Anda di halaman 1dari 30

Asuhan Keperawatan Keluarga Berencana

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Maternitas II yang


diampuh oleh Ns. Rini, S.Kep, M.Kep.

Disusun Oleh:
Kelas A

Anggi Abdullah (841418048)


Arawinda Prameswari (841418011)
Fatia Ali (841418018)
Ilman Asman (8414180)
Rezgina Mahmud (841418030)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad Salallahu Alaihi Wassallam yang kita nanti-
natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat
sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu
untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah
Keperawatan Maternitas II dengan judul “ Asuhan Keperawatan Keluarga
Berencana “

Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
kami mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini kami mohon maaf yang
sebesar-besarnya.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terimakasih.

Gorontalo, April 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR………………………………………………..…………

DAFTAR ISI……………………………………………………………………..iii

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………4

1.1 Latar Belakang…………………………………………………………….4

1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………5

1.3 Tujuan…………..…………………………………………………………5

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………….6

.1 Definisi Keluarga Berencana.......................................................................6


2.2 Definisi Kontrasepsi.....................................................................................6
2.3 Macam-macam Alat Kontrasepsi.................................................................7
2.4 Cara Penggunaan Kontrasepsi....................................................................14
2.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi Kontrassepsi.......................................15

BAB III KONSEP KEPERAWATAN...................................................................25

3.1 Pengkajian...................................................................................................25

3.2 Diagnosa Keperawatan...............................................................................27

3.3 Intervensi Keperawatan..............................................................................27

BAB V PENUTUP...…………………………………………………………....

4.1 Simpulan…………………………………………………………………

4.2 Saran……………………………………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Keluarga Berencana (KB) merupakan tindakan yang membantu individu

atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif tertentu, menghindari

kelahiran yang tidak diinginkan, mengatur interval di antara kehamilan,

mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan suami istri dan

menentukan jumlah anak dalam keluarga. Program KB tidak hanya bertujuan

untuk mengendalikan laju pertumbuhan penduduk, melainkan juga untuk

memenuhi permintaan masyarakat akan pelayanan KB dan kesehatan

reproduksi (KR) yang berkualitas, menurunkan angka kematian ibu (AKI)

dan angka kematian bayi (AKB) serta penanggulangan masalah kesehatan

reproduksi untuk membentuk keluarga kecil berkualitas. Intenational

Conference on Population and Development (ICPD) di Kairo tahun 1994,

menempatkan setiap individu mempunyai hak dalam mencapai tujuan

reproduksinya. Indonesia mempunyai kebijakan untuk mengendalikan

pertumbuhan penduduk diantaranya melalui program KB, akan tetapi

beberapa tahun terakhir program yang dilakukan melalui KB stagnan.

(Yuhedi dan Kurniawati, 2013)

Hasil prevalensi KB di Indonesia berdasarkan Survei Pemantauan

Pasangan Usia Subur tahun 2013 mencapai angka 65,4% dengan metode KB

yang didominasi oleh peserta KB suntikan (36%), pil KB (15,1%), Implant

4
(5,2%), IUD (4,7%), dan MOW (2,2%). Hasil tersebut sedikit menurun jika

dibandingkan dengan hasil survei tahun 2009-2011 prevalensi KB

cenderung tetap pada kisaran angka 67,5% (BKKBN, 2013). Secara nasional

sampai bulan Juli 2014 sebanyak 4.309.830 peserta KB baru didominasi

oleh peserta Non MKJP yaitu sebesar 69,99%, sedangkan untuk peserta

MKJP hanya sebesar 30,01% (BKKBN, 2014).

Sejalan dengan hasil Data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS)

menunjukkan bahwa pada tahun 2013 wanita usia 15-49 tahun dengan status

kawin sebesar 59,3% PUS menggunakan KB modern (Implan, MOW, MOP,

IUD, Kondom, Suntik dan pil), dan 0,4% menggunakan KB tradisional

(MAL, Kalender dan Senggama terputus). Selain itu sebanyak 24,7% PUS

pernah melakukan KB dan 15,5 tidak melakukan KB. Metode kontrasepsi

yang paling banyak digunakan oleh peserta KB baru ialah suntik sebanyak

48,56% (Kemeskes RI, 2014).

1.2. Rumusan Masalah


1. Apakah definisi dari Keluarga Berencana ?
2. Apakah definisi dari Kontrasepsi ?
3. Apa saja Macam-macam Alat Kontrasepsi ?
4. Bagaimana cara penggunaan Kontrasepsi ?
5. Apa sajakah Faktor-faktor yang mempengaruhi Kontrasepsi ?

1.3. Tujuan
3 Mahasiswa dapat mengetahui Definisi dari Keluarga Berencana
4 Mahasiswa dapat mengetahui Definisi dari Kontrasepsi
5 Mahasiswa dapat mengetahui Macam-macam Alat Kontrasepsi
6 Mahasiswa dapat mengetahui cara penggunaan Kontrasepsi

5
7 Mahasiswa dapat mengetahui Faktor-faktor yang mempengaruhi
Kontrassepsi

6
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Keluarga Berencana


KB merupakan usaha suami dan istri untuk mengukur jumlah dan jarak
anak yang diinginkan, melalui usaha penggunaan alat kontrasepsi atau
pencegahan kehamilan dan perencanaan keluarga. (Purwoastuti & Walyani,
2015).
Pasangan usia subur berkisar antara usia 20-45 tahun dimana pasangan
(laki-laki dan perempuan) sudah cukup matang dalam segala hal terlebih
organ reproduksinya sudah berfungsi dengan baik. Ini dibedakan dengan
perempuan usia subur yang berstatus janda atau cerai. Pada masa ini pasangan
usia subur harus dapat menjaga dan memanfaatkan reproduksinya yaitu
menekan angka kelahiran dengan metode keluarga berencana sehingga jumlah
dan interval kehamilan dapat diperhitungkan untuk meningkatkan kualitas
reproduksi dan kualitas generasi yang akan dating (Manuaba, 2015).

2.2 Definisi Kontrasepsi


Kontrasepsi berasal dari kata kontra “melawan” atau “mencegah” dan
konsepsi adalah pertemuan antar sel yang matang dengan sperma yang
mengakibatkan kehamialan. Maksud dari konsepsi adalah
menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antar
sel telur yang matang dengan sel sperma. Untuk itu, maka yang membutuhkan
konsepsi adalah pasangan yang aktiv melakukan hubungan intim/seks dan
keduaduanya memiliki kesuburan normal namun tidak menghendaki
kehamilan (Farida, 2017).
Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan upaya itu
dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen. Penggunaan
kontrasepsi merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi fertilitas.
Keluarga Berencana (KB) intervensi kesehatan yang cost effective dan

7
menyelematkan nyawa perempuan dan anak. Keluarga berencana merupakan
suatu program pemerintah yang dirancang untuk menyeimbangkan antara
kebutuhan dan jumlah penduduk. Peserta keluarga berencana (KB) adalah
pasangan usia subur dimana dimana salah satunya menggunakan cara atau alat
kontrasepsi untuk tujuan pencegahan kehamilan baik melalui program KB
maupun non-program KB (Rodiani & Chania, 2017).

2.3 Macam-macam Kontrasepsi


Berdasarkan lama efektivitasnya kontrasepsi dapat dibagi menjadi dua,
yaitu (Setyaningsih, 2014).:
1. MKJP (Metode Kontrasepsi Jangka Panjang), yang termasuk dalam
kategori ini adalah jenis susuk/implant, MOW, IUD,dan MOP.
2. Non MKJP (Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang), yang termasuk
dalam kategori ini adalah kondom, pil, suntik, dan metode-metode lain
seperti dari metode MKJP.
a. Kontrasepsi suntik
kontrasepsi suntik menyebabkan lendir servik mengental
sehingga menghentikan daya tembus sperma, mengubah endometium
menjadi tidak cocok untuk implantasi dan mengurangi fungsi tuba
falopii. Namun fungsi utama kontrasepsi suntik dalam mencegah
kehamilan adalah menekan ovulasi (Setyaningsih,2014).

Terdapat beberapa indikasi dari pemakaian kontrasepsi suntik,


yakni : usia reproduksi, telah memiliki anak ataupun belum memiliki

8
anak, ingin mendapatkan kontrasepsi dengan efektifitas tinggi,
menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai, setelah
melahirkan dan tidak menyusui, setelah abortus atau keguguran, telah
banyak anak, tetapi belum menghendaki tubektomi, perokok, tekanan
darah <180/110 mmHg, dengan masalah gangguan pembekuan darah
atau anemia bulan sabit, menggunakan obat untuk epilepsi (fenitoin
dan barbiturat) atau obat tuberkulosis (rifampisin), tidak dapat
memakai kontrasepsi yang mengandung estrogen, sering lupa
mengunakan pil kontrasepsi, anemia defisiensi besi dan mendekati
monopause yang tidak mau atau tidak boleh menggunakan pil
kontrasepsi kombinasi (Setyaningsih,2014).
Kotraindikasi dari penggunaan alat kontrasepsi suntik antara lain :
hamil atau diduga hamil, perdarahan pervaginam yang belum jelas
penyebabnya, tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid
terutama amenorea, diabetes mellitus disertai komplikasi dan
menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara
(Setyaningsih,2014).
Mekanisme KB suntik secara umum dapat dibagi menjadi 2 (dua),
yaitu :
1) Primer : mencegah ovulasi
Kadar Folikel Stimulating Hormon (FSH) dan
Lutheinizing Hormon (LH) menurun dan tidak terjadi sentakan
LH (LH surge). Respons kelenjar hypophyse terhadap
gonadotropin –releasing hormone eksogenus tidak berubah,
sehingga memberi kesan proses terjadi di hipotalamus dari pada
di kelenjar hypophyse. Ini berbeda dengan POK yang tampaknya
menghambat ovulasi melalui efek langsung pada kelenjar
hypophyse. Penggunaan kontrasepsi suntikan tidak menyebabkan
keadaan hipo-estrogenik.
2) Sekunder

9
 Lendir serviks menjadi lebih kental dan sedikit, sehingga
merupakan barier terhadap spermatozoa
 Membuat endometrium menjadi kurang baik/layak untuk
implantasi dari ovum yang telah dibuahi
 Mungkin mempengaruhi kecepatan transport ovum di dalam
tuba fallopii
Keuntungan yang di dapat pengguna dari pemakaian alat
kontrasepsi suntik adalah : sangat efektif, pencegahan kehamilan
jangka panjang, tidak berpengaruh pada hubungan suami istri, tidak
mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap
penyakit jantung, dan gangguan pembekuan darah, tidak memiliki
pengaruh terhadap ASI, sedikit efek samping, klien tidak perlu
menyimpan obat suntik, dapat digunakan oleh perempuan usia > 35
tahun sampai perimenopause, membantu mencegah kanker
endometrium dan kehamilan ektopik, menurunkan kejadian penyakit
jinak payudara (Setyaningsih,2014).
b. Kontrasepsi kondom
Kegagalan alat kontrasepsi kondom biasanya disebabkan oleh
kondom yang bocor atau robek karena pemakaian yang kurang teliti
dan tidak mematuhi petunjuk pemakaian. Angka kegagalan adalah
berkisar antara 15% - 36%. Sedangkan keuntungan yang dapat
diperoleh dari penggunaan alat kontrasepsi kondom adalah melindungi
pengguna dari penularan penyakit AIDS dan penyakit kelamin menular
lainnya yang ditularkan melalui hubungan seksual, selain itu kondom
dapat dibeli bebas di apotik dan toko obat serta mudah penggunaannya
(Setyaningsih,2014).

10
Efek samping yang dapat pengguna alat kontrasepsi kondom
adalah dapat tertinggalnya kondom di dalam vagina, terjadinya infeksi
ringan dan sejumlah kecil pengguna mengaku alergi terhadap karet
(Setyaningsih,2014).
c. Kontrasepsi pil
Jenis pil kontrasepsi yang beredar di Indonesia sebagian besar
adalah jenis pil kombinasi. Secara teoritis dari penggunaan alat
kontrasepsi pil pada 100 orang ditermukan angka resiko kegagalan
sebesar 0,1 sampai dengan 1,7.

keuntungan yang didapat dari penggunaan pil kontrasepsi adalah


(Setyaningsih,2014):
1) Efektivitasnya tinggi, dapat dipercaya jika dikonsumsi sesuai
aturannya.
2) Pemakai pil dapat hamil lagi bilamana dikehendaki kesuburan
dapat kembali dengan cepat

3) Tidak mengganggu kegiatan seksualitas suami istri.


4) Siklus haid teratur.
5) Dapat menghilangkan keluhan nyeri haid.

6) Untuk pengobatan kemandulan, kadang-kadang dapat dipakai

11
untuk memancing kesuburan
7) Untuk mengobati wanita dengan perdarahan yang tidak teratur.
d. Implant
Penggunaan alat kontrasepsi implant memiliki resiko kehamilan
antara 0,2 – 1 pada pemakaian 100 pengguna. Keuntungan yang di
dapat dari penggunaan implan adalah dapat dipasang dalam jangka
waktu 5 (lima) tahun, kontrol medis ringan, dapat dilayani di daerah
pedesaan dan biaya murah, sedangkan efek samping yang
kemungkinan akan diderita pengguna adalah terjadinya gangguan
menstruasi terutama selama 3 – 6 bulan pertama dari pemakaian,
pengguna akan mengalami masa haid yang lebih panjang, lebih sering
atau amenorea (Setyaningsih,2014).

e. Kontrasepsi IUD (Intra Uterine Device) atau Spiral


Berdasarkan bentuknya IUD dapat dibedakan menjadi bentuk
terbuka (open device, misalnya : lippes loop, CU-T, Cu-T, marguies,
spring cooil, multiload, nova-T, dll) dan bentuk tertutup (closed
device, misalnya : ota ring, antigon, grafenberg ring, hall stone, dll).
Pada bentuk tertutup bila terjadi dislokasi kedalam rongga perut maka
harus dikeluarkan, karena dapat menyebabkan masuknya usus ke
dalam lubang atau cincin dan kemudian terjadilah
ileus(Setyaningsih,2014).

12
Tingkat efektivitas IUD sangat tinggi untuk mencegah dalam
jangka waktu yang lama. Angka kehamilan pengguna IUD berkisar
antara 1,5 – 3 per 100 wanita pengguna pada tahun-tahun pertama
dan angka ini menjadi lebih rendah lagi untuk tahun-tahun
berikutnya. Keuntungan yang di dapat pengguna alat kontrasepsi IUD
adalah dapat meningkatkan kenyamanan hubungan suami istri karena
rasa aman terhadap resiko kehamilan, dapat dipasang segera setelah
melahirkan atau keguguran, kesuburan cepat kembali setelah IUD
dicabut/dibuka, cocok untuk mencegah kehamilan atu menjarangkan
kehamilan dalam jangka panjang, tidak mengganggu hubungan
pasutri, tidak terpengaruh dengan “faktor lupa” dari pemakai, tidak
ada efek samping hormonal, tidak mengganggu laktasi dan tidak
berinteraksi dengan obat-obatan (Setyaningsih,2014).

Efek samping yang kemungkinan dapat diderita oleh


pengguna IUD adalah terjadinya infeksi panggul apabila pemasangan
tidak tepat dan dapat terjadi rasa sakit berupa kram perut setelah
pemasangan.

f. Kontrasepsi Medis Operatif Wanita (MOW)

Tingkat keefektifan alat kontrasepsi MOW sangat tinggi dan


dapat segera efektif post operatif, dengan keuntungan yang bisa di
dapat antara lain vasektomi tuba akan menghadapi dan mencapai
klimakterium dalam suasana alami (Setyaningsih,2014).

13
g. Kontrasepsi Medis Operatif Pria (MOP) / Vasektomi

Alat kontrasepsi MOP memiliki tingkat efektivitas yang tinggi


dengan masa efektif 6-10 minggu setelah operasi, sedangkan
keuntungan yang bisa didapat oleh pengguna adalah: teknik operasi
kecil yang sederhana dapat dikerjakan kapan saja dan dimana saja,
komplikasi yang dijumpai sedikit dan ringan, hasil yang diperoleh
(efektivitas) hampir 100%, biaya murah dan terjangkau oleh
masyarakat, dan bila pasangan suami, istri karena suatu sebab ingin
mendapatkan keturunan lagi kedua ujung vas deferens dapat
disambung kembali (operasi rekanalisasi) (Setyaningsih,2014).

Vasektomi adalah suatu prosedur klinik yang dilakukan untuk


menghentikan kapasitas reproduksi pria dengan jalan melakukan
oklusi vasa deferensia sehingga alur transportasi sperma terhambat
dan proses fertilisasi (penyatuan dengan ovum) tidak terjadi
(Setyaningsih,2014).

14
Vasektomi merupakan tindakan penutup (pemotongan,
pengikatan, penyumbatan) kedua saluran mani pria/suami sebelah
kanan dan kiri; sehingga pada waktu bersanggama, sel mani tidak
dapat keluar membuahi sel telur yang mengakibatkan tidak terjadi
kehamilan. Tindakan yang dilakukan adalah lebih ringan dari pada
sunat atau khinatan pada pria, dan pada umumnya dilakukan sekitar
15-45 menit, dengan cara mengikat dan memotong saluran mani yang
terdapat di dalam kantong buah zakar (Setyaningsih,2014).

2.4 Cara Kontrasepsi


1. Kontrasepsi Sederhana
Kontrasepsi sederhana terbagi atas kontrasepsi tanpa alat dan
kontrasepsi dengan alat/obat. Kontrasepsi sederhana tanpa alat dapat
dilakukan dengan senggama terputus, pantang berkala, metode atau badan
basal, dan metode kalender. Sedangkan kontrasepsi sederhana dengan
alat/obat dapat dilakukan dengan kondom, diafragma, kap serviks, dan
spermisi (Setyaningsih,2014).

2. Kontrasepsi Modern
Kontrasepsi modern terbagi atas tiga yaitu (Setyaaningsih,2014).:
1) Kontrasepsi hormonal yang terdiri dari pil, suntik, implant/AKBK
(Alat Kontrasepsi Bawah Kulit)
2) IUD/AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)
3) Kontrasepsi Mantap yaitu dengan oprasi tubektomi (sterilisasi pada
wanita) dan vasektomi (sterilisasi pada pria).

15
2.5 Faktor Yang Mempengaruhi Metode Alat Kontrasepsi
1. Umur
Umur berperan dalam pola pelayanan kontrasepsi kepada
masyarakat yang berkaitan dengan memperhatikan kurun reproduksi
sehat, dimana pada wanita dengan umur 20-30/35 tahun merupakan fase
menjarangkan kehamilan sehingga dibutuhkan alat kontrasepsi yang
mempunyai efektivitas cukup tinggi, reversibilitas cukup tinggi karena
peserta masih mengharapkan punya anak lagi, dapat dipakai 2-4 tahun
yaitu sesuai dengan anak yang direncanakan, tidak menghambat air susu
ibu (ASI) karena ASI adalah makanan terbaik untuk bayi sampai umur 2
tahun dan akan mempengaruhi angka kesakitan dan kematian anak maka
dari itu alat kontrasepsi suntik dapat di jadikan pilihan kedua setelah IUD.
Pada wanita berumur < 20 tahun merupakan fase menunda atau
mencegah kehamilan sehingga wanita tersebut dapat memilih alat
kontrasepsi dengan reversebilitas tinggi, artinya kembalinya kesuburan
dapat terjamin 100% maka prioritas penggunaan alat kontasepsi bisa
menggunakan pil oral, penggunaan kondom kurang menguntungkan
karena pasangan muda masih tinggi frekuensi senggamanya sehingga
akan mempunyai kegagalan tinggi. Periode umur wanita di atas 30 tahun,
terutama diatas 35 tahun sebaiknya mengakhiri kehamilan setelah
mempunyai 2 orang anak. Sehingga pilihan utama alat kontrasepsinya
adalah kontrasepsi mantap misalnya vasektomi atau tubektomi karena
kontrasepsi ini dapat dipakai untuk jangka panjang dan tidak menambah
kelainan yang sudah ada. Pada masa usia tua kelainan seperti penyakit
jantung, darah tinggi, keganasan dan metabolik biasanya meningkat, oleh
karena itu sebaiknya tidak diberikan cara kontrasepsi yang menambah
kelainan tersebut (Aryati, Sukamdi, & Widyastuti, 2019).
2. Jumlah anak
Jumlah anak seorang wanita dapat mempengaruhi cocok tidaknya

16
suatu metode secara medis. Secara umum, AKDR tidak dianjurkan bagi
wanita nulipara karena pemasangan yang lebih sulit, dan kemungkinan
AKDR dapat mengganggu kesuburan di masa. Pada ibu setelah
mempunyai 2 orang anak atau lebih sebaiknya mengakhiri kesuburan .
Dianjurkan untuk tidak punya anak lagi , karena alasan medis dan alasan
lainnya, sehingga dianjurkan untuk ibu untuk menggunakan kontrasepai
mantap (Triyanto & Indriani, 2018)
3. Pendidikan
Faktor pendidikan seseorang sangat menentukan dalam pola
pengambilan keputusan dan menerima informasi dari pada seseorang
yang berpendidikan rendah. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang
sangat menentukan pengetahuan dan persepsi seseorang terhadap
pentingnya suatu hal, termasuk pentingnya keikutsertaan dalam KB.
Kepandain membaca dan menulis memudahkan penyebaran keterangan
tentang KB, tapi juga mengenai tentang pengertian dasar tentang
bagaimana dan mengapa berbagai cara membatasi kelahiran yang di
batasi selama ini berhasil dan apa keuntungan ditiap-tiap cara tersebut
(Novita Dewi, Mohdari, 2017)
4. Pengetahuan
Kontrasepsi pada umumnya digunakan untuk merencanakan
sebuah keluarga. Jumlah alat kontrasepsi yang tersedia pun sangat
beragam dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Bagi perempuan
yang ingin menggunakan alat kontrasepsi khususnya kontrasepsi suntik
harus membekali diri dengan pengetahuan mengenai kontrasepsi suntik
sebelum untuk memutuskan. Menurut (Novita Dewi, Mohdari, 2017)
ada beberapa faktor lain yang mempengaruhi dalam
memilih metode kontrasepsi di antaranya:

a. Kunjungan berkala ke klinik
Wanita yang tinggal di tempat terpencil atau mereka yang sering

17
berpegian mungkin memilih metode yang tidak mengharuskan
mereka tidak berkonsultasi secara teratur dengan petugas keluarga
berencana.
b. Peran petugas
Pada beberapa metode, petugas hanya memiliki peran satu kali. Pada
metode yang lain, petugas perlu bertemu langsung dengan pemakai
selama beberapa kali setiap tahun (obat suntik setiap bulan atau setiap
tiga bulan saat ini tidak dipasarkan secara bebas sehingga pemakai
perlu berkunjung secara berkala).
c. Frekuensi tindakan yang dibutuhkan
Beberapa pemakai mungkin menginginkan suatu metode yang tidak
atau sedikit yang memerlukan tindakan dari pihak mereka.
”Pengontrolan kelahiran yang perlu anda pikirkan empat kali setahun”
adalah slogan untuk metode suntikan depo medroksiprogesteron
asetat (DMPA) yang diberikan setiap 3 bulan.
d. Kerjasama pasangan
Setiap metode memiliki rentang peran anggota pasangan yang luas,
yang perlu dilakukan oleh masing-masing anggota pasangan tersebut.
Pada beberapa metode, misalnya sterilisasi, AKDR, atau implant,
salah satu pasangan memikul seluruh tanggung jawab. Bagi yang lain,
misalnya pantang berkala atau koitus interuptus, keduanya harus
bersedia untuk bekerjasama.
5. Privasi
Peserta keluarga berencana mungkin menempatkan beberapa
pertimbangan privasi sebagai hal yang sangat penting. Terutama wanita
muda atau wanita yang hubungan seksualnya secara sosial tidak
dibenarkan, mungkin akan sangat menginginkan metode yang tidak
menarik perhatian.
6. Frekuensi hubungan seksual

18
Pemakai yang jarang berhubungan seksual mungkin kurang tertarik
dengan metode-metode, misalnya kontrasepsi oral, yang memerlukan
tindakan setiap hari. Apabila suatu pasangan monogami terpisah dalam
waktu yang lama, misalnya akibat migrasi bekerja, maka metode seperti
pantang berkala tentu kurang sesuai, karena pantang berkala mungkin
mengganggu aktivitas seksual selama interval yang singkat yang
memungkinkan bagi mereka untuk melakukan hubungan seksual.
7. Rencana untuk kesuburan dimasa mendatang
Perlu di tentukan apakah dan kapan pemakai memilki rencana
untuk hamil dimasa mendatang. Banyak metode yang dianjurkan atau
menjadi paling efektif dari segi biaya hanya apabila wanita tidak
memiliki rencana hamil dalam waktu dekat.
8. Biaya
Biaya dari suatu srategi keluarga berencana mencakup biaya
metode itu sendiri, waktu yang dikorbankan wanita dan petugas, serta
biaya tak langsung lainnya, termasuk ongkos berkunjung ke klinik. Studi
mengenai biaya semacam ini sangat sulit dilakukan, sehingga jarang
dilakukan. Metode keluarga berencana juga sangat bervariasi dalam hal
biaya pemakai dan penyebaran petugas sepanjang waktu.

2.6 Macam-macam Alat Kontrasepsi Pada Wanita dan Pria Serta Cara
Penggunaan
Alat kontrasepsi terbagi atas 2 yakni farmakologi dan non-farmakologi :
a) Non-Farmakologi
1. Kontrasepsi Tekhnik
a. Coitus Interruptus (Senggama terputus) : ejakulasi dilakukan di
luar vagina. Efek sampingnya penyakit ginekologik, neurologist
kejiwaan (neurasteni, keluhatan prostat.
Cara pemakaian :

19
- Menarik penis keluar dari vagina pasangan lalu berejakulasi
dilur vagina
b. Sistem kalender (Pantang berkala) : tidak melakukan senggama
pada masa subur.
Cara pemakaian :
- Menghitung masa subur perempuan, biasanya masa subur
aadalah hari ke 8 hingga 19 dari masing-masing siklus haid
c. Prolonged lactation/menyusui selama 3 bulan setelah melahirkan.
Kelemahannys ketika ibu menyusui < 6 jam/hari, kemungkinan
terjadi kehamilan cukup besar
Cara pemakaian :
- Ibu harus memberikan asi penuh saat siang dan malam hari
selama bayi kurang dari 6 bulan
2. Kontrasepsi Mekanik
a. Kondom
Kondom merupakan selaput/selubung/sarung karet yang
dapat terbuat dari berbagai bahan diantaranya lateks (karet), plastik
(vinil), atau bahan alami (produksi hewani) yang dipasang pada
penis salama hubungan seksual.. Kondom dapat digunakan
bersamaan dengan alat kontrasepsi dan membantu mencegah
penularan penyakit menular seksual Efektif 75-80%.
Penggunaan kondom cukup efektif bila dipakai secara benar
pada setiap kali berhubungan seksual. Kondom seharusnya
dipasang dengan benar sebelum berhubungan seksual dengan cara
memasukkan penis pada kantong kondom.
Cara pemakaian :
- memilih ukuran yang sesuai
- cek kemasan kondom
- buka kemasan dengan hati-hati
- pastikan posisi kondom tidak terbalik

20
- cubit ujung kondom menggunakan jari telunjuk dan
jempol saat meletakkan penis
- gunakan tangan lainnya untuk membuka gulungan
hingga sepanjang penis
- pastikan penis dalaam keadaan yang tegak
b. Femindom
Alat ini seperti kondom, tapi hanya dipakai oleh perempuan.
Bentuknya seperti topi yang menutupi mulut rahim. Terbuat dari
bahan karet dan agak tebal. Fungsinya sama dengan kondom laki-
laki, tapi ukurannya lebih besar. Bentuknya elastis dan fleksibel
sehingga dapat mengikuti kontur vagina, selain itu juga bisa
dipakai beberapa jam sebelum melakukan hubungan seksual.
Cara pemakaian :
- Buka kemasan dengan hati-hati
- Kondom wanita ini berukuran lebih besar dari kondom pria
dan meiliki dua buah ring, ring besar dan ring kecil
- Pegang ring kecil, lalu tekan dengan ibu jari pada sisi ring.
Putar pelintir hingga sampai ke ring besar
- Sekarang kondom siap dimasukkan dalam vagina. Cari
posisi yang nyamana. Bisa duduk, jongkok atau berdiri
dengan satu kaki yang diangkat
- Sebelum bersenggama, pastikan ring besar tetap berada
diluar labia
- Jika perlu beri gel pelicin atau air liur pada penis untuk
memudahkan pemasukan
- Selesai bersetubuh, jepit ring besar dengan jari dan tarik
perlahan agar sperma tidak tumpah berantakan
- Sebaiknya bungkus rapi bekas femidom dengan tisu
sebelum dibuang ketempat sampah
c. Spermisida

21
Merupakan bahan kimia yang digunakan untuk menonaktifkan
atau membunuh sperma. Cara kerja spermisida menyebabkan sel
membran sperma terpecah, memperlambat gerakan sperma, dan
menurunkan kemampuan sperma untuk membuahi sel telur.
Cara pemakaian :
- Sebelum mengisi aplikator (busa atau krim) cuci tangan
- Jarak tunggu 10-15 menit untuk melakukan insersi
- Perhatikan petunjuk penggunaan
- Ulangi pemberian bila dan 1-2 jam setelah insersi belum
terjadi senggama
- Menempatkan spermisida jauh kedalam vagina agar kanalis
serviks tertutup secara keseluruhan
d. Vaginal Diafragma
Merupakan kap berbentuk bulat cembung, terbuat dari lateks
yang diinersikan ke dalam vagina sebelum berhubungan seksual
dan menutup serviks. Cara kerjanya menahan sperma agar tidak
mendapat akses mencapai alat reproduksi bagian atas (uterus &
tuba falopi) dan sebagai alat tempat spermisida.
Cara pemakaian :
- Kosongkan kandung kemih dan cuci tangan
- Pastikan diagfragma tidak lubang
- Oleskan spemisida pada kap diagfragma secara merata
- Cari posisi yang nyaman pada saat pemasangan
- Pisahkan bibir vulva, letakkan jari telunjuk ditengah kap
untuk pegangan yang kuat
- Masukkan diafragma kedalam vagina jauh kebelakang
- Dorong bagian depan pinggiran ke atas di bai tulang pubis
- Sarungkan karetnya dan pastikan serviks telah terlindungi
e. AKDR dengan progestin

22
AKDR atau IUD (Intra Uterine Device) bagi banyak kaum
wanita merupakan alat kontrasepsi yang terbaik. Alat ini sangat
efektif dan tidak perlu diingat setiap hari seperti halnya pil. Bagi
ibu yang menyusui, AKDR tidak akan mempengaruhi isi,
kelancaran ataupun kadar air susu ibu (ASI).
Cara pemakaian :
- Proses pemasangan dilakukan oleh tenaga ksehtan terlatih
dan sebelumnya akan dibius

b) Farmakologi
1. Kontrasepsi Sterilisasi

Mengikat sel indung telur pada wanita (tubektomi) atau testis pada
pria (vasektomi).

Cara pemakaian :

- Harus konsultasikan dengan dokter


- Pasien akan di bius
- Dokter akan membuat sayatan kecil disekitar pusar lalu
perut akan diisi dengan gas karbondioksida
- Setelah perut menggmbung dokter akan memasukkan alat
khusus seperti klip
-
2. Kontrasepsi Hormonal

Kontrasepsi hormonal adalah alat atau obat kontrasepsi yang


bertujuan untuk mencegah terjadinya kehamilan dimana bahan
bakunya mengandung preparat estrogen dan progesterone. Estrogen
akan menekan Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan mencegah
perkembangan folikel dominant. Estrogen juga menstabilkan bagian
dasar endometrium dan memperkuat kerja progestin. Progestin

23
menekan peningkatan Luteinizing Hormone (LH) sehingga mencegah
ovulasi. Progestin juga menyebabkan penebalan mukus leher rahim
sehingga mempersulit perjalanan sperma dan atrofi endometrium
sehingga menghambat implantasi.

Cara pemakaian :

- Konsultasi dengan dokter


- Dilakukan penyuntikkan hormon progesteron sintesis oleh
dokter
- Progesteron akan perlahan dialirkan dalam darah selama 2
minggu
3. Pil Kb
Dalam satu pil terdapat baik estrogen maupun progesteron
sintetik.Pil diminum setiap hari selama tiga minggu diikuti dengan
satu minggu tanpa pil atau plasebo.
Cara pakai
- Iihat cara pemakaian di kemasan
- Minum 1 pil hormon setiap hari diwaktu yang sama selama
21 hari
- Berhenti sementara minum pil selama 7 hari selanjutnya
- Habiskan dosis pil kosong
- Minum dosis obat sampai habis setiap hari terlepas dari
seberapa sering berhubungan
4. Suntikan Kombinasi

Jenis suntikan kombinasi adalah 25 mg Depo


medroksiprogesteron asetat dan 5 mg Estradiol Sipionat yang
diberikan injeksi IM sebulan sekali, dan 50 mg Noretindron Enantat
dan 5 mg Estradiol Valerat yang diberikan injeksi IM. Sangat efektif
0,1-0,4 kehamilan per 100 perempuan selama tahun pertama

24
penggunaan. Secara umum mekanisme kerjanya adalah menekan
ovulasi, mengentalkan lendir serviks, atrofi endometrium, dan
Menghambat transportasi ovum lewat tuba.

Cara pemakaian :

- Konsultasi dengan dokter


- Dilakukan penyuntikkan hormon progesteron sintesis oleh
dokter

5. Kontrasepsi Implant
Secara umum bekerja dengan menekan ovulasi, Mengentalkan
lendir serviks,  Atrofi endometrium, dan menghambat transportasi
ovum lewat tuba. Efektivitas sangat efektif 0,2-1 kehamilan per 100
perempuan.
Cara pemakaian :
- pemasangan dan pelepasan hanya boleh dilakukaan oleh
dokter terlatih
- konsultasikan dengan dokter
- pasien akan disuntik anastesi
- pemasangan berlangsung 15-20 menit

25
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1) DATA UMUM
1. Nama Keluarga(KK) :
2. Alamat :
3. Pekerjaan KK :
4. Pendidikan KK :
5. Komposisi Keluarga :
NO NAMA JK HUB.KK UMUR PENDIDIKAN IMUNISASI

Genogram:
6. Tipe Keluarga
7. Suku Keluarga
8. Agama Keluarga
9. Status Sosek Keluarga
10.Aktivitas Rekreasi

2) RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN


1. Tahap perkembangan keluarga saat ini
2.  Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
3. Riwayat keluarga Inti Keluarga.
4. Riwayat keluarga sebelumnya

3) LINGKUNGAN
1. Karakteristik rumah

26
2. Denah Rumah
3. Karakteristik tetangga dan interaksi dengan masyarakat
4. Mobilitas geografis keluarga
5. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
6. Sistem pendukung keluarga

4) STRUKTUR KELUARGA
1. Pola komunikasi keluarga
2. Struktur Kekuatan keluarga
3. Struktur peran
 Peran Formal
 Peran Informal
4. Nilai dan norma budaya

5) FUNGSI KELUARGA
1. Fungsi afektif
2. Fungsi sosialisasi
3. Fungsi Perawatan keluarga
A. Mengenal masalah
B. Memutuskan masalah
C. Merawat anggota keluarga
D. Memodifikasi Lingkungan
E. Memanfaatkan
4. Fungsi reproduksi
5. Fungsi ekonomi

27
6) STRES DAN KOPING
1. Stressor jangka pendek dan panjang
2. Kemampuan keluarga berespon terhadap masalah
3. Strategi koping yang di gunakan
4. Stertegi adaptasi disfungsional

7) HARAPAN KELUARGA
8) PEMERIKSAAN FISIK
TTV : TD, N,RR,S
Pemeriksaan Fisik Head To Toe
 Kepala
 Mata
 Hidung
 Mulut
 Leher
Pemeriksaan Dada I, Pal, Per, Aus
Abdomen I, Aus, Pal,Per
Ekstremitas atas dan bawah

B. Diagnosa

C. Intervensi

BAB 4
PENUTUP

28
4.1 Simpulan
KB merupakan usaha suami dan istri untuk mengukur jumlah dan jarak
anak yang diinginkan, melalui usaha penggunaan alat kontrasepsi atau
pencegahan kehamilan dan perencanaan keluarga. Pasangan usia subur
berkisar antara usia 20-45 tahun dimana pasangan (laki-laki dan perempuan)
sudah cukup matang dalam segala hal terlebih organ reproduksinya sudah
berfungsi dengan baik.
Sedangkan Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya
kehamilan upaya itu dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen.
Penggunaan kontrasepsi merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi
fertilitas. Keluarga Berencana (KB) intervensi kesehatan yang cost effective
dan menyelematkan nyawa perempuan dan anak. Keluarga berencana
merupakan suatu program pemerintah yang dirancang untuk menyeimbangkan
antara kebutuhan dan jumlah penduduk. Peserta keluarga berencana (KB)
adalah pasangan usia subur dimana dimana salah satunya menggunakan cara
atau alat kontrasepsi untuk tujuan pencegahan kehamilan baik melalui
program KB maupun non-program KB.

4.2 Saran
Program Keluarga Berencana sangat besar manfaatnya bagi sebuah
keluarga bahkan negara. Seperti mengurangi kesenjangan ekonomi keluarga,
mengurangi resiko aborsi, menurunkan angka kematian ibu, membantu
mencegah HIV/AIDS serta menjaga kesehtan mental keluarga.Olehnya itu,
ada baiknya keluarga sudah sewajarnya menerapkan anjuran pemerintah
untuk memprogram kehamilan. Dan sebagai mahasiswa keperawatan kita
perlu mengetahui dan mepelajari mengenai materi kontrasepsi agar mampu
mengedukasi masyarakat nantinya serta menjadi informasi tambahan pribadi.

DAFTAR PUSTAKA

29
Aryati, S., Sukamdi, S., & Widyastuti, D. (2019). Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Pemilihan Metode Kontrasepsi (Kasus di Kecamatan
Seberang Ulu I Kota Palembang). Majalah Geografi Indonesia, 33(1), 79.
https://doi.org/10.22146/mgi.35474
Farida. 2017. Penggunaan Alat Kontrasepsi Suntik Dan Pil Terhadap
Peningkatan Berat Badan Pada Ibu Pasangan Usia Subur. STRADA Jurnal
Ilmiah Kesehatan, volume 6(2).
Manuaba, Ida Bagus Gde. 2015. Pengantar Kuliah Obtetri. EGC. Jakarta.
Novita Dewi, Mohdari, M. P. (2017). Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi
Rendahnya Penggunaan Di Puskesmas Pekauman Banjarmasin. 8(1), 158–
163.
Purwoastuti dan Walyani. (2015). Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan Menyusui.
Yogyakarta : Pustaka Baru Pres.
Rodiani & Chania Forcepta. 2017. Faktor – Faktor Penggunaan Alat Kontrasepsi
Medis Operasi Wanita (MOW) pada Pasangan Wanita Usia Subur.
Majority,volume 6(1).
Setyaningsih, Agustina.2014. Pengaruh Tingkat Pendidikan. Fakultas Ilmu
Kesehatan UMP.
Triyanto, L., & Indriani, D. (2018). Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Jenis
Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) pada Wanita Menikah Usia
Subur di Provinsi Jawa Timur. The Indonesian Journal of Public Health,
13(2)(April), 244–255. https://doi.org/10.20473/ijph.vl13il.2018.244-255
Yuhedi T.L, dan Kurniawati T. 2013. Buku Ajar Kependudukan dan pelayanan
KB. Jakarta : EGC
BKKBN. 2014. Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : BKKBN
Kemenkes RI. 2014. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013. Jakarta :
Kementrian Kesehatan RI

30

Anda mungkin juga menyukai