dan bertaqwalah kepada
Allah, sungguh Allah maha teliti terhadap apa yang kamu
kerjakan‖ (Qs. Al Maidah (5): 8).

Mutu memiliki pengertian yang ambigu karena setiap


individu mengartikan mutu dengan konsep yang berbeda.
Menurut Sallis mutu terbagi atas dua yaitu absolut dan
relatif.47 Mutu absolut adalah ketika individu melihat segala
sesuatu yang terlihat mahal dan mewah, dalam dunia
pendidikan mutu absoulut disebut elitist yaitu dengan
pengertian bahwa hanya sedikit lembaga pendidikan yang
mampu menawarkan pendidikan yang bermutu kepada
peserta didik, dimana peserta didik tidak mampu untuk
membayar biaya pendidikan dan tidak semua lembaga
pendidikan mampu menyediakan pendidikan yang bermutu
absolut. Sementara, mutu relatif adalah segala sesuatu yang
tidak melekat pada hasil maupun pelayanan. Melainkan mutu

47
Ibid., hal.12-13
79

tergantung pada persepsi seseorang sesuai dengan standar


yang mereka miliki.
Menurut Zajda, Baccus, & Kach mutu memiliki pengertian
yang berbeda diantara para pendidik tentang apa saya yang
disebut dengan mutu, sehingga mutu digambarkan sebagai
pencapaian tingkat akademik melalui kinerja peserta didik
yang biasanya dilakukan melalui penskoran tes, dalam
berbagai mata pelajaran yang merupakan bagian dari
kurikulum sekolah (raising the level of academic performance
of pupils, usually as measured in test scores, in the various
subjects which form part of their school curriculum).48
Mutu pendidikan sangat tergantung pada tenaga
pendidik, menurut Danim tenaga pendidik harus memiliki
kualifikasi sebagai berikut:49

a. Fisik yaitu berkenaan dengan aspek-aspek kesehatan


fisik, ciri-ciri khusus fisik, dan daya dukung kemampuan
verbal;
b. Pribadi yaitu berkenaan dengan aspek-aspek
kepribadian tenaga pengajar seperti keimanan,
kepribadian sebagai insan Pancasila, dan normal secara
kejiwaan;
c. Profesional yaitu berkenaan dengan tugas-tugas
pengajaran dan penguasaan materi bahan ajar berikut
segala perangkat pendukungnya serta kemampuan
menciptakan kondisi peserta didik menjadi masyarakat
belajar;

48
Zajda. J., Baccus. K., & Kach.N, Excellence and quality in education, (Australia:
JNP, 1995), hal.7
49
Danim, Sudarwan, Agenda Pembaharuan Sistem Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2006), hal, 82.
80

d. Sosial yaitu berkaitan dengan fungsi tenaga pendidik


sebagai bagian integral dari anggota masyarakat
Indonesia yang Pancasilais.
Menurut Sallis mutu dapat dikategorisasikanmenjadi tiga
bagian yaitu, mutlak (absolute quality), relatif (relative quality),
dan persepsi (perception quality).50 Absolute quality (mutu
mutlak) adalah sesuatu yang yang kelihatan mewah dan
mahal, jadi segala sesuatu yang kelihat luxurious dan
expensive sudah dapat dikatakan bermutu. Hal ini disumsikan
bahwa barang atau segala sesuatu yang mahal adalah
bermutu karena hasil dilihat dari harga. Pada dunia
pendidikan, mutu mutlak terlihat dengan istilah elitsm.
Sekolah yang berbayar mahal sudah dipastikan bermutu.
Relative quality adalah sebuah konsep mutu yang didasarkan
permintaan para pengguna. Mutu seperti ini didapat jika
lulusan dari sebuah lembaga pendidik memenuhi apa yang
ditetapkan oleh para pengguna. Sehingga, mutu relatif ini
didasarkan pada kebutuhan penggunannya. Mutu
berdasarkan persepsi (perception quality) adalah konsep mutu
dalam pendidikan dimana mutu diperoleh berdarakan
penilaian pengguna.
Penilaian mutu lulusan oleh para pengguna didasarkan
pada keseuaian program, tingkatan, dan wilayah. Dari ketiga
jenis mutu tersebut, Sallis menyimpulkan bahwa dalam dunia
pendidikan konsep dalam mutu bisa dibagai menjadi dua
bagian yaitu mutu dalam realitanya dan mutu dalam
persepsi.51 Mutu berdasarkan realitanya dapat dilihat dari
kinerja lulusan pendidikan tersebut. Sedangkan mutu dalam

50
Sallis, Op.Cit
51
Ibid
81

persepsi adalah penilaian mutu pendidikan melalui lulusannya


yang dilakukan oleh para pengguna.
Mutu pendidikan sangat terkait dengan tenaga
pendidikan, sehingga penempatan tenaga pendidik yang
merata sangat penting untuk mencapai mutu. Pemerataan
tenaga pendidik diikuti dengan kemampuan tenaga pendidik
baik secara kualifikasi maupun kompentensi dalam
pendistribusian tenaga pendidik di perkotaan maupun
pedesaan adalah tugas dari pemerintah dan pemerintah
daerah sebagai bentuk desentralisasi pendidikan
B. Penelitian yang Relevan

Nuryanti Mustari dalam penelitiannya yang berjudul


implementasi kebijakan peningkatan kompetensi pendidik
melalui peningkatan rasio pendidik dan pemerataan
penyebaran pendidik di Kabupaten Jeneponto melakukan
penelitian dengan tujuan untuk mengetahui implementasi
kebijakan tersebut di kabupaten Jeneponto.52 Dalam
melakukan penelitiannya Nuryanti fokus pada implementor
kebijakan yaitu Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga
Kabupaten Jenenponto dan objek kebijakan adalah guru-guru
IPA, IPS, Bahasa SMA sekabupaten Jeneponto yaitu 7
sekolah menengah atas, dan informasi dari institusi dinas
pendidikan yaitu kepala dinas pendidikan, sekretaris
pendidikan, kepala bidang ketenagaan dan kepala bidang
kejuruan dari sekolah menengah atas. Responden dipilihnya
melalui teknik proportional random sampling. Pengumpulan
data dalam penelitiannya dilakukan dengan mengunakan
kuesioner, dokumentasi, rekaman arsip, wawancara, dan

52
Nuryanti Mustari, Implementasi kebijakan peningkatan kompetensi pendidik melalui
peningkatan rasion pendidik dan pemerataan penyebaran pendidik di kabupaten
Jeneponto diakses melalui www.jurnal unismuh.ac.id pada tanggal 5 Desember 2017.
82

observasi lapangan. Teknik analisa data melalui tahapan-


tahapan reduksi, display, dan penarikan kesimpulan atau
penyajian data. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa
implementasi kebijakan peningkatan rasio pendidik dan
pemerataan penyebaran pendidik di Kabupaten Jeneponto
belum berjalan efektif sehingga masih banyak yang perlu
diperhatikan oleh pemerintah. Dari hasil penelitian yang
dilakukan Nuryanti terlihat bahwa masalah manajemen
pemerataan tenaga pendidik di Jeneponto masih belum
dilakukan secara efektif, hal ini terlihat dari rasio tenaga
pendidik dan siswa yang masih belum merata. Oleh karena itu
konsep, tahapan, dan upaya manajemen pemerataan tenaga
pendidik sangat perlu dikaji di wilayah Indonesia lainnya
seperti Tanjung Jabung Barat.
Ade dalam penelitiannya berjudul analisis strategi
pemerataan guru pegawai negeri sipil (PNS) SMA Negeri
pasca peralihan dari pemerintah kabupaten ke pemerintah
propinsi di provinsi Jambi bertujuan untuk mengetahui strategi
yang digunakan dalam pemerataan guru pegawai negeri sipil
di lingkungan dinas pendidikan provinsi Jambi.53 Sampel
penelitian yang digunakan adalah dengan menggunakan
teknik purposive sampling yaitu seluruh subjek yang memiliki
informasi. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa rata-rata
tingkat ketimpangan pemerataan guru mencapai 7.8%.
Strategi yang dugunakan Dinas pendidikan Jambi adalah
merujuk pada juknis peraturan bersama lima menteri tentang
pemerataan guru pegawai tahun 2011. Dari hasil kajian yang
dilakukan Ade, terlihat bahwa dalam manajemen pemerataan
tenaga pendidik yang dilakukan di propinsi Jambi mengikuti
53
Ade Putra, Analisis pemerataan guru pegawai negeri sipil (PNS) SMA Negeri pasca
pengalihan dari pemerintahan kabupaten ke pemerintahan provinsi di provinsi Jambi.
Di akses dari URI http:digilib.unimed.ac.id/id/eprint/27128 pada tanggal 8 Maret 2018.
83

konsep yang telah ditetapkan oleh peraturan bersama lima


menteri, sementara tahapan dan upaya dalam penelitiannya
belum terungkap.
Fatkuroji melakukan penelitian dengan judul
meningkatkan tenaga pendidik melalui kebijakan penataan
dan pemerataan guru di Kabupaten Semarang. 54
Penelitiannya bertujuan untuk mengetahu kebijakan dinas
pendidikan Kabupaten Semarang dalam meningkatkan
penataan dan pemerataan kinerja guru. Dalam melakukan
penelitian, Fatkuroji menggunakan metode wawancara dan
dokumen. Analisis data dalam penelitiannya dilakukan dengan
mereduksi data, menyajikan data dan mengambil kesimpulan
dan verifikasi. Berdasarkan hasil penghitungan guru terlihat
bahwa penghitungan guru kelas dan guru matapelajaran
pegawai negeri sipil (PNS) di sekolah langsung diatasi dengan
pengangkatan guru non PNS. Hasil penelitian yang dilakukan
Fatkuroji menunjukkan bahwa pemerataan tenaga pendidik di
Kabupaten Semarang dilakukan berdasarkan laporan tentang
kebutuhan tenaga pendidik, dengan mengangkat guru non-
pegawai negeri sipil dalam upaya pengelolaan pemerataan
tenaga pendidik.
Berdasarkan penelitian terdahulu, terlihat bahwa
penelitian sekarang memiliki perbedaan dan persamaan
dengan penelitian terdahulu. Adapun perbedaan dengan
penelitian terdahulu terletak pada tujuan penelitian dan lokasi
penelitian. Sementara, persamaan dengan penelitian
terdahulu terlihat dari metode penggumpulan data dan teknik
analiss data. Dari keseluruhan penelitian yang dilakukan oleh
peneliti terdahulu dan sekarang terlihat bahwa peneliti
54
Fatkuroji, Meningkatkan tenaga pendidik melalui kebijakan penataan dan
pemerataan guru di Kabupaten Semarang diakses melalui
www.jurnal.radenfattah.ac.id pada tanggal 5 Desember 2017.
84

terdahulu memiliki kesamaan fokus penelitian yaitu pada


manajemen pemerataan tenaga pendidik, namun berbeda
dalam aspek yang diteliti. Penelitian sekarang meneliti pada
aspek konsep, tahapan dan upaya yang dilakukan dalam
manajemen pemerataan tenaga pendidik sehingga penelitian
sekarang layak untuk dilakukan.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian merupakan cara-cara yang


terencana dan terstruktur untuk melakukan sebuah penelitian
ilmiah dengan memadukan semua potensi dan sumberdaya
yang telah disiapkan.55 Moleong mengatakan bahwa penelitian
kualitatif adalah pendekatan yang digunakan untuk memahami
fenomena yang terjadi secara menyeluruh pada keadaan
alamiah dengan memanfaatkan metode alamiah yang ada.56
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah pendekatan kualitatif deskriptif, karena penelitian ini
bermaksud untuk mengumpulkan informasi mengenai suatu
gejala yang ada pada saat penelitian dilakukan. Berdasarkan
pengertian pendekatan penelitian kualitatif deskriptif tersebut,
maka peneliti menganggap pendekatan ini sangat sesuai dengan
tujuan penelitian yang telah peneliti uraikan pada bagian
pendahuluan, dimana peneliti bermaksud untuk mengkaji
manajemen penempatan tenaga pendidik sekolah menengah
pertama negeri Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Selanjutnya,
dalam penelitian ini peneliti menggali informasi sehingga
terdapat rincian yang mendalam mengenai konsep, tahapan, dan
upaya dalam manajemen penempatan tenaga pendidik sekolah
menengah pertama negeri (SMPN) di kabupaten Tanjung
Jabung Barat.

55
Mukhtar, Metode praktis penelitian deskriptif kualitatif, (Jakarta: Referensi/GP.Press
Group, 2013), hal.84.
56
Moleong, J.Lexy, Metodologi penelitian kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda Karya,
2010), hal.6.

85
86

B. Situasi Sosial dan Subjek Penelitian


1. Situasi Sosial
Situasi sosial adalah lokasi yang telah ditentukan untuk
melakukan penelitian.57 Lokasi adalah tempat dimana proses
penelitian dan pencapaian tujuan penelitian berlangsung.
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat,
yaitu salah satu kabupaten yang berada di provinsi Jambi.
Pemilihan lokasi di Tanjung Jabung Barat di dasarkan atas
beberapa alasan yaitu:
a. Lokasi penelitian tidak jauh dari tempat tinggal peneliti
sehingga mempermudah akses bagi peneliti untuk
mengumpulkan data;
b. Belum adanya penelitian yang dilakukan di Kabupaten
Tanjung Jabung Barat terkait manajemen penempatan
tenaga pendidik sekolah menengah pertama negeri.
2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah orang yang berada dalam situasi


sosial yang ditetapkan sebagai pemberi informasi sebuah
penelitian atau yang disebut informan.58 Subjek penelitian
merupakan key informan atau individu yang memberi informasi
yang dibutuhkan oleh peneliti, karena dianggap sebagai pihak
paling tahu tentang data yang dibutuhkan dalam melakukan
penelitian. Teknik yang digunakan dalam menentukan subjek
penelitian adalah dengan menggunakan teknik purposive
sampling.
Peneliti menggunakan teknik ini karena penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui bagaimana manajemen
penempatan tenaga pendidik sekolah menengah pertama negeri
57
Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2011),
hal. 116.
58
Sugiyono, Metodologi Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kualitatifm Kuantitatif, R & D,
(Bandung: Alfabeta, 2015), hal. 300.
87

(SMPN) di Tanjung Jabung Barat terutama terkait konsep


pepenempatan, tahap-tahap penempatan, dan upaya
penempatan tenaga pendidik yang dilakukan di wilayah Tanjung
Jabung Barat.
Berdasarkan fokus dan tujuan penelitian ini, maka subjek
penelitian terdiri atas:
a. Kepala Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber
Daya Manusia Tanjung Jabung Barat;
b. Kepala Dinas Pendidikan Tanjung Jabung Barat;
c. Kepala Bidang Pendidikan Dasar dan Menengah Tanjung
Jabung Barat;
d. Kepala Bidang Guru dan Tenaga Kependidikan Tanjung
Jabung Barat.
C. Jenis dan Sumber Data

1. Jenis Data
Data yang diperlukan oleh peneliti untuk mencapai tujuan
penelitian yang telah ditetapkan di bagian terdahulu, peneliti
memerlukan dua jenis data yaitu:
a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari


sumbernya tanpa adanya perantara. Teknik pengumpulan data
dalam konteks data primer ini tergantung dari jenis data yang
diperlukan, jika yang diperlukan adalah data tentang manusia
maka dapat diperoleh dengan menyiapkan seperangkat
instrumen atau melakukan observasi langsung terhadap subjek
yang diteliti.59
Data primer dalam penelitian ini berupa hasil wawancara
yang diakukan peneliti dengan Kepala Badan Kepegawaian dan
Pengembangan Sumberdaya Manusia, Kepala Dinas Pendidikan
59
Mukhtar, Bimbingan skripsi, thesis, dan artikel ilmiah, (Jakarta: Gaung Persada Press,
2010), hal. 86-87.
88

Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Kepala Bidang Pendidikan


Dasar Kabupaten Tanjung Jabung Barat, serta Kepala Bidang
Guru dan Tenaga Kependidikan Kabupaten Tanjung Jabung
Barat.
b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui


pengumpulan atau pengolahan data berupa dokumen baik
bersifat dokumen peribadi, kelembagaan, referensi atau
peraturan-peraturan. Sumber data sekunder digunakan oleh
peneliti untuk menguji, menafsirkan, dan meramalkan masalah
penelitian.60
Peneliti menggunakan data sekunder berupa profil Tanjung
Jabung Barat; keadaan tenaga pendidik sekolah menengah
pertama negeri (SMPN) dilihat dari jumlah, kualifikasi dan
kompetensi; jumlah sekolah menengah pertama di Kabupaten
Tanjung Jabung Barat; komposisi tenaga pendidik Kabupaten
Tanjung Jabung Barat; serta peraturan dan regulasi penempatan
dan pengangkatan tenaga pendidik.
2. Sumber Data

Menurut Lofland dalam Moleong, sumber data adalah kata-


kata atau tindakan serta dokumen tertulis lainya.61 Sumber data
dalam penelitian ini adalah informasi yang diperoleh melaui
wawancara dengan Kepala Badan Kepegawaian dan
Pengembangan Sumberdaya Manusia Kabupaten Tanjung
Jabung Barat, Kepala Dinas Pendidikan Tanjung Jabung Barat,
Kepala Bidang Pendidikan Dasar dan Menengah Kabupaten
Tanjung Jabung Barat, dan Kepala Bidang Guru dan Tenaga

60
Iskandar, metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial: Kuantitatif dan Kualitatif,
(Jakarta: Gaung Persada Press, 2009) hal. 77
61
Moleong. J. Lexy., Op .Cit., hal.157.
89

Kependidikan Kabupaten Tanjung Jabung Barat sebagai


responden dalam penelitian ini.
Sementara itu sumber data yang bersifat dokumen tertulis
berupa profil wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat, keadaan
tenaga pendidik sekolah menengah pertama negeri (SMPN)
dilihat dari jumlah, kualifikasi dan kompetensi; jumlah sekolah
menengah pertama di Kabupaten Tanjung Jabung Barat;
komposisi tenaga pendidik Kabupaten Tanjung Jabung Barat;
serta peraturan dan regulasi penempatan dan pengangkatan
tenaga pendidik.
D. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan peneliti untuk memperoleh


informasi data yang dibutuhkan dalam mencapai tujuan
penelitian, berikut teknik pengumpulan data yang peneliti
lakukan:
1. Observasi

Observasi merupakan suatu proses yang kompleks yang


tersusun atas proses biologis dan psikologis.62 Teknik observasi
dimaksudkan untuk mengamati perbuatan, sikap dan tingkah
laku informan. Teknik observasi yang peneliti lakukan dalam
penelitian ini adalah mengamati secara langsung bagaimana
proses sebaran atau penempatan tenaga pendidik Sekolah
Menengah Pertama Negeri di Kabupaten Tanjung Jabung Barat
berdasarkan dokumen yang penulis peroleh dari Kantor Dinas
Pendidikan Tanjung Jabung Barat kemudian penulis mencek
secara langsung ke beberapa lokasi yang telah penulis tetapkan
terlebih dahulu.

62
Sugiyono, Op.Cit., hal. 203.
90

2. Wawancara

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data secara


langsung kepada key informan dengan meminta keterangan atau
jawaban terkait fokus dan tujuan penelitian melalui pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan.63 Wawancara yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah wawancara terstruktur, dimana peneliti
menetapkan sendiri pertanyaan yang diajukan sesuai dengan
fokus dan tujuan penelitian yang telah ditetapkan.
Wawancara dilakukan terhadap Kepala Dinas
Kepegawaian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia
Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Kepala Dinas Pendidikan
Kabupaten Tanjung Jabung Barat; Kepala Bidang Pendidikan
Dasar Kabupaten Tanjung Jabung Barat dan Kepala Bidang
Guru dan Tenaga Kependidikan Kabupaten Tanjung Jabung
barat.
Sebelum melakukan wawancara, peneliti terlebih dahulu
meminta izin untuk menemui para key informan dan
mengutarakan tentang tujuan kedatangan peneliti, dan untuk
selanjutnya peneliti membuat kesepakatan dengan para key
informan mengenai kesediaan waktu dan tempat untuk
melakukan wawancara terkait dengan fokus dan tujuan
penelitian peneliti.
3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data melalui


dokumentasi baik berupa profil, peraturan, data-data tertulis
lainnya.64 Teknik pengumpulan data secara dokumentasi dalam

63
Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, (Jakarta; Rajawali Press, 2010),
hal. 215.
64
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian: Suati Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2006), hal. 231.
91

penelitian ini berupa profil wilayah Kabupaten Tanjung Jabung


Barat, keadaan tenaga pendidik sekolah menengah pertama
negeri (SMPN) dilihat dari jumlah, kualifikasi dan kompetensi;
jumlah sekolah menengah pertama di Kabupaten Tanjung
Jabung Barat; komposisi tenaga pendidik Kabupaten Tanjung
Jabung Barat; serta peraturan dan regulasi penempatan dan
pengangkatan tenaga pendidik.
E. Teknik Analisis Data
Menurut Nasution dalam Sugiyono analisis data dilakukan
sejak merumuskan dan menjelaskan masalah sebelum peneliti
mulai melakukan penelitian ke lapangan dan berlangsung terus
sampai penulisan hasil penelitian, namun dalam penelitian
kualitatif analisis data difokuskan selama proses pengumpulan
data.65
Penelitian ini menggunakan teknik analisis data sebagai
berikut:
1. Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan kegiatan yang berlangsung


selama penelitian dengan menggunakan teknik pengumpulan
data yang telah ditetapkan guna memperoleh informasi terkait
fokus dan tujuan penelitian melalui observasi, wawancara, dan
dokumentasi66
Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah berdasarkan data dokumen tenaga pendidik yang
diperoleh dari dinas pendidikan, kemudian penulis secara
langsung datang kebeberapa sekolah yang telah ditetapkan
sebelumnya untuk mengamati langsung penempatan tenaga
pendidik sekolah menengah pertama negeri di Kabupaten
Tanjung Jabung Barat, wawancara secara terstruktur dengan

65
Sugiyono, Op.Cit., hal. 336
66
Mukhtar, Op.Cit., hal. 336
92

key informan dan dokumentasi tertulis berupa profil wilayah


Kabupaten Tanjung Jabung Barat, keadaan tenaga pendidik
sekolah menengah pertama negeri (SMPN) dilihat dari jumlah,
kualifikasi dan kompetensi; jumlah sekolah menengah pertama
di Kabupaten Tanjung Jabung Barat; komposisi tenaga pendidik
Kabupaten Tanjung Jabung Barat; serta peraturan dan regulasi
penempatan dan pengangkatan tenaga pendidik.
2. Reduksi Data

Reduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian


pada penyederhanaan, pengabstrakkan, dan tranformasi data-
data mentah yang muncul dari hasil wawancara atau catatan
data tertulis di lapangan. Dengan demikian data yang telah
direduksi memberikan gambaran yang lebih jelas dan
mempermudah peneliti untuk mengumpulkan data selanjutnya
dan mencarinya apabila diperlukan.67
Proses reduksi data dalam penelitian ini adalah peneliti
memindahkan rekaman hasil wawancara ke dalam bentuk
transkrip, untuk kemudian diberikan kode secara manual seperti
transkrip wawancara dengan Kepala Badan Kepegawaian dan
Pengembangan Sumberdaya Manusia Kabupaten Tanjung
Jabung Barat dengan Kode KBKPSM, Kepala Dinas Pendidikan
Kabupaten Tanjung Jabung Barat dengan kode KDP, Kepala
Bidang Pendidikan Dasar Kabupaten Tanjung Jabung Barat
dengan kode KBPDM, dan Kepala Bidang Guru dan Tenaga
Kependidikan Kabupaten Tanjung Jabung Barat dengan kode
KBGTK. Hasil wawancara dan catatan lapangan dilakukan
pemisahan sesuai dengan rumusan masalah yang diteliti yaitu
konsep manajemen penempatan tenaga pendidik dengan kode
RM1, Tahap-tahap manajemen penempatan tenaga pendidik

67
Sugiyono, Op.Cit.,hal.338
93

dengan kode RM2, dan upaya manajemen penempatan tenaga


pendidik dengan kode RM3.
3. Penyajian Data

Setelah data direduksi maka peneliti melakukan penyajian


data sebagai suatu bentuk usaha menggambarkan kesimpulan
dan mengambil tindakan.68 Penyajian data dalam penelitian ini
dilakukan berdasarkan kategorisasi sesuai dengan rumusan
penelitian yang telah ditetapkan. Peneliti melakukan penyajian
data secara naratif.
Peneliti membuat tabel yang terbagi atas konsep
manajemen penempatan, tahap-tahap manajemen penempatan,
dan upaya manajemen penempatan tenaga pendidik. Kemudian
pada tabel tersebut juga sumber data baik bersifat observasi,
wawancara, maupun dokumen tertulis.
4. Verifikasi Data
Verifikasi data adalah kegiatan menganalisis data yang
diawali dengan kegiatan memutuskan apakah data yang
diperoleh sesuai dengan fokus dan tujuan penelitian. Melalui
verifikasi data peneliti dapat membuat kesimpulan sementara
maupun kesimpulan akhir terkait fokus dan tujuan penelitian
yang telah ditetapkan.
F. Uji Keterpercayaan Data (Trusthworthines)
Penelitian kualitatif menggunakan teknik keabsahan data
melalui ketelitian pengamatan, trianggulasi data, dan konsultasi
pembimbing
a. Ketelitian Pengamatan

Ketelitian pengamatan yaitu peneliti mengadakan


pengamatan langsung terhadap permasalahan yang menjadi
fokus dalam penelitian. Peneliti mengamati faktor-faktor yang

68
Mukhtar, Op.Cit., hal. 215.
94

menonjol terkait manajemen pemerataan tenaga pendidik


sekolah menengah pertama Kabupaten Tanjung Jabung Barat.
b. Trianggulasi Data
Trianggulasi data adalah teknik pemeriksaan keabsahan
data yang memanfaatkan suatu yang lain di luar data. Jadi
dalam hal ini peneliti menggunakan trianggulasi data dengan
mengecek kembali derajat kepercayaan atau informasi yang
diperoleh dan membandingkannya melalui waktu atau alat yang
berbeda.
Trianggulasi dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan trianggulasi sumber, trianggulasi teknik, dan
trianggulasi dengan metode. Trianggulasi sumber memiliki
pengertian membandingkan dan mengecek kembali derajat
keabsahan data dengan alat yang berbeda yang dapat dilakukan
sebagai berikut:
a. Peneliti membandingkan hasil pengamatan terkait
manajemen penempatan tenaga pendidik sekolah
menengah pertama negeri Kabupaten Tajung Jabung
Barat dengan hasil wawancara yang dilakukan terhadap
para key informan;
b. Membandingkan hasil wawancara dengan dokumen
tertulis berupa peraturan dan aturan terkait penempatan
tenaga pendidik sekolah menengah pertama (SMP)
Kabupaten Tanjung Jabung Barat;
c. Membandingkan informasi yang diperoleh dari orang lain
tentang keadaan yang sebenarnya dengan dokumen dan
wawancara yang dilakukan.
Trianggulasi teknik adalah melakukan teknik pengumpulan
data yang berbeda-beda untuk mendapatkan sumber data yang
utama. Trianggulasi teknik yang digunakan dalam penelitian
adalah melalui observasi partisipastif dimana peneliti terlibat
95

langsung di dalamnya, wawancara yang mendalam dan


dokumentasi.
Selanjutnya, trianggulasi metode adalah upaya
membandingkan data yang diperoleh dengan metode yang
berbeda. Trianggulasi ini digunakan untuk menguji derajat
keabsahan data hasil penelitian dengan membandingkan data
yang diperoleh melalui observasi dan data yang diperoleh
melalui wawancara.
c. Konsultasi Pembimbing

Teknik konsultasi dengan pembimbing bertujuan untuk


membangun keabsahan data, dimana dalam penelitian ini
peneliti mengkonsultasikan hasil penelitian dengan pembimbing,
melakukan diskusi serta konsultasi secara analisis bertujuan
untuk menelaah aspek-aspek penemuan yang masih bersifat
implisit. Konsultasi pembimbing dapat memberikan kesempatan
bagi peneliti untuk mengembangkan dan menguji langkah-
langkah selanjutnya dalam mendesain penelitian yang dilakukan.
G. Rencana dan Waktu Penelitian

Jadwal kegiatan penelitian dapat dilihat pada tabel 3.1 di bawah


ini.
96

Tabel 3.1
Rencana dan Waktu Penelitian
Tahun 2017- 2018
Kegiatan Des Jan Feb Maret April Mei Juni Juli Agus Sep Okt Nov Des
1 2 3 4 1 2 3 4 1 234123 4 1 2 34123 4 12 3 4 1 23 4 12 3 4123412341234 1 2 3
1. Penulisan Draf Proposal x xx x
2. Konsultasi dengan Ketua Prodi/lainnya x xx x
untuk fokus penelitian
3. Revisi DraftProposal x xxxxxxx xx
4. Proses Ujian Proposal x
5. Revisi Draf Proposal setelah ujian xx
6. Konsultasi dengan Pembimbing xxx xxx x
7. Koleksi data xxx xxx x
8. Analisa dan Penulisan Draf Awal xx xxx xxx x
9. Draf awal dibaca Pembimbing xx
10. Revisi Draf Awal
11. Draf Dua dibaca Pembimbing
12. Revisi Draf Dua xxxx
13. DraftDua Revisi dibaca Pembimbing xxxx
14. Penulisan Draf Akhir xxxx
15. Draft Akhir dibaca Pembimbing xxxx
16. Ujian Tahap Awal
x
17. Revisi Setelah Ujian Tahap Awal xxxx
18. Ujian Munaqasyah
19. Revisi Tesis Setalah Ujian Munaqasyah
20. Mengikuti Wisuda
BAB IV

DESKRIPSI LOKASI, TEMUAN PENELITIAN DAN ANALISIS HASIL


PENELITIAN

A. DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN


1. Sejarah Kabupaten Tanjung Jabung Barat
Sebelum abad ke-17 di Tanah Tungkal telah memiliki penghuni
seperti Merlung, Tanjung Paku, dan Suban yang dipimpin oleh
seorang Demang jauh sebelum datangnya rombongan dari Pariang
Padang Panjang yang berjumlah 199 orang yang dipimpin oleh
Datuk Andiko dan sebelum masuknya utusan Raja Johor.
Memasuki abad ke-17 daerah ini masih disebut Tungkal saja
yang dikuasai dan dipimpin oleh Pemerintahan Raja Johor.
Sedangkan yang menjadi wakil Raja Johor di daerah ini pada waktu
itu adalah Orang Kayo Depati. Setelah lama memerintah Orang
Kayo Depati pulang ke ke Johor dan digantikan oleh Orang Kayo
Syahbandar yang berkedudukan di Lubuk Petai.
Setelah Orang Kayo Syahbandar memimpin, diganti oleh
Orang Kayo Ario Santiko yang berkedudukan di Tanjung Agung
(Lubuk Petai) dan Datuk Bandar Dayah yang berkedudukan di Batu
Ampar, yang daerahnya meliputi Tanjung Rengas sampai Hilir
Kuala Tungkal atau dengan sebutanTungkal Ilir. 69
Memasuki abad ke-18 atau sekitar tahun 1841-1855 Tungkal
dikuasai dan dipimpin oleh Pemerintahan Sultan Abdul Rahman
Nasaruddin. Pada saat itu Kesultanan Jmabi mengirim seorang
Pangeran yang bernama Pangeran Badik Uzaman ke Tungkal yaitu
Tungkal Ulu yang kedatangannya disambut oleh Orang Kayo Ario
Santiko dan Datuk Bandar Dayah.
Setelah terbukanya Kota Kuala Tungkal maka semakin banyak
orang mulai berdatangan. Pada tahun 1902 dari suku Banjar yang

69
Profil Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Barat 2017

97
98

datng dari Pulau Kalimantan melalui Malaysia berjumlah 16 orang.


Selanjutnya datang kembali dengan jumlah yang besar yaitu 56
orang yang dipimpin oleh Haji Anuari dan iparnya Haji Baharuddin.
Rombongan ini menetap di Bram Itam. Setelah itu, datang lagi dari
suku Bugis, Jawa, Donok atau suku Laut yang hidup di pantai dan
Cina serta India yang datang untuk berdagang.
Pada tahun 1901 kerajaanJambi takluk keseluruhannya
kepada pemerintahan Belanda termasuk Tanah Tungkal khususnya
Tungkal Uku yang konseler jendarlanya berkedudukan di Pematang
Pauh. Sehingga pecahlah perpanjangan antara masyarakat
Tungkal Ulu dan Merlung dengan Belanda.
Seiring bergulirnya perkembangan zaman berdasarkan
keputusan Komite Nasional Indonesia (KNI) untuk Pulau Sumatera
di Kota Bukit Tinggi (Sumbar) pada tahun 1946 tanggal 15 April
1946, maka pulau Sumatera dibagi menjadi tiga provinsi yaitu
Sumatera Tengah, Sumatera Utara dan Sumatera Selatan.
Sedangkan, daerah keresidenana Jambi terdiri dari Batanghari,
Sarolangun, dan Bangko tergabung dalam provinsi Sumatera
Tengah yang dikukuhkan dengan Undang-Undang Darurat Nomor
19 tahun 1957, kemudian dengan terbitnya undang-undang nomor
19 tahun 1957, kemudian dengan terbitnya undang-undang nomor
61 tahun1958 pada tanggal 6 Januari 1958 keresidenan Jambi
menjadi Provinsi Tingkat 1 Jambi yang terdiri dari kabupaten
Batanghari, Sarolangun, Bangko, dan Kabupaten Kerinci.
Pada tahun 1965 wilayah Kabupaten Batanghari dipecah
menjadi dua bagian yaitu Kabupaten Daerah Tingkat II Batanghari
dengan ibukota Kenali Asam, dan Kabupaten Daerah Tingkat II
Tanjung Jabung dengan Ibu kota Kuala Tungkal. Kabupaten
Tanjung Jabung diresmikan menjadi daerah Kabupaten pada
tanggal 10 Agustus 1965 yang dikukuhkan dengan undnag-undang
99

nomor 7 tahun 1965 yang terdiri dari kecamatan Tungkal Ulu,


Tungkal Ilir, dan Muara Sabak.
Setelah memasuki usia ke 34 dan seiring berjalannya era
desentralisasi, maka Kabupaten Tanjung Jabung sesuai dengan
Undnag-undnag Nomor 54 tanggal 4 Oktober 1999 tentang
pemekaran wilayah kabupaten dalam provinsi Jambi telah
memekarkan diri menjadi dua wilayah yaitu kabupaten Tanjung
Jabung Barat sebagai kabupaten induk dengan ibukota Kuala
Tungkal dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur sebagai hasil
kabupaten pemekaran dengan ibukota Pangkalan Bulian.70
2. Visi dan Misi Kabupaten Tanjung Jabung Barat
Kabupaten Tanjung Jabung Barat merupakan salah satu
kabupaten yang berada di wilayah propinsi Jambi, dengan moto
serengkuh dayung serentak ketujuan dan beribukota Tungkal.
Kabupaten Tanjung Jabung Barat memiliki lambang daerah seperti
yang ditampilkan pada gambar 4.1

Gambar 4.1 Lambang daerah Tanjung Jabung Barat

70
Ibid
100

Gambar lambang daerah Tanjung Jabung Barat memiliki


makna tersendiri sebagai berikut:71
1. Bidang Dasar lambang berbentuk perisai yang memiliki 5
(lima) sudut berwarna kuning cerah dengan dua garis tepi
berwarna hitam yang melambangkan masyarakat Kabupaten
Tanjung Jabung Barat yang berideologi Pancasila dan dalam
menjalankan roda pemerintahan berdasarkan Undang
Undang Dasar 1945.
2. Bintang bersisi 5 (lima) berwarna kuning emas melambangkan
bahwa bagaimanapun bentuk dan keanekaragaman yang ada di
Kabupaten Tanjung Jabung Barat tetap ber-Ketuhanan Yang
Maha Esa.
3. Payung berwarna orange dengan enam ruas melambangkan
bahwa Kabupaten Tanjung Jabung Barat memiliki adat istiadat
yang mengayomi segala aspek kehidupan dalam masyarakat
etnis, agama maupun budaya. Lima ruas dipandang sebagai
agama yang ada di Indonesia dan satu ruas dipandang
representatif mewakili daripada etnis-etnis yang heterogen,
melambangkan dalam penggambilan keputusan para tua
tenganai dan tokoh adat, sebelumnya memandang etnis dan
agama yang ada di Kabupaten Tanjung Jabung Barat.
4. Bambu Runcing menyilang yang diikat dengan kain berwarna
merah melambangkan asal mula perjuangan rakyat Tanjung
Jabung Barat. Bambu runcing merupakan persenjataan yang
digunakan dalam perjuangan. Seutas kain berwarna merah
merupakan sebutan pejuang selempang merah karena setiap
pejuang mempunyai tanda pengenal dengan tanda kain merah
yang diikatkan atau dilingkarkan di tubuh para pejuang tersebut.
5. Perahu layar merupakan lambang atau ciri yang
menggambarkan salah satu potensi alam Kabupaten Tanjung
71
Profil Tanjung Jabung Barat, Wikipedia .com
101

Jabung Barat. Layar berwarna Putih melambangkan kesucian


masyarakat Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Perahu dan
tonggak berwarna kuning melambangkan bahwa apapun potensi
yang ada dalam Kabupaten Tanjung Jabung Barat
keseluruhannya adalah milik Kabupaten Tanjung Jabung Barat.
6. Garis panjang ombak yang melengkok-lengkok melambangkan
bahwa masyarakat Tanjung Jabung Barat yang heterogen
dengan keanekaragaman etnis, agama, ras dan sebagainya
menjadi penopang untuk tegak, maju dan berkembangnya
Kabupaten Tanjung Jabung Barat dengan memanfaatkan
potensi yang ada.
7. Gambar air yang mengalir di depan perahu melambangkan
bahwa Kabupaten Tanjung Jabung Barat terdiri dari dataran
rendah dan dataran tinggi yang memiliki potensi sektor
pertambangan.
8. Lima buah batu bata putih melambangkan jumlah kecamatan
yang ada pada saat pemekaran Kabupaten Tanjung Jabung
menjadi Kabupaten Tanjung Jabung Barat dan Kabupaten
Tanjung Jabung Timur.
9. Gong berwarna coklat muda melambangkan bahwa dalam
pengambilan keputusan lebih mengutamakan kemufakatan
sebagaimana kata pepatah ― Bulat Air Dek Pembuluh Bulat Kata
Dek Mufakat‖
10. Padi berwarna kuning berjumlah 10 biji pada sebelah kiri dan 8
biji pada sebelah kanan yang terletak di sebelah kiri dalam
lambang melambangkan pangan bagi masyarakat Tanjung
Jabung Barat dan sekaligus mencerminkan sejarah tanggal dan
bulan lahirnya Kabupaten Tanjung Jabung Barat, tanggal 10
Agustus.
11. Daun Kelapa berwarna hijau berjumlah 65 (enam puluh lima)
helai yang terletak di sebelah kanan dalam lambang
102

melambangkan bahwa masyarakat Tanjung Jabung Barat dapat


berguna di mana dan kapan saja, karena ia dapat hidup di
manapun, sekaligus mencerminkan sejarah tahun lahirnya
Kabupaten Tanjung Jabung Barat, tahun 1965.
12. Rantai putih yang menghubungkan gambar padi dan daun
kelapa melambangkan kesejahteraan masyarakat Tanjung
Jabung Barat, saling bantu-membantu atau bekerja sama dalam
setiap masalah yang dihadapi dalam masyarakat.
13. Pita berwarna orange yang bertuliskan ‖serengkuh dayung
serentak ketujuan‖melambangkan bahwa masyarakat Kabupaten
Tanjung Jabung Barat yang berbeda etnis dan agama bersama-
sama dalam memajukan Kabupaten Tanjung Jabung Barat yang
sangat potensial untuk mencapai Tanjung Jabung Barat yang
lebih maju dan berkembang.
Visi Kabupaten Tanjung Jabung Barat adalah terwujudnya
Kabupaten Tanjung Jabung Barat Maju, Adil, Makmur,
Bermartabat dan Berkualitas. Sedangkan Misi Kabupaten
Tanjung Jabung Barat tahun 2016-2021 adalah sebagai berikut:
a. Meningkatkan kualitas pelayanan umum melalui
pembangunan infrastruktur dasar kawasan ekonomi yang
berkualitas;
b. Meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui
pendidikan, kesehatan, dan pelestarian lingkungan hidup;
c. Meningkatkan pembangunan ekonomi masyarakat melalui
agro industri dan perikanan;
d. Meningkatkan persatuan dan kesatuan daerah melalui
harmonisasi kehidupan beragama dan berbudaya,
supremasi hukum, dan tata kelola pemerintahan yang baik.
3. Letak Geografis Kabupaten Tanjung Jabung Barat
Kabupaten Tanjung Jabung Barat adalah salah satu
kabupaten yang terletak di pesisir paling timur provinsi Jambi.
103

Secara astronomis kabupaten Tanjung Jabung Barat terletak


diantara 00° 53ʼ- 00° 41ʼ Lintang Selatan dan 103° 23ʼ - 104°
21ʼ Bujur Timur. Kabupaten Tanjung Jabung Barat berbatasan
dengan provinsi Riau disebelah Utara, Kabupaten Batanghari
dan Muaro Jambi sebelah Selatan, berbatasan dengan
Kabupaten Tebo sebelah Barat dan sebelah Timur berbatasan
dengan Kabupaten Tanjung Jabung Timur dan Laut Cina
Selatan.
Kabupaten Tanjung Jabung Barat terdiri dari wilayah
daratan dan lautan. Wilayah daratan mencapai 5.009,82 Km 2
yang umumnya terletak di dataran rendah, 0 s/d 25 meter
diatas permukaan laut (dpl). Wilayah ini terbagi dalm 13
kecamatan yaitu kecamatan yaitu kecamatan Tungkal Ulu,
Merlung, Batang Asam, Tebing Tinggi, Renah Mendaluh,
Muara Papalik, Pangabuan, Senyerang, Tungkal Ilir, Bram
Itam, Seberang Kota, Betara, dan Kuala Betara.
Persentase wilayah yang berada di dataran rendah adalah
42,8% yang tersebar di tujuh kecamatan yaitu kecamatan
Pengabuan, Senyerang, Tungkal Ilir, Bram Itam, seberang Kota
Betara dan Kuala Betara. Sementara 54,8% wilayah terletak di
kawasan dataran sedang yaitu kecamatan Tungkal Ulu,
Merlung, Tebing Tinggi, Batang Asam, Renah Mendaluh, dan
Muara Papalik. Wilayah kabupaten Tanjung Jabung Barat yang
berada di dataran tinggi (˃500 m dpl) sekitar 2,4 % yaitu berada
di kecamatan Batang Asam dan Renah Mendaluh.
Kecamatan yang terluas di kabupaten Tanjung Jabung
Barat adalah Kecamatan Batang Asam 1.042,37 Km 2 dan yang
kecamatan yang paling kecil yaitu kecamatan Tungkal Ilir yaitu
100,31 Km2 .
Sebelum tahun 2008, kabupaten Tanjung Jabung Barat
terdiri atas 5 kecamatan, kemudian berdasarkan Peraturan
104

Daerah nomor 08 tahun 2008 lima kecamatan berkembang


menjadi 13 Kecamatan. Sehingga jumlah kelurahan yang
sebelumnya hanya 4 kelurahan bertambah menjadi 16
kelurahan dan 54 desa. Enambelas kelurahan dan limapuluh
empat desa pada tahun 2015 kembali berkembang menjadi 20
kelurahan dan 114 buah desa.
Wilayah kabupaten Tanjung Jabung Barat tidak memiliki
gunung. Kabupaten ini memiliki dua sungai yang melintasi
wilayah yaitu sungai Pangabuan dan sungai Betara. Sungai
Pangabuan melintasi sepuluh wilayah kecamatan yaitu
kecamatan Renah Mendaluh, Merlung, Batang Asam, Muara
Papalik, Tungkal Ulu, Tebing Tinggi, Senyerang, Pangabuan,
Bram Itam, Seberang Kota dan kecamatan Tungkal Ilir.
Sedangkan sungai Betara melintasi empat wilayah
kecamatan yaitu kecamatan Betara, Bram Itam, Kuala Betara,
dan Tungkal Ilir. Tabel 4.1 menggambarkan nama sungai dan
wilayah alirannya di kabupaten Tanjung Jabung Barat.

Tabel 4.1
Nama Sungai dan Wilayah Aliran Kabupaten Tanjung Jabung Barat
No Lokasi Kecamatan Nama Sungai
1 Tungkal Ilir Pangabuan dan Bram Itam
2 Betara Betara
3 Tungkal Ulu Pangabuan, Luntuk, Langir,
Asam, Tantang, Dasal
4 Pangabuan Pangabuan,Lumahan,
Baung, Senyerang
Sumber: Dinas Perhubungan Kabupaten Tanjung Jabung Barat 2017
105

4. Penduduk dan Ketenagakerjaan Kabupaten Tanjung


Jabung Barat
Penduduk merupakan sumberdaya sekaligus objek utama
dalam pembangunan. Secara dinamis, kependudukan
mengalami perubahan baik dari segi struktur maupun
penyebarannya. Perubahan struktur mencakup umur, jenis
kelamin, dan tingkat pendidikan. Sedangkan dari aspek
penyebaran mencakup perubahan penyebaran penduduk
menurut wilayah. Perubahan tersebut dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain transisi demografi, mobilitas
penduduk. Dan perubahan di bidang ekonomi, sosial dan
budaya.
Jumlah penduduk kabupaten Tanjung Jabung Barat
berdasarkan sensus nasional tahun 2011-2012 adalah 285.731
jiwa, selama tahun 2000-2011 terjadi pertumbuhan penduduk
rata-rata 2,51% pertahun. Jumlah penduduk terpadat terdapat
di Kecamatan Tungkal Ilir yaitu mencapai 72,173 jiwa dengan
tingkat kepadatan 719 jiwa per Km2. Sedangkan, jumlah
penduduk yang paling sedikit di kecamatan Seberang Kota
yaitu 8.716 jiwa dengan kepadatan 72 Km2..
Dari segi kepadatan penduduknya kabupaten Tanjung
Jabung Barat mempunyai kepadatan penduduk rata-rata 107
jiwa per Km2. Dilihat dari kepadatan penduduknya, kecamatan
Tungkal Ilir merupakan kecamatan yang memiliki kepadatan
Penduduk karena merupakan pusat ibukota kabupaten Tanjung
Jabung Barat. Sedangkan penduduk terjarang berada di
kecamatan Batang Asam yaitu mencapai 28 jiwa per Km2.
Komposisi penduduk suatu wilayah dilihat dengan
menggunakan rasio jenis perbandingan banyaknya penduduk
laki-laki dengan penduduk perempuan. Berdasarkan rasio
106

jumlah penduduk laki-laki di kabupaten Tanjung Jabung Barat


lebih banyak dari jumlah penduduk perempuan.
Berdasarkan kelompok umur, sebagian besar penduduk
kabupaten Tanjung Jabung Barat berada pada kelompok usia
muda dan memiliki tingkat ketergantungan yang cukup tinggi.
5. Pendidikan Kabupaten Tanjung Jabung Barat
Pembangunan bidnag pendidikan merupakan satu program
pokok yang dikedepankan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat.
Kegiatan pembangunan pendidikan antara lain yaitu
meningkatkan pembangunan sektor pendidikan formal mulai
dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi dan pendidikan non
formal berupa pendidikan dan latihan berbagai bidang
pengetahuan keterampilan yang dipelrukan untuk
pembangunan serta pembinaan generasi muda yang sehat
jasmani dan rohani.
Rata-rata lama sekolah di kabupaten Tanjung Jabung
Barat masih tergolong rendah yaitu 7,43 tahun, artinya rata-rata
penduduk menyelesaikan pendidikan sampai kelas 1
SMP/MTs.
Pada tahun 2016, angka partisipasi sekolah dasar sangat
tinggi. Hal ini terlihat dari angka partisipasi sekolah (APS),
angka partisipasi kasar (APK), dan angka partisipasi murni
(APM) masing-masing sebesar 99,65 persen, 112,25 persen,
dan 98,22 persen. Hal ini dikarenakan untuk jenjang sekolah
dasar pemerintah telah menekan biaya pendidikan yang
ditanggung orang tua murid dan menggratiskannya. APK dan
APM untuk jenjang pendidikan SMP/MTs dan SMA/MA/SMK
pada tahun 2016 masih tampak lebih rendah dari jenjang
pendidikan SD/MI.
Angka partisipasi untu setiap jenjang pendidikan sejalan
dengan jumlah murid di jenjang pendidikan masing-masing.
107

Besarnya angka partisipasi pada jenjang SD dibanding jenjang


pendidikan SMP dan SMA juga sejalan degan jumlah murid.
Jumlah murid pada jenjang SD tahun pelajaran 2016/2017
sebesar 37.237 orang. Jumlah tersebut sangat besar jika
dibandingkan dengan jumlah murid pada jenjang SMP dan
SMA.
Tabel 4.2 menjelaskan tentang indikator tingkat pendidikan
di kabupaten Tanjung Jabung Barat
Tabel 4.2
Indikator Tingkat Pendidikan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat
Uraian 2014 2015 2016
Rata-rata lama sekolah (tahun) 7,28 7,37 7,43
Angka Partisipasi Sekolah (APS)
7 -12 tahun 99,43 100 99,65
13-15 tahun 91,10 95,79 95,39
16-18 tahun 71,76 64,69 77,45
Angka Partisipasi Kasar (APK)
SD/MI 117,58 117,63 112,25
SMP/MTs 98,84 98,90 96,62
SMA/MA/SMK 89,94 69,96 81,34
Angka Partisipasi Murni
SD/MI 96,96 99.01 98,22
SMP/MTs 72,91 72,94 80,94
SMS/MA/SMK 51,91 51.95 62,45
Sumber: Biro Pusat Statistik Tanjung Jabung Barat
108

6. Perekonomian dan Keuangan Daerah Kabupaten


Tanjung Jabung Barat
Peningkatan produk domestik regional bruto (PDRB)
kabupaten Tanjung Jbaung Barat mengalami pertumbuhan
positif pada tahun 2016 yaitu sebesar 3,14 %. PDRB
merupakan ukuran produktifitas seluruh nilai barang dan jasa
yang dihasilkan oleh suatu wilayah dalam satu tahun.
Kabupaten Tanjung Jabung Barat merupakan kabupaten yang
meiliki PDRB terbesar dibanding kabupaten lain yang ada di
provinsi Jambi. Kontribusi PDRB terbesar berasal dari
pertambangan dan penggalian sebesar 33,03 persen kemudian
diikuti pertanian, kehutanan, perikanan (27,27 persen) serta
industri pengolahan sebesar 19,29 persen.
Menurut biro pusat statistik kabupaten Tanjung Jabung
Barat, pendapatan asli daerah (PAD) menyumbang 85,93
milyar rupiah atau sebesar 6,93 % bagi anggaran pendapan
belanja daerah (APBD) dan diikuti oleh dana alokasi umum
(DAU) sebesar 40,94 %.
Kabupaten Tanjung Jabung Barat memiliki komoditi
unggulan di bidang pertanian dan perikanan seperti kelapa
sawit, buah pinang, dan udang. Sedangkan dilihat dari
pertumbuhan ekonomi berdasarkan kategori, maka kategori
konstruksi, pengadaan listrik dan gas, serta informasi dan
komunikasi.
109

B. TEMUAN DATA PENELITIAN


1. Konsep Manajemen Penempatan Tenaga Pendidik di
Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) Kabupaten
Tanjung Jabung Barat
Tenaga Pendidik merupakan kunci keberhasilan
pendidikan dalam upaya peningkatan mutu pendidikan.
Penempatan tenaga pendidik diikuti dengan kemampuan
tenaga pendidik baik kualifikasi maupun kompetensi.
Manajemen penempatan tenaga pendidik merupakan proses
pengelolaan pendistribusian tenaga pendidik secara adil dan
merata sehingga memberikan kesempatan yang sama bagi
seluruh siswa untuk mendapatkan pendidikan yang bermutu.
Berdasarkan landasan teori, pendidikan adalah sebagai
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk kepentingan
dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.72 Pendidikan yang
diselenggarakan di Indonesia terdiri atas pendidikan dasar,
pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Tenaga
pendidik merupakan individu yang memiliki tanggungjawab
penuh terhadap penyelenggaraan pendidikan dan pencapaian
mutu pendidikan. Oleh karena itu, lembaga pendidikan harus
memiliki tenaga pendidik yang sesuai dengan kebutuhan
lembaga pendidikan tersebut sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
Berdasarkan data yang diperoleh dari kantor dinas
pendidikan Kabupaten Tanjung Jabung Barat dan hasil
pengamatan penulis di tigabelas (13) kecamatan yang berada
di wilayah kabupaten Tanjung Jabung Barat, penempatan

72
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003
110

tenaga pendidik pada sekolah menengah pertama negeri


terlihat tidak seimbang, yaitu jumlah tenaga pendidik masih
tidak sesuai dengan jumlah siswa dan rombongan belajar
yang berada di kecamatan tersebut. Tabel 4.3 menunujukkan
perbandingan jumlah sekolah menengah pertama negeri dan
jumlah tenaga pendidik matapelajaran IPA dan matematika.
Tabel 4.3
Perbandingan jumlah siswa, rombongan belajar dan jumlah guru matapelajaran IPA dan matematika sekolah menengah
pertama negeri di tiga belas kecamatan kabupaten Tanjung Jabung Barat
No Kecamatan Jumlah Jumlah Rombongan Jumlah Jumlah tenaga
Sekolah Belajar Tenaga pendidik Matematika
Siswa
Pendidik
IPA
1 Batang Asam 1.769 4 32 2 6
2 Betara 868 5 35 8 12
3 Bram Itam 220 3 12 3 5
4 Kuala Betara 290 5 12 2 2
5 Merlung 750 3 28 4 7
6 Muara 347 3 15 2 4
Papalik
7 Pangabuan 267 3 11 1 2
8 Renah 435 3 19 1 4
Mendaluh
9 Seberang 177 3 9 0 0
Kota

111
112

Tabel 4.3
(Lanjutan)

No Kecamatan Jumlah Jumlah Rombongan Jumlah Jumlah


Siswa Sekolah Belajar Tenaga tenaga
Pendidik pendidik
IPA Matematika
10 Senyerang 549 7 25 2 4
11 Tebing Tinggi 1.272 6 49 10 5
12 Tungkal Ilir 2.242 4 70 16 15
13 Tungkal Ulu 707 7 29 5 7
Berdasarkan Tabel 4.3 terlihat penempatan tenaga
pendidik di Sekolah Menengah Pertama Negeri di tigabelas
kecamatan di kabupaten Tanjung Jabung Barat tidak
seimbang, hal ini terlihat dari perbandingan rombongan
belajar dengan jumlah tenaga pendidik IPA dan matematika
dibeberapa kecamatan, seperti Tebing Tinggi dan Tungkal Ilir
terlihat rasio tenaga pendidik IPA dan rombongan belajar lebih
tinggi dibanding kecamatan lain. Kecamatan Tebing Tinggi
dan Kecamatan Tungkal Ilir berdasarkan letak wilayah
merupakan kawasan yang berada dipusat keramaian
dibanding kecamatan lain. Dua kecamatan ini juga memiliki
infrastruktur yang memudahkan untuk masuk dan keluar
wilayah.
Penempatan tenaga pendidik sebagai upaya
pemerataan pendidik yang bermutu diantaranya dinyatakan
dalam Tap MPR No. IV/MPR/1999, Undang-Undang N0 32
tahun 2004, dan Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 2005.
Selanjutnya peraturan terkait penempatan tenaga pendidik
dilanjutkan dengan Peraturan Pemerintah No.19 tahun 2017.
Pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Barat dalam
manajemen penempatan tenaga pendidik sekolah menengah
pertama negeri berlandaskan pada peraturan yang telah
ditetapkan oleh pemerintah. Hal ini, terlihat dari hasil
wawancara yang dilakukan terhadap key informan terkait
penempatan tenaga pendidik sekolah menengah pertama
negeri (SMPN).
Berdasarkan hasil wawancara dengan para key
informan, manajemen penempatan tenaga pendidik di SMPN
kabupaten Tanjung Jabung Barat memiliki konsep
penempatan berdasarkan kebutuhan, regulasi nasional dan

113
114

daerah, pemerataan, serta jumlah siswa dan rombongan


belajar. Hal ini diuraikan sebagai berikut:

a. Berdasarkan kebutuhan
Konsep manajemen penempatan tenaga pendidik di
sekolah menengah pertama negeri dalam meningkatkan
mutu pendidikan di kabupatan Tanjung Jabung Barat
adalah berdasarkan kebutuhan yaitu berdasarkan
kebutuhan sekolah yang berada di tigabelas kecamatan
terhadap jumlah tenaga pendidik dilihat dari segi
kualifikasi akademik.
Hal ini, sebagaimana yang disampaikan oleh Kepala
Dinas Pendidikan (KDP) dan Kepala bidang pendidikan
dasar dan menengah (KBPDM) kabupaten Tanjung
Jabung Barat. KDP menyatakan bahwa konsep
manajemen penempatan tenaga pendidik di SMPN adalah
sebagai berikut:
―Selama ini konsep manajemen penempatan guru
di SMP negeri di wilayah Tanjung Jabung Barat
hampir sama dengan konsep yang diterapkan di
wilayah lain yaitu berdasarkan kebutuhan sekolah‖
(KDP, 5 Juli 2018).

Sementara Kepala bidang pendidikan dasar dan


menengah (KBPDM) mengungkapkan konsep manajemen
penempatan tenaga pendidk di SMPN adalah:

―Penempatan guru di wilayah Tanjabbar berdasarkan


kebutuhan dan juga berdasarkan rasio guru, siswa
dan kelas‖ (KBPDM, 12 Juli 2018).
Berdasarkan hasil kutipan wawancara diatas, konsep
manajemen penempatan tenaga pendidik sekolah
menengah pertama negeri dalam meningkatkan mutu
pendidikan di kabupaten Tanjung Jabung Barat adalah
115

berdarkan kebutuhan sekolah dilihat dari rasio antara


jumlah siswa, guru dan kelas.

b. Berdasarkan regulasi nasional dan daerah


Konsep manajemen penempatan tenaga pendidik
sekolah menengah pertama negeri dalam meningkatkan
mutu pendidikan berdasarkan regulasi nasional dan
daerah, yaitu berdasarkan petunjuk yang telah ditetapkan
oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
Manajemen penempatan tenaga pendidik di SMPN
kabupaten Tanjung Jabung Barat adalah berdasarkan
regulasi nasional dan daerah seperti yang disampaikan
oleh Kepala Bidang Kepegawaian dan Pengembangan
Sumber Daya Manusia (KBKPSM) berikut ini:
―Konsep pemempatan tenaga pendidik di wilayah
kami adalah berdasarkan undang-undang dan
peraturan yang dibuat oleh pemerintah baik
pemerintah pusat maupun daerah‖ (KBKPSM, 15
Juli 2018).
Hal senada juga disampaikan oleh Kepala Dinas
Pendidikan (KDS) dan Kepala Bidang Pendidikan Dasar
dan Menengah (KBPDM) kabupaten Tanjung Jabung
Barat seperti tertulis di bawah ini:

―Penempatan guru di wilayah Tannjabbar, tentunya


harus berdasarkan regulasi baik daerah maupun
pusat, untuk tenaga guru yang kategori pegawai
negeri sipil atau melalui formasi tidak dapat
disalurkan karena belum adanya pembukaan
penerimaan PNS‖ (KDP, 5 Juli 2018).
―Konsep penempatan tenaga pendidik saat ini di
Tanjabbar adalah berdasarkan peraturan pemerintah
no 19 tahun 2017 yaitu dengan perbandingan jumlah
siswa per kelas dengan jumlah guru mata pelajaran‖
(KBPDM, 12 Juli 2018).
116

Berdasarkan kutipan wawancara dengan kepala badan


kepegawaian dan pengembangan sumberdaya manusia
kabupaten Tanjung Jabung Barat dan kepala bidang
pendidikan dasar dan menegah, konsep yang digunakan
dalam manajemen penempatan tenaga pendidik sekolah
menengah pertama negeri adalah regulasi nasional dan
daerah, namun secara terperinci kedua nara sumber tidak
menyatakan tentang regulasi daerah yang dijadikan
pegangan dalam konsep manajemen penempatan tenaga
pendidik sekolah menengah pertama negeri kabupaten
Tanjung Jabung Barat.

c. Berdasarkan pemerataan
Konsep manajemen penempatan tenaga pendidik
sekolah menengah pertama dalam meningkatkan mutu
pendidikan adalah merata baik secara kualifikasi
akademik maupun secara kompetensi. Hal ini
disebabakan tenaga pendidik adalah kunci untuk
tercapainya pendidikan yang bermutu.
Terkait dengan konsep pemerataan tenaga pendidik
yang dilaksanakan di kabupaten Tanjung Jabung Barat,
Kepala bidang guru dan tenaga kependidikan (KBGTK)
menyatakan bahwa konsep penempatan tenaga pendidik
di SMPN kabupaten Tanjung Jabung Barat berdasarkan
pemerataan, sebagaimana yang disampaikan saat
wawancara dilakukan:

―Di wilayah tanjabbar, penempatan tenaga pendidik


berdasarkan pemerataan yaitu harus sesuai dengan
kesesuaian, tugas, dan kemampuan tenaga pendidik
itu sendiri‖ (KBGTK, 9 Juli 2018).
Konsep manajemen penempatan tenaga pendidik
berdasarkan pemerataan menurut kepala bidang guru dan
117

tenaga kependidikan kabupaten Tanjung Jabung Barat


adalah merata dalam kesesuaian, merata dalam tugas
dan merata kemampuan. Ketiga konsep manajemen
penempatan tenaga pendidik sekolah mengah pertama
negeri dalam meningkatkan mutu pendidikan berdasarkan
pemerataan tidak boleh terlepas dari tiga unsur tersebut.

d. Berdasarkan jumlah siswa dan rombongan belajar


Jumlah siswa dan rombongan belajar adalah konsep
manajemen penempatan tenaga pendidik sekolah
menegah pertama negeri di kabupaten Tanjung Jabung
Barat dalam meningkatkan mutu pendidikan.Kepala
bidang guru dan tenaga kependidikan (KBGTK)
menyatakan selain berdasarkan pemerataan, konsep
penempatan tenaga pendidik di kabupaten Tanjung
Jabung Barat juga berdasarkan jumlah siswa dan
rombongan belajar. Seperti yang diuraikan berikut:

―Konsep penempatan tenaga pendidik yang


diterapkan di Tanjabbar juga disesuaikan dengan
jumlah siswa dan rombel yang dimilki oleh sekolah
dengan tujuan agar guru yang sudah tersertifikasi
bisa memenuhi kecukupan jam mengajar yang
diharuskan‖ (KBGTK, 9 Juli 2018).
Berdasarkan hasil wawancara dengan keempat key
informan, konsep pengelolaan penempatan tenaga pendidik di
SMPN Kabupaten Tanjung Jabung Barat adalah berdasarkan
kebutuhan, regulasi nasional dan daerah, pemerataan, dan
jumlah siswa serta rombongan belajar.
118

2. Tahapan Manajemen Penempatan Tenaga Pendidik di


Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) Kabupaten
Tanjung Jabung Barat
Manajemen penempatan tenaga pendidik merupakan
suatu kegiatan pengelolaan dalam menempatkan tenaga
pendidik berdasarkan fungsi dan prinsip manajemen secara
umum. Manajemen memiliki pengertian pengelolaan melalui
sekelompok orang dalam suatu organisasi dengan
menerapkan fungsi-fungsi manajemen yang terdiri atas
beberapa tahapa yaitu perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, dan pengawasan.
Tahapan manajemen pemnempatan tenaga pendidik di
sekolah menengah pertama negeri di kabupaten Tanjung
Jabung Barat berdasatkan hasil wawancara terdiri atas:
a. Tiga tahapan
Tahapan dalam manajemen penempatan tenaga
pendidik di kabupaten Tanjung Jabung Barat menurut
Kepala Dinas Pendidikan (KDP), Kepala Bidang
Pendidikan Dasar dan Menengah (KBPDM, dan Kepala
Bidang Guru dan Tenaga Kependidikan (KBGTK) terdiri
atas tiga tahapan, seperti kutipan wawancara yang
dilakukan terhadap Kepala Dinas Pendidikan (KDP)
menyatakan:

―menurut pengamatan saya berdasarkan regulasi


yang ada, tahapan-tahapan yang diterapkan dalam
pendistribusian penempatan tenaga pendidik di
SMPN terdiri atas permintaan data kepada unit
sekolah, pengolahan data, dan penyampaain data
ke BPKPSM selaku penangggung jawab masalah
kepegawaian di kabupaten, ‖ (KDP, 5 Juli 2018).
Selanjutnya, Kepala Bidang Pendidikan Dasar dan
Menengah menyebutkan:
119

―Berdasarkan apa yang saya ketahui dan amati,


tahapan dalam manajemen penempatan tenaga
pendidian kabupaten Tanjung Jabung Barat
berdasarkan regulasi nasional dan memadukannya
dengan kepentingan daerah, tahapan adalah
dengan cara melakukan pendataan guru secara
global, membandingkan Dapodik serta membagi
secara rasio kebutuhan ( KBPDM, 12 Juli 2018)‖.
Terakhir, Kepala Bidang Guru dan Tenaga
Kependidikan memberikan pendapat sebagai berikut:

―Di wilayah tanjabbar, tahapan-tahapan dalam


pendistribusian penempatan tenaga pendidik
adalah dengan melihat angka kebutuhan guru di
satuan pendidikan agar bisa mengetahui guru apa
saja yang kosong, menempatkan guru sebisa
mungkin diwilayah yang terdekat dengan sekolah,
sehingga kemungkinan untuk guru tersebut tidak
masuk dikarena faktor jarak sekolah yang jauh bisa
diminimalisir, dan menempatkan guru pada satuan
pendidikan yang ada kekosongan mapelnya
sehingga guru tersebut masih bisa mendapatkan
jam sesuai dengan peraturan yang ada(KBGTK, 9
Juli 2018)‖.
b. Lima tahapan

Selain menyatakan tahapan manajemen


penempatan tenaga pendidik secara garis besar terdiri
atas tiga tahapan, Kepala Dinas Pendidikan (KDP)
Kabupaten Tanjung Jabung Barat memberikan penjelasn
secara spesifikasi bahwa tahapan tersebut terdiri dari
lima tahapan, sebagaimana yang dikutip dari hasil
wawancara berikut ini:

―Tahapan-tahapan sebenarnya dalam distribusi


penempatan tenaga pendidik adalah
penyampaian jumlah formasi kepada MENPAN,
Penentuan kuota formasi, Pelaksanaan tahapan
tes, pengangkatan CPNS dan penempatan tenaga
pendidk sesuai dengan formasi (KDP, 5 Juli
2018).
120

Hal senada juga disampaikan oleh Kepala Badan


Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia
(KBKPSM) yang menyatakan:

―Yang merupakan tahapan dalam manajemen


penempatan tenaga pendidik di kabupaten Tanjabbar
ini adalah penyampaian usulan yaitu dilakukan secara
kolektif maupun perorangan. Secara kolektif dilakukan
oleh Kepala Dinas Pendidikan setelah berkoordinasi
dengan sekolah sedangkan perorangan diusulkan
sendiri oleh yang bersangkutan dengan persetujuan
kepala sekolah. Tahap selanjutnya adalah dilakukan
perhitungan berdasarkan usulan, dilanjutkan dengan
analisa berdasarkan kebutuhan dan kemudian
pengeluaran surat rekomendasi oleh Kepala Dinas
Pendidikan yang dijadikan bahan pertimbangan
Bupati. Setelah itu, penempatan tenaga pendidik
dilaksanakankan dengan pertimbangan antara
kebutuhan tenaga pendidik di sekolah yang sangat
kekurangan guru‖ (KBKPSM, 16 Juli 2018).

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala badan


kepegawaian dan penegambangan sumber daya manusia,
kepala bidang pendidikan dasar dan menengah, kepala
bidang guru dan tenaga kependidikan serta kepala dinas
pendidikan kabupaten Tanjung Jabung Barat, tahapan
manajemen penempatan tenaga pendidik sekolah menengah
pertama negeri dalam meningkatkan mutu pendidikan secara
umum mengaju pada fungsi dan tahapan manajemen yaitu
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan/penggerakan
dan pengontrolan, namun dalam dalam setiap tahapan
tersebut memiliki langkah langkah kegiatan seperti penetap
tujuan, pendataan, pengusulan, dan pegawasan melalului
data tenaga pendidik yang dapat dilihat secara online.
121

3. Upaya Manajemen Penempatan Tenaga Pendidik di


Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) Kabupaten
Tanjung Jabung Barat
Pengelolaan penempatan tenaga pendidik yang merata
berdasarkan undang-undang dan peraturan pemerintah
adalah hal yang harus dilaksanakan agar tercapai tujuan
pendidikan yang antara lain adalah pendidikan yang bermutu,
merata diseluruh wilayah Indonesia.
Berdasarkan hasil wawancara, upaya yang dilakukan
dalam manajemen penempatan tenaga pendidik di Sekolah
Menengah Pertama (SMPN) Kabupaten Tanjung Jabung
Barat adalah berdasarkan usulan, formasi, rasio kebutuhan,
dan keseimbangan.
Kepala Badan Kepegawaian dan Pengembangan
Sumber Daya Manusia (KBKPSM) menyatakan‖
―saya pikir upaya manajemen penenpatan tenaga
pendidik yaitu berdasarkan usulan dan analisis
kebutuhan kemudian memberikan mereka fasilitas yang
memadai seperti rumah dinas dan tunjangan khusus‖
(KBKPSM, 16 Juli 2018)‖.
Sedangkan menurut Kepala Dinas Pendidikan (KDP)
adalah:
―Terkait upaya pengelolaan pendistribusia penempatan guru
di wilayah Tanjabbar selama ini adalah berdasarkan formasi
yang telah diusulkan kepada MEN PAN RB sesuai aturan
dan peraturan yang berlaku ‖ (KDP, 5 Juli 2018).

Kepala Bidang Pendidikan Dasar dan menengah


menyatalan pendapatnya terkait upaya manajemen penempatan
tenaga pendidik sebagai berikut:
―Menurut hemat saya, upaya manajemen penempatan
tenaga pendidik di SMPN tanjabbar adalah dengan cara
melakukan pengkajian terkait kebutuhan guru per wilayah,
dan juga dengan menggunakan rasio perbandingan
(KBPDM, 12 Juli 2018).
122

Selanjutnya Kepala Bidang Guru dan Tenaga Kependidikan


(KBGTK) menyatakan:
―Berdasarkan apa yang saya lihat upaya yang dilakukan
dalam pengelolaan penempatan tenaga pendidik di SMPN
kabupaten Tanjabbar adalah dengan melihat dan
memperhatikan keseimbangan antara penenpatan dan
kebutuhan serta ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku bagi pegawai negeri‖(KBGTK, 9 Juli 2018).
Pelaksaaan kegiatan penempatan tenaga pendidik sekolah
menengah pertama negeri dalam meningkatkan mutu pendidikan di
kabupaten Tanjung Jabung Barat memerlukan upaya yang
mendukung agar tujuan pendidikan yang dirumuskan dapat tercapai
secara efektif dan efisien. Berdasarkan hasil wawancara dengan key
informan, upaya yang dilakukan dalam manajemen penempatan
tenaga pendidik adalah dengan melakukan pengkajian terhadap
keseimbangan kebutuhan tenaga pendidik dan sekolah.
Upaya yang paling mempengaruhi dalam manajemen
penempatan tenaga pendidik sekolah menengah pertama negeri
dalam meningkatkan mutu pendidikan berdasarkan wawancara adalah
usulan formasi pengangkatan tenaga pendidik calon pegawai negeri
sipil, ketersediaan tenaga pendidik, dan jumlah penempatan
rekrutmen tenaga pendidik.

C. ANALISIS HASIL PENELITIAN


Dari penelitian yang dilakukan peneliti, yaitu melakukan
penelitian mengenai penempatan tenaga pendidik sekolah menengah
pertama negeri di kabupaten Tanjung Jabung Barat tidak merata,
terdapat berbagai fakta dan data yang dijadikan sebagai jawaban dari
pertanyaan dalam permasalahan penelitian
123

1. Konsep Manajemen Penempatan Tenaga Pendidik di Sekolah


Menengah Pertama Negeri (SMPN) Kabupaten Tanjung
Jabung Barat
Tenaga pendidik merupakan salah satu sumber daya manusia
dalam organisasi pendidikan yang perlu dikelola dengan baik agar
tujuan pendidikan nasional dapat tercapai secara efektif dan
efisien. Tenaga pendidik sebagai sumberdaya manusia
memerlukan manajemen yang baik. Salah satu fungsi manajemen
tenaga pendidik adalah melakukan perencanaan tenaga pendidik
yang meliputi perencanaan dan peramalan permintaan tenaga
pendidik baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang serta
mengisi formasi yang tersedia.73 Penempatan tenaga pendidik
merupakan kegiatan dalam manajemen tenaga pendidik, yaitu
mengisi kekosongan atau menempatkan seseorang dalam tugas
yang sesuai dengan keahlian dan kompetensinya.74.
Konsep manajemen merupakan gambaran atau pola yang
digunakan dalam kegiatan yang telah ditetapkan untuk mencapai
tujuan dengan menggerakkan individu yang terlibat dalam
kegiatan tersebut. Konsep manajemen penempatan tenaga
pendidik merupakan kegiatan untuk menempatkan tenaga
pendidik di sekolah atau lembaga pendidikan agar setiap
warganegara memiliki kesempatan yang sama untuk
mendapatkan pendidikan yang bermutu melalui tenaga pendidik
yang memiliki kualifikasi akademik yang sesuai dan kompetensi.
Konsep manajemen adalah mengelola sebuah kegiatan agar
terlaksana lebih efisien dan efektif sehingga tujuan yang telah
ditetapkan dapat tercapai sesuai dengan waktu yang ditetapkan.
Konsep mananajemen penempatan tenaga pendidik di sekolah
menengah pertama negeri (SMPN) kabupaten Tanjung Jabung

73
Priono & Marnis, Op.,Cit. hal 6-8
74
Hariandja. T.M., Op., Cit., hal. 156
124

Barat adalah konsep pengelolaan penempatan tenaga pendidik di


wilayah kabupaten Tanjung Jabung Barat agar terpenuhinya rasio
tenaga pendidik dengan jumlah rombongan belajar siswa sekolah
menengah pertama negeri (SMPN) agar meningkatnya mutu
pendidikan.
Pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Barat dalam
melaksanakan manajemen penempatan tenaga pendidik memiliki
konsep manjemen yang secara langsung mengikuti konsep
penempatan tenaga pendidik berdasarkan keahlian dan
kompetensi serta disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi
masyarakat kabupaten Tanjung Jabung Barat
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Badan
Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia
(KBKPSM), Kepala Dinas Pendidikan (KDP), Kepala Bidang
Pendidikan Dasar dan Menengah (KBPDM) dan Kepala Bidang
Guru dan Tenaga Kependidikan (KBGTK) konsep manajemen
penempatan tenaga pendidik sekolah menengah pertama negeri
kabupaten Tanjung Jabung Barat, yaitu:
a. berdasarkan regulasi nasional dan daerah:
Indonesia merupakan negara hukum yaitu meletakkan
segala aspek kehidupan berbangsa dan bernegara sesuai
dengan aturan hukum yang dituangkan dalam bentuk undang-
undang, peraturan pemerintah, peraturan menteri, peraturan
daerah dan lain sebagainya. Seluruh regulasi yang dibuat harus
bermuara pada Undang-Undang Dasar Republik Indonesia tahun
1945. Terkait aspek pendidikan pemerintah telah
menuangkannya dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan
Nasional No. 20 tahun 2003.
Berdasarkan Undang-Undang No 20 tahun 2003 pendidikan
merupakan usaha yang disengaja, terencana, dan sadar, oleh
karena itu pengelolaan pendidikan haruslah dilakukan dengan
125

cara yang sebenarnya. Hal yang paling penting dalam


manajemen pendidikan adalah tenaga pendidik, karena tenaga
pendidik adalah individu yang memiliki kualifikasi yang sesuai
dan kompetensi.75
Manajemen penempatan tenaga pendidik sekolah
menengah pertama negeri adalah dalam upaya pemerintah
untuk menyelenggarakan pemerataan pendidikan sehingga
tercapai pendidikan yang bermutu.76 Pemerataan pendidikan
adalah menyediakan kesempatan yang sama bagi seluruh rakyat
Indonesia terhadap akses pendidikan. Oleh karena itu
manajemen penempatan tenaga pendidik perlu dikelola dengan
efektif dan efisen.
Konsep manajemen penempatan tenaga pendidik sekolah
menengah pertama negeri dalam meningkatkan mutu pendidikan
di kabupaten Tanjung Jabung Barat berdasarkan hasil
wawancara dengan key informan adalah berdasarkan regulasi
nasional dan regulasi daerah. Regulasi nasional adalah
peraturan dan petunjuk pelaksanaan penempatan tenaga
pendidik di sekolah negeri baik di level pendidikan dasar,
menengah pertama maupun menengah atas yang ditetapkan
oleh pemerintah pusat. Regulasi nasional berupa aturan terkait
pengangkatan tenaga pendidik yaitu Peraturan Pemerintah (PP)
No. 74 Tahun 2008 junto PP 19 Tahun 2017. Menurut PP nomor
19 tahun 2017 pasal 58 pengangkatan dan penempatan tenaga
pendidik dilakukan oleh pemerintah dan/atau pemerintah daerah
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Berdasarkan regulasi nasional pengakatan tenaga pendidik
di sekolah menengah pertama negeri dilakukan oleh pemerintah
dan atau pemerintah daerah sesuai dengan ketentuan

75
Sallis, Op.Cit., hal. 2
76
TAP MPR/IV/MPR/1999
126

perundang-undangan yang berlaku berdasarkan informasi


kebutuhan tenaga pendidik di suatu wilayah.
b. Berdasarkan kebutuhan
Konsep manajemen penempatan tenaga pendidik sekolah
menengah pertama negeri dalam meningkatkan mutu pendidikan
adalah sesuai dengan kebutuhan tenaga pendidik di suatu
wilayah berdasarkan kualifikasi dan kompetensi tenaga pendidik.
Konsep manajemen penempatan tenaga pendidik sekolah
menengah pertama negeri dalam neingkatkan mutu pendidikan
di kabupaten Tanjung Jabung Barat menurut hasil wawancara
menunjukkan bahwa dalam manajemen penempatan tenaga
pendidik di tiga belas kecamatan disesuaikan dengan kebutuhan
sekolah menegah pertama negeri.
Sekolah menginformasikan kepada pihak yang berwenang
mengenai kebutuhan tenaga pendidik sesuai matapelajaran di
lembaga mereka. Hal ini dilakukan oleh kepala sekolah dengan
mendata jumlah tenaga pendidik yang ada di sekolah.
Menurut Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Tanjung
Jabung Barat, konsep manajemen penempatan tenaga pendidik
yang dilakukan di kabupaten Tanjung Jabung Barat adalah
konsep umum yang digunakan oleh seluruh wilayah di Indonesia,
konsep ini tidak bisa dilakukan secara spontan karena menanti
adanya formasi penerimaan pegawai negeri sipil untuk tenaga
pendidik pegawai negeri sipil.77 Sedangkan, pengangkatan atau
penempatan tenaga pendidik sekolah menengah pertama negeri
yang honor dapat dilakukan kapan saja sepanjang ada calon
tenaga pendidik yang memasukkan lamaran.
c. Berdasarkan pemerataan
Pemerataan adalah perluasan kesempatan, artinya setiap
sekolah memiliki kesempatan yang sama untuk memiliki tenaga

77
Wawancara dengan Kepala Dinas Pendidikan, 5 Juli 2018
127

pendidik yang sama dengan sekolah yang lain sesuai dengan


kebutuhan sekolah. Berdasarkan hasil wawancara dengan
kepala bidang guru dan tenaga kependidikan, pemerataan yang
dimaksud adalah penempatan tenaga pendidik berdasarkan
pemerataan yaitu harus sesuai dengan kesesuaian, tugas, dan
kemampuan tenaga pendidik itu sendiri.78 Hal ini menunjukkan
bahwa konsep manajemen berdasarkan pemerataan mengarah
pada penempatan tenaga pendidik sesuai tugas dan fungsinya.
Konsep manajemen penempatan tenaga pendidik
berdasarkan pemerataan memberikan arahan bahwa tenaga
pendidik yang ditempatkan harus memiliki kemampuan dan
kualifikasi akademik yang sesuai dengan kebutuhan sekolah.
Selain itu, pemerataan memiliki arti bahwa dalam manajemen
penempatan tenaga pendidik di kabupaten Tanjung Jabung
Barat harus tersebar secara adil di setiap sekolah menengah
pertama negeri di tigabelas kecamatan di wilayah Tanjung
Jabung Barat. Keberadaan tenaga pendidik tidak boleh berpusat
di satu wilayah kecamatan saja.
Berdasarkan data dan observasi, penulis menemukan satu
kecamatan, yaitu kecamatan Seberang Kota yang tidak memiliki
guru mata pelajaran Bahasa Indonesia, Ilmu pengetahuan Alam,
Ilmu Pengetahuan Sosial, Matematika, Pendidikan Jasmani.
Kecamatan ini hanya memiliki satu orang guru Bahasa
Indonesia, satu orang guru Agama dan satu orang guru PKN.
Selain kecamatan Seberang Kota, kecamatan Senyerang dan
kecamatan Pangabuan tidak memiliki guru bahasa Inggris. Guru
mata pelajaran PKN, tidak dimiliki oleh sekolah menengah
pertama negeri di kecamatan Muara Papalik, Pangabuan, Bram
Itam, Kuala Betara. Tabel 4.4 menjelaskan guru mata pelajaran

78
Wawancara dengan Kepala Bidang Guru dan Tenaga Kependidikan, 9 juli 2018
128

yang tidak dimiliki di wilayah kecamatan Kabupaten Tanjung


Jabung Barat.

Tabel 4.4
Jumlah tenaga pendidik per mata pelajaran berdasarkan kecamatan di Kabupaten
Tanjung Jabung Barat

Jumlah tenaga pendidik per matapelajaran


Kecamatan Jumlah
sekolah Bahasa Bahasa IPA IPS MTK AGAMA Penjas PKN
Indonesia Inggris
Betara 5 5 5 8 8 12 9 2 1
Bram Itam 3 4 3 2 3 5 3 1 0
Batang 4 1 2 2 1 6 3 3 2
Asam
Kuala 5 1 2 3 2 2 4 1 0
Betara
Merlung 3 6 5 4 7 7 3 3 2
Muara 3 2 3 2 4 4 1 3 0
Papalik
Pangabuan 3 1 0 1 2 2 2 1 0
Renah 3 0 3 1 3 4 2 2 3
Mendaluh
Seberang 3 0 1 0 0 0 1 0 1
Kota
Senyerang 7 4 0 1 4 3 4 3 4
Tebing 6 5 6 10 8 5 8 1 7
Tinggi
Tungkal Ilir 4 11 16 16 14 15 11 5 6
Tungkal Ulu 7 3 3 5 4 7 3 3 2

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa empat kecamatan yang


berada di wilayah kabupaten Tanjung Jabung Barat tidak
memiliki tenaga pendidik di mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan (PKN) yaitu kecamatan Bram Itam, Kuala
Betara, Muara Papalik, dan Pangabuan. Dua kecamatan di
wilayah kabupaten Tanjung Jabung Barat tidak memiliki tenaga
129

pendidik mata pelajaran Bahasa Indonesia yaitu kecamatan


Renah Mendaluh dan Seberang Kota, diikuti tidak adanya tenaga
pendidik yang mengampu matapelajaran Bahasa Inggris di dua
wilayah kecamatan yaitu Pangabuan dan Senyerang.
Sedangkan kecamatan Seberang Kota merupakan kecamatan
yang paling banyak tidak memiliki tenaga pendidik dari 8 mata
pelajaran yang diajarkan di sekolah menengah pertama negeri
yaitu mata pelajaran Bahasa Indonesia, IPA, IPS, Matematika,
dan Pendidikan Jasmani.
d. Berdasarkan jumlah siswa dan rombongan belajar
Jumlah siswa dan rombongan belajar adalah salah satu
konsep manajemen penempatan tenaga pendidik di sekolah
negeri dalam meningkatkan mutu pendidikan. Menegetahui
keberadaan siswa dan rombongan belajar pada sebuah sekolah
merupakan tolok ukur untuk manajemen penempatan tenaga
pendidik.
Menurut kepala bidang guru dan tenaga kependidikan,
konsep manajemen penempatan tenaga pendidik sekolah
menengah pertama negeri dalam meningkatkan mutu pendidikan
di Kabupaten Tanjung Jabung Barat adalah berdasarkan jumlah
siswa dan rombongan belajar.79 Jumlah siswa dan rombongan
belajar sebagai dasar penempatan tenaga pendidik karena
setiap 25 orang siswa diperlukan 1 tenaga pendidik berdasarkan
ketentuan yang berlaku. Rombongan belajar digunakan untuk
mengetahui berapa jumlah tenaga pendidik yang diperlukan per
mata pelajaran dalam suatu tingkatan pendidikan.
Berdasarkan hasil wawancara, observasi dan dokumentasi,
penulis menyimpulkan bahwa konsep manajemen penempatan
tenaga pendidik sekolah menengah pertama negeri dalam
meningkatkan mutu pendidikan di kabupaten Tanjung Jabung

79
Wawancara Kepala bidang guru dan tenaga kependidikan, 9 Juli 2018.
130

Barat adalah berdasarkan arahan atau petunjuk yang telah


ditetapkan oleh Pemerintah.
Kebutuhan tenaga pendidik di sekolah menengah pertama
negeri (SMPN) dalam meningkatkan mutu pendidikan di
kabupaten Tanjung Jabung Barat, didata dan diinformasikan oleh
kepala sekolah kepada pihak terkait. Konsep manajemen
penempatan tenaga pendidik sekolah menengah pertama negeri
dalam meningkatkan mutu pendidikan adalah untuk mengatasi
kesenjangan penempatan tenaga pendidik di SMPN kabupaten
Tanjung Jabung Barat yaitu dengan mengacu pada data
operasional tenaga pendidik dan menghitung rasio kebutuhan
guru dan siswa. Selanjutnya, peraturan pemerintah dijadikan
sebagai landasan dalam melaksanakan manajemen penempatan
tenaga pendidik sehingga ketidakseimbangan dalam
pendistribusian tenaga pendidik dapat dicegah.
Konsep manajemen penempatan tenaga pendidik sekolah
menegah pertama negeri dalam meningkatkan mutu pendidikan
perlu dilaksabakan secara efektif dan efisien berdasarkan
petunjuk pelaksanaan, namun dalam prakteknya harus
disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada. Oleh karena
itu peraturan daerah perlu dibuat sesuai dengan prinsip
desentralisasi sehingga kesenjangan keberadaan tenaga
pendidik antar satu wilayah dapat diatasi.
2. Tahapan Manajemen Penempatan Tenaga Pendidik di
Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) Kabupaten
Tanjung Jabung Barat
Manajemen tenaga pendidik merupakan suatu kegiatan
yang dilakukan dalam rangka meningkatkan efesiensi dan
efektifitas lembaga pendidikan sehingga mencapai hasil
maksimal sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Pelaksanaan manajemen penempatan tenaga pendidik
131

dilakukan melalui tahapan-tahapan dalam kegiatan


manajemen
Tahapan manajemen perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, dan pengawasan.80 Perencanaan berdasarkan
kamus besar Bahasa Indonesia merupakan rancangan atau
konsep. Perencanaan merupakan hal sangat penting dalam
manajemen penempatan tenaga pendidik untuk meningkatkan
mutu pendidikan yang meliputi kegiatan menetapkan apa
yang ingin dicapai, bagaimana mencapainya, berapa lama
upaya pencapaian, berapa jumlah orang yang dibutuhkan dan
berapa biaya yang diperlukan dalam melaksanakan kegiatan
tersebut.
Perencanaan yang telah dibuat perlu diorganisasikan
agar rencana tersebut dapat berjalan sesuai dengan tujuan
yang telah ditetapkan. Setelah diorganisasikan secara tepat,
perencanaan dilaksanakan melalui pengarahan yang
diberikan oleh pimpinan untuk mencapai tujuan yang
ditetapkan bersama. Perencanaan yang telah diorganisasikan
dan diarahkan dalam pelaksanaannya, selanjutnya dilakukan
pengawasan.
Menurut landasan teori dalam melakukan perencanaan
perlu dipersiapkan langkah-langkah yang tepat terkait
penetapan rumusan tujuan yang akan dicapai, meneliti
masalah yang akan dilakukan, mengumpulkan data,
menetapkan tahapan dan rangkaian tindakan serta
merumuskan bagaimana masalah tersebut mampu
diselesaikan.
Terkait tahapan manajemen penempatan tenaga pendidik
sekolah menengah pertama negeri di Kabupaten Tanjung
Jabung Barat, berdasarkan hasil wawancara dengan key

80
Robins dan Coutler, Op.Cit, hal.9
132

informan tahapan yang dilaksanakan dalam manajemen


penempatan tenaga pendidik terdiri atas:
1. Perencanaan
Tahap perencanaan manajemen penempatan tenaga
pendidik sekolah menengah pertama dalam meningkatkan
mutu pendidikan di kabupaten tanjung Jabung Barat
meliputi langkah-langkah sebagai berikut yaitu:
a.Menetapkan rumusan tujuan yaitu meningkatkan mutu
pendidikan di kabupaten Tanjung Jabung Barat secara
umum, dan khususnya pada tingkat sekolah menengah
pertama di wilayah kabupatan Tanjung Jabung Barat
melalui penempatan tenaga pendidik yang merata sesuai
dengan jumlah peserta didik dan rombongan belajar.
b. Berdasarkan rumusan yang telah ditetapkan yaitu untuk
meningkatkan mutu pendidikan di kabupaten Tanjung
Jabung Barat, maka pemerintah daerah kabupaten
Tanjung Jabung Barat melakukan penelitian terkait
jumlah tenaga pendidik negeri yang ada di sekolah
menengah pertama kabupaten Tanjung Jabung Barat.
c. Pemerintah daerah kabupaten Tanjung Jabung Barat
melalui pihak terkait melakukan pendataan tenaga
pendidk, Tenaga pendidik sekolah menengah pertama
negeri Tanjung Jabung Barat telah terdata dalam data
pokok pendidik (DAPODIK) yang merupakan sistem
pendataan terpadu yang berskala nasional dan
merupakan sumber data utama pendidikan nasional dan
merupakan bagian dari program perencanaan
pendidikan nasional dalam mewujudkan pendidikan
bermutu.
Melalui data pokok pendidik ini dapat terlihat secara
langsung jumlah tenaga pendidik yang berada pada
133

satuan pendidikan dengan melihat nomor unik pendidik


dan tenaga kependidikan (NUPTK) yang merupakan
gabungan beberapa angka yang dijadikan sebagai
pengenal tenaga pendidik dan kependidikan, sehingga
dapat membedakan antara tenaga pendidik dan
kependidikan yang satu dengan yang lainnya. Data ini
dapat dilihat secara online.
d. Pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Barat kemudian
merumuskan bagaimana keberadaan jumlah tenaga
pendidik yang kurang merata tersebut dapat terpecahkan
oleh karena itu pemerintah daerah kabupaten Tanjung
Jabung Barat melakukan pengusulan yaitu berupa
penyampaian usulan secara kolektif ataupun
perorangan. Penyampaian usulan yang dilakukan secara
perorangan adalah individu mengusulkan untuk
ditempatkan dengan meminta persetujuan dari kepala
sekolah, sedangkan secara kolektif, pengusulan
dilakukan oleh kepala sekolah untuk kemudian
disampaikan kepada Kepala Dinas pendidikan
kabupaten Tanjung Jabung Barat. Kepala Dinas
Pendidikan Kabupaten Tanjung Jabung Barat melakukan
penghitungan sesuai dengan kebutuhan untuk kemudian
dianalisis dan disampaikan kepada Bupati Tanjung
Jabung Barat. Setelah disampaikan kepada Bupati
Tanjung Jabung Barat, maka dilakukan penyampaian
formasi kepada Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara (MENPAN) untuk dilakukan penetapan kuota
formasi.
2. Pengorganisasian
Pengorganisasian merupakan aktivitas menyusun dan
membentuk hubungan kerja antara orang –orang sehingga
134

terwujud satu kesatuan usaha dalam mencapai tujuan-


tujuan yang telah ditetapkan. Pengorganisasian merupakan
pembagian tugas-tugas, wewenang dan tanggung jawab
secara terinci menurut bidang-bidang dan bagian-bagian,
sehingga terciptalah hubungan-hubungan kerja sama yang
harmonis dalam pencapaian tujuan.
Pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Barat
memiliki tujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan
dengan cara melaksanakan manajemen penempatan
tenaga pendidik. Pengorganisasian dalam manajemen
penempatan tenaga pendidik berupa upaya pemerintah
untuk menyusun program yang perlu dilakukan dalam
penempatan tenaga pendidik. Adapun tahapan
pengorganisasian manajemen penempatan tenaga
pendidik sekolah menegah pertama negeri di Kabupaten
Tanjung Jabung Barat adalah sebagai berikut:
a. Pelaksanaan Tes
Setelah semua tahap pengusulun dilakukan, maka
ditentukan jadwal pelaksanaan tes berdasarkan formasi
dan kuota yang diusulkan. Pelaksanaan tes diawali dengan
pengumuman secara nasional tentang jadwal rekrutmen
tenaga pendidik dan tanggal pelaksanaan tes,
pengangkatan dan penempatan tenaga pendidik.
b Pengangkatan tenaga pendidik
Pengangkatan tenaga pendidik di Kabupaten Tnajung
Jabung Barat berdasarkan pada Peraturan Pemerintah
No.19 tahun 2017 pasal 58 ayat 1 sampai dengan 3 yang
berbunyi sebagai berikut:
1. Pengangkatan guru dilakukan setelah lulus seleksi
mencakup:
a. Ujian tertulis
135

b. Wawancara
c. Praktek mengajar

2. (a) Departemen melakukan koordinasi perencanaan


kebutuhan guru secara nasional dalam rangka
pengangkatan dan penempatan guru;
(b) Koordinasi yang dilakukan berdasarkan analisis
dan proyeksi guru secara nasional sekurang-kurangnya
setiap 5 tahun
3. Perencanaan kebutuhan guru dilakukan dengan
pertimbangan:
a. Pemerataan guru antar satuan pendidikan yang
diselenggarakan pemerintah, pemerintah daerah,
atau masyarakat, antar kabupaten atau antar kota,
antar propinsi serta
b. Pemerataan matapelajaran/rumpun matapelajaran.
Penempatan tenaga pendidik berdasarkan peraturan
pemerintah No. 19 tahun 2017 menunjukkan bahwa dalam
tahapan dan fungsi perencanaan manajemen penempatan
tenaga pendidik dilakukan secara koordinasi oleh departemen
yang berwenang secara nasional berdasarkan analisis
kebutuhan yang dilakukan sekurang-kurangnya 5 setiap
tahun. Perencanaan penempatan tenaga pendidik bertujuan
untuk pemerataan tenaga pendidik di setiap satuan pendidik.
Hal ini dapat diselenggarakan oleh pemerintah daerah.
3.Leading/Actuating (pengarahan/penggerakan)
Pengarahan/penggerakan merupakan tahap ketiga
dalam manajemen penempatan tenaga pendidik sekolah
menengah pertama di Kabupaten Tanjung Jabung Barat.
Pemerintah Tanjung Jabung Barat melalui pihak terkait
menggerakkan dan mengarahkan bagaimana perencanaan
dan pengorganisasian terkait manajemen penempatan
136

tenaga pendidik dalam meningkatkan mutu pendidikan


dapat tercapai secara efektif dan efisien.
Pengarahan tersebut dilakukan berdasarkan undang-
undang No.15 tahun 2005, peraturan pemerintah No 19
tahun 2017 dan peraturan meneteri pendidikan nasional
nomor 20 tahun 2003. Pengarahan dilakukan dengan cara
memotivasi tenaga pendidik yang telah ditempatkan di
wilayah-wilayah kecamataN yang jauh dari keramaian dan
kepadatan penduduk dengan memberikan hak tenaga
pendidik seperti pemberian tunjangan khusus dengan
besaran satu kali gaji pokok dan rumah dinas.
4. Pengontrolan
Pengontrolan merupakan kegiatan yang dilakukan oleh
pemerintah daerah Tanjung Jabung Barat dalam
manajemen penempatan tenaga pendidik sekolah
menengah pertama dalam meningkatkan mutu pendidikan
di kabupaten Tanjung Jabung Barat melalui pihak yang
berwenang. Pengontrolan yang dilakukan melalui Data
tenaga pendidik yang dapat dilihat secara online.
Dengan mengetahui keberadaan jumlah tenaga pendidik
yang dapat diakses melalui DAPODIK secara online,
memberikan kesempatan kepada pemerintah daerah untuk
merencanakan kembali penempatan tenaga pendidik
sekolah pertama negeri sehingga tujuan yang diharapkan
untuk meningkatkan mutu pendidikan di kabupaten Tanjung
Jabung Barat dapat terwujud.
Dalam pengontrolan ini perlu peran aktif pihak terkait dan
berwenang, sehingga keberadaan tenaga pendidik sekolah
menegah pertama di 13 kecamatan wilayah kabupaten
Tanjung Jabung Barat dapat memenuhi rasio antara jumlah
tenaga pendidik dan peserta didik serta rombongan belajar.
137

Berdasarkan hasil wawancara, observasi dan


dokumentasi yang dilakukan peneliti serta landasan teori yang
ada, maka tahapan manajemen penempatan tenaga pendidik
sekolah menengah pertama dalam meningkatkan mutu
pendidikan di kabupaten Tanjung Jabung Barat adala meliputi
tahapan perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan/penggerakan, dan tahap pengontrolan.
Tahapan manajemen penempatan tenaga pendidik yang
dilakukan di kabupaten Tanjung Jabung Barat secara umum
berpedoman pada petunjuk dan ketentuan yang terdapat
dalam Undang-Undang, peraturan pemerintah, dan peraturan
menteri pendidikan nasional. Selanjutnya, peraturan
pemerintah daerah terkait manajemen penempatan tenaga
pendidik sekolah menengah pertama dalam meningkatkan
mutu pendidikan kabupaten Tanjung Jabung Barat tidak
terlihat sama sekali secara tertulis. Sehingga, pedoman yang
harus dijadikan sebagai petunjuk dalam manajemen
penempatan tenaga pendidik berupa peraturan pemerintah
daerah, peraturan pemerintah kabupaten maupun peraturan
Bupati perlu untuk dirumuskan dan ditetapkan sehingga tujuan
untuk meningkatkan mutu pendidikan di kabupaten Tanjung
Jabung Barat dapat tercapai secara efekstif dan efisien.

Gambar 4.2 menggambarkan tahapan manajemen


penempatan tenaga pendidik sekolah menengah pertama
negeri dalam meningkatkan mutu pendidikan di kabupaten
Tanjung Jabung Barat.
138

Planning/Perencanaan: merumuskan tujuan


manajemen penempatan, dan melakukan
pendataan

Organizing/Pengorganisasian:
Melalui pendataan maka dilakukan pengusulan

Tahapan
Manajemen
Penempatan Leading /actuating (/Pengarahan atau
Tenaga Pendidik penggerakan): pemberian motivasi sesuai
dengan peraturan yang berlaku.

Controlling/Pengawasan:
Melakukan pengawasan jumlah tenaga pendidik
melalui DAPODIK

Gambar 4.2 Tahapan Manajemen Penempatan Tenaga


Pendidik Sekolah Pertama Negeri (SMPN)
Kabupaten Tanjung Jabung Barat.

3. Upaya Manajemen Penempatan Tenaga Pendidik di


Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) Kabupaten
Tanjung Jabung Barat

Manajemen tenaga pendidik adalah salah satu bentuk


kegiatan yang dilakukan dalam pengelolaan tenaga pendidik
Penempatan tenaga pendidik adalah salah satu fungsi dari
manajemen tenaga pendidik yang disebut staffing.81. Fungsi
manajemen tenaga pendidik berupa penempatan adalah
81
Priono & Marnis, Op.,Cit. hal 6-8
139

suatu kegiatan untuk meletakkan tenaga pendidik pada


jabatan atau posisi yang kosong agar tercapainya tujuan
pendidikan yaitu meningkatkan mutu pendidikan.
Tenaga pendidik merupakan individu yang memiliki peran
yang sangat strategis dalam meningkatkan mutu pendidikan.
Tenaga pendidik merupakan tenaga profesional yang memiliki
kualifikasi dan kompetensi. Kualifikasi akademik yang
dimaksud adalah tenaga pendidik memiliki tingkat pendidikan
sarjana sesuai dengan matapelajaran yang diampu, sebagai
contoh, tenaga pendidik yang mengajar bahasa Inggris adalah
tenaga pendidik yang memiliki gelar kesarjanaan bahasa
Inggris. Sedangkan kompetensi yang harus dimiliki oleh
tenaga pendidik agar tercapainya mutu pendidikan
diantaranya adalah kompetensi pedagogik, sosial, kepribadian
dan professional.
Manajemen penempatan tenaga pendidik yang merata
sangat diperlukan.untuk meningkatkan mutu pendidikan baik
dilihat dari kualifikasi maupun kompetensi tenaga pendidik.
Sehingga, manajemen penempatan tenaga pendidik harus
diikuti dengan kualifikasi dan kompetensi tenaga pendidik.
Keseimbangan dalam manajemen penempatan tenaga
pendidik bertujuan untuk memberikan pendidikan yang merata
yaitu memberikan kesempatan yang sama bagi seluruh warga
negara Indonesia untuk mengembangkan potensi yang dimiliki
agar menjadi manusia Indonesia yang seutuhnya untuk dapat
bersaing secara lokal, nasional maupun global. Pemerataan
pendidikan merupakan salah satu prioritas dari agenda
nasional. Oleh karena itu diperlukan desentralisasi pendidikan
berupa penyerahan kekuasaan untuk penempatan tenaga
pendidik.
140

Pelaksanaan manajemen penempatan tenaga pendidik


sekolah menengah pertama negeri dalam neningkatkan mutu
pendidikan di kabupaten Tanjung Jabung Barat berdasarkan
hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi terlihat tidak
seimbang dalam penempatan tenaga pendidik. Tabel 4.3
menunjukkan bahwa manajemen penempatan tenaga
pendidik sekolah menengah pertama negeri kabupaten
Tanjung Jabung Barat masih belum optimal.
Pada tabel 4.3 terlihat kesenjangan jumlah tenaga
pendidik per bidang studi di tigabelas kecamatan dalam
wilayah Tanjung Jabung Barat. Pada wilayah kecamatan yang
padat penduduk serta infrastruktur yang mendukung rasio
tenaga pendidik dan jumlah peserta didik serta rombongan
belajar dapat dikatakan memenuhi rasion yang telah
ditetapkan, Sementara pada wilayah kecamatan yang
kepadatan penduduknya jarang serta infrastruktur yang tidak
mendukung rasio tenaga pendidik dengan peserta didik dan
rombongan belajar tidak seimbang.
Pemerintah daerah kabupaten Tanjung Jabung Barat
dalam manajemen penempatan tenaga pedidik sekolah
menengah pertama negeri dalam meningkatkan mutu
pendidikan perlu melakukan tindakan-tindakan yang tepat
agar tujuan yang dirumuskan dapat tercapai dengan efektif
dan efisien.
Berdasarkan hasil wawancara dengan key Informan, upaya
yang dilakukan oleh pemerintah daerah kabupaten Tanjung
Jabung Barat dalam manajemen penempatan tenaga pendidik
sekolah menengah pertama negeri dalam meningkatkan mutu
pendidikan adalah sebagai berikut:
141

a. Memberikan fasilitas berupa rumah dinas dan tunjangan


khusus
Berdasarkan dokumentasi, jarak wilayah kabupaten
Tanjung Jabung Barat dari Kota Jambi adalah 125 km, terdiri
atas 13 kecamatan. Penduduk terpadat terdapat di kecamatan
Tungkal Ilir yaitu mencapai 72,173 jiwa sedangkan yang
sedikit adalah kecamatan Seberang kota sebanyak 8.716
jiawa. Sementara persebaran penduduk, sebesar 22,78%
berada di Tungkal Ilir dan Tebing Tinggi.
Dilihat dari tingkat kepadatan dan sebaran penduduk,
maka terlihat, sebaran tenaga pendidik yang cukup merata
berada di dua kecamatan yaitu Tebing Tinggi dan Tungkal Ilir.
Sedangkan kecamatan yang memiliki tingkat kepadatan
penduduk dan sebarannya sedikit berada di kecamatan
Seberang Kota, sehingga di kecamatan ini memiliki
ketidakseimbangan distribusi penempatan jumlah tenaga
pendidik. Jika dilihat dari transportasi antara kecamatan
Seberang Kota dengan Tungkal Ilir menggunakan transportasi
air yang biasa dilalui pada pagi hari, sementara siang hari dan
sore hari harus melakukan penyewaan speedboat.
Berdasarkan hasil wawancara upaya manajemen
penempatan tenaga pendidik sekolah menengah pertama
negeri (SMPN) kabupaten Tanjung Jabung Barat adalah
dengan memberikan rumah dinas dan tunjangan khusus, hal
ini dadasarkan bahwa tenaga pendidik yang ditempatkan di
wilayah kabupaten Tanjung Jabung Barat banyak yang
berasal dari daerah di luar kabupaten Tanjung Jabung Barat.
Pemberian rumah dinas dapat mengurangi biaya tambahan
pengeluaran tenaga pendidik dan memberikan kenyamanan
kepada tenaga pendidik terkait tempat tinggal. Sedangkan
pemberian tunjangan khusus, memberikan motivasi kepada
142

tenaga pendidik untuk ditempatkan di wilayah kecamatan di


kabupaten Tanjung Jabung Barat.
Pemberian tunjangan khusus dan rumah dinas
merupakan salah satu bentuk upaya manajemen penempatan
tenaga pendidik sekolah menengah pertama Tanjung Jabung
Barat.
b. Pengkajian berdasarkan rasio kebutuhan
Pengkajian berdasarkan rasio dan kebutuhan merupakan
upaya lain dalam manajemen penempatan tenaga pendidik
sekolah menengah pertama negeri (SMPN) kabupaten Tanjung
Jabung Barat. Upaya ini diharapkan dapat menyeimbangkan
distribusi penempatan tenaga pendidik untuk meningkatkan
mutu pendidikan.
Berdasarkan hasil wawancara, adanya rasio dan
kebutuhan tenaga pendidik memberikan gambaran kepada
pihak terkait untuk melakukan pengelolaan penempatan tenaga
pendidik di sekolah menegah pertama negeri (SMPN)
kabupaten Tanjung Jabung Barat sehingga dapat
menyesuaikan dengan kebutuhan di satuan pendidikan.
Sesuai dengan kajian teori, terkait dengan upaya
manajemen penempatan tenaga pendidik, pendistribusian
penempatan tenaga pendidik agar meningkatnya mutu
pendidikan, pemerintah telah memberikan jaminan seperti yang
tertuang pada Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional
No.20 Tahun 2003 pasal 41 yaitu penempatan tenaga pendidik
dapat dilakukan secara lintas daerah, sehingga kekurangan
rekrutmen tenaga pendidik dalam upaya penempatan dapat
dilakukan untuk memenuhi rasio kebutuhan tenaga pendidik di
satuan pendidikan.
Selanjutnya, pemerintah dan pemerintah daerah memiliki
kewajiban memfasilitasi satuan pendidikan dengan pendidik
143

yang diperlukan agar terjaminnya mutu pendidikan. Hal ini


bermakna, bahwa pemerintah daerah secara nyata perlu
membuat kebijakan terkait penempatan tenaga pendidik
sehingga rasio kebutuhan tenaga pendidik dengan jumlah
rombongan belajar dapat terpenuhi. Oleh karena itu, pemberian
rumah dinas, jaminan sosial dan tunjangan khusus lainnya
perlu diberikan kepada tenaga pendidik yang ditempatkan di
wilayah kecamatan atau daerah yang jauh dari keramaian dan
sulit dalam jangkauan tempuh.
Berdasarkan temuan dan analisis penelitian yang
dilakukan oleh peneliti seperti yang diuraikan dibagian
terdahulu penempatan tenaga pendidik di sekolah menengah
pertama negeri (SMPN) kabupaten Tanjung Jabung Barat tidak
merata disebabkan oleh:
c. Kondisi wilayah dan letak geografis
Kabupaten Tanjung Jabung Barat merupakan wilayah
yang memiliki daratan dan perairan. Jarak antara satu
kecamatan dengan kecamatan lain dapat dilakukan melalui
jalur darat dan air. Sementara dilihat dari kepadatan
penduduk, satu kecamatan dengan kecamatan lain memiliki
kepadatan yang berbeda.
Berdasarkan data pada tabel 4.2 kecamatan Tungkal Ilir
merupakan kecamatan yang memiliki rasio tenaga pendidik
dan rombongan belajar yang cukup dibanding kecamatan
lainnya. Hal ini dikarenakan, kecamatan Tungkal Ilir
merupakan pusat ibu kota Kabupaten Tanjung Jabung Barat.
Kepadatan penduduk di kecamatan Tungkal Ilir mencapai
72.173 jiwa dengan kepadatan penduduku 719 jiwa per km 2.
Sedangkan, Seberang kota merupakan kecamatan yang
paling kurang rasio tenaga pendidik dan rombongan belajar.
144

Jumlah penduduk di kecamatan Seberang Kota sangat sedikit


yaitu 8.716 jiwa dengan kepadatan 72 per km2.
Kondisi wilayah dan letak geografis antara satu kecamatan
dengan kecamatan lain berbeda. Kecamatan yang memiliki
tingkat kepadatan dan sebaran penduduk yang padat serta
infrastruktur yang baik jumlah tenaga pendidik pada mata
pelajaran tersedia walapun pada mata pelajaran tertentu
masih kurang rasio antara jumlah rombongan belajar dan
tenaga pendidik. Hal ini tergambar pada tabel 4.2, dimana dari
13 kecamatan yang berada di wilayah kabupaten Tanjung
Jabung Barat, hanya 5 kecamatan yang memiliki seluruh guru
mata pelajaran yaitu kecamatan Tungkal Ilir, Tebing Tinggi,
Tungkal ulu, Merlung, dan Batang Asam. Lima kecamatan
tersebut berada di wilayah yang kepadatan dan sebaran
penduduk yang padat serta infrastruktur yang memadai.
d. Berdasarkan Peraturan dan Regulasi Nasioanal
Manajemen penempatan tenaga pendidik sekolah
menengah pertama negeri (SMPN) di kabupaten Tanjung
Jabung Barat secara umum sama dengan manajemen
penempatan yang dilakukan oleh wilayah lain yang ada di
Indonesia.
Penempatan tenaga pendidik di sekolah menengah
pertama negeri (SMPN) di kabupaten Tanjung Jabung Barat
telah diatur dalam Undang-Undang dan peraturan pemerintah
lainny yaitu Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional
No.20 Tahun 2003 dan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun
2017. Berdasarkan undang-undang dan peraturan pemerintah
manajemen penempatan tenaga pendidik telah ditetapkan
secara nasional berdasarkan usulan dan formasi Badan
Kepegawaian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia.
145

Tidak meratanya penempatan tenaga pendidik di


kabupaten Tanjung Jabung Barat dikarenakan prosedur
penempatan berdasarkan peraturan dan regulasi yang telah
ditetapkan oleh pemerintah, yaitu waktu dan ketentuan telah
dilakukan secara nasional. Hal ini berakibat pada perekrutan
tenaga pendidik tergantung pada masa dan usulan yang
diajukan oleh pihak yang berwenang
BAB V
PENUTUPAN

A. KESIMPULAN
Setelah melakukan pembahasan dari hasil observasi,
wawancara, dan dokumentasi berdasarkan metode yang telah
ditetapkan sebelumnya mengenai manajemen penempatan
tenaga pendidik sekolah menengah pertama negeri (SMPN)
kabupaten Tanjung Jabung Barat, maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
a. Konsep manajemen penempatan tenaga pendidik sekolah
menengah pertama negeri (SMPN) kabupaten Tanjung Jabung
Barat adalah sesuai dengan konsep manajemen sumber daya
manusia dalam fungsi penempatan atau yang disebut dengan
staffing yaitu melakukan penempatan sesuai dengan rencana
yang telah ditetapkan untuk menempatkan kekosongan posisi
tenaga pendidik pada sekolah menengah pertama negeri
berdasarkan estimasi kebutuhan dan peraturan yang berlaku.
b. Tahapan manajemen penempatan tenaga pendidik sekolah
menengah pertama negeri (SMPN) kabupaten Tanjung Jabung
Barat adalah menerapkan tahapan-tahapan manajemen terdiri
atas kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan,
dan pengawasan. Pelaksanaan setiap tahapan manajemen
penempatan tenaga pendidik, pemerintah kabupaten Tanjung
Jabung Barat melakukan perencanaan penerimaan dan
penempatan tenaga pendidik sesuai dengan data kebutuhan
yang diterima.
c. Upaya manajemen penempatan tenaga pendidik sekolah
menengah pertama negeri (SMPN) kabupaten Tanjung Jabung
Barat adalah sesuai dengan prinsip-prinsip yang diterapkan
dalam manajemen sumberdaya manusia yaitu berdasarkan

146
147

prinsip kemanusiaan dan equal pay for equal work yaitu tenaga
pendidik sebagai manusia yang perlu dihargai dan pemberian
balas jasa sesuai dengan prestasi kerja mereka.
B. IMPLIKASI
Fokus penelitian ini adalah pengelolaan tenaga pendidik
sekolah menengah pertama negeri (SMPN) kabupaten
Tanjung Jabung Barat dalam meningkatkan mutu pendidikan.
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan ide
kepada penelitian selanjutnya untuk memberikan pemahaman
terhadap pengelolaan penempatan tenaga pendidik, sehingga
dalam pendistribusiannya seimbang.
Berdasarkan hasil wawancara dan kajian teori mengenai
manajemen penempatan tenaga pendidik, terlihat bahwa
masih sedikit penelitian terkait manajemen penempatan
tenaga pendidik dan keterkaitannya dengan peningkatan mutu
pendidikan. Pada penelitian ini hanya pada konsep, tahapan
dan upaya dalam penempatan tenaga pendidik di sekolah
menengah pertama negeri (SMPN) di kabupaten Tanjung
Jabung Barat. Hal yang sangat menarik jika melakukan
penelitian terkait manajemen penempatan tenaga pendidik di
satuan pendidikan lainnya berdasarkan lokasi per kecamatan
atau perbandingan dengan wilayah lain dilihat dari setiap
tahapan dan fungsi manajemen seperti mengkaji tentang
perencanaan manajemen penempatan tenaga pendidik
sekolah negeri baik ditingkat pendidikan dasar, menengah
maupun atas.
C. REKOMENDASI
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
konsep, tahapan dan upaya yang dilakukan dalam
manajemen penempatan tenaga pendidik sekolah menengah
pertama negeri (SMPN) Kabupaten Tanjung Jabung Barat.
148

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian, rekomendasi


diberikan kepada para pembuat kebijakan dan peneliti
selanjutnya.
1. Para Pembuat Kebijakan
a. Berdasarkan konsep manajemen penempatan tenaga
pendidik sekolah menengah pertama negeri (SMPN)
kabupaten Tanjung Jabung Barat, disarankan untuk
melakukan pendataan dan pengamatan secara langsung
di lapangan, sehingga para pembuat kebijkan dapat
melihat kondisi riil di lapangan. Keahlian yang diperlukan
oleh para pembuat kebijakan adalah kemampuan untuk
menganalisis wilayah dan keberadaan tenaga pendidik
secara nyata sehingga mutu pendidikan yang diharapkan
dapat tercapai. Untuk ini, para pembuat kebijakan perlu
meningkatkan kemampuan dalam memetakan dan
menganalisis kebutuhan tenaga pendidik per satuan dan
per wilayah
b. Dilihat dari tahapan manajemen penempatan tenaga
pendidik, maka perlu tindakan pro aktif dari para
pembuat kebijakan dalam penempatan tenaga pendidik.
Hal ini, dimaksudkan agar pihak pembuat kebijakan
harus mendata keberadaan tenaga pendidik secara riil di
lapangan dan selalu meng-update informasi keberadaan
tenaga pendidik secara berkala. Hal ini bertujuan untuk
mengetahui jumlah tenaga pendidik sekolah menengah
pertama negeri (SMPN) yang masih aktif ataupun
mutasi.
c. Berdasarkan upaya manajemen penempatan tenaga
pendidik, maka para pembuat kebijakan harus memiliki
keahlian dalam memotivasi tenaga pendidik dan
menentukan syarat pengangkatan tenaga pendidik. Hal
149

ini berkaitan dengan kecenderungan sifat individu untuk


memiliki tempat tinggal di daerah yang padat dengan
infrastruktur yang baik. Oleh karena itu, kemampuan
dalam membuat aturan dan syarat pengangkatan dan
penempatan sangat diperlukan.
2. Peneliti Selanjutnya
Berdasarkan fokus penelitian, lokasi, dan instrument
yang digunakankan oleh penulis serta keterbatasan waktu
dalam melakukan penelitian, maka penelitian ini perlu
dilakukan penelitian lanjutan dengan topik yang sejenis,
dengan maksud untuk dapat menggali lebih dalam lagi
manajemen penempatan tenaga pendidik sekolah menengah
pertama negeri (SMPN) dilihat dari perspektif yang lain
dengan menggunakan instrument penelitian yang lain.
Sehingga dapat memberikan informasi kepada pihak yang
berwenang terkait permasalahan manajemen penempatan
tenaga pendidik dilihat dari perencanaan maupun dari
pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan.

D. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan di atas,
maka peneliti menyarankan agar dalam manajemen
penempatan tenaga pendidik pada sekolah menengah
pertama negeri (SMPN) perlu dilakukan berdasarkan analisis
rasio kebutuhan tenaga pendidik dan rombongan belajar, dan
analisis lokasi dan letak geografis suatu wilayah sehingga
dalam perekrutan untuk menempatkan tenaga pendidik bisa
dilakukan ketentuan-ketentuan yang bersifat khusu dan
mengikat serta mendorong calon tenaga pendidik untuk
memilih dan tetap bertahan di lokasi yang telah dipilih untuk
ditempatlkan. Oleh karena itu perlu peran aktif pihak terkait
150

agar manajemen penempatan tenaga pendidik sekolah negeri


dapat dilakukan secara efektif dan efisien.
E. PENUTUP
Peneliti menyadari sepenuhnya, bahwa dalam melakukan
penulisan dan pembahasan masih terdapat kekurangan baik
teknik penulisan maupun penyusunan bahasa sehingga
mengakibatkan ketidakpahaman pembaca atas maksud yang
ingin penulis sampaikan. Oleh karena itu, peneliti
mengharapkan saran dan masukan yang bersifat membangun
demi penyempurnaan penulisan selanjutnya. Selanjutnya,
penulis juga ingin mengucapkan terimakasih kepada semua
pihak yang telah terlibat aktif maupun pasif dalam
penyelesaian penelitian ini, terutama kepada kedua
pembimbing yaing terus membantu dalam penyelesaian dan
penyempurnaan penelitian ini.
Sebagai penutup, peneliti berharap kepada peneliti
selanjutnya yang melakukan penelitian sejenis dengan penulis
dapat memperdalam penelitian, sehingga dapat
menyempurnakan penelitian yang telah dilakukan oleh penulis,
sehingga dapat memberikan manfaat secara praktis dan
akademik untuk perkembangan ilmu manajemen pendidikan di
masa yang akan datang. Amin Ya Rabbal’alamin.

Wasallammu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Jambi, 23 November 2018

Peneliti,

JUMALI
NIM: MMP.16.22 583
151

DAFTAR PUSTAKA

Al Qur‘an dan terjemahannya. Departemen Agama Republik Imdonesia.


Al Qarashi. S. Bagir. The educational system in Islam, e-book diakases
dari http. pdfdrive.net.id pada tamggal 8 Maret 2018.
Ade Putra, Analisis pemerataan guru pegawai negeri sipil (PNS) SMA
Negeri pasca pengalihan dari pemerintahan kabupaten ke
pemerintahan provinsi di provinsi Jambi. Di akses dari URI
http:digilib.unimed.ac.id/id/eprint/27128 pada tanggal 8 Maret 2018.
Andi Rasyid Panarangi. Manajemen Pendidikan. Jakarta: Celebes Media
Perkasa. 2017.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta. 2006
Aris Shoimin. Excellent Teacher: Meningkatkan professionalism guru
pasca sertifikasi. Semarang: Dahara Prize. 2013.
Amtu. Manajemen Pendidikan di era otonomi daerah: Konsep, Strategi
dan
Implementasi. Bandung: Alfabeta. 2011.
Bratton. J., & Gold. J. Human Resources Management, 6th edition:
Theory and Practice. UK: McMillan Education Palgrave. 2017.
Budiarjo. M., Suseno. N., & Quarta.R.E. Pengantar Ilmu Politik. Jakarta:
UT Press. 2015.
Bush, T. Theories of educational leadership and management (3rd ed).
London: Sage. 2003.
Cole. A. Gerald, Management Theory and Practice. UK: South Western
Cengagage. 2004.
Danim, Sudarwan. Agenda Pembaruan Sistem Pendidikan. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar. 2006.
Dodi Riatmadji, Kapuspen Kemendagri (23 Oktober 2014), diakses dari
www. republika.co.id pada tanggal 3 Desember 2017
152

Emzir. Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Jakarta:


Rajawali Press. 2010.
Fatkuroji. Meningkatkan tenaga pendidik melalui kebijkan penataan dan
pemerataan guru di Kabupaten Semarang, di akses melalui www.
jurnal.radenfattah. ac.id pada tanggal 5 Desember 2017.
Fattah, Nanang. Analisis Kebijakan Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja
Rosda Karya. 2012.
Hikmat. 2009. Manajemen Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.
Hariandja.T.Marriot, Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta:
Gramedia. 2005.
Iskandar. Metodologi Penelitian Pendidikan dan sosial: Kuantiatatif dan
Kualitatif. Jakarta: Gaung Persada Press. 2009.
Jejen Musfah. Manajemen Pendidikan: Teori, Kebijakan, dan Praktek.
Jakarta: Kencana. 2017.
Mathis & Jackson. Human Resource Management. Ohio: Western
College Publishing. 2006.
Mishra, S. (2006). Quality assurance in higher education: an introduction.
Retrieved October 4, 2014, from
http://www.naacindia.org.
Mudlofir, Ali. (2013). Pendidik Profesional. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Muhaimin, Suti‘ah,& Sugeng Listyo Prabowo. Manajemen Pendidikan:
Aplikasinya dan Penyusunan Rencana Pengembangan
Sekolah/Madrasah. Jakarta: Kencana. 2015.
Mukhtar. Bimbingan Skripsi, thesis, dan artikel ilmiah. Jakarta: Gaung
Persada Press. 2010.
Mukhtar. Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif. Jakarta:
Referensia/GP.Press Group. 2013.
Muhammad Kristiawan, Dian Safitr, & Rena Lestari. Manajemen
Pendidikan. Yogyakarta: Deeppublish. 2017.
Moleong. J. Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosda Karya. 2010.
153

Moleong. J.Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja


Rosda Karya. 2012.
Nuryanti Mustari. Implementasi kebijakan peningkatan kompetensi
pendidik melalui peningkatan rasio pendidik dan pemerataan
penyebaran pendidik di kabupaten Jeneponto di akses melalui
www. jurnalunismuh.ac.id pada tanggal 5 Desember 2017.
Ngalim Purwanto. 2009. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Jakarta: PT
Remaja Rosdakarya,
Priyono. Pengantar Manajemen. Sidoarjo: Zifatama. 2007.
Priyono & Marnis. Manajemen Sumberdaya Manusia.Sidoarjo: Zifatama
Publisher. 2008.
Pynes. J. Human Resources Management for Public and Non Profit
Organization: a Strategic Approach. California: Jossey-Bass. 2009.
Peraturan Pemerintah No.19 tahun 2017 tentang tenaga pendidik.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 tahun 2007 tentang
Standar kualifikasi akademik dan kompetensi tenaga pendidik
Robbins, Stephen P., and Coulter, Mary. Management eleventh edition.
New Jersey: Pearson. 2013.
Sallis. E. Total Quality Management in Education, third edition. UK:
Routledge. 2002.
Shaikh. M. Asif. Understanding Educational Management: A handbook
for teacher and the taught. Pakistan: publisher printed. 2010.
Saylor. Principles of Management diakses dari www.saylor.org/books
pada tanggal 27 November 2017.
Sharma.S.L. Educational Management: a unified approach of education.
New Delhi: Global India Publication. 2009.
Sukmadinata. Metode Penlitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda
Karya. 2011.
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kualitatif,
Kuantitatif, R & D. Bandung: Alfabeta. 2015.
Suwatno.Manajemen Prinsip. Jakarta: Rineka Cipta. 2003.
154

Tap MPR Nomor IV/MPR/1999 Tentang Pemerataan Pendidikan.


Tirtarahardja Umar, & Sulo. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka
Cipta. 2010.
Tilar, H.A.R & Nugroho.R. Kebijakan Pendidikan: Pengantar untuk
memahami kebijakan pendidikan dan kebijakan pendidikan sebagai
kebijakan publik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2008.
Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI. Manajemen Pendidikan.
Bandung: Alfabeta. 2010.
Tilaar, H.AR. Membenahi Pendidikan Nasional. Jakarta: Rineka Cipta.
2002.
Tomlinson, H. Educational Management: Major Themes in Education.
New York: Routledge. 2004.
Turner.C. Taking Responsibility for learning and teaching: From
principles to practice. London: Continum. 2012.
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003.
Undang-Undang Nomor 5 tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara.
Undang—Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
Undang-Undang nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.
Zajda.J., & Gamage.D. Decentralisation, school based management,
and Quality. London: Springer. 2009.
Zajda. J., Baccus. K., & Kach.N. Excellence and quality in education.
Australia: JNP. 1995.
155

CATATAN LAPANGAN PENELITIAN MANAJEMEN PENEMPATAN TENAGA PENDIDIK DI SEKOLAH


MENENGAH PERTAMA KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

LEMBAR OBSERVASI PENELITIAN

Tanggal/Bulan/ Lokasi Keterangan


Tahun
Februari sampai Kec. Tungkal Ulu Melakukan pengamatan keberadaan
Agustus 2018 Kecamatan Merlung tenaga pendidik, rasio jumlah siswa dan
Kecamatan Batang Asam tenaga pendidik dan rombongan belajar
Kecamatan Tebing Tinggi berdasarkan data tenaga pendidik di
Kecamatan Renah sekolah menengah pertama negeri yang
Mendaluh diperoleh di Kantor dinas pendidikan dan
Kecamatan Muara Papalik kebudayaan Tanjung Jabung Barat dan
Kecamatan Pangabuan mengamati lokasi sekolah menengah
Kecamatan Senyerang pertama negeri dan infrastruktur yang ada
Kecamatan Tungkal Ilir di lokasi sekolah menegah pertama negeri
Kecamatan Bram Itam tersebut.
Kecamatan Seberang Kota
Kecamatan Betara
Kecamatan Kuala Betara
156

LEMBAR WAWANCARA PENELITIAN

Tanggal/ Jam Informan* Lokasi Keterangan


Bulan/Tahun
16 Juli 2018 10.00 KBKPSM Ruang Hasil wawancara
– Kantor ditulis dalam bentuk
11.00 transkrip untuk
05 Juli 2018 14.00 KDP Ruang kemudian diolah
– Kerja KDP sehingga tujuan
15.00 penelitian dapat
12 juli 2018 08.00 KBPDM Ruang tercapai
– Kerja
09.00 KBPDM
09 Juli 08.00 KBGTK Ruang
- Kerja
09.00 KBGTK
Keterangan:
KBKPSM : Kepala Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Kabupaten
Tanjung
Jabung Barat
KDP : Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Tanjung Jabung Barat
KBPDM : Kepala Bidang Pendidikan Dasar dan Menengah Kabupaten Tanjung Jabung Barat
KBGTK : Kepala Bidang Guru dan Tenaga Kependidikan Kabupaten Tanjung Jabung Bar
157

Pedoman Wawancara

A. Rumusan Masalah 1 Bagaimana Konsep Manajemen Penempatan Tenaga Pendidik di Sekolah


Menengah Pertama Negeri (SMPN) di Kabupaten Tanjung Jabung Barat?
1. Menurut Bapak, apakah konsep penempatan tenaga pendidik Sekolah Menengah Pertama Negeri di
Kabupaten Tanjung Jabung Barat sudah berjalan sesuai dengan aturan yang telah di tetapkan?
KBKPSM: Menurut saya konsep manajemen penempatan tenaga pendidik di Tanjabbar sudah
sesuai dengan aturan yang ditetapkan, namun di Tanjabbar ini kebutuhan tenaga
pendidik masih elum terpenuhi secara optimal” (16 Juli 2018)
KDP : “menurut saya konsep penempatan tenaga pendidik sudah erjalan sesuai dengan
aturan hanya berdasarkan pada jumlah tenaga pendidik yang masih jauh dari
kecukupan sehingga elum dapat merata” (5 Juli 2018)
KPPD : “Berdasarkan apa yang saya ketahui…sudah (12 Juli 2018)
KBGTK :” enurut saya ya…sudah menurut aturan” (9 Juli 2018).
2. Menurut Bapak, apakah peraturan dan regulasi konsep penempatan tersebut dijalankan sebagaimana
mestinya? Mohon penjelasannya!
KBKPS : “ iya pastinya, sesuai dengan PP No. 74 tahun 2008 junto PP no.19 tahun 2017 tentang
guru dimana pada peraturan tersebut dinyatakan bahwa pengangkatan dan penempatan
guru diangkat oleh pemerintah dan atau pemerintah daerah sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan, kemudia pada waktu pembukaan pengangkatan formasi CPNS
guru yang disusun berdasarkan kebutuhan guru untuk ditempatkan disatuan pendidikan
yang masih membutuhkan, dan selanjutnya adalah penempatan tenaga pendidik pada
158

SMPN harus sesuai dengan pendidikan dan kebutuhan tenaga pendidik yang
disesuaikan dengan jumlah rom ongan elajar”(16 Juli 2018)
KDP : “iya,,,,,sudah ..sudah erjalan sesuai dengan formasi” (5 Juli 2018)
KPPD : “sudah dengan melihat ke utuhan erdasarkan rasio“(12 Juli 2018)
KBGTK : “ Berdasarkan pengamatan saya peraturan dan regulasi se agian telah dijalankan
sesuai dengan KEMENPAN RB bahwa pemerintah daerah harus memperbaiki distribusi
dan pemerataan tenaga pendidik sesuai dengan UU NO.19 tahun 2017 pasal 58 yaitu (1)
pengangkatan dan/atau penempatan guru yang diangkat oleh pemerintah pusat,
pemerintah daerah dan atau penyelenggara pendidikan yang diselenggarakan oleh
masyarakat dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan; kementerian
melakukan koordinasi perencanaan keputusan guru secara rasional dalam rangka
pengangkatan dan penempatan guru sebagaimana dimaksud pada ayat (1);
perencanaan kebutuhan guru secara nasional sebagaimana dimaksud pada ayat 2
dilakukan dengan mempertimbangkan pemerataan guru antar satuan pendidikan yang
diselenggarakan pemerintah daerah dan/atau masyarakat, antar kabupaten atau antar
kota, dan antar propinsi, termasuk kebutuhan guru di daerah khusus; ketentuan
mengenai perencanaan kebutuhan, pengangkatan dam/atau penempatan guru
dilaksanakan oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah atau masyarakat
penyelenggara pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat 1, 2, dan 3 diatur dengan
peraturan Menteri (9 Juli 2018)
159

3. Bagaimana konsep penempatan tenaga pendidik di Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kabupaten
Tanjung Jabung Barat dilakukan?
KBKPS :” tentunya erdasarkan peraturan dan regulasi tapi dalam peta penempatan masih
belum merata karena kurangnya guru, dan penempatan itu dilakukan berdasarkan
kebutuhan di SMPN berdasarkan analisis kebutuhan yang selanjutnya wewenang
perpindahan dilakukan oleh Bupati” (16 Juli 2018)
KDP : “Konsep manajemen penenpatan tenaga pendidik dilakukan erdaarkan ke utuhan
sekolah yang mem utuhkan” (5 Juli 2018).
KPPD : “Yaitu…dengan erpedoman pada rasio guru, siswa dan kelas” (12 Juli 2018)
KBGTK :”pendistri usian penemoatan tenaga pendidik disesuaikan dengan jumlah siswa dan
rombel yang dimiliki oleh sekolah dan disesuaikan dengan jumlah guru yang ada,
agar guru yang sudah sertifikasi isa mencukupi ke utuhan jam mengajarnya” (9 Juli
2018).

4. Bagaimana konsep yang diterapkan dalam manajemen penempatan tenaga pendidik di Sekolah
Menengah Pertama Negeri Kabupaten Tanjung Barat dilaksanakan?
KBKPS : “ konsepnya yaitu berdasarkan pemetaan pendidik dan tenaga kependidikan sehingga
dapat diketahui potensi-potensi efisiensi belajar mengajar di sekolah terutama guru
SMPN. Kemudian dilakukan analisis penempatan secara berjenjang menurut individu
tenaga pendidik, satuan pendidikan/sekolah, kecamatan dan ka upaten” (16 Juli 2018)
KDP :”konsep penempatan tenaga pendidik akan ditempatkan erdasarkan ke utuhan
sekolah” (5 Juli 2018)
160

KPPD : “ Yaitu mengacu pada permendik ud no.17 tahun 2017” (12 Juli 2018)
KBGTK :”konsep yang diterapkan ditanjabbar adalah pendistribusian penempatan berdasarkan
pemerataan” (9 Juli 2018).

5. Apakah konsep tersebut berdasarkan peraturan dan regulasi nasional? Ataukan regulasi daerah?
KBKPS : “ konsep terse ut tentunya erdasarkan regulasi nasional” (16 Juli 2018)
KDP :”sudah erdasarkan regulasi daerah dan nasional”(5 Juli 2018)
KPPD : “regulasi nasional dengan mempertim angkan regulasi daerah”(12 Juli 2018)
KBGTK : “Sesuai dengan peraturan nasional dan regulasi daerah yaitu erdasarkan UU No.19
tahun 2017 pasal 58” (9 Juli 2018).

6. Apakah konsep itu memberikan kontribusi yang tepat dalam manajemen penenpatan tenaga pendidikan
Sekolah Menengah Pertama Negeri Kabupaten Tanjung Jabung Barat? Mohon jelaskan!
KBKPS : “ adanya konsep manajemen penempatan tenaga pendidik diharapkan ketersediaan
dana yang lebih besar untuk mengembangkan mutu pendidikan, peluang bagi guru
menjadi lebih besar untuk mengembangkan keprofesian berkelanjutan, pencapaian
kinerja dnas pendidikan untuk mencapai standar pelayanan minimal , stndar nasional
pendidikan dan mengurangi kesenjangan mutu pendidikan (16 Juli 2018)
KDP : “konsep manajemen penenoatan ini sudah dianggap tepat karena erdasarkan
kebutuhan sekolah, karena pengadaan tenaga pendidik melalui formasi tidak dapat
dilaksanakan berkenaan dengan tidak adanya penerimaan PNS maka melalui tenaga
honor sekolah “(5 Juli 2018)
161

KPPD :” elum selalu tepat, hal ini dise a kan elum terpenuhnya ke utuhan guru secara utuh”
(12 Juli 2018)
KBGTK :”Dalam tahap pendistri usian penempatan maka harus disesuaikan dengan tugas dan
kemampuan” (9 Juli 2018)
7. Konsep yang bagaimana menurut bapak dapat mengatasi terjadinya kesenjangan penempatan tenaga
pendidik sekolah menengah pertama negeri di Kabupaten Tanjung Jabung Barat? Mohon penjelasannya!
KBKPS : “menurut saya untuk mengatsai terjadinga kesenjangan terse ut maka yang perlu
dilakukan adalah mempersipakan rumah dinas bagi guru ASN yang berasal dari luar
daerah, diberikan tunjangan khusus bagi tenaga pendidik yang melaksanakan tugas di
daerah terpencil dan perlu dilakukan pemerataan tenaga pendidik yang dilakukan
sesuai dengan ke utuhan minimal tenaga pendidik sekolah terse ut” (16 Juli 2018)
KDP :” konsepnya sudah erjalan sangat tepat” (5 Juli 2018)
KPPD : “yaitu mengacu pada peta DAPODIK pendidik dengan cara menghitung rasio ke utuhan
guru siswa dan RKB” (12 Juli 2018)
KBGTK : pastinya konsep pemerataan” (9 Juli 2018)
B. Rumusan Masalah 2 Bagaimana Tahapan Manajemen Penempatan Tenaga Pendidik di Sekolah
Menengah Pertama Negeri (SMPN) di Kabupaten Tanjung Jabung Barat?
1. Menurut Bapak, tahapan-tahapan apa yang dilakukan dalam manajemen penempatan tenaga
pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Negeri Kabupaten Tanjung Jabung Barat?
KBKPS : “ yang merupakan tahapan dalam manajemen penempatan tenaga pendidik di
kabupaten Tanjabbar ini adalah penyampaian usulan yaitu dilakukan secara kolektif
maupun perorangan. Secara kolektif dilakukan oleh kepala dinas pendidikan setelah
162

berkoordinasi dengan sekolah sedangkan perorangan diusulkan sendiri oleh yang


bersangkutan dengan persetujuan kepala sekolah. Tahap selanjutnya adalah
dilakukan perhitungan berdasarkan usulan, dilanjutkan dengan analisa berdasarkan
kebutuhan dan kemudian pengeluaran surat rekomendasi oleh Kepala dinas
pendidikan yang dijadikan bahan pertimbangan Bupati. Kemudian penenpatan
tenaga pendidik dilaksanakankan dengan pertimbangan antara kebutuhan tenaga
pendidik di sekolah yang sangat kekurangan guru” (16 Juli 2018)
KDP :”Tahapan yang dilakukan dalam manajemen penempatan tenaga pendidik di sekolah
antara lain permintaan data kepada unit sekolah, pengolaha data, dan penyampaian data
ke BPKSD selaku penanggungjawa masalah kepegawaian di daerah” (5 Juli 2018)
KPPD : “Dengan cara melakukan pendataan gyry secara glo al, mem andingkan DAPODIK dan
mem agi secara rasio ke utuhan” (12 Juli 2018)
KBGTK :” enurut saya tahapan-tahapan yang harus dilakukan dalam pemnditribusian tenaga
pendidik di tanjabbar adalah kebutuhan akan guru, lokasi satuan pendidikan, dan
penempatan sesuai dengan matapelajaran”(9 Juli 2018)
2. Apakah tahapan-tahapan tersebut berdasarkan peraturan dan regulasi nasional? Ataukah regulasi dan
peraturan daerah?
KBKPSM: Ya sesuai dengan regulasi dan peraturan nasional..” (16 Juli 2018)
KDP :Ya……. erdasarkan regulasi dan peraturan nasioanl dan juga peraturan daerah (5 Juli
2018)
KPPD : “ engacu pada regulasi nasional dan memadukan dengan kepentingan daerah” (12 Juli
2018)
163

KBGTK :”Tahapan terse ut erdasarkan regulasi daerah yang mengacu pada regulasi nasional”
(9 Juli 2018).

3. Bisakah Bapak menjelaskan bagaimana tahapan-tahapan manajemen penempatan tenaga pendidik


Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kabupaten Tanjung Jabung Barat?
KBKPS : “ sudah saya jelaskan pada pertanyaan anda yang pertama…” (16 Juli 2018)
KDP : “tahapan manajemen penempatan tenaga pendidik di Tanja ar adalah pertama
penyampaian formasi ke MENPAN, penentuan kuota formasi, pelaksanaan tahapan tes,
penentuan, pengangkatan CPNS, dan penempatan” (5 Juli 2018)
KPPD : “sudah saya jelaskan pada pertanyaan ke dua tadi…” (12 Juli 2018)
KBGTK :”tahapan-tahapan tersebut menurut saya adalah pertama melihat angka kebutuhan guru
di satuan pendidikan, jadi di sekolah tersebut guru apa saja yang masih ada kekosongan,
lokasi penempatan guru sebisa mungkin di wilayah yang dekat dengan sekolah sehingga
kemungkinan untuk guru tersebut tidak masuk karena faktor jaraj sekolah yang jauh bisa
diminimalisir, serta menempatkan guru pada satuan pendidikan yang masih ada
kekosongan mapelnya sehingga guru yang bersangkutan masih bisa mendapatkan jam
yang sesuai dengan peraturan yang ada” (9 Juli 2018)

4. Dari tahapan-tahapan tersebut, menurut bapak tahapan mana yang paling berpengaruh dalam
manajemen penempatan tenaga pendidik sekolah menengah pertama negeri Kabupaten Tanjung Jabung
Barat? Mohon Penjelasannya!
164

KBKPS : “ menurut saya yang paling erpengaruh adalah tahap pengusulan dan analisis
ke utuhan..” (16 Juli 2018)
KDP : “menurut saya yang paling berpengaruh pada tahapan manajemen penempatan tenaga
pendidik adalah tahap pelaksanaan tes, pemberkasan, pengangkatan dan penempatan
itu sendiri” (5 Juli 2018)
KPPD : “ Tahapan yang erpengaruh pada manejmen penempatan tenaga pendidik menurut
saya semua tahapan saling berpengaruh karena merupakan sistem mata rantai, antara
satu sama lain ya tidak oleh terputus” (12 Juli 2018).
KBGTK :”dari tahapan-tahapan yang saya sampaikan diatas, tahapan yang paling berpengaruh
adalah melihat kebutuhan guru di satuan pendidikan” ( 9 Juli 2018)

5. Menurut Bapak, sebaiknya bagaimana tahap-tahap manajemen penempatan tenaga pendidik sekolah
menengah pertama negeri di Kabupaten Tanjung Jabung Barat? Mohon penjelasannya!
KBKPS : “ Ya…menurut saya…. erdasarka analisis ke utuhan saja dan kemudian usulkan” (16
Juli 2018)
KDP :”sudah erjalan dengan lancar” (5 Juli 2018)
KPPD : “Yaitu dengan cara melakukan pendataan ulang secara real tentang guru” (12 Juli 2018)
KBGTK :”seperti yang telah saya jelaskan diatas, yaitu melalui tiga tahap” (9 Juli 2018).
165

C. Rumusan Masalah 3 Bagaimana Upaya Manajemen Penempatan Tenaga Pendidik di Sekolah


Menengah Pertama Negeri (SMPN) di Kabupaten Tanjung Jabung Barat?
1. Menurut Bapak, bagaimana upaya manajemen penempatan tenaga pendidik di sekolah menengah
pertama negeri di Kabupaten Tanjung Jabung Barat?
KBKPS : “ saya pikir upaya manajemen penenpatan tenaga pendidik yaitu erdasarkan usulan
dan analisis kebutuhan kemudian memberikan mereka fasiulitas yang memadai
seperti rumah dinas dan tunjangan khusus”(16 Juli 2018)
KDP :”Penempatan tenaga pendidik sudah erdasarkan formasi yang telah diusulkan
kepada ENPAN RB” (5 Juli 2018).
KPPD : “Menurut hemat saya upaya manajemen penempatan tenaga pendidik di SMPN
tanjabbar adalah dengan cara melakukan pengkajian terkait kebutuhan guru per
wilayah, dan juga dengan menggunakan rasio per andingan”( 12 Juli 2018).
KBGTK : “menurut saya, upaya manajemen pendistribusian penempatan guru di SMPN
Tanjabbar adalah dengan memperhatikan keseimbanagn antara penempatan dan
kebutuhan serta ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku bagi pegawai
negeri” (9 Juli 2018)
2. Apakah upaya manajemen penempatan tenaga pendidik di sekolah menegah pertama negeri di
Kabupaten Tanjung Jabung barat sesuai denga peraturan dan regulasi nasional? Ataukan regulasi
daerah?
KBKPS : “hhmmmm….sudah sesuai dengan aturan yang ada” (16 Juli 2018)
KDP : “Sudah sesuai dengan aturan” (5 Juli 2018)
KPPD : “Ya…sudah tepat” (12 Juli 2018)
166

KBGTK : “pastinya upaya terse ut erdasarkan regulasi nasional yang disesuaikan dengan
regulasi daerah: (9 Juli 2018).

3. Bisakah Bapak menjelaskan hal-hal apa saja yang mempengaruhi upaya manajemen penempatan
tenaga pendidik sekolah menengah pertama negeri di Kabupaten Tanjung Jabung Barat?
KBKPS : “ seperti yang saya sampaikan se elumnya…..yang erpengaruh adalah usualn dan
analisis ke utuhan” (16 Juli 2018)
KDP : hal yang berpengaruh menurut saya adalah usulan formasi dan pengangkatAN CPNS
tenaga pendidik” (5 Juli 2018)
KPPD : “ menurut saya yang erpengaruh dalam upaya manajemen penempatan tenaga pendidik
adalah ketersediaan guru dan jumlahpenempatan rekrutmen guru” (12 Juli 2018).
KBGTK :”ooo… aiklah, jadi… hal-hal yang mempengaruhi upaya tersebut adalah dalam bentuk
latar belakang pendidikan, pemenuhan beban tugas guru, dan kemungkinan adanya perangkapan
tugas mata pelajaran lain kalau ada kekurangan guru: (9 juli 2019).

4. Menurut Bapak, upaya manajemen penempatan tenaga pendidik sekolah menengah pertama yang
bagaimanakah sebaiknya dilakukan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat? Mohon Penjelasannya!
KBKPS : “ menurut saya…yang telah dilalui saat ini sudah cukup baik, hanya saja masih kurang
tenaga pendidiknya” (16 Juli 2018)
KDP : “apa yang dilakukan saat ini sudah erjaan sesuai aturan, hanya penempatan yang
bukan PNS berdasarkan kebutuhan sekolah masing-masing” (5 Juli 2018)
167

KPPD : “ya.., sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku, insha
allah….manajemen penenpatan tenaga pendidik dapat dilaksanakan” (12 Juli 2018).
KBGTK : “upaya pengelolaan penempatan guru di wilayah ini menurut saya yang tepat adalah
sesuai dengan prinsip pemerataan yaitu keseimbangan dan kebutuhan berdasarkan
masing-masing wilayah yang ada di kecamatan Ka upaten Tanja ar” (9 Juli 2018)

5. Apakah menurut Bapak, upaya manajemen penempatan tersebut mampu mengatasi ketidakseimbangan
penempatan tenaga pendidik sekolah menengah pertama di Kabupaten Tanjung Jabung Barat? Mohon
penjelasannya.
KBKPS : “ kalau untuk mengatasi ketidakseim angan penempatan tenaga pendidik, menurut
saya sudah tepat….namun yang menjadi kendala jumlah tenaga pendidik pada mapel
tertentu yang diusulkan masih kurang” (16 Juli 2018)
KDP :Menurut saya belum adanya penerimaan CPNS secara resmi oleh Pemerintah, maka
sekolah melakukan penerimaan tenaga pendidik melalui jalur honor sekolah yang
dibiayai melalui dana BOS”(5 Juli 2018)
KPPD : “ya…insha allah dapat mengatasi ketidak seim angan terse ut, jika dilakasanakan
sesuai aturan dan perundang-undangan yang erlaku” (12 Juli 2018).
KBGTK : “oooo….. iya pastinya, karena upaya tersebut adalah menyesuaikan dengan kebutuhan
yang ada di satuan pendidikan” (9 Juli 2018)
168
169
170

CURRICULUM VITAE

Jumali, dilahirkan pada tanggal 31 Desember 1965 di Desa


Laba Rosoan Kecamatan.Enrekang, Kabupaten Enrekang
provinsi Sulawesi Selatan merupakan anak ke tiga dari
duabelas bersaudara dari ayah yang bernama (Alm). H.
Buchari dan Ibu (Alm).Hj. Jari.
Riwayat pendidikan dimulai dengan menyelesaikan pendidikan Dasar di
Sekolah Dasar Dadeko pada tahun 1979. Kemudian melanjutkan pendidikan ke
jenjang menengah pertama pada Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di MTS
Muhammadiyah Enrekang Pare-Pare, selesai pada tahun 1982, kemudian
melanjutkan ke jenjang menengah atas pada Madrasah Aliyah Muhammadiyah
Enrekang, Pare-Pare selesai pada tahun 1985. Selanjutnya melanjutkan ke jenjang
pendidikan tinggi di STKIP Muhammadiyah Enrekang, Pare-Pare pada Program
Studi PLS dan lulus pada tahun 1990.
Pengalaman pekerjaan dimulai pada tahun 1993 diangkat PNS sebagai guru
pada SMA Negeri 2 Kuala Tungkal. 2001 sebagai Kasi Kurikulum Pendidikan
Negeri/Swasta di kabupaten Tanjung Jabung Barat, tahun 2005 s/d 2008 sebagai
Kabid TGT, tahun 2009 s.d tahun 2011 sebagai Kabid Dikdas, tahun 2013 s.d tahun
2016 sebagai Kasudbid pada Badan Kwsbang Pol dan akhir tahun 2016 hingga
sekarang sebagai Kabid PAUD Dikmas Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Tanjung
Jabung Barat.

Anda mungkin juga menyukai