Anda di halaman 1dari 14

TUGAS METODOLOGI PENELITIAN KUALITATIF

“KRITERIA DAN TEKNIK KEABSAHAN DATA

PENELITIAN KUALITATIF ”

OLEH:

FAHMIKA WAHYU(1211040016)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2015
“KRITERIA DAN TEKNIK KEABSAHAN DATA PENELITIAN KUALITATIF”

Dalam pengetahuan penelitian kualitatif itu sejak awal pada dasarnya sudah ada usaha
meningkatkan derajat kepercayaan data yang disebut dengan keabsahan data. Pemeriksaan
terhadap keabsahan data pada dasarnya, selain digunakan untuk menyanggah balik apa yang
dituduhkan kepada penelitian kualitatif mengatakan bahwa tidak ilmiah, juga merupakan
sebagian unsur yang tidak dapat dipisahkan dari pengetahuan penelitian kualitatif. Tiga pokok
yang akan dibahas dalam makalah ini adalah alasan dan acuan. Kriteria keabsahan data, dan
teknik pemeriksaan keabsahan data.

A. Alasan dan Acuan


Keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbaharui dari konsep kesahihan
(validitas) dan reliabilitas menurut versi “positivisme” dan disesuaikan dengan tuntutan
pengetahuan, kriteria, dan paradigmanya sendiri (Moleong, 1993: 171). Mula-mula hal itu
harus dilihat dari segi kriteria yang digunakan oleh nonkualitatif. Istilah yang digunakan oleh
mereka antara lain adalah “validitas internal, validitas eksternal dan reliabilitas”.
1. Validitas internal
Dinyatakan sebagai variasi yang terjadi pada variabel terikat dapat ditandai sejauh
variasi pada variabel bebas dapat dikontrol. Karena banyak faktor yang mungkin berpengaruh
dalam suatu hubungan sebab akibat maka digunakan kontrol atau randomisasi sebagai upaya
mengisolasi variabel bebasnya.
2. Validitas eksternal
Menurut Cook dan Campbell ( 1967: 37) Validitas eksternal , ialah perkiraan validitas
yang diinferensikan berdasarkan hubungan sebab akibat yang diduga terjadi, dapat
digeneralisasikan pada dan di antara ukuran alternatif sebab akibat dan diantara jenis orang,
latar dan waktu. Namun, seringkali terjadi latar yang digunakan itu berupa laboratorium,
terutama untuk kepentingan kontrol.
3. Reliabilitas
Menunjuk pada ketaatasasan pengukuran dan ukuran yang digunakan. Pengetesan
reliabilitas biasanya dilakukan melalui replikasi sebagaimana yang dilakukan terhadap
pengukuran butir-butir ganjil-genap, dengan jalan tes retes, atau dalam korelasi bentuk
parallel. Teknik ini harus betul-betul dilakukan jika menginginkan alat pengukuran yang
benar-benar reliabel. Persoalan yang dihadapi biasanya tidak mudah karena ancaman-
ancaman seperti tindakan peneliti yang kurang hati-hati dalam proses pengukuran, instrument
penelitian yang tidak sempurna, pengukuran yang berlangsung tidak terlalu lama, berbagai
macam kebingungan, dan faktor-faktor lainnya.
Menurut Moleong ( 1993: 172) uraian di atas memberikan kesan bahwa dari segi
validitas dan reliabilitas, bila tidak dilakukan dengan benar dan tepat serta kehati-hatian, maka
ancaman terhadap pengotoran data akan menjadi kenyataan. Hal ini sejalan dengan apa yang
dikemukakan oleh Kirk dan Miller (1986:21). Oleh karena itu, ukuran pada suatu tingkatan
tertentu mempunyai kelemahan dan ketepatan pengukurannya sangatlah terbatas.
Uraian di atas juga menyatakan banyaknya kelemahan dari penggunaan ukuran validitas
dan reliabilitas dari tinjauan pandangan nonkualitatif itu sendiri. Dilihat dari sisi yang lain,
penelitian kualitatif dengan paradigma alamiahnya yang berbeda dengan paradigma
nonkualitatif jelas tidak dapat menggunakan kriteria validitas dan reliabilitas tersebut. Hal ini
sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Lincoln dan Guba (1981:294) yang menyatakan
bahwa dasar kepercayaan yang berbeda mengarah.pada tuntutan pengetahuan dan kriteria
yang berbeda.
Berdasarkan hal-hal tersebut maka paradigma alamiah menggunakan kriteria yang
tentunya disesuaikan dengan tuntutan inkuirinya sehingga pendefinisian kembali kriteria
tersebut merupakan tuntutan yang tidak dapat diletakkan (Moleong, 1993: 172-173).
Pendefinisian kembali itu jelas mengarah pada teknik kontrol atau pengawasan terhadap
keabsahan data yang perlu pula direformulasikan Kriteria Keabsahan Data
B. Kriteria Keabsahan Data
Menurut Moleong ( 1993: 173) untuk menetapkan keabsahan (trustworthiness) data
diperlukan teknik pemeriksaan. Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas sejumlah
kriteria tertentu. Ada empat kriteria yang digunakan yaitu derajat kepercayaan (credibility),
keteralihan (transferability), kebergantungan (dependability), dan kepastian (confirmability).
1. Derajat Kepercayaan (credibility)
Kriterium ini pada dasarnya menggantikan konsep validitas internal dari nonkualitatif.
Menurut Moleong ( 1993: 173) derajat kepercayaan berfungsi :
 Melaksanakan inkuiri sedemikian rupa sehingga tingkat kepercayaan penemuanya
dapat tercapai.
 Kedua, mempertunjukkan derajat kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan jalan
pembuktian oleh peneliti pada kenyataan ganda yang sedang diteliti.
2. Kriterium Keteralihan (transferability)
Hal ini berbeda dengan validitas internal dari nonkualitatif. Konsep validitas itu
menyatakan bahwa generalisasi suatu penemuan dapat berlaku atau diterapkan pada semua
konteks dalam populasi yang sama atas dasar penemuan yang diperoleh pada sampel yang
secara representatif mewakili populasi itu.
Sedangkan keteralihan sebagai persoalan empiris bergantung pada kesamaan antara
konteks pengirim dan penerima. Untuk melakukan pengalihan tersebut seorang peneliti
mencari dan menggumpulkan kejadian empiris tentang kesamaan konteks. Dengan demikian
peneliti bertanggung jawab untuk menyediakan data deskriptif secukupnya jika ia ingin
membuat keputusan tentang pengalihan tersebut. Untuk keperluan itu peneliti harus
melakukan penelitian kecil untuk memastiksn usaha verifikasi tersebut.
3. Kriterium Kebergantungan (dependability)
Kriterium ini merupakan suatu substitusi istilah realibilitas dalam penelitian yang non
kualitatif. Pada cara nonkualitatif, realibitas ditunjukkan dengan jalan mengadakan replikasi
studi. Jika dua atau beberapa kali diadakan pengulangan suatu studi dalam suatu kondisi yang
sama dan hasilnya secara esensial sama maka dikatakan realibitasnya tercapai ( Moleong,
1993: 174). Persoalan yang amat sulit dicapai disini adalah bagaimana mencari kondisi yang
benar-benar sama.
Selain itu, terjadi pula ketidakpercayaan pada instrumen penilaian. Meskipun demikian,
paradigma alamiah menggunakan kedua persoalan tersebut sebagai pertimbangan, kemudian
mencapai suatu kesimpulan untuk menggantinya dengan kriterium kebergantungan. Konsep
kebergantungan lebih luas dari pada realibilitas . hal tersebut disebabkan peninjauan yang dari
segi bahwa konsep itu diperthitungkan segala-galanya yaitu yang ada pada  realibilitas itu
sendiri ditambah faktor-faktor lainya yang tersangkut.
4. Kriterium Kepastian (confirmability)
Kriterium kepastian berasal dari konsep “objektivitas” menurut nonkualitatif. Non
kualitatif menetapkan objektivitas dari segi kesepakatan antar subjek. Di sini pemastian
bahwa sesuatu itu objektif atau tidak bergantung pada persetujuan dari beberapa orang
terhadap pandangan, pendapat dan penemuan seseorang. Dapatlah dikatakan bahwa
pengalaman seseorang itu subjektif sedangkan jika disepakati oleh beberapa atau banyak
orang barulah dapat dikatakan objektif. Jadi dalam hal ini objektivitas-subjektivitasnya suatu
hal itu bergantung pada orangnya.
Menurut Scraiven ( 1971), selain itu masih ada unsur “kualitas” yang melekat pada
konsep objektivitas tersebut. Hal itu dapat digali dari pengertian bahwa jika sesuatu itu
objektif, berarti dapat dipercaya, factual, dan dapat dipastikan.
Jika non kualitatif menekankan pada orang maka penelitian alami menghendaki agar
penekanan bukan pada orangnya, melainkan pada data. Dengan demikian kebergantungan itu
bukan lagi terletak pada orangnya melainkan pada datanya itu sendiri. Jadi, isinya disini
bukan lagi berkaitan dengan ciri penyidik melainkan berkaitan dengan ciri-ciri data.
C. Teknik Pemeriksaan Data
Ikhtisar Kriteria Dan Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Kriteria Teknik Pemeriksaan


Kredibilitas 1. Perpanjangan Keikutsertaan
2. Ketekunan Pengamatan
3. Triangulasi
4. Pengecekan Sejawat
5. Kecukupan Referensi
6. Kajian Kasus Negatif
7. Pengecekan Anggota
Keterangan 8. Uraian Rinci
Kebergantungan 9. Audit Kebergantungan
Kepastian 10. Audit Kepastian

1. Perpanjangan Keikutsertaan
Keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan data. Keikutertaan tidak
hanya dilakukan dalam waktu singkat, tetapi memerlukan perpanjangan keikutsertaan peneliti
pada latar penelitian.
Menurut Moleong ( 1993: 176) perpanjangan keikutsertaan peneliti akan
memungkinkan meningkatkan derajat kepercayaan data yang dikumpulkan. Karena peneliti
dengan perpanjangan keikutsertaannya akan banyak mempelajari “kebudayaan” dapat
menguji ketidakbenaran informasi yang diperkenalkan oleh distorsi, baik yang berasal dari
diri sendiri maupun dari responden, dan membangun kepercayaan subjek. Dengan demikian,
penting sekali arti perpanjangan keikutsertaan peneliti itu guna berorientasi dengan situasi,
juga guna memastikan apakah konteks itu dipahami dan dihayati. Disamping itu membangun
kepercayaan antara subjek dan peneliti memerlukan waktu yang cukup lama.
2. Ketekunan Pengamatan
Ketekunan pengamatan bermaksud menemukan cirri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi
yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan
diri pada hal-hal tersebut secara rinci. Dengan kata lain jika perpanjangan keikutsertaan
menyediakan lingkup, maka ketekunan pengamatan menyediakan kedalaman (Moleong,
1993:177).
Hal tersebut berarti bahwa peneliti hendaknya melakukan pengamatan secara lebih
cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian data dan urutan peritiwa
akan dapat direkam secara pasti dan sistematis. Dengan ketekunan pengamatan, maka peneliti
dapat melakukan pengecekan kembali apakah data yang telah ditemukan itu salah atau tidak,
selain itu peneliti juga dapat memberikan deskripsi data yang akurat dan sistematis tentang
apa yang diamati.
3. Triangulasi
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan kebsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang
lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.
Teknik triangulasi yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui sumber lainnya.
Denzin (1978) membedakan empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang
memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik, dan teori.
a. Triangualasi Sumber
Triangualasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara
mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Triangulasi dengan sumber
berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yag
diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif (Patton 1987:331) .
Hal tersebut dapat dicapai melalui:
 Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara,
 Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa yang
dikatakanya secara pribadi,
 Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa
yang dikatakanya sepanjang waktu,
 Membandingkan keadaan dan prespektif seseorang dengan berbagai pendapat dan
pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang berpendidikan menegah atau tinggi ,
orang berada , orang pemerintahan
 Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.
b. Triangulasi degan metode
Menurut (Patton 1987:329) terdapat dua strategi, yaitu:
 Pengecekan derajat kepercayaaan menemukan hasil penelitian beberapa teknik
penggumpulan data,
 Pengecekan derajat kepercayaan bebrapa sumber data dengan metode yang sama.
c. Triangulasi dengan penyidik
Menurut Moleong ( 1993: 178) triangulasi dengan penyidik dilakukan jalan
memanfaatkan peneliti atau pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan kembali derajat
kepercayaan data. Pemanfaatan pengamat lainnya membantu menggurangi kemencengan
dalam pegumpulan data.
d. Triangulasi dengan teori
Menurut Lincon dan Guba (1981:307), berdasarkan anggapan bahwa fakta tertentu
tidak dapat diperiksa derajat kepercayaanya dengan satu atau lebih teori. Di pihak lain
Patton (1987: 327) juga berpendapat yaitu, bahwa hal itu dapat dilakukan dan hal itu
dinamakan penjelasan banding (rival exsplanations).
4. Pemeriksaan Sejawat Melalui Diskusi
Teknik ini dilakukan dengan cara mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang
diperoleh dalam bentuk diskusi analitik dengan rekan-rekan sejawat (Moleong, 1993: 179).
Teknik ini mengandung beberapa maksud sebagai salah satu teknik pemeriksaan keabsahan
data yaitu:
 Untuk membuat agar peneliti tetap mempertahankan sikap terbuka dan kejujuran.
Dalam diskusi analitik tersebut kemencengan peneliti disingkap  dan pengertian
mendalam ditelaah yang nantinya menjadi dasar bagi klarifikasi penafsiran.
 Diskusi dengan teman sejawat memberikan kesempatan awal yang baik untuk
menjaajaki dan menguji hipotesis yang muncul dari pemikiran peneliti. Ada
kemungkina hipotesis yang muncul dalam benak peneliti sudah dapt dikonfirmasikan ,
tetapi dalam diskusi analitik ini mungkin sekali dapat terungkap segi-segi lainya justru
membongkar pemikiran peneliti.sekiranya peneliti tidak dapat mempertahankan
posisinya , maka dia perlu mempertimbangkan kembali arah hipotesisnya itu.

Dengan demikian pemeriksaan sejawat berarti pemeriksaan yang dilakukan dengan


jalan mengumpulkan rekan-rekan yang sebaya, yang memiliki pengetahun umum yang sama
tentang apa yang sedang diteliti, sehingga bersama mereka peneliti dapat mereview persepsi,
pandangan dan analisis yang sedang dilakukan. Jika hal itu dilakukan maka hasilnya adalah:
a. Menyediakan pandangan kritis.
b. Mengetes hipotesis kerja (temuan teori substantif).
c. Membantu mengembangkan langkah berikutnya.
d. Melayani sebagai pembanding.
5. Analisis Kasus Negatif
Teknik  analisis kasus negatif dilakukan dengan jalan menggumpulkan contoh dan
kasus yang tidak sesuai dengan pola dan kecendrungan informasi yang telah dikumpulkan dan
digunakan sebagi bahan pembanding (Moleong, 1993: 180).  Kasus negatif digunakan sebagi
kasus negatif untuk menjelaskan hipotesis alternatif sebagi upaya meningkatkan argumentasi
penemuan.
Kasus negatif adalah kasus yang tidak sesuai dengan hasil penelitian hingga pada saat
tertentu. Kajian analisis negatif berarti peneliti mencari data yang berbeda atau bahkan
bertentangan dengan data yang telah ditemukan. Bila tidak ada lagi data yang berbeda atau
bertentangan dengan data yang ditemukan, berarti data yang ditemukan sudah dapat
dipercaya.
6. Kecukupan referensi
Kecukupan referensial mula-mula diusulkan oleh Eisner (1975) dalam Lincon dan Guba
, 1981:313) sebagai alat untuk menampung dan menyesuaikan dengan kritik tertulis untuk
keperluan evaluasi , Film atau video-tape, dapat digunakan sebagi alat perekam pada saat
senggang dapat dimanfaatkan untuk membandingkan hasil yang diperoleh dengan kritik yang
terkumpul.
Yang dimaksud bahan refensi disini adalah adanya pendukung untuk membuktikan data
yang telah ditemukan oleh peneliti. Sebagai contoh: data hasil wawancara perlu didukung
dengan adanya rekaman wawancara. Jadi bahan-bahan yang tercatat dan terekam dapat
digunakan sebagi patokan untuk menguji sewaktu diadakan analisis dan penafsiran data.
7. Pengecekan anggota
Pengecekan dengan anggota yang terlibat dalam proses pengumpulan data sangat
penting dalam pemeriksaan derajat kepercayaan (Moleong, 1993: 181). Yang dicek dengan
anggota yang terlibat, meliputi data, kategori analisis, penafsiran, dan kesimpulan.
Pengecekan anggota dapat dilakukan secara formal maupun tidak formal. Pengecekan
secara formal dilakukan dalam bentuk diskusi dengan anggota yang terlibat yang cukup
berpengalaman dan berpengetahuan. Sedangkan untuk pengecekan secara informal dapat
bermanfaat dalam berbagai hal, salah satunya adalah memberikan kesempatan kepada
responden agar dapat memberikan data tambahan karena pemberian konsep tulisan peneliti.
Pengecekan anggota berarti peneliti mengumpulkan para peserta yang telah ikut
menjadi sumber data dan mengecek kebenaran data dan interpretasinya. Hal itu dilakukan
dengan jalan:
 Penilaian dilakukan oleh responden
 Mengoreksi kekeliruan
 Menyediakan tambahan informasi secara sukarela,
 Memasukkan responden dalam kancah penelitian, menciptakan kesempatan untuk
mengikhtiyarkan sebagai langkah awal analisis data,
 Menilai kecukupan menyeluruh data yang dikumpulkan.
8. Uraian rinci
Teknik ini menuntut peneliti agar melaporkan hasil penelitian sehingga uraiannya itu
dilakukan seteliti dan secermat mungkin yang menggambarkan konteks tempat penelitian
diselenggarakan . Jelas laporan itu harus mengacu pada fokus penelitian (Moleong, 1993:
183).
Uraiannya harus mengungkapkan secara khusus sekali segala sesuatu yang dibutuhkan
oleh pembaca agar ia dapat memahami penemuan-penemuan yang diperoleh. Penemuan itu
sendiri tentunya bukan dari bagian uraian rinci melainkan penafsirannya yang dilakukan
dalam bentuk uraian rinci dengan segala macam pertanggung jawaban berdasarkan kejadian-
kejadian nyata.
Uraian rinci merupakan usaha membangun keteralihan dalam penelitian kualitatif
dilakukan dengan cara uraian rinci (Thick description) keteralihan tergantung pada
pengetahuan sseorang peneliti tentang konteks pengertian dan konteks penerimaan.
9. Auditing
Auditing adalah konsep bisnis, khususnya di bidang fiskal yang dimanfaatkan untuk
memeriksa kebergantungan dan kepastian data. Hal itu dilakukan baik terhadap proses
maupun terhadap hasil atau keluaran.
Penelusuran audit (audit trail) tidak dapat dilaksanakan apabila tidak dilengkapi dengan
catatan-catatan pelaksanaan keseluruhan proses dan hasil studi. Pencatatan pelaksanaan itu
perlu diklasifikasikan terlebih dahulu sebelum auditing itu dilakukan sebagaimana yang
dilakukan pada auditing fiskal.
Klasifikasi itu dapat dilakukan seperti yang diselenggarakan oleh Halpern (1983, dalam
Lincoln dan Guba, 1985: 319-319), sebagai berikut:
 Data mentah, termasuk bahan yang direkam secara elektronik, catatan lapangan tertulis,
dokumen, foto, dan semacamnya serta hasil survei;
 Data yang direduksi dan hasil kajian, termasuk di dalamnya penulisan secara lengkap
catatan lapangan, ikhtisar catatan, informasi yang dibuat per satuan seperti kartu,
ikhtisar data kuantitatif (jika ada), dan catatan teori seperti hepotesis kerja, konsep, dan
semacamnya.
 Reduksi data dan hasil sintesis, termasuk didalamnya struktur kategori: tema, definisi,
dan hubungan-hubungannya; temuan dan kesimpulan; laporan akhir dan hubungannya
dengan keputakaan metakhir, integrasi konsephubungan dan penafsirannya.
 Catatan tentang proses penyelenggaraan, temasuk didalamnya catatan metodologi:
prosedur, desain, strategi, rasional; catatan tentang keabsahan data: berkaitan dengan
derajat kepercayaan, kebergantungan, dan kepastian; dan penelusuran audit.
 Bahan yang berkaitan dengan maksud dan keinginan, termasuk usulan penelitian,
catatan pribadi: catatan reflektif dan motivasi; dan harapan: harapan dan peramalan.
 Informasi tentang pengembangan instrumen, termasuk berbagai formulir yang
digunakan untuk penjajakan, jadwal pendahuluan, format pengamat, dan survei.
Keabsahan data dapat dipengaruhi oleh prasangka, asumsi, pola pikir dan pengetahuan
yang kita miliki dari pengalaman dan literature karena hal ini dapat menghambat kemampuan
kita dalam melihat apa yang signifikan dalam data, atau menghambat kita dalam beranjak dari
tingkat analisis deskriptif ke analisis teoritik.
Terdapat sejumlah teknik untuk mengatasi masalah ini. Teknik-teknik tersebut meliputi:
a. Penggunaan Tanya jawab
Tujuan penggunaan pertanyaan adalah untuk membuka data: memikirkan katagori
yang memungkinkan sifat dan ukurannya. Kesemuanya itu membantu kita mengajukan
pertanyaan secara lebih tepat dalam wawancara selanjutnya, atau dalam bacaan yang
berkaitan dalam literature, bukan bearti berupa pertanyaan untuk menunjukkan
“sebenarnya” dalam data ini melainkan kita dapat mengetahui pertanyaan yang akan
diajukan. Pertanyaan dasarnya adalah: Siapa?, Kapan?, dimana?, apa?, bagaimana?,
seberapa?, dan mengapa.
b. Analisis satu kata, frase dan kalimat
Peneliti tidak perlu menggunakan seluruh paragraph atau sejumlah pertanyaan
untuk membuka data. Hal ini dapat dilakukan dengan kalimat, frase atau terkadang
bahkan dengan satu kata. Analisis ini mengajarkan kita bagaimana menjawab
pertanyaan tentang makna yang mungkin timbul, baik yang diasumsikan maupun yang
dimaksud oleh pembicara, ataupun yang tengah dibicarakan serta untuk menguji dan
mengajukan pertanyaan tentangnya.
c. Prosedur flip flop
Teknik ini berupa membalik konsep dominasi atas bawah, dan membayangkannya
yang akan dikerjakan adalah membuat perbandingan pada suatu ukuran yang sangat
membedakan adalah dari yang tertinggi hingga yang terendah, hal ini membantu anda
untuk lebih berpikir secara analitik daripada deskriptif tentang data, dan untuk berpikir
tentang pertanyaan yang mungkin timbul.
d. Melakukan perbandingan mendekat dan perbandingan menjauh
Masalah analitiknya adalah tidak pernah menganggap segala sesuatu selalu benar,
laporan yang dikerjakan harus ditutup pada banyak kemungkinan yang bias jadi
merupakan kunci jawaban bagi salah satu masalah penelitian. Kata-kata dan frase harus
diperlakukan sebagai tanda untuk mengetahui fenomena dengan lebih tepat.
Dalam penerapan teknik ini, yang sangat dibutuhkan adalah :
 Pertama: penyabaran diri, banyak melatih diri, dan meyakini kemampuan diri sendiri
dalam belajar,
 Kedua: Teknik ini harus dimanfaatkan jika ingin membuka data, dan memberi
keluluasaan bagi kemampuan kreatif dan kepekaan teoritik yang anda miliki. Jika anda
tidak menggunakannya maka penemuan anda tidaklah maksimal dan teori anda akan
lemah secara konseptual dan kurang valid.
 Ketiga: Jangan sekali kali menentukan apapun pada data, ini bearti bahwa awalnya,
setiap konsep, kategori atau hipotesis yang dihasilkan dari penggunaan prosedur kreatif
ini haruslah dianggap sementara, Prosedur tersebut berfungsi untuk membuat peka
seorang peneliti dalam mengetahui apa yang harus dicari. Prosedur tersebut dirancang
untuk menggerakkan keleluasaan berpikir dalam membangkitkan kepekaan, gagasan
yang berkembang dari penggunaan teknik ini jangan dicampuradukkan dengan data,
gagasan tersebut hanya merupakan kemungkinan hipotesa yang harus selalu didukung
dengan data actual.
 Keempat: Teknik ini hanya dipakai sebagai alat bantu analisis, tidak pada setiap catatan
lapangan ataupun wawancara. Teknik ini bermanfaat terutama dalam menganalisis
beberapa wawancara pertama, pengamatan lapangan dan dokumen, karena dapat
membantu melihat apa yang ada dalam data.
Dalam analisis teknik tersebut juga sangat bermanfaat ketika anda bingung, pikiran
terasa buntu, ataupun merasa tidak yakin untuk mengarah kemana analisis dan pengumpulan
data selanjutnya. Teknik tersebut merupakan perangkat yang efektif. Meski begitu, seperti
halnya semua perangkat, anda harus mempelajari bagaimana dan kapan menggunakannya.
Didalam auditing terdapat audit kebergantungan dan audit kepastian, adapun yang
dilakukan dalam kedua audit tersebut ialah:
“Audit kebergantungan”
a. Memastikan peneliti menggunakan metodologi yang tepat
b. Memastikan proses pengumpulan data secara lengkap
c. Memastikan proses dan hasil analisis atas data yang ada
d. Memastikan ’objektivitas’ peneliti
e. Memeriksa kasus negatif, jika ada.
“Auditing Kepastian”
a. Memastikan apakah hasil penelitian benar-benar berasal dari data yang ada.
b. Menelusuri jejak audit data mentah
c. Menguji kelogisan hasil penelitian
d. Menilai derajat ketelitian
e. Memeriksa peneliti dalam melaksanakan pemeriksaan data.

\
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2010. “ Teknik Keabsahan Data Kualitatif “.


http://debluesearching.blogspot.com/2010/08/kualitatif-teknik-keabsahan-data.html.
Diakses pada tanggal 30 Maret 2015.
Dawam, nafimubarok, 2013. “ Metodologi Penelitian Pendidikan “.
http://nafimubarokdawam.blogspot.com/2013/05/metodologi-penelitian-
pendidikan.html. Diakses pada tanggal 31 Maret 2015.
Moleong, J. Lexy. 1993. “Metodologi Penelitian Kualitatif “ . Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya.
Imran, Yusida. 2010. “ Kriteria dan Teknik Keabsahan Data “.
https://yusidaimran.wordpress.com/2010/12/15/kriteria-dan-teknik-keabsahan-data/ .
Diakses pada tanggal 30 Maret 2015.

Anda mungkin juga menyukai