Anda di halaman 1dari 14

DDC: 324.

POLITIK ANGGARAN DALAM PELAKSANAAN


PILKADA SERENTAK DI INDONESIA

Nyimas Latifah Letty Aziz


Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
E-mail: nyimas.letty.@gmail.com

Diterima: 27-4-2016 Direvisi: 4-5-2016 Disetujui: 23-5-2016

ABSTRACT
This paper examines the politics of public budgeting related to the concurrent local elections that were held
on 9th December 2015 for the first time. The elections will be held for seven times from 2015 to 2027 in order to
reduce election costs. However, the budget process was not easy to imagine since the technical rules were still
unclear. Meanwhile, elites who are in power and have interests were also have strong influence to the budget
process. This paper attempts to examine how public participation needs to be improved in the budget process,
particularly in the budget process related to the concurrent local elections, thus it will creates the implementation
of budget democracy.

Keyword: politics of public budgeting, elections, public participation, budget democracy

ABSTRAK
Makalah ini mengkaji politik anggaran dalam pelaksanaan pilkada serentak yang diselenggarakan pertama
kalinya pada 9 Desember 2015. Pilkada serentak ini rencananya diselenggarakan sebanyak tujuh kali mulai 2015
sampai 2027 untuk menghemat biaya pilkada. Namun, proses anggaran tersebut tidaklah semudah yang dibayangkan
karena aturan-aturan teknis yang masih belum jelas. Sementara para elite yang berkuasa dan memiliki kepentingan
juga mempunyai pengaruh yang kuat dalam proses anggaran. Tulisan ini berupaya mengkaji bagaimana partisipasi
masyarakat perlu ditingkatkan dalam proses anggaran, khususnya dalam politik anggaran yang berhubungan dengan
pilkada serentak, sehingga akan menciptakan terwujudnya demokrasi anggaran.

Kata kunci: politik anggaran, pilkada serentak, partisipasi masyarakat, demokrasi anggaran

PENDAHULUAN atau tidak menyetujui pengajuan usulan anggaran


Anggaran merupakan salah satu alat penentu dari eksekutif. Apabila DPR tidak menyetujui
kebijakan ekonomi di Indonesia. Namun, proses usulan anggaran tersebut, pemerintah hanya bisa
penentuan anggaran erat kaitannya dengan proses menggunakan anggaran sesuai dengan Anggaran
politik sehingga lebih dikenal dengan nama politik Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun
anggaran. Kebijakan politik anggaran berkaitan lalu. Di sini, DPR memiliki fungsi penting untuk
dengan negara dan pemerintah untuk memberikan melakukan check and balances dalam rangka me-
jaminan sosial bagi pemenuhan kebutuhan publik. mastikan optimalisasi penggunaan anggaran sesuai
Namun, realitasnya, politik anggaran ditentukan dengan kebutuhan dan kepentingan masyarakat
oleh proses politik yang terjadi saat pengesahan sehingga efisiensi pelayanan publik tercapai.
anggaran di DPR/DPRD. Sebagai lembaga legis- Selain peningkatan kesejahteraan masyara-
latif, DPR/DPRD memiliki tiga fungsi, yang salah kat, hal lain yang menjadi penting disoroti
satunya adalah fungsi anggaran. adalah mengenai peningkatan demokrasi lokal.
Dalam menjalankan fungsi anggarannya, Pelaksanaan pemilihan kepala daerah secara
legislatif memiliki wewenang untuk menyetujui langsung, atau lebih dikenal sebagai pilkada lang-
sung, merupakan salah satu wujud peningkatan

51
demokrasi lokal. Namun, pelaksanaan pilkada stitusi M. Akil Mochtar pada 6 Januari 2014. Ratu
langsung pascareformasi politik 1998, sejak 2004 Atut kembali ditetapkan KPK sebagai tersangka
sampai 2014 telah menghabiskan banyak biaya. dalam kasus korupsi pengadaan alat kesehatan
Pada 2005, biaya yang dibutuhkan untuk pilkada (alkes) di Dinas Kesehatan Provinsi Banten tahun
langsung sebesar Rp1,3 triliun untuk penyeleng- anggaran 2011–2013. Ratu Atut ditetapkan seb-
garaan di 226 daerah yang diambil dari dana agai tersangka bersama adiknya, Tubagus Chaeri
APBN dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Wardana alias Wawan. Selain diduga mengatur
Daerah (APBD) (Kemendagri, 2015). Berikut- proyek pengadaan alkes di Banten, Atut diduga
nya, pada 2010, biaya penyelenggaraan pilkada melakukan pemerasan. Sementara Wawan, selaku
langsung meningkat menjadi Rp3,54 triliun bos PT Bali Pasific Pragama, diduga melakukan
untuk pemilukada di 244 daerah di Indonesia, penggelembungan harga (“Ini 10 Kepala,” 2015).
meliputi 7 pemilihan gubernur, 35 pemilihan wali Meninjau kondisi yang demikian, perlu adanya
kota, dan 202 pemilihan bupati. Biaya ini lebih perubahan undang-undang mengenai sistem dan
besar daripada biaya persiapan pemilu legislatif mekanisme pelaksanaan pilkada langsung.
dan pemilihan presiden pada 2009 (Dirjen Bina
Hasil penelitian LIPI sejak 2012 sampai
Administrasi dan Keuangan Daerah-Kemendagri,
2014 menunjukkan bahwa proses pilkada
2014). Sementara itu, hasil pilkada langsung tidak
langsung di lapangan tidak bisa dilepaskan dari
memberikan jaminan peningkatan kesejahteraan
sistem penyelenggaraan pilkada yang dibangun
masyarakat karena maraknya kasus korupsi ter-
sejak keluarnya Undang-Undang No. 32/2004
kait dengan biaya yang telah dikeluarkan oleh
yang kemudian diubah menjadi UU No. 12/2008.
kepala daerah terpilih dalam proses pelaksanaan
Bahkan, menjelang akhir pergantian anggota
pilkada langsung.
DPR, muncul UU tentang Pemilukada, yang
Berdasarkan pada data Kementerian Dalam mengubah tata cara pemilihan kepala daerah
Negeri, sejak pelaksanaan pilkada langsung langsung menjadi tidak langsung untuk alasan
(2004) sampai Januari 2014, kepala daerah yang efisiensi anggaran dan mengurangi konflik.
terkena kasus korupsi ada sebanyak 318 orang Namun, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
dari 524 kabupaten/kota di Indonesia. Kasus ko- pada akhir masa jabatannya justru mengeluarkan
rupsi yang terjadi terkait dengan penyalahgunaan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
wewenang dalam hal pengelolaan anggaran dan (Perppu) Nomor 1 Tahun 2014 yang menolak
aset daerah, perizinan, bahkan sampai dengan ide sistem pilkada tidak langsung. Perppu ini
kasus penyuapan. Selain itu, hasil dari sistem menyebutkan perlu dilakukan perbaikan men-
pilkada langsung yang diterapkan telah menim- dasar dalam penyelenggaraan pilkada langsung
bulkan berbagai persoalan seperti perebutan kursi selama ini. Menurut tim peneliti LIPI, perbaikan
kepemimpinan, menciptakan daerah pemekaran yang perlu dilakukan tidak hanya sistem pilkada
baru yang sarat dengan kepentingan politik, langsung, tetapi juga prosesnya, yang meliputi
pembagian kue kekuasaan, munculnya politik perbaikan rekrutmen penyelenggara, pendanaan
dinasti, dan pada akhirnya semua itu mengarah kampanye, dan pencalonan (Dewi & Azis, 2016).
ke kasus korupsi.
Perbaikan rekrutmen penyelenggara meliputi
Berdasarkan pada catatan statistik Komisi rekrutmen panitia seleksi penyelenggara yang
Pemberantasan Korupsi (KPK) sejak 2004 hingga dipilih dari orang-orang yang memiliki integritas
2014, terdapat 54 kepala daerah yang tersangkut dan bisa melibatkan unsur-unsur masyarakat yang
kasus korupsi. Salah satu kasus yang terjadi representatif. Selain itu, perlu penegakan hukum
pada 2004 mengenai dugaan pengadaan pesawat yang lebih tegas dalam proses penyelenggaraan.
helikopter Mi-2 milik Pemerintah Provinsi Aceh Pengaturan pendanaan kampanye perlu dilakukan
oleh Gubernur Aceh saat itu, yakni Abdulah Puteh dengan membatasi biaya kampanye (besaran
(“Makin Banyak Kepala,” 2015). Kasus lainnya sumbangan maksimal) dan melakukan transpa-
juga terjadi di daerah Banten, yakni mantan ransi mengenai dari mana sumbangan tersebut
Gubernur Banten Ratu Atut juga terlibat kasus pe- berasal dan ke mana besaran sumbangan tersebut
nyuapan terhadap mantan Ketua Mahkamah Kon-
harus dilaporkan. Pencalonan meliputi pendaf-

52 | Masyarakat Indonesia, Vol. 42 (1), Juni 2016


taran dan verifikasi calon dengan memperketat hal-hal yang berkaitan dengan pengalokasian
verifikasi fisik dokumen dan transparansi syarat APBD ke satuan kerja perangkat daerah (SKPD)
administratif. Selain itu, perlu dibuat aturan yang di pemerintahan ataupun lembaga pemerintahan
mengatur soal pembatalan calon terpilih apabila terkait. Kalaupun ada, kajian politik anggaran
terbukti secara hukum melakukan tindak pidana hanya berkaitan dengan biaya penyelenggaraan
pemilu (Dewi & Azis, 2016). pilkada langsung yang telah dilakukan, tetapi
Pada pertengahan Maret 2015, Presiden tidak dalam orientasi pelaksanaan pilkada seren-
Joko Widodo menetapkan Undang-Undang tak. Sebelum membahas lebih lanjut keterkaitan
Nomor 8 Tahun 2015 tentang Perubahan atas antara politik anggaran dan pilkada serentak,
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang perlu dipahami terlebih dahulu mengenai politik
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti anggaran tersebut.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Politik anggaran merupakan suatu proses
Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Wali Kota Men- yang dimulai dengan membuat pilihan-pilihan di
jadi Undang-Undang. Menurut undang-undang antara kemungkinan-kemungkinan pengeluaran,
ini, pelaksanaan pemilihan gubernur, bupati, keseimbangan, hingga proses memutuskannya.
dan wali kota dilaksanakan secara serentak lima Di dalam proses anggaran publik bersifat terbuka
tahun sekali di seluruh wilayah Negara Kesatuan dengan melibatkan berbagai aktor yang memiliki
Republik Indonesia. Pemilihan dilaksanakan berbagai tujuan, menggunakan dokumen anggar-
dalam dua tahapan, yakni tahap persiapan dan an sebagai akuntabilitas publik, dan memerhati-
penyelenggaraan. Undang-undang ini juga meng- kan keterbatasan anggaran (Rubin, 1990). Dapat
atur persyaratan mengikuti pilkada serentak, dikatakan pula bahwa proses penentuan besaran
sanksi bagi calon yang mengundurkan diri, dan dan alokasi anggaran senantiasa sarat dengan
waktu pelaksanaan pilkada serentak. kepentingan politik. Hal ini terjadi karena keter-
libatan berbagai aktor, dari proses perencanaan
Pilkada serentak pada 2015 dilaksanakan
dan penyusunan sampai proses pengesahan di
untuk efisiensi biaya. Sehubungan dengan hal
legislatif. Hal ini menjadikan proses penentuan
tersebut, perlu kesiapan pemerintah daerah untuk
anggaran sebagai arena kontestasi politik untuk
menyediakan dana pilkada serentak. Pemerintah
memperebutkan sumber daya publik. Hal ini
daerah juga perlu mempersiapkan ketersediaan
diperkuat oleh pendapat Wildavsky dan Naomi
dan kesiapan sumber daya manusia serta kelem-
(2012), yang menyatakan bahwa “all budgeting
bagaan ataupun infrastruktur yang mendukung is about politics; most politics is about budget-
pelaksanaan pilkada serentak. ing; and budgeting therefore be understood
Tulisan ini membahas soal politik ang- as part of political game.” Dengan demikian,
garan dalam pelaksanaan pilkada serentak. Pada dapat dikatakan bahwa politik anggaran ialah
bagian pertama, dibahas mengenai nilai penting suatu proses politik yang melibatkan lebih dari
politik anggaran. Bagian kedua membahas politik satu orang/lembaga yang memiliki kekuasaan
anggaran dalam pelaksanaan pilkada serentak. untuk mengendalikan anggaran dengan berbagai
Sementara bagian ketiga membahas sejauh kepentingan.
mana hasil pilkada serentak mampu mengurangi Keterlibatan berbagai aktor dalam proses
pemborosan biaya. penentuan anggaran pada umumnya memiliki
kepentingan jangka pendek. Menurut Lindbolm
NILAI PENTING POLITIK (1984, 2), aktor kebijakan publik terdiri atas
ANGGARAN warga negara biasa, pemimpin organisasi, ang-
Kajian mengenai politik anggaran, meski telah gota DPR, pemimpin lembaga legislatif, aktivis
banyak dibahas, dapat dikatakan sebagai hal partai, pemimpin partai, hakim, pegawai negeri
yang baru apabila dikaitkan dengan pelaksanaan sipil, ahli teknik, dan manajer dunia usaha. Jika
demokrasi, khususnya pilkada serentak. Sejauh dikelompokkan, aktor dalam proses perumusan
ini, studi mengenai politik anggaran lebih pada kebijakan dapat dibagi ke dalam dua kelompok,

Nyimas Latifah Letty Aziz | Politik Anggaran dalam ... | 53


yaitu aktor resmi dan aktor tidak resmi. Aktor Di sini, DPR/DPRD, sebagai badan legisla-
resmi adalah lembaga-lembaga pemerintah tif, memiliki peran penting untuk menjalankan
daerah yang terdiri atas eksekutif (birokrasi) dan salah satu fungsinya, yakni fungsi anggaran.
legislatif (politisi). Sementara aktor tidak resmi DPR/DPRD merupakan wadah yang tepat untuk
adalah partai politik dan kelompok kepentingan. memastikan penggunaan anggaran berjalan opti-
mal sesuai dengan kebutuhan rakyat. Partisipasi
Dalam merumuskan politik anggaran, aktor-
aktif anggota Dewan diharapkan dalam proses
aktor ini memiliki konsep kebijakan yang meru-
penganggaran berjalan efektif sehingga menjamin
pakan fungsi dari sikap dan perilaku, sedangkan
terjadinya check and balances, transparansi, dan
sikap dan perilaku merupakan fungsi dari kepent-
akuntabilitas, serta menjamin pelayanan publik
ingan dan nilai yang dipegangnya (Wibawa, 2010,
yang efisien. Dalam hal ini, pemerintah juga
20). Adapun nilai-nilai yang memengaruhi para memiliki tanggung jawab penuh untuk mem-
aktor ini adalah politik, organisasi, pribadi, kebi- berikan pelayanan publik yang optimal kepada
jakan, dan ideologi. Nilai-nilai politik merupakan masyarakat.
keputusan yang dibuat atas dasar kepentingan ke-
Pascareformasi politik 1998, Indonesia
lompok tertentu. Nilai-nilai organisasi merupakan
mengalami perubahan yang cukup signifikan
keputusan-keputusan yang diambil atas dasar
dalam tata kelola pemerintahan. Pemerintahan
kepentingan organisasi daripada kepentingan
yang sebelumnya otoriter menjadi lebih demokra-
publik secara keseluruhan, seperti balas jasa dan
tis. Sistem pemerintahan yang sentralistik berge-
sanksi bagi anggota organisasi yang menerima
ser menjadi desentralisasi dan otonomi daerah.
dan melaksanakannya. Nilai-nilai pribadi lebih
Pendulum politik pun bergeser dari executive
merupakan keputusan yang dibuat atas dasar
heavy menjadi legislative heavy. Perbaikan
kebutuhan pribadi untuk mempertahankan regulasi mulai berjalan dengan munculnya UU
status quo, reputasi, kekayaan, dan sebagainya. No. 22/1999, direvisi menjadi UU No. 32/2004,
Nilai-nilai kebijakan berlandaskan atas dasar lalu direvisi kembali menjadi UU No. 23/2014
persepsi pembuat kebijakan yang, secara moral, tentang Pemerintahan Daerah. Keberadaan
dapat dipertanggungjawabkan. Nilai ideologi undang-undang ini diharapkan bisa memberikan
merupakan sarana untuk melegitimasi kebijakan ruang bagi penguatan demokrasi di tingkat lokal
yang dilakukan pemerintah. menuju pemerintahan demokratis yang mampu
Apabila di dalam proses anggaran terdapat meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya,
keterlibatan aktor, baik yang resmi maupun tidak khususnya dalam pengelolaan anggaran daerah.
resmi, keterlibatan rakyat dalam proses anggaran, Aturan mengenai pengelolaan anggaran dae-
dari perencanaan, penyusunan, bahkan sampai rah telah diatur dalam UU No. 33/2004 tentang
proses penentuan berapa besaran anggaran, tidak perimbangan keuangan antara pusat dan daerah.
jelas. Kalaupun rakyat dilibatkan, sifatnya hanya- Berdasarkan pada UU ini, pemerintah daerah
lah formalitas. Contoh kasus mengenai keterli- diberi wewenang untuk mengatur keuangan
batan masyarakat dalam kegiatan Musrembang daerahnya sendiri secara nyata dan bertanggung
di Kabupaten Probolinggo terkesan “formalitas” jawab. Besar-kecilnya jumlah dana yang diperlu-
hanya untuk memenuhi mekanisme perencanaan kan daerah bergantung pada luas wilayah, jumlah
pembangunan (Sopanah, 2012). Rakyat, dalam penduduk, kepadatan penduduk, kompleksitas
hal ini, hanya dijadikan objek bagi kepentingan kebutuhan penduduk, dan hal-hal lainnya yang
elite yang berkuasa. Bahkan apa yang menjadi memengaruhi pertumbuhan sosial ekonominya.
kebutuhan rakyat justru tidak terpenuhi karena Namun, dalam praktiknya, pengelolaan ang-
jauh dari target pelayanan publik. Terlebih lagi garan daerah tidaklah semudah yang dibayangkan.
keterlibatan partai politik penguasa justru mem- Ada beberapa hal yang menyebabkan pemerintah
perkeruh suasana karena adanya kepentingan daerah mengalami kesulitan dalam pengelolaan
untuk memajukan partainya dengan mengambil anggaran tersebut. Pertama, anggaran merupakan
kesempatan dalam proses penentuan anggaran persoalan yang rumit dan rewel karena anggaran
tersebut melalui pembahasan di DPR/DPRD. memiliki struktur, sistem, serta mekanisme yang

54 | Masyarakat Indonesia, Vol. 42 (1), Juni 2016


hanya dimengerti oleh orang yang memiliki pendi- demokrasi anggaran. Demokrasi anggaran ini
dikan dan keterampilan khusus. Sementara untuk menjadi penting, terutama dalam memberikan
banyak kasus di Indonesia, anggaran masih dipa- jaminan sosial yang setara. Sebagaimana halnya
hami sebagai aturan formal yang menguntungkan dalam demokrasi anggaran, demokrasi politik
stakeholders tertentu dan secara yuridis dipahami juga menyediakan ruang bagi warga negara untuk
sebagai aturan yang sudah baku. Sebagai contoh, terlibat dalam berbagai proses politik dan turut
setiap laporan keuangan disertai dengan bukti berpartisipasi menggunakan hak pilihnya atau-
pertanggungjawaban yang sangat ketat dengan pun menyerahkannya kepada wakil-wakilnya di
mengikuti standar biaya umum (SBU) yang telah parlemen meski suara-suara di parlemen tersebut
ditentukan. Padahal realitas pelaksanaan kegiatan tidak sepenuhnya mencerminkan aspirasi dan
tidak semuanya bisa dilakukan dengan mengikuti keinginan rakyatnya (Dhal, 2001).
SBU. Kedua, anggaran lebih diperuntukkan bagi Pada prinsipnya, demokrasi anggaran harus-
urusan proyek-proyek pembangunan dan sumber lah menganut prinsip transparansi, akuntabilitas,
finansial lainnya yang berimplikasi pada kelom- keadilan, dan penegakan hukum. Transparansi
pok masyarakat miskin. Ketiga, proses anggaran yang dimaksudkan adalah dalam proses penen-
dimonopoli oleh pemerintah tanpa keterlibatan tuan anggaran harus ada keterbukaan dalam
masyarakat (Fuady, Fatimah, Andriono, & Basjir, pembahasannya dan kemudahan aksesibilitas
2002). bagi rakyat melalui media cetak ataupun online.
Sebagai contoh, banyak kasus, baik pro- Akuntabilitas maksudnya anggaran yang ditetap-
kan dapat dipertanggungjawabkan kebenaran dan
gram pemerintah pusat maupun daerah, yang
peruntukannya bagi peningkatan kesejahteraan
membangun proyek-proyek mercusuar dengan
masyarakat. Keadilan anggaran memberikan ruang
mengatasnamakan kepentingan rakyat, tetapi
keterlibatan langsung bagi rakyat dalam proses
pemanfaatannya bagi masyarakat masih diper-
penentuan anggaran sehingga proses, implemen-
tanyakan karena tidak berdasarkan pada analisis
tasi, dan output-nya dapat terkontrol dengan baik.
kebutuhan masyarakat. Pada akhirnya, proyek-
Selanjutnya, penyalahgunaan kewenangan ang-
proyek tersebut mengalami kerugian dan menjadi
garan harus mendapat punishment sebagai bentuk
beban anggaran yang harus ditanggung oleh
pertanggungjawaban kepada rakyat.
rakyat. Program-program pemerintah tersebut
dapat dikatakan lebih pada pembangunan fisik Sebagai contoh, dalam proses politik ang-
daripada pembangunan sumber daya manusia. garan yang dilakukan oleh pemerintah (pusat
ataupun daerah) dengan legislatif terjadi proses
Dengan kondisi demikian, penting bagi tawar-menawar mengenai besaran anggaran
pemerintah (pusat dan daerah) untuk memahami dan diperuntukkan bagi siapa. Di dalam proses
dan menjalankan fungsi kebijakan fiskal dan tersebut, terkadang ada penolakan platform ang-
manajemennya. Pemerintah diharapkan mampu: garan karena tidak memihak kepentingan publik
(1) mengatur alokasi belanja pengadaan barang sehingga dilakukan voting meski hasilnya tidak
dan jasa publik; (2) membuat kebijakan yang sesuai dengan kepentingan rakyat. Hal demikian
bertujuan menciptakan pemerataan atau mengu- juga terjadi di dalam proses politik anggaran yang
rangi kesenjangan kemiskinan; (3) melakukan demokratis yang mana alokasi anggaran menjadi
intervensi harga melalui anggaran apabila harga terkotak-kotak untuk siapa, kelompoknya siapa,
di pasar melonjak; serta (4) menyediakan ruang di mana, dan lembaga yang mana. Bahkan kasus
yang luas bagi rakyat untuk mengakses seluruh ganti rugi untuk korban Lapindo yang diusulkan
proses sosial, politik, dan ekonomi. dalam APBN juga dipublikasikan.
Terbukanya ruang bagi rakyat untuk turut Selain kasus tersebut, hal lain yang menjadi
berpartisipasi dalam proses anggaran mem- penting dalam kaitan dengan politik anggaran
berikan jaminan bagi rakyat, terutama bagi adalah proses pelaksanaan demokrasi melalui
lapisan masyarakat miskin, untuk membangun pilkada langsung yang telah berlangsung pascare-
hubungan yang transparan dan demokratis antara formasi politik 1998. Hal ini akan dibahas lebih
pemerintah dan masyarakat sehingga terwujud

Nyimas Latifah Letty Aziz | Politik Anggaran dalam ... | 55


lanjut dalam uraian mengenai politik anggaran biaya yang sangat mahal. Maka, dapat dikatakan
dalam pilkada serentak. bahwa harga sebuah demokrasi sangatlah mahal.
Proses pelaksanaan pilkada langsung yang
POLITIK ANGGARAN DALAM pertama kali digelar pada Juni 2005 sudah ber-
PILKADA SERENTAK langsung sebanyak 1.000 kali di berbagai daerah
Pelaksanaan demokrasi lokal menjadi salah di Indonesia sampai 2013. Pelaksanaan pilkada
satu tumpuan harapan rakyat untuk memajukan langsung ini telah memakan biaya yang sangat
daerah masing-masing. Selama era Orde Baru, mahal sehingga berimplikasi pada maraknya
telah terjadi berbagai ketimpangan dalam pem- kasus korupsi kepala daerah pasca-pelaksanaan
bangunan antara daerah Jawa dan non-Jawa. pilkada langsung.
Sebagai contoh, daerah Papua dan Aceh memiliki Besarnya biaya politik dalam proses pilkada
sumber daya alam yang sangat kaya, tetapi secara langsung disebabkan oleh tiga hal, yakni pertama,
ekonomi masih jauh tertinggal oleh pertumbuhan masalah regulasi. Tidak adanya regulasi yang
ekonomi yang ada di Jawa sehingga menimbul- jelas untuk mengatur besaran dana kampanye
kan berbagai konflik. Untuk meredam konflik membuat kandidat mengeluarkan dana yang
tersebut, pemerintah memenuhi tuntutan otonomi sangat besar. Kedua, lemahnya pengawasan
khusus dari kedua daerah itu. Bukan hanya dari dari KPU dan Bawaslu terhadap seluruh harta
Papua dan Aceh, tuntutan otonomi juga muncul kekayaan kandidat sehingga saat terjadi kejang-
dari berbagai daerah. Pemenuhan tuntutan oto- galan dalam penggunaan dana kampanye tidak
nomi tersebut diharapkan mampu menciptakan terkontrol. Ketiga, kepala daerah tidak berhati-
pemerintah daerah yang otonom dan bertanggung hati dalam membuat kebijakan karena kurang
jawab sebagai penguatan demokrasi lokal. mengerti prosedur penganggaran di daerah
Penguatan demokrasi lokal juga diharapkan sehingga terperangkap terlibat korupsi (“Kepala
mampu membangun kesadaran politik ma- Daerah Terjerat,” 2013).
syarakat yang lebih besar untuk menyampaikan Hal lain yang juga mendorong kepala daerah
segala bentuk aspirasinya. Selain itu, penguatan melakukan korupsi adalah praktik politik uang
demokrasi lokal diharapkan dapat menghasilkan saat pelaksanaan pilkada langsung. Pasangan
pemimpin-pemimpin daerah yang memiliki legiti- calon kepala daerah memberikan “ongkos pera-
masi kuat karena dipilih langsung oleh rakyatnya hu” kepada partai politik yang mencalonkannya.
melalui pilkada langsung. Sementara biaya yang dikeluarkan tersebut sering
Namun, pada kenyataannya, implementasi kali berasal dari utang yang harus dikembalikan
pilkada langsung tidak sepenuhnya sesuai dengan setelah pasangan kepala daerah tersebut mem-
yang diharapkan. Contoh kasus pelaksanaan peroleh jabatan. Praktik politik uang juga terjadi
pilkada langsung diwarnai dengan konflik dan saat proses pemilihan berlangsung. Konstituen
kerusuhan, baik dari pihak yang menang maupun diiming-imingi uang Rp50 ribuan atau Rp100
yang kalah, bahkan sampai menimbulkan jatuh- ribuan supaya memilih pasangan calon kepala
nya korban jiwa. Masyarakat menjadi korban daerah pada hari pelaksanaan pilkada langsung.
“politik busuk” yang terjadi di antara kepentingan Data Kemendagri selama periode 2004–2012
elite-elite tertentu. Tidak hanya konflik yang ter- mencatat 173 kepala daerah yang menjalani peme-
jadi, tetapi juga politik uang, penggelembungan riksaan dengan status sebagai saksi, tersangka,
suara, pembusukan nama calon, dan sebagainya. dan terdakwa. Sebagaimana yang telah dijelaskan
Tentunya politik yang buruk akan menghasilkan sebelumnya, penyebab terjadinya hal tersebut
pemimpin yang buruk pula sehingga pembangun- adalah praktik politik uang dan mahalnya biaya
an daerah akan mengalami kegagalan pula. Hasil pencalonan. Komisi Pemilihan Umum (KPU)
akhir ini sangat bertentangan dengan nilai-nilai melaporkan biaya pilkada periode 2010–2014
dan tujuan demokrasi itu sendiri. Apalagi proses mencapai Rp15 triliun meliputi biaya KPU, Pa-
pilkada langsung yang terjadi telah memakan nitia Pengawas Pemilu, kepolisian, calon kepala
daerah, dan tim kampanye. Pada 2010, khusus

56 | Masyarakat Indonesia, Vol. 42 (1), Juni 2016


biaya KPU dan Panwas serta KPU kabupaten/kota yakni pendekatan teori pilihan publik, analisis
sekitar Rp7–10 miliar. Sementara KPU provinsi kebijakan ekonomi, dan analisis kelembagaan
menganggarkan sekitar Rp50–70 miliar. Untuk ekonomi.
panwas kabupaten/kota dibutuhkan dana sekitar Teori pilihan publik menerapkan metode-
Rp3 miliar, sedangkan untuk panwas provinsi metode ekonomi terhadap politik tanpa ada upaya
dibutuhkan Rp20 miliar. Total biaya pilkada 2010 untuk menghubungkannya dengan dampak yang
di 244 daerah provinsi dan kabupaten/kota menca- bersifat publik (Mueller, 1979, 1; Buchanan &
pai Rp3,54 triliun untuk satu kali putaran (Ditjen Tollison, 1984, 13; Ekelund & Tollison, 1986,
Bina Keuangan Daerah Kemendagri, 2015). 440). Sementara hubungan antara pilihan publik
Sementara itu, pasangan calon kepala daerah dan barang publik sangat erat karena pilihan pu-
saat akan memajukan diri harus menyiapkan blik tetap bergantung pada individu yang membuat
modal yang tidak sedikit untuk membayar “ong- pilihan. Teori pilihan publik memandang bahwa
kos sewa perahu” kepada parpol pengusung inti dari analisis adalah pelaku-pelaku individu
(Amirudin & Bisri, 2006, 59–60). Selain itu, yang bertindak sebagai birokrasi, anggota par-
pasangan calon kepala daerah harus menyiapkan pol, atau kelompok kepentingan yang bertindak
modal untuk biaya kampanye yang meliputi sebagai pejabat yang diangkat lewat pilkada atau
iklan, spanduk, tim sukses dan relawan, lembaga pemilu atau sebagai warga biasa. Pada posisi ini,
survei, konsultan politik, serta roadshow dengan para birokrat, para politikus, atau para warga akan
pemberian bahan kebutuhan pokok, pengobatan berperilaku untuk memenuhi kepentingan pribadi
gratis, bantuan uang langsung, dan lain-lain yang rasional, semisal warga sebagai konsumen
(Setiawanto, 2015a). Namun, pada saat pasangan juga sebagai pemilih yang memberikan suaranya
calon kepala daerah terpilih, yang bersangkutan dalam pemilu atau pilkada (Ekelund & Tollison,
terpaksa mengembalikan modal yang telah ba- 1986, 440). Dengan demikian, teori pilihan
nyak dikeluarkan dalam proses pilkada langsung, publik ini menjadi dasar dalam politik anggaran
salah satunya dengan cara mencari celah korupsi untuk bertindak secara rasional dan menghindari
dalam APBD. ego kebijakan anggaran yang berpihak kepada
Tahapan pengajuan APBD dimulai pada golongan, parpol, dan kepentingan elite.
proses perencanaan dan penyusunan APBD Setelah pilihan publik dilakukan, terdapat
di level birokrasi, tahap pengesahan anggaran berbagai alternatif kebijakan yang bisa memak-
di lembaga legislatif, tahap pelaksanaan oleh simalkan kepuasan melalui analisis kebijakan
eksekutif, dan tahap pertanggungjawaban oleh ekonomi. Teori analisis kebijakan ekonomi
eksekutif kepada legislatif. Di dalam proses menjadi dasar dalam politik anggaran berkenaan
penentuan anggaran tersebut, terdapat berbagai dengan sumber dan kemampuan keuangan secara
pihak yang memiliki kepentingan. Ada pihak logis sehingga bertindak rasional dengan pilihan-
yang pro dan kontra terhadap proses pengajuan pilihan yang bijak, misalnya seberapa besar alo-
APBD tersebut. Meski ada pihak yang kontra kasi dana yang ideal dari ketersediaan anggaran
karena melihat skema APBD yang tidak pro- yang ada untuk memenuhi tuntutan publik dalam
kepentingan rakyat, apabila proses penentuan rangka peningkatan kesejahteraan rakyat.
melalui voting lebih menentukan meski banyak Selanjutnya, adalah teori analisis kelem-
yang pro terhadap skema APBD tersebut, proses bagaan ekonomi. Institusi atau lembaga memiliki
politik anggaran yang demokratis niscaya terjadi. pengertian sebagai pengaturan di antara unit-unit
Sehubungan dengan hal tersebut maka perlu ekonomi yang bekerja sama atau bersaing satu
pembahasan lebih lanjut mengenai politik ang- sama lain (North & Thomas, 1973, 5). Institusi
garan. Politik anggaran sangat erat kaitannya terdiri atas beberapa batasan terhadap perilaku
dengan kajian ekonomi politik yang memberikan dalam bentuk aturan dan regulasi, prosedur
perhatian terhadap masalah-masalah kebijakan untuk mendeteksi penyimpangan, serta norma
publik (Dye, 1972). Ada tiga pendekatan yang moral dan perilaku yang mendefinisikan pola-pola
digunakan dalam menganalisis politik anggaran, yang membatasi cara aturan dan regulasi serta

Nyimas Latifah Letty Aziz | Politik Anggaran dalam ... | 57


membatasi cara pelaksanaan penegakan aturan dilakukan dengan membatasi standar dana pe-
dan regulasi tersebut (North, 1984, 8). Dengan nyelenggaraan serta membatasi dana kampanye,
demikian, teori analisis kelembagaan ekonomi pengawasan, dan keamanan yang terperinci.
akan menjadi dasar dalam politik anggaran untuk Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37/2014
menetapkan kebijakan kelembagaan yang tepat tentang Pedoman Penyusunan APBD 2015 berisi,
dalam mengalokasikan anggaran sesuai dengan antara lain, tentang ketentuan mengenai biaya
peruntukannya sehingga rasionalitas alokasi ang- pilkada yang masuk belanja wajib. Namun,
garan akan terwujud. Berdasarkan pada ketiga besarannya masih perlu pengaturan, yang akan
pendekatan tersebut, menurut penulis, penerapan dilakukan oleh KPUD dan kepala daerah. Hal
politik anggaran haruslah berpijak pada kepen- ini sejalan dengan surat edaran KPU RI Nomor
tingan publik dengan menempatkan posisi jabatan 1667/KPU/XI/2014 tertanggal 4 November
sebagai jabatan publik, bukan jabatan pribadi atas 2014, yang meminta KPU kabupaten/kota yang
kepentingan kelompok elite/penguasa tertentu. masuk pilkada serentak 2015 untuk berkoordinasi
Selain itu, perlu regulasi yang jelas dalam hal tentang alokasi anggaran sehingga masuk APBD
pengaturan dan pengalokasian anggaran tersebut 2015 (Setiawanto, 2015a).
sehingga peruntukannya tepat untuk memenuhi Pelaksanaan pilkada serentak sudah berjalan
kebutuhan masyarakat. Hal ini menjadi penting, pada 2015, dan direncanakan akan kembali
mengingat proses politik dalam perencanaan, dilakukan pada 2018. Selanjutnya, pelaksanaan
penentuan, penetapan, dan pengesahan anggaran pilkada nasional serentak direncanakan pada 2020
sangat sarat dengan kepentingan-kepentingan dengan menggunakan sistem e-voting. Penerapan
elite yang berkuasa, terutama incumbent, supaya sistem e-voting di Indonesia pernah dilakukan oleh
terpilih kembali. Kabupaten Jembrana di Bali pada pemilihan kepala
Misalnya, pada prinsipnya, peruntukan desa (pilkades) Juli 2009. Sistem e-voting memiliki
APBD adalah untuk sepenuhnya peningkatan keunggulan lebih hemat tidak hanya dari sisi biaya,
kesejahteraan masyarakat melalui pelayanan tetapi juga dari sisi waktu. Namun, untuk meng-
publik, khususnya pendidikan dan kesehatan. gunakan sistem e-voting, para pemilih diharapkan
Namun, penyalahgunaan wewenang pengelolaan memiliki KTP yang ber-chip (Setiawanto, 2015b).
anggaran menyebabkan peningkatan kesejahtera- Selain itu, dari sisi keamanan, penggunaan sistem
an masyarakat tidak tercapai dan menimbulkan e-voting mampu mencegah kecurangan karena
“rasa tidak percaya” terhadap kebijakan peme- pemilih hanya bisa memberikan suara sebanyak satu
rintah. Hal ini berdampak pula pada sikap apatis kali sehingga mencegah terjadinya penggelembun-
masyarakat untuk tidak turut berpartisipasi dalam gan suara.
proses pilkada langsung. Kalaupun masyarakat Pilkada serentak 2015 merupakan tahap per-
berpartisipasi, hal itu hanya lebih kepada money tama untuk kepala daerah yang masa jabatannya
oriented. Hal ini menjadi tambahan biaya bagi habis pada 2014 dan 2015. Pilkada serentak 2018
pasangan calon kepala daerah untuk menambah merupakan tahap kedua untuk kepala daerah yang
modal. Kondisi demikian bagaikan “lingkaran masa jabatannya habis pada 2016–2018. Pilkada
setan” yang tak kunjung habis dan akan berim- nasional serentak 2020 dilaksanakan untuk 541
bas pada kasus-kasus korupsi lainnya. Dengan daerah otonom. Setidaknya, pada 2015 terdapat
demikian, perlu dicari alternatif solusi terhadap 204 daerah yang terdiri atas 8 provinsi, 170 ka-
persoalan pilkada langsung yang memakan biaya bupaten, dan 26 kota. Rencana penyelenggaraan
yang sangat mahal. pilkada serentak 2018 terdiri atas 285 daerah di
Alternatif solusi yang dapat meminimal- tingkat provinsi, kabupaten, dan kota (Ditjen Bina
kan biaya pilkada yang sangat mahal adalah Keuangan Daerah- Kemendagri, 2015).
melakukan pilkada serentak. Hal ini bertujuan Namun, rencana awal tersebut mengalami
menciptakan efisiensi biaya dan efektivitas pe- perubahan dari tiga gelombang menjadi tujuh
nyelenggaraan pilkada serentak. Penganggaran gelombang pelaksanaan pilkada serentak. Pilkada
pilkada serentak melalui alokasi APBN/APBD serentak gelombang pertama dilaksanakan pada

58 | Masyarakat Indonesia, Vol. 42 (1), Juni 2016


Desember 2015 untuk kepala daerah yang masa kredibel. Meskipun tidak tertutup kemungkinan
jabatannya berakhir pada 2015 dan semester ada manipulasi, setidaknya dapat mengurangi
pertama 2016. Gelombang kedua dilaksanakan risiko kecurangan (Rappler, 2016). Meskipun
pada Februari 2017 untuk kepala daerah yang di Indonesia juga pernah dilakukan di Kabupaten
masa jabatannya berakhir pada 2017. Gelombang Jembrana, proses persiapan untuk e-voting secara
ketiga akan dilaksanakan pada Juni 2018 untuk nasional masih dilakukan.
kepala daerah yang masa jabatannya berakhir Selanjutnya, berdasarkan pada data Kemente-
pada 2018 dan 2019. Gelombang keempat akan rian Dalam Negeri, terdapat 541 daerah otonom
dilaksanakan pada 2020 untuk kepala daerah hasil di tingkat provinsi, kabupaten, dan kota. Jumlah
pilkada serentak Desember 2015. Gelombang kepala daerah yang masa jabatannya habis pada
kelima akan dilaksanakan pada 2022 untuk ke- 2015 ada sebanyak 204 daerah, 2016 sebanyak 100
pala daerah hasil pilkada serentak Februari 2017. daerah, 2017 sebanyak 67 daerah, 2018 sebanyak
Gelombang keenam akan dilaksanakan pada 2023 118 daerah, dan 2019 sebanyak 52 daerah. Pada
untuk kepala daerah hasil pilkada serentak 2018. 2015, pilkada serentak dilakukan di 204 daerah,
Terakhir, gelombang ketujuh akan dilakukan yang terdiri atas 8 provinsi, 170 kabupaten, dan
pilkada nasional serentak pada 2027 di seluruh 26 kota. Sehubungan dengan pelaksanaan pilkada
provinsi, kabupaten, dan kota di Indonesia. serentak maka yang menjadi pertanyaan adalah
Setelah 2027, hanya akan ada dua kali pemilu, seberapa banyak biaya yang akan dihabiskan
yakni pemilu nasional, yang terdiri atas pemilu dalam pelaksanaan pilkada serentak tersebut dan
legislatif dan pemilu presiden; serta pilkada. apakah pelaksanaan pilkada serentak ini efisien
Selanjutnya, pilkada serentak akan dilakukan atau justru inefisien? Hal ini akan dibahas lebih
setiap lima tahun sekali (Setiawanto, 2015b). lanjut dalam bagian berikutnya.

Model pelaksanaan pilkada serentak yang


dilakukan Indonesia juga berlaku sama dengan HASIL PILKADA SERENTAK:
di Brasil dan Filipina. Sementara pelaksanaan EFISIENSI ATAU INEFISIENSI?
pilkada serentak di Brasil bertujuan untuk pe- Seiring dengan bertambahnya jumlah daerah
nguatan sistem presidensial, pelaksanaan pilkada otonom baru, penyelenggaraan pemilihan
serentak di Filipina bertujuan untuk efisiensi bia- kepala daerah juga bertambah banyak karena
ya penyelenggaraan pemilu. Dengan demikian, daerah-daerah tersebut membutuhkan kepala-
pelaksanaan pilkada serentak di Indonesia dan kepala daerah yang baru pula. Namun, pelak-
Filipina memiliki tujuan yang sama, yakni untuk sanaan pilkada langsung yang terjadi selama
efisiensi biaya. Namun, hal yang membedakan kurun waktu 2015–2014 menimbulkan berbagai
kedua negara adalah proses pemilihan yang di- persoalan karena siklus pelaksanaan pilkada
lakukan, yakni Filipina sudah lebih maju daripada langsung selama periode tersebut tidak teratur.
Indonesia. Untuk pilkada serentak yang ketiga Akibatnya, setiap saat selalu ada daerah yang
kalinya, warga Filipina tidak lagi menggunakan melaksanakan pilkada, dan hal tersebut tidak
cara manual untuk mencoblos gambar kandidat. jarang menimbulkan konflik di tingkat lokal dan
merembet pada konflik di tingkat nasional. Selain
Setiap pemilih akan diberi map dan kertas sua-
itu, pelaksanaan pilkada langsung tersebut tidak
ra. Kemudian pemilih akan memilih kandidat
efektif dari segi waktu dan tidak efisien dari segi
dengan cara mengisi lingkaran di kertas suara.
biaya karena banyak memboroskan anggaran dae-
Setelah itu, kertas suara dimasukkan ke mesin
rah, sementara kemampuan fiskal daerah rendah
penghitung. Mesin tersebut akan memindai calon
sehingga untuk pembiayaan pilkada diambil
yang dipilih. Pemilih kemudian mendapat bukti
dengan mengurangi belanja pelayanan publik
tanda terima, yang selanjutnya akan dimasukkan
(pendidikan dan kesehatan).
ke kotak suara. Proses selanjutnya, jari telunjuk
peserta pemilih harus dicelupkan ke tinta sebagai Alternatif solusi untuk menghemat biaya
tanda telah menggunakan hak suara. Dengan pilkada adalah melaksanakan pilkada serentak.
demikian, hasil pemilihan akan lebih cepat dan Namun, sebelum pelaksanaan pilkada serentak,

Nyimas Latifah Letty Aziz | Politik Anggaran dalam ... | 59


KPU tiap-tiap daerah perlu memperhitungkan 25 tahun untuk calon bupati/wali kota, uji publik
seberapa banyak biaya yang akan dianggarkan di diganti dengan sosialisasi calon kepala daerah,
dalam APBD tahun berikutnya. Usulan ini harus syarat minimal dukungan penduduk berdasarkan
atas persetujuan pemerintah daerah setempat. pada kategori wilayah, persyaratan dukungan
Sebagai contoh, KPU Gowa mengajukan calon perseorangan, persyaratan calon dari parpol
usulan Rp18 miliar untuk biaya pilkada serentak, atau gabungan parpol, mekanisme pelaksanaan,
tetapi yang disetujui oleh pemerintah daerah biaya pilkada, serta sengketa hukum pilkada
setempat sebesar Rp15 miliar. KPU Bulukumba serentak.
mengusulkan Rp19,4 miliar, dan disetujui Rp9,8 Syarat dukungan penduduk untuk calon
miliar. KPU Selayar mengusulkan Rp17,6 miliar, perseorangan/independen dinaikkan untuk
yang disetujui Rp9 miliar (Setiawanto, 2015a). provinsi minimal dukungan 10% dari jumlah
Tidak semua usulan biaya pilkada serentak dari penduduk kurang dari dua jiwa; 8,5% dari jum-
tiap-tiap KPUD disetujui oleh pemerintah daerah lah penduduk 2–6 juta jiwa; 7,5% dari jumlah
karena bergantung pada APBD dan kemampuan penduduk 6–12 juta jiwa; dan 6,5% dari jumlah
daerah untuk menambah PAD-nya. penduduk lebih dari 12 juta jiwa. Sementara du-
kungan minimal untuk calon bupati/wali kota dari
Menurut Sekretariat Forum Indonesia untuk
jalur perseorangan/independen minimal 10% dari
Transparansi Anggaran (Seknas Fitra), anggaran
jumlah penduduk yang kurang dari 250 ribu jiwa;
pilkada sebaiknya diambil dari APBN, bukan
8,5% dari jumlah penduduk 250 ribu–500 ribu
APBD. “Biaya pilkada untuk kabupaten/kota
jiwa. Untuk kabupaten dengan jumlah penduduk
Rp25 miliar, sedangkan untuk pilkada provinsi
500.000–1 juta jiwa minimal dukungan sebesar
Rp100 miliar. Jadi, untuk keseluruhan pilkada
7,5% dan 6,5% untuk jumlah penduduk lebih dari
di Indonesia, diperlukan Rp17 triliun. Kalau
1 juta jiwa (Setiawanto, 2015a).
dilaksanakan secara serentak, diperlukan Rp10
triliun. Lebih hemat dan hanya sekian persen Persyaratan dukungan calon kepala dan
dari APBN. Jadi, saya pikir pilkada bisa dibiayai wakil kepala daerah dari jalur perseorangan lebih
oleh APBN, bukan oleh APBD” (“Biaya Pilkada tinggi 3,5% dibandingkan persyaratan Perppu
Membengkak,” 2015). Selain itu, dari studi yang No. 1/2014, yang hanya sebesar 3%. Sementara
dilakukan Seknas Fitra di 14 daerah, ditemukan itu, persyaratan calon dari parpol atau gabungan
bahwa pembiayaan pilkada melalui APBD parpol juga naik dari ambang batas 15% menjadi
membuka peluang besar bagi aktor di daerah 20% kursi DPRD atau 20% suara menjadi 25%
untuk melakukan politisasi anggaran. Misalnya, suara di daerah masing-masing. Mekanisme
incumbent dapat memanfaatkan instrumen ang- pelaksanaan pilkada serentak dipastikan hanya
garan pilkada untuk memperkuat posisi tawar berlangsung satu kali putaran. Namun, apabila
politiknya. Selain itu, banyak daerah yang belum ada sengketa pilkada, hal itu ditangani oleh
menetapkan APBD untuk tahapan pilkada. Alasan Mahkamah Konstitusi (MK) selama masa transisi
lainnya adalah ketidaksinkronan tahapan pilkada sebelum dibentuk Badan Peradilan Khusus. Bila
dengan mekanisme penganggaran menyebabkan sengketa terjadi pada tahap penetapan pasangan
lemahnya pengawasan pilkada karena berkaitan calon, dilaksanakan di Pengadilan Tinggi Tata
dengan regulasi pelaksanaan pilkada. Usaha Negara (PTTUN) setelah melalui upaya
administratif di Bawaslu provinsi ataupun Pan-
Sehubungan dengan pengaturan regulasi
waslu kabupaten dan kota. Keputusan PTTUN
pelaksanaan pilkada serentak maka pemerintah
bersifat final dan mengikat.
bersama DPR RI dan DPD RI menyiapkan pa-
yung hukum penyelenggaraan pilkada serentak. Hal lainnya yang juga diatur adalah me-
Hal tersebut meliputi penguatan pendelegasian ngenai pembiayaan pilkada serentak dari APBD
tugas KPU dan Bawaslu sebagai penyelenggara dengan dukungan dari APBN. Menurut Pasal
pilkada, syarat pendidikan calon gubernur dan 166 ayat (1) UU No. 8/2015, pendanaan pilkada
bupati/wali kota minimal SLTA atau sederajat, bersumber dari APBD dan dapat didukung APBN
usia minimal 30 tahun untuk calon gubernur dan yang akan diatur dengan peraturan pemerintah.

60 | Masyarakat Indonesia, Vol. 42 (1), Juni 2016


Sementara di sisi lain, Perppu Pilkada mengatur untuk menegakkan demokrasi dan menghemat
sebaliknya, yakni pendanaan pilkada bersumber anggaran menjadi hilang maknanya.
dari APBN dengan dukungan pendanaan dari Pembahasan selanjutnya adalah mengenai
APBD. Perbedaan skema anggaran menimbulkan hasil pilkada serentak yang telah dilaksanakan
salah persepsi bagi pemerintah daerah untuk pada 9 Desember 2015. Secara umum, tidak ada
mengalokasikan anggaran pilkada dalam pem- benturan konflik yang terjadi saat pelaksanaan
bahasan APBD. Selain itu, pengesahan UU No. pilkada serentak, kecuali di beberapa daerah di
8/2015 pada 18 Maret 2015 bersamaan dengan Kalimantan Utara, yang mengakibatkan kantor
pengesahan APBD sehingga beberapa daerah Gubernur Kaltara dibakar massa. Namun, tahapan
sulit melakukan revisi APBD, yang pada akhirnya pilkada belum tuntas sepenuhnya karena muncul-
menghambat tahapan pilkada yang seharusnya nya sengketa pilkada di Mahkamah Konstitusi
sudah berjalan.
pasca-pilkada serentak. Berdasarkan pada data
Masih terkait dengan persoalan anggaran situs resmi MK pada 23 Desember 2015, terdapat
adalah membengkaknya anggaran pilkada karena permohonan perkara perselisihan hasil pemilihan
ada kampanye yang dibiayai oleh negara (Pasal (PHP) dari 145 daerah (Ansyari, Nadlir, Khaliso-
65 ayat (2)), seperti debat publik, penyebaran ba- tussurur, & Nugraha, 2015). Banyaknya daerah
han kampanye, pemasangan alat peraga, dan iklan yang mengajukan gugatan perkara menunjukkan
di media sehingga mencapai kisaran 30–40% bahwa hasil pilkada serentak belum memenuhi
dibandingkan anggaran pilkada sebelumnya kepuasan di sejumlah daerah.
(Syahruldin, 2015). Adapun penggunaan dana
negara tidak serta-merta bisa dicairkan sewaktu-
PENUTUP
waktu karena ada prosedur yang harus dijalani
dalam proses pencairannya. Hal ini membuat Pada umumnya, persoalan anggaran adalah
pekerjaan pihak penyelenggara (KPU) menjadi persoalan yang sangat sarat dengan kepentingan
bertambah rumit. Sebagai contoh, pada 2010, politik. Persoalan anggaran menjadi arena kon-
biaya pilkada di Provinsi Kalimantan Tengah testasi bagi penguasa dan elite-elite lainnya yang
sebesar Rp70 miliar, kemudian untuk 2015 di- berebut kepentingan. Dalam hal ini, rakyat hanya
anggarkan Rp179 miliar. Namun yang disetujui dijadikan penonton tanpa diberi kesempatan un-
hanya Rp129 miliar. Di Sulawesi Utara, pilkada tuk berpartisipasi dalam prosesnya. Alasan untuk
2010 menelan biaya sekitar Rp90 miliar, kemu- pemenuhan kebutuhan publik hanya dijadikan
dian untuk pilkada 2015 diajukan oleh KPUD sarana untuk memenuhi kepentingan penguasa
sebesar Rp200 miliar. Namun, yang disetujui oleh atau elite-elite yang berkuasa. Dengan demikian,
DPRD dan Pemprov Sulut hanya Rp105 miliar sistem anggaran yang setara, berkeadilan, parti-
(“Biaya Pilkada Membengkak,” 2015). Selain sipatif, dan bertanggung jawab sulit terjadi. Oleh
itu, tambahan alokasi biaya honor pengawas karena itu, diperlukan peran negara untuk me-
TPS yang dibentuk 23 hari sebelum pilkada dan lindungi rakyatnya dengan memberikan jaminan
dibubarkan 7 hari sesudah pemungutan suara pelayanan yang efektif dan efisien kepada publik
(pasal 27) menambah beban anggaran pilkada. tanpa mengurangi hak-hak publik.
Hal lain yang menjadi sorotan adalah belum Negara, dalam hal ini diwakili oleh ekse-
adanya proses penegakan hukum mengenai kutif (presiden, gubernur, bupati, wali kota),
ketentuan pidana yang mengatur tentang money memberikan jaminan pelayanan yang efektif dan
politics dan mahar politik. Berdasarkan pada pe- efisien. Hal ini dapat dilakukan melalui politi-
ngalaman pilkada langsung yang lalu, keduanya cal will antara eksekutif dan legislatif di dalam
telah membawa implikasi yang sangat kuat proses penentuan anggaran yang dikenal dengan
untuk mendorong para kepala daerah dan wakil politik anggaran. Politik anggaran merupakan
kepala daerah terpilih melakukan tindakan “ko- suatu proses kekuasaan politik di antara berbagai
rupsi”. Hal tersebut membawa sisi gelap dalam kepentingan yang terlibat dalam penentuan kebi-
pelaksanaan demokrasi di Indonesia. Dengan jakan dan alokasi anggaran, yaitu anggaran dialo-
demikian, esensi pelaksanaan pilkada serentak kasikan untuk siapa, kelompok siapa, di mana,

Nyimas Latifah Letty Aziz | Politik Anggaran dalam ... | 61


dan kapan waktu pengalokasiannya. Tentu saja Meskipun diduga kuat masih ada, praktik
dalam proses penentuan ini ada pihak-pihak yang mahar ini sulit dibuktikan. Menurut Amzulian
dirugikan dan ada pihak-pihak yang diuntungkan. Rifai (2015), Dekan Fakultas Hukum Universitas
Terlepas dari semua itu, yang terpenting adalah Sriwijaya, ada dua modus yang digunakan dalam
bagaimana alokasi anggaran tersebut mampu praktik mahar politik. Modus pertama, atas nama
memenuhi kebutuhan publik dengan tepat. Hal dana survei. Survei menjadi senjata pamungkas
ini membutuhkan pengetahuan dan keterampilan sebelum mengusung pilkada, dan terkadang juga
dari pihak pengelola anggaran. Kepala daerah, digunakan untuk menjustifikasi kandidat tertentu.
selaku pemimpin tertinggi dalam pemerintahan Modus kedua, atas nama kontribusi untuk partai.
daerah, memiliki kewenangan untuk mengatur Kandidat secara terang-terangan diminta oleh
keuangan daerah. Namun, tidak semua kepala oknum tertentu yang mengatasnamakan partai
daerah mampu menangani persoalan anggaran untuk memberikan kesanggupan berkontribusi
bahkan sampai ada kepala daerah yang terper- apabila dicalonkan oleh partai (Rochmi, 2016).
angkap dengan kasus “korupsi”. Dalam kasus yang terjadi saat pilkada
Namun, kasus “korupsi” yang marak muncul Bangka Belitung, Ahok diminta membayar mahar
dan membuat banyak kepala daerah terlibat di politik dengan kisaran Rp100 juta–200 miliar.
dalamnya tidak hanya disebabkan oleh ketidakta- Namun, Ahok menolak dengan alasan tidak ingin
huan kepala daerah dalam pengelolaan keuangan berutang budi kepada siapa pun (Pratiwi, 2016).
daerah, tetapi juga oleh beban utang yang harus Kasus lain terjadi dalam pilkada 2015 di Toba
ditanggung kepala daerah sebagai akibat dari Samosir, Sumatera Utara. Pasangan Asmadi dan
sistem pilkada yang terjadi. Kepala daerah Jisman batal maju sebagai pasangan calon bupati
terpilih harus mengembalikan modal besar yang dan wakil bupati karena tidak sanggup memenuhi
telah dihabiskan selama proses pilkada, meliputi permintaan mahar dari partai pengusungnya.
biaya mahar parpol untuk memberikan dukungan, Dana yang diminta sebesar Rp2,5 M (Rifai,
biaya untuk menggerakkan mesin partai, biaya 2015).
untuk tim pemenangan, biaya kampanye, serta Proses politik uang dan mahar uang ini
biaya untuk membayar saksi di TPS pada saat masih belum selesai sampai kini. Meskipun Pasal
pemilihan dan pemungutan suara (Fitrat, 2013). 47 UU No. 8/2015 tentang Pemilihan Gubernur,
Bupati, dan Wali Kota melarang partai atau
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015
gabungan partai menerima imbalan dari bentuk
menyatakan bahwa calon kepala daerah adalah
apa pun pada saat proses pencalonan, kasus-kasus
peserta pemilihan yang diusulkan oleh parpol,
di atas masih tetap terjadi. Bahkan, sistem pilkada
gabungan parpol, atau perseorangan yang
langsung yang saat ini sudah berganti dengan
didaftarkan atau mendaftar di KPU provinsi/
sistem pilkada serentak pun masih belum bisa
kabupaten/kota. Artinya, di sini ada peluang bagi
menuntaskan persoalan ini karena tidak diatur
calon kepala daerah yang bukan merupakan kader
juga di dalam regulasinya.
partai untuk meminta parpol tertentu sebagai
kendaraan pengusung baginya dalam proses Biaya pilkada yang sangat mahal ini me-
pendaftaran kandidat kepala daerah. Tentunya nimbulkan berbagai ide untuk melakukan efisiensi
untuk mendapatkan dukungan ini ada timbal balik biaya melalui pelaksanaan pilkada serentak.
yang harus diberikan oleh pasangan calon kepala Pilkada serentak yang telah dilaksanakan pada
daerah. Di sinilah terjadinya praktik politik uang awal Desember 2015 masih dalam proses awal
dengan memberikan “ongkos perahu” kepada karena tidak semua daerah sanggup membiayai
partai pengusung sebagai sewa perahu dalam pilkada serentak. Penetapan biaya pilkada seren-
pencalonan kepala daerah. Selain itu, setelah tak dari APBD memiliki skema penentuan yang
kepala daerah terpilih, masih ada “ongkos mahar” berbeda. UU No. 8/2015 menetapkan bahwa
yang harus dibayar untuk kepentingan parpolnya. biaya pilkada serentak didanai dari APBD de-
ngan dukungan dana APBN, sedangkan Perppu
Pilkada berlaku sebaliknya. Ketidaksinkronan

62 | Masyarakat Indonesia, Vol. 42 (1), Juni 2016


kedua aturan tersebut membuat pemerintah dae- Dye, T. R. (1972). Understanding public policy.
rah menjadi bingung dalam menetapkan besaran Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice-Hall.
anggaran pilkada yang diusulkan KPU masing- Ekelund, R. D., & Tollison, R.D. (1986). Economics:
masing daerah, mengingat kemampuan keuangan Private markets and public choice. Boston:
Little, Brown and Company.
daerah yang juga terbatas. Hal demikian tentunya
Fuady, A. H., Fatimah, D., Andriono, R., & Basjir,
juga berdampak pada proses pelaksanaan pilkada
W. W. (2002). Memahami anggaran publik.
serentak. Yogyakarta: IDEA Press.
Meski pelaksanaan pilkada serentak pada Lindblom, C. E. (1984). The policy making process,
umumnya berjalan aman, terdapat daerah yang 2nd Edition. Englewood Cliffs, New Jersey:
mengalami konflik, seperti kasus pembakaran Prentice- Hall.
kantor Gubernur Kaltara pasca-pilkada serentak. Mueller, D. C. (1979). Public choice. Cambridge:
Selain itu, pasca-pilkada serentak, kasus seng- Cambridge University Press.
keta pilkada banyak terjadi di beberapa daerah. North, D. C. (1984). Three approaches to the study of
Namun, kasus tersebut masih diteliti lebih jauh institutions. In neoclassical political economy.
Cambridge, Mass.: Ballinger.
oleh MK apakah memang sudah memenuhi per-
North, D. C., & Thomas, R. P. (1973). The rise of the
syaratan administrasi pengajuan sengketa. Kasus
western world: A new economic history. New
sengketa ini muncul atas ketidakpuasan massa York: Cambridge University Press.
pendukung dan partai pesaing yang kalah dalam Rubin, I. S. (1990). The Politics of public budgeting:
pilkada serentak karena adanya kecurangan- Getting and spending, borrowing and balanc-
kecurangan yang terjadi selama proses pemilihan ing. New Jersey: Chatam House Publisher.
berlangsung. Kasus seperti ini tidak hanya terjadi Sopanah. (2012). Ceremonial budgeting dalam
di dalam pelaksanaan pilkada serentak, tetapi juga perencanaan penganggaran daerah: Sebuah
pilkada langsung yang lalu, bahkan terjadi juga keindahan yang menipu. Simposium Nasional
dalam proses pemilihan presiden. Namun, kasus Akuntansi (SNA) 15 Banjarmasin.
sengketa yang banyak terjadi diharapkan tidak Wibawa, S. (2010). Evaluasi kebijakan publik. Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada.
harus mengulang proses pemilihan yang telah
banyak memakan biaya. Apabila hal ini terjadi, Wildavsky, A., & Naomi, C. (2012). Dinamika Proses
politik anggaran (Penyadur Suraji Sufiansyah).
efisiensi biaya yang seharusnya efektif menjadi Yogyakarta: Matepena Consultindo.
tidak efektif karena proses pengulangan pelak-
sanaan pilkada akan menambah beban APBD. Sumber Media Cetak dan Internet
Dengan demikian, dana APBD yang seharusnya Ansyari, S., Nadlir, M., Khalisotussurur, L., & Nugra-
dipergunakan untuk besarnya kemanfaatan publik ha, B. (2015, Desember 24). Pilkada berujung
akan berkurang sehingga jaminan pelayanan sengketa di mahkamah konstitusi. Diakses pada
publik menjadi tidak efektif. 3 Maret 2016, dari viva.co.id: http://fokus.
news.viva.co.id/news/read/714915-pilkada-
berujung-sengketa-di-mahkamah-konstitusi
PUSTAKA ACUAN Biaya pilkada membengkak: Semangat efisiensi dalam
Amirudin & Bisri., A. Z. (2006). Pilkada langsung: penyelenggaraan belum terlihat. (2015, Juni
Problem dan prospek. Yogyakarta: Pustaka 3). Diakses pada 3 Maret 2016, dari http://print.
Pelajar. kompas.com/: http://print.kompas.com/baca/
Buchanan, M., & Tollison, R. D. (1984). Theory regional/nusantara/2015/06/03/biayapilkada
of public choice II. USA: The University of Burhani, R. (2010, Februari 25). Jembrana sukses
Michigan. E-Voting 54 kepala dusun. Diakses pada 1
Dahl, R. A. (2001). Perihal demokrasi: Menjelajahi Maret 2016, dari www.antaranews.com: http://
teori dan praktek demokrasi secara singkat. www.antaranews.com/berita/175479/jembrana-
Jakarta: YOI. sukses-e-voting-54-kepala-dusun
Dewi, K H., & Aziz, N. L. L. (Eds). (2016). Gagasan Dirjen Bina Administrasi dan Keuangan Daerah-
pemilihan umum kepala daerah asimetris: Kemendagri. (2014). Anggaran pilpres capai
menuju tata kelola pemerintahan daerah Rp.62,17 Miliar. Diakses pada 28 Maret 2016,
demokratis, akuntabel dan berkelanjutan. dari http://keuda.kemendagri.go.id/
Yogyakarta: Calpulis.

Nyimas Latifah Letty Aziz | Politik Anggaran dalam ... | 63


Ditjen Bina Keuangan Daerah-Kemendagri. (2015, Rappler. (2016, Mei 9). 5 Hal yang perlu kamu keta-
April 24). Anggaran pilkada serentak hambat hui mengenai pemilu Filipina. Diakses pada
pembangunan daerah. Diakses pada 28 Maret 15 Mei 2016, dari www.rappler.com: http://
2016, dari http://keuda.kemendagri.go.id/ www.rappler.com/indonesia/132395-5-hal-
Ditjen Bina Keuangan Daerah-Kemendagri. (2015, mengenai-pemilu-filipina-2016
Februari 23). Pilkada serentak 2015 diikuti Rifai, A. (2015, Agustus 6). Mahar dalam pilkada.
271 daerah. Diakses pada 28 Maret 2016, dari Diakses pada 6 Mei 2016, dari http://nasional.
http://keuda.kemendagri.go.id/ sindonews.com/: http://nasional.sindonews.
Fitrat, I. (2013, Desember 29). 5 Pos biaya yang com/read/1029921/18/mahar-dalam-pilka-
buat pilkada langsung jadi mahal. Dikutip da-1438823576/2
pada 2016, dari www.republika.co.id: http:// Rochmi, M. N. (2016, Maret 11 ). Berapa mahar
nasional.republika.co.id/berita/nasional/ untuk maju di pilkada? Diakses pada 6 Mei
politik/13/12/19/my1vwc-5-pos-biaya-yang- 2016, dari www.beritagar.id: https://beritagar.
buat-pilkada-langsung-jadi-mahal id/artikel/berita/berapa-mahar-untuk-maju-di-
Ini 10 kepala daerah yang tersandung korupsi di pilkada
2014. (2015, Januari 9). Diakses pada 15 Mei Setiawanto, B. (2015, Januari 24). Pilkada serentak
2016, dari http://www.hukumonline.com/: solusi efisiensi biaya. Diakses pada 28 Maret
http://www.hukumonline.com/berita/baca/ 2016, dari www.antaranews.com: http://
lt54afebb14ae5a/ini-10-kepala-daerah-yang- www.antaranews.com/berita/476038/pilkada-
tersandung-korupsi-di-2014 serentak-solusi-efisiensi-biaya
Kemendagri. (2015). Pedoman pengelolaan dan Setiawanto, B. (2015a, Februari 17). Tujuh gelombang
pertanggungjawaban belanja pemilihan kepala pilkada serentak 2015 hingga 2027. Diakses
daerah dan wakil kepala daerah. Peraturan pada 3 Maret 2016, dari www.antaranews.com:
Menteri Dalam Negeri Nomor 12 Tahun 2005. http://www.antaranews.com/berita/480618/
Kementerian Dalam Negeri. tujuh-gelombang-pilkada-serentak-2015-hing-
Kompas.com. (2015, September 2). Pilkada serentak ga-2027
untuk efisiensi anggaran. (I. D. Wedhaswary, Ssttt, 300 kepala daerah terjerat kasus korupsi:
Editor). Diakses pada Maret 28, 2016, dari Ramalan kemendagri selama 8 tahun terakhir.
www.kompas.com: http://nasional.kompas. (2013, Februari 14 ). Diakses pada 20 Maret
com/read/2012/09/03/10011128/Pilkada. 2016, dari www.rmol.co: http://www.rmol.
Serentak.untuk.Efisiensi.Anggaran co/read/2013/02/14/98335/Ssttt,-300-Kepala-
Makin banyak kepala daerah korupsi. (2015, Agustus Daerah-Terjerat-Kasus-Korupsi-
6). Diakses pada 15 Mei 2016, dari www.kpk. Syahruldin, U. (2015b, Juni 23). Menakar peluang
go.id: http://www.kpk.go.id/id/berita/berita- dan tantangan pilkada serentak. Diakses pada
sub/2870-makin-banyak-kepala-daerah-korupsi 3 Maret 2016, dari www.kpu.go.id: http://www.
Pratiwi, P. S. (2016, Maret 10). Ahok enggan kpu.go.id/index.php/post/read/2015/3980/
bayar mahar ke partai politik. Diakses Menakar-Peluang-dan-Tantangan-Pilkada-
pada 6 Mei 2016, dari www.cnnindonesia. Serentak/berita-kpu-daerah
com: http://www.cnnindonesia.com/poli-
tik/20160310173821-32-116634/ahok-enggan-
bayar-mahar-ke-partai-politik/

64 | Masyarakat Indonesia, Vol. 42 (1), Juni 2016

Anda mungkin juga menyukai