A. Pengertian akhlak
Menurut (Sahilun A,1980), kata “Akhlak” berasal dari bahasa arab, jamak dari
khuluqun ق ٌ ُ ُخلyang menurut bahasa berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau
tabiat. Kata tersebut mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan khalqun ق ٌ َخ ْل
yang berarti kejadian, yang juga erat hubungannya dengan khaliq ق ٌ ِ خَ الyang berarti
pencipta; demikian pula dengan akhluqun ق ٌ ْ َم ْخلُوyang berarti yang diciptakan.
Kata akhlak menunjukkan sejumlah sifat tabiat fitri atau asli pada manusia dan
sejumlah sifat yang diusahakan hingga seolah-olah fitrah akhlak ini memiliki dua
bentuk, pertama bersifat batiniyah (kejiwaan) dan yang kedua bersifat zahiriah yang
terwujud dalam perilaku.Menurut para ulama dan sarjana menuturkan bahwa akhlak
ditinjau dari aliran atau ajaran yang dianggap benar. Dalam aspek sosiologis juga
didefinisikan akhlak sesuai dengan disiplin ilmu sosiologi (ilmu dalam
bermasyarakat). Sedangkan menurut aliran idealisme didefinisikan sesuai dengan
aliran yang dianutnya.
Menurut aliran utilitarianisme (menekankan aspek kegunaan) dan naturalisme
(menekankan oada panggilan alam atau kejadian manusia itu sendiri atau fitahnya).
Maka jika sifat tersebut melahirkan suatu perbuatan atau tindakan yang terpuji
menurut ketentuan akal dan norma agama, dinamakan akhlak yang baik (mahmudah).
Tetapi manakala ia melahirkan perbuatan yang jahat, maka dinamakan akhlak yang
buruk (madzmumah).
Pengertian sikap positif yang termasuk dalam akhlak yang terlihat melalui
perilaku dapat ditunjukkan dengan beberapa sikap, tabiat, watak atau kebiasaan
misalkan sikap pemaaf, amanah, sabar, rendah hati, dll. Sedangkan sikap negatif
misalkan sikap pemarah, pendendam, dengki, khianat, sombong dll. Hal yang
menentukan apakah suatu perbuatan itu baik atau buruk adalah norma-norma agama
yang bersumber dari al-Haq yaitu Tuhan YME.
1. Dilakukan berulang-ulang
2. Timbul dengan sendirinya dan tanpa berfikir panjang
Moral adalah istilah yang digunakan untuk menentukan batas-batas suatu sifat,
perangai, kehendak, pendapat atau perbuatan yang layak dikatakan benar, salah, baik
dan buruk. Dimasukkannya penilaian benar atau salah ke dalam moral, jelas
menunjukkan salah satu perbedaan moral dan akhlak, sebab salah benar adalah
penilaian dipandang dari sudut hukum yang ada di dalam agama islam tidak dapat
dicerai pisahkan dengan akhlak, seperti yang telah disinggung di atas.
Akhlak islami berbeda dengan moral dan etika. Perbedaannya dapat dilihat
terutama dari sumber yang menentukan mana yang baik dan mana yang buruk. Yang
baik menurut akhlak adalah segala sesuatu yang berguna, yang sesuai dengan nilai
dan norma agama, nilai serta norma yang terdapat dalam masyarakat, bermanfaat bagi
diri sendiri dan orang lain.
Yang buruk adalah segala sesuatu yang tidak berguna, tidak sesuai dengan
nilai dan norma agama serta nilai dan norma masyarakat, merugikan masyarakat dan
diri sendiri. Yang menentukan baik atau buruk suatu sikap (akhlak) yang melahirkan
suatu perilaku atau perbuatan manusia di dalam agama dan ajaran islam adalah al
quran yang dijelaskan dan dikembangkan oelh Rasulullah dengan sunah beliau yang
kini dapat dibaca di dalam kitab-kitab hadist.
Yang menentukan perbuatan baik atau buruk dalam moral dan etika adalah
adat istiadat dan pikiran manusia dalam masyarakat pada suatu tempat di suatu masa.
Oleh karena itu dipandang dari sumbernya akhlak islami bersifat tetap dan berlaku
untuk selama-lamanya, sedang moral dan etika berlaku selama masa tertentu di suatu
tempat tertentu.
2. Keturunan
Salah satu yang menjadi dasar dalam penurunan moral dan etika adalah berasal
dari nenek moyang. Dalam Daras (2006) diilustrasikan bahwa manusia itu ibarat satu
pohon, dari batang ke cabang, kemudian dari cabang ke ranting akan menunjukkan
kesamaan atau paling tidak kemiripan. Begitu pula dalam diri manusia, moral
manusia adalah sebagian dari apa yang diwariskan oleh nenek moyang. Selain fisik
yang sama, kemungkinan akan memiliki sikap, perasaan, dan etika dalam hidup yang
sama. Sikap umum hingga khusus yang dapat diwariskan adalah sebagai berikut ini:
Manusia menurunkan selain sifat fisik juga mental yang berupa pembawaan
mental, moral, etika dan perasaan yang diwariskan kepada generasi
selanjutnya, hal ini adalah sebuah keistimewaan bagi manusia.
Selain sifat manusia yang diwariskan secara general, terdapat juga pengaruh
dari kebangsaan, suku atau ras. Umumnya setiap negara, suku dsb akan
mewariskan sifat-sifat khusus yang berasal dari hasil kebudayaan nilai norma
yang terbentuk di masyarakatnya. Hal ini termasuk ke dalam aspek
Antropoligi dan Etnologi.
Sifat yang paling inti adalah sifat yang diturunkan oleh keluarga yang
dipimpin oleh kedua orang tua sebagai indukkan. Sifat fisik akan sangat nyata
kemiripannya atau kesamaannya, begitu juga dengan pewarisan tentang sikap,
nilai dan norma yang tertanam di dalam jiwa manusia yang menghadirkan
bentuk moral padanya.
3. ‘Azam
Azam adalah sebuah kemauan atau keinginan yang keras yang hadir dalam
pemikiran dan hati manusia untuk dpat melaksanakan suatu hal tertentu. ‘Azam ini
akan membawa manusia dalam kekerasan hati untuk berlaku yang baik atau yang
buruk. Telah dicontohkan pada diri Rasulullah SAW, tentang sikap keras pada
pendirian dan kemauan yang besar untuk bertahan dalam menghadapai sesuatu demi
kebaikan, hal inilah yang seharusnya kita contoh. Ada dua contoh kehendak yaitu:
Kelemahan kehendak, yaitu sikap kurang adanya kemauan untuk berjuang,
untuk bertahan atau dengan kata lain dapat digambarkan sebagai sikap mudah
menyerah. Kurangnya kemauan menyebabkan manusia malas untuk berusaha.
Kehendak yang kuat tetapi kearah yang salah, hal ini dapat ditunjukkan
dengan pola hidup yang merusak dan dzalim.
5. Kebiasaan
Perilaku yang dilakukan berulang-ulang sehingga menyebabkan syaraf otak
kita menjadi terpengaruh dan menjadikannya perbuatan rutinan yang kita lakukan.
Secara lebih rinci, setiap kali kita melakukan perbuatan maka hal itu akan membekas
di dalam otak kita, maka apabila kita diminta untuk mengulanginya maka akan lebih
mudah bagi kita. Setiap kali perbuatan itu dilakukan akan semakin memberikan bekas
dan melatih otak untuk mengingat dan melakukan perbuatan itu.Untuk merubah
kebiasaan buruk menjadi kebiasaan baik maka hal yang dapat kita lakukan adalah
sebagai berikut,
6. Lingkungan
Lingkungan dalam hal ini menunjukkan adanya perbedaan akhlak manusia
berdasarkan lingkungannya, baik secara geografis maupun sosial. Secara sosial maka
manusia sebagai makhluk sosial pasti melakukan interaksi dengan masyarakat, hal ini
menimbulkan hadirnya pemahaman mengenai sikap-sikap yang kemudian tertanam di
dalam dirinya sehingga terbentuk menjadi akhlak.
Ruang lingkup akhlak sangat luas. Menurut Muhammad Abdullah Daras ada 5
bagian ruang lingkup diantaranya:
Ada 2 macam jenis pembagian akhlak yaitu akhlak mahmudah (akhlak terpuji) dan akhlak
madzmumah (akhlak tercela).
karimah berasal dari Bahasa Arab yang berarti akhlak yang mulia. Akhlakul karimah
biasanya disamakan dengan perbuatan atau nilai-nilai luhur tersebut memiliki sifat
terpuji (mahmudah)
secara vertikal dan horizontal. Nilai-nilai luhur yang bersifat terpuji tadi yaitu:
semua adat kebiasaan yang tercela yang sudah digariskan dalam agama Islam serta
Menurut Hamka, ada beberapa hal yang mendorong seseorang untuk berbuat baik,
diantaranya.
norma-norma atau ajaran Islam. Akhlak yang terpuji dibagi menjadi 2 bagian, yaitu:
1. Taat lahir
Taat lahir berarti melakukan seluruh amal ibadah yang diwajibkan Tuhan,
termasuk berbuat baik kepada sesama manusia dan lingkungan, dan dikerjakan oleh
a. Tobat, dikategorikan kepada taat lahir dilihat dari sikap dan tingkah laku
para sufi adalah fase awal perjalanan menuju Alloh (taqorub ila Alloh).
b. Amar makruf, dan nahi munkar, perbuatan yang dilakukan kepada manusia
kepada yang ma’ruf dan mencegah yang mungkar (QS. Ali Imron : 104).
c. Syukur, berterima kasih kepada nikmat yang telah dianugerahkan Alloh
kepada manusia dan seluruh makhluknya. Perbuatan ini termasuk yang sedikit
dilakukan oleh manusia, sebagaimana firman Alloh, dan sedikit sekali dari
2. Taat batin
Sedangkan taat batin adalah segala sifat yang baik, yang terpuji yang dilakukan
b. Sabar dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu sabar dalam beribadah, sabar
ketika dilanda mala petaka, sabar terhadap kehidupan dunia, sabar terhadap
c. Qana’ah, yaitu merasa cukup dan rela dengan pemberian yang dianugerahkan
Taat batin memiliki tingkatan yang lebih dibandingkan dengan taat lahir,
karena batin merupakan penggerak dan sebab bagi terciptanya ketaatan lahir. Dengan
terciptanya ketaatan batin (hati dan jiwa), maka pendekatan diri kepada Tuhan
bagian yaitu :
1. Maksiat lahir
Maksiat berasal dari Bahasa Arab, ma’siyah artinya “pelanggaran oleh orang yang
berakal baligh ( mukallaf), karena melakukan perbuatan yang dilarang, dan
meninggalkan pekerjaan yang diwajibkan oleh syariat Islam.
Maksiat dibagi menjadi beberapa bagian yaitu :
a. Maksiat lisan, seperti berkata-kata yang tidak memberikan manfaat,
berlebih-lebihan dalam percakapan, berbicara hal yang batil, berdebat dan
berbantah yang hanya mencari menangnya sendiri tanpa menghormati orang
lain, berkata kotor, mencaci maki atau mengucapkan kata laknat baik kepada
manusia, binatang maupun kepada benda-benda lainnya, menghina,
menertawakan atau merendahkan orang lain, berkata dusta, dan lain
sebagainya.
b. Maksiat telinga, seperti mendengarkan pembicaraan orang lain,
mendengarkan orang yang sedang mengumpat, mendengarkan orang yang
sedang namimah, mendengarkan nyanyian-nyanyian atau bunyi-bunyian
yang bisa melalaikan ibadah kepada Alloh SWT.
c. Maksiat mata, seperti melihat aurat wanita yang bukan muhrimnya, melihat
aurat laki-laki yang bukan muhrimnya, melihat orang lain dengan gaya
2. Maksiat batin
karena tidak terlihat, dan lebih sukar dihilangkan. Selama maksiat batin belum
dilenyapkan maksiat lahir tidak bisa dihindarkan dari manusia. Bahkan para sufi
menganggap maksiat batin sebagai najis maknawi, yang karena adanya najis tersebut,
hati. Sedangkan hati memiliki sifat yang tidak tetap, berbolak-balik, berubah-ubah,
sesuai dengan keadaan atau sesuatu yang mempengaruhinya. Hati terkadang baik,
simpati, dan kasih sayang, tetapi disaat lainnya hati terkadang hati jahat, pendendam,
Dengan kata lain, akhlak adalah suatu sistem yang mengatur perbuatan manusia baik
secara individu, kumpulan dan masyarakat dalam interaksi hidup antara manusia
dengan baik secara individu, kumpulan dan masyarakat dalam interaksi hidup antara
manusia dengan Allah, manusia sesama manusia, manusia dengan hewan, dengan
malaikat, dengan jin dan juga dengan alam sekitar. Maka dari itu pentingnya suatu
kaum memiliki akhlak yang bersumber dari Al-Qur’an dan As-Sunnah.