RIDHA RISKIANA
2020203884202009
Contents
KATA PENGANTAR.......................................................................................................................................3
BAB 1...........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................4
A.Latar belakang masalah........................................................................................................................4
B.Rumusan Masalah................................................................................................................................4
BAB 2...........................................................................................................................................................5
ISI.............................................................................................................................................................5
A.Pengertian akhlak kepada lingkungan..................................................................................................5
B.Akhlak terhadap lingkungan ditinjau dari segi agama dan budaya.......................................................5
BAB 3.........................................................................................................................................................10
PENUTUP...............................................................................................................................................10
A.KESIMPULAN......................................................................................................................................10
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT, shalawat dan salam juga
disampaikan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW. Serta sahabat dan keluarganya,
seayun langkah dan seiring bahu dalam menegakkan agama Allah. Dengan kebaikan beliau telah
membawa kita dari alam kebodohan ke alam yang berilmu pengetahuan.
Dalam rangka melengkapi tugas dari mata kuliah Ilmu akhlak pada Program Studi
Tadris Matematika dengan ini penulis mengangkat judul “Akhlak Terhadap Lingkungan
Alam”.Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik dari cara penulisan, maupun isinya.
Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran-saran yang dapat
membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Ridha Riskiana
BAB 1
PENDAHULUAN
B.Rumusan Masalah
a. Apa Pengertian Akhlak Terhadap Lingkungan
b. Apa Pengertian Akhlak Terhadap Lingkungan Ditinjau Dari Segi Agama dan Budaya
BAB 2
ISI
Kerusakan sumber daya alam pada akhirnya akan memberikan dampak buruk kepada diri
manusia sendiri. Kesadaran manusia dalam peranannya sebagai khalifah yang telah di tunjuk
oleh Allah di muka bumi seyogyanya mulai bertindak arif dan bijaksana dalam mengelola
kekayaan alam dan bumi,sehingga terhindar dari kerusakan. Berkenaan dengan betapa
pentingnya sumber daya alam bagi kehidupan, maka kita menjadi tahu dan sadar tentang
bagaimana memperlakukan alam dengan sewajarnya. Dalam hal ini, Allah telah mempermudah
manusia dengan memberikan petunjuk dalam Al-qur’an tentang apa yang harus dilakukan oleh
manusia terhadap alam lingkungan, yaitu; merenungkan, mempelajari, memanfaatkan, dan
memelihara. Kemudian lain dari pada itu, kita akan membahas akhlak terhadap lingkungan di
tinjau dari beberapa aspek, yakni: agama dan budaya.
1. Prinsip pertama,
2. Prinsip kedua
Manusia dituntut untuk memakmurkan dan melestarikan bumi. Hal ini dapat
terimplementasi dalam beberapa hal sebagai berikut:
Belajar, mencari ilmu dan mengajar.
Menunaikan amar ma’ruf nahi munkar.
Berjihad dijalan Allah dengan tujuan agar ajaran Allah tetap jaya.
Mematuhi konsep dan aturan Islam dalam kehidupan yang merupakan bentuk
ibadah kepada Allah, serta mengikuti prinsip musyawarah, keadilan, menolak
kerugian, serta mewujudkan kemaslahatan.
3. Prinsip ketiga
Manusia dituntut untuk berfikir dan merenungkan apa yang ada dilangit dan apa
yang ada bumi. Hal ini bertujuan agar kehidupan mereka menjadi lebih baik dengan
memanfaatkan yang ada di sekelilingnya, serta lebih dapat mendekatkan diri kepada
Allah sehingga memperoleh ridlo-Nya. Akan tetapi, dalam menggunakan akal,
pikiran, dan dalam perenungannya, manusia tidak boleh melampaui apa yang telah
digariskan oleh Allah.
4. Prinsip keempat
5. Prinsip kelima
6. Prinsip keenam
b. Budaya
Sebagai seorang mmanusia yang kodratnya adalah makhluk sosial,kita patut
mempunyai dasar pengetahuan dalam bersosialisasi dengan lingkungan disekitar kita,
dasar pengetahuan itu adalah budaya yg bertujuan agar kita bisa hidup berdampingan
dengan baik. Faktor inilah yang menurut kita menjadi awal mula adanya budaya
didalam suatu kelompok masyarakat. Mereka menciptakan sesuatu yang bisa
membuat mereka menjalin kesatuan didalam kehidupannya. Budaya itu sendiri
pastilah suatu kesepakatan bersama dari penciptanya, berdasarkan nilai, norma, dan
moral yang positif yang beredar di masyarakat tersebut.
Budaya yang baik tentulah melahirkan sikap dan perilaku yang baik pula kepada
generasi penerusnya dimasa yang akan datang. Sedangkan budaya yang buruk
tercipta dari ulah sesorang atau sebagian kelompok yang menentang nilai-nilai positif
yang terkandung dalam masyarakat.
Contoh budaya baik adalah seorang ibu mengajari anaknya menanam pohon di
pekarangan rumah,agar rumah senantiasa indah. Contoh lain, membiasakan diri
bangun pagi, mengembangkan malu sebagai kontrol diri, dan lain sebagainya.
Budaya merupakan salah satu unsur dasar dalam kehidupan sosial. Budaya
mempunyai peranan penting dalam membentuk pola berpikir dan pola pergaulan
dalam masyarakat, yang berarti juga membentuk kepribadian dan pola pikir
masyarakat tertentu. Budaya mencakup perbuatan atau aktivitas sehari-hari yang
dilakukan oleh suatu individu maupun masyarakat.
Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, masyarakat
dihadapkan pada kenyataan semakin merajalelanya orientasi hidup yang materialistis
sementara dimensi spiritual dan ukhrawi semakin tersingkir. Pola hidup masyarakat
telah bergeser kearah materialisme, hedonisme, konsumerisme, individualisme dan
sikap masa bodoh (permisif). Pola hidup yang seperti itu pada akhirnya
mengakibatkan semakin maraknya praktik maksiat, kejahatan dan perilaku yang
menyimpang.
Berbagai krisis yang menimpa bangsa indonesia, khususnya masalah akhlak,
disebabkan oleh tidak adanya budaya malu dikalangan para pemimpin dan
masyarakat luas, disamping oleh lemahnya mekanisme kontrol yang dalam bahasa
agama islam dikenal dengan istilah Amar Ma’ruf Nahi Munkar. Bangsa indonesia
cenderung bersikap permisif dan membiarkan terjadinya kemaksiatan dan
kemungkaran. Akibatnya praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) berkembang
luas dikalangan pejabat pemerintah mulai dari kepala desa hingga presiden tanpa ada
orang yang berani melarang apalagi menghentikannya. Pada saat yang sama,
berbagai bentuk maksiat dan munkarat, mulai dari penebangan hutan, perjudian,
perzinaan, pemerkosaan, penyalah gunaan obat-obat terlarang, minuman keras, dan
berbagai bentuk kedzoliman semakin merajalela
Manakala orang telah kehilangan rasa malu dan kejujuran, ia menjadi manusia
buas berjingkrak-jingkrak mengikuti hawa nafsunya dengan hati yang sepuas-
puasnya. Hatinya tidak akan terketuk sama sekali. Egoisme yang meluap-luap
membuat matanya menjadi gelap,sehingga tidak dapat mengenal apapun juga selain
yang lebih menambah kepuasan hatinya. Dikala orang telah mencapai kemerosotan
sepeti itu putuslah ia sebagai manusia yang sewajarnya.
Menghadapi keadaan yang sangat menyedihkan diatas, tidak ada alterntif lain
kecuali menghayati nilai-nilai luhur budaya dan mengaktualisaikannya dalam bentuk
kepribadian yang baik, dalam mewujudkan Indonesia baru sebagai negara yang
gemah ripah loh jinawe tata tenterem karto raharjo dibawah naungan ridla Allah
SWT yang dalam istilah Al-Qur’an disebut baldatun thayyibatun wa robbun ghofur.
(Q.S.Ar-ruum: ). Selain itu para pemimpin harus menunjukkan jalan kebahagiaaan
kepada umatnya. Lebih terpuji lagi jika mereka dapat mengantarkan umatnya ke
pintu gerbang kebahagiaan. Dengan kata lain, seorang khalifah (pemimpin) tidak
sekedar menunjukkan tetapi mampu pula memberi contoh sosialisasinya
BAB 3
PENUTUP
A.KESIMPULAN
Ajaran Islam yang paling mendasar adalah keluhuran akhlak. Sifat ini banyak
menentukan karakter seseorang, khususnya dalam pergaulan kemasyarakatan. Seseorang yang
berakhlak rendah, ia dibenci dan diasingkan dari masyaraakat. Sebaliknya, ia dihargai, disegani,
bahkan menjadi panutan dalam masyarakat.Keberadaan dan kehancuran suatu umat ditentukan
oleh akhlak itu sendiri.Selama masih berakhlak mulia, berarti umat manusia utuh dan jika akhlak
mulai lenyap itulah pertanda hancurnya umat.Akhlak kepada Allah merupakan perwujudan dari
keimanan kita yang kitatujukkan dengan ibadah kita. Akhlak kepada sesama manusia berarti
kitaharus berbuat baik kepada sesama manusia tanpa memandang kepada siapa orang tersebut,
sehingga kita mampu hidup dalam masyarakat yang aman dan tenteram. Akhlak kepada
lingkungan merupakan bentuk tanggung jawab danrasa syukur kita kepada Allah dengan segala
sesuatu yang Ia berikan, selainitu karena Allah telah menjadikan kita sebagai khalifah di muka
bumi in imaka kita harus menjaga, melestarikan dan memanfaatkan segala yang ada dialam ini
tanpa berlebih-lebihan.