Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA

PROSES PERUMUSAN DAN PENGESAHAN PANCASILA

OLEH :

MAYADDAH AINI NUR AZIZAH

(15030174010)

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

FAKULTAS METEMATIKA DA ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN MATEMATIKA

2015
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, nikmat, dan
karunia-Nya  kepada kita. Sehingga pemakalah dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “PROSES
PERUMUSAN PANCASILA”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah PANCASILA.

Shalawat beriring  salam buat Rasul pemimpin umat yakni Nabi Muhammad SAW, yang telah
membawa umatnya dari alam Jahiliyah ke alam yang Islamiyah dan dari alam kegelapan ke alam
yang terang dan berilmu pengetahuan seperti saat ini.

Dalam pembuatan makalah ini, banyak proses pemakalah lakukan untuk mencari bahan bacaan.
Namun berkat kerja sama anggota kelompok dan kepada semua pihak yang membantu dari segi
moril maupun materi, sehingga makalah ini dapat diselesaikan penulis sesuai jadwal yang telah
ditentukan. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

                                                                                                    Makassar, 04 Oktober 2018

                                                                                                             Kelompok A


Table of Contents
No table of contents entries found.
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pemahaman kembali sejarah lahirnya Pancasila bagi bangsa Indonesia dimanapun merupakan hal
yang penting dalam memahami makna Pancasila sebagai sebuah ideology. 1 Juni dan 1 Oktober di
Negara Republik Indonesia merupakan dua tanggal yang memiliki nilai histori yang berarti bagi maju
berkembangya Pancasila sebagai ideology Negara RI. Sesuai fakta yang ada bahwa 1 Juni diperingati
sebagai tanggal lahirnya Pancasila, betapapun bahwa sesungguhnya pada 1 Juni 1945 Bung Karno
bukanlah penemu maupun pencipta Pancasila, ia hanyalah PENGGALI kembali ideology yang sudah
lama ada di kehidupan masyarkat Nusantara sejak dahulu kala. Fakta ini memiliki makna bahwa
Pancasila lahir jauh sebelum 1 Juni 1945.

Jauh sebelum Republik Indonesia, Pancasila sudah dianut dan menjadi dasar filsafat serta ideology
Kerajaan Maghada pada Dinasti Maurya sejak dipimpin oleh raja yang gagah perkasa ASHOKA
(sekitar tahun 273 SM – 232 SM). Raja Ashoka merupakan penganut agama Buddha yang taat.
Pancasila sendiri merupakan ajaran yang  diciptakan oleh Sang Buddha Siddharta Gautama, Pancasila
merupaka ajaran yang harus diamalkan oleh setiap penganut agama Buddha bahkan sampai kini.
Dibawah ini naskah Pancasila dalam bahasa Bali.

Dengan berkembangnya ajaran Buddha, termasuk ke Nusantara. Negara kedua setelah Kerajaan
Maghada yang menjadikan Pancasila sebagai dasar negaranya yaitu Kerajaan Majapahit di pulau
Jawa yang berkembang hampir kesepetiga Nusantara. Kerajaan Majapahit mengakui dan
mengayomi dua agama resmi Negara yaitu Buddha dan Hindu, kedua agama ini memiliki tempat
peribadatan masing-masing dilingkungan Negara. Maka terbentuklah keharmonisan antar pemeluk
agama dibawah naungan Pancasila. Isi Pancasila yang terdapat di Kerajaan Majapahit dapat
ditemukan dalam Kitab Negarakertamagama karya Empu Prapanca.

Kejayaan Majapahit berakhir dengan kalahnya Perang dengan Kerajaan Islam Malaka dan
disempurnakan kekalahannya oleh Kerajaan Islam Demak dibawah pimpinan Raden Fatah. Saat
itulah Kerajaan Majapahit terkubur, bukan Istananya saja bahkan Ideologi dan lambang Garuda-nya
pun ikut terkubur. Negara memang bisa runtuh tapi benih ideology tetap bersemayam di dada-dada
penganutnya.

Walaupun ketiga Negara diatas memiliki sedikit perbedaan dalam konteks Pancasila, namun isi dari
falsafahnya setali tiga uang.
B.  Rumusan Masalah

Pembahasan makalah ini membatasi masalah :

1. Apa arti Pancsila?

2. Sejarah Lahirnya Pancasila ?

3. Bagaimana proses perumusan Pancasila?

4. Bagaimana proses pengesahan Pancasila

5. Bagaimana pengertian Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia?

6. Bagaimana penjabaran Pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia?

7. Bagaimana penjabaran tiap-tiap sila dari Pancasila?

C. Tujuan Makalah

Dengan tersusunnya makalah ini, diharapkan memahami dan mengetahui tentang :

1.Mengetahui  arti Pancsila?

2.Memahami Sejarah Lahirnya Pancasila ?

3. Memahami  Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia?

 4. Memahami  penjabaran Pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia?

5.Mengetahui  penjabaran tiap-tiap sila dari Pancasila?


BAB II

PEMBAHASAN

Apa arti Pancsila?


Istilah pancasila berasal dari bahasa sansekerta yaitu dari dua kata “panca” yang artinya
lima dan “sila” yang artinya dasar, yang secara harfiah berarti dasar Negara yang mempunyai lima
unsur.
Pancasila sebelum menjadi dasar Negara yang sah ,nilai-nilainya telah ada dalam bangsa
Indonesia itu sendiri dan selalu di terapkan baik itu nilai adat istiadat,kebudayaan,dan nilai
kereligiousan. Kemudian para pendiri Negara bermusyawarah untuk mengangkat nilai-nilai tersebut
kemudian merumuskannya menjadi dasar Negara yang sah yang sesuai dengan moral luhur.antara
lain sidang-sidang BPUPKI melaksanakan sidang pertama,kemudian di susul dengan sidang kedua
yang kemudian menghasilkan ppiagam Jakarta .
Dengan demikian agar dapat mengetahui proses terjadinya pancasila dapat di ketahui secara
kausalitas. Maka secara kausalitas asal mula pancasila di bagi menjadi dua macam, yaitu : asal mula
langsung dan asal mula tidak langsung
1. Asal mula langsung
Asal mula langsung di artikan atau di bedakan menjadi tiga macam yaitu:
A. Asal mula bahan (kausa materialis)
Nilai-nilai dari pancasila itu sendiri telah ada dalam bangsa Indonesia.sehingga pada
hakikatnya nilai pancasila dapat di gali dalam bangsa Indonesia itu sendiri,seperti nilai-nilai adat
istiadat ,kebudayaan dan nilai-nilai kereligiousan .dengan demikian asal mula bahan pancasila yaitu
dari bangsa Indonesia itu sendiri
B. Asal mula bentuk (kausa formalis)
Perumusan bentuk dari pada pancasila yang di lakukan oleh ir.Soekarno, Drs. Moh. Hatta beserta
BPUPKI sebagaimana yang terkandung dalam UUD 1945.
C. Asal mula tujuan (kausa finalis)
Pancasila di rumuskan dan di bahas oleh para pendiri negara tujuannya untuk di jadikan
dasar negara dan yang merumuskan tujuan dari pancasila itu sendiri adalah BPUPKI, Ir. Soekarno dan
Drs. Moh. Hatta kemudian di tetapkan oleh PPKI.
2. Asal mula tidak langsung

Adapun maksud dari asal mula tidak langsung yaitu nilai-nilai pancasila telah terkandung
dalam kehidupan bangsa Indonesia jauh sebelum di rumuskannya oleh para pendiri negara.
Sehingga apabila asal mula tidak langsung ini di rincikan akan terjabarkan menjadi:

•Unsur - unsur pancasila tersebut sebelum diu rumuskan menjadi dasar filsafat Negara, nilai
persatuan, kerakyatan dan keadilan telah ada dan tercermin dalam kehidupan sehari-hari dalam
kehidupan bangsa Indonesia.

•Nilai - nilai yang tedapat dalam pancasila sebelum menjadi dasar filsafat Negara telah menjadi
pedoman dan memecahkan permasalahan-permaslahan dalam kehidupan sehari-hari

•Dapat di simpulkan bahwa segala asal mula tidak langsung terdapat pada bangsa Indonesia ini
sendiri.
Sejarah Terbentuknya Pancasila
Pada tangga 15 agustus jepang telah mengangkat tangan, pada hari itu Indonesia telah
merdeka namun sebuah negara belum di katakana negara merdeka sebelum mendapat atau
melakukan beberapa persyaratan diantaranya adalah mendapa pengakuan dari negara-negara lain.
Maka Indonesia merdeka secara sah menurut formalitas dunia Indonesia merdeka pada
tanggal 17 agustus 1945. Indonesia telah banyak di jajah oleh bangsa-bangsa lain seperti belanda,
jepang, portugis dan inggris. Padahal sebelum datangnya penjajah terdapat beberapa kerajaan di
wilayah Indonesia diantaranya :
Kerajaan kutai
Pada kerajaan atau zaman ini Indonesia telah memasuki abad sejarah pada tahun 400
M.dengan di temukannya prasasti yang berupa 7 yupa berdasarkan prasasti tersebut dapat di
ketahui bahwa raja mulawarman adalah keturunan aswawarman keturuna dari kudungga .pada
zaman ini adalah masyarakat kutai yang pertama kali membuka sejarah akan nilao social
politik,ketuhanan dalam bentuk kerajaan, kenduri, serta sedekah kepada para brahmana.
Zaman sriwijaya
Menurut mr.yamin berdirinya Negara Indonesia tidak lepas dari kerajaan-kerajaan kuno
yang merupakan warisan nenek moyang. Pada zaman ini agama dan kebudayaan di kembangkan
dengan didirikan universitas budha yang sangat terkenal di Negara lain di asia.
Pra majapahit
Pada zaman ini muncul suatu kerajaan yang mencanangkan nilai-nilai nasionalisme, telah
muncul kerajaan-kerajaan di jawa tengah dan jawa timur secara silih berganti.di jawa tengah terjadi
refleksi puncak budaya pada periode jerajaan-kerajaan tersebut. Kerajaan pra majapahit sangat
berkaitan erat dengan berdirinya kerajaan majapahit.
Zaman majapahit
Pada tahun 1293 berdirilah kerajaan majapahit yanga mampu mencapai masa keemasan
pada pemerintahan raja hayam wuruk dengan mahapahit gajah mada yang di bantu oleh laksaman
nala dalam memimpin armadanya untuk menguasai nusantara. Pada waktu itu agama hindu dan
budha hidup berdampingan dengan damai dalam satu kerajaan empu pra panca menulis
Negarakertagama dalam kitab tersebut telah terdapat istilah pancasila. Empu tantular mengarang
buku sutasoma dan di dalam buku itu kita temui seloka persatuan nasional yaitu ”bhinneka tunggal
ika”
Istilah “sila” sendiri dapat diartikan sebagai aturan yang melatarbelakangi perilaku
seseorang atau bangsa.pancasila sebagai dasar negara yang dirumuskan oleh Ir. Soekarno di
hadapan BPUPKI. Adapun rumusan pancasila yang di kemukakan oleh beliau adalah:

1. Kebangsaan Indonesia
2. Internasional atau kemanusiaan
3. Mufakat atau demokrasi
4. Kesejahteraan social
5. Ketuhanan yang berkemanusiaan

Selesai sidang pertama, pada tanggal 1 Juni 1945 para anggota BPUPKI sepakat untuk
membentuk sebuah panitia kecil yang tugasnya adalah menampung usul-usul yang masuk dan
memeriksanya serta melaporkan kepada sidang pleno BPUPKI. Tiap-tiap anggota diberi kesempatan
mengajukan usul secara tertulis paling lambat sampai dengan tanggal 20 Juni 1945. Adapun anggota
panitia kecil ini terdiri atas delapan orang, yaitu :

1.         Ir.Soekarno
2.         Ki Bagus Hadikusumo
3.         K.H. Wachid Hasjim
4.         Mr. Muh.Yamin
5.         M. Sutardjo Kartohadikusumo
6.         Mr. A.A. Maramis R.
7.         Otto Iskandar Dinata
8.         Drs. Muh. Hatta
Pada tanggal 22 Juni 1945 diadakan rapat gabungan antara Panitia Kecil, dengan para
anggota BPUPKI yang berdomisili di Jakarta. Hasil yang dicapai antara lain disetujuinya dibentuknya
sebuah Panitia Kecil Penyelidik Usul-Usul / Perumus Dasar Negara, yang terdiri atas sembilan orang,
yaitu:

1.         Ir.Soekarno
2.         Drs.Muh.Hatta
3.         Mr.A.A.Maramis
4.         K.H.Wachid Hasyim
5.         Abdul Kahar Muzakkir
6.         Abikusno Tjokrosujoso
7.         H. Agus Salim
8.         Mr.AhmadSubardjo
9.         Mr. Muh. Yamin
Tokoh-tokoh BPUPKI yang diberi nama Panitia Sembilan mengadakan pertemuan untuk
membahas pidato serta usulan-usulan mengenai dasar negara yang telah dikemukakan dalam
sidang- sidang  BPUPKI. Panitia Kecil yang beranggotakan sembilan orang ini pada tanggal itu juga
melanjutkan sidang dan berhasil merumuskan calon Mukadimah Hukum Dasar, yang kemudian lebih
dikenal dengan sebutan “Piagam Jakarta”.

Dalam pembahasan tersebut didalamnya terdapat rumusan dan sistematika Pancasila sebagai
berikut :
a. Ketuhanan Yang maha Esa
b. Kemanusiaan yang adil dan beradap
c. Persatuan Indonesia
d. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan
e. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Pra Kemerdekaan

Sebelum merdeka, negara Indonesia merasakan pahitnya penjajahan oleh beberapa negara
asing. Dimulai dari portugis yang pertama kali tiba di Malaka pada tahun 1509. Portugis berhasil
menguasai Malaka pada 10 Agustus 1511. Setelah menguasai Malaka, portugis mulai bergerak dari
Madura sampai ke Ternate.
Masa penjajahan Portugis berakhir pada tahun 1602 setelah Belanda masuk ke Indonesia.
Belanda masuk ke Indonesia ingin menguasai pasar rempah-rempah di Indonesia dengan mendirikan
Verenigde Oostindische Compagnie (VOC) di Banten pada tahun 1602. Di Sulawesi Selatan, VOC
mendapat perlawanan dari Sultan Hasanuddin. Berbagai perjanjian dibuat. Salah satunya adalah
perjanjian Bongaya. Akan tetapi, Sultan Hasanuddin tidak mematuhi perjanjian tersebut dan
melawan Belanda.. Di Yogyakarta, VOC menandatangani perjanjian Giyanti yang isinya adalah
Belanda mengakui mangkubumi sebagai Sultan Hamengkubuwono 1. Perjanjian Giyanti juga
memecah kerajaan Mataram menjadi Kasunan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta. Lalu, akhirnya
VOC dibubarkan pada tanggal 1 Januari 1800 setelah Belanda kalah dari Perancis.
Setelah VOC dibubarkan, Belanda menunjuk Daendels sebagai gubernur jenderal hindia
belanda. Pada masa Deandels, masyarakat Indonesia dipaksa untuk membuat jalan raya dari Anyer
sampai Panarukan. Namun masa pemerintahan Daendels tidak berlangsung lama dan digantikan
oleh Johannes van den Bosch. Van den Bosch menerapkan sistem tanam paksa (cultuur stelsel).
Dalam sistem tanam paksa, setiap desa harus menyisihkan sebagian tanahnya untuk ditanami
komoditi ekspor khususnya kopi, tebu, nila.
Setelah 350 tahun Belanda menguasai Indonesia, pemerintahan Belanda di Indonesia
digantikan oleh bangsa Jepang. Belanda menyerah tanpa syarat kepada jepang melalui perjanjian
Kalijati pada tanggal 8 maret 1942. Di Indonesia, Jepang membentuk beberapa organisasi. Organisasi
yang dibuat Jepang antara lain adalah PETA (Pembela Tanah Air), Heiho (pasukan Indonesia buatan
Jepang), PUTERA, Jawa Hokokai (pengganti Putera).
Perlawanan terhadap penjajahan Jepang banyak dilakukan di beberapa daerah di Indonesia.
Dengan persenjataan sederhana/seadanya rakyat berusaha menahan serangan dan berhasil
memukul mundur pasukan Jepang untuk kembali ke Lhokseumawe. Jepang berhasil membakar
masjid sementara pemimpin pemberontakan (Teuku Abdul Jalil) berhasil meloloskan diri dari
kepungan musuh, namun akhirnya tertembak saat sedang shalat. Perlawanan lain yang terkenal
lainnya adalah perlawanan PETA di daerah Blitar, Jawa Timur. Perlawanan ini dipimpin oleh
Syodanco Supriyadi, Syodanco Muradi, dan Dr. Ismail. Perlawanan ini disebabkan karena persoalan
pengumpulan padi, Romusha maupun Heiho yang dilakukan secara paksa dan di luar batas
perikemanusiaan. Sebagai putera rakyat para pejuang tidak tega melihat penderitaan rakyat.
Perlawanan PETA di Blitar merupakan perlawanan yang terbesar di Jawa. Tetapi dengan tipu
muslihat Jepang melalui Kolonel Katagiri (Komandan pasukan Jepang), pasukan PETA berhasil ditipu
dengan pura-pura diajak berunding.
Pemerintahan Jepang di Indonesia berakhir setelah Jepang kalah dari tentara sekutu di
Perang Dunia II. Dua kota di Jepang yaitu Hiroshima dan Nagasaki dijatuhi bom oleh tentara sekutu.
Setelah mendengar adanya kekalahan Jepang, dibentuklah BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia) atau Dokuritsu Junbi Cosakai yang diketuai oleh Radjiman
Widyodiningrat. Nama BPUPKI diganti menjadi PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) atau
Dokuritsu Junbi Inkai untuk lebih menegaskan keinginan dan tujuan bangsa Indonesia untuk
merdeka. Sutan Syahrir telah mendengar berita lewat radio bahwa Jepang telah menyerah kepada
Sekutu. Sutan Syahrir mendesak agar Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan karena
menganggap hasil pertemuan di Dalat sebagai tipu muslihat Jepang.
Soekarno mengingatkan Hatta bahwa Syahrir tidak berhak memproklamasikan kemerdekaan
karena itu adalah hak Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Setelah mendengar Jepang
menyerah pada tanggal 14 Agustus 1945, golongan muda mendesak golongan tua untuk segera
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Namun golongan tua tidak ingin terburu-buru. Mereka
tidak menginginkan terjadinya pertumpahan darah pada saat proklamasi. Soekarno dan Hatta
bersama Soebardjo kemudian ke rumah Laksamana Muda Maeda, di Jalan Medan Merdeka Utara.
Maeda menyambut kedatangan mereka dengan ucapan selamat atas keberhasilan mereka di Dalat.
Sambil menjawab ia belum menerima konfirmasi serta masih menunggu instruksi dari Tokyo. Sehari
kemudian, gejolak tekanan yang menghendaki pengambilalihan kekuasaan oleh Indonesia makin
memuncak dilancarkan para pemuda dari beberapa golongan.
Rapat PPKI pada 16 Agustus pukul 10 pagi tidak dilaksanakan karena Soekarno dan Hatta
tidak muncul. Peserta rapat tidak tahu telah terjadiperistiwa Rengasdengklok. Perisiwa
Rengasdengklok adalah peristiwa penculikan terhadap Soekarno dan Hatta oleh golongan muda
untuk mempercepat pelaksanaan proklamasi. Setelah kembali ke Jakarta dari Rengasdenglok,
Soekarno dan Hatta menyusun teks proklamasi di rumah Laksamana Maeda yang dibantu oleh
Achmad Soebardjo dan Sayuti Melik. Setelah selesai, Sayuti Melik menyalin dan mengetik naskah
tersebut.
PROSES PERUMUSAN PANCASILA
Pembentukan BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia)

            Menyusul kekalahan dari Sektu, Kaisar Jepang Tenno Haika bersamaan dengan hari ulang
tahunnya pada tanggal 29 April 1945 berjanji memberi hadiah ulang tahun kepada bangsa Indonesia
yaitu janji kedua pemerintah Jepang berupa kemerdekaan tanpa syarat. Janji itu disampaikan
seminggu sebelum pemerintah Jepang menyerah, dengan Maklumat Gunseikan (Pembesar tertinggi
Sipil Pemerintah Militer Jepang di Jawa-Madura) No.23.
            Dengan Maklumat Genseikan tanggal 29 April 1945 tersebut, secara resmi dibentuk suatu
Badan Penyelidik Usaha-usaha Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), disingkat “Badan Penyelidik”,
(dalam bahasa Jepang : Dokuritsu Zyunby Tyoosakai). BPUPKI bertugas untuk mempelajari dan
menyelidiki hal-hal penting yang berhubungan dengan segi-segi politik, ekonomi, pemerintahan dan
lain-lainnya yang dibutuhkan dalam usaha pembentukan Negara Indonesia merdeka.
            Pada hari itu diumumkan sebagai ketua (Kaicoo) Dr.KRT. Rajiman Widyodiningrat, yang
kemudian mengusulkan bahwa  agenda pada persidangan pertama BPUPKI adalah membahas
tentang dasar Negara. BPUPKI dilantik tanggal 28 Mei 1945 oleh Letnan Jendral Kumakuci Harada,
Paanglima Tentara Jepang XVI di Jawa, dengan beranggotakan 67 orang,terdiri dari 60 orang yang
dianggap tokoh dari Indonesia dan 7 orang anggota Jepang dan keturunan Indonesia lainnya tanpa
hak suara. Pada sidang yang kedua (10 Juli-17 Juli) Pemerintah Jepang menambah 6 orang anggota
bangsa Indonesia.
Ketua                : Dr.KRT. Rajiman Widyodiningrat

                        Kelahiran : Yogyakarta, 12 April 1879

                  Jabatan     : Anggota Tyuuoo Sangi In, Pertanian di Bulak Ngalaran Walikukun Kab. Ngawi

Wakil ketua     :

1.      Raden Panji Soeroso

                        Kelahiran : Sidoarjo 3-11-1893; jabatan

                        Jabatan     : Gubernur Jateng I

2.      Yoshio Ichibangase (wakil Jepang)


            Ruang lingkup tugas badan ini sangat terbatas yaitu, melakukan penyelidikan usaha persiapan
kemerdekaan Indonesia, menurut Yosio Ichibangase setelah pekerjaan badan ini selesai maka Jepang
membentuk panitia lain yang bertugas mempersiapkan kemerdekaan Indonesia. Sehingga ada upaya
pemerintah Jepang untuk tidak menggunakan hasil keputusan lembaga ini sebagai rekomendasi
pada Pemerintah Indonesia ketika merdeka.

Masa Persidangan I BPUPKI (29 Mei–1 Juni 1945)

            Masa persidangan pertama BPUPKI dimulai pada tanggal 29 Mei 1945 sampai dengan 1 Juni
1945. Pada masa persidangan ini, BPUPKI membahas rumusan dasar negara untuk Indonesia
merdeka. BPUPKI meminta anggotanya untuk memberi pandangan umum tentang dasar Indonesia
merdeka atau philosofische grondslag. Pada persidangan dikemukakan berbagai pendapat tentang
dasar negara yang akan dipakai Indonesia merdeka. Pembicara pada sidang pleno tersebut adalah
Mr. Mohammad Yamin, Ki Bagoes Hadi dan KH Wachid Hasjim, Mr. Supomo, serta Ir. Sukarno.
Berikut isi yang disampaikan Mr. Mohammad Yamin pada 29 Mei 1945 dalam pidatonya
mengajukan usulan secara lisan mengenai dasar Negara kebangsaan. Pemikirannya diberi judul
”Asas dan Dasar Negara Kebangsaan Republik Indonesia” yang rumusannya terdiri atas 5 butir yaitu :
1.      peri kebangsaan;
2.      peri kemanusiaan;
3.      peri ketuhanan;
4.      peri kerakyatan;
5.      kesejahteraan rakyat.
            Sedangkan naskah tertulisnya disampaikan oleh Moh.Yamin setelah persidangan BPUPKI
selesai. Usulan tertulis yang disampaikan kepada BPUPKI oleh Muh.Yamin berbeda dengan rumusan
kata-kata dan sistematikanya dengan yang dipresentasikan secara lisan. Adapun draf usulan
M.Yamin adalah :

1)      Ketuhanan Yang Maha Esa


2)      Kebangsaan Persatuan Indonesia
3)      Rasa Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
4)      Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan.
5)      Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
            Setelah Muhammad Yamin menyampaikan gagasannya pada sidang pleno BPUPKI pada hari
pertama, maka yang menjadi juru bicara untuk menyampaikan mengenai pandangan hidup pada
hari kedua yaitu tanggal 30 Mei adalah Ki Bagoes dan KH.Wachid Hasyim. Beliau berdua adalah wakil
dari kelompok Islam, yang sampai akhir persidangan tidak memberikan draf tertulis mengenai usulan
pandanganhidupnya.
            Dalam sidang BPUPKI tanggal 31 Mei 1945, Dr. Soepomo menyampaikan bahwa dasar Negara
Indonesia merdeka adalah dasar Negara kebangsaan atau integralistik (susunan masyarakat yang
integral, segala golongan, segala bagian, segala anggotanya berhubungan erat satu sama lain dan
merupakan persatuan masyarakat yang organis). Beliau mengusulkan hal-hal yang berkaitan dengan
dasar Negara sebagai berikut :

a)      Saya mengusulkan pendirian negara nasional yang bersatu dalam totaliter sebagaimana seperti
yang saya uraikan tadi, yaitu negara yang tidak akan mempersatukan diri dengan golongan terbesar,
akan tetapi yang mengatasi semua golongan, baik golongan besar atau kecil. Dalam negara yang
bersatu itu urusan agama diserahkan kepada golongan-golongan agama yang bersangkutan.
b)      Kemudian dianjurkan supaya para warga negara takluk kepada Tuhan supaya tiap-tiap waktu
ingat kepada Tuhan.
c)      Mengenai kerakyatan disebutkan sebagai berikut : untuk menjamin supaya pimpinan negara,
terutama kepala negara terus-menerus bersatu jiwa dengan rakyat dalam susunan pemerintahan
negara Indonesia harus dibentuk sistem badan permusyawaratan. Kepala negara akan terus bergaul
dengan badan permusyawaratan supaya senatiasa mengetahui dan merasakan rasa keadilan dan
cita-cita rakyat.
d)      Dalam lapangan ekonomi negara akan bersifat kekeluargaan juga, oleh karena kekeluargaan itu
sifat masyarakat timur yang harus kita pelihara sebaik-baiknya. Sistem tolong-menolong, sistem
koperasi hendaknya dipakai sebagai salah satu dasar ekonomi negara Indonesia yang makmur,
bersatu, berdaulat, adil.
e)      Mengenai hubungan antar bangsa,supaya negara Indonesia bersifat negara Asia Timur raya,
anggota dari kekeluargaan Asia Timur Raya.
            Dalam pidatonya beliau menyampaikan setiap warga dianjurkan untuk hidup berketuhanan
tetapi urusan agama terpisah dari urusan Negara, dibentuk Badan Musyawarah agar pemimpin
Negara bersatu jiwa dengan wakil rakyat, sistem ekonomi diatur berdasarkan azas kekeluargaan,
tolong menolong dan sistem kooperasi, Negara Indonesia yang besar atas semangat kebudayaan
Indonesiaasli.
            A.G Pringgodigdo (dalam Rindjin, 2012: 48), menyimpulkan rumusan dasar Negara dari pidato
Soepomo tersebut sebagai berikut :

1)      Dasar persatuan dan kekeluargaan;


2)      Takluk kepada Tuhan;
3)      Kerakyatan;
4)      Dalam lapangan ekonomi Negara bersifat kekeluargaan;
5)      Negara Indonesia bersifat Asia Timur Raya.
            Menurut Notosoesanto (1984: 26), dasar-dasar untuk Indonesia Merdeka yang diajukan Prof.
Soepomo adalah sebagai berikut :

1)      Persatuan;
2)      Kekeluargaan;
3)      Keseimbangan lahir batin;
4)      Musyawarah; dan
5)      Keadilan rakyat.
            Pada 1 Juni 1945 Ir.Soekarno yang menyampaikan usulan philosopische grondslag sebagai
fundamen, filsafat, pikiran yang sedalam-dalamnya, jiwa hasrat Indonesia Merdeka yang kemudian
dikenal sebagai hari lahir Pancasila. Gagasan mengenai rumusan lima sila dasar negara Republik
Indonesia yang dikemukakan oleh Ir. Soekarno tersebut kemudian dikenal dengan istilah "Pancasila"
(istilah yang pada rumusannya ini atas saran seorang ahli bahasa, Muh Yamin, yang duduk di sebelah
Soekarno). Masih menurut Soekarno bilamana diperlukan gagasan mengenai rumusan Pancasila ini
dapat diperas menjadi "Trisila" (Tiga Sila), yaitu: “1. Sosionasionalisme; 2. Sosiodemokrasi; dan 3.
Ketuhanan Yang Berkebudayaan”. Bahkan masih menurut Ir. Soekarno lagi, Trisila tersebut bila
hendak diperas kembali dinamakannya sebagai "Ekasila" (Satu Sila), yaitu merupakan sila: “Gotong-
Royong”, ini adalah merupakan upaya dari Bung Karno dalam menjelaskan bahwa konsep gagasan
mengenai rumusan dasar negara Republik Indonesia yang dibawakannya tersebut adalah berada
dalam kerangka "satu-kesatuan", yang tak terpisahkan satu dengan lainnya. Masa persidangan
BPUPKI yang pertama ini dikenang dengan sebutan detik-detik lahirnya Pancasila dan tanggal 1
Juni ditetapkan dan diperingati sebagai hari lahirnya Pancasila.

            Adapun rumusan Pancasila yang disampaikan Soekarno dalam pidatonya tanpa teks, adalah :

1)      Kebangsaan Indonesia
2)      Internasionalisme, atau peri-kemanusiaan
3)      Mufakat atau demokrasi
4)      Kesejahteraan sosial
5)      Ke-Tuhanan yang berkebudayaan
            Selama reses antara 2 Juni—9 Juli 1945, delapan orang anggota BPUPKI ditunjuk sebagai
panitia kecil yang bertugas untuk menampung dan menyelaraskan usul-usul anggota BPUPKI yang
telah masuk. Tim kecil ini bertugas untuk melakukan dokumentasi usulan-usulan yang ada secara
tertulis paling lambat tanggal 20 Juni 1945. Anggota panitia kecil tersebu juga dikenal dengan Panitia
yang anggotanya :
1)      Ir.Soekarno
2)      M.Hatta
3)      M.Soetarjo
4)      KH.W.Hasyim
5)      Ki Bagoes
6)      Otista
7)      M.Yamin
8)      Andre Maramis
         Pada tanggal 22 Juni 1945, Panitia Delapan mengadakan rapat dengan 38 orang anggota Badan
Penyelidik, yaitu anggota-anggota yang menghadiri sidang Chou Sangi In (sebuah badan penasehat
yang dibentuk pemerintah penduduk Jepang) di Jakarta. Dalam rapat itu, Panitia Delapan berhasil
menghimpun usulan para anggota yang menyangkut beberapa masalah penting yaitu :

1)      Permintaan Indonesia merdeka selekas-lekasnya


2)      Dasar Negara
3)      Unifikasi dan federasi
4)      Dearah negara Indonesia
5)      Badan perwakilan rakyat
6)      Badan penasehat
7)      Bentuk negara dan kepala negara
8)      Pembelaan Negara, dan
9)      Keungan
          Tim ini juga mengusulkan kepada pemerintah Jepang terkait dengan: Penetapan bentuk negara
dan hukum dasar Negara, permintaan kemerdekaan secepatnya, merekomendasi kepada Jepang
untuk membuat badan persiapan secepat mungkin dan pembentukan tentara kebangsaan serta
administrasi masalah keuangan.

           Di akhir rapat, Panitia Delapan mengambil inisiatif membentuk Panita kecil lain yang disebut
dengan Panitia Sembilan karena kebutuhan untuk mencari modus antara golongan Islam dan
golongan kebangsaan mengenai masalah agama dan negara. Panitia Sembilan beranggotakan :

1.      Ir. Soekarno (ketua)
2.      Drs. Mohammad Hatta (wakil ketua)
3.      Mr. Achmad Soebardjo (anggota)
4.      Mr. Mohammad Yamin (anggota)
5.      KH. Wahid Hasjim (anggota)
6.      Abdoel Kahar Moezakir (anggota)
7.      Abikoesno Tjokrosoejoso (anggota)
8.      H. Agus Salim (anggota)
9.      Mr. Alexander Andries Maramis (anggota)
            Rapat Panitia Sembilan pada 22 Juni 1945, menghasilkan rancangan Hukum Dasar yang
dikenal dengan Piagam Jakarta. Pada bagian akhir dari naskah rancangan Pembukaan Hukum Dasar
(Piagam Jakarta) terdapat rumusan dasar negara sebagai berikut.

1.      Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syari'at Islam bagi pemeluk-pemeluknya


2.      Kemanusiaan yang adil dan beradab
3.      Persatuan Indonesia
4.      Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat, kebijaksanaan dalam permusyarawaratan/perwakilan
5.      Keadilan sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia.
Masa Persidangan II BPUPKI (10–17 Juli 1945)
            Masa persidangan BPUPKI yang kedua berlangsung sejak tanggal 10 Juli 1945 hingga
tanggal 14 Juli 1945. Agenda sidang BPUPKI kali ini mengenai bentuk Negara, batas wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia, kewarganegaraan Indonesia, rancangan Undang-Undang Dasar,
ekonomi dan keuangan, pembelaan negara, serta pendidikan. Pada rapat ini, dokumen Rancangan
Pembukaan Hukum Dasar (Piagam Jakarta) dibahas kembali secara resmi dalam rapat pleno tanggal
10 dan 14 Juli 1945. Rancangan Pembukaan Hukum Dasar tersebut dipecah menjadi 2 dokumen
berbeda yaitu Declaraton of Independence (dari paragraf 1—3 yang diperluas menjadi 12 paragraf)
dan Pembukaan (dari paragaraf 4 tanpa perluasan sedikitpun.
            Rumusan yang diterima oleh rapat BPUPKI tanggal 14 Juli 1945 hanya sedikit berbeda dengan
rumusan Piagam Jakarta yaitu menghilangkan kata “serta” dalam sub anak kalimat terakhir.
Rumusan dasar Negara hasil sidang BPUPKI yakni :
            “…dengan berdasarkan kepada: Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi
pemeluk-pemeluknya, menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan-perwakilan serta
dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.”

PROSES PENGESAHAN PANCASILA


Pembentukan PPKI

            Menyerahkan kekaisaran Jepang yang mendadak dan diikuti dengan Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia yang diumumkan sendiri oleh Bangsa Indonesia (lebih awal kesepakatan semula dengan
Tentara Angkatan Darat XVI Jepang) menimbulkan situasi darurat yang harus segera diselesaikan.
Karna desakan para tokoh Indonesia, akhirnya Jepang menyetujui untuk membentuk badan
persiapan kemerdekaan dengan membentuk PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) pada
7 Agustus 1945 yang beranggotakan 21 orang (12 orang dari Jawa, 3 orang dari Kalimantan, 1 orang
dari Sulawes, 1 orang dari Nusa Tenggara, 1 orang dari Maluku, 1 orang dari golongan
Tionghoa). Susunan awal anggota PPKI adalah sebagai berikut :

1.      Ir. Soekarno (Ketua)
2.      Drs. Moh. Hatta (Wakil Ketua)
3.      Prof. Mr. Dr. Soepomo (Anggota)
4.      KRT Radjiman Wedyodiningrat (Anggota)
5.      R. P. Soeroso (Anggota)
6.      Soetardjo Kartohadikoesoemo (Anggota)
7.      Kiai Abdoel Wachid Hasjim (Anggota)
8.      Ki Bagus Hadikusumo (Anggota)
9.      Otto Iskandardinata (Anggota)
10.  Abdoel Kadir (Anggota)
11.  Pangeran Soerjohamidjojo (Anggota)
12.  Pangeran Poerbojo (Anggota)
13.  Dr. Mohammad Amir (Anggota)
14.  Mr. Abdul Maghfar (Anggota)
15.  Mr. Teuku Mohammad Hasan (Anggota)
16.  Dr. GSSJ Ratulangi (Anggota)
17.  Andi Pangerang (Anggota)
18.  A.H. Hamidan (Anggota)
19.  I Goesti Ketoet Poedja (Anggota)
20.  Mr. Johannes Latuharhary (Anggota)
21.  Drs. Yap Tjwan Bing (Anggota)
            Selanjutnya tanpa sepengetahuan Jepang, keanggotaan bertambah 6 yaitu:
1.      Achmad Soebardjo (Penasehat)
2.      Sajoeti Melik (Anggota)
3.      Ki Hadjar Dewantara (Anggota)
4.      R.A.A. Wiranatakoesoema (Anggota)
5.      Kasman Singodimedjo (Anggota)
6.      Iwa Koesoemasoemantri (Anggota)
            Tanggal 8 Agustus 1945, sebagai pimpinan PPKI yang baru, Soekarno, Hatta dan Radjiman
Wedyodiningratdiundang ke Dalat untuk bertemu Marsekal Terauchi. Setelah pertemuan tersebut,
PPKI tidak dapat bertugas karena para pemuda mendesak agar proklamasi kemerdekaan tidak
dilakukan atas nama PPKI, yang dianggap merupakan alat buatan Jepang. Bahkan rencana rapat  16
Agustus 1945 tidak dapat terlaksana karena terjadi peristiwa Rengasdengklok.

Peristiwa Rengasdengklok

            Peristiwa Rengasdengklok adalah peristiwa penculikan yang dilakukan oleh sejumlah pemuda
antara lain Soekarni, Wikana dan Chaerul Saleh dari perkumpulan "Menteng 31"
terhadap Soekarno dan Hatta. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 16 Agustus 1945 pukul 03.00. WIB,
Soekarno dan Hatta dibawa ke Rengasdengklok, Karawang, untuk kemudian didesak agar
mempercepat proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia,sampai dengan terjadinya kesepakatan
antara golongan tua yang diwakili Soekarno dan Hatta serta Mr. Achmad Subardjo dengan golongan
muda tentang kapan proklamasi akan dilaksanakan terutama setelah Jepang mengalami kekalahan
dalam Perang Pasifik.
            Menghadapi desakan tersebut, Soekarno dan Hatta tetap tidak berubah pendirian. Sementara
itu di Jakarta, Chairul dan kawan-kawan telah menyusun rencana untuk merebut kekuasaan. Tetapi
apa yang telah direncanakan tidak berhasil dijalankan karena tidak semua anggota PETA mendukung
rencana tersebut.
            Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia rencananya akan dibacakan Bung Karno dan
Bung Hatta pada hari Jumat, 17 Agustus 1945 di lapangan IKADA(yang sekarang telah menjadi
lapangan Monas) atau di rumah Bung Karno di Jl.Pegangsaan Timur 56. Dipilih rumah Bung Karno
karena di lapangan IKADA sudah tersebar bahwa ada sebuah acara yang akan diselenggarakan,
sehingga tentara-tentara jepang sudah berjaga-jaga, untuk menghindari kericuhan, antara
penonton-penonton saat terjadi pembacaan teks proklamasi, dipilihlah rumah Soekarno di jalan
Pegangsaan Timur No.56. Teks Proklamasi disusun di Rengasdengklok, di rumah seorang
Tionghoa, Djiaw Kie Siong. Bendera Merah Putih sudah dikibarkan para pejuang di Rengasdengklok
pada Kamis tanggal 16 Agustus, sebagai persiapan untuk proklamasi kemerdekaan Indonesia.
            Karena tidak mendapat berita dari Jakarta, maka Jusuf Kunto dikirim untuk berunding dengan
pemuda-pemuda yang ada di Jakarta. Namun sesampainya di Jakarta, Kunto hanya
menemui Wikana dan Mr. Achmad Soebardjo, kemudian Kunto dan Achmad Soebardjo ke
Rangasdengklok untuk menjemput Soekarno, Hatta, Fatmawati dan Guntur. Achmad Soebardjo
mengundang Bung Karno dan Hatta berangkat ke Jakarta untuk membacakan proklamasi di Jalan
Pegangsaan Timur 56. Pada tanggal 16 tengah malam rombongan tersebut sampai di Jakarta.       

            Keesokan harinya, tepatnya tanggal 17 Agustus 1945 pernyataan proklamasi dikumandangkan


dengan teks proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang diketik oleh Sayuti Melik menggunakan mesin
ketik yang "dipinjam" (tepatnya sebetulnya diambil) dari kantor Kepala Perwakilan Angkatan
Laut Jerman, Mayor (Laut) Dr. Hermann Kandeler.

Sidang PPKI (18 Agustus 1945)

            Pada tanggal 18 Agustus 1945, PPKI mengadakan sidangnya yang pertama. Pada sidang ini
PPKI membahas konstitusi negara Indonesia, Presiden dan Wakil Presiden Indonesia, serta lembaga
yang membantu tugas Presiden Indonesia. PPKI membahas konstitusi negara Indonesia dengan
menggunakan naskah Piagam Jakarta yang telah disahkan BPUPKI. Namun, sebelum sidang dimulai,
Bung Hatta dan beberapa tokoh Islam mengadakan pembahasan sendiri untuk mencari penyelesaian
masalah kalimat ”... dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” pada
kalimat ”Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”.
Tokoh-tokoh Islam yang membahas adalah Ki Bagus Hadikusumo, Kasman Singodimejo, K.H. Abdul
Wachid Hasyim, dan Teuku Moh. Hassan. Mereka perlu membahas hal tersebut karena pesan dari
pemeluk agama lain dan terutama tokoh-tokoh dari Indonesia bagian timur yang merasa keberatan
dengan kalimat tersebut. Mereka mengancam akan mendirikan negara sendiri apabila kalimat
tersebut tidak diubah. Dalam waktu yang tidak terlalu lama, dicapai kesepakatan untuk
menghilangkan kalimat ”... dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”.
Hal ini dilakukan untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Kita harus menghargai
nilai juang para tokoh-tokoh yang sepakat menghilangkan kalimat ”.... dengan kewajiban
menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya.” Para tokoh PPKI berjiwa besar dan memiliki
rasa nasionalisme yang tinggi. Mereka juga mengutamakan kepentingan bangsa dan negara di atas
kepentingan pribadi dan golongan. Adapun tujuan diadakan pembahasan sendiri tidak pada forum
sidang agar permasalahan cepat selesai. Dengan disetujuinya perubahan itu maka segera sidang
pertama PPKI dibuka.

keputusan:
1.      Menetapkan dan mengesahkan pembukaan UUD 1945 dan UUD 1945
2.      Memilih presiden dan wakil presiden (Sukarno dan Moh. Hatta)
3.      Membentuk Komite Nasional Indonesia sebagai badan musyawarah darurat.

Pancasila yang direfisi:


1.      ke-Tuhanan Yang Maha Esa,
2.      Kemanusiaan yang adil dan beradab,
3.      Persatuan Indonesia
4.      Dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan
5. Serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia


Dalam pengertian ini, Pancasila disebut juga way of life, weltanschaung,
wereldbeschouwing, wereld en levens beschouwing, pandangan dunia, pandangan hidup, pegangan
hidup dan petunjuk hidup. Dalam hal ini Pancasila digunakan sebagai petunjuk arah semua semua
kegiatan atau aktivitas hidup dan kehidupan dalam segala bidang. Hal ini berarti bahwa semua
tingkah laku dan tindakn pembuatan setiap manusia Indonesia harus dijiwai dan merupakan
pencatatan dari semua sila Pancasila. Hal ini karena Pancasila Weltanschauung merupakan suatu
kesatuan, tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lain, keseluruhan sila dalam Pancasila merupakan
satu kesatuan organis.

Pancasila Sebagai Dasar Negara Republik Indonesia


Pancasila sebagai falsafah negara (philosohische gronslag) dari negara, ideology negara, dan
staatside. Dalam hal ini Pancasila digunakan sebagai dasar mengatur pemerintahan atau
penyenggaraan negara. Hal ini sesuai dengan bunyi pembukaan UUD 1945, yang dengan jelas
menyatakan “……..maka sisusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu udang-
undang dasar negara Indonesia yang terbentuk dalam suat susunan negara Republik Indonesia yang
berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada…..”

Pancasila sebagai pandangan hidup dan dasar negara Indonesia mempunyai beberapa fungsi pokok,
yaitu:

1.Pancsila dasar negara sesuai dengan pembukaan UUD 1945 dan yang pada hakikatnya adalah
sebagai sumber dari segala sumber hukum atau sumber tertib hukum. Hal ini tentang tertuang
dalam ketetapan MRP No. XX/MPRS/1966 dan ketetapan MPR No. V/MP/1973 serta ketetapan No.
IX/MPR/1978. merupakan pengertian yuridis ketatanegaraan
2.Pancasila sebagai pengatur hidup kemasyarakatan pada umumnya (merupakan pengertian
Pancasila yang bersifat sosiologis)
3.Pancasila sebagai pengatur tingkah laku pribadi dan cara-cara dalam mencari kebenaran
(merupakan pengertian Pancasila yang bersifat etis dan filosofis)

.Sila – Sila Pancsila


1.Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
dan oleh karenanya manuasia percaya dan taqwa terhadap Tuhan YME sesuai dengan agama dan
kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
2. Sila kemanusian Yang Adil dan Beradab
Kemanusiaan yang adil dan beradab menunjang tinggi nilai-nilai kemanusiaan, gemar
melakukan kegiatan –kegiatan kemanusiaan, dan berani membela kebenaran dan keadilan. Sadar
bahwa manusia adalah sederajat, maka bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh
umat manusia, karena itu dikembangkanlah sikap hormat dan bekerja sama dengan bangsa –bangsa
lain.
3.Sila Persatuan Indonesia
Dengan sila persatuan Indonesia, manusia Indonesia menempatkan persatuan, kesatuan,
serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara diatas kepentingan pribadi dan golongan.
Persatuan dikembangkan atas dasar Bhineka Tunggal Ika, dengan memajukan pergaulan demi
kesatuan dan persatuan bangsa.
4.Sila Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan Perwakilan
Manusia Indonesia menghayati dan menjungjung tinggi setiap hasil keputusan musyawarah,
karena itu semua pihak yang bersangkutan harus menerimannya dan melaksanakannya dengan
itikad baik dan penuh rasa tanggung jawab. Disini kepentingan bersamalah yang diutamakan di atas
kepentingan pribadi atau golongan. Pembicaraan dalam musyawarah dilakukan dengan akal sehat
dan sesuai dengan hati nurani yang luhur. Keputusan-keputusan yang diambil harus dapat
dipertanggung jawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjungjung tinggi harkat dan
martabat manusia serta nilai-nilai kebenaran dan keadilan.  Dalam melaksanakan permusyawaratan,
kepercayaan diberikan kepada wakil-wakil yang dipercayanya.
5.Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Dengan sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, manusia Indonesia menyadari hak
dan kewajiban yang sama untuk menciptakan keadilan sosial dalam kehidupan masyarakat
Indonesia. Dalam rangka ini dikembangkan perbuatannya yang luhur yang mencerminkan sikap dan
suasana kekeluargaan dan gotong royong. Untuk itu dikembangkan sikap adil terhadap sesama,
menjaga kesinambungan antara hak dan kewajiban serta menghormati hak-hak orang lain.

Anda mungkin juga menyukai