Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN KEJANG-KEJANG

DI SUSUN OLEH :

ALVIN ANUGRAHPRATAMA

NPM : 017.01.3375

PRODI SI KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MATARAM

T.A2020
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. PENGERTIAN
Kejang merupakan perubahan fungsi otak mendadak dan sementara sebagai akibat
dari aktivitas neuronal yang abnormal dan pelepasan listrik serebral yang berlebihan.
(betz & Sowden,2002)
Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh ( suhu
rektal diatas 380 C) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium (Ngastiyah, 1997:229)..
Jadi kejang demam adalah kenaikan suhu tubuh yang menyebabkan perubahan fungsi
otak akibat perubahan potensial listrik serebral yang berlebihan sehingga mengakibatkan
renjatan berupa kejang.

B. PENYEBAB
Menurut Lumbantobing,2001 Faktor yang berperan dalam menyebabkan kejang demam:

1. Demam
2. Efek produk toksik dari pada mikroorganisme (kuman dan virus terhadap otak).
3. Respon alergik atau keadaan imun yang abnormal oleh infeksi.
4.  Perubahan keseimbangan cairan atau elektrolit
5. Ensefalitis viral (radang otak akibat virus) yang ringan yang tidak diketahui atau
ensekalopati toksik sepintas.
6. Gabungan semua faktor tersebut di atas.

Terjadinya bangkitan kejang pada bayi dan anak kebanyakan bersamaan dengan kenaikan
suhu tubuh yang tinggi dan cepat yang disebabkan infeksi diluar susunan saraf pusat,
misalnya tonsilitis, otitis media akut (OMA), bronkhitis, dan lain – lain.

C. TANDA DAN GEJALA


Serangan kejang biasanya terjadi dalam 24 jam pertama sewaktu demam, berlangsung
singkat dengan sifat bangkitan dapat berbentuk tonik-klonik, klonik, fokal, atau akinetik.
Umumnya kejang berhenti sendiri. Setelah kejang berhenti, anak tidak memberi reaksi
apapun sejenak, tetapi setelah beberapa detik atau menit anak terbangun dan sadar
kembali tanpa defisit neurologis. Kejang dapat diikuti oleh hemiparesis sementara
(Hemiparesis Todd) yang berlangsung beberapa jam sampai beberapa hari. Kejang
unilateral yang lama diikuti oleh hemiparesis yang menetap. Bangkitan kejang yang
berlangsung lama sering terjadi pada kejang demam yang pertama.
Durasi kejang bervariasi, dapat berlangsung beberapa menit sampai lebih dari 30
menit, tergantung pada jenis kejang demam tersebut. Sedangkan frekuensinya dapat
kurang dari 4 kali dalam 1 tahun sampai lebih dari 2 kali sehari. Pada kejang demam
kompleks, frekuensi dapat sampai lebih dari 4 kali sehari dan kejangnya berlangsung
lebih dari 30 menit. 
Gejalanya berupa:
1. Demam (terutama demam tinggi atau kenaikan suhu tubuh yang tejradi secara tiba-
tiba)
2. Pingsan yang berlangsung selama 30 detik-5 menit (hampir selalu terjadi pada anak-
anak yang mengalami kejang demam)
3. Postur tonik (kontraksi dan kekakuan otot menyeluruh yang biasanya berlangsung
selama 10-20 detik)
4. Gerakan klonik (kontraksi dan relaksasi otot yang kuat dan berirama, biasanya
berlangsung selama 1-2 menit)
5. Lidah atau pipinya tergigit
6. Gigi atau rahangnya terkatup rapat
7. Inkontinensia (mengompol)
8. Gangguan pernafasan
9. Apneu (henti nafas)
10. Kulitnya kebiruan
Setelah mengalami kejang, biasanya:
1. Akan kembali sadar dalam waktu beberapa menit atau tertidur selama 1 jam atau
lebih
2. Terjadi amnesia (tidak ingat apa yang telah terjadi)-sakit kepala
3. Mengantuk
4. Linglung (sementara dan sifatnya ringan)
D. Klasifikasi Kejang
1. Kejang parsial ( fokal, lokal ) : Kesadaran tidak terganggu, dapat mencakup satu atau
lebih hal berikut ini :
a. Tanda – tanda motoris, kedutan pada wajah, atau salah satu sisi tubuh; umumnya
gerakan setiap kejang sama.
b. Tanda atau gejala otonomik: muntah, berkeringat, muka merah, dilatasi pupil.
c. Gejala somatosensoris atau sensoris khusus : mendengar musik, merasa seakan
ajtuh dari udara, parestesia.
d. Gejala psikis : dejavu, rasa takut, visi panoramik.
2. Kejang parsial kompleks
a. Terdapat gangguankesadaran, walaupun pada awalnya sebagai kejang parsial
simpleks
b. Dapat mencakup otomatisme atau gerakan otomatik : mengecap – ngecapkan
bibir,mengunyah, gerakan menongkel yang berulang – ulang pada tangan dan
gerakan tangan lainnya.
c. Dapat tanpa otomatisme : tatapan terpaku
3. Kejang umum ( konvulsi atau non konvulsi )
a. Kejang absens
1) Gangguan kewaspadaan dan responsivitas
2) Ditandai dengan tatapan terpaku yang umumnya berlangsung kurang dari 15
detik
3) Awitan dan akhiran cepat, setelah itu kempali waspada dan konsentrasi
penuh
b. Kejang mioklonik
1) Kedutan – kedutan involunter pada otot atau sekelompok otot yang terjadi
secara mendadak.
2) Sering terlihat pada orang sehat selaam tidur tetapi bila patologik berupa
kedutan keduatn sinkron dari bahu, leher, lengan atas dan kaki.
3) Umumnya berlangsung kurang dari 5 detik dan terjadi dalam kelompok
4) Kehilangan kesadaran hanya sesaat.
c. Kejang tonik klonik
1) Diawali dengan kehilangan kesadaran dan saat tonik, kaku umum pada otot
ekstremitas, batang tubuh dan wajah yang berlangsung kurang dari 1 menit
2) Dapat disertai hilangnya kontrol usus dan kandung kemih
3) Saat tonik diikuti klonik pada ekstrenitas atas dan bawah.
4) Letargi, konvulsi, dan tidur dalam fase postictal
d. Kejang atonik
1) Hilngnya tonus secara mendadak sehingga dapat menyebabkan kelopak mata
turun, kepala menunduk,atau jatuh ke tanah.
2) Singkat dan terjadi tanpa peringatan.
  
E. PATOFISIOLOGI
Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi
CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari permukaan dalam yaitu
lipoid dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam keadaan normal membran sel neuron
dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion
natrium (Na+) dan elektrolit lainnya, kecuali ion klorida (Cl – ). Akibatnya
konsentrasi ion K + dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+  rendah, sedang di
luar sel neuron terdapat keadaan sebalikya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi
ion di dalam dan di luar sel, maka terdapat  perbedaan potensial membran yang
disebut potensial membran dari neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial
membran diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K ATP-ase yang terdapat pada
permukaan sel.Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah oleh :
a. Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraselular  
b. Rangsangan yang datang mendadak misalnya mekanisme, kimiawi atau aliran
listrik dari sekitarnya
c. Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau keturunan
Pada keadaan demam kenaikan suhu 1oC akan mengakibatkan kenaikan
metabolisme basal 10-15 % dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada
anak 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65 % dari seluruh tubuh dibandingkan
dengan orang dewasa yang hanya 15 %. Oleh karena itu kenaikan suhu tubuh
dapat mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu yang
singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun ion natrium akibat terjadinya lepas
muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas
ke seluruh sel maupun ke membran sel sekitarnya dengan  bantuan
“neurotransmitter” dan terjadi kejang. Kejang demam yang berlangsung lama
(lebih dari 15 menit) biasanya disertai apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen
dan energi untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia,
hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan oleh metabolisme anerobik, hipotensi
artenal disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh meningkat yang
disebabkan makin meningkatnya aktifitas otot dan mengakibatkan metabolisme
otak meningkat

F. WEB OF CAUTION

Cemas

Hospitalisasi

Risiko Kejang Berulang

Risiko
Cedera

Hipertermi

Perfusi jaringan
Bersihan Jalan Nafas tidak cerebral
efektif tidak efektif
G. PEMERIKSAAN DAN DIAGNOSTIK
1. Elektroensefalogram ( EEG ) : dipakai untuk membantu menetapkan jenis dan fokus
dari kejang.
2. CT scan : menggunakan kajian sinar X yang lebih sensitif dari biasanya untuk
mendeteksi perbedaan kerapatan jaringan.
3. Magneti resonance imaging ( MRI ) : menghasilkan bayangan dengan menggunakan
lapanganmagnetik dan gelombang radio, berguna untuk memperlihatkan daerah –
daerah otak yang itdak jelas terliht bila menggunakan pemindaian CT
4. Pemindaian positron emission tomography ( PET ) : untuk mengevaluasi kejang
yang membandel dan membantu menetapkan lokasi lesi, perubahan metabolik atau
alirann darah dalam otak
5. Uji laboratorium
a. Glukosa Darah :Hipoglikemia merupakan predisposisi kejang (N < 200 mq/dl)
b. BUN: Peningkatan BUN mempunyai potensi kejang dan merupakan indikasi
nepro toksik akibat dari pemberian obat.
c. Elektrolit : K, Na, Ketidakseimbangan elektrolit merupakan predisposisi kejang,
Kalium ( N 3,80 – 5,00 meq/dl ), Natrium ( N 135 – 144 meq/dl )

H. PENATALAKSANAAN
1. Memberantas kejang Secepat mungkin
Diberikan antikonvulsan secara intravena jika klien masih dalam keadaan kejang,
ditunggu selama 15 menit, bila masih terdapat kejang diulangi suntikan kedua dengan
dosis yang sama juga secara intravena. Setelah 15 menit suntikan ke 2 masih kejang
diberikan suntikan ke 3 dengan dosis yang sama tetapi melalui intramuskuler,
diharapkan kejang akan berhenti. Bila belum juga berhenti dapat diberikan
fenobarbital atau paraldehid 4 % secara intravena.
2. Pengobatan penunjang
Sebelum memberantas kejang tidak boleh Dilupakan perlunya pengobatan penunjang
a. Semua pakaian ketat dibuka.
b. Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi lambung.
c. Usahakan agar jalan nafas bebas untuk menjamin kebutuhan oksigen, bila
perlu dilakukan intubasi atau trakeostomi.
d. Penghisapan lendir harus dilakukan secara teratur dan diberikan oksigen.
e. Beri penahan gigi supaya tidak tergigit.
3. Pengobatan rumah
a. Profilaksis intermiten
Untuk mencegah kejang berulang, diberikan obat campuran anti konvulsan dan
antipietika. Profilaksis ini diberikan sampai kemungkinan sangat kecil anak
mendapat kejang demam sederhana yaitu kira - kira sampai anak umur 4 tahun.
b. Profilaksis jangka panjang
Diberikan pada keadaan
1) Epilepsi yang diprovokasi oleh demam
2) Kejang demam yang mempunyai ciri :
a. Terdapat gangguan perkembangan saraf seperti serebral palsi, retardasi
perkembangan dan mikrosefali
b. Bila kejang berlangsung lebih dari 15 menit, bersifat fokal atau diikuti
kelainan saraf yang sementara atau menetap
c. Riwayat kejang tanpa demam yang bersifat genetik
d. Kejang demam pada bayi berumur dibawah usia 1 bulan
e. Mencari dan mengobati penyebab
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI

A. PENGKAJIAN
Pengkajian yang sistematis meliputi pengumpulan data, analisa data dan penentuan
masalah. Pengumpulan data diperoleh dengan cara intervensi, observasi, psikal
assesment.
1. Identitas
Identitas pasien meliputi: nama, jenis kelamin, umur, pekerjaan, pendidikan, status
perkawinan, agama, kebangsaan, suku, alamat, tanggal dan jam MRS, no register,
serta identitas yang bertanggung jawab.
2. Keluhan utama
Pada umumnya pasien panas yang meninggi disertai kejang
3. Riwayat penyakit sekarang
Menanyakan tentang keluhan yang dialami sekarang mulai dari panas, kejang, kapan
terjadi, berapa kali, dan keadaan sebelum, selama dan setelah kejang.
4. Riwayat penyakit dahulu
Penyakit yang diderita sebelumnya seperti batuk, pilek, panas. pernah dirawat
dimana, tindakan apa yang dilakukan, penderita pernah mengalami kejang
sebelumnya, umur berapa saat kejang.
5. Riwayat penyakit keluarga
Tanyakan pada keluarga pasien tentang apakah didalam keluarga ada yang
menderita penyakit yang diderita oleh pasien seperti kejang atau epilepsi.
6. Pemeriksaan fisik
a. B1 (Breath) : Keadaan umum tampak lemah, tampak peningkatan
frekuensi nafas sampai terjadi gagal nafas.Dapat terjadi sumbatan jalan nafas
akibat penumpukan secret
b. B2 (Blood) : TD normal, nadi, perfusi, crt<2" , suhu panas, kemungkinan terjadi
gangguan hemodinamik
c. B3 (Brain): Kesadaran komposmentis sampai koma
d. B4 (Bladder): monitor produksi urine dan warnanya (jernih,pekat)
e. B5 (Bowel): Inspeksi : tampak normal, auskultasi : terdengar suara bising usus
normal, palpasi : turgor kulit normal, perkusi : tidak ada distensi abdomen
f. B6 (Bone): pada kasus kejang demam tidak ditemukan kelainan tulang akan
tetapi saat kejang berlangsung akan terdapat beberapa otot yang mengalami
kejang.

B. Diagnosa
1. Perfusi jaringan cerebral tidak efektif b/d gangguan afinitas Hb oksigen, penurunan
konsentrasi Hb, Hipervolemia, Hipoventilasi, gangguan transport O2, gangguan aliran
arteri dan vena
2. Bersihan Jalan Nafas tidak efektif berhubungan dengan: sekresi tertahan
3. Kecemasan berhubungan Dengan hospitalisasi
4. Hipertermia Berhubungan dengan : peningkatan metabolisme
5. Risiko trauma berhubugan dengan Kejang
C. Intervensi
Perfusi jaringan cerebral NOC : NIC :
tidak efektif b/d gangguan  Circulation status  Monitor TTV
afinitas Hb oksigen,  Neurologic status  Monitor AGD, ukuran
penurunan konsentrasi Hb,  Tissue Prefusion : pupil,
Hipervolemia, cerebral ketajaman, kesimetrisan dan
Hipoventilasi, Setelah dilakukan asuhan reaksi
gangguan transport O2, selama………  Monitor adanya diplopia,
gangguan aliran arteri dan ketidakefektifan perfusi pandangan
vena jaringan cerebral teratasi kabur, nyeri kepala
DO dengan kriteria hasil:  Monitor level kebingungan
- Gangguan status mental  Tekana dan
- Perubahan perilaku n systole dan diastole orientasi
- Perubahan respon motorik dalam rentang yang  Monitor tonus otot
- Perubahan reaksi pupil diharapkan pergerakan
- Kesulitan menelan  Tidak  Monitor tekanan intrkranial
- Kelemahan atau paralisis ada dan
ekstrermitas ortostatikhipertensi respon nerologis
- Abnormalitas bicara  Komuni  Catat perubahan pasien
kasi jelas dalam
 Menunj merespon stimulus
ukkan konsentrasi dan  Monitor status cairan
orientasi  Pertahankan parameter
 Pupil hemodinamik
seimbang dan reaktif  Tinggikan kepala 0-45o
 Bebas tergantung
dari aktivitas kejang pada konsisi pasien dan order
 Tidak medis
Mengalami

Diagnosa Rencana keperawatan


Keperawatan/
Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil
Masalah Kolaborasi
Bersihan Jalan Nafas NOC:
tidak 1. Respiratory 1. Pastikan kebutuhan oral / tracheal
efektif berhubungan status : suctioning.
dengan: 2. Ventilation 2. Berikan O2 ……l/mnt, metode………
- Infeksi, disfungsi 3. Respiratory 3. Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas
neuromuskular, status : dalam
hiperplasia 4. Airway patency 4. Posisikan pasien untuk memaksimalkan
dinding bronkus, 5. Aspiration Control ventilasi
alergi Setelah dilakukan 5. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
jalan nafas, asma, tindakan 6. Keluarkan sekret dengan batuk atau
trauma keperawatan selama suction
- Obstruksi jalan …………..pasien 7. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
nafas : menunjukkan tambahan
spasme jalan nafas, keefektifan 8. Berikan bronkodilator :
sekresi jalan nafas dibuktikan - ………………………
tertahan, banyaknya dengan kriteria hasil : - ……………………….
mukus, adanya jalan 1. Mendemonstrasika 9. Monitor status hemodinamik
nafas n batuk efektif dan 10. Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl
buatan, sekresi suara nafas yang Lembab
bronkus, bersih, 11. Berikan antibiotik :
adanya eksudat di tidak ada sianosis …………………….
alveolus, dan …………………….
adanya benda asing dyspneu (mampu 12. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
di jalan mengeluarkan keseimbangan.
nafas. sputum, 13. Monitor respirasi dan status O2
DS: bernafas dengan 14. Pertahankan hidrasi yang adekuat untuk
- Dispneu mudah, tidak ada mengencerkan sekret
DO: pursed 15. Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang
- Penurunan suara lips) penggunaan peralatan : O2, Suction,
nafas 2. Menunjukkan jalan Inhalasi
- Orthopneu nafas yang paten
- Cyanosis (klien
- Kelainan suara tidak merasa
nafas (rales, tercekik,
wheezing) irama nafas,
- Kesulitan berbicara frekuensi pernafasan
- Batuk, tidak dalam
efekotif atau rentang normal, tidak
tidak ada ada suara nafas
- Produksi sputum abnormal)
- Gelisah 3. Mampu
- Perubahan mengidentifikasikan
frekuensi dan dan
irama nafas mencegah faktor
yang
penyebab.
4. Saturasi O2 dalam
batas normal
5. Foto thorak dalam
batas normal

Kecemasan berhubungan NOC : NIC :


dengan - Kontrol kecemasan Anxiety Reduction (penurunan
Faktor keturunan, Krisis - Koping kecemasan)
situasional, Stress, Setelah dilakukan asuhan 1. Gunakan pendekatan yang
perubahan selama ……………klien menenangkan
status kesehatan, ancaman kecemasan teratasi dgn 2. Nyatakan dengan jelas
kematian, perubahan kriteria hasil: harapan
konsep 1. Klien mampu terhadap pelaku pasien
diri, kurang pengetahuan mengidentifikasi dan 3. Jelaskan semua prosedur
dan mengungkapkan dan apa
hospitalisasi gejala yang dirasakan selama
DO/DS: cemas prosedur
- Insomnia 2. Mengidentifikasi, 4. Temani pasien untuk
- Kontak mata kurang mengungkapkan dan memberikan
- Kurang istirahat menunjukkan tehnik keamanan dan mengurangi
- Berfokus pada diri sendiri untuk mengontol takut
- Iritabilitas cemas 5. Berikan informasi faktual
- Takut 3. Vital sign dalam batas mengenai
- Nyeri perut normal diagnosis, tindakan
- Penurunan TD dan 4. Postur tubuh, ekspresi prognosis
denyut wajah, bahasa tubuh 6. Libatkan keluarga untuk
nadi dan tingkat aktivitas mendampingi klien
- Diare, mual, kelelahan menunjukkan 7. Instruksikan pada pasien
- Gangguan tidur berkurangnya untuk
- Gemetar kecemasan menggunakan tehnik
- Anoreksia, mulut kering relaksasi
- Peningkatan TD, denyut 8. Dengarkan dengan penuh
nadi, RR perhatian
- Kesulitan bernafas 9. Identifikasi tingkat
- Bingung kecemasan
- Bloking dalam 10. Bantu pasien mengenal
pembicaraan situasi yang
- Sulit berkonsentrasi 11. menimbulkan kecemasan
12. Dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan,
ketakutan,
persepsi
13. Kelola pemberian obat anti
cemas:

Hipertermia NOC: NIC :


Berhubungan dengan : Thermoregulasi 1. Monitor suhu sesering mungkin
- penyakit/ trauma Setelah dilakukan tindakan 2. Monitor warna dan suhu kulit
- peningkatan keperawatan 3. Monitor tekanan darah, nadi dan
metabolisme selama………..pasien RR
- aktivitas yang menunjukkan : 4. Monitor penurunan tingkat
berlebih Suhu tubuh dalam batas kesadaran
- dehidrasi normal dengan kreiteria 5. Monitor WBC, Hb, dan Hct
DO/DS: hasil: 6. Monitor intake dan output
· kenaikan suhu 1. Suhu 36 – 37C 7. Berikan anti piretik:
tubuh diatas rentang 2. Nadi dan Kelola Antibiotik:
normal 3. RR dalam rentang ………………………..
· serangan atau normal 8. Selimuti pasien
konvulsi (kejang) 4. Tidak ada 9. Berikan cairan intravena
· kulit kemerahan perubahan warna 10. Kompres pasien pada lipat paha
· pertambahan RR kulit da aksila
· takikardi dan tidak ada 11. Tingkatkan sirkulasi udara
· Kulit teraba panas/ pusing, 12. Tingkatkan intake cairan dan
hangat nutrisi
13. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
14. Catat adanya fluktuasi tekanan
Darah
15. Monitor hidrasi seperti turgor
kulit, kelembaban membran
mukosa)
Risiko trauma NOC : NIC :
Faktor-faktor risiko 1. Knowledge : Environmental
Internal: Personal Management safety
Kelemahan, penglihatan Safety 1. Sediakan
menurun, penurunan 2. Safety Behavior : lingkungan yang
sensasi Fall aman untuk
taktil, penurunan Prevention pasien
koordinasi Safety Behavior : 2. Identifikasi
otot, tangan-mata, Fall kebutuhan
kurangnya occurance keamanan pasien,
edukasi keamanan, 3. Safety Behavior : sesuai dengan
keterbelakangan mental Physical Injury kondisi fisik dan
Eksternal: 4. Tissue Integrity: fungsi
Lingkungan Skin kognitif pasien dan
and Mucous riwayat penyakit
Membran terdahulu pasien
Setelah dilakukan tindakan 3. Menghindarkan
keperawatan lingkungan yang
selama….klien tidak berbahaya (misalnya
mengalami trauma dengan memindahkan
kriteria hasil: perabotan)
- pasien terbebas dari 4. Memasang side rail
trauma fisik tempat tidur
5. Menyediakan
tempat tidur yang
nyaman
dan bersih
6. Menempatkan saklar
lampu ditempat
yang mudah
dijangkau pasien.
7. Membatasi
pengunjung
8. Memberikan
penerangan yang
cukup
9. Menganjurkan
keluarga untuk
menemani
pasien.
10. Mengontrol
lingkungan dari
kebisingan
11. Memindahkan
barang-barang yang
dapat
membahayakan
12. Berikan penjelasan
pada pasien dan
keluarga atau
pengunjung adanya
perubahan status
kesehatan dan
penyebab penyakit.

D. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan asuhan keperawatan merupakan realisasi dari pada rencana tindakan
yang telah ditetapkan meliputi tindakan independent, depedent, interdependent. Pada
pelaksanaan terdiri dari beberapa kegiatan, validasi, rencan keperawatan,
mendokumentasikan rencana keperawatan, memberikan asuhan keperawatan dan
pengumpulan data

E. EVALUASI
Tahap evaluasi dalam proses keperawatan menyangkut pengumpulan data
subyektif dan obyektif yang akan menunjukkan apakah tujuan pelayanan keperawatan
sudah dicapai atau belum. Bila perlu langkah evaluasi ini merupakan langkah awal
dari identifikasi dan analisa masalah selanjutnya ( Santosa.NI, 1989;162).

DAFTAR PUSTAKA

1. Betz Cecily L, Sowden Linda A. (2002). Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta :
EGC.
2. Sacharin Rosa M. (1996). Prinsip Keperawatan Pediatrik. Alih bahasa : Maulanny
R.F. Jakarta : EGC
3. Arjatmo T.(2001). Keadaan Gawat Yang Mengancam Jiwa. Jakarta : gaya baru

Anda mungkin juga menyukai