SEMESTER II
Kesimpulan :
Apapun yang terjadi di dunia ini, telah menjadi Qadar Allah yang mana hal tersebut
pasti memiliki kebaikan di dalamnya. Tergantung manusia nya mau melihat dari segi positif
atau dari segi negatif. Jika dilihat dari segi positif maka bertambahlah rasa syukur, sedangkan
jika dilihat dari segi negatif maka bertambahlah rasa futur.
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi
(pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang
kamu tidak mengetahui.” (Al-Baqarah : 216)
NAMA : NUR HAMIDAH
NIM : 1905061038
PERTEMUAN KE : 5
MATERI : HAKEKAT MANUSIA MENURUT ISLAM
Sejahtera secara umum berarti keadaan baik, kondisi saat orang-orang dalam keadaan
makmur. Islam mendefinisikan kesejahteraan umat sebagai kondisi saat semua orang dapat
mewujudkan semua tujuan, yakni :
1. Terlindung kesucian agamanya
2. Terlindung keselamatan dirinya
3. Terlindung akalnya
4. Terlindung kehormatannya
5. Terlindung hak milik atau hak ekonominya
Dengan demikian kesejahteraan tidak hanya merupakan buah suatu sistem ekonomi tetapi
juga merupakan buah sistem budaya, pendidikan, ekonomi dan lainnya sehingga menjadi
suatu sistem atau tatanan kehidupan.
NAMA : NUR HAMIDAH
NIM : 1905061038
PERTEMUAN KE : 6
MATERI : KETUHANAN
“KETUHANAN”
Al-ilah ialah: yang dipuja dengan penuh kecintaan hati, tunduk kepadanya, merendahkan
diri di hadapannya, takut, dan mengharapkannya, kepadanya tempat berpasrah ketika
berada dalam kesulitan, berdo’a, dan bertawakkal kepadanya untuk kemaslahatan diri,
meminta perlindungan dari padanya, dan menimbulkan ketenangan di saat mengingatnya
dan terpaut cinta kepadanya. (M. Imaduddin, 1989: 56).
Berdasarkan definisi tersebut di atas dapat dipahami, bahwa Tuhan itu bisa berbentuk
apa saja, yang dipentingkan oleh manusia. Yang pasti ialah manusia tidak mungkin atheis,
tidak mungkin tidak ber-Tuhan. Berdasarkan logika al-Qur’an setiap manusia pasti
mempunyai sesuatu yang dipertuhankannya. Dengan demikian, orang-orang komunis pada
hakikatnya ber-Tuhan juga. Adapun Tuhan mereka ialah ideologi atau angan-angan (utopia)
mereka.
Dalam ajaran Islam diajarkan kalimat “Laa illaha illaa Allah”. Susunan kalimat tersebut
dimulai dengan peniadaan, yaitu “tidak ada Tuhan”, kemudian baru diikuti dengan suatu
penegasan “melainkan Allah”. Hal itu berarti bahwa seorang muslim harus membersihkan
dari segala macam Tuhan terlebih dahulu, yang ada dalam hatinya hanya satu Tuhan yang
bernama Allah.
Kesimpulan Materi “Sumber – Sumber Ajaran Islam & Metode – Metode Berijtihad”
Sumber atau dalil berasal dari kata Al Dillat yang berarti sebuah landasan berfikir
untuk menetapkan hukum. Secara harfiah sumber hukum terbagi menjadi 2 yaitu :
1. Sumber hukum materil
2. Sumber hukum formil
Terdapat 4 sumber hukum Islam berdasarkan QS. AN – NISA ayat 59. Adapun 4
sumber hukum itu yaitu :
1. Al Qur’an
Al Qur’an berasal dari kata Qara’ah yang berarti bacaan. Allah juga memberi
nama lain pada kitabNya yaitu Al Kitabullah, Al-Furqon dan Az-Zikir.
“Sebaik baik orang diantara kalian adalah orang yang belajar Al Qur’an dan
mengajarkannya”
Sesungguhnya Al Qur’an itu ialah kitab yang mulia yang tidak datang
kepadanya kebatilan baik dari depan maupun dari belakangnya. Ketika kita
membaca Al Qur’an kita akan mendapat kemuliaan terutama pahala yang akan
diberikan Allah di setiap hufurnya.
2. Hadist
Al Hadist atau sunnah berarti segala perkataan Rasulullah yang diriwayatkan baik
berupa perbuatan, perkataan dan ketetapan yang berkaitan dengan hikum.
Sunnah merupakan wahyu kedua setelah Al Qur’an. Sudah menjadi kesepakatan
kaum muslimin pada generasi awal bahwa sunnah merupakan sumber kedua dalam
syariat Islam di semua sisi kehidupan manusia, baik secara politik, hukum, pedidikan
dan lain sebagainya.
3. Ijma
Ijtihat adalah akal pikiran manusia yang memenuhi syarat untuk berusaha dengan
seluruh kemampuan yang ada padanya, memahami kaidah-kaidah hukum
funamental yang terdapat pada Al Qur’an. Kaidah – kaidah hukum yang bersifat
umum yang terdapat dalam sunnah Rasul dan merumuskannya menjadi garis – garis
hukum yang dapat diterapkan pada kasus tertentu. Dasar diperbolehkannya Ijtihad
adalah QS. Al Hasr ayat 2.
4. Qiyas
Kekurangan dari Materi “Sumber – Sumber Ajaran Islam & Metode – Metode
Berijtihad”
1. Metode-metode berijtihat
Menurut Dawalibi, membagi ijtihad menjadi tiga bagian yang sebagiannya sesuai
dengan pendapat al-Syatibi dalam kitab Al-Muwafaqot, yaitu :
A. Ijtihad Al-Bayani, yaitu ijtihad untuk menjelaskan hukum-hukum syara’ yang
terkandung dalam nash namun sifatnya masih zhonni baik dari segi penetapannya
maupun dari segi penunjukannya.
Metode ijtihad bayani upaya penemuan hukum melalui kajian kebahasaan
(semantik). Konsentrasi metode ini lebih berkutat pada sekitar penggalian pengertian
makna teks: kapan suatu lafaz diartikan secara majaz, bagaimana memilih salah satu
arti dari lafaz musytarak (ambigu), mana ayat yang umum dan mana pula ayat yang
khusus, kapan suatu perintah dianggap wajib dan kapan pula sunat, kapan laragan itu
haram dan kapan pula makruh dan seterusnya.
Ijtihad ini hanya memberikan penjelasan hukum yang pasti dari dalil nas
tersebut. Umpanya menetapkan keharusan ber’iddah tiga kali suci terhadap isteri yang
dicerai dalam keadaan tidak hamil dan pernah dicampuri.berdasarkan firman Alalh
surat al-Baqarah ayat 228
ُ َ َو ْال ُمطَلَّق....
ات َيت ََربَّصْ نَ ِبأ َ ْنفُ ِس ِه َّن ثَ ََلثَةَ قُرُوء
Wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan diri (menunggu) tiga kali quru'
Dalam ayat ini memang dijelaskanbatas waktu iddah adalah tiga kali quru’
namun tiga kali quru’ tersebut bisa berarti suci atau haid. Ijtihad menetapkan tiga kali
quru’ dengan memahami petunjuk/Qarinah yang ada disebut ijtihad bayani
B. Ijtihad Ta’lili/Al-Qiyasi, yaitu ijtihad untuk menggali dan menetapkan hukum terdapat
permasalahan yang tidak terdapat dalam Al Quran dan sunnah dengan menggunakan
metode qiyas. Dalam ijtihad qiyasi ini hukumnya memang tidak tersurat tetapi tersirat
dalam dalil yang ada. Untuk mencari hukum tersebut diperlukan ijtihad qiyasi. Contoh
hukum memukul kedua orang tua yang diqiaskan dengan mengatakan ucapan “akh.”
فَ ََل تَقُلْ لَهُ َما أُفٍّ َو ََل تَ ْن َهرْ هُ َما َوقُلْ لَهُ َما قَوْ اَل َك ِري اما.
Artinya: Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan
“akh” (Q.S al-Isra’: 23)
‘illatnya ialah menyakiti hati kedua orang tua, diqiyaskan kepada hukum
memukul orang tua? Dari kedua peristiwa itu nyatalah bahwa hati orang tua lebih sakit
bila dipukul anaknya dibanding dengan ucapan “ah” yang diucapkan anaknya
kepadanya.
C. Ijtihad Isthislahi, Menurut Muhammad Salam Madkur Ijtihad Istishlahi adalah
pengorbanan kemampuan untuk sampai kepada hukum syara’ (Islam) dengan
menggunakan pendekatan kaidah-kaidah umum (kulliyah), yaitu mengenai masalah
yang mungkin digunakan pendekatan kaidah-kaidah umum tersebut, dan tidak ada nash
yang khusus atau dukungan ijma’ terhadap masalah itu. Selain itu, tidak mungkin pula
diterapkan metode qiyas atau metode istihsan terhadap masalah itu. Ijtihad ini, pada
dasarnya merujuk kepada kaidah jalb al-mashlahah wa daf’ al-mafsadah (menarik
kemaslahatan dan menolak kemafsadatan), sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan
untuk kaidah-kaidah syara.’
Dalam metode ini, ayat-ayat umum dikumpulkan guna menciptakan beberapa
prinsip umum yang digunakan untuk melindungi atau mendatangkan kemaslahatan.
Prinsip-prinsip tersebut disusun menjadi tiga tingkatan yaitu: daruriyat (kebutuhan
esensial), hajiyat (kebutuhan primer),tahsiniyyah (kebutuhan kemewahan). Prinsip
umum ini ditujukan kepada persoalan yang ingin diselesaikan. Misalnya tranplantasi
organ tubuh, bayi tabung dan hal-hal lain yang tidak dijelaskan oleh nash.
Salah satu contoh Qiyas adalah perkara pelarangan minuman keras. Di dalam
Al-Qur’an, Allah berfirman pada QS. Al-Baqarah ayat 219 yang artinya, “Mereka
bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: “Pada keduanya terdapat
dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar
dari manfaatnya.” Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan.
Katakanlah: ” Yang lebih dari keperluan.” Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-
Nya kepadamu supaya kamu berfikir.“
Hadits Mursal – Merupakan hadits yang penutur satunya tidak dijumpaik secara
langsung.
Hadits Munqathi’ – Merupakan hadits yang putus pada salah satu atau pun dua
penutur.
Hadits Mu’dlal – Merupakan hadits yang terputus pada dua generasi penutur secara
berturut – turut.
Hadits Mu’allaq – Merupakan hadits yang terputus sebanyak 5 penutur, dimulai dari
penutur pertama secara berturut – turut.
Hadits Mudallas – Merupakan hadits yang tidak tegas disampaikan secara langsung
kepada penutur.
Hadits Musnad – Merupakan hadits yang penuturnya paling jelas dan tidak
terpotong sama sekali.
Hadits Ahad – Merupakan hadits yang diriwayatkan oleh sekelompok orang yang
belum mencapai tingkatan mutawatir. Hadits Ahad sendiri dapat dikelompokkan ke
dalam tida macam hadits yaitu Gharib, Aziz, dan Mansyur.
Berdasarkan tingkat keasliannya, hadits dapat dibagi menjadi 4 macam hadits, yaitu
:
Hadits Sahih – Merupakan hadits yang sanadnya bersambung, paling diakui tingkat
keasliannya dan paling banyak diterima oleh kelompok ulamah.
Hadits Dhaif – Merupakan hadits yang sanadnya tidak bersambung atau pun
diriwayatkan oleh rawi yang tidak kuat ingatannya / tidak adil.
Hadits Maudlu’ – Merupakan hadits yang dicurigai palsu atau pun karangan
manusia.
Nama : NUR HAMIDAH
NIM : 1905061038
PERTEMUAN KE :9
MATERI : AKHLAK
Yaitu perbuatan baik terhadap Allah, sesama manusia, dan makhluk-makhluk yang lain.
Berikut ini contoh akhlak terpuji :
Yaitu, perbuatan buruk terhadap Allah, sesama manusia, dan makhluk-makhluk yang lain.
Nerikut ini contoh-contoh akhlak tercela :
Akhlak Pribadi
Akhlak Berkeluarga
Akhlak Bermasyarakat
Akhlak Bernegara
Akhlak Beragam
Akhlak berbeda dengan etika dan moral. Kalau akhlak lebih bersifat transcendental
karena berasal dan bersumber dari Allah, maka etika dan moral bersifat relatif, dinamis,
dan nisbi karena merupakan pemahaman dan pemaknaan manusia melalui elaborasi
ijtihadnya terhadap persoalan baik dan buruk demi kesejahteraan hidup manusia di dunia
dan kebahagiaan hidup di akhirat.
NAMA : NUR HAMIDAH
NIM : 1905061038
PERTEMUAN KE : 10
MATERI : UTS
NAMA : NUR HAMIDAH
NIM : 1905061038
PERTEMUAN KE : 11
MATERI : HAM
“HAM”
Sistem HAM dalam mengandung prinsip persamaan. Persamaan itu artinya Islam
memandang semua manusia sama, satu satu keunggulannya hanya ditentukan oleh tingkat
ketakwaannya.
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya
kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di
sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Mengenal.(Q.S AL – HUJURAT:13)
Pada dasarnya HAM dalam islam terpusat pada 5 hal pokok, yaitu :
1. Penghormatan atas kebebasan beragama
2. Penghormatan harta benda
3. Penghormatan atas hak hidup
4. Penghormatan atas kebebasan berfikir
5. Penghormatan atas melanjutan keturunan
Hukum Islam telah melindungi hak hak azasi manusia, seperti :
1. Hak hidup
2. Hak kebebasan beragama
3. Hak atas keadilan
4. Hak atas persamaan
5. Hak mendapatkan pendidikan
6. Hak kebebasan berpendapat
7. Hak kepemilikan
8. Hak mendapatkan pekerjaan
NAMA : NUR HAMIDAH
NIM : 1905061038
PERTEMUAN KE : 12
MATERI : KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA DALAM
PANDANGAN ISLAM
Kerukunan adalah istilah yang dipenuhi oleh muatan makna baik dan damai, intinya
hidup bersama dalam masyarakat dengan kesatuan hati dan sepakat untuk tidak
menimpulkan pertengkaran.
Allah mentakdikan manusia sebagai makhluk sosial agar manusia dapat saling tolong
menolong dalam kebaikan.
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya
kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di
sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Mengenal. (Q.S 49:13)
Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran,
membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan
batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut
apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan
meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat diantara
kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya
kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap
pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada
Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah
kamu perselisihkan itu (Q.S 5:48)
Berdasarkan ayat Al-Qur’an diatas maka setidaknya terdapat 4 macam ukhuwah yaitu
Ukhuwah Ubudiyah (sesama makhluk tunduk kepada Allah)
Ukhuwah Insaniyah/Basyariah (sesama memiliki qodrat sebagai manusia)
Ukhuwah Wataniyah Wa Annasab (sebangsa atau katurunan)
Ukhuwah Dinniyah (seiman atau seagama)
Ukhuwah islamiyah adalah ukhuwah sesama umat islam.
NAMA : NUR HAMIDAH
NIM : 1905061038
PERTEMUAN KE : 13
MATERI : IPTEK & SENI DALAM ISLAM
Kata “seni” adalah sebuah kata yang semua orang di pastikan mengenalnya, walaupun
dengan kadar pemahaman yang berbeda. Konon kata seni berasal dari kata “SANI” yang
kurang lebih artinya “Jiwa Yang Luhur/ Ketulusan jiwa”. Namun menurut kajian ilimu di
Eropa mengatakan “ART” (artivisial) yang artinya kurang lebih adalah barang/ atau karya
dari sebuah kegiatan.
Pandangan Islam tentang seni. Seni merupakan ekspresi keindahan. Dan keindahan
menjadi salah satu sifat yang dilekatkan Allah pada penciptaan jagat raya ini. Allah melalui
kalamnya di Al-Qur’an mengajak manusia memandang seluruh jagat raya dengan segala
keserasian dan keindahannya. Allah berfirman: “Maka apakah mereka tidak melihat ke
langit yang ada di atas mereka, bagaimana Kami meninggikannya dan menghiasinya, dan
tiada baginya sedikit pun retak-retak?” [QS 50: 6]. Allah itu indah dan menyukai
keindahan. Inilah prinsip yang didoktrinkan Nabi saw., kepada para sahabatnya.
Peran Islam dalam perkembangan iptek adalah bahwa Syariah Islam harus dijadikan
standar pemanfaatan iptek. Ketentuan halal-haram (hukum-hukum syariah islam) wajib
dijadikan tolok ukur dan pemanfaatan iptek, bagaimana pun juga bentuknya. Iptek yang
boleh dimanfaatkan adalah yang telah dihalalkan oleh syariah islam. Sedangkan Iptek
yang tidak boleh dimanfaatkan adalah yang telah diharamkan. Akhlak yang baik muncul
dari keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT sumber segala kebaikan, Keindahan,
dan Kemuliaan. Keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT hanya akan muncul bila
diawali dengan pemahaman ilmu pengetahuan dan pengenalan terhadap Tuhan Allah
SWT dan terhadap alam semesta sebagai tajaliyat (manifestasi) sifat-sifat
KeMahaMuliaan, Kekuasaan dan Keagungan-Nya.
NAMA : NUR HAMIDAH
NIM : 1905061038
PERTEMUAN KE : 14
MATERI : MASYARAKAT MADANI
“MASYARAKAT MADANI”
“KEBUDAYAAN ISLAM”
Islam adalah sebuah agama hukum (religion of law). Hukum agama diturunkan oleh
Allah SWT, melalui wahyu yang disampaikan kepada Nabi Muhammad saw., untuk
dilaksanakan oleh kaum Muslimin tanpa kecuali, dan tanpa dikurangi sedikitpun. Dengan
demikian, watak dasar Islam adalah pandangan yang serba normatif dan orientasinya yang
serba legal formalistik. Islam haruslah diterima secara utuh, dalam arti seluruh hukum-
hukumnya dilaksanakan dalam kehidupan bermasyarakat pada semua tingkatan.
Secara umum konsep Islam berangkat dua pola hubungan yaitu hubungan secara
vertikal yakni dengan Allah SWT dan hubungan dengan sesama manusia. Hubungan yang
pertama berbentuk tata agama (ibadah), sedang hubungan kedua membentuk sosial
(muamalah). Sosial membentuk masyarakat, yang jadi wadah kebudayaan.
Konsep Islam tersebut secara umum termaktub dalam al-Qur’an, yang merupakan
sumber pertama dan utama. Ayat yang pertama turun adalah perintah untuk membaca.
Membaca artinya memahami makna yang dibacanya, dan yang ini berarti penggunan akal
pikiran.
Agama dan kebudayaan dapat saling memepengaruhi sebab keduanya adalah nilai dan
simbol. Agama adalah simbol ketaatan kepada Tuhan. Demikian pula kebudayaan, agar
manusia dapat hidup dilingkungannya. Jadi, kebudayaan agama adalah simbol yang
mewakili nilai agama.
Setelah kurun Nabi, dengan perubahan sosial budaya, di negerinegeri luar Jazirah
Arab, yang sosial-budayanya berbeda, sunnah yang merupakan pola laku Nabi menjadi pola
cita utama. Nabi memberikan teladan bagaimana mewujudkan pola cita al-Qur’an dalam
kehidupan yang riil. Dalam ruang dan waktu beliau. Dengan mengasaskan unsurunsur
kebudayaan Arab kepada prinsip-prinsip al-Qur’an disamping menumbuhkan unsur-unsur
baru, terbentuklah kebudayaan Islam yang pertama. Selanjutnya setelah masa Rasul,
kelompok-kelompok Muslim mengijtihadkan pola cita (dengan tetap berpegang pada
alQur’an dan hadis), bagi negeri dan masanya masing-masing, yang bermakna membentuk
kebudayaannya masing-masing.
Perubahan sesuai dengan pola cita Islam disebut juga Islamisasi (proses pembentukan
kebudayaan Islam diatas kebudayaan yang telah ada). Hal itu dilakukan dengan cara
sosialisasi dan enkulturasi, dengan tetap mengacu pada prinsip-prinsip yang telah digariskan
oleh alQur’an dan al-Hadis.
Berdasarkan uraian tentang Islam dan Kebudayaan, maka dapat disimpulkan Pertama,
Agama (Islam) bersumberkan wahyu dan memiliki norma-norma sendiri. Karena bersifat
normatif, maka cenderung menjadi permanen. Sedangkan budaya adalah buatan manusia.
Oleh sebab itu ia berkembang sesuai dengan perkembangan zaman dan cenderung
untuk selalu berubah. Sehingga budaya Islam adalah budaya yang berdasar pada nilai-nilai
Islam yaitu al-Qur’an dan Hadis. Kedua, dalam perkembangannya, Kebudayaan Islam
banyak dipengaruhi oleh kebudayaan lokal disekitar semenanjung Arab yang telah lebih dulu
berkembang, sehingga budaya Islam sendiri banyak beralkulturasi dengan budaya-budaya
lokal tersebut.
NAMA : NUR HAMIDAH
NIM : 1905061038
PERTEMUAN KE : 17
MATERI : DEMOKRASI DALAM ISLAM
Asal kata demokrasi adalah “demos”, sebuah kosa kata Yunani berarti masyarakat, dan
“kratio” atau “krato” yang dalam bahasa Yunani berarti pemerintahan. Demokrasi secara
etimologis berarti “pemerintahan oleh rakyat” (rule by the people). Dilihat dari sejarahnya,
pertama kali, istilah ini digunakan sekitar lima abad sebelum Masehi. Chleisthenes—tokoh
pada masa itu—dianggap banyak memberi kontribusi dalam pengembangan demokrasi.
Demokrasi muncul dari pemikiran manusia,” ungkap Aristoteles seorang pemikir termasyhur
dari Yunani.
Demokrasi adalah suatu bentuk pemerintahan di mana kekuasaan tertinggi berada di tangan
rakyat, dilaksanakan secara langsung oleh mereka, atau oleh wakil terpilih dalam sistem
pemilu yang bebas.
Pandangan Sayyid Qutb dan Maududi Diantara yang masuk dalam kelompok di atas percaya
bahwa demokrasi adalah konsep asing yang dipaksakan oleh kalangan Barat dan pendukung
sekularisme, agar bisa diaplikasikan pada masyarakat muslim. Mereka sering berpendapat
bahwa konsep kedaulatan rakyat yang popular bertentangan dengan konsep utama ajaran
Islam yang harus mengakui kedaulatan Allah, dan jika tidak mengakui kedaulatan Allah
bisa disebut sebagai orang musyrik (Esposito, 1996: 19). Pandangan kelompok ini tidak bisa
dipisahkan dari argumen mereka tentang hubungan antara Islam dan negara. Bagi mereka,
Islam adalah jalan hidup total yang menjadi petunjuk bagi pemeluknya pada segala aspek,
tidak hanya dalam urusan ritual keagamaan tetapi juga dalam kehidupan politik umatnya.
Diantara sarjana Muslim terkenal yang percaya dengan paradigma seperti ini adalah Sayyid
Qutb dan Abu A’la Maududi.
Islam dan Demokrasi Seperti telah disebutkan diawal tulisan, bahwa pandangan apakah Islam
dan demokrasi kompatibel melahirkan dua kubu yang mencoba menafsirkan teks Al-Qur’an
secara tekstual dan kontekstual. Dua macam bentuk interpretasi teks di atas melahirkan dua
kubu yang saling bersebrangan dalam Islam yang dikenal dengan kelompok muslim
moderat atau progresif dan kelompok konservatif atau radikal. menyebutnya kelompok
Islamis untuk kalangan konservatif dan Modernist-reformist bagi kelompok progresif. Dua
kelompok tersebut sampai sekarang terus berdebat tentang kompatibilitas antara Islam dan
demokrasi. Bagi Zartman, perdebatan kedua kelompok bisa dimengerti karena al-Qur’an
sebagai sumber utama ajaran Islam tidak secara jelas dan langsung menyebut konsep
demokrasi.
Kedaulatan Allah (Hakimiyat Allah) mengandung arti bahwa yang berhak untuk mengatur
dunia ini hanyalah hukum Allah, sebagai Dzat Yang Maha Mengatur. Konsekuensinya,
pemimpin politik dan kaum intelektual tidak mempunyai kedaulatan. Loyalitas akhir dan
absolute bagi kaum beriman tanpa ragu lagi adalah harus kepada Allah (hukum-Nya), dan
dimanapun aksi sebuah pemerintahan yang bersebrangan dengan hukum Allah, maka
seorang beriman tidak harus mengikutinya bahkan diwajibkan untuk menentangnya.
Nilai-nilai Demokratis dalam Islam Dari perdebatan para ilmuwan dan akademisi tentang
hubungan antara Islam dan demokrasi di atas, dapat sampai pada kesimpulan bahwa banyak
yang percaya terhadap nilai-nilai Islam yang mendukung demokrasi. Diantara nilai-nilai itu
adalah sebagai berikut.
1. Konsep Shura , dalam mendiskusikan hubungan antara Islam dan politik, konsep
shura bisa dipandang sebagai konsep yang sangat penting. Menurut Lukman Thaib,
isu mempunyai signifikansi yang tinggi, tidak hanya dikenal di komunitas muslim
tetapi juga pada komunitas internasional.
2. Prinsip Kebebasan atau Huriyat.
Salah satu dasar terpenting dalam ajaran Islam adalah adanya konsep kebebasan atau
freedom. Manusia dalam Islam adalah bebas dari tekanan politik dan agama.
Menurut ajaran Islam, Tuhan telah menciptakan manusia dalam keadaan bebas
memilih dalam berpendapat maupun melakukan perbuatan seperti tercantum dalam
Al-Qur’an (2: 35-39).
3. Konsep Persamaan atau Al-Musawat .
Nabi Muhammad saw mengibaratkan konsep persamaan derajat dengan contoh
perbandingan yang sederhana seperti sisir, “manusia mempunyai derajat yang sama
bagaikan gigi-gigi sebuah sisir; tidak ada superioritas bagi orang Arab terhadap
orang non-Arab kecuali karena kadar ketaqwaannya (Al-Buraey, 1988: 85). Dalam
hadis pun dijelaskan bahwa seluruh manusia harus dipandang dan diperlakukan
sama di depan hukum.
NAMA : NUR HAMIDAH
NIM : 1905061038
PERTEMUAN KE : 18
MATERI : DASAR POLITIK ISLAM & KONTRIBUSI ISLAM DALAM
POLITIK
Politik Islam Indonesia hematnya tidak dipersempit hanya dalam pengertian politik praktis,
meskipun politik praktis termasuk salah satu bentuk manifestasi politik Islam
Indonesia itu sendiri. Sebagai masyarakat dengan populasi terbanyak di negeri sendiri,
umat Islam yang berkualitas terbaik sepantasnya berhak menjadi pemimpin. Umat Islam
Indonesia hendaknya menjadi garda terdepan untuk mengatakan tidak terhadap pola
kepemimpinan yang koruptif, manipulatif, dan borjuis serta menjauhkan Indonesia dari
karakter adiluhung warisan bangsa sendiri.
Politik Islam Indonesia di sini dalam makna yang luas, tapi jelas. Politik Islam Indonesia
diartikan dengan bagaimana Islam dipraktikkan utuh oleh umat Islam di berbagai aspek
kehidupan dalam komitmen keindonesiaan untuk tujuan kesejahteraan, keadilan, dan
berperadaban rakyat bangsa. Pada titik inilah menjadi jelas perbedaan antara politik Islam
dan Islam politik.
Identitas hakiki politik Islam Indonesia adalah harmonisasi gerakan umat Islam Indonesia
di bidang ekonomi, budaya, demokrasi, dan bargaining diplomasi dengan masyarakat
global untuk mewujudkan bangsa Indonesia yang maju dan berdaya.
Kata atau istilah politik dalam kosakata bahasa Indonesia terambil dari bahasa Ingris. Kata
dan istilah tersebut bermakna segala hal yang berkaitan dengan kekuasaan, terutama
meliputi bagaimana ia diperoleh, digunakan dan dipertanggungjawabkan, baik dalam
skala terbatas seperti pada keluarga, masyarakat, negara bahkan yang lebih luas lagi
adalah antar negara. Istilah politik dalam teori keilmuan dimaknakan dengan ilmu tata
negara atau ilmu pemerintahan.
Kontribusi Islam dalam Politik Kepemimpinan
Sebuah negara secara politis menghendaki adanya seorang pemimpin ideal yang dapat
mengendalikan negaranya dan memimpin rakyatnya dengan baik, sehingga tercipta
kehidupan aman, damai dan sejahtera bagi masyarakat warga bangsanya. Karena itu Islam
sebagai agama universal, yang tidak hanya mengatur masalah ubudiyah hamba kepada
Tuhannya saja namun juga mengatur persoalan-persoalan yang berkaitan dengan
humaniora khususnya sosial politik, maka Islam sangat perhatian terhadap persoalan
kepemimpinan ini, umpamanya Islam mengatur kewajiban dan hak antara pemimpin dan
rakyatnya.
1. Syarat Pemimpin dalam Islam Seorang pemimpin, terutama top leader seperti raja,
perdana mentri, presiden, sultan, malik dalam suatu negara (al-madinah al’uzma),
gubernur untuk tingkat di bawahnya yaitu propinsi (almadinah al-wustha),
walikota atau bupati untuk tingkat di bawah gubernur (al-madinah ashsughra),
camat untuk wilayah yang lebih rendah lagi di bawah walikota atau bupati,
seterusnya lurah atau kepala desa, kemudian ketua RW lalu ketua RT, idealnya
adalah orang yang paling luas ilmunya dan sempurna secara fisik.
2. Kewajiban dan Hak Pemimpin dalam Islam Bagi seorang pemimpin, misal
presiden, negara dan pemerintahannya adalah amanah yang
dipertanggungjawabkan di hari kiyamat (HR. Muslim, II: 124). Maka kewajiban
pemimpin adalah mempertanggungjawabkan kepemimpinannya tersebut. Jika
seorang pemimpin tidak menjalankan amanah dengan baik secara sengaja, ia
dikategorikan sebagai pengkhianat. Salah satu bentuk pengkhianatan dalam
pemerintahan adalah tindakan korupsi. Koruptor akan mendapat siksaan di
akhirat. Sesuatu yang dikorupsikan akan melilit pada lehernya.
Kewjiban lain seorang pemimpin adalah menjadi benteng terakhir dalam suatu
negara. Dalam kekuasaannya rakyat diajak mempertahankan negara dari ancaman
musuh dan mengajak semua rakyat untuk bertakwa kepada Allah SWT.
3. Kewajiban dan Hak Rakyat dalam Islam Kewajiban rakyat adalah taat kepada
pemimpin (pemerintah). Hadits tentang hak pemimpin di atas sekaligus menjadi
dalil tentang kewajiban rakyat. Tetapi ketaatan rakyat kepada pemimpin hanya
terbatas kepada hal-hal yang baik saja.
4. Kewajiban dan Hak Berimbang antara Pemerintah dan Rakyat Secara prinsip
kewajiban dan hak antara pemerintah dan rakyat itu berimbang. Selagi pemerintah
melaksanakan amanahnya, yaitu mewujudkan pemerintahan yang bersih (tidak
korup), adil dan berwibawa, memperhatikan dan mengusahakan keamanan dan
kemakmuran umum, melindungi hak-hak rakyatnya, maka rakyat harus patuh
terhadap pemerintah.
5. Prinsip Demokratis dalam Islam Yang dimaksud demokratis adalah hak
kebebasan bagi rakyat untuk memilih siapa pemimpin yang dikehendaki atau yang
disenangi dan tidak memilih calon pemimpin yang tidak disenangi. Nabi ◌Saw
bersabda: ـ ◌ ـ ن ـ ◌ ع ل تـ م ن◌عل◌ ـ م م ل ◌ر ل
ب م ذ ◌ ب ن تـ ـ؟ ل م م خم ◌ر م م
ـت ◌ىذ ل ـ م ◌ لعن ل م لعن ل م رر م
ـ تـ ى ذ ل م ـ م ة نممن ـ رذ م ن ر ن
ر لمع ـ تـ ع ◌ نم ع ( ع م س لم ر ع )ما ك
Artinya: “Pilihanmu terhadap pemimpinmu adalah orang yang kamu senangi dan
menjalin persaudaraan denganmu dan kamu juga menjalin persaudaraan dengan
mereka. Jeleknya pemimpinmu adalah orang yang kamu memarahi mereka dan
mereka memarahi kamu, kamu melaknat mereka dan mereka melaknat kamu.
Dikatakan, ‘Wahai Rasulullah! apakah kami tidak boleh meluruskan mereka
dengan pedang? Jawab beliau, ‘Jangan! selagi di antara kamu (bebas) mendirikan
shalat. Jika kamu melihat orang yang memimpin kamu berbuat hal yang tidak
menyenangkan, maka membencilah kamu terhadap perbuatan mereka dan
janganlah kamu menentangnya” (HR. Muslim dari ‘Auf bin Malik, Muslim, II:
l38).
6. Prinsip Bermusyawarah (syura) Syura (musyawarah) berbeda dengan demokrasi,
khususnya dari aspek generikanya. Syura memiliki dimensi teologis karena
bersumber dari wahyu Ilahi dan suci (sacral). Sedangkan demokrasi tidak
memiliki dimensi teologis karena bersumber dari pemikiran manusia dan bersifat
provan. Dalam demokrasi secara konseptual memberikan hak kepemimpinan bagi
yang memperoleh suara terbanyak dan yang selainnya supaya tetap menghormati,
dan masih memberi hak oposisi untuk melakukan kontrol terhadap pemerintah.
Sedangkan dalam syura memberikan hak kepemimpinan kepada yang paling
sanggup memikul amanah Allah dalam bermasyarakat dan bernegara meskipun
tidak didukung (baiat) oleh mayoritas, tidak memberi hak oposisi, semuanya harus
taat kepada pemimpin yang sah.
NAMA : NUR HAMIDAH
NIM : 1905061038
PERTEMUAN KE : 19
MATERI : SISTEM POLITIK ISLAM
Menurut Ibnu Qoyyim, politik adalah sesuatu kegiatan yang menjadi umat manusia
mendekat kepada hidup maslahat dan menjauhkan dari kerusakan, sedangkan menurut
Abdul Hamid Al-Ghozali, politik memiliki manksa sebagai memerintah dan menjalankan
negara.
Terdapat lima kerangka konseptual dalam memahami makna politik:
1.Sebagian usaha warga negara dalam membicarakan dan mewujudkankebaikan bersama.
2.Berkaitan dengan penyelenggaraan Negara.
3.Sebagai kegiatan yang diarahkan untuk mencari dan memepertahankankekuasaan dalam
masyarakat.
4.Digunakan sebagai kegiatan yang berkaitan dengan perumusan dan pelaksanaan kebijakan
umum.
Politik dalam Islam adalah suatu kebijakan untuk mengatur suatu pemerintah yang
berdaulat atau masyarakat dalam bernegara. Pembahasan sistem politik Islam (siyasah)
ada tiga bagian, yaitu :
Siyasah Dusturiyah
Ruang lingkup dalam Fiqih Siyasah Dusturiyah (Politik Tata Negara) merupakan hubungan
antara pemimpin disatu puhak dengan rakyatnya dipihak lain, dan kelembagaan-
kelembagaan yang ada didalam masyarakatnya.
Ruang lingkup Fiqih Siyasah Dusturiyah meliputi :
Persoalan Imamah (Kepala Negara), Hak Dan Kewajibannya
Persoalan Rakyat, Status, dah Hak-Haknya.
Persoalan Bai’at.
Persoalan Waliy Al-Ahdi, Sumber Kekuasaan dan Kriteria Imam.
Persoalan Perwakilan dan Ahl Ai-Hall Wa Al-Aqdi.
Siyasah Dauliyah
Titik berat pembicaraan Siyasah Dauliyah atau hukum Tata Negara adalah sekitar hubungan
antara negara dan orang-orang yang tercakup dalam hukum internasional.
Kebebasan adalah hak bagi semua orang
Persamaan diantara semua manusia
Kelompok yang berbeda juga memiliki legalitas
NILAI-NILAI DASAR POLITIK DALAM ISLAM
1. Prinsip-prinsip penggunaan kekuasaan politik .
2. Perintah menunaikan amanah.
3. Perintah berlaku adil dalam menetapkan hokum.
4. Perintah taat kepada Allah, Rosul, dan Ulul Amri (pemimpin).
5. Perintah kembali kepada Al-Qur’an dan Sunah.