Anda di halaman 1dari 14

GEOMETRI BIDANG

A. Bangun-bangun pada Geometri Bidang


Sebelum lebih jauh membahas bangun-bangun pada geometri bidang, akan diuraikan
dulu pengertian titik, garis dan bidang dalam konsep geometri.
Titik dapat dibayangkan seperti bola yang semakin mengecil sehingga jari-jarinya nol.
Titik dinyatakan dengan satu huruf besar (misalnya A, B, C dan sebagainya), dan
karena tidak memiliki ukuran maka titik dikatakan berdimensi nol.
Garis dapat dibayangkan sebagai jejak titik yang bergerak lurus memanjang ke dua
arah. Garis dinotasikan dengan huruf non-kapital (misalnya g, h, l dan sebagainya).
Bidang dapat dibayangkan sebagai jejak garis yang bergerak menyamping tampa
mengubah arah garis. Bidang meluas ke segala arah tanpa batas.
Selanjutnya akan dijelaskan beberapa definisi yang berhubungan dengan titik, garis dan
bidang, yakni:
1. Ruas garis (segmen). B
Ruas garis AB merupakan himpunan titik A, B
dan semua titik diantara A dan B yang kolinier
dengan garis melalui kedua titik tersebut. A
2. Sinar (Ray).
Sinar AB merupakan himpunan semua titik pada B
ruas garis AB dan semua titik X yang segaris
dengan A dan B sedemikian hingga B terletak
A
diantara A dan X. Selanjutnya A dinamakan
sebagai titik pangkal.
3. Sudut.
Sudut adalah gabungan dua sinar yang
bersekutu dititik pangkalnya. Dua sinar ini
dinamakan kaki sudut, sedangkan titik
A 
pangkal persekutuan dinamakan sebagai
titik sudut..

Setelah mengetahui konsep-konsep dasar dalam geometri, berikut akan diuraikan


konsep bangun geometri pada bidang.
Pada geometri bidang, bangun segibanyak (poligon ) merupakan bangun datar tertutup
yang sisi-sisinya berupa ruas garis, dan setiap ruas garis hanya berpotongan pada
ujung-ujungnya.,

Geometri Bidang 1
Gb.1 Gb.2 Gb.3 Gb.4 Gb.5 Gb.6

Pada ilustrasi di atas, gambar 1, 2, 3 dan 4 merupakan poligon. Gambar 1 dan 2


disebut poligon konveks. Suatu bangun geometri dikatakan konveks jika setiap
mengambil dua titik didalam poligon, maka seluruh ruas garis yang menghubungkannya
berada di dalam bangun tersebut. Sementara itu gambar 3 dan 4 merupakan poligon
konkaf. Dikatakan konkaf jika ada dua titik di dalam bangun, yang jika dihubungkan,
maka terdapat bagian ruas garis yang berada di luar bangun. Gambar 5 dan 6 bukan
poligon karena memiliki sisi yang bukan ruas garis.
Pada bab ini akan diuraikan lebih lanjut beberapa bangun dalam geometri bidang, yakni
segi tiga, segi empat dan lingkaran

1. Segi tiga.
Segitiga adalah polygon dengan tiga sisi (dilambangkan dengan ∆ ) dan merupakan
gabungan tiga ruas garis yang ujung-ujungnya ditentukan oleh tiga titik tidak segaris.
Ruas-ruas garis tersebut dinamakan sebagai sisi, sedangkan ketiga ujungnya
dinamakan sebagai titik sudut.
Ketiga sisi pada segitiga tersebut harus memenuhi syarat ketaksamaan segitiga,
yakni: Jika a, b dan c adalah sisi-sisi pada segitiga ABC, maka haruslah berlaku:
a + b > c dan a + c > b dan b + c > a.
Berdasarkan besar sudutnya, segitiga dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
(1) Segitiga lancip, yakni segitiga yang semua sudutnya kurang dari 900
(2) Segitiga siku-siku yakni segitiga yang salah satu sudutnya 900
(3) Segitiga tumpul yakni segitiga yang salah satu sudutnya lebih dari 900.
Berdasarkan panjang sisinya, segitiga dibedakan menjadi :
(1) segitiga samakaki yakni segitiga yang dua sisinya sama panjang
(2) segitiga samasisi yakni segitiga yang dua sisinya sama panjang
(3) Segitiga sembarang, yakni segitiga yang sisi-sisinya tidak ada yang sama
panjang.
Dua segitiga dikatakan kongruen (dilambangkan C R
dengan  ) jika segitiga yang satu dapat
dihimpitkan dengan yang lain dengan tepat.
Pada gambar disamping ∆ABC  ∆PQR,
jika kondisi berikut dipenuhi:
<A = <P, <B = <Q dan <C < <R
AB = PQ, BC = QR dan CA = RP
A B P Q

Geometri Bidang 2
Dapat juga dikatakan, dua segitiga kongruen jika keenam unsur segitiga pertama
kongruen dengan enam unsur yang bersesuaian pada segitiga yang kedua
Beberapa dalil dalam segitiga dapat diuraikan sebagai berikut :

Dalil 1
Dua segitiga kongruen jika ketiga sisi yang bersesuaian sama panjang
C B
Contoh untuk dalil ini adalah:
Pada gambar berikut, AB dan CD
saling membagi dua sama panjang M
di titik M. Jika AC = DB buktikan
bahwa ∆AMC  ∆DMB

A
Bukti: D
Diketahui AB dan CD saling membagi dua sama panjang di M maka AM = BM dan
CM = DM. Sementara itu diketahui bahwa AC = BD. Dengan demikian
berdasarkan postulat I kekongruenan, karena ketiga sisi yang bersesuaian sama
panjang maka terbukti bahwa ∆AMC  ∆DMB

Dalil 2.
Jika dua sisi dan sebuah sudut di antara keduanya pada suatu segitiga sama
dengan dua sisi dan sudut di antaranya pada segitiga yang lain, maka kedua
segitiga tersebut kongruen
B
Contoh untuk dalil ini adalah pada
segitiga ABC disamping, dimana BM
tegak lurus AC, dan M titik tengah AC.
Maka ∆AMB  ∆CMB

Bukti contoh ini adalah:


Diketahui M titik tengah AC, sehingga
AM = CM dan AC tegak lurus BM. A C
sehingga <AMB = <CMB = 90 . 0 M
Perhatikan segitiga AMB dan CMB, sisi MB digunakan pada kedua segitiga,
sehingga MB = MB. Dari kedua segitiga di atas dipenuhi AM = CM, <AMB = <CMB ,
MB = MB sehingga, menurut dalil kekongruenan diatas terbukti bahwa ∆AMB 
∆CMB
B R
Dalil 3.
Jika dua sudut dan satu sisi di antara dua
sudut pada suatu segitiga sama dengan
dua sudut dan satu sisi di antara dua sudut
pada segitiga yang lain, maka kedua Q
segitiga tersebut kongruen. A
C P
Geometri Bidang 3
Contoh untuk dalil ini adalah pada gambar segitiga ABC dan segitiga PQR diatas,
dimana <A = <P, <C = <Q dan sisi AC = PQ maka berdasarkan dalil diatas berlaku
∆ABC  ∆PQR

Dua segitiga ABC dan PQR dikatakan sebangun (dilambangkan ∆ABC ~ ∆PQR),
jika ketiga sudut yang bersesuaian sama besar. Pada gambar dua segitiga dibawah
ini berlaku : <A = <P, <B = <Q dan <C = <R. Sehingga ∆ABC ~ ∆PQR
Q

A P R
C

Suatu konsep yang berkaitan erat dengan kesebangunan adalah proporsi. Sifat
proporsional pada segitiga ditunjukkan dengan dalil berikut ini.
Dalil 4.
Suatu garis yang sejajar salah satu sisi segitiga dan memotong dua sisi yang lain
membagi sisi-sisi tersebut secara proporsional.
B
Pada sebuah segitiga ABC, ditarik garis
PQ sejajar AC. Jika garis PQ membagi
BA dan BC sehingga panjang ruas garis
yang bersesuaian pada setiap sisi
memiliki perbandingan yang sama, yakni : P Q
BP BQ PQ
= =
BA BC AC A C

Selanjutnya akan dijelaskan garis-garis istimewa dalam segitiga, yakni garis sumbu,
garis tinggi, garis berat dan garis bagi yakni sebagai berikut :
a. Garis sumbu suatu segitiga
Garis sumbu segitiga merupakan
garis bagi tegak lurus setiap sisi
segitiga tersebut.
Ketiga garis sumbu berpotongan di
satu titik.

Geometri Bidang 4
b. Garis tinggi suatu segitiga
Garis tinggi suatu segitiga
merupakan garis yang melalui
suatu titik sudut dan tegak lurus
terhadap garis yang memuat sisi di
depan sudut tersebut. Karena
segitiga memiliki tiga titik sudut
yang dapat dianggap sebagai
puncak maka garis tinggi segitiga
ada tiga buah.
Garis-garis tinggi suatu segitiga berpotongan di satu titik, yang disebut sebagai
orthocenter.

c. Garis berat suatu segitiga


Garis berat adalah garis yang melalui
titik sudut segitiga dan titik tengah sisi
di depannya. Karena segitiga memiliki
tiga sudut, maka terdapat tiga garis
berat dalam sebuah segitiga. Ketiga
garis berat ini berpotongan di satu titik
yang disebut sebagai titik berat
(centroid). Titik berat ini merupakan
pusat kesetimbangan segitiga.
Jika sebuah segitiga digantungkan tepat pada titik beratnya, maka segitiga
tersebut akan berada pada posisi horisontal.

d. Garis bagi sudut suatu segitiga


Garis bagi sudut segitiga adalah garis
yang membagi sudut dalam suatu
segitiga sehingga menjadi dua bagian  
yang sama besar.
Terdapat tiga garis bagi sudut suatu
segitiga. Garis bagi sudut segitiga
berpotongan di satu titik yang disebut
incenter segitiga.
Titik ini merupakan titik pusat lingkaran o 
o 
dalam segitiga (lingkaran di dalam
segitiga yang menyinggung semua
sisinya).

Berikut ini akan diberikan beberapa contoh soal yang berkaitan dengan segi-tiga
dan segi-empat yakni sebagai berikut:

Geometri Bidang 5
01. Diketahui besar sudut-sudut sebuah segitiga dalam x yaitu (3x – 7)0, (2x + 7)0,
dan (5x)0, . Apakah jenis segitiga tersebut?
Jawab
(3x – 7)0 + (2x + 7)0 + (5x)0 = 1800
10x = 1800
x = 180
Sehingga diperoleh : (3(18) – 7)0 = 470
(2(18) + 7)0 = 430
(5(18)0 = 900
Jadi sudut-sudutnya 470 , 430 dan 900
Segitiga tersebut adalah segitiga siku-siku

02. Suatu segitiga memiliki panjang sisi 24, n dan 2n dengan n bilangan asli.
Tentukan nilai-nilai n yang mungkin.
Jawab
Menurut teori ketaksamaan segitiga maka untuk n bilangan asli berlaku
24 + n > 2n maka n < 24 ……………………………….. (1)
25 + 2n > n maka n > –24 …………………………….... (2)
2n + n > 24 maka n > 8 ..…….……………………….... (3)
Jadi nilai n yang mungkin adalah 8 < n < 24 untuk n bilangan asli.

03. Buktikanlah bahwa dua garis berat pada suatu segitiga berpotongan di suatu
titik yang membagi masing-masing garis berat dengan perbandingan 2 : 1.
Jawab
C
Diberikan ∆ABC dengan AM dan BN
dan garis berat yang berpotongan di P.
Akan dibuktikan bahwa AP : PM = 2 : 1
dan AP : PM = 2 : 1.
Karena M titik tengah BC dan N titik N M
tengah AC maka NM sejajar AB.
Menurut teori kesebangunan segitiga P
<CNM = <CAB dan <CMN = <CBA
maka maka ∆ABC ~ ∆NMC, sehingga B
A
1
NM = AB.
2
Menurut teori kesebangunan segitiga <MNP = <ABP dan <NMP = <BAP maka
maka ∆ABP ~ ∆MNP, sehingga menurut sifat dua segitiga sebangun :
AP BP AB 2
= = =
PM PN MN 1
sehingga terbukti AP : PM = 2 : 1 dan AP : PM = 2 : 1

Geometri Bidang 6
04. Pada gambar disamping, tentukanlah R
panjang RS jika segitiga PQT dan 6
PRS sebangun Q
Jawab 2x  1
Menurut kesebangunan segitiga
PT PQ x2
=
PS PR
S P
10 2x  1 4 T 10
=
10  4 (2 x  1)  6
10(2x + 7) = 14(2x + 1)
20x + 70 = 28x + 14 maka x = 7, sehingga QT = 7 + 2 = 9
RS 14
Menurut perbandingan : =
QT 10
RS 14
= Jadi RS = 12,6 satuan panjang
9 10

2. Segi-empat
segiempat dapat didefinisikan sebagai poligon dengan empat sisi. Ada terdapat
beberapa macam segi-empat, yakni sebagai berikut:
a. Jajar genjang (parallelogram)
Jajar genjang merupakan segi D C
empat yang dua pasang sisi-sisi
berhadapannya sejajar. Segi
empat ABCD di samping
merupakan jajar genjang karena
AB sejajar DC dan AD sejajar BC A B
P

Pada jajar genjang ABCD, jika sisi AB dianggap sebagai alas, maka tinggi
jajar genjang adalah DP, yakni jarak suatu titik pada sisi AB ke garis yang
memuat sisi DC. Seperti halnya dalam segitiga, tinggi suatu jajar genjang tidak
selalu harus dalam posisi vertikal.
Jajar genjang memiliki sifat-sifat:
1) Diagonal membagi jajar genjang menjadi dua segitiga kongruen.
2) Sudut-sudut yang berhadapan sama besar.
3) Sisi-sisi yang berhadapan sama panjang.
4). Sudut-sudut yang berdekatan saling berpelurus
5). Diagonal-diagonalnya saling membagi dua sama panjang
6) Luas jajar genjang dirumuskan : L = alas x tinggi

Geometri Bidang 7
b. Persegi panjang D C
Persegi panjang adalah jajar genjang
yang satu sudutnya siku-siku.
Berikut sifat-sifat persegi panjang:
1) Karena persegi panjang merupakan
jajar genjang, maka semua sifat jajar A B
genjang dimiliki oleh persegi panjang.
2) Keempat sudutnya sama besar (equiangular) dan berupa sudut siku-siku.
3) Diagonal persegi panjang sama panjang.
4) Luas persegi panjang dirumuskan :
Luas = panjang x lebar = AB x AD
c. Belah ketupat (rhombus)
Belah ketupat merupakan jajar genjang D C
yang dua sisi berdekatannya sama
panjang. Karena belah ketupat
merupakan jajar genjang, maka semua
sifat jajar genjang menjadi sifat belah
ketupat. Berikut ini beberapa sifat A P B
khusus belah ketupat.
1) Belah ketupat memiliki semua sifat jajar genjang.
2) Semua sisi belah ketupat mempunyai panjang yang sama (equilateral).
3) Diagonal-diagonal belah ketupat saling tegak lurus.
4) Diagonal-diagonal belah ketupat membagi dua sama besar sudut belah
ketupat.
5) Luas belah ketupat dirumuskan :
L = alas x tinggi = AB x PD atau
1 1
L = (diagonal1 x diagonal2) = (AC x BD)
2 2
d. Persegi (square)
D C
Persegi merupakan persegi panjang yang
dua sisi berdekatannya sama panjang.
Karena persegi merupakan kasus khusus
dari persegi panjang dan persegi panjang
merupakan kasus khusus dari jajar genjang
maka persegi memiliki semua sifat persegi
panjang dan sekaligus memiliki semua sifat A B
jajar genjang.
Karena persegi memiliki dua sisi berdekatan yang sama panjang, maka
persegi merupakan belah ketupat sehingga semua sifat belah ketupat juga
dimiliki oleh persegi.
Persegi memiliki semua sifat jajargenjang, persegi panjang, dan belah ketupat.

Geometri Bidang 8
e. Trapesium (trapezoid/trapezium)
trapesium merupakan segi empat
D C
yang mempunyai tepat sepasang sisi
yang sejajar.
Jika AB sejajar CD dan AD tidak
sejajar BC, maka segi empat ABCD
A P B merupakan trapesium.

Sisi AB dan CD disebut sisi-sisi sejajar atau sering juga disebut sisi alas
(bases). Pasangan sisi yang tidak sejajar AD dan BC dinamakan kaki-kaki
trapesium. Pasangan sudut yang menggunakan satu sisi sejajar sebagai kaki
sudut bersama dinamakan pasangan sudut alas. D C
Trapesium sama kaki adalah trapesium
yang kaki-kakinya sama panjang (AD = BC)

A B
Sifat-sifat trapesium:
1) Masing-masing pasangan sudut berdekatan di antara dua sisi sejajar suatu
trapesium saling berpelurus.
2) Pasangan sudut alas suatu trapesium samakaki sama besar.
3) Diagonal-diagonal trapesium sama kaki sama panjang.
4) Luas trapezium dirumuskan :
1 1
L = (jumlah sisi-sisi sejajar x tinggi) = (AB + DC)PD
2 2
g. Layang-layang (kite) C
Layang-layang adalah segi empat
konveks yang memiliki dua pasang sisi
berdekatan yang kongruen, pasangan D B
sisi kongruen yang satu berbeda
dengan pasangan sisi kongruen yang
A
lain.
Pada layang-layang diatas, diagonal BD membagi layang-layang menjadi dua
segitiga yang kongruen. Diagonal AC membagi layang-layang menjadi dua
segitiga samakaki yang tidak kongruen. <D dan <B yang dibentuk oleh dua
sisi yang kongruen dinamakan sebagai sudut puncak (vertex angles)
sedangkan <A dan <C adalah sudut bukan puncak (non vertex angles).
Layang-layang memiliki sifat:
1) Kedua sudut bukan puncak suatu layang-layang besarnya sama.
2) Diagonal-diagonal layang-layang saling tegak lurus.
3) Salah satu diagonal merupakan garis bagi diagonal yang lain.
4) Sudut puncak suatu layang-layang dibagi dua sama besar oleh diagonal
yang melalui titik puncak.

Geometri Bidang 9
Berikut ini akan diberikan beberapa contoh soal tentang segi-empat
05. Gambar disamping adalah
D C
jajargenjang ABCD dengan panjag
AB = 9 cm AD = 6 cm dan luas
jajar genjang 27 3 cm2.
Tentukanlah panjang diagonal BD
Jawab A B
D C
L = AB x PD
27 3 = 9.PD
Maka PD = 3 3
A Sehingga: AP2 = AD2 – PD2
B
P AP2 = 62 – (3 3 )2
AP2 = 9 maka AP = 3 cm
Sehingga PB = AB – AP = 9 – 3 = 6 cm
Jadi BD2 = PB2 + PD2
BD2 = 62 + (3 3 )2
BD2 = 63 maka BD = 3 7 cm

06. Gambar disamping adalah D C


trapesium ABCD dengan panjag
AB = 10 cm, DC = 5 cm dan
panjang diagonal AC = 12 cm dan
BD = 9 cm. Hitunglah luas
trapesium ABCD A B
Jawab
D N C
∆ABP sebangun dengan ∆CDP
P AP AB 10
Maka = =
CP DC 5
AP
A B Sehingga: =2
M 12  AP
AP = 24 – 2.AP
3.AP = 24 maka AP = 8 cm
BP
=2
9  BP
BP = 18 – 2.BP
3.BP = 18 maka BP = 6 cm

Geometri Bidang 10
Karena AB = 10 cm, AP = 8 cm, BP = 6 cm memenuhi triple Pythagoras
maka segitiga ABP siku-siku di P.
1 1
Sehingga L = AP x BP = (8)(6) = 24 ……….………………………. (1)
2 2
1 1
L = AB x MP = (10)MP = 5.MP …………………………. (2)
2 2
Dari (1) dan (2) 5.MP = 24 maka MP = 24/5
AB M P 10
Karena ∆ABP sebangun dengan ∆CDP maka = =
DC NP 5
24/5 10
=
NP 5
10.NP = 24
NP = 12/5
24 24 36
Jadi tinggi trapesium: MN = MP + NP = + =
5 5 5
1 1 36
Luas Trapesium ABCD = (AB + DC) MN = (10 + 5)( ) = 54 cm2
2 2 5

3. Lingkaran
Lingkaran merupakan daerah yang
dibatasi oleh titik-titik yang berjarak E
sama terhadap suatu titik tertentu.
F
Titik tertentu ini disebut sebagai
pusat lingkaran. Ruas garis yang
P
menghubungkan suatu titik pada
lingkaran ke pusat dinamakan jari- Q
A D
jari. Istilah jari-jari juga dapat
digunakan untuk menyatakan
panjang ruas garis yang
menghubungkan pusat lingkaran B C
dengan titik pada lingkaran.
Pada gambar di atas, garis lengkung BCD disebut busur pendek atau busur kecil,
sedangkan garis lengkung BFD disebut busur panjang atau busur besar.
Selanjutnya jika disebutkan busur BD maka yang dimaksud adalah busur pendek.
Tali busur merupakan ruas garis yang menghubungkan dua titik pada lingkaran.
Pada gambar, BF merupakan tali busur. Talibusur yang melalui pusat lingkaran
dinamakan diameter.
Apotema suatu lingkaran merupakan ruas garis yang menghubungkan pusat
lingkaran ke titik tengah tali busur. Istilah apotema dapat digunakan untuk
menyatakan panjangnya. Sebagai contoh pada gambar di atas, ruas garis PQ,
ataupun panjang PQ dapat disebut sebagai apotema. Apotema tegak lurus tali
busur BF yang bersesuaian.

Geometri Bidang 11
Tembereng merupakan daerah yang dibatasi oleh tali busur dan busurnya. Juring
lingkaran merupakan daerah yang dibatasi oleh dua jari-jari dan busur. Perhatikan
pada gambar di atas, bagian DPE yang diarsir merupakan juring kecil , dan
bagian yang diarsir ABF merupakan tembereng lingkaran.
Untuk setiap lingkaran perbandingan dari keliling dan diameter selalu bernilai
tetap yaitu mendekati 3,14. Nilai ini disebut sebagai π (dibaca “pi”). Sehingga
keliling lingkaran
berlaku : π =
2r
maka diperoleh rumus Keliling lingkaran = 2 πr
Selanjutnya pada lingkaran berlaku pula perbandingan :
busur ED luas juring EPD  EPD
= =
2r Luas lingkaran 360 0

Luas lingkaran dapat dirumuskan sebagai : E


2
L=πr D
Dengan r adalah panjang jari-jari lingkaran.

A P
Pada gambar di samping titik P adalah
pusat lingkaran, dan titik A, B, C, D, dan E C
terletak pada lingkaran. <CPD disebut
sebagai sudut pusat dan <BAE dinamakan
sudut keliling. B
Perhatikan gambar disamping, <BPC merupakan sudut pusat, dan <BAC
merupakan sudut keliling yang menghadap busur yang sama (busur BC).
Panjang AP = BP = CP, sehingga ∆APB dan B
∆APC sama kaki serta berlaku <BAP = <ABP
dan <CAP = <ACP. Karena jumlah sudut
segitiga 1800 maka pada ∆APB berlaku A 
0
 P
<BPA = 180 – 2<BAP dan ∆APC berlaku
<APC = 1800 – 2<CAP .

Sehingga : C
<BPC = 3600 – <BPA – <APC
<BPC = 3600 – (1800 – 2<BAP) – (1800 – 2<CAP)
<BPC = 2(<BAP + CAP)
<BPC = 2<BAC
Jadi besar sudut pusat sama dengan dua kali besar sudut keliling yang
menghadap busur yang sama.

Geometri Bidang 12
Dari sifat ini dapat diturunkan sifat bahwa sudut-sudut keliling yang menghadap
busur yang sama, akan selalu sama besar.
Sebagai bukti akan diperlihatkan D
pada gambar berikut :
Pada gambar lingkaran di samping, C
berlaku : <BPC = 2<BDC ………. (1) P
<BPC = 2<BAC ………….………. (2)
Dari (1) dan (2) terbukti bahwa
<BAC = <BDC
A
B

Garis singgung lingkaran adalah garis yang


memotong lingkaran tepat di satu titik..
Garis singgung ini tegak lurus jari-jari yang
melalui titik singgungnya.

Selanjutnya akan diberikan contoh-contoh soal tentang lingkaran, yakni sebagai


berikut :
07. Diberikan sebuah lingkaran dan C
dua buah garis seperti pada B
gambar di samping. Buktikan A
bahwa AB . AC = AE . AD
Bukti
E
<BCE = <BDB menghadap busur BE
<CBD = <CED menghadap busur CD
D
Akibatnya <ABD = <AEC
sehingga ∆ABD sebangun C
dengan ∆AEC. B
Dengan demikian berlaku : A
AB AE
=
AD AC
E
AB . AC = AE . AD . (Terbukti).

Geometri Bidang 13
B
08. Pada gambar di samping,
diberikan AB garis singgung
lingkaran, buktikan bahwa A
AB2 = AD . AC
Bukti D

C
Akan ditunjukkan terlebih
dahulu bahwa ∆ABC dan
∆ABD sebangun. B
Misalkan <BCA = x, karena
menghadap busur yang sama
dan P pusat lingkaran, maka A
<BPD = 2x.
P
Perhatikan bahwa ∆ABD sama kaki,
D
dengan <DBP = <BDP, akibatnya
<DBP + <BDP + <BPD = 1800. C
0
<DBP + <DBP + 2x = 180 .
2<DBP + 2x = 1800 maka <DBP = <BDP = 900 – x
Karena AB merupakan garis singgung maka AB tegak lurus BP . Akibatnya
<DBA = x = <BCA .
Perhatikan ∆ACB dan ∆ABD, dipenuhi <A = <A dan <ACB = <ABD. Dengan
kesamaan dua sudut ini, maka sudut ketiga dijamin sama. Akibatnya ∆ABC
AB AD
sebangun dengan ∆ADB . Dengan kesebangunan, maka berlaku = .
AC AB
Jika kedua ruas dikalikan dengan AC.AB maka diperoleh AB2 = AD . AC.
(Terbukti).

Geometri Bidang 14

Anda mungkin juga menyukai