Lapisan air laut terdiri dari 3 lapisan utama, yaitu lapisan homogen (mixed layer), lapisan
thermocline, dan lapisan dalam (deep layer). Banyak faktor yang mempengaruhi keadaan
masing-masing lapisan tersebut, misalnya dalam hal suhu, salinitas, maupun densitas dan
lain-lain.
1. Lapisan homogency (mixed layer) adalah lapisan yang berada di kedalaman 100 – 500 m
dari permukaan air laut.
2. Lapisan Thermocline adalah lapisan yang berada di kedalaman 1000 – 1500 m dari
permukaan air laut.
3. Lapisan dalam (deep layer) adalah lapisan yang berada di kedalaman 1500 m – dasar air
laut.
B. Densitas
Densitas air laut adalah jumlah massa air laut persatuan volume atau biasa disebut besar
kerapatan diperairan itu. Densitas merupakan salah satu parameter terpenting dalam
mempelajari dinamika laut. Faktor yang mempengaruhi persebaran densitas secara horizontal
yaitu posisi geografis, yang menyebabkan perbedaan tingkat evaporasi akibat penyinaran
matahari. Perlu diketahui nilai densitas dipengaruhi oleh besar nilai salinitas dan temperature
dimana terjadi variasi penyebaran sehingga terjadi pula variasi penyebaran pada densitas.
C. Salinitas
Salinitas adalah kandungan garam yang ada dilaut dan biasanya diperhitungkan sebagai
jumlah gram garam terlarut pada 1000 gram air laut.
Secara vertikal nilai salinitas air laut akan semakin besar dengan bertambahnya
kedalaman. Di perairan laut lepas, angin sangat menentukan penyebaran salinitas secara
vertikal. Pengadukan di dalam lapisan permukaan memungkinkan salinitas menjadi
homogen. Terjadinya upwelling yang mengangkat massa air bersalinitas tinggi di lapisan
dalam juga mengakibatkan meningkatnya salinitas permukaan perairan. Sistem angin muson
yang terjadi di wilayah Indonesia dapat berpengaruh terhadap sebaran salinitas perairan, baik
secara vertikal maupun secara horisontal. Secara horisontal berhubungan dengan arus yang
membawa massa air, sedangkan sebaran secara vertikal umumnya disebabkan oleh tiupan
angin yang mengakibatkan terjadinya gerakan air secara vertikal.
Sumber :
- http://www.scribd.com/doc/54314353/Salinitas
- http://oseanografi.blogspot.com/2005/07/densitas-air-laut.html
- http://dhamadharma.wordpress.com/2010/02/11/produktivitas-primer-di-lingkungan-
perairan/
- http://one-geo.blogspot.com/2010/01/karakteristik-air-laut-ii.html
- sudomo-gis.com/Tulisan/Hidrografi_SifatFisikAirLaut.pdf
- http://rohimatkelautan2010.blogspot.com/view/sidebar?z
Jenis-jenis awan
PER-AWANAN
Awan terbentuk karena adanya proses kondensasi yaitu proses perubahan wujud dari uap air
menjadi titik-titik air. Sehingga, awan merupakan kumpulan titik-titik air atau Kristal-kristal es yang
melayang-layang di atmosfer.
Pada tahun 1894, Komisi Cuaca Internasional membagi bentuk awan menjadi 4 kelompok utama,
yaitu awan tinggi, awan sedang, awan rendah dan awan dengan perkembangan vertical.
a. Sirus
Yaitu awan putih tipis di siang hari dan mengkilat karena banyak mengandung Kristal es, dan sering
berwarna merah atau kuning cerah menjelang dan saat matahari terbenam atau terbit.
b. Sirokumulus
Yaitu awan yang berbentuk gumpalan-gumpalan kecil dan tampak seperti sisik ikan. Awan ini jarang
muncul dan selalu bergabung dengan sirus atau sirostratus.
c. Sirostratus
Yaitu awan yang berwarna putih tipis dan tampak seperti tirai kelambu yang sangat halus. Jika
terkena sinar matahari awan itu akan menimbulkan bayangan di tanah.
a. Altokumulus
Yaitu awan yang berwarna putih atau kelabu dan tampak seperti gumpalan kapas pipih. Awan ini
terutama terdiri dari tetes air, namun dalam suhu yang sangat rendah dapat membentuk Kristal es.
b. Altostratus
Yaitu awan yang berlapis-lapis seperti pita dan berwarna kelabu. Jika awan ini terkena cahaya
matahari atau bulan maka tidak akan menimbulkan bayangan.
a. Stratokumulus
Yaitu awan yang bergumpal-gumpal lembut berwarna abu-abu. Awan Janis ini kadang-kadang juga
dsertai curahan hujan, namun intensitasnya kecil.
b. Stratus
Yaitu awan-awan seragam yang berlapis-lapis seperti kabut tipis. Awan ini akan menjadi kabut jika
menyentuh permukaan bumi.
c. Nimbostratus
Yaitu suatu lapisan awan rendah berwarna abu-abu gelap, tidak berbentuk dan kelihatan basah.
Karena berwarna gelap dan tebal sehingga matahari yang ada di baliknya tidak terlihat.
a. Kumulus
Yaitu awan padat yang berkembang secara vertical yang berbentuk kubah atau menyerupai bunga
kol dengan lengkungan bulat, berwarna putih cemerlang jika terkena sinar matahari.
b. Kumulonimbus
Yaitu awan besar yang berkembang secara vertical berbentuk seperti gunung atau menara. Pada
bagian atas kumolonimbus berserat dan sering menyebar Kumolonimbus mengandung tetes hujan
yang besar sehingga dapat menyebabkan terjadinya hujan secara tiba-tiba.
untuk lebih lengkapnya tentang jenis-jenis awan dapat anda kunjungi postingan terbaru saya di sini
JENIS-JENIS AWAN DENGAN GAMBARNYA. Disana ada jenis-jenis awan seperti (Cc, Cs, Ac, As, Ns,
Sc) dan dilengkapi dengan cara menghafalnya agar dengan sekali baca bisa langsung paham. terima
kasih.
Pengertian Zona litoral, neritik, batial dan abisal. b) Zona neritik adalah adalah zona laut dangkal
yang memiliki kedalaman 0-200 meter. Wilayah ini biasanya daerah yang banyak memiliki potensi
ikan. c) Zona batial adalah zona laut dalam yang memiliki kedalaman 200-2.000 meter.
Iklim sedang
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Dalam geografi, garis lintang sedang atau tepid dunia terletak di antara tropika dan lingkaran
kutub. Perubahan di daerah ini antara musim panas dan musim dingin biasa sejuk, daripada
terlalu panas atau dingin. Tapi di wilayah benua, seperti bagian tengah Amerika Utara, variasi
antara musim panas dan musim dingin bisa ekstrem. Di daerah yang dianggap tropis,
pemukiman di ketinggian tinggi (contohnya pegunungan Andes) memiliki iklim sedang.
Zona sedang utara memanjang dari garis balik utara (sekitar 23.5 derajat lintang utara)
hingga Lingkaran Arktik (sekitar 66.5 derajat lintang utara). Zona sedang selatan
memanjang dari garis balik selatan (sekitar 23.5 derajat lintang selatan) hingga Lingkaran
Antarktika (sekitar 66.5 derajat lintang selatan).
Di dalam perbatasan ini ada banyak jenis iklim, yang secara umum dikelompokkan dalam
dua kategori: samudera dan benua.
Iklim laut dipengaruhi oleh samudera, yang membantu menyeimbangkan temperatur stabil
sepanjang tahun. Di zona sedang, angin datang dari barat, sehingga sisi barat benua sedang
selalu merasakan iklim laut ini. Beberapa wilayah termasuk Eropa Barat, dan bagian barat
Amerika Utara di garis lintang antara 40° dan 60° utara (65°U di Eropa).
Iklim benua biasa berada di daratan, dengan musim panas hangat dan musim dingin yang
dingin. Kehilangan dan penerimaan panas dibantu oleh massa tanah yang ekstensif. Di
Amerika Utara, Pegunungan Rocky berperan sebagai perintang iklim bagi udara laut yang
bertiup dari barat, membentuk iklim benua di timur. Di Eropa, iklim laut mampu
menyeimbangkan temperatur daratan, karena rangkaian pegunungan besar - Alpen - terletak
timur-barat (wilayah di timur rangkaian pegunungan Skandinavia adalah pengecualian).
Mayoritas luas penduduk dunia menetap di zona sedang, terutama di belahan utara karena
massa tanahnya. Orang-orang keturunan Eropa dominan di sebagian zona sedang karena
migrasi besar 1700-an dan 1800-an, kecuali di daerah yang telah memiliki kepadatan
penduduk yang tinggi (seperti Asia Timur) atau di dunia Muslim.
Antisiklon
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Gambar antisiklon di Australia yang diabadikan oleh satelit pada 8 September 2012.
Antisiklon (yang merupakan lawan dari siklon) adalah fenomena cuaca yang didefinisikan
oleh glosarium National Weather Service Amerika Serikat sebagai "sirkulasi angin berskala
besar di sekitar wilayah dengan tekanan atmosferik tinggi, [yang bergerak] searah jarum jam
di Belahan Utara dan melawan arah jarum jam di Belahan Selatan".[1] Dampak antisiklon di
permukaan meliputi penjernihan langit dan udara yang lebih dingin dan kering. Kabut juga
dapat terbentuk di wilayah dengan tekanan yang lebih tinggi.
Suhu suatu benda biasanya dinyatakan dalam satuan derajat Celcius. Dan, untuk mengukur
suhu kita dapat menggunakan alat yang disebut termometer.
Ada beberapa skala satuan suhu, misalnya Celcius (C), Reamur (R), Fahrenheit (F), dan
Kelvin (K). Diantara skala satuan suhu tersebut, skala Celcius merupakan skala yang paling
banyak dipakai di berbagai negara di seluruh dunia, kecuali negara-negara yang berbahasa
Inggris, mereka umumnya menggunakan skala Fahrenheit.
Satuan Celcius ditetapkan oleh seorang ilmuwan Swedia bernama Celcius yang melakukan
pengukuran dengan mengambil es yang sedang mencair sebagai titik bawah yang disebut 0
derajat Celcius, sedangkan titik atasnya adalah suhu air yang sedang mendidih pada tekanan
76 cmHg yang disebut 100 derajat Celcius. Dari skala Celcius tersebut, suhu suatu benda
dapat dinyatakan (dikonversi) ke dalam skala lainnya dengan rumus (formula) tertentu yang
sudah ditetapkan.
Dari 0 derajat Celcius sampai 100 derajar Celcius dibagi dalam 100 skala.
Dari 32 derajat Fahrenheit sampai 212 derajar Fahrenheit dibagi dalam 180 skala.
Dari 273 Kelvin sampai 373 Kelvin dibagi dalam 100 skala.
Konversi Suhu
Gambar: uq.edu.au
Konversi suhu merupakan cara untuk menyatakan suhu suatu benda dari satu skala ke dalam
skala lainnya. Jadi, suhu suatu benda dalam Celcius dapat dikonversi (diubah) ke dalam skala
lainnya yaitu Reamur, Fahrenheit, dan Kelvin. Untuk mengonversi (mengubah) suhu dari satu
skala ke skala lain, dapat menggunakan rumus atau formula tertentu yang sudah ditetapkan.
Rumusnya adalah :
R = (4/5) C
Contoh: Suhu suatu benda dalam skala Celcius menunjukkan 100 C. Bila dikonversi
ke dalam skala Reamur (R) adalah:
R = (4/5) C
R = (4/5) 100 = 80 R
Jadi, suhu benda yang menunjukkan angka 100 dalam skala Celcius (C) sama dengan
80 dalam skala Reamur (R).
Rumusnya adalah:
F = (9/5) C + 32
F = (9/5) C + 32
F = (9/5) 100 + 32 = 212 F
Jadi, suhu benda yang menunjukkan angka 100 dalam skala Celcius (C) sama dengan
212 dalam skala Fahrenheit (F).
Rumusnya adalah:
K = C + 273
Contoh: Suhu suatu benda dalam skala Celcius menunjukkan 100 C. Bila dikonversi
ke dalam Kelvin (K) adalah:
K = C + 273
K = 100 + 273 = 373 K
Jadi, suhu benda yang menunjukkan angka 100 dalam skala Celcius (C) sama dengan
373 dalam skala Kelvin (K).
Tak hanya dari skala Celcius (C), konversi juga dapat dilakukan dari skala lainnya yaitu
Reamur (R), Fahrenheit (F), dan Kelvin (K).
Secara ringkas, rumus untuk mengkonversi suhu dari skala satu ke skala lainnya adalah:
Konversi suhu dari Celcius (C) ke Reamur (R), Fahrenheit (F), dan Kelvin (K) adalah:
R = (4/5) C
F = (9/5) C + 32
K = C + 273
Konversi suhu dari Reamur (R) ke Celcius (C), Fahrenheit (F), dan Kelvin (K) adalah:
C = (5/4) R
F = (9/4) R + 32
K = C + 273 = (5/4) R + 273
Konversi suhu dari Fahrenheit (F) ke Celcius (C), Reamur (R), dan Kelvin (K) adalah:
C = 5/9 (F-32)
R = 4/9 (F-32)
K = 5/9 (F-32) + 273
Konversi suhu dari Kelvin (K) ke Celcius (C), Reamur (R), Fahrenheit (F) adalah:
C = K – 273
R = 4/5 (K-273)
F = 9/5 (K-273) + 32
Demikian cara dan rumus untuk mengonversi suhu dari satu skala ke skala lainnya. Semoga
berguna.