Anda di halaman 1dari 10

SEJARAH INDONESIA

“Peran Indonesia Dalam Perdamaian Dunia”

GURU PEMBIMBING
Drs. Heru Nugroho, M.Pd.

DISUSUN OLEH
Nisrina Khairiyah Saputri
Kelas : XI MIPA 4

SMA Negeri 1 Gadingrejo


Tahun Pelajaran 2019 Kec. Gadingrejo,
Kab. Pringsewu, Prov. Lampung
1. Peran Indonesia dalam KAA
KAA berpengaruh sangat besar kepada Indonesia dan kepada bangsa-bangsa di Asia Afrika
secara keseluruhan.  Indonesia mendapat dukungan dari banyak negara mengenai masalah
Papua. Setelah KAA, ketegangan RRC dengan Amerika Serikat tentang sengketa Taiwan
mulai mencair dengan berbagai perundingan.  Selain itu, jumlah negara yang merdeka di
wilayah ini semakin banyak.  Yang paling besar adalah berdirinya peran Indonesia dalam
Gerakan Non Blok.  Gerakan yang menjadikan negara-negara tidak berpihak pada blok mana
pun yang saat itu sedang berebut pengaruh terhadap negara-negara berkembang. Peran
Indonesia dalam KAA sangat strategis.  Peran tersebut, yaitu :

1. Pemrakarsa
Indonesia menjadi salah satu negara pemrakarsa diselenggarakannya KAA bersama panca
negara.  Indonesia ikut serta dalam dua konferensi sebelum diadakannya KAA.

2. Tempat Konferensi
Tempat KAA pertama kali adalah di Indonesia.  Tepatnya di Gedung Merdeka, Bandung
pada tanggal 18 sampai 24 April 1955. Konferensi pendahuluan sebelum diadakannya KAA
juga terjadi di Indonesia, yaitu Konferensi Bogor. Penyelenggraan KAA yang kedua juga
diadakan di Indonesia, yaitu pada tanggal 19 sampai 23 April 2015 di Jakarta dan pada
tanggal 24 April di Bandung.  Pada KAA yang kedua ini dihadiri oleh 89 negara Asia Afrika
dari 109 negara yang ada.

3. Panitia Konferensi
Penyelenggraan KAA pertama di Indonesia, selanjutnya panitia penyelenggartan juga
dilakukan oleh tokoh Indonesia.

 Ketua  Panitia Penyelenggara KAA adalah Sanusi Harjadinata, Gubernur Jawa Barat
saat itu.
 Ketua KAA adalah PM Ali Sastroamidjoyo
 Sekjend KAA   adalah Ruslan Abdul Gani, Sekjen Kementerian Luar Negeri
Indonesia
 Ketua Komite Kebudayaan adalah Muhammad Yamin, Menteri Pendidikan,
Pengajaran, dan Kebudayaan Indonesia
 Ketua Komite Ekonomi adalah Prof Ir.Rooseno, Menteri Ekonomi Indonesia
 Pembukaan KAA diberikan sambutan oleh Presiden Soekarno

4. Kerjasama
Setelah diadakannya KAA sampai kini, Indonesia masih melakukan kerjasama dnegan
negara-negara Asia Afrika berdasartkan politik luar negeri bebas aktif.
2. Peran Indonesia dalam GNB (Gerakan Non-Blok)

Peran Indonesia dalam GNB (Gerakan Non-Blok) yakni sebagai berikut:

1. Salah satu pemrakarsa GNB (Gerakan Non-Blok)


Indonesia menjadi salah satu negara yang memprakarsai pendirian Gerakan Non-Blok. Hal
tersebut diwakili oleh Presiden Soekarno selaku pemimpin negara pada saat itu. Selain
Indonesia, terdapat empat negara lainnya yang mempelopori pendirian GNB. Keempat negara
tersbeut adalah Mesir (Gamal Abdul Nasser), Yugoslavia (Josip Broz Tito), India (Pandit
Jawaharlal Nehru), dan Ghana (Kwame Nkrumah). Para pemimpin negara tersebut
melaksanakan pertemuan di Kota Belgrade, Yugoslavia pada tahun 1961. Pertemuan ini
meresmikan didirikannya Gerakan Non Blok. Pemimpin pertama GNB ini diberikan kepada
Presiden Yugoslavia, yakni Josip Broz Tito.

2. Pemimpin Gerakan Non-Blok pada tahun 1991


Indonesia pernah menjadi pemimpin gerakan ini pada tahun 1991. Presiden Soekarno selaku
Presiden RI saat itu terpilih menjadi ketua GNB. 

3. Penyelenggara KTT X Gerakan Non-Blok


Pada saat Indonesia menjabat pemimpin GNB, Indonesia berhasil menyelenggarakan KTT X
GNB. KTT tersebut bertempat di Jakarta, Indonesia dan dihadiri oleh 106 negara. KTT X
GNB dilaksanakan pada tanggal 1 – 6 September 1992 dengan Ketua Presiden Soeharto.
Terdapat beberapa isu yang muncul dalam KTT X GNB di Jakarta, yakni sebagai berikut:

 GNB mendukung perjuangan Palestina yang perumusannya terdapat dalam Pesan


Jakarta atau Jakarta Message.
 GNB menyesalkan tindakan Amerika Serikat yang membantu Israel dalam melakukan
pembangunan permukiman Yahudi di wilayah milik Palestina.
 Kegagalan dalam memasukkan masalah sanksi PBB kepada Irak & Libia
menunjukkan masih lemahnya GNB dalam mengatasi perbedaan pendapat di kalangan
anggota.
Para pemimpin dari negara-negara anggota Gerakan Non Blok (GNB) mengakhiri KTT ini
dengan melahirkan sebuah “Jakarta Message” (Pesan Jakarta).  Pokok-pokok penting dari
Pesan Jakarta adalah:

 GNB berhasil membantu memperbaiki iklim politik internasional pada akhir Perang
Dingin, yakni dengan mempertahankan “validitas dan relevansi” Non-Blok. Dialog dan kerja
sama akan memproyeksikan gerakan sebagAi sebuah semangat, komponen yang saling
bergantung yang konstruktif dan sungguh-sungguh dari arus hubungan internasional.
 Dunia masih menghadapi berbagai rintangan yang berbahaya untuk menyeleraskan
hal-hal seperti konflik kekerasan, agresi, pencaplokan negara lain, perselisihan antar etnik,
rasisme dalam bentuk baru, ketidaktoleransian agama, dan nasionalisme yang diartikan
dengan sempit.
 GNB akan membentuk kelompok untuk memainkan peran penting dalam
membangkitkan kembali reinstrukturisasi, dan demokratisasi PBB. Para anggota mendesak
agar anggota tetap Dewan Keamanan PBB membuang hak veto. Selain itu, mereka juga
mengatakan bahwa keanggotaan DK PBB harus didefinisikan kembali supaya mencerminkan
perubahan setelah berakhirnya Perang Dingin.
 Menyatakan perang terhadap keadaan di bawah perkembangan, kebodohan, dan
kemiskinan. Mereka harus menghancurkan beban utang (luar negeri), proteksionisme,
rendahnya harga-harga komoditas, dan mengecilkan gangguan arus uang negara-negara
miskin.
 Hal tersebut melahirkan kekhawatiran tentang kegagalan dalam menyelesaikan
perundingan perdagangan multilateral dan menyerukan negara-negara maju untuk
menguatkan penyelesaian yang memuaskan Putaran Uruguay.
 Dalam rangka meningkatkan kerja sama Selatan-Selatan, GNB mendesak kerja sama
yang konkrit dan praktis dalam produksi makanan, penduduk, perdagangan, dan investasi
demi memahami rasa percaya diri bersama-sama.
 Koordinasi dari upaya dan strategi dengan kelompok 77 (forum ekonomi negara-
negara berkembang) berkaitan dengan kepentingan yang mendesak melalui komite
koordinasi gabungan yang mantap.
 Selain itu, GNB juga menyerukan “Persekutuan-persekutuan Global yang baru dalam
menyeimbangkan sumber keuangan bagi negara-negara miskin dan alih teknologi lingkungan
lebih besar.”
 Pernyataan dukungan yang pantang mundur kepada rakyaT Palestina untuk berusaha
menentukan nasib sendiri dan mengakhiri diskriminasi rasial di Afrika Selatan.
 Melarang setiap negara dalam menggunakan kekuatannya untuk memaksakan konsep-
konsep demokrasi dan hak-hak asasi manusia yang dianutnya kepada negara lain atau
menerapkannya sebagai syarat (pemberian bantuan).
 Berjanji untuk memegang teguh komitmen dalam rangka mengupayakan sebuah
dunia yang bebas nuklir. Pernyataan keprihatinan yang dalam perihal pemakaian dana secara
besar-besaran untuk persenjataan, padahal dana tersebut dapat disalurkan untuk
pembangunan.

4. Memecahkan masalah-masalah dunia berdasar pada asas keadilan


Indonesia menjadi negara yang juga ikut memecahkan masalah-masalah dunia berdasarkan
perdamaian dunia. Selain itu, Indonesia juga memperjuangkan Hak Asasi Manusia, dan tata
ekonomi dunia yang berdasarkan pada asas keadilan. Salah satunya adalah peran penting
Indonesia dalam meredakan ketegangan di kawasan bekas Yugoslavia pada tahun 1991.

3. Peran Indonesia dalam OKI

Sebagai negara anggota OKI, Indonesia memiliki peran yang pasang surut dalam OKI.
Delapan peran Indonesia dalam OKI diantaranya adalah:

1. Hadir dalam KTT I di Rabat


Indonesia menjadi salah satu dari 24 negara yang menghadiri KTT I di Rabat, Maroko yang
menjadi awal berdirinya OKI. Pada tahun-tahun awal peran Indonesia di OKI masih terbatas.
Keanggotaan Indonesia di OKI sempat menjadi perdebatan, baik di kalangan OKI maupun di
dalam negeri. Saat piagam pertama OKI dicetuskan pada tahun 1972, Indonesia menolak
menandatangani dan menahan diri untuk menjadi anggota resmi OKI. Hal ini karena
berdasarkan UUD 1945, yakni Indonesia bukanlah negara Islam.

Namun, muncul tuntutan aspirasi dan politik dalam negeri menyebabkan Indonesia mulai
berperan aktif di OKI pada tahun 1990-an. Hal ini ditandai dengan hadirnya Presiden
Soeharto untuk pertama kalinya hadir dalam KTT ke-6 OKI yang diselenggarakan di
Senegal, Desember 1991. Hadirnya Presiden Soeharto tersebut menjadi langkah awal
perubahan kebijakan politik luar negara Indonesia, yakni untuk berpartisipasi lebih aktif di
OKI. Namun, peran Indonesia dalam OKI tidak terlalu dominan sebagaimana peran
Indonesia dalam ASEAN maupun peran Indonesia dalam GNB.

2. Gagasan “Tata Informasi Baru Dunia Islam”


Indonesia mempelopori gagasan perlunya “Tata Informasi Baru Dunia Islam”. Hal ini
dikemukakan dalam konferensi Menteri-Menteri Penerangan OKI tahun 1988.

3. Ketua Committee of Six


Peran aktif Indonesia di OKI yang menonjol adalah saat tahun 1993. Indonesia menerima
mandat sebagai ketua Committee of Six. Indonesia bertugas memfasilitasi perundingan damai
antara Moro National Liberation Front (MNLF) dengan Pemerintahan Filipina.

4. Tuan Rumah Konferensi Tingkat Menteri (KTM-OKI) ke-24


Indonesia menjadi tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi (KTM-OKI) ke-24 di Jakarta pada
tahun 1996. KTM ini dilaksanakan tanggal 9 -13 Desember 1996. Pada KTM tersebut fokus
pembicaraan menyangkut citra Islam dunia internasional. Pada KTM OKI tersebut
diputuskan beberapa masalah regional dan internasional, yakni sebagai berikut:

 Masalah Palestina ialah persoalan utama bagi dunia Islam


 Mengecam keras kebijakan Israel yang menghambat proses perdamaian
 Mengakui integritas & kedaulatan Bosnia Herzegovina sesuai batas-batas wilayahnya
secara internasional
 Menghimbau diadakannya perundingan damai di wilayah Jammu dan Kashmir,
menegaskan perlunya dihormati hak rakyat Kashmir untuk menentukan nasib sendiri, dan
mengecam tegas pelanggaran hak-hak asasi manusia di kawasan itu
 Menghimbau supaya pihak-pihak yang berseteru di Afghanistan segera mengadakan
gencatan senjata
 Menyerukan kepada Irak untuk sungguh-sungguh bekerja sama dengan Komite
Palang Merah Internasional dalam upaya mengiplementasikan resolusi PBB (terutama yang
menyangkut pembebasan para tawanan perang Kuwait)
 Mengecam tindakan agresi Amerika Serikat terhadap Libya
 Mendukung dengan tegas posisi Indonesia di Timor Timur

5. Mendukung pelaksanaan OIC’s Ten-Year Plan of Action


Indonesia mendukung pelaksanaan dari OIC’s Ten-Year Plan of Action pada KTT OKI ke-14
di Dakar, Senegal. Indonesia mempunyai ruang untuk lebih berperan dalam memastikan
implementasi reformasi OKI tersebut dengan diadopsinya piagam ini. Indonesia berkomitmen
untuk menjamin kebebasan, toleransi, harmonisasi dan memberikan bukti nyata akan
keselarasan antara Islam, modernitas, dan demokrasi.

6. Tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi OKI 2014


Indonesia menjadi tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi OKI 2014, yakni di Jakarta.

7. Tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi Luar Biasa OKI


Indonesia menjadi tuan rumah dari Konferensi Tingkat Tinggi Luar Biasa OKI, tepatnya di
Jakarta. Konferensi ini diadakan tanggal 6 – 7 Maret 2016. Menurut Menteri Luar Negeri
Indonesia, Retno Lestari Priansari Marsudi, KTT Luar Biasa OKI ini diadakan sebagai
bentuk nyata upaya negara-negara OKI untuk mendorong penyelesaian konflik di Palestina.
Situasi di Palestina semakin hari semakin memburuk. Hal ini utamanya terkait status kota Al
Quds (Yerusalem) yang diokupasi oleh Israel. Palestina telah diakui oleh 137 negara dan
berhasil menjadi negara peninjau PBB. Keberhasilan ini merupakan keberhasilan dari proses
komunitas internasional, termasuk Indonesia.

8. Mendamaikan negara-negara Islam yang bersengketa


Indonesia banyak menjadi penengah dari pertentangan antara kelompok progresif
revolusioner dengan kelompok konservatif. Hal tersebut dikarenakan Indonesia menganut
politik luar negeri bebas aktif, sehingga tidak memihak kepada siapapun termasuk Bangsa
Arab. Indonesia berperan dalam mendamaikan sengketa antara Pakistan dan Bangladesh. Hal
tersebut diakui oleh negara Islam. Indonesia juga memperjuangkan masalah minoritas
Muslim Moro di Filipina Selatan dalam forum OKI.

4. Peran Indonesia dalam Misi Garuda

Peran Indonesia dalam Misi Garuda diwujudkan dengan dikirimkannya Kontingen Garuda ke
berbagai negara. Rincian dari peran Kontingen Garuda (KONGA) beserta misi yang
dilakukan adalah sebagai berikut:

1. KONGA I dikirim tanggal 8 Janari 1957 ke Mesir yang terdiri dari 559 pasukan.
Pasukan dipimpin oleh Letnan Kolonel Infaneri Hartoyo yang kemudian digantikan Letnan
Kolonel Infanteri Suadi Suromihardjo.
2. KONGA II dikirim pada 1960 ke Kongo yang terdiri dari 1.074 pasukan. Pasukan
dipimpin oleh Kol. Prijatna dan digantikan oleh Letkol Solichin G.P.
3. KONGA III dikirim pada 1962 ke Kongo yang terdiri atas 3.475 pasukan. KONGA
III di bawah misi UNOC dan dipimpin oleh Brigjen TNI Kemal Idris dan Kolonel Infanteri
Sobirin Mochtar.
4. KONGA IV dikirim pada 1973 ke Vietnam. Pasukan ini berada di bawah misi ICCS
dan dipimpin oleh Brigjen TNI Wiyogo Atmodarminto.
5. KONGA V dikirim ke Vietnam pada 1973 di bawah misi ICCS. Pasukan dipimpin
oleh Brigjen TNI Harsoyo.
6. KONGA VI dikirim ke Timur Tengah pada 1973 di bawah misi UNEF. Pasukan
dipimpin oleh Kolonel Infanteri Rudini.
7. KONGA VII pada 1974 dikirim ke Vietnam di bawah misi ICCS. Pasukan ini
dipimpin oleh Brigjen TNI [[S. Sumantri]] dan digantikan oleh Kharis Suhud.
8. KONGA VIII dikirim ke Timur Tengah pada 1974 dalam rangka misi perdamaian
PBB di Timur Tengah. Pengiriman pasukan dilakukan paska Perang Yom Kippur antara
Mesir dan Israel.
9. KONGA IX dikirim ke Iran dan Irak pada tahun 1988. Konga IX berada di bawah
misi UNIIMOG.
10. KONGA X dikirim pada 1989 ke Namibia. Pasukan ini berada di bawah misi
UNTAG dan dipimpin oleh Kol Mar Amin S.
11. KONGA XI dikirim ke Irak-Kuwait pada 1992 di bawah misi UNIKOM.
12. KONGA XII dikirim ke Kamboja padaa 1992 di bawah misi UNTAC.
13. KONGA XIII dikirim ke Somalia pada 1992 di bawah misi UNOSM dan dipimpin
oleh May Mar Wingky S.
14. KONGA XIV dikirim ke Bosnia-Herzegovina pada 1993 di bawah misi UNPROFOR.
15. KONGA XV dikirim ke Georgia pada 1994 di bawah misi UNIMOG dan dipimpin
oleh May Kav M. Haryanto.
16. KONGA XVI dikirim ke Mozambik pada 1994 di bawah misi UNOMOZ dan
dipimpin oleh May Pol Drs Kuswandi.
17. KONGA XVII dikirim ke Filipina dpada 1994. Pasukan ini dipimpin oleh Brgjen TNI
Asmardi Arbi.
18. KONGA XVIII dikirim ke Tajikistan pada November 1997 dan dipimpin oleh Mayor
Can Suyatno.
19. KONGA XIX dikirim ke Sierra Leone pada 1999-2002 yang bertugas sebagai misi
pengamat.
20. KONGA XX dikirim ke Republik Demokratik Kongo pada tahun 2003.
21. KONGA XXI dikirim ke Liberia mulai tahun 2003. Pasukan ini terdiri dari perwira
AD, AL, dan AU yang terlatih dalam misi PBB dan memiliki kecakapan khusu sebagai
pengamat militer.
22. KONGA XXII dikirim ke Sudan pada 9 Februari 2008 sebagai pengamata militer dan
juga berkontrbusi untuk UNAMID (Darfur).
23. KONGA XXIII bertugas di Lebanon (UNIFIL) dan sempat ditunda keberangkatannya
pada akhir September 2006.
24. KONGA XXIV bertugas di Nepal (UNMIN) mulai tahun 2008.
25. KONGA XXV bertugas di Lebanon mulai tahun 2008 dan sudah melakukan 11 kali
rotasi hingga 2019.
26. KONGA XXVI bertugas di Lebanon pertama kali pada tahun 2008 untuk
melaksanakan tugas sebagai satuan FHQSU dan INDO FP Coy.
27. KONGA XXVII tergabung dalam misi UNAMID di Darfur dan bertugas mulai
tanggal 21 Agustus 2008.
28. KONGA XXVIII dikirim pada 16 Maret 2009 untuk bergabung dalam MTF UNIFIL.
29. KONGA XXIX dikirim ke Lebanon pada 29 Desember 2009 untuk memberikan
dukungan kesehatan kepada personel UNIFIL maupun humanitarian.
30. KONGA XXXI dibentuk untuk memelihara citra UNIFIL di mata masyarakat
Lebanon. Indonesia mengirimkan pasukannya sejak tahun 2010.
31. KONGA XXX bertugas sejak bulan Juli 2011 dengan nama Satgas MCOU XXX-
A/UNIFIL.

5. Peran Indonesia dalam Deklarasi Juanda


1. Menetapkan batas terluar ZEE Indonesia dalam suatu peta yang disertai koordinat dan
titik-titiknya : Menetapkan dalam persetujuan-persetujuan dengan negara tetangga tentang
batas-batas dan ZEE Indonesia yang mungkin tumpang tindih dengan ZEE negara tetangga.
2. konsepsi yang berbeda dan masing-masing merupakan konsep yang sui generis.
3. Mengumumkan dan mendepositkan copy dan peta-peta atau daftar koordinat-koordinat
tersebut pada Sekjen PBB (Pasal 75).

6. Peran Indonesia dalam JIM (Jakarta Informal Meeting)


Jakarta Informal Meeting (JIM)Indonesia mendesak pihak-pihak yang bertikai di Kamboja
untuk menyelesaikan masalah melalui perundingan untuk mencapai penyelesaian masalah.
Usul itu berupa pertemuan informal di Jakarta pada tahun 1988. Dari hasil pertemuan ini
membuka jalan untuk memasuki konferensi perdamaian di Paris pada tahun 1989. Konferensi
ini disebut  International conference on Kampuchea (ICK), yang berlangsung tanggal 30-31
Juli 1989. Perjalanan panjang masalah kamboja menemui titik terang. Pada tahun 1991
pasukan perdamaian PBB memprakasai genjatan senjata pihak-pihak yang bertikai. Pada
tahun 1993 Pangeran Norodhom Sihanouk diangkat sebagai raja. Sementara Pangeran
Rannaridh dan Hun sen terpilih sebagai perdana menteri.
Peran Indonesia setelah JIM

Keberhasilan Indonesia menyelenggarakan Jakarta Informal Meeting ternyata mendapat


apresiasi berasal dari Dewan Keamanan PBB. Seluruh anggota Dewan keamanan PBB
menyetujui usaha pembentukan pemerintahan transisi di Kamboja dengan membentuk United
Nation Transitional Authority in Cambodia (UNTAC) tanggal 28 Februari 1992 berdasarkan
Resolusi Dewan Keamanan PBB Nomor 745.

Pasca pembentukan UNTAC, Indonesia menyita peran dengan mengirimkan pasukan


Kontingen Garuda XII A – XII D untuk menjaga transisi pemerintahan di Kamboja. Bahkan
jumlah pasukan Kontingen Garuda Indonesia di UNTAC sebanyak 2.000 personil militer
ataupun polisi. Jumlah ini terbanyak lho dibandingkan pasukan negara lainnya.

7. Peran Indonesia dalam ASEAN

Indonesia memiliki peran Indonesia dalam ASEAN yang cukup penting diantaranya adalah :


1. Sebagai salah satu pendiri ASEAN
Indonesia adalah salah satu dari lima negara pemrakarsa berdirinya ASEAN. Seperti yang
sudah dijelaskan di atas bahwa dasar berdirinya ASEAN adalah deklarasi Bangkok, dimana
deklarasi tersebut ditanda tangani oleh menteri luar negri dari kelima negara pendiri ASEAN,
Yaitu :

 Adam Malik dari Indonesia


 Narsisco Ramos dari Filipina
 Tun Abdul Razak dari Malaysia
 Rajaratnam dari Singapura
 Thanat Koman dari Thailand
Sedangkan isi Dari Deklarasi Bangkok yang menjadi dasar berdirinya ASEAN adalah :
 Mempercepat pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial dan perkembangan kebudayaan
di kawasan Asia Tenggara
 Meningkatkan perdamaian dan stabilitas regional
 Meningkatkan kerja sama dan saling membantu untuk kepentingan bersama dalam
bidang ekonomi, sosial, teknik, ilmu pengetahuan, dan administrasi
 Memelihara kerja sama yang erat di tengah – tengah organisasi regional dan
internasional yang ada
 Meningkatkan kerja sama untuk memajukan pendidikan, latihan, dan penelitian di
kawasan Asia Tenggara
Indonesia telah dianggap sebagai tulang punggung ASEAN oleh beberapa negara yang
berada di luar ASEAN, dimana Indonesia telah mampu menciptakan stabilitas regional di
kawasan Asia Tenggara.

2. Sebagai Salah Satu Pemimpin ASEAN


Pada Zaman Orde Baru yaitu pada masa kepemimpinan Presiden Suharto (tahun 2004),
Indonesia menjadi pemimpin ASEAN, dimana dengan gaya kepemimpinannya Indonesia
mampu menjalin hubungan kerjasama yang baik dengan negara-negara di kawasan Asia
Tenggara.  Selain itu, Indonesia juga memperkenalkan doktrin ketahanan nasional pada
pertemuan ASEAN ministerial meeting ke-5 di Singapura melalu menteri luar negeri Adam
Malik. Hal tersebut ditujukan untuk mempertegas tujuan ASEAN.

Indonesia juga telah menyampaikan makalah yang berjudul reflection dalam rangka
mengajak para anggota ASEAN yang lain untuk mengevaluasi kesepakatan ekonomi
sebelumnya, dimana kesepakatan tersebut berkaitan dengan program kerjasama sektoral di
berbagai bidang.

Selain itu, pada masa kepemimpinannya, Indonesia telah berhasil menyelenggarakan


serangkaian pertemuan seperti :

 Asean Ministerial Meeting (Pertemuan Tingkat Menteri Asean)


 Asean Regional Forum (Forum Kawasan Asean)
 Pertemuan kementerian kawasan yang membahas mengenai penanggulangan berbagai
masalah yang terjadi, dan lain sebagainya.

3.  Sebagai Tuan Rumah KTT Asean


Indonesia telah mendapatkan kepercayaan untuk mengadakan beberapa kali Konferensi
Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN. Adapun KTT ASEAN yang pernah diselenggarakan di
Indonesia antara lain adalah :

 KTT ASEAN Ke-1 yang dilaksanakan pada 23 hingga 24 Februari 1976 di Bali.
Dalam KTT tersebut terdapat kesepakatan tentang pembentukan sekretariat ASEAN yang
berpusat di Jakarta dengan Sekretaris Jendral (Sekjen) pertamanya adalah putra Indonesia
yang bernama H.R. Dharsono
 KTT ASEAN ke-9 yang dilaksanakan pada 7 hingga 8 Oktober 2003 di Bali. Dalam
KTT tersebut, Indonesia mengusulkan pembentukan Komunitas Asean (Asean Community)
yang mencakup bidang ekonomi, sosial, budaya, serta keamanan.
 KTT ASEAN ke-18 yang dilaksakan pada tanggal 4 hingga 8 Mei 2011 di Jakarta
 KTT ASEAN ke-19 yang dilaksanakan pada tanggal 17 hingga 19 Nopember 2011 di
Bali. Dalam Konferensi tersebut didapat kesepakatan tentang Kawasan bebas senjata nuklir di
Asia tenggara atau yang dikenal dengan Southeast Asia Nuclear Weapon Free Zone
(SEANWFZ)

4.  Mampu menciptakan perdamaian di kawasan Asia Tenggara


Indonesia telah banyak membantu menjaga perdamaian khususnya di kawasan Asia
Tenggara, yaitu dengan membantu penyelesaian konflik-konflik yang dialami oleh negara
anggota ASEAN lainnya.

 Pada tahun 1987, Indonesia menjadi penengah saat terjadinya konflik antara Kamboja
dan Vietnam yang pada akhirnya pada tahun 1991 dalam Konferensi Paris, kedua negara
tersebut menyepakati adanya perjanjian damai.
 Indonesia menjadi penengah antara Moro National Front Liberation (MNFL) dengan
pemerintah Filiphina, yang pada akhirnya kedua belah pihak tersebut sepakat untuk
melakukan perjanjian damai yang dilakukan pada pertemuan di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai