Anda di halaman 1dari 4

KASUS STROKE

Gambaran Kasus
Tn. J, umur 53 tahun, pendidikan tamat SMA, pekerjaan pegawai swasta, suku
Minang, menikah, agama Islam, alamat Jl. Mesjid Cidodol RT 003/RW 013 No. 43 Grogol
Selatan Kebayoran Lama Jakarta Selatan, No. RM 01142072, masuk rumah sakit tanggal 22
April 2012 pukul 00.58 Wib, dilakukan pengkajian pada tanggal 23 April 2012 dirawat di
ruang Teratai kamar 622 lantai 6 Selatan RSUP. Fatmawati dengan diagnosa Stroke Iskemik,
Hipertensi Grade II.
Keluhan utama yang dirasakan Tn. J adalah kelemahan pada sisi kiri tubuh. Keadaan
ini dialami sejak tanggal 21 April 2012 sekitar pukul 22.15 Wib, diawali dengan perasaan
demam pada pagi hari sekitar jam 10.00 Wib disertai sakit kepala berdenyut pada bagian
temporal kiri dan kanan. Nyeri kepala berdenyut sudah dialami sejak tahun 2009 namun
jarang dirasakan dan kadang berbulan-bulan baru dirasakan. Sekitar 1 bulan terakhir, nyeri
kepala kadang dirasakan sampai 3 kali seminggu berlangsung <10 menit dan hilang sendiri
tanpa pengobatan, biasanya terjadi saat bekerja atau berpikir keras. Sesaat sebelum serangan
stroke, nyeri kepala yang dirasakan terakhir jam 18.00 Wib (±8 jam), pasien makan soto
daging kemudian tidur jam 22.00 Wib. Saat terbangun 15 menit kemudian, pasien merasa
badan terasa ringan dan tiba-tiba lengan dan tungkai kiri lemas disertai mulut mencong,
bicara pelo dan perasaan baal pada ekstremitas kiri. Tn. J sempoyongan saat berupaya turun
dari lantai 2 rumahnya.
Terapi yang diperoleh pada tanggal 23 April 2012 adalah IVFD asering 500 ml/12
jam, neulin 500 mg/12 jam, simvastatin 20 mg/24 jam, forneuro 1 tablet/hari, ascardia 1
tablet/hari, amlodipin 10 mg/24 jam, captopril 25 mg/8 jam, paracetamol 1 tablet/6 jam.
Tidak ada keluhan sesak dan kadang-kadang batuk saat minum, tekanan darah
200/140 mmHg, nadi 82x/menit, suhu 36,2 o C, pernapasan 18x/menit, CRT <2 detik. Irama
napas reguler, tidak ada penggunaan otot aksesori pernapasan, bunyi napas vesikuler, tidak
terdengar ronchi dan wheezing. Bunyi jantung I-II reguler, tidak terdengar murmur.
Radiologi: Cor CTR <50%, aorta baik; Pulmo corakan bronchovesikuler tidak meningkat,
tidak terdapat infiltrat dan konsolidasi. CT scan: Multipel infark pada lobus frontal kanan dan
lobus temporal kiri, suspek arachnoid cyst. frontal dd/ infark di daerah midline/midsagital.
Terapi: ascardia 1 tablet/hari, captopril 25 mg/8 jam, amlodipin 10 mg/hari, neulin 500 mg/12
jam, forneuro 1 tablet/hari.
Riwayat hipertensi tidak terkontrol sejak 10 tahun, riwayat hipertensi dalam
keluarga [ibu], obesitas sedang. Stimulus residual: usia, riwayat merokok waktu masih muda
±7 batang/hari dan berhenti setelah menikah, senang mengkonsumsi gorengan, pasien makan
soto daging saat gejala awal stroke terjadi, 5 tahun terakhir kadang mengkonsumsi captopril
2x25 mg dan tidak melakukan kontrol kesehatan.
Tidak ada keluhan mual, muntah dan anoreksia. Tidak ada kesulitan mengunyah dan
menelan. Frekuensi makan 3 kali sehari mengikuti diet rumah sakit berupa bubur, sayur,
daging, tempe dan buah. Pasien diet rendah garam. Kulit lembab, kuku merah muda dan
bersih, mukosa bibir lembab jumlah gigi lengkap. TB: 170 cm, BB: 80 kg, LLA 31 cm.
Pemeriksaan laboratorium tanggal 22 April 2012: Hb 15.3 g/dl, hematokrit 47%, trombosit
234 ribu/μl, eritrosit 5.48 juta/μl, SGOT 17 U/l, SGPT 15 U/l, VER 85.7 fl, HER 27.8 pg,
KHER 32.5 g/dl, RDW 14.8%. Terapi: simvastatin 20 mg/hari.
Tidak ada kesulitan buang air kecil, pasien memiliki kebiasaan buang air kecil 5-7
kali sehari, warna kuning jernih, jumlah ±1500 ml. Pasien memiliki kebiasaan buang air besar
1 x sehari, konsistensi lunak. Tidak ada riwayat konstipasi, diare dan inkontinensia. Pasien
belum buang air besar dalam 2 hari. Tidak ada distensi bladder, tidak teraba scibala, bising
usus 12 x/menit. Setelah menjalani perawatan 3 hari, pasien mengeluhkan perut terasa penuh
karena belum buang air besar.
Jenis aktivitas yang dilakukan adalah jogging selama 30 menit, kadang- kadang
dilakukan pada hari Sabtu dan Minggu. Pasien mengalami hambatan aktivitas, kelemahan
pada tubuh sisi kiri, tonus otot dan massa otot normal. ROM terbatas. Kekuatan otot / . Pasien
membutuhkan bantuan total dalam perawatan diri, skor barthel indeks 4. Setelah menjalani
perawatan selama 2 hari pasien mengungkapkan tidak bisa tidur, kadang tidur hanya
beberapa menit kemudian terbangun, jumlah jam tidur <2 jam.
Tidak ada riwayat trauma. Tidak ada alergi terhadap obat dan makanan. Kulit intak,
temperatur hangat, turgor kulit baik. Tidak ada tanda-tanda peradangan. Lekosit 8.1 ribu/μl.
Terapi: paracetamol 500 mg/6 jam.
Tidak ada gangguan penglihatan, pasien dapat membaca huruf dalam jarak 30 cm,
tidak ada gangguan pendengaran dan dapat mendengar gesekan jari, tidak ada gangguan
pengecapan dan penghidu. Pasien dapat merasakan nyeri, suhu, taktil, posisi dan fibrasi.
Pasien merasakan baal pada ekstremitas dan rasa tebal di wajah sisi kiri.
Jenis minuman yang dikonsumsi berupa air putih ±1500 ml/hari. Laboratorium
(tanggal 22 April 2012): Natrium 141 mmol/l, kalium 3.43 mmol/l, klorida 110 mmol/l,
ureum darah 20 mg/dl, kreatinin darah 1.1 mg/dl. Terapi (tanggal 23 April 2012) IVFD
Asering/12 jam.
Pasien merasa tidak ada perubahan terhadap perhatian dan ingatan, tidak ada
keluhan kejang dan tremor. Kesadaran kompos mentis dengan GCS E4M6V5, orientasi
terhadap tempat, waktu dan orang baik, memori baik, pasien dapat menceritakan keluhan
yang dirasakan. Pasien mengalami kelumpuhan N VII [wajah tidak simetris saat tersenyum],
kelumpuhan N XII [terdapat deviasi lidah ke kiri]. Refleks fisiologis: biseps [++/+++], triseps
[++/+++], patella [++/+++], achilles [++/+++], refleks patologis: babinski [-/+]. Tanda iritasi
meningen: tidak dievaluasi.
Tidak ada riwayat DM dalam keluarga. Tidak ada pembesaran tiroid, eksoftalmus,
kretinisme maupun gigantisme. GDS 118 mg/dl.
Pasien berharap cepat sembuh dan bisa bekerja seperti semula. Pasien tidak pernah
mengalami perubahan fisik seperti kelemahan. Penampilan rapi dan sesuai, pasien mengikuti
pengajian yang dilakukan 1 kali seminggu. Meskipun pasien berharap cepat pulih dan sudah
mendapat support dari istri, setelah menjalani perawatan 2 hari, pasien terlihat tegang, pasien
memiliki perasaan yang tidak menentu, ansietas berat skala 9 [VAS 0-10], pasien memikirkan
penyakitnya, pasien takut tangan dan kaki tidak bisa digerakkan lagi, pasien memikirkan
pekerjaan dan anak-anaknya [“kasihan anak-anak saya”].
Pasien berusia 53 tahun yang berada pada tahapan perkembangan usia dewasa
tengah, sebagai kepala keluarga, suami dan ayah dari 2 orang anak yang sudah dewasa. Tn. J
merupakan anak saudagar beras yang merantau ke Jakarta sejak kelas 2 STM dan
menumpang di rumah saudara hanya beberapa minggu karena tidak mau membebani.
Berbagai pekerjaan telah dilakoni termasuk pelayan rumah makan untuk membiayai
sekolahnya dan saat ini bekerja sebagai asisten HRD (human resources development). Saat
ini pasien terbaring di rumah sakit karena stroke pertama kali dan tidak dapat menjalankan
peran. Pasien memiliki keinginan dan harapan untuk sembuh, namun belum mengetahui
faktor risiko stroke yang dialami serta pola hidup yang sehat untuk meningkatkan
kesehatannya.
Pasien tinggal bersama istri dan anak bungsu. Pasien dekat dengan anak dan istri.
Tidak ditemukan kesenjangan data terkait hubungan Tn. J dengan keluarga. Tn. J dengan
budaya Minang yang menikah tahun 1982 dengan istri yang memiliki latar belakang budaya
yang berbeda. Istri Tn. J yang menganut budaya Tionghoa, Sunda dan Betawi yang agamis
dan merupakan anak guru agama menyebabkan Tn. J membutuhkan waktu sekitar 2 tahun
untuk saling mengenal dan setiap malam Jumat dijadikan moment untuk bertemu dengan
keluarga sambil pengajian. Pasangan ini sudah memiliki tekad, apapun yang terjadi akan
dijalani dan ditanggung bersama. Tn. J dan istri sangat bersyukur dengan pola asuh yang
dilakukan selama ini, merasakan bahwa anak-anak sangat perhatian dengan mereka. Anak
pertama Tn. J beserta suaminya yang sedang menunggu kelahiran anak pertama yang
merupakan calon cucu pertama juga sering datang memberikan dukungan pada Tn. J. Anak
keduapun beserta pacarnya juga memberikan dukungan pada Tn. J. Saat mereka harus
bekerja, mereka menunjukkan perhatian dengan menanyakan perkembangan kesehatan
melalui handphone. Selain keluarga, pasien sosialisasi dengan teman kerja serta masyarakat
sekitar. Pasien dan keluarga sangat kooperatif selama menjalani perawatan.

Anda mungkin juga menyukai