Anda di halaman 1dari 13

PENGENDALIAN PENYAKIT KUSTA

No Dokumen :
No Revisi : -
SOP Tgl Terbit :
Halaman : 1/1
UPTD
Suzie Deciana R,drg
PUSKESMAS
NIP. 19661224 199403 2 001
MARACANG
1.Pengertian Penyakit kusta merupakan penyakit menular menahun yang disebabkan oleh
kuman Mycobacterium Leprae yang menyerang syaraf tepi,kulit,organ lain
kecuali susunan syaraf pusat
2.Tujuan Menemukan penyakit kusta secara dini, memutus rantai penularan,, mengobati
denganlengkap , mencegah terjadinya kecacatan dan reaksi berulang.
3.Kebijakan SK
4.Referensi Buku pedoman pengendalian kusta tahun

5.Prosedur 1. Penemuan penderita dan suspek dilakukan dengan melakukan kegiatan


kontak penderita, survey case RVS dan skrining pada anak sekolah.
2. Pasien datang ke loket minta nomer di arahkan ke bp umum
3. Di Bp umum dilakukan pemeriksaan pandang dan raba
4. Diagnosis kusta didasarkan pemeriksaan pandang dan periksa pasien
dilihat ada kelainan kulit atau tidak ,jika ada dilakukan tes semsifitas
pada bercak tersebut. Ada 3 tanda yang pasti kusta yang disebut cardinal
sign yaitu lesi ( kelainan bercak ) kulit yang mati rasa, peenebalan syaraf
disertai gangguan fungsi, pemeriksaan hapusan darah ditemukan basil
tahan asam.

Jika sudah ditemukan maka pasien dibuatkan buku register pasien dan
Buku pengobatan kusta
6.Unit Terkait - Laboratorium
- Promkes
PHN
PENATA LAKSANAAN P2 KUSTA
No Dokumen :
No Revisi : -
SOP Tgl Terbit :
Halaman : 1/9
UPTD
Suzie Deciana R,drg
PUSKESMAS
NIP. 19661224 199403 2 001
MARACANG
1.Pengertian Kusta atau Lepra adalah penyakit menular, menahun dan disebabkan oleh
Mycobacterium leprae yang bersifat intraselular obligat. Penularan
kemungkinan terjadi melalui saluran pernapasan atas dan kontak kulit pasien
lebih dari 1 bulan terus menerus. Masa inkubasi rata-rata 2,5 tahun, namun
dapat juga bertahun-tahun..
2.Tujuan 1. Sebagai upaya penemuan kasus kusta secara dini di masyarakat.
2. Sebagai upaya mencegah kecacatan akibat penyakit kusta.
3. Sebagai upaya melakukan pencegahan penularan kusta.
3.Kebijakan Puskesmas dapat melakukan tatalaksana kusta sesuai klasifikasinya di
Puskesmas.
4.Referensi 1. Permenkes No 5 Tahun 2014 tentang Panduan Praktek Klinis Dokter Layanan
Primer
2. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 128 tahun 2004 tentang Kebijakan
Dasar Puskesmas
3. Pedoman Nasional Program Pengendalian Penyakit Kusta, Kementrian
Kesehatan RI Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan Tahun 2012.

5.Prosedur 1. Petugas menerima kunjungan pasen setelah mendaftar di loket


pendaftaran.
2. Sambut dengan Senyum, Salam dan Sapa kepada pasen yang datang dan
mempersilahkan masuk ke ruang pemeriksaan.
3. Pemeriksaan dilakukan pada pasen dengan keluhan utama bercak
kurang/mati rasa, tidak gatal.
4. Pemeriksa melakukan anamnesa untuk mengetahui:
a. Ciri-ciri bercak yang timbul? Warna merah atau putih bentuk plakat,
lepuh pada kulit yang tidak nyeri.
b. Identitas dan informasi umum untuk mengisi rekam medik.
c. Apakah ada riwayat kontak dengan penderita kusta.
d. Lahir dan Tinggal di mana? Apakah di tempat endemis kusta atau di
daerah dengan sosio ekonomi rendah.
e. Riwayat pengobatan sebelumnya.

5. Pemeriksa melakukan pemeriksaan fisik:


a. Lakukan pemeriksaan kulit/dermatologis
- Tempat cukup cahaya
- Waktu pemeriksaan siang hari agar mendapatkan cukup cahaya
matahari.
- Memberi penjelasan agar sedapat mungkin seluruh tubuh diperiksa
dengan memperhatikan norma kesopanan.
- Pemeriksaan pandang:
o Menghadap cahaya
o Dari kepala sampai telapak kaki
o Perhatikan setiap bercak, bintil (nodul), bercak berbentuk
plakat dengan kulit mengkilat atau kering bersisik. Kulit tidak
berkeringat dan berambut. Terdapat baal pada lesi kulit,
hilang sensasi nyeri dan suhu, vitiligo. Pada kulit dapat pula
ditemukan nodul.
o Perhatikan kelainan, cacat pada tangan dan kaki
- Pemeriksaan rasa raba pada kelainan kulit.
o Gunakan sepotong kapas yang ujungnya dilancipkan
o Pasen yang diperiksa diminta menutup mata
o Jelaskan terlebih dahulu perintah bila terasa sentuhan kapas
pada kulit agar merespon dengan menunjuk kulit yang
disentuh.
o Untuk kelainan kulit yang ditemukan pada pemeriksaan,
gunakan simbol-simbol dalam penulisan di rekam medik.
b. Lakukan pemeriksaan saraf tepi
- Tempat terjadinya kerusakan saraf adalah saraf tepi, maka lakukan
perabaan pada:
o Saraf fasialis
o Saraf auricuralis magnus
o Saraf medianus
o Saraf radialis
o Saraf ulnaris
o Saraf peroneus communis
o Saraf tibialis posterior.
- Lakukan Prosedur umum pemeriksaan perabaan saraf:
o Pemeriksa berhadapan dengan pasen
o Perabaan dilakukan dengan tekanan ringan sehingga tidak
menyakiti pasen.
o Pada saat pemeriksa meraba saraf, perhatikan:
 Apakah ada penebalan/ pembesaran saraf?
 Apakah saraf kiri dan kanan sama besar atau
berbeda?
 Apakah ada nyeri atau tidak pada saraf:
a. Saraf ulnaris
b. Saraf peroneus communis (poplitea lateralis)
c. Saraf tibialis posterior
o Untuk kelainan saraf yang ditemukan pada pemeriksaan,
gunakan simbol-simbol dalam penulisan di rekam medik.

d. Lakukan pemeriksaan fungsi saraf

1. Mata:

Fungsi motorik saraf fasialis

- Pasen diminta memejamkan mata


- Lihat dari depan/samping mata tertutup sempurna
- Ukur lebar celah pada mata kiri atau kanan.
2. Tangan:

Fungsi sensorik saraf ulnaris dan medianus

- Posisi pasen: tangan penderita diletakkan di atas meja/paha pasen


atau bertumpu pada tangan kiri pemeriksa.
- Jelaskan pada pasen apa yang akan dilakukan
- Bila pasen merasakan sentuhan diminta untuk menunjuk tempat
sentuhan.
- Pasen diminta menutup mata atau menoleh ke arah berlawanan.
- Usahakan pemeriksaan titik-titik tidak berurutan
- Bila pasen tidak dapat menunjukkan 2 titik atau lebih berarti ada
gangguan rasa raba pada saraf tersebut.
Fungsi motorik (kekuatan otot):

a. Saraf ulnaris (kekuatan otot jari kelingking)


- Bila jari kelingking pasen dapat menahan dorongan ibu jari
pemeriksa berarti kekuatan otot tergolong kuat.
- Bila tidak dapat menahan dorongan pemeriksa, berarti kekuatan otot
tergolong sedang.
- Bila jari kelingking pasen tidak dapat mendekat atau menjauh dari
jari lainnya, berarti terjadi kelumpuhan.
- Bila masih ragu, pemeriksa melakukan pemeriksaan konfirmasi:
- Pasen menjepit sehelai kertas di antara jari manis dan kelingking,
tarik kertas, apakah ada tahanan/jepitan terhadap kertas tersebut?

b. Saraf medianus (kekuatan otot ibu jari) kanan dan kiri


c. Saraf radialis (kekuatan pergelangan tangan ) kanan dan kiri
6. Pemeriksa dapat meminta pemeriksaan penunjang: pemeriksaan
mikroskopis BTA pada sediaan kerokan jaringan kulit. Dilakukan dengan
merujuk pasen ke Labkesda.
7. Penegakan Diagnosis (Assessment)
Diagnosis ditegakkan apabila terdapat satu dari tanda-tanda utama atau
cardinal (cardinal signs), yaitu:
a. Kelainan (lesi) kulit yang mati rasa.
b. Penebalan saraf tepi yang disertai gangguan fungsi saraf.
c. Adanya basil tahan asam (BTA) dalam kerokan jaringan kulit (slit skin
smear)
8. . Bila diagnosa kusta dapat ditegakkan, tentukan tipe kusta PB atau MB
sesuai tabel 4.
9. Bila diagnosa kusta masih diragukan, lakukan pemeriksaan penunjang
kerokan BTA atau diperiksa fisik ulang 3 – 6 bulan berikutnya atau pasen
dapat dirujuk ke dokter Spesialis Kulit,
10. Berikan obat yang sesuai tipe penderita kusta PB atau MB, anak atau dewasa
(sesuai tabel)
11. Pasen diminta melakukan kunjungan ulang setiap bulan di puskesmas untuk
pemeriksaan bulanan dan mendapatkan obat lanjutan
Pemeriksaan Saraf Tepi
Tata Cara Penulisan Bercak /Lesi Kusta di Medical Record
Perbedaan Kusta Tipe PB dan Tipe MB
Tanda-Tanda Reaksi Kusta

6.Unit Terkait 1.Prog perkesmas

2.Promkes

3.UKS
IDENTIFIKASI KEBUTUHAN MASYARAKAT
No Dokumen :
No Revisi : -
SOP Tgl Terbit :
Halaman : 7/9
UPTD
YUDI SUHENDAR,drg
PUSKESMAS
NIP. 19690113 200312 1 002
MULYAMEKAR

Pemeriksaan Saraf Tepi


IDENTIFIKASI KEBUTUHAN MASYARAKAT
No Dokumen :
No Revisi : -
SOP Tgl Terbit :
Halaman : 2/2
UPTD
YUDI SUHENDAR,drg
PUSKESMAS
NIP. 19690113 200312 1 002
MULYAMEKAR
1.Pengertian
Adalah penilaian klinis atau pernyataan ringkas tentang status kesehatan
individu yang didapatkan melalui proses pengumpulan data yang sistematis.

2.Tujuan
Mengetahui secara jelas nama penyakit yang diderita oleh individu

Menentukan terapi dan tindakan yang sesuai.


3.Kebijakan SK…
4.Referensi Buku pedoman pengendalian kusta tahun
5.Prosedur 1. Petugas mempersiapkan alat tulis,kartu penderita,dan register kohort kusta
2. Petugas mengambil hasil pemeriksaan yang di lakukan pada pasien kusta
yang telah dicatat pada kartu penderita
3. Petugas mengamati tanda tanda tersangka kusta pada pasien kusta yaitu:
A.Tanda tanda pada kulit
- Bercak kulit yang merah atau putih atau plakat pada kulit terutama di
wajah dan telinga
- Bercak kurang / mati rasa.
-Kulit mengkilat atau kering bersisik.
-Adanya kelainan kulit yang tidak berkeringat dan atau tidak berambut
B. Tanda tanda pada syaraf
- Nyeri tekan atau spontan pada syaraf.
- Rasa kesemutan,tertusuk tusuk dan nyeri pada anggota gerak.
- Kelemahan anggota gerak dan atau wajah
- Adanya cacat ( Deformitas )
- Luka ( ulkus )yang sulit sembuh
C. Lahir dan tinggal di daerah endemik kusta atau mempunyai
1. Kelainan kulit yang tidak sembuh dengan pengobatan Petugas
mempersiapkan alat tulis,kartu penderita,dan register kohort kusta
2. Petugas mengambil hasil pemeriksaan yang di lakukan pada pasien kusta
yang telah dicatat pada kartu penderita
3. Petugas mengamati tanda tanda tersangka kusta pada pasien kusta
yaitu:
a. Tanda tanda pada kulit
- Bercak kulit yang merah atau putih atau plakat pada kulit
terutama di wajah dan telinga
- Bercak kurang / mati rasa.
-Kulit mengkilat atau kering bersisik.
-Adanya kelainan kulit yang tidak berkeringat dan atau tidak berambut
D. Tanda tanda pada syaraf
- Nyeri tekan atau spontan pada syaraf.
- Rasa kesemutan,tertusuk tusuk dan nyeri pada anggota gerak.
- Kelemahan anggota gerak dan atau wajah
- Adanya cacat ( Deformitas )
- Luka ( ulkus )yang sulit sembuh
E. Lahir dan tinggal di daerah endemik kusta atau mempunyai
4. Kelainan kulit yang tidak sembuh dengan pengobatan ru
6.Unit Terkait - Laboratorium
- Promkes
PHN

Anda mungkin juga menyukai