Anda di halaman 1dari 32

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

NAMA : NUR HAMIDAH


NIM : 1905061038
KELAS : TK – 2B

POLITEKNIK NEGERI MEDAN

SEMESTER II

T.A 2019 / 2020


NAMA : NUR HAMIDAH
NIM : 1905061038
PERTEMUAN KE : 4
MATERI : SHARING TENTANG COVID – 19

“SHARING TENTANG COVID – 19”

Dampak positif COVID – 19 :


 Adanya waktu untuk berkumpul dengan keluarga
 Menjadi pengingat bahwa kebersihan itu penting dan kebersihan adalah sebagian
daripada iman
 Bisa melatih skill atau keahlian diri sendiri di rumah
 Dapat beristirahat maupun bersantai di rumah

Dampak negatif COVID-19 :


 Sulitnya melaksanakan aktifitas seperti biasanya
 Banyak nya tugas online
 Tidak mendapatkan uang jajan
 Kurang efektif nya kegiatan belajar mengajar

Kesimpulan :
Apapun yang terjadi di dunia ini, telah menjadi Qadar Allah yang mana hal tersebut
pasti memiliki kebaikan di dalamnya. Tergantung manusia nya mau melihat dari segi positif
atau dari segi negatif. Jika dilihat dari segi positif maka bertambahlah rasa syukur, sedangkan
jika dilihat dari segi negatif maka bertambahlah rasa futur.
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi
(pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang
kamu tidak mengetahui.” (Al-Baqarah : 216)
NAMA : NUR HAMIDAH
NIM : 1905061038
PERTEMUAN KE : 5
MATERI : HAKEKAT MANUSIA MENURUT ISLAM

“HAKEKAT MANUSIA MENURUT ISLAM”

Sejahtera secara umum berarti keadaan baik, kondisi saat orang-orang dalam keadaan
makmur. Islam mendefinisikan kesejahteraan umat sebagai kondisi saat semua orang dapat
mewujudkan semua tujuan, yakni :
1. Terlindung kesucian agamanya
2. Terlindung keselamatan dirinya
3. Terlindung akalnya
4. Terlindung kehormatannya
5. Terlindung hak milik atau hak ekonominya
Dengan demikian kesejahteraan tidak hanya merupakan buah suatu sistem ekonomi tetapi
juga merupakan buah sistem budaya, pendidikan, ekonomi dan lainnya sehingga menjadi
suatu sistem atau tatanan kehidupan.
NAMA : NUR HAMIDAH
NIM : 1905061038
PERTEMUAN KE : 6
MATERI : KETUHANAN

“KETUHANAN”

Ibnu Taimiyah memberikan definisi al-ilah sebagai berikut:

Al-ilah ialah: yang dipuja dengan penuh kecintaan hati, tunduk kepadanya, merendahkan
diri di hadapannya, takut, dan mengharapkannya, kepadanya tempat berpasrah ketika
berada dalam kesulitan, berdo’a, dan bertawakkal kepadanya untuk kemaslahatan diri,
meminta perlindungan dari padanya, dan menimbulkan ketenangan di saat mengingatnya
dan terpaut cinta kepadanya. (M. Imaduddin, 1989: 56).

Berdasarkan definisi tersebut di atas dapat dipahami, bahwa Tuhan itu bisa berbentuk
apa saja, yang dipentingkan oleh manusia. Yang pasti ialah manusia tidak mungkin atheis,
tidak mungkin tidak ber-Tuhan. Berdasarkan logika al-Qur’an setiap manusia pasti
mempunyai sesuatu yang dipertuhankannya. Dengan demikian, orang-orang komunis pada
hakikatnya ber-Tuhan juga. Adapun Tuhan mereka ialah ideologi atau angan-angan (utopia)
mereka.

Dalam ajaran Islam diajarkan kalimat “Laa illaha illaa Allah”. Susunan kalimat tersebut
dimulai dengan peniadaan, yaitu “tidak ada Tuhan”, kemudian baru diikuti dengan suatu
penegasan “melainkan Allah”. Hal itu berarti bahwa seorang muslim harus membersihkan
dari segala macam Tuhan terlebih dahulu, yang ada dalam hatinya hanya satu Tuhan yang
bernama Allah.

Pada dasarnya , setiap manusia memiliki fitrah (naluri) ketuhanan.


Tidak ada yang atheis. Walau ada akelompok yang berpendapat bahwa mereka atheis, itu
adalah angan-angan mereka saja. Maka fitrah yang baik adalah meyakini bahwa semua
makhluk adalah ciptaan dan penciptanya adalah Allah.
Nama : Nur Hamidah
NIM : 1905061038
Pertemuan Ke :7
Materi : IMAN & TAKWA

Ringkasan Materi Iman & Takwa


Iman merupakan fondasi awal yang harus diwujudkan dengan bentuk takwa. Takwa
adalah melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangannya. Takwa juga dapat
diartikan sifat kehati-hatian yaitu hati-hati dalam berbicara, berprilaku, berpendapat dll.
Allah berfirman dalam surah An-nisa ayat 131 tentang ketakwaan yang artinya. “Dan
milik Allah lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi, dan sungguh, Kami telah
memerintahkan kepada orang yang diberi Kitab suci sebelum kamu dan (juga) kepadamu
agar bertakwa kepada Allah. Tetapi jika kamu ingkar, maka (ketahuilah), milik Allah-lah
apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi dan Allah Maha Kaya, Maha Terpuji.”
Kita diperintahkan bertakwa kepada Allah dalam 3 hal yaitu :
a) Bertakwa kepada Allah dengan lisan
b) Bertakwa kepada Allah dalam hal makanan
c) Bertakwa kepada Allah dalam pendengaran dan penglihatan
Takwa adalah aplikasi dari iman seseorang, jadi iman dan takwa tidak dapat
dipisahkan. Paradikma tauhid “Laa Ila Ha Illallah” mencetak manusia menjadi ‘abid atau
hamba yang mengabdi kepada Allah dalam arti luas yang mengikuti seluruh perintah
Allah dan sunah Rasulullah untuk menjadi manusia mandiri sesuai dengan eksistensi
manusia itu dijadikan. Manusia pengabdi atau ‘abid adalah manusia yang tumbuh dengan
akidah Islamiah yang kokoh. Akidah Islamiyah merupakan sendi fundamental dari Di Nul
Islam dan titik paling dasar untuk menjadikan seorang muslim. Takwa adalah satu hal
yang sangat penting dan harus dimiliki semua muslim.
Akan sia-sia seorang muslim beribadah jika ia tidak memiliki iman artinya dia
beribadah hanya menyertakan jasmani nya saja tanpa menyertakan iman di dalam dirinya.
Iman bersanding dengan takwa, jika ingin iman meningkat maka perbanyak amal sholeh,
yang dari amal sholeh tersebut akan timbul lah takwa yang lebih tinggi atau meningkat.
Mustahil seorang manusia tanpa iman dapat menjadi manusia yang takwa karena dasarnya
adalah manusia harus memiliki iman barulah dia dapat mengimplementasikan iman yang
dia miliki ke dalam suatu perbuatan yang dapat menimbulkan takwa.
Nama : Nur Hamidah
NIM : 1905061038
Pertemuan Ke :8
Materi : Sumber – Sumber Ajaran Islam & Metode – Metode Berijtihad

Kesimpulan Materi “Sumber – Sumber Ajaran Islam & Metode – Metode Berijtihad”
Sumber atau dalil berasal dari kata Al Dillat yang berarti sebuah landasan berfikir
untuk menetapkan hukum. Secara harfiah sumber hukum terbagi menjadi 2 yaitu :
1. Sumber hukum materil
2. Sumber hukum formil
Terdapat 4 sumber hukum Islam berdasarkan QS. AN – NISA ayat 59. Adapun 4
sumber hukum itu yaitu :
1. Al Qur’an
Al Qur’an berasal dari kata Qara’ah yang berarti bacaan. Allah juga memberi
nama lain pada kitabNya yaitu Al Kitabullah, Al-Furqon dan Az-Zikir.
“Sebaik baik orang diantara kalian adalah orang yang belajar Al Qur’an dan
mengajarkannya”
Sesungguhnya Al Qur’an itu ialah kitab yang mulia yang tidak datang
kepadanya kebatilan baik dari depan maupun dari belakangnya. Ketika kita
membaca Al Qur’an kita akan mendapat kemuliaan terutama pahala yang akan
diberikan Allah di setiap hufurnya.

2. Hadist
Al Hadist atau sunnah berarti segala perkataan Rasulullah yang diriwayatkan baik
berupa perbuatan, perkataan dan ketetapan yang berkaitan dengan hikum.
Sunnah merupakan wahyu kedua setelah Al Qur’an. Sudah menjadi kesepakatan
kaum muslimin pada generasi awal bahwa sunnah merupakan sumber kedua dalam
syariat Islam di semua sisi kehidupan manusia, baik secara politik, hukum, pedidikan
dan lain sebagainya.

3. Ijma
Ijtihat adalah akal pikiran manusia yang memenuhi syarat untuk berusaha dengan
seluruh kemampuan yang ada padanya, memahami kaidah-kaidah hukum
funamental yang terdapat pada Al Qur’an. Kaidah – kaidah hukum yang bersifat
umum yang terdapat dalam sunnah Rasul dan merumuskannya menjadi garis – garis
hukum yang dapat diterapkan pada kasus tertentu. Dasar diperbolehkannya Ijtihad
adalah QS. Al Hasr ayat 2.
4. Qiyas
Kekurangan dari Materi “Sumber – Sumber Ajaran Islam & Metode – Metode
Berijtihad”
1. Metode-metode berijtihat

Menurut Dawalibi, membagi ijtihad menjadi tiga bagian yang sebagiannya sesuai
dengan pendapat al-Syatibi dalam kitab Al-Muwafaqot, yaitu :
A. Ijtihad Al-Bayani, yaitu ijtihad untuk menjelaskan hukum-hukum syara’ yang
terkandung dalam nash namun sifatnya masih zhonni baik dari segi penetapannya
maupun dari segi penunjukannya.
Metode ijtihad bayani upaya penemuan hukum melalui kajian kebahasaan
(semantik). Konsentrasi metode ini lebih berkutat pada sekitar penggalian pengertian
makna teks: kapan suatu lafaz diartikan secara majaz, bagaimana memilih salah satu
arti dari lafaz musytarak (ambigu), mana ayat yang umum dan mana pula ayat yang
khusus, kapan suatu perintah dianggap wajib dan kapan pula sunat, kapan laragan itu
haram dan kapan pula makruh dan seterusnya.
Ijtihad ini hanya memberikan penjelasan hukum yang pasti dari dalil nas
tersebut. Umpanya menetapkan keharusan ber’iddah tiga kali suci terhadap isteri yang
dicerai dalam keadaan tidak hamil dan pernah dicampuri.berdasarkan firman Alalh
surat al-Baqarah ayat 228
ُ َ‫ َو ْال ُمطَلَّق‬....
‫ات َيت ََربَّصْ نَ ِبأ َ ْنفُ ِس ِه َّن ثَ ََلثَةَ قُرُوء‬
Wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan diri (menunggu) tiga kali quru'
Dalam ayat ini memang dijelaskanbatas waktu iddah adalah tiga kali quru’
namun tiga kali quru’ tersebut bisa berarti suci atau haid. Ijtihad menetapkan tiga kali
quru’ dengan memahami petunjuk/Qarinah yang ada disebut ijtihad bayani

B. Ijtihad Ta’lili/Al-Qiyasi, yaitu ijtihad untuk menggali dan menetapkan hukum terdapat
permasalahan yang tidak terdapat dalam Al Quran dan sunnah dengan menggunakan
metode qiyas. Dalam ijtihad qiyasi ini hukumnya memang tidak tersurat tetapi tersirat
dalam dalil yang ada. Untuk mencari hukum tersebut diperlukan ijtihad qiyasi. Contoh
hukum memukul kedua orang tua yang diqiaskan dengan mengatakan ucapan “akh.”
‫فَ ََل تَقُلْ لَهُ َما أُفٍّ َو ََل تَ ْن َهرْ هُ َما َوقُلْ لَهُ َما قَوْ اَل َك ِري اما‬.
Artinya: Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan
“akh” (Q.S al-Isra’: 23)
‘illatnya ialah menyakiti hati kedua orang tua, diqiyaskan kepada hukum
memukul orang tua? Dari kedua peristiwa itu nyatalah bahwa hati orang tua lebih sakit
bila dipukul anaknya dibanding dengan ucapan “ah” yang diucapkan anaknya
kepadanya.
C. Ijtihad Isthislahi, Menurut Muhammad Salam Madkur Ijtihad Istishlahi adalah
pengorbanan kemampuan untuk sampai kepada hukum syara’ (Islam) dengan
menggunakan pendekatan kaidah-kaidah umum (kulliyah), yaitu mengenai masalah
yang mungkin digunakan pendekatan kaidah-kaidah umum tersebut, dan tidak ada nash
yang khusus atau dukungan ijma’ terhadap masalah itu. Selain itu, tidak mungkin pula
diterapkan metode qiyas atau metode istihsan terhadap masalah itu. Ijtihad ini, pada
dasarnya merujuk kepada kaidah jalb al-mashlahah wa daf’ al-mafsadah (menarik
kemaslahatan dan menolak kemafsadatan), sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan
untuk kaidah-kaidah syara.’
Dalam metode ini, ayat-ayat umum dikumpulkan guna menciptakan beberapa
prinsip umum yang digunakan untuk melindungi atau mendatangkan kemaslahatan.
Prinsip-prinsip tersebut disusun menjadi tiga tingkatan yaitu: daruriyat (kebutuhan
esensial), hajiyat (kebutuhan primer),tahsiniyyah (kebutuhan kemewahan). Prinsip
umum ini ditujukan kepada persoalan yang ingin diselesaikan. Misalnya tranplantasi
organ tubuh, bayi tabung dan hal-hal lain yang tidak dijelaskan oleh nash.

2. Sumber hukum qiyas


Sumber hukum islam yang keempat adalah Qiyas. Sumber hukum islam yang
satu ini secara sederhana dapat diartikan sebagai sebuah analogi. Qiyas menurut istilah
ushul fiqhi, ialah menyamakan suatu masalah yang tidak terdapat ketentuan hukumnya
dalam nash (Al-Qur’an dan Sunnah), karena adanya persamaan illat hukumnya (motif
hukum) antara kedua masalah itu.

Salah satu contoh Qiyas adalah perkara pelarangan minuman keras. Di dalam
Al-Qur’an, Allah berfirman pada QS. Al-Baqarah ayat 219 yang artinya, “Mereka
bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: “Pada keduanya terdapat
dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar
dari manfaatnya.” Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan.
Katakanlah: ” Yang lebih dari keperluan.” Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-
Nya kepadamu supaya kamu berfikir.“

Di dalam ayat tersebut, yang disampaikan adalah pengharaman tentang


minuman khamr. Minuman ini merupakan minuman yang mengandung anggur yang
memabukkan. Para ulama menafsirkan pengharaman minuman keras karena
memiliki illat yang sama dengan khamr yaitu dapat memabukkan.

3. 3 jenis penjelasan Al-Hadist

Jenis – jenis hadits dapat dikelompokkan berdasarkan beberapa kategori, yaitu :

Berdasarkan Keutuhan Rantai Sanad

Berdasarkan tingkat keutuhan rantai Sanadnya, hadits dapat digolongkan ke dalam 6


jenis, yaitu :

Hadits Mursal – Merupakan hadits yang penutur satunya tidak dijumpaik secara
langsung.

Hadits Munqathi’ – Merupakan hadits yang putus pada salah satu atau pun dua
penutur.

Hadits Mu’dlal – Merupakan hadits yang terputus pada dua generasi penutur secara
berturut – turut.

Hadits Mu’allaq – Merupakan hadits yang terputus sebanyak 5 penutur, dimulai dari
penutur pertama secara berturut – turut.

Hadits Mudallas – Merupakan hadits yang tidak tegas disampaikan secara langsung
kepada penutur.

Hadits Musnad – Merupakan hadits yang penuturnya paling jelas dan tidak
terpotong sama sekali.

Berdasarkan Jumlah Penutur

Berdasarkan Jumlah penuturnya, hadits dapat dikelompokkan ke dalam 2 jenis


hadits, yaitu :
Hadits Mutawatir – Merupakan hadits yang diriwayatkan oleh sekelompok orang
yang sudah sepakat untuk saling mempercayai.

Hadits Ahad – Merupakan hadits yang diriwayatkan oleh sekelompok orang yang
belum mencapai tingkatan mutawatir. Hadits Ahad sendiri dapat dikelompokkan ke
dalam tida macam hadits yaitu Gharib, Aziz, dan Mansyur.

Berdasarkan Tingkat Keaslian Hadits

Berdasarkan tingkat keasliannya, hadits dapat dibagi menjadi 4 macam hadits, yaitu
:

Hadits Sahih – Merupakan hadits yang sanadnya bersambung, paling diakui tingkat
keasliannya dan paling banyak diterima oleh kelompok ulamah.

Hadits Hasan – Merupakan hadits yang sanadnya bersambung, namun diriwayatkan


oleh rawi yang tidak sempurna ingatannya.

Hadits Dhaif – Merupakan hadits yang sanadnya tidak bersambung atau pun
diriwayatkan oleh rawi yang tidak kuat ingatannya / tidak adil.

Hadits Maudlu’ – Merupakan hadits yang dicurigai palsu atau pun karangan
manusia.
Nama : NUR HAMIDAH
NIM : 1905061038
PERTEMUAN KE :9
MATERI : AKHLAK

Macam Macam Akhlak

 Akhlak terpuji (al-akhlaaqul mahmuudah)

Yaitu perbuatan baik terhadap Allah, sesama manusia, dan makhluk-makhluk yang lain.
Berikut ini contoh akhlak terpuji :

1. Berbakti kepada kedua orang tua ( )


2. Menghormati tetanggga dan tamu ( ‫جار ك م‬ )
3. Berusaha menimbulkan rasa kasih sayang serta menarik simpati orang lain (‫ك سب‬
‫ة‬ ‫س تما ة م‬ ‫بق ل‬ ‫) ا‬
4. Memberikan sumbangan yang bersifat meringankan beban hidup orang-orang yang
berhak menerimanya (‫قة ذل‬ ‫) س تح قها م‬
5. Membantu memudahkan urusan sesama manusia bagi yang berkemampuan
( ‫م ت س‬ ‫خ ع لى ع س‬ ‫) س لطان ذى ع‬

 Akhlak tercela (al-akhlaaqul madzmuumah)

Yaitu, perbuatan buruk terhadap Allah, sesama manusia, dan makhluk-makhluk yang lain.
Nerikut ini contoh-contoh akhlak tercela :

1. Berdusta (‫) كذب‬


2. Mengumpat (‫بة‬ ‫) غ‬
3. Mengadu domba (‫) م مة‬
4. Iri hati/dengki ( ‫) ح س‬
5. Congkak ( ‫) أل ص غ‬

Ruang Lingkup Akhlak

 Akhlak Pribadi

 Akhlak Berkeluarga
 Akhlak Bermasyarakat

 Akhlak Bernegara

 Akhlak Beragam

Perbedaan Akhlak, Etika dan Moral

Akhlak berbeda dengan etika dan moral. Kalau akhlak lebih bersifat transcendental
karena berasal dan bersumber dari Allah, maka etika dan moral bersifat relatif, dinamis,
dan nisbi karena merupakan pemahaman dan pemaknaan manusia melalui elaborasi
ijtihadnya terhadap persoalan baik dan buruk demi kesejahteraan hidup manusia di dunia
dan kebahagiaan hidup di akhirat.
NAMA : NUR HAMIDAH
NIM : 1905061038
PERTEMUAN KE : 10
MATERI : UTS
NAMA : NUR HAMIDAH
NIM : 1905061038
PERTEMUAN KE : 11
MATERI : HAM

“HAM”

Sistem HAM dalam mengandung prinsip persamaan. Persamaan itu artinya Islam
memandang semua manusia sama, satu satu keunggulannya hanya ditentukan oleh tingkat
ketakwaannya.
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya
kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di
sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Mengenal.(Q.S AL – HUJURAT:13)
Pada dasarnya HAM dalam islam terpusat pada 5 hal pokok, yaitu :
1. Penghormatan atas kebebasan beragama
2. Penghormatan harta benda
3. Penghormatan atas hak hidup
4. Penghormatan atas kebebasan berfikir
5. Penghormatan atas melanjutan keturunan
Hukum Islam telah melindungi hak hak azasi manusia, seperti :
1. Hak hidup
2. Hak kebebasan beragama
3. Hak atas keadilan
4. Hak atas persamaan
5. Hak mendapatkan pendidikan
6. Hak kebebasan berpendapat
7. Hak kepemilikan
8. Hak mendapatkan pekerjaan
NAMA : NUR HAMIDAH
NIM : 1905061038
PERTEMUAN KE : 12
MATERI : KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA DALAM
PANDANGAN ISLAM

“KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA DALAM PANDANGAN ISLAM”

Kerukunan adalah istilah yang dipenuhi oleh muatan makna baik dan damai, intinya
hidup bersama dalam masyarakat dengan kesatuan hati dan sepakat untuk tidak
menimpulkan pertengkaran.
Allah mentakdikan manusia sebagai makhluk sosial agar manusia dapat saling tolong
menolong dalam kebaikan.
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya
kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di
sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Mengenal. (Q.S 49:13)
Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran,
membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan
batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut
apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan
meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat diantara
kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya
kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap
pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada
Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah
kamu perselisihkan itu (Q.S 5:48)
Berdasarkan ayat Al-Qur’an diatas maka setidaknya terdapat 4 macam ukhuwah yaitu
 Ukhuwah Ubudiyah (sesama makhluk tunduk kepada Allah)
 Ukhuwah Insaniyah/Basyariah (sesama memiliki qodrat sebagai manusia)
 Ukhuwah Wataniyah Wa Annasab (sebangsa atau katurunan)
 Ukhuwah Dinniyah (seiman atau seagama)
Ukhuwah islamiyah adalah ukhuwah sesama umat islam.
NAMA : NUR HAMIDAH
NIM : 1905061038
PERTEMUAN KE : 13
MATERI : IPTEK & SENI DALAM ISLAM

IPTEK & SENI DALAM ISLAM

Kata “seni” adalah sebuah kata yang semua orang di pastikan mengenalnya, walaupun
dengan kadar pemahaman yang berbeda. Konon kata seni berasal dari kata “SANI” yang
kurang lebih artinya “Jiwa Yang Luhur/ Ketulusan jiwa”. Namun menurut kajian ilimu di
Eropa mengatakan “ART” (artivisial) yang artinya kurang lebih adalah barang/ atau karya
dari sebuah kegiatan.
Pandangan Islam tentang seni. Seni merupakan ekspresi keindahan. Dan keindahan
menjadi salah satu sifat yang dilekatkan Allah pada penciptaan jagat raya ini. Allah melalui
kalamnya di Al-Qur’an mengajak manusia memandang seluruh jagat raya dengan segala
keserasian dan keindahannya. Allah berfirman: “Maka apakah mereka tidak melihat ke
langit yang ada di atas mereka, bagaimana Kami meninggikannya dan menghiasinya, dan
tiada baginya sedikit pun retak-retak?” [QS 50: 6]. Allah itu indah dan menyukai
keindahan. Inilah prinsip yang didoktrinkan Nabi saw., kepada para sahabatnya.
Peran Islam dalam perkembangan iptek adalah bahwa Syariah Islam harus dijadikan
standar pemanfaatan iptek. Ketentuan halal-haram (hukum-hukum syariah islam) wajib
dijadikan tolok ukur dan pemanfaatan iptek, bagaimana pun juga bentuknya. Iptek yang
boleh dimanfaatkan adalah yang telah dihalalkan oleh syariah islam. Sedangkan Iptek
yang tidak boleh dimanfaatkan adalah yang telah diharamkan. Akhlak yang baik muncul
dari keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT sumber segala kebaikan, Keindahan,
dan Kemuliaan. Keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT hanya akan muncul bila
diawali dengan pemahaman ilmu pengetahuan dan pengenalan terhadap Tuhan Allah
SWT dan terhadap alam semesta sebagai tajaliyat (manifestasi) sifat-sifat
KeMahaMuliaan, Kekuasaan dan Keagungan-Nya.
NAMA : NUR HAMIDAH
NIM : 1905061038
PERTEMUAN KE : 14
MATERI : MASYARAKAT MADANI

“MASYARAKAT MADANI”

Masyarakat madani adalah suatu masyarakat yang memiliki kemandirian, toleransi,


kesuadayaan kerelaan monolong satu sama laian dan menjunjung tinggi noma dan etika
yang disepakati bersama.
Sesungguhnya bagi kaum Saba' ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka
yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (kepada mereka dikatakan): "Makanlah
olehmu dari rezeki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya.
(Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun" (Saba
: 15)

Karakteristik masyarakat madani menurut dokter Ali Nurdin, yaitu :


1. Keadilan (tidak tumpul keatas dan lancip ke bawah)
2. Supremasi sosial (hukum harus ditegakkan secara benar)
3. Egaliteranisme (persamaan)
4. Pluralisme (mengakui perbedaan)
5. Pengawasan sosial
NAMA : NUR HAMIDAH
NIM : 1905061038
PERTEMUAN KE : 15
MATERI : EKONOMI DAN KESEJAHTERAAN UMAT

“EKONOMI DAN KESEJAHTERAAN UMAT”

Sistem ekonomi Islam memberikan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat,


memberikan rasa keadilan, kebersamaan dan kekeluargaan serta mampu memberikan
kesempatan seluas-luasnya kepada setiap pelaku usaha. Sistem ekonomi Islam didasarkan
pada 3 pondasi utama yaitu tauhid, syariah dan akhlak. Pengamalan syariah dan akhlak
merupakan refleksi dari tauhid. Landasan tauhid yang tidak kokoh akan mengakibatkan
implementasi syariah dan akhlak terganggu. Dasar syariah adalah membimbing aktivitas
ekonomi sehingga sesuai dengan kaidahkaidah syariah. Sedangkan akhlak membimbing
aktivitas ekonomi manusia agar senantiasa mengedepankan moralitas dan etika untuk
mencapai tujuan. Akhlak yang terpancar dari iman akan membentuk integritas yang
membentuk good corporate governance dan market disciplin yang baik. Dari pondasi ini
muncul 6 prinsip ekonomi Islam.
1. Tauhid Tauhid merupakan pondasi utama seluruh ajaran Islam, dengan demikian
tauhid menjadi dasar seluruh konsep dan aktivitas umat Islam, baik di bidang
ekonomi, politik, sosial maupun budaya. Tauhid menekankan bahwa: a) Harta benda
yang kita miliki adalah sebagai amanah dari Allah sebagai pemilik hakiki. Kita harus
memperoleh dan mengelolanya dengan baik (at-thayyiba) dan mencari karunia Allah
(ibtigha min fadhlilla) Manusia dapat berhubungan langsung dengan Allah. Ekonomi
Islam adalah ekonomi yang berdasarkan ketuhanan. Sistem ini bertitik tolak dari
Allah, bertujuan akhir kepada Allah, dan menggunakan sarana yang tidak lepas dari
syari’at Allah.
2. Keadilan Prinsip keadilan merupakan pilar penting dalam ekonomi Islam, penegakkan
keadilan telah ditekankan oleh Al-Qur’an sebagai misi utama para nabi yang diutus
oleh Allah. Tujuan keadilan sosiol ekonomi dan pemerataan pendapatan atau
kesejahteraan, dianggap sebagai bagian tak terpisahkan dari moral Islam.
3. Kebebasan dan tanggung jawab Islam menjunjung tinggi hak-hak individu, namun
tidak dalam pengertian yang sebebas-bebasnya. Kebebasam individu diatur oleh
syariat islam, dimana ia memiliki batasan-batasan yang harus ditaati. Kebebasan
individu akan ditempatkan dalam kerangka harmoni sosial, dan inilah salah satu dari
pengertian keadilan. Kebebasan yang diberikan Allah kepada manusia akan dimintai
pertanggungjawabannya di akhirat kelak. Jadi, kebebasan membawa implikasi kepada
pertanggungjawaban. Pertanggungjawaban meliputi beragam aspek, yakni:
pertanggungjawaban antara individu dengan individu (mas’uliyah al-afrad),
pertanggungjawaban dengan masyarakat (mas’uliyah al-mujtama’). Manusia dalam
masyarakat diwajibkan melaksanakan kewajibannya demi terciptanya kesejahteraan
anggota masyarakat secara keseluruhan serta tanggung jawab pemerintah (mas’uliyah
ad-daulah). Tanggung jawab ini berkaitan dengan baitul mal.
4. Maslahah
Maslahah adalah tujuan syariah Islam dan menjadi inti utama syariah Islam itu sendiri.
Secara umum maslahah diartikan sebagai kebaikan (kesejahtraan) dunia dan akhirat.
Maslahah sebagai salah satu model pendekatan dalam ijtihad menjadi sangat vital dalam
pengembangan ekonomi Islam dan kebijakan ekonomi. Maslahah adalah tujuan yang
ingin diwujudkan oleh syariat.
5. Keseimbangan (Al-Wasathiyyah) Syariat Islam mengakui hak pribadi dengan batas-
batas tertentu. Syari’at menentukan keseimbangan kepentingan individu dan
kepentingan masyarakat.
6. Kejujuran dan kebenaran. Prinsip ini merupakan sendi akhlakul karimah.
a) Prinsip transaksi yang meragukan dilarang, akad transaksi harus tegas, jelas dan
pasti. Baik benda yang menjadi objek akad, maupun harga barang yang diakadkan itu.
b) Prinsip transaksi yang merugikan dilarang. Setiap transaksi yang merugikan diri
sendiri maupun pihak kedua dan pihak ketiga dilarang.
c) Prinsip mengutamakan kepentingan sosial. Prinsip ini menekankan pentingnya
kepentingan bersama yang harus didahulukan tanpa menyebabkan kerugian individu.
d) Prinsip manfaat. Objek transaksi harus memiliki manfaat, transaksi terhadap objek
yang tidak bermanfaat menurut syariat dilarang.
e) Prinsip transaksi yang mengandung riba dilarang.
Definisi Kesejahteraan dalam konsep masyarakat modern adalah sebuah kondisi dimana
seorang dapat memenuhi kebutuhan pokok, baik itu kebutuhan akan makanan, pakaian,
tempat tinggal, air minum yang bersih, jaminan sosial serta kesempatan untuk melanjutkan
pendidikan dan memiliki pekerjaan yang memadai yang dapat menunjang kualitas hidupnya
sehingga memiliki status sosial yang mengantarkan pada status sosial yang sama terhadap
sesama warga lainnya.
Istilah umum yang digunakan dalam mendeskripsikan kehidupan yang sejahtera secara
material-spiritual pada kehidupan dunia dan akhirat dalam ajaran Islam adalah falah. 14
Konsepsi falah mengacu pada tujuan syariat Islam yang juga tujuan ekonomi Islam yaitu
terealisir dan terjaganya 5 prinsip dasar yang terkandung dalam al-maqoshid as-syari’ah
(agama, harta jiwa, akal dan keturunan) dari segala sesuatu yang merusak sehingga tercapai
kehidupan yang baik dan terhormat (hayatan toyyibah) dunia dan akhirat.
Upaya mewujudkan kesejahteraan sosial merupakan misi kekhalifahan yang dilakukan sejak
Nabi Adam As. Quraish Shihab menyatakan bahwa kesejahteraan sosial yang didambakan
Al-qur’an tercermin di surga yang dihuni oleh Adam dan isterinya sesaat sebelum mereka
turun melaksanakan tugas kekhalifahan di bumi.16 Kesejahateraan sosial dalam Islam
adalah pilar terpenting dalam keyakinan seorang muslim adalah kepercayaan bahwa
manusia diciptakan oleh Allah SWT.
NAMA : NUR HAMIDAH
NIM : 1905061038
PERTEMUAN KE : 16
MATERI : KEBUDAYAAN ISLAM

“KEBUDAYAAN ISLAM”

Islam adalah sebuah agama hukum (religion of law). Hukum agama diturunkan oleh
Allah SWT, melalui wahyu yang disampaikan kepada Nabi Muhammad saw., untuk
dilaksanakan oleh kaum Muslimin tanpa kecuali, dan tanpa dikurangi sedikitpun. Dengan
demikian, watak dasar Islam adalah pandangan yang serba normatif dan orientasinya yang
serba legal formalistik. Islam haruslah diterima secara utuh, dalam arti seluruh hukum-
hukumnya dilaksanakan dalam kehidupan bermasyarakat pada semua tingkatan.
Secara umum konsep Islam berangkat dua pola hubungan yaitu hubungan secara
vertikal yakni dengan Allah SWT dan hubungan dengan sesama manusia. Hubungan yang
pertama berbentuk tata agama (ibadah), sedang hubungan kedua membentuk sosial
(muamalah). Sosial membentuk masyarakat, yang jadi wadah kebudayaan.
Konsep Islam tersebut secara umum termaktub dalam al-Qur’an, yang merupakan
sumber pertama dan utama. Ayat yang pertama turun adalah perintah untuk membaca.
Membaca artinya memahami makna yang dibacanya, dan yang ini berarti penggunan akal
pikiran.
Agama dan kebudayaan dapat saling memepengaruhi sebab keduanya adalah nilai dan
simbol. Agama adalah simbol ketaatan kepada Tuhan. Demikian pula kebudayaan, agar
manusia dapat hidup dilingkungannya. Jadi, kebudayaan agama adalah simbol yang
mewakili nilai agama.
Setelah kurun Nabi, dengan perubahan sosial budaya, di negerinegeri luar Jazirah
Arab, yang sosial-budayanya berbeda, sunnah yang merupakan pola laku Nabi menjadi pola
cita utama. Nabi memberikan teladan bagaimana mewujudkan pola cita al-Qur’an dalam
kehidupan yang riil. Dalam ruang dan waktu beliau. Dengan mengasaskan unsurunsur
kebudayaan Arab kepada prinsip-prinsip al-Qur’an disamping menumbuhkan unsur-unsur
baru, terbentuklah kebudayaan Islam yang pertama. Selanjutnya setelah masa Rasul,
kelompok-kelompok Muslim mengijtihadkan pola cita (dengan tetap berpegang pada
alQur’an dan hadis), bagi negeri dan masanya masing-masing, yang bermakna membentuk
kebudayaannya masing-masing.
Perubahan sesuai dengan pola cita Islam disebut juga Islamisasi (proses pembentukan
kebudayaan Islam diatas kebudayaan yang telah ada). Hal itu dilakukan dengan cara
sosialisasi dan enkulturasi, dengan tetap mengacu pada prinsip-prinsip yang telah digariskan
oleh alQur’an dan al-Hadis.
Berdasarkan uraian tentang Islam dan Kebudayaan, maka dapat disimpulkan Pertama,
Agama (Islam) bersumberkan wahyu dan memiliki norma-norma sendiri. Karena bersifat
normatif, maka cenderung menjadi permanen. Sedangkan budaya adalah buatan manusia.
Oleh sebab itu ia berkembang sesuai dengan perkembangan zaman dan cenderung
untuk selalu berubah. Sehingga budaya Islam adalah budaya yang berdasar pada nilai-nilai
Islam yaitu al-Qur’an dan Hadis. Kedua, dalam perkembangannya, Kebudayaan Islam
banyak dipengaruhi oleh kebudayaan lokal disekitar semenanjung Arab yang telah lebih dulu
berkembang, sehingga budaya Islam sendiri banyak beralkulturasi dengan budaya-budaya
lokal tersebut.
NAMA : NUR HAMIDAH
NIM : 1905061038
PERTEMUAN KE : 17
MATERI : DEMOKRASI DALAM ISLAM

“DEMOKRASI DALAM ISLAM”

Asal kata demokrasi adalah “demos”, sebuah kosa kata Yunani berarti masyarakat, dan
“kratio” atau “krato” yang dalam bahasa Yunani berarti pemerintahan. Demokrasi secara
etimologis berarti “pemerintahan oleh rakyat” (rule by the people). Dilihat dari sejarahnya,
pertama kali, istilah ini digunakan sekitar lima abad sebelum Masehi. Chleisthenes—tokoh
pada masa itu—dianggap banyak memberi kontribusi dalam pengembangan demokrasi.
Demokrasi muncul dari pemikiran manusia,” ungkap Aristoteles seorang pemikir termasyhur
dari Yunani.
Demokrasi adalah suatu bentuk pemerintahan di mana kekuasaan tertinggi berada di tangan
rakyat, dilaksanakan secara langsung oleh mereka, atau oleh wakil terpilih dalam sistem
pemilu yang bebas.
Pandangan Sayyid Qutb dan Maududi Diantara yang masuk dalam kelompok di atas percaya
bahwa demokrasi adalah konsep asing yang dipaksakan oleh kalangan Barat dan pendukung
sekularisme, agar bisa diaplikasikan pada masyarakat muslim. Mereka sering berpendapat
bahwa konsep kedaulatan rakyat yang popular bertentangan dengan konsep utama ajaran
Islam yang harus mengakui kedaulatan Allah, dan jika tidak mengakui kedaulatan Allah
bisa disebut sebagai orang musyrik (Esposito, 1996: 19). Pandangan kelompok ini tidak bisa
dipisahkan dari argumen mereka tentang hubungan antara Islam dan negara. Bagi mereka,
Islam adalah jalan hidup total yang menjadi petunjuk bagi pemeluknya pada segala aspek,
tidak hanya dalam urusan ritual keagamaan tetapi juga dalam kehidupan politik umatnya.
Diantara sarjana Muslim terkenal yang percaya dengan paradigma seperti ini adalah Sayyid
Qutb dan Abu A’la Maududi.
Islam dan Demokrasi Seperti telah disebutkan diawal tulisan, bahwa pandangan apakah Islam
dan demokrasi kompatibel melahirkan dua kubu yang mencoba menafsirkan teks Al-Qur’an
secara tekstual dan kontekstual. Dua macam bentuk interpretasi teks di atas melahirkan dua
kubu yang saling bersebrangan dalam Islam yang dikenal dengan kelompok muslim
moderat atau progresif dan kelompok konservatif atau radikal. menyebutnya kelompok
Islamis untuk kalangan konservatif dan Modernist-reformist bagi kelompok progresif. Dua
kelompok tersebut sampai sekarang terus berdebat tentang kompatibilitas antara Islam dan
demokrasi. Bagi Zartman, perdebatan kedua kelompok bisa dimengerti karena al-Qur’an
sebagai sumber utama ajaran Islam tidak secara jelas dan langsung menyebut konsep
demokrasi.
Kedaulatan Allah (Hakimiyat Allah) mengandung arti bahwa yang berhak untuk mengatur
dunia ini hanyalah hukum Allah, sebagai Dzat Yang Maha Mengatur. Konsekuensinya,
pemimpin politik dan kaum intelektual tidak mempunyai kedaulatan. Loyalitas akhir dan
absolute bagi kaum beriman tanpa ragu lagi adalah harus kepada Allah (hukum-Nya), dan
dimanapun aksi sebuah pemerintahan yang bersebrangan dengan hukum Allah, maka
seorang beriman tidak harus mengikutinya bahkan diwajibkan untuk menentangnya.
Nilai-nilai Demokratis dalam Islam Dari perdebatan para ilmuwan dan akademisi tentang
hubungan antara Islam dan demokrasi di atas, dapat sampai pada kesimpulan bahwa banyak
yang percaya terhadap nilai-nilai Islam yang mendukung demokrasi. Diantara nilai-nilai itu
adalah sebagai berikut.
1. Konsep Shura , dalam mendiskusikan hubungan antara Islam dan politik, konsep
shura bisa dipandang sebagai konsep yang sangat penting. Menurut Lukman Thaib,
isu mempunyai signifikansi yang tinggi, tidak hanya dikenal di komunitas muslim
tetapi juga pada komunitas internasional.
2. Prinsip Kebebasan atau Huriyat.
Salah satu dasar terpenting dalam ajaran Islam adalah adanya konsep kebebasan atau
freedom. Manusia dalam Islam adalah bebas dari tekanan politik dan agama.
Menurut ajaran Islam, Tuhan telah menciptakan manusia dalam keadaan bebas
memilih dalam berpendapat maupun melakukan perbuatan seperti tercantum dalam
Al-Qur’an (2: 35-39).
3. Konsep Persamaan atau Al-Musawat .
Nabi Muhammad saw mengibaratkan konsep persamaan derajat dengan contoh
perbandingan yang sederhana seperti sisir, “manusia mempunyai derajat yang sama
bagaikan gigi-gigi sebuah sisir; tidak ada superioritas bagi orang Arab terhadap
orang non-Arab kecuali karena kadar ketaqwaannya (Al-Buraey, 1988: 85). Dalam
hadis pun dijelaskan bahwa seluruh manusia harus dipandang dan diperlakukan
sama di depan hukum.
NAMA : NUR HAMIDAH
NIM : 1905061038
PERTEMUAN KE : 18
MATERI : DASAR POLITIK ISLAM & KONTRIBUSI ISLAM DALAM
POLITIK

“DASAR POLITIK ISLAM & KONTRIBUSI ISLAM DALAM POLITIK”

Politik Islam Indonesia hematnya tidak dipersempit hanya dalam pengertian politik praktis,
meskipun politik praktis termasuk salah satu bentuk manifestasi politik Islam
Indonesia itu sendiri. Sebagai masyarakat dengan populasi terbanyak di negeri sendiri,
umat Islam yang berkualitas terbaik sepantasnya berhak menjadi pemimpin. Umat Islam
Indonesia hendaknya menjadi garda terdepan untuk mengatakan tidak terhadap pola
kepemimpinan yang koruptif, manipulatif, dan borjuis serta menjauhkan Indonesia dari
karakter adiluhung warisan bangsa sendiri.
Politik Islam Indonesia di sini dalam makna yang luas, tapi jelas. Politik Islam Indonesia
diartikan dengan bagaimana Islam dipraktikkan utuh oleh umat Islam di berbagai aspek
kehidupan dalam komitmen keindonesiaan untuk tujuan kesejahteraan, keadilan, dan
berperadaban rakyat bangsa. Pada titik inilah menjadi jelas perbedaan antara politik Islam
dan Islam politik.
Identitas hakiki politik Islam Indonesia adalah harmonisasi gerakan umat Islam Indonesia
di bidang ekonomi, budaya, demokrasi, dan bargaining diplomasi dengan masyarakat
global untuk mewujudkan bangsa Indonesia yang maju dan berdaya.
Kata atau istilah politik dalam kosakata bahasa Indonesia terambil dari bahasa Ingris. Kata
dan istilah tersebut bermakna segala hal yang berkaitan dengan kekuasaan, terutama
meliputi bagaimana ia diperoleh, digunakan dan dipertanggungjawabkan, baik dalam
skala terbatas seperti pada keluarga, masyarakat, negara bahkan yang lebih luas lagi
adalah antar negara. Istilah politik dalam teori keilmuan dimaknakan dengan ilmu tata
negara atau ilmu pemerintahan.
Kontribusi Islam dalam Politik Kepemimpinan
Sebuah negara secara politis menghendaki adanya seorang pemimpin ideal yang dapat
mengendalikan negaranya dan memimpin rakyatnya dengan baik, sehingga tercipta
kehidupan aman, damai dan sejahtera bagi masyarakat warga bangsanya. Karena itu Islam
sebagai agama universal, yang tidak hanya mengatur masalah ubudiyah hamba kepada
Tuhannya saja namun juga mengatur persoalan-persoalan yang berkaitan dengan
humaniora khususnya sosial politik, maka Islam sangat perhatian terhadap persoalan
kepemimpinan ini, umpamanya Islam mengatur kewajiban dan hak antara pemimpin dan
rakyatnya.
1. Syarat Pemimpin dalam Islam Seorang pemimpin, terutama top leader seperti raja,
perdana mentri, presiden, sultan, malik dalam suatu negara (al-madinah al’uzma),
gubernur untuk tingkat di bawahnya yaitu propinsi (almadinah al-wustha),
walikota atau bupati untuk tingkat di bawah gubernur (al-madinah ashsughra),
camat untuk wilayah yang lebih rendah lagi di bawah walikota atau bupati,
seterusnya lurah atau kepala desa, kemudian ketua RW lalu ketua RT, idealnya
adalah orang yang paling luas ilmunya dan sempurna secara fisik.
2. Kewajiban dan Hak Pemimpin dalam Islam Bagi seorang pemimpin, misal
presiden, negara dan pemerintahannya adalah amanah yang
dipertanggungjawabkan di hari kiyamat (HR. Muslim, II: 124). Maka kewajiban
pemimpin adalah mempertanggungjawabkan kepemimpinannya tersebut. Jika
seorang pemimpin tidak menjalankan amanah dengan baik secara sengaja, ia
dikategorikan sebagai pengkhianat. Salah satu bentuk pengkhianatan dalam
pemerintahan adalah tindakan korupsi. Koruptor akan mendapat siksaan di
akhirat. Sesuatu yang dikorupsikan akan melilit pada lehernya.
Kewjiban lain seorang pemimpin adalah menjadi benteng terakhir dalam suatu
negara. Dalam kekuasaannya rakyat diajak mempertahankan negara dari ancaman
musuh dan mengajak semua rakyat untuk bertakwa kepada Allah SWT.
3. Kewajiban dan Hak Rakyat dalam Islam Kewajiban rakyat adalah taat kepada
pemimpin (pemerintah). Hadits tentang hak pemimpin di atas sekaligus menjadi
dalil tentang kewajiban rakyat. Tetapi ketaatan rakyat kepada pemimpin hanya
terbatas kepada hal-hal yang baik saja.
4. Kewajiban dan Hak Berimbang antara Pemerintah dan Rakyat Secara prinsip
kewajiban dan hak antara pemerintah dan rakyat itu berimbang. Selagi pemerintah
melaksanakan amanahnya, yaitu mewujudkan pemerintahan yang bersih (tidak
korup), adil dan berwibawa, memperhatikan dan mengusahakan keamanan dan
kemakmuran umum, melindungi hak-hak rakyatnya, maka rakyat harus patuh
terhadap pemerintah.
5. Prinsip Demokratis dalam Islam Yang dimaksud demokratis adalah hak
kebebasan bagi rakyat untuk memilih siapa pemimpin yang dikehendaki atau yang
disenangi dan tidak memilih calon pemimpin yang tidak disenangi. Nabi ◌Saw
bersabda: ‫ـ ◌ ـ‬ ‫ن‬ ‫ـ ◌ ع ل تـ م‬ ‫ن◌عل◌ ـ م‬ ‫م‬ ‫ل‬ ◌‫ر‬ ‫ل‬
‫ب م ذ ◌ ب ن تـ‬ ‫ـ؟‬ ‫ل‬ ‫م‬ ‫م‬ ‫خم‬ ◌‫ر‬ ‫م‬ ‫م‬
‫ـت ◌ىذ ل‬ ‫ـ‬ ‫م‬ ◌ ‫لعن ل‬ ‫م‬ ‫لعن ل‬ ‫م‬ ‫رر‬ ‫م‬
‫ـ تـ ى ذ ل م‬ ‫ـ‬ ‫م‬ ‫ة‬ ‫نممن ـ رذ‬ ‫م‬ ‫ن‬ ‫ر‬ ‫ن‬
‫ر‬ ‫لمع‬ ‫ـ تـ‬ ‫ع‬ ◌ ‫نم‬ ‫ع‬ ( ‫ع م س لم ر‬ ‫ع‬ ‫)ما ك‬
Artinya: “Pilihanmu terhadap pemimpinmu adalah orang yang kamu senangi dan
menjalin persaudaraan denganmu dan kamu juga menjalin persaudaraan dengan
mereka. Jeleknya pemimpinmu adalah orang yang kamu memarahi mereka dan
mereka memarahi kamu, kamu melaknat mereka dan mereka melaknat kamu.
Dikatakan, ‘Wahai Rasulullah! apakah kami tidak boleh meluruskan mereka
dengan pedang? Jawab beliau, ‘Jangan! selagi di antara kamu (bebas) mendirikan
shalat. Jika kamu melihat orang yang memimpin kamu berbuat hal yang tidak
menyenangkan, maka membencilah kamu terhadap perbuatan mereka dan
janganlah kamu menentangnya” (HR. Muslim dari ‘Auf bin Malik, Muslim, II:
l38).
6. Prinsip Bermusyawarah (syura) Syura (musyawarah) berbeda dengan demokrasi,
khususnya dari aspek generikanya. Syura memiliki dimensi teologis karena
bersumber dari wahyu Ilahi dan suci (sacral). Sedangkan demokrasi tidak
memiliki dimensi teologis karena bersumber dari pemikiran manusia dan bersifat
provan. Dalam demokrasi secara konseptual memberikan hak kepemimpinan bagi
yang memperoleh suara terbanyak dan yang selainnya supaya tetap menghormati,
dan masih memberi hak oposisi untuk melakukan kontrol terhadap pemerintah.
Sedangkan dalam syura memberikan hak kepemimpinan kepada yang paling
sanggup memikul amanah Allah dalam bermasyarakat dan bernegara meskipun
tidak didukung (baiat) oleh mayoritas, tidak memberi hak oposisi, semuanya harus
taat kepada pemimpin yang sah.
NAMA : NUR HAMIDAH
NIM : 1905061038
PERTEMUAN KE : 19
MATERI : SISTEM POLITIK ISLAM

“SISTEM POLITIK ISLAM”

Menurut Ibnu Qoyyim, politik adalah sesuatu kegiatan yang menjadi umat manusia
mendekat kepada hidup maslahat dan menjauhkan dari kerusakan, sedangkan menurut
Abdul Hamid Al-Ghozali, politik memiliki manksa sebagai memerintah dan menjalankan
negara.
Terdapat lima kerangka konseptual dalam memahami makna politik:
1.Sebagian usaha warga negara dalam membicarakan dan mewujudkankebaikan bersama.
2.Berkaitan dengan penyelenggaraan Negara.
3.Sebagai kegiatan yang diarahkan untuk mencari dan memepertahankankekuasaan dalam
masyarakat.
4.Digunakan sebagai kegiatan yang berkaitan dengan perumusan dan pelaksanaan kebijakan
umum.
Politik dalam Islam adalah suatu kebijakan untuk mengatur suatu pemerintah yang
berdaulat atau masyarakat dalam bernegara. Pembahasan sistem politik Islam (siyasah)
ada tiga bagian, yaitu :
Siyasah Dusturiyah
Ruang lingkup dalam Fiqih Siyasah Dusturiyah (Politik Tata Negara) merupakan hubungan
antara pemimpin disatu puhak dengan rakyatnya dipihak lain, dan kelembagaan-
kelembagaan yang ada didalam masyarakatnya.
Ruang lingkup Fiqih Siyasah Dusturiyah meliputi :
Persoalan Imamah (Kepala Negara), Hak Dan Kewajibannya
Persoalan Rakyat, Status, dah Hak-Haknya.
Persoalan Bai’at.
Persoalan Waliy Al-Ahdi, Sumber Kekuasaan dan Kriteria Imam.
Persoalan Perwakilan dan Ahl Ai-Hall Wa Al-Aqdi.
Siyasah Dauliyah
Titik berat pembicaraan Siyasah Dauliyah atau hukum Tata Negara adalah sekitar hubungan
antara negara dan orang-orang yang tercakup dalam hukum internasional.
Kebebasan adalah hak bagi semua orang
Persamaan diantara semua manusia
Kelompok yang berbeda juga memiliki legalitas
NILAI-NILAI DASAR POLITIK DALAM ISLAM
1. Prinsip-prinsip penggunaan kekuasaan politik .
2. Perintah menunaikan amanah.
3. Perintah berlaku adil dalam menetapkan hokum.
4. Perintah taat kepada Allah, Rosul, dan Ulul Amri (pemimpin).
5. Perintah kembali kepada Al-Qur’an dan Sunah.

PRINSIP-PRINSIP DASAR POLITIK (SIYASAH) ISLAM


Prinsip-prinsip dasar siasah dalam islam meliputi ;
1. Mewujudkan persatuan dan kesatuan umat
“Sesungguhnya (agama tauhid) ini, adalah agama kamu semua, agama yang satu dan Aku
adalah Tuhanmu, maka bertakwalah kepada-Ku. (QS.Al-Mu’minun;52).
2. Keharusan musyawarah dalam menyelesaikan masalah-masalah ijtihadiyah
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembutterhadap mereka.
Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari
sekelilingmu.
3. Selalu amanah dan menetapkan hukum secara adil
” Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanatkepada yang berhak
menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabilamenetapkan hukum di antara manusia supaya
kamu menetapkandengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-
baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha
Melihat.”(QS An Nisa’:58).
4. Mentaati Allah SWT, Rasul SAW dan ulil amri (pemeggangkekuasaan)
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul(Nya), dan ulil amri di
antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka
kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-
benar berimankepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama(bagimu)
dan lebih baik akibatnya.” (QS.An Nisa’:59).
5.Mendamaikan konflik antar kelompok dalam masyarakat islam
“Dan jika ada dua golongan dari orang-orang mukmin berperangmaka damaikanlah antara
keduanya. Jika salah satu dari keduagolongan itu berbuat aniaya terhadap golongan yang
lain maka perangilah golongan yang berbuat aniaya itu sehingga golongan itukembali
kepada perintah Allah; jika golongan itu telah kembali(kepada perintah Allah), maka
damaikanlah antara keduanya denganadil dan berlaku adillah. Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang berlaku adil.”(QS Al Hujurat:9)
6. Mempertahankan kedaulatan Negara dan larangan melakukan agresidan invasi
“Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu,(tetapi) janganlah kamu
melampaui batas, karena sesungguhnya Allahtidak menyukai orang-orang yang
melampaui batas.”(QS Al-Baqoroh :190)
7. Mementingkan perdamaian dari pada permusuhan
“Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglahkepadanya dan
bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya DialahYang Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui.” (QS Al-Anfal:61)
8. Meningkatkan kewaspadaan dalam bidang pertahanan dan keamanan
“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yangkamu sanggupi dan dari
kuda-kuda yang ditambat untuk berperang(yang dengan persiapan itu) kamu
menggentarkan musuh Allah,musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu
tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamunafkahkan pada
jalan Allah niscaya akan dibalas dengan cukupkepadamu dan kamu tidak akan dianiaya
(dirugikan).” (QS Al-Anfal :60).
9. Menepati janji
”Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah kamu
membatalkan sumpah-sumpah (mu) itu, sesudahmeneguhkannya, sedang kamu telah
menjadikan Allah sebagaisaksimu (terhadap sumpah-sumpah itu). Sesungguhnya Allah
mengetahui apa yang kamu perbuat.”(QS An-Nahl:91).
10. Beredarnya harta pada seluruh lapisan masyarakat
” Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada Rasul- Nya yang berasal dari
penduduk kota-kota maka adalah untuk Allah,Rasul, kerabat Rasul, anak-anak yatim,
orang-orang miskin danorang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan
hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa yangdiberikan Rasul
kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yangdilarangnya bagimu maka tinggalkanlah; dan
bertakwalah kepadaAllah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya.”(QS Al-
Hasyr:7).
NAMA : NUR HAMIDAH
NIM : 1905061038
PERTEMUAN KE : 20
MATERI : UAS

Anda mungkin juga menyukai