Anda di halaman 1dari 33

PENGUKURAN KINERJA SEKTOR PUBLIK

OLEH :

KELOMPOK 8

NUR ZAMZILA PUTRI 176602007

ANDI RAHMAT RF 1196602152

ANITA M. BOROLE

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI ENAM-ENAM KENDARI
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala karena


berkat-Nyalah sehingga makalah ini berhasil penyusun selesaikan. Penyusunan
makalah ini merupakan tugas mata kuliah Akuntansi Sektor Publik di program
jurusan S1 Akuntansi, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Enam-enam Kendari.
Adapun judul yang diambil dalam makalah ini adalah “Pengukuran Kinerja pada
Sektor Publik”.

Penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada makalah ini,


sehingga kritik dan saran sangat diharapkan. Semoga makalah ini dapat
menambah pengetahuan dan dapat memberi manfaat bagi semua pihak.

Penyusun

Kelompok 8
SAMPUL MAKALAH.......................................................................................i

KATA PENGANTAR.......................................................................................ii

DAFTAR ISI.....................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1

1.1 LATAR BELAKANG...........................................................................1


1.2 RUMUSAN MASALAH.......................................................................2
1.3 TUJUAN PENELITIAN.......................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................3

2.1 PENGERTIAN PENGUKURAN KINERJA......................................3


2.2 INFORMASI YANG DIGUNAKAN
UNTUK PENGUKURAN KINERJA..................................................8
2.3 PERANAN INDIKATOR KINERJA
DALAM PENGUKURAN KINERJA...............................................16
2.4 INDIKATOR KINERJA DAN PENGUKURAN
VALUE FOR MONEY.......................................................................19
2.5 PENGUKURAN VALUE FOR MONEY..........................................22
2.6 PENGEMBANGAN INDIKATOR VALUE FOR MONEY...........22
2.7 LANGKAH-LANGKAH PENGUKURAN VALUE FOR
MONEY................................................................................................24

BAB III PENUTUP.........................................................................................29

3.1 KESIMPULAN....................................................................................29

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................30
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Kinerja merupakan gambaran dari pencapaian pelaksanaan suatu

kegiatan/program/kebijakan untuk mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan

visi organisasi. Menurut Mardiasmo (2002), sistem pengukuran kinerja

sektor publik adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu manajer

sektor publik menilai pencapaian suatu strategi melalui alat ukur finansial

dan nonfinansial. Sistem pengukuran kinerja ini dapat dijadikan sebagai alat

pengendalian organisasi.

Maksud dilakukannya pengukuran kinerja sektor publik antara lain:

1. Membantu memperbaiki kinerja pemerintah agar dapat berfokus pada

tujuan dan sasaran program unit kerja yangn pada akhirnya akan

meningkatkan efisiensi dan efektivitas organisasi sektor publik dalam

memberikan layanan kepada masyarakat.

2. Ukuran kinerja sektor publik digunakan untuk pengalokasian sumber

daya dan pembuatan keputusan.

3. Untuk mewujudkan tanggung jawab publik dan memperbaiki komunikasi

kelembagaan.

4. Capital rationing

Tujuan sistem pengukuran kinerja antara lain:


a. Untuk mengkomunikasikan strategi secara lebih baik (top down and

bottom up).

b. Untuk mengukur kinerja finansial dan non-finansial secara berimbang

sehingga dapat ditelusur berkembangan pencapaian strateginya.

c. Untuk mengakomodasi pemahaman kepentingan manajer level

menengah dan bawah serta motivasi untuk mencapai good congruence.

d. Sebagai alat untuk mencapai kepuasan berdasarkan pendekatan

individual dan kemampuan kolektif yang rasional.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi
rumusan masalah adalah:
1. Bagaimana pengukuran kinerja sector publik?
2. Bagaimana langkah-langkah pengukuran kinerja dengan value for
money?
3. Bagaimana pengukuran kinerja dengan balance scorecard?

1.3 TUJUAN PENELITIAN


Berdasarkan uraian rumusan masalah di atas, maka yang menjadi
tujuan dari penyusunan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui dan memahami tentang bagaimana pengukuran
kinerja sector publik
2. Untuk mengetahui dan memahami tentang bagaimana langkah-langkah
pengukuran kinerja dengan value for money
3. Untuk mengetahui dan memahami tentang bagaimana pengukuran
kinerja dengan balance scorecard
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGUKURAN KINERJA ORGANISASI SEKTOR PUBLIK

2.1.1 PENGERTIAN PENGUKURAN KINERJA

Kinerja merupakan gambaran dari pencapaian pelaksanaan suatu

kegiatan/program/kebijakan untuk mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan

visi organisasi. Menurut Mardiasmo (2002), sistem pengukuran kinerja

sektor publik adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu manajer

sektor publik menilai pencapaian suatu strategi melalui alat ukur finansial

dan nonfinansial. Sistem pengukuran kinerja ini dapat dijadikan sebagai alat

pengendalian organisasi.

Maksud dilakukannya pengukuran kinerja sektor publik antara lain:

1. Membantu memperbaiki kinerja pemerintah agar dapat berfokus pada

tujuan dan sasaran program unit kerja yangn pada akhirnya akan

meningkatkan efisiensi dan efektivitas organisasi sektor publik dalam

memberikan layanan kepada masyarakat.

2. Ukuran kinerja sektor publik digunakan untuk pengalokasian sumber

daya dan pembuatan keputusan.

3. Untuk mewujudkan tanggung jawab publik dan memperbaiki komunikasi

kelembagaan.
Selain itu, pihak legislatif menggunakan ukuran kinerja ini untuk

menentukan kelayakan biaya pelayanan (cost of service) yang dibebankan

kepada masyarakat pengguna jasa publik karena mereka tidak mau selalu

ditarik pungutan tanpa adanya peningkatan kualitas dan kuantitas dari

pelayanan yang diterima tersebut.

Kinerja sektor publik bersifat multidimensional, sehingga tidak ada

indikator tunggal yang dapat digunakan untuk menunjukkan kinerja secara

komprehensif. Berbeda dengan sektor swasta, karena sifat output yang

dihasilkan sektor publik lebih banyak bersifat intangible output, maka

ukuran finansial saja tidak cukup untuk mengukur kinerja sektor publik.

Oleh karena itu, perlu dikembangkan ukuran kerja non-finansial.

2.1.2 TUJUAN SISTEM PENGUKURAN KINERJA

Tujuan sistem pengukuran kinerja antara lain:

1. Untuk mengkomunikasikan strategi secara lebih baik (top down and

bottom up).

2. Untuk mengukur kinerja finansial dan non-finansial secara berimbang

sehingga dapat ditelusur berkembangan pencapaian strateginya.

3. Untuk mengakomodasi pemahaman kepentingan manajer level

menengah dan bawah serta motivasi untuk mencapai good congruence.

4. Sebagai alat untuk mencapai kepuasan berdasarkan pendekatan

individual dan kemampuan kolektif yang rasional.

2.1.3 MANFAAT PENGUKURAN KINERJA

Berikut ini adalah manfaat dari pengukuran kinerja:


1. Memberikan pemahaman mengenai ukuran yang digunakan untuk

menilai kinerja manajemen

2. Memberikan arah untuk mencapai target kinerja yang ditetapkan.

3. Untuk memonitor dan mengawasi pencapaian kinerja dan

membandingkannya dengan target kinerja serta melakukan tindakan

kolektif untuk memperbaiki kinerja.

4. Sebagai dasar untuk memberikan penghargaan dan hukuman (reward

and punishment).

5. Sebagai alat komunikasi antara bawahan dan pimpinan dalam rangka

memperbaiki kinerja organisasi.

6. Membantu mengidentifikasikan apakah kepuasan pelanggan sudah

terpenuhi.

7. Membantu memahami kegiatan instansi pemerintah.

8. Memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara obyektif.

2.1.4 PRINSIP-PRINSIP PEMILIHAN UKURAN KINERJA

Berikut ini merupakan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memilih

ukuran-ukuran kinerja instansi yang sesuai dengan skema indikator:

Evaluasi kembali ukuran yang Informasi kinerja tetap dibutuhkan oleh


ada manajemen. Apabila skema indikator
kinerja sudah tidak berfungsi, maka
manajemen akan mengembangkan
skema baru.
Mengukur kegiatan yang Kinerja selalu berorientasi hasil. Ukuran
penting, tidak hanya hasil hasil sering diformulasikan dalam rasio
keuangan. Pencapaian hasil akan
menunjukkan adanya permasalahan.
Hasil tersebut tidak akan menunjukkan
diagnosis hasil.
Pengukuran harus mendorong Pembagian proses pengukuran
tim kerja yang akan mencapai menciptakan lingkungan tim kerja yang
tujuan aktivitasnya diarahkan pada pencapaian
tujuan organisasi.
Pengukuran harus merupakan Agar efektif, sistem pengukuran harus
perangkat yang terintegrasi, diciptakan sebagai perangkat terintegrasi
seimbang dalam penerapannya yang diperoleh dari strategi perusahaan.
Sebagian besar perusahaan berusaha
meminimalkan biaya, meningkatkan
kualitas, mengurangi waktu pelaksanaan
produksi dan menciptakan pengembalian
investasi yang wajar.
Pengukuran harus memiliki Ukuran internal yang umum dipakai
fokus eksternal jika dalam sebuah organisasi perbandingan
memungkinkan kinerja dari tahun ke tahun. Suatu
perbandingan tertentu dapat dilakukan
ke tingkatan mikro: divisi, departemen,
kelompok, bahkan individu.

2.1.5 SKALA PENGUKURAN

Skala pengukuran dapat dibedakan menjadi empat, yaitu:

a. Skala Nominal

Skala nominal merupakan skala pengukuran yang paling rendah

tingkatannya karena denga skala ini obyek pengukuran hanya dapat

dikelompokkan berdasarkan ciri-ciri yang sama, yang berbeda dengan

kelompok lain. Kelompok-kelompok atau golongan tidak dibedakan

berdasarkan tingkatan, karena kelompok yang satu tidak dapat dikatakan

lebih rendah atau lebih tinggi tingkatannya dari pada kelompok yang lain,

tetapi hanya sekedar berbeda.

b. Skala Ordinal

Skala ini lebih tinggi tingkatannya atau lebih baik dari pada skala

nominal karena selain memiliki ciri-ciri yang sama dengan skala

nominal, yaitu dapat mengolongkan obyek dalam golongan yang


berbeda, skala ordinal juga mempunyai kelebihan dari skala nominal,

yaitu bahwa golongan-golongan atau klasifikasi dalam skala ordinal ini

dapat dibedakan tingkatannya. Ini berarti bahwa suatu golongan dapat

dikatakan lebih tinggi atau lebih rendah dari pada golongan yang lain.

c. Skala Interval

Skala interval memiliki kelebihan yaitu mempunyai unit pengukuran

yang sama, sehingga jarak antara satu titik dengan titik yang lain, atau

antara satu golongan dengan golongan yang lain dapat diketahui.

d. Skala rasio

Skala rasio merupakan skala yang paling tinggi tingkatannya karena

skala ini mempunyai ciri-ciri yang dimiliki oleh semua skala di

bawahnya. Skala rasio memiliki titik nol yang sebenarnya yang berarti

bahwa apabila suatu obyek diukur dengan skala rasio dan berada pada

titik nol, maka gejala atau sifat yang diukur benar-benar tidak ada.

2.1.6 SIKLUS PENGUKURAN KINERJA

Pengukuran kinerja dilakukan dengan melalui lima tahapan berikut

ini:

1. Perencanaan strategi: siklus pengukuran kinerja dimulai dengan proses

penskemaan strategi, yang berkenaan dengan penetapan visi, misi, tujuan

dan sasaran, kebijakan, program operasional san kegiatan/aktivitas.

2. Penciptaan indikator kinerja: penciptaan indikator kinerja dilakukan

setelah perumusan strategi. Indikator yang mudah adalah untuk aktivitas

yang dapat dihitung, contohnya adalah jumlah klaim yang diproses.


3. Mengembangkan sistem pengukuran kinerja: tahap ini terdiri dari tiga

langkah, yaitu: pertama, meyakinkan keberadaan data yang diperlukan

dalam siklus pengukuran kinerja. Kedua, mengukur kinerja dengan data

yang tersedia dan data yang dikumpulkan. Ketiga, penggunaan data

pengukuran yang dihimpun, harus dipresentasikan dalam cara-cara yang

dapat dimengerti dan bermanfaat.

4. Penyempurnaan ukuran: pada tahap ini dilakukan pemikiran kembali atas

indikator hasil (outcomes) dan indikator dampak (impacts) menjadi lebih

penting dibandingkan dengan pemikiran kembali atas indikator masukan

(inputs) dan keluaran (outputs).

5. Pengintegrasian dengan proses manajemen: bagaimana menggunakan

ukuran kinerja tersedian secara efektif merupakan tantangan selanjutnya.

Penggunaan data organisasi dapat dijadikan alat untuk memotivasi

tindakan dalam organisasi.

2.2 INFORMASI YANG DIGUNAKAN UNTUK PENGUKURAN

KINERJA

2.2.1 INFORMASI FINANSIAL

Penilaian laporan kinerja finansial diukur berdasarkan pada anggaran

yang telah dibuat. Penilaian tersebut dilakukan dengan menganalisis varians

(selisih atau perbedaan) antara kinerja aktual dengan anggaran yang

dianggarkan.

Analisis varians secara garis besar berfokus pada :


1. Varians pendapatan (revenue varians)

Varians pendapatan adalah semua penerimaan dalam bentuk

peningkatan aktiva atau penurunan utang dari berbagai sumber dalam

periode tahun anggaran yang bersangkutan.

2. Varians pengeluaran (expenditure variance)

a. Varians belanja rutin

Anggaran belanja rutin adalah anggaran yang disediakan untuk

membiayai kegiatan-kegiatan yang sifatnya lancar dan terus

menerus yang dimaksudkan untuk menjaga kelemahan roda

pemerintahan dan memelihara hasil-hasil pembangunan.

b. Varians belanja investasi/modal (recurrent expenditure variance)

Belanja investasi/modal adalah pengeluaran yang manfaatnya

cenderung melebihi satu tahun anggaran dan akan menambah aset

atau kekayaan pemerintah, dan selanjutnya akan menambah

anggaran rutin untuk biaya operasional dan pemeliharaan.

Setelah dilakukan analisis varians maka tahap selanjutnya

dilakukan identifikasi sumber penyebab terjadinya varians dengan

menelusur varians tersebut hingga level manajemen paling bawah.

2.2.2 INFORMASI NONFINANSIAL

Informasi nonfinansial dapat menambah keyakinan terhadap kualitas

proses pengendalian manajemen. Teknik pengukuran kinerja yang

komprehensif dan banyak dikembangkan oleh berbagai organisasi dewasa

ini adalah Balanced Scorecard. Metode Balanced Scorecard merupakan


pengukuran kinerja organisasi berdasarkan aspek finansial dan juga aspek

nonfinasial. Balanced Scorecard dinilai cocok untuk organisasi sektor

publik karena Balanced Scorecard tidak hanya menekankan pada aspek

kuantitatif-finansial, tetapi juga aspek kualitatif dan nonfinansial. Hal

tersebut sejalan dengan sektor publik yang menempatkan laba bukan hanya

sebagai ukuran kinerja utama, namun pelayanan yang cenderung bersifat

kualitatif dan non keuangan (Mahmudi, 2007). Pengukuran dengan metode

ini melibatkan empat aspek, antara lain :

1. Perspektif Finansial (Financial Perspective)

Perspektif finansial menjadi perhatian dalam balanced scorecard

karena ukuran keuangan merupakan ikhtisar dari konsekuensi ekonomi

yang terjadi yang disebabkan oleh pengambilan keputusan. Aspek

keuangan menunjukkan apakah perencanaan, implementasi dan

pelaksanaan dari strategi memberikan perbaikan yang mendasar.

Pengukuran kinerja keuangan mempertimbangkan adanya tahapan dari

siklus kehidupan bisnis, yaitu:

a. Growth (bertumbuh) : tahapan awal siklus kehidupan perusahaan

dimana perusahaan memiliki potensi pertumbuhan terbaik. Disini

manajemen terikat dengan komitmen untuk mengembangkan suatu

produk/jasa dan fasilitas produksi, menambah kemampuan operasi,

mengembangkan sistem, infrastruktur dan jaringan distribusi yang

akan mendukung hubungan global, serta membina dan

mengembangkan hubungan dengan pelanggan.


b. Sustain (bertahan) : tahapan kedua dimana perusahaan masih

melakukan investasi dan reinvestasi dengan mengisyaratkan tingkat

pengembalian terbaik. Pada tahap ini, perusahaan mencoba

mempertahankan pangsa pasar yang ada, bahkan mengembangkannya

jika memungkinkan.

c. Harvest (menuai) : Tahapan ketiga dimana perusahaan benar-benar

menuai hasil investasi ditahap-tahap sebelumnya. Tidak ada lagi

investasi besar, baik ekspansi pembangunan kemampuan baru, kecuali

pengeluaran untuk pemeliharaan dan perbaikan.

2. Perspektif kepuasan pelanggan (customer perspective)

Dalam perspektif ini perhatian perusahaan harus ditujukan pada

kemampuan internal untuk peningkatan kinerja produk, inovasi dan

teknologi dengan memahami selera pasar. Dalam perspektif ini peran

riset pasar sangat besar. Perspektif pelanggan memiliki dua kelompok

pengukuran, yaitu:

a. Core measurement group, yang memiliki beberapa komponen

pengukuran, yaitu:

- Pangsa Pasar (market share): pangsa pasar ini menggambarkan

proporsi bisnis yang dijual oleh sebuah unit bisnis di pasar

tertentu. Hal itu diungkapkan dalam bentuk jumlah pelanggan

uang yang dibelanjakan atau volume satuan yang terjual.

- Retensi Pelanggan (Customer Retention) : menunjukkan tingkat

dimana perusahaan dapat mempertahankan hubungan dengan


pelanggan. Pengukuran dapat dilakukan dengan mengetahui

besarnya presentase pertumbuhan bisnis dengan pelanggan yang

ada saat ini.

- Akuisisi Pelanggan (Customer Acquisition) : pengukuran ini

menunjukkan tingkat dimana suatu unit bisnis mampu menarik

pelanggan baru memenangkan bisnis baru. Akuisisi ini dapat

diukur dengan membandingkan banyaknya jumlah pelanggan

baru di segmen yang ada.

- Kepuasan Pelanggan (Customer Satisfaction) : pengukuran ini

berfungsi untuk mengukur tingkat kepuasan pelanggan terkait

dengan kriteria spesifik dalam value proportion.

b. Customer Value Proportion yang merupakan pemicu kinerja yang

terdapat pada Core value proportion didasarkan pada atribut

sebagai berikut:

- Product/service attributes yang meliputi fungsi produk atau

jasa, harga dan kualitas. Perusahaan harus mengidentifikasikan

apa yang diinginkan pelanggan atas produk atau jasa yang

ditawarkan.

- Customer relationship adalah strategi dimana perusahaan

mengadakan pendekatan agar perasaan pelanggan merasa puas

atau produk atau jasa yang ditawarkan perusahaan.


- Image and reputation membangun image dan reputasi dapat

dilakukan melalui iklan dan menjaga kualitas seperti yang

dijanjikan.

3. Perspektif efisiensi proses internal (internal process efficiency) Dalam

hal ini perusahaan berfokus pada tiga proses bisnis utama yaitu:

- Proses inovasi

Dalam proses penciptaan nilai tambah bagi pelanggan, proses

inovasi merupakan salah satu kritikal proses, dimana efisiensi

dan efektifitas serta ketepatan waktu dari proses inovasi ini

akan mendorong terjadinya efisiensi biaya pada proses

penciptaan nilai tambah bagi pelanggan. Proses inovasi dapat

dibagi menjadi dua yaitu:

 Pengukuran terhadap proses inovasi yang bersifat penelitian

dasar dan terapan

 Pengukuran terhadap proses pengembangan produk.

- Proses Operasi

Pada proses operasi yang dilakukan oleh masing-masing

organisasi bisnis, lebih menitikberatkan pada efisiensi proses,

konsistensi, dan ketepatan waktu dari barang dan jasa yang

diberikan kepada pelanggan.

- Pelayanan Purna Jual

Tahap terakhir dalam pengukuran proses bisnis internal

adalah dilakukannya pengukuran terhadap pelayanan purna


jual kepada pelanggan. Pengukuran ini menjadi bagian yang

cukup penting dalam proses bisnis internal, karena pelayanan

purna jual ini akan berpengaruh terhadap tingkat kepuasan

pelanggan.

4. Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan (learning and growth

perspective).

Kaplan (Kaplan, 1996) mengungkapkan betapa pentingnya suatu

organisasi bisnis untuk terus mempertahankan karyawannya,

memantau kesejahteraan karyawan dan meningkatkan

pengetahuan karyawan karena dengan meningkatnya tingkat

pengetahuan karyawan akan meningkatkan pula kemampuan

karyawan untuk berpartisipasi dalam pencapaian hasil ketiga

perspektif diatas dan tujuan perusahaan. Perspektif pembelajaran

dan pertumbuhan organisasi merupakan faktor pendorong

dihasilkannya kinerja yang istimewa dalam tiga perspektif

Balanced Scorecard.

Perspekti/Faktor yang Dinilai Misi atau Visi

Jenis informasi non-finansial dapat dinyatakan dalam

bentuk variabel kunci. Variabel kunci adalah variabel yang

mengindikasikan faktor-faktor yang menjadi penyebab

kesuksesan organisasi. Karakteristik variabel kunci, yaitu :

1)     Menjelaskan faktor pemicu keberhasilan dan kegagalan

organisasi
2)      Sangat volatile (mudah berubah) dan dapat berubah dengan

cepat

3)      Perubahannya tidak dapat diprediksi

4)      Jika terjadi perubahan perlu diambil tindakan segera

5)      Variabel tersebut dapat diukur, baik secara langsung maupun

melalui ukuran antara (surrogate). Sebagai contoh kepuasan

masyarakat tidak dapat diukur secara langsung akan tetapi

dapat dibuat ukuran antaranya, misalnya jumlah aduan,

tuntutan dan demonstrasi dapat dijadikan variabel kunci.

Contoh Variabel Kunci

Dinas/Unit Kerja Variabel Kunci


Rumah Sakit dan Tingkat hunian kamar (kamar yang dipakai : jumlah total
hotel kamar yang tersedia)
Klinik Kesehatan Jumlah pelannggan (masyarakat) yang dilayani per hari
Perusahaan KWH yang terjual
Listrik Negara
Perusahaan Jumlah pulsa yang terjual
Telekomunikasi
Perusahaan Air Jumlah debit air yang terjual
Minum
DLLAJ Jumlah alat angkutan umum
Paid seats/capacity seats
Pekerjaan Umum Panjang jalan yang dibangun/diperbaiki
Panjang jalan yang disapu/dibersihkan
Kepolisian Jumlah kriminalitas yang tertangani
Jumlah kecelakaan/pelanggaran lalu lintas
Jumlah pengaduan masyarakat yang tertangani
DPR/DPRD Jumlah pengaduan dan tuntutan masyarakat yang
tertangani
Jumlah rapat yang dilakukan
Jumlah undang-undang atau perda yang dihasilkam
Jumlah peserta rapat per total anggota
Dipenda Jumlah pendapatan yang terkumpul
Agar pengukuran kinerja dapat dilakukan dengan baik, berikut ini

merupakan hal-hal yang perlu diperhatikan:

a. Membuat suatu komitmen untuk mengukur kinerja dan memulainya

dengan segera.

b. Hal yang perlu dilakukan oleh instansi adalah sesegera mungkin

memulai upaya pengukuran kinerja dan tidak perlu mengharap

pngukuran kinerja akan langsung sempurna. Nantinya, perbaikan atas

pengukuran kinerja akan dilakukan.

c. Perlakuan pengukuran kinerja sebagai suatu proses yang berkelanjutan

(on-going process)

d. Pengukuran kinerja merupakan suatu proses yang bersifat interaktif.

Proses ini merupakan suatu cerminan dari upaya organisasi untuk selalu

berupaya memperbaiki kinerja.

e. Sesuaikan proses pengukuran kinerja dengan organisasi

f. Organisai harus menetapkan ukuran kinerja yang sesuai dengan

besranya organisasi, budaya, visi, tujuan, dan struktur organisasi.

2.3 PERANAN INDIKATOR KINERJA DALAM PENGUKURAN


KINERJA

Indikator Kinerja digunakan sebagai indikator pelaksanaan strategi

yang telah ditetapkan. Indikator kinerja tersebut dapat berbentuk faktor-

faktor keberhasilan utama organisasi (critical success factors) dan indikator

kinerja kunci (key performance indicator).


Faktor Keberhasilan Utama adalah suatu area yang mengindikasikan

kesuksesan kinerja unit kerja organisasi. Area ini merefleksikan preferensi

manajerial dengan memperhatika variabel-variabel kunci finansial dan non-

finansial pada kondisi waktu tertentu.

Indikator Kinerja Kunci merupakan sekumpulan indikator yang dapat

dianggap sebagai ukuran kinerja kunci baik yang bersifat finansial maupun

non-finansial untuk melaksanakan operasi dan kinerja unit bisnis. Indikator

ini digunakan oleh manajer untuk mendeteksi dan memonitor capaian

kinerja.

Komponen yang digunakan dalam penentuan indikator kinerja :

a. Biaya pelayanan (cost of service)

Indikator biaya diukur dalam bentuk biaya unit (unit cost), misalnya

biaya per unit pelayanan (panjang jalan yang diperbaiki, jumlah ton

sampah yang terangkut, biaya per siswa). Beberapa pelayanan mungkin

tidak dapat ditentukan biaya unitnya karena output yang dihasilkan tidak

dapat dikuantifikasi atau tidak ada keseragaman tipe pelayanan yang

diberikan. Untuk kondisi tersebut maka dibuat indikator kinerja produksi

misalnya belanja per kapita.

b. Penggunaan (utilization)

Indikator ini membandingkan antara jumlah pelayanan yang ditawarkan

(supply of service) dengan permintaan publik (public demand). Indikator

ini harus mempertimbangkan preferensi publik sedangkan

pengukurannya berupa volume absolut atau presentase tertentu, misalnya


presentase penggunaan kapasitas. Contoh lain yaitu rata-rata jumlah

penumpang per bus yang dioperasikan. Indikator kinerja ini digunakan

untuk mengetahui frekuensi operasi atau kapasitas kendaraan yang

digunakan pada tiap-tiap jalur.

c. Kualitas dan standar pelayanan (quality and standards)

Indikator ini merupakan indikator yang paling sulit diukur karena

menyangkut pertimbangan yang sifatnya subyektif. Contohnya yaitu

perubahan jumlah komplain masyarakat atas pelayanan tertentu.

d. Cakupan pelayanan (coverage)

Indikator ini perlu dipertimbangkan jika terdapat kebijakan atau

peraturan perundangan yang mensyaratkan untuk memberikan pelayanan

dengan tingkat pelayanan minimal yang telah ditetapkan.

e. Kepuasan (satisfaction)

Indikator kepuasan diukur melalui metode jajak pendapat secara

langsung. Bagi pemerintah daerah, metode penjaringan aspirasi

masyarakat (need assessment) dapat juga digunakan untuk menetapkan

indikator kepuasan. Namun, dapat juga digunakan indikator proksi

misalnya jumlah komplain. Pembuatan indikator kinerja tersebut

memerlukan kerjasama antar unit kerja.

Contoh Pengembangan Indikator Kinerja

Dinas/Unit Kerja Indikator Kinerja


Rumah Sakit Biaya total rata-rata rawat jalan per pasien yang
masuk
Biaya rata-rata pelayanan medis dan paramedis per
pasien yang masuk
Biaya rata-rata pelayanan umum (non-klinis) per
pasien yang masuk
Penggunaan fasilitas
Rata-rata masa tinggal pasien di rumah sakit
Jumlah pasien rata-rata per bed per tahun
Rasio antara pasien baru dengan pasien lama yang
masuk kembali
Proporsi tingkat hunian
Klinik Jumlah pelanggan yang dilayani per hari per jumlah
Kesehatan total penduduk untuk wilayah tertentu
Pekerjaan Panjang jalan yang dibangun atau diperbaiki/total
Umum panjang jalan
Panjang jalan yang disapu atau dibersihkan/total
panjang jalan
Kondisi jalan
Keamanan jalan (road safety)
Kepolisian % Jumlah kriminalitas yang tertangani/Jumlah
kriminalitas yang terdeteksi/tercatat
% Penurunan jumlah kecelakaan atau pelanggaran
lalu lintas
% Jumlah pengaduan masyarakat yang
tertangani/Jumlah total pengaduan masyarakat yang
masuk
DPR/DPRD % Jumlah pengaduan dan tuntutan masyarakat yang
tertangani/Jumlah total aspirasi yang masuk
Jumlah rapat yang dilakukan per bulan/tahun
Jumlah peraturan yang dihasilkan per bulan/tahun
% Jumlah peserta rapat per total anggota
Dipenda % Jumlah pendapatan yang terkumpul/potensi

2.4 INDIKATOR KINERJA DAN PENGUKURAN VALUE FOR MONEY

Menurut Mahmdi (2005:97) dalam bukunya Manajemen Kinerja

Sektor Publik menyatakan karakteristik indikator kinerja sebagai berikut :

a. Sederhana dan mudah dipahami,

b. Dapat diukur,

c. Dapat dikualifikasikan, misalnya dalam bentuk rasio persentase dan

angka,

d. Diakitkan dengan standar atau target kinerja,


e. Berfokus pada costumer service, kualitas dan efisiensi,

f. Dikaji secara teratur.

Value for money merupakan konsep pengelolaan organisasi sektor

publik yang mendasarkan pada tiga elemen utama yaitu ekonomi,

efisiensi, dan efektivitas.

Value for money merupakan inti dari pengukuran kinerja pada

organisasi pemerintah. Permasalahan yang sering dihadapi oleh

pemerintah dalam melakukan pengukuran kinerja adalah sulitnya

mengukur output karena output yang dihasilkan tidak selalu berupa

output berwujud tetapi lebih banyak berupa intangible output. Untuk

dapat mengukur kinerja pemerintah maka perlu diketahui indikator-

indikator kinerja sebagai dasar penilaian kinerja. Mekanisme yang

diperlukan untuk menentukan indikator kinerja, antara lain :

1) Sistem perencanaan dan pengendalian

Meliputi proses, prosedur, dan struktur yang memberi jaminan

bahwa tujuan organisasi telah dijelaskan dan dikomunikasikan ke

seluruh bagian organisasi dengan menggunakan rantai komando

yang jelas yang didasarkan pada spesifikasi tugas pokok dan

fungsi, kewenangan serta tanggungjawab.

2) Spesifikasi dan standarisasi

Kinerja suatu kegiatan, program, dan organisasi diukur dengan

menggunakan spesifikasi teknis secara detail untuk memberikan


jaminan bahwa spesifikasi teknis tersebut dijadikan sebagai

standar penilaian.

3) Kompetensi teknis dan profesionalisme

Untuk memberikan jaminan terpenuhinya spesifikasi teknis dan

standarisasi yang ditetapkan maka diperlukan personel yang

memiliki kompetensi teknis dan professional dalam bekerja.

4) Mekanisme ekonomi dan mekanisme pasar

Mekanisme ekonomi terkait dengan pemberian penghargaan dan

hukuman (reward and punishment) yang bersifat finansial,

sedangkan mekanisme pasar terkait dengan penggunaan sumber

daya yang menjamin terpenuhinya value for money. Ukuran

kinerja digunakan sebagai dasar untuk memberikan penghargaan

dan hukuman (alat pembinaan).

5) Mekanisme sumber daya manusia

Pemerintah perlu menggunakan beberapa mekanisme untuk

memotivasi stafnya untuk memperbaiki kinerja personal dan

organisasi.

Peran indikator kinerja bagi pemerintah antara lain :

a. Untuk membantu memperjelas tujuan organisasi

b. Untuk mengevaluasi target akhir (final outcome) yang

dihasilkan

c. Sebagai masukan untuk menentukan skema insensif manajerial


d. Memungkinkan bagi pemakai jasa layanan pemerintah untuk

melakukan pilihan

e. Untuk menunjukkan standar kinerja

f. Untuk menunjukkan efektivitas

g. Untuk membantu menentukan aktivitas yang memiliki

efektivitas biaya yang paling baik untuk mencapai target

sasaran

h. Untuk menunjukkan wilayah, bagian, atau proses yang masih

potensial untuk dilakukan penghematan biaya.

2.5 PENGUKURAN VALUE FOR MONEY

Kriteria pokok manajemen publik didasari atas : ekonomi, efisiensi,

efektivitas, transparansi, dan akuntabilitas publik. Dengan tujuan yang

dikehendaki masyarakat mencakup pertanggungjawaban atas pelaksanaan

value for money, yaitu: ekonomis (hermat cermat) dalam pengadaan dan

alokasi sumberdaya, efisiensi (berdaya guna) dalam penggunaan

sumberdaya, serta efektif (berhasil guna) dalam arti mencapai tujuan atau

sasaran.

Untuk mengukur kinerja organisasi dapat dilakukan secara obyektif

digunakanlah indikator kinerja, yang idealnya terkait paada efisiensi biaya

dan kualitas pelayanan.

2.6 PENGEMBANGAN INDIKATOR VALUE FOR MONEY


Peran indikator kinerja adalah untuk menyediakan informasi sebagai

pertimbangan untuk pembuatan keputusan. Indikator value for money dibagi

menjadi dua bagian, yaitu: indikator alokasi biaya (ekonomi dan efisisensi),

dan indikator kualitas pelayanan (Efektifitas). Indikator kinerja harus dapat

dimanfaatkan oleh pihak internal maupun eksternal dan juga akan

membantu pemerintah dalam proses pengambilan keputusan anggaran dan

dalam mengawasi kinerja anggaran.

 Tiga pokok bahasan dalam indikator value for money:

 Ekonomi

Ekonomi adalah hubungan antara pasar dan masukan (cost of input).

Dengan kata lain, ekonomi adalah praktik pembelian barang dan jasa

input dengan tingkat kualitas teretentu pada harga terbaik yang

dimungkinkan (spending less).

 Efisiensi

Efisiensi berhubungan erat dengan konsep produktifitasnya.

Pengukuran efisiensi dilakukan dengan menggunakan perbandingan

antara output yang dihasilkan terhadap input yang digunakan (cosh of

output), dan dapat dikatakan efisien apabila suatu produk atau hasil

kerja tertentu dapat dicapai dengan penggunaan sumber daya dan dana

yang serendah-rendahnya (Spending well).

 Efektifitas

Pada dasarnya berhubungan erat dengan pencapaian tujuan atau target

kebijakan (hasil guna). Kegiatan operasional dikatakan efektif apabila


proses kegiatan mencapai tujuan dan sasaran akhir kebijakan

(spending wisely).

Dari uraian diatas value for money sangat berkaitan. Ekonomi

membahas masukan (input), efisiensi membahas masukan (input) dan

keluaran (output), dan efektifitas membahas mengenai keluaran

(output) dan dampak (outcome). Dan hubungan nya dapat

digambarkan sebagai berikut:

b. Indikator efektifitas biaya (Cost-Effectiveness)

Indikator efisiensi dan efektifitas harus digunakan secara bersama-sama.

Karena disatu pihak mungkin pelaksanaanya sudah dilakukan secara

ekonomis dan efisien akan tetapi output yang dihasilkan tidak sesuai

target. Sedang dipihak lain, program dikatakan efektif dalam mencapai

tujuan, tetapi tidak dicapai dengan cara ekonomis dan efisien. Jika suatu

program efektif dan efisien maka program tersebut dikatakan cost-

effectivenness.

2.7 LANGKAH-LANGKAH PENGUKURAN VALUE FOR MONEY

a. Pengukuran Ekonomi

Pengukuran ekonomi hanya mempertimbangkan masukan yang

dipergunakan dan merupakan ukuran relatif.

b. Pengukuran Efisiensi

Efisiensi dapat diukur dengan rasio antara output dengan input. Rasio

efisiensi tidak dinyatakan dalam bentuk absolute tetapi dalam bentuk


relative, karena efisiensi diukur dengan membandingkan keluaran dan

masukan, maka perbaikan efisiensi dapat dilakukan dengan cara:

 Meningkatkan output pada tingkat input yang sama

 Meningkatkan output dalam proporsi yang lebih besar daripada

proporsi peningkatan input.

 Menurunkan input pada tingkatan output yang sama.

 Menurunkan input dalam proporsi yang lebih besar daripada

proporsi penurunan output.

c. Pengukuran Efektifitas

Efektifitas adalah ukuran berhasil tidaknya suatu organisasi mencapai

tujuannya. Apabila suatu organisasi berhasil mencapai tujuan, maka

organisasi tersebut dikatakan telah berjalan dengan efektif.

d. Pengukuran Outcome

Outcome adalah dampak suatu program atau kegiatan terhadap

masyarakat. Outcome lebih tinggi nilainya daripada output, karena

output hanya mengukur hasil tanpa mengukur dampaknya terhadap

masyarakat, sedangkan outcome mengukur kualitas output dan dampak

yang dihasilkan (Smith, 1996)

e. Estimasi Indikator Kinerja

Estimasi dapat dilakukan dengan menggunakan :

 Kinerja tahun lalu

Digunakan sebagai dasar untuk mengestimasi indikator kinerja.

Karena merupakan perbandingan bagi unit untuk melihat seberapa


besar kinerja yang telah dilakukan. Disamping itu terdapat time lag

antara aktivitas yang telah dilakukan dengan dampak yang timbul

dari aktivitas tersebut. Dampak yang timbul pada tahun sekarang

dapat dirasakan pada tahun yang akan datang.

 Expert Judgement

Digunakan karena kinerja tahun lalu yang sangat berpengaruh

terhadap kinerja berikutnya. Teknik ini menggunakan pengetahuan

dan pengalaman dalam mengestimasi indikator kinerja. Expert

judgrment digunakan untuk melakukan estimasi kinerja. Selain itu

dari segi biaya juga tidak terlalu mahal. Tetapi mempunyai

kelemahan yaitu sangat tergantung pada pandangan subyektif para

pengambil keputusan. Dampak dari pencapaian kinerja tidak secara

otomatis dapat dikatakan bahwa unit tersebut mengalami

peningkatan kinerja.

 Trend

Digunakan dalam mengestimasi indikator kinerja karena adanya

pengaruh waktu dalam pencapaian kinerja unit kerja.

 Regresi

Regresi dilakukan untuk menentukan seberapa besar pengaruh

variabel-variabel independen mampu mempengaruhi variabel

dependen.

f. Pertimbangan dalam Membuat Indikator Kinerja


Langkah awal dalam membuat indikator kinerja ekonomi,

efisiensi, dan efektivitas adalah memahami operasi dalam menganalisis

kegiatan dan program yang akan dilaksanakan. Terdapat dua jenis

kebijakan yaitu input dan proses yang mempunyai tujuan untuk

mengatur alokasi sumber daya input untuk dikonversi menjadi output

melalui satu atau beberapa proses konversi atau operasi.

Hasil kebijakan ada tiga jenis, yaitu : output, akibat, dampak, dan

distribusi manfaat. Output yang diproduksi diharapkan akan

memberikan sejumlah akibat dan dampak yang positif tehadap tujuan

program. Hal ini disebut dengan outcome program.

Apabila ukuran outcome tidak bersedia dan ukuran efektivitas

suatu program yang dapat dikuantifikasi tidak dapat ditentukan, maka

perlu dikembangkan ukuran kinerja antara. Karena ukuran kinerja

pengganti tidak dapat mengukur secara tepat dalam pencapaian

program. Terlalu banyak perhatian terhadap ukuran pengganti tersebut

dapat menyebabkan perilaku disfungsional pada manajer dan

pengambilan keputusan.

Contoh indikator kinerja di Perguruan Tinggi

Pertimbangan Input
Input Mahasiswa -       Latar belakang sosial ekonomi
-       Latar belakang budaya
Sumber Daya -       Jumlah dosen
-       Fasilitas
Indikator Proses
Staf -       Kualitas dosen
-       Tingkat perpindahan dosen
Perkuliahan -       Frekuensi temu kelas dan konsultasi
-       Rasio dosen
Kurikulum -       Mata kuliah utama
-       Mata kuliah pilihan
Daya Dukung Pendidikan -       Forum-forum ilmiah
-       Saran olahraga
Organisasi -       Manajemen perguruan tinggi
-       Organisasi mahasiswa
Mutually -       Tingkat ekspektasi dosen
-       Tingkat tanggung jawab mahasiswa
Indikator Output
Mahsiswa -       Sikap dan perilaku masasiswa
-       Tingkat kehadiran dan ketidak hadiran
Dosen -       Tingkat kehadiran dan ketidakhadiran
-       Keterlambatan
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Sistem Pengukuran Kinerja sector public adalah suatu system yang

bertujuan untuk membantu manajer public menilai pencapaian suatu strategi

melalui alat ukur finansial dan non finansial. System pengukuran kinerja

merupakan salah satu alat pengendalian organisasi karena diperkuat dengan

adanya mekanisme reward dan punishment. Pengukuran kinerja sector

public dimkasudkan untuk membantu memperbaiki kinerja pemerintah,

memperbaiki pengalokasian sumber daya dan pembuatan keputusan, serta

untuk memfasilitasi terwujudnya akuntabilitas public


DAFTAR PUSTAKA

Bastian, Indra. 2006. Akuntansi Sektor Publik: Suatu Pengantar. Jakarta:

Erlangga.

Mardiasmo. 2009. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Anda mungkin juga menyukai