Geometri Bidang 1
Gb.1 Gb.2 Gb.3 Gb.4 Gb.5 Gb.6
1. Segi tiga.
Segitiga adalah polygon dengan tiga sisi (dilambangkan dengan ∆ ) dan merupakan
gabungan tiga ruas garis yang ujung-ujungnya ditentukan oleh tiga titik tidak segaris.
Ruas-ruas garis tersebut dinamakan sebagai sisi, sedangkan ketiga ujungnya
dinamakan sebagai titik sudut.
Ketiga sisi pada segitiga tersebut harus memenuhi syarat ketaksamaan segitiga,
yakni: Jika a, b dan c adalah sisi-sisi pada segitiga ABC, maka haruslah berlaku:
a + b > c dan a + c > b dan b + c > a.
Berdasarkan besar sudutnya, segitiga dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
(1) Segitiga lancip, yakni segitiga yang semua sudutnya kurang dari 900
(2) Segitiga siku-siku yakni segitiga yang salah satu sudutnya 900
(3) Segitiga tumpul yakni segitiga yang salah satu sudutnya lebih dari 900.
Berdasarkan panjang sisinya, segitiga dibedakan menjadi :
(1) segitiga samakaki yakni segitiga yang dua sisinya sama panjang
(2) segitiga samasisi yakni segitiga yang dua sisinya sama panjang
(3) Segitiga sembarang, yakni segitiga yang sisi-sisinya tidak ada yang sama
panjang.
Dua segitiga dikatakan kongruen (dilambangkan C R
dengan ) jika segitiga yang satu dapat
dihimpitkan dengan yang lain dengan tepat.
Pada gambar disamping ∆ABC ∆PQR,
jika kondisi berikut dipenuhi:
<A = <P, <B = <Q dan <C < <R
AB = PQ, BC = QR dan CA = RP
A B P Q
Geometri Bidang 2
Dapat juga dikatakan, dua segitiga kongruen jika keenam unsur segitiga pertama
kongruen dengan enam unsur yang bersesuaian pada segitiga yang kedua
Beberapa dalil dalam segitiga dapat diuraikan sebagai berikut :
Dalil 1
Dua segitiga kongruen jika ketiga sisi yang bersesuaian sama panjang
C B
Contoh untuk dalil ini adalah:
Pada gambar berikut, AB dan CD
saling membagi dua sama panjang M
di titik M. Jika AC = DB buktikan
bahwa ∆AMC ∆DMB
A
Bukti: D
Diketahui AB dan CD saling membagi dua sama panjang di M maka AM = BM dan
CM = DM. Sementara itu diketahui bahwa AC = BD. Dengan demikian
berdasarkan postulat I kekongruenan, karena ketiga sisi yang bersesuaian sama
panjang maka terbukti bahwa ∆AMC ∆DMB
Dalil 2.
Jika dua sisi dan sebuah sudut di antara keduanya pada suatu segitiga sama
dengan dua sisi dan sudut di antaranya pada segitiga yang lain, maka kedua
segitiga tersebut kongruen
B
Contoh untuk dalil ini adalah pada
segitiga ABC disamping, dimana BM
tegak lurus AC, dan M titik tengah AC.
Maka ∆AMB ∆CMB
Dua segitiga ABC dan PQR dikatakan sebangun (dilambangkan ∆ABC ~ ∆PQR),
jika ketiga sudut yang bersesuaian sama besar. Pada gambar dua segitiga dibawah
ini berlaku : <A = <P, <B = <Q dan <C = <R. Sehingga ∆ABC ~ ∆PQR
Q
A P R
C
Suatu konsep yang berkaitan erat dengan kesebangunan adalah proporsi. Sifat
proporsional pada segitiga ditunjukkan dengan dalil berikut ini.
Dalil 4.
Suatu garis yang sejajar salah satu sisi segitiga dan memotong dua sisi yang lain
membagi sisi-sisi tersebut secara proporsional.
B
Pada sebuah segitiga ABC, ditarik garis
PQ sejajar AC. Jika garis PQ membagi
BA dan BC sehingga panjang ruas garis
yang bersesuaian pada setiap sisi
memiliki perbandingan yang sama, yakni : P Q
BP BQ PQ
= =
BA BC AC A C
Selanjutnya akan dijelaskan garis-garis istimewa dalam segitiga, yakni garis sumbu,
garis tinggi, garis berat dan garis bagi yakni sebagai berikut :
a. Garis sumbu suatu segitiga
Garis sumbu segitiga merupakan
garis bagi tegak lurus setiap sisi
segitiga tersebut.
Ketiga garis sumbu berpotongan di
satu titik.
Geometri Bidang 4
b. Garis tinggi suatu segitiga
Garis tinggi suatu segitiga
merupakan garis yang melalui
suatu titik sudut dan tegak lurus
terhadap garis yang memuat sisi di
depan sudut tersebut. Karena
segitiga memiliki tiga titik sudut
yang dapat dianggap sebagai
puncak maka garis tinggi segitiga
ada tiga buah.
Garis-garis tinggi suatu segitiga berpotongan di satu titik, yang disebut sebagai
orthocenter.
Berikut ini akan diberikan beberapa contoh soal yang berkaitan dengan segi-tiga
dan segi-empat yakni sebagai berikut:
Geometri Bidang 5
01. Diketahui besar sudut-sudut sebuah segitiga dalam x yaitu (3x – 7)0, (2x + 7)0,
dan (5x)0, . Apakah jenis segitiga tersebut?
Jawab
(3x – 7)0 + (2x + 7)0 + (5x)0 = 1800
10x = 1800
x = 180
Sehingga diperoleh : (3(18) – 7)0 = 470
(2(18) + 7)0 = 430
(5(18)0 = 900
Jadi sudut-sudutnya 470 , 430 dan 900
Segitiga tersebut adalah segitiga siku-siku
02. Suatu segitiga memiliki panjang sisi 24, n dan 2n dengan n bilangan asli.
Tentukan nilai-nilai n yang mungkin.
Jawab
Menurut teori ketaksamaan segitiga maka untuk n bilangan asli berlaku
24 + n > 2n maka n < 24 ……………………………….. (1)
25 + 2n > n maka n > –24 …………………………….... (2)
2n + n > 24 maka n > 8 ..…….……………………….... (3)
Jadi nilai n yang mungkin adalah 8 < n < 24 untuk n bilangan asli.
03. Buktikanlah bahwa dua garis berat pada suatu segitiga berpotongan di suatu
titik yang membagi masing-masing garis berat dengan perbandingan 2 : 1.
Jawab
C
Diberikan ∆ABC dengan AM dan BN
dan garis berat yang berpotongan di P.
Akan dibuktikan bahwa AP : PM = 2 : 1
dan AP : PM = 2 : 1.
Karena M titik tengah BC dan N titik N M
tengah AC maka NM sejajar AB.
Menurut teori kesebangunan segitiga P
<CNM = <CAB dan <CMN = <CBA
maka maka ∆ABC ~ ∆NMC, sehingga B
A
1
NM = AB.
2
Menurut teori kesebangunan segitiga <MNP = <ABP dan <NMP = <BAP maka
maka ∆ABP ~ ∆MNP, sehingga menurut sifat dua segitiga sebangun :
AP BP AB 2
= = =
PM PN MN 1
sehingga terbukti AP : PM = 2 : 1 dan AP : PM = 2 : 1
Geometri Bidang 6
04. Pada gambar disamping, tentukanlah R
panjang RS jika segitiga PQT dan 6
PRS sebangun Q
Jawab 2x 1
Menurut kesebangunan segitiga
PT PQ x2
=
PS PR
S P
10 2x 1 4 T 10
=
10 4 (2 x 1) 6
10(2x + 7) = 14(2x + 1)
20x + 70 = 28x + 14 maka x = 7, sehingga QT = 7 + 2 = 9
RS 14
Menurut perbandingan : =
QT 10
RS 14
= Jadi RS = 12,6 satuan panjang
9 10
2. Segi-empat
segiempat dapat didefinisikan sebagai poligon dengan empat sisi. Ada terdapat
beberapa macam segi-empat, yakni sebagai berikut:
a. Jajar genjang (parallelogram)
Jajar genjang merupakan segi D C
empat yang dua pasang sisi-sisi
berhadapannya sejajar. Segi
empat ABCD di samping
merupakan jajar genjang karena
AB sejajar DC dan AD sejajar BC A B
P
Pada jajar genjang ABCD, jika sisi AB dianggap sebagai alas, maka tinggi
jajar genjang adalah DP, yakni jarak suatu titik pada sisi AB ke garis yang
memuat sisi DC. Seperti halnya dalam segitiga, tinggi suatu jajar genjang tidak
selalu harus dalam posisi vertikal.
Jajar genjang memiliki sifat-sifat:
1) Diagonal membagi jajar genjang menjadi dua segitiga kongruen.
2) Sudut-sudut yang berhadapan sama besar.
3) Sisi-sisi yang berhadapan sama panjang.
4). Sudut-sudut yang berdekatan saling berpelurus
5). Diagonal-diagonalnya saling membagi dua sama panjang
6) Luas jajar genjang dirumuskan : L = alas x tinggi
Geometri Bidang 7
b. Persegi panjang D C
Persegi panjang adalah jajar genjang
yang satu sudutnya siku-siku.
Berikut sifat-sifat persegi panjang:
1) Karena persegi panjang merupakan
jajar genjang, maka semua sifat jajar A B
genjang dimiliki oleh persegi panjang.
2) Keempat sudutnya sama besar (equiangular) dan berupa sudut siku-siku.
3) Diagonal persegi panjang sama panjang.
4) Luas persegi panjang dirumuskan :
Luas = panjang x lebar = AB x AD
c. Belah ketupat (rhombus)
Belah ketupat merupakan jajar genjang D C
yang dua sisi berdekatannya sama
panjang. Karena belah ketupat
merupakan jajar genjang, maka semua
sifat jajar genjang menjadi sifat belah
ketupat. Berikut ini beberapa sifat A P B
khusus belah ketupat.
1) Belah ketupat memiliki semua sifat jajar genjang.
2) Semua sisi belah ketupat mempunyai panjang yang sama (equilateral).
3) Diagonal-diagonal belah ketupat saling tegak lurus.
4) Diagonal-diagonal belah ketupat membagi dua sama besar sudut belah
ketupat.
5) Luas belah ketupat dirumuskan :
L = alas x tinggi = AB x PD atau
1 1
L = (diagonal1 x diagonal2) = (AC x BD)
2 2
d. Persegi (square)
D C
Persegi merupakan persegi panjang yang
dua sisi berdekatannya sama panjang.
Karena persegi merupakan kasus khusus
dari persegi panjang dan persegi panjang
merupakan kasus khusus dari jajar genjang
maka persegi memiliki semua sifat persegi
panjang dan sekaligus memiliki semua sifat A B
jajar genjang.
Karena persegi memiliki dua sisi berdekatan yang sama panjang, maka
persegi merupakan belah ketupat sehingga semua sifat belah ketupat juga
dimiliki oleh persegi.
Persegi memiliki semua sifat jajargenjang, persegi panjang, dan belah ketupat.
Geometri Bidang 8
e. Trapesium (trapezoid/trapezium)
trapesium merupakan segi empat
D C
yang mempunyai tepat sepasang sisi
yang sejajar.
Jika AB sejajar CD dan AD tidak
sejajar BC, maka segi empat ABCD
A P B merupakan trapesium.
Sisi AB dan CD disebut sisi-sisi sejajar atau sering juga disebut sisi alas
(bases). Pasangan sisi yang tidak sejajar AD dan BC dinamakan kaki-kaki
trapesium. Pasangan sudut yang menggunakan satu sisi sejajar sebagai kaki
sudut bersama dinamakan pasangan sudut alas. D C
Trapesium sama kaki adalah trapesium
yang kaki-kakinya sama panjang (AD = BC)
A B
Sifat-sifat trapesium:
1) Masing-masing pasangan sudut berdekatan di antara dua sisi sejajar suatu
trapesium saling berpelurus.
2) Pasangan sudut alas suatu trapesium samakaki sama besar.
3) Diagonal-diagonal trapesium sama kaki sama panjang.
4) Luas trapezium dirumuskan :
1 1
L = (jumlah sisi-sisi sejajar x tinggi) = (AB + DC)PD
2 2
g. Layang-layang (kite) C
Layang-layang adalah segi empat
konveks yang memiliki dua pasang sisi
berdekatan yang kongruen, pasangan D B
sisi kongruen yang satu berbeda
dengan pasangan sisi kongruen yang
A
lain.
Pada layang-layang diatas, diagonal BD membagi layang-layang menjadi dua
segitiga yang kongruen. Diagonal AC membagi layang-layang menjadi dua
segitiga samakaki yang tidak kongruen. <D dan <B yang dibentuk oleh dua
sisi yang kongruen dinamakan sebagai sudut puncak (vertex angles)
sedangkan <A dan <C adalah sudut bukan puncak (non vertex angles).
Layang-layang memiliki sifat:
1) Kedua sudut bukan puncak suatu layang-layang besarnya sama.
2) Diagonal-diagonal layang-layang saling tegak lurus.
3) Salah satu diagonal merupakan garis bagi diagonal yang lain.
4) Sudut puncak suatu layang-layang dibagi dua sama besar oleh diagonal
yang melalui titik puncak.
Geometri Bidang 9
Berikut ini akan diberikan beberapa contoh soal tentang segi-empat
05. Gambar disamping adalah
D C
jajargenjang ABCD dengan panjag
AB = 9 cm AD = 6 cm dan luas
jajar genjang 27 3 cm2.
Tentukanlah panjang diagonal BD
Jawab A B
D C
L = AB x PD
27 3 = 9.PD
Maka PD = 3 3
A Sehingga: AP2 = AD2 – PD2
B
P AP2 = 62 – (3 3 )2
AP2 = 9 maka AP = 3 cm
Sehingga PB = AB – AP = 9 – 3 = 6 cm
Jadi BD2 = PB2 + PD2
BD2 = 62 + (3 3 )2
BD2 = 63 maka BD = 3 7 cm
Geometri Bidang 10
Karena AB = 10 cm, AP = 8 cm, BP = 6 cm memenuhi triple Pythagoras
maka segitiga ABP siku-siku di P.
1 1
Sehingga L = AP x BP = (8)(6) = 24 ……….………………………. (1)
2 2
1 1
L = AB x MP = (10)MP = 5.MP …………………………. (2)
2 2
Dari (1) dan (2) 5.MP = 24 maka MP = 24/5
AB M P 10
Karena ∆ABP sebangun dengan ∆CDP maka = =
DC NP 5
24/5 10
=
NP 5
10.NP = 24
NP = 12/5
24 24 36
Jadi tinggi trapesium: MN = MP + NP = + =
5 5 5
1 1 36
Luas Trapesium ABCD = (AB + DC) MN = (10 + 5)( ) = 54 cm2
2 2 5
3. Lingkaran
Lingkaran merupakan daerah yang
dibatasi oleh titik-titik yang berjarak E
sama terhadap suatu titik tertentu.
F
Titik tertentu ini disebut sebagai
pusat lingkaran. Ruas garis yang
P
menghubungkan suatu titik pada
lingkaran ke pusat dinamakan jari- Q
A D
jari. Istilah jari-jari juga dapat
digunakan untuk menyatakan
panjang ruas garis yang
menghubungkan pusat lingkaran B C
dengan titik pada lingkaran.
Pada gambar di atas, garis lengkung BCD disebut busur pendek atau busur kecil,
sedangkan garis lengkung BFD disebut busur panjang atau busur besar.
Selanjutnya jika disebutkan busur BD maka yang dimaksud adalah busur pendek.
Tali busur merupakan ruas garis yang menghubungkan dua titik pada lingkaran.
Pada gambar, BF merupakan tali busur. Talibusur yang melalui pusat lingkaran
dinamakan diameter.
Apotema suatu lingkaran merupakan ruas garis yang menghubungkan pusat
lingkaran ke titik tengah tali busur. Istilah apotema dapat digunakan untuk
menyatakan panjangnya. Sebagai contoh pada gambar di atas, ruas garis PQ,
ataupun panjang PQ dapat disebut sebagai apotema. Apotema tegak lurus tali
busur BF yang bersesuaian.
Geometri Bidang 11
Tembereng merupakan daerah yang dibatasi oleh tali busur dan busurnya. Juring
lingkaran merupakan daerah yang dibatasi oleh dua jari-jari dan busur. Perhatikan
pada gambar di atas, bagian DPE yang diarsir merupakan juring kecil , dan
bagian yang diarsir ABF merupakan tembereng lingkaran.
Untuk setiap lingkaran perbandingan dari keliling dan diameter selalu bernilai
tetap yaitu mendekati 3,14. Nilai ini disebut sebagai π (dibaca “pi”). Sehingga
keliling lingkaran
berlaku : π =
2r
maka diperoleh rumus Keliling lingkaran = 2 πr
Selanjutnya pada lingkaran berlaku pula perbandingan :
busur ED luas juring EPD EPD
= =
2r Luas lingkaran 360 0
A P
Pada gambar di samping titik P adalah
pusat lingkaran, dan titik A, B, C, D, dan E C
terletak pada lingkaran. <CPD disebut
sebagai sudut pusat dan <BAE dinamakan
sudut keliling. B
Perhatikan gambar disamping, <BPC merupakan sudut pusat, dan <BAC
merupakan sudut keliling yang menghadap busur yang sama (busur BC).
Panjang AP = BP = CP, sehingga ∆APB dan B
∆APC sama kaki serta berlaku <BAP = <ABP
dan <CAP = <ACP. Karena jumlah sudut
segitiga 1800 maka pada ∆APB berlaku A
0
P
<BPA = 180 – 2<BAP dan ∆APC berlaku
<APC = 1800 – 2<CAP .
Sehingga : C
<BPC = 3600 – <BPA – <APC
<BPC = 3600 – (1800 – 2<BAP) – (1800 – 2<CAP)
<BPC = 2(<BAP + CAP)
<BPC = 2<BAC
Jadi besar sudut pusat sama dengan dua kali besar sudut keliling yang
menghadap busur yang sama.
Geometri Bidang 12
Dari sifat ini dapat diturunkan sifat bahwa sudut-sudut keliling yang menghadap
busur yang sama, akan selalu sama besar.
Sebagai bukti akan diperlihatkan D
pada gambar berikut :
Pada gambar lingkaran di samping, C
berlaku : <BPC = 2<BDC ………. (1) P
<BPC = 2<BAC ………….………. (2)
Dari (1) dan (2) terbukti bahwa
<BAC = <BDC
A
B
Geometri Bidang 13
B
08. Pada gambar di samping,
diberikan AB garis singgung
lingkaran, buktikan bahwa A
AB2 = AD . AC
Bukti D
C
Akan ditunjukkan terlebih
dahulu bahwa ∆ABC dan
∆ABD sebangun. B
Misalkan <BCA = x, karena
menghadap busur yang sama
dan P pusat lingkaran, maka A
<BPD = 2x.
P
Perhatikan bahwa ∆ABD sama kaki,
D
dengan <DBP = <BDP, akibatnya
<DBP + <BDP + <BPD = 1800. C
0
<DBP + <DBP + 2x = 180 .
2<DBP + 2x = 1800 maka <DBP = <BDP = 900 – x
Karena AB merupakan garis singgung maka AB tegak lurus BP . Akibatnya
<DBA = x = <BCA .
Perhatikan ∆ACB dan ∆ABD, dipenuhi <A = <A dan <ACB = <ABD. Dengan
kesamaan dua sudut ini, maka sudut ketiga dijamin sama. Akibatnya ∆ABC
AB AD
sebangun dengan ∆ADB . Dengan kesebangunan, maka berlaku = .
AC AB
Jika kedua ruas dikalikan dengan AC.AB maka diperoleh AB2 = AD . AC.
(Terbukti).
Geometri Bidang 14