DI SUSUN OLEH :
ALVIN ANUGRAHPRATAMA
NPM : 017.01.3375
PRODI SI KEPERAWATAN
T.A2020
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. PENGERTIAN
Kejang merupakan perubahan fungsi otak mendadak dan sementara sebagai akibat
dari aktivitas neuronal yang abnormal dan pelepasan listrik serebral yang berlebihan.
(betz & Sowden,2002)
Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh ( suhu
rektal diatas 380 C) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium (Ngastiyah, 1997:229)..
Jadi kejang demam adalah kenaikan suhu tubuh yang menyebabkan perubahan fungsi
otak akibat perubahan potensial listrik serebral yang berlebihan sehingga mengakibatkan
renjatan berupa kejang.
B. PENYEBAB
Menurut Lumbantobing,2001 Faktor yang berperan dalam menyebabkan kejang demam:
1. Demam
2. Efek produk toksik dari pada mikroorganisme (kuman dan virus terhadap otak).
3. Respon alergik atau keadaan imun yang abnormal oleh infeksi.
4. Perubahan keseimbangan cairan atau elektrolit
5. Ensefalitis viral (radang otak akibat virus) yang ringan yang tidak diketahui atau
ensekalopati toksik sepintas.
6. Gabungan semua faktor tersebut di atas.
Terjadinya bangkitan kejang pada bayi dan anak kebanyakan bersamaan dengan kenaikan
suhu tubuh yang tinggi dan cepat yang disebabkan infeksi diluar susunan saraf pusat,
misalnya tonsilitis, otitis media akut (OMA), bronkhitis, dan lain – lain.
F. WEB OF CAUTION
Cemas
Hospitalisasi
Risiko
Cedera
Hipertermi
Perfusi jaringan
Bersihan Jalan Nafas tidak cerebral
efektif tidak efektif
G. PEMERIKSAAN DAN DIAGNOSTIK
1. Elektroensefalogram ( EEG ) : dipakai untuk membantu menetapkan jenis dan fokus
dari kejang.
2. CT scan : menggunakan kajian sinar X yang lebih sensitif dari biasanya untuk
mendeteksi perbedaan kerapatan jaringan.
3. Magneti resonance imaging ( MRI ) : menghasilkan bayangan dengan menggunakan
lapanganmagnetik dan gelombang radio, berguna untuk memperlihatkan daerah –
daerah otak yang itdak jelas terliht bila menggunakan pemindaian CT
4. Pemindaian positron emission tomography ( PET ) : untuk mengevaluasi kejang
yang membandel dan membantu menetapkan lokasi lesi, perubahan metabolik atau
alirann darah dalam otak
5. Uji laboratorium
a. Glukosa Darah :Hipoglikemia merupakan predisposisi kejang (N < 200 mq/dl)
b. BUN: Peningkatan BUN mempunyai potensi kejang dan merupakan indikasi
nepro toksik akibat dari pemberian obat.
c. Elektrolit : K, Na, Ketidakseimbangan elektrolit merupakan predisposisi kejang,
Kalium ( N 3,80 – 5,00 meq/dl ), Natrium ( N 135 – 144 meq/dl )
H. PENATALAKSANAAN
1. Memberantas kejang Secepat mungkin
Diberikan antikonvulsan secara intravena jika klien masih dalam keadaan kejang,
ditunggu selama 15 menit, bila masih terdapat kejang diulangi suntikan kedua dengan
dosis yang sama juga secara intravena. Setelah 15 menit suntikan ke 2 masih kejang
diberikan suntikan ke 3 dengan dosis yang sama tetapi melalui intramuskuler,
diharapkan kejang akan berhenti. Bila belum juga berhenti dapat diberikan
fenobarbital atau paraldehid 4 % secara intravena.
2. Pengobatan penunjang
Sebelum memberantas kejang tidak boleh Dilupakan perlunya pengobatan penunjang
a. Semua pakaian ketat dibuka.
b. Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi lambung.
c. Usahakan agar jalan nafas bebas untuk menjamin kebutuhan oksigen, bila
perlu dilakukan intubasi atau trakeostomi.
d. Penghisapan lendir harus dilakukan secara teratur dan diberikan oksigen.
e. Beri penahan gigi supaya tidak tergigit.
3. Pengobatan rumah
a. Profilaksis intermiten
Untuk mencegah kejang berulang, diberikan obat campuran anti konvulsan dan
antipietika. Profilaksis ini diberikan sampai kemungkinan sangat kecil anak
mendapat kejang demam sederhana yaitu kira - kira sampai anak umur 4 tahun.
b. Profilaksis jangka panjang
Diberikan pada keadaan
1) Epilepsi yang diprovokasi oleh demam
2) Kejang demam yang mempunyai ciri :
a. Terdapat gangguan perkembangan saraf seperti serebral palsi, retardasi
perkembangan dan mikrosefali
b. Bila kejang berlangsung lebih dari 15 menit, bersifat fokal atau diikuti
kelainan saraf yang sementara atau menetap
c. Riwayat kejang tanpa demam yang bersifat genetik
d. Kejang demam pada bayi berumur dibawah usia 1 bulan
e. Mencari dan mengobati penyebab
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI
A. PENGKAJIAN
Pengkajian yang sistematis meliputi pengumpulan data, analisa data dan penentuan
masalah. Pengumpulan data diperoleh dengan cara intervensi, observasi, psikal
assesment.
1. Identitas
Identitas pasien meliputi: nama, jenis kelamin, umur, pekerjaan, pendidikan, status
perkawinan, agama, kebangsaan, suku, alamat, tanggal dan jam MRS, no register,
serta identitas yang bertanggung jawab.
2. Keluhan utama
Pada umumnya pasien panas yang meninggi disertai kejang
3. Riwayat penyakit sekarang
Menanyakan tentang keluhan yang dialami sekarang mulai dari panas, kejang, kapan
terjadi, berapa kali, dan keadaan sebelum, selama dan setelah kejang.
4. Riwayat penyakit dahulu
Penyakit yang diderita sebelumnya seperti batuk, pilek, panas. pernah dirawat
dimana, tindakan apa yang dilakukan, penderita pernah mengalami kejang
sebelumnya, umur berapa saat kejang.
5. Riwayat penyakit keluarga
Tanyakan pada keluarga pasien tentang apakah didalam keluarga ada yang
menderita penyakit yang diderita oleh pasien seperti kejang atau epilepsi.
6. Pemeriksaan fisik
a. B1 (Breath) : Keadaan umum tampak lemah, tampak peningkatan
frekuensi nafas sampai terjadi gagal nafas.Dapat terjadi sumbatan jalan nafas
akibat penumpukan secret
b. B2 (Blood) : TD normal, nadi, perfusi, crt<2" , suhu panas, kemungkinan terjadi
gangguan hemodinamik
c. B3 (Brain): Kesadaran komposmentis sampai koma
d. B4 (Bladder): monitor produksi urine dan warnanya (jernih,pekat)
e. B5 (Bowel): Inspeksi : tampak normal, auskultasi : terdengar suara bising usus
normal, palpasi : turgor kulit normal, perkusi : tidak ada distensi abdomen
f. B6 (Bone): pada kasus kejang demam tidak ditemukan kelainan tulang akan
tetapi saat kejang berlangsung akan terdapat beberapa otot yang mengalami
kejang.
B. Diagnosa
1. Perfusi jaringan cerebral tidak efektif b/d gangguan afinitas Hb oksigen, penurunan
konsentrasi Hb, Hipervolemia, Hipoventilasi, gangguan transport O2, gangguan aliran
arteri dan vena
2. Bersihan Jalan Nafas tidak efektif berhubungan dengan: sekresi tertahan
3. Kecemasan berhubungan Dengan hospitalisasi
4. Hipertermia Berhubungan dengan : peningkatan metabolisme
5. Risiko trauma berhubugan dengan Kejang
C. Intervensi
Perfusi jaringan cerebral NOC : NIC :
tidak efektif b/d gangguan Circulation status Monitor TTV
afinitas Hb oksigen, Neurologic status Monitor AGD, ukuran
penurunan konsentrasi Hb, Tissue Prefusion : pupil,
Hipervolemia, cerebral ketajaman, kesimetrisan dan
Hipoventilasi, Setelah dilakukan asuhan reaksi
gangguan transport O2, selama……… Monitor adanya diplopia,
gangguan aliran arteri dan ketidakefektifan perfusi pandangan
vena jaringan cerebral teratasi kabur, nyeri kepala
DO dengan kriteria hasil: Monitor level kebingungan
- Gangguan status mental Tekana dan
- Perubahan perilaku n systole dan diastole orientasi
- Perubahan respon motorik dalam rentang yang Monitor tonus otot
- Perubahan reaksi pupil diharapkan pergerakan
- Kesulitan menelan Tidak Monitor tekanan intrkranial
- Kelemahan atau paralisis ada dan
ekstrermitas ortostatikhipertensi respon nerologis
- Abnormalitas bicara Komuni Catat perubahan pasien
kasi jelas dalam
Menunj merespon stimulus
ukkan konsentrasi dan Monitor status cairan
orientasi Pertahankan parameter
Pupil hemodinamik
seimbang dan reaktif Tinggikan kepala 0-45o
Bebas tergantung
dari aktivitas kejang pada konsisi pasien dan order
Tidak medis
Mengalami
D. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan asuhan keperawatan merupakan realisasi dari pada rencana tindakan
yang telah ditetapkan meliputi tindakan independent, depedent, interdependent. Pada
pelaksanaan terdiri dari beberapa kegiatan, validasi, rencan keperawatan,
mendokumentasikan rencana keperawatan, memberikan asuhan keperawatan dan
pengumpulan data
E. EVALUASI
Tahap evaluasi dalam proses keperawatan menyangkut pengumpulan data
subyektif dan obyektif yang akan menunjukkan apakah tujuan pelayanan keperawatan
sudah dicapai atau belum. Bila perlu langkah evaluasi ini merupakan langkah awal
dari identifikasi dan analisa masalah selanjutnya ( Santosa.NI, 1989;162).
DAFTAR PUSTAKA
1. Betz Cecily L, Sowden Linda A. (2002). Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta :
EGC.
2. Sacharin Rosa M. (1996). Prinsip Keperawatan Pediatrik. Alih bahasa : Maulanny
R.F. Jakarta : EGC
3. Arjatmo T.(2001). Keadaan Gawat Yang Mengancam Jiwa. Jakarta : gaya baru