Anda di halaman 1dari 3

Fashan Boby Nurmahdi Evaluasi Akhir Semester 5 - 2021

03311840000057
Penginderaan Jauh – A

1. Sebutkan dan jelaskan karakteristik geometrik dan radiometrik sensor sistem pasif
pada citra resolusi tinggi, sedang dan rendah beserta contohnya!
Jawaban :
a. Citra Resolusi Tinggi
- IKONOS
Resolusi spasial 0.8 m untuk pankromatik
4 m untuk multispectral
Resolusi temporal 1.5 – 3 hari.
Dynamic Range 11 bit per pixel
Swath Width 11.3 km at Nadir
b. Citra Resolusi Menengah
- Landsat 8
Resolusi spasial 30 meter (visible, NIR, SWIR)
100 meter (thermal)
15 meter (pankromatik)
Resolusi temporal 16 hari.
Dynamic Range 12 bit per pixel
Swath Width 185 km at Nadir
c. Citra Resolusi Rendah
- Terra-modis 1B
Resolusi spasial 250 m, 500 m, dan 1.000 m
Resolusi temporal 1 atau 2 hari.
Dynamic Range 12 bit per pixel
Swath Width 2330 km at Nadir

2. Jelaskan yang dimaksud dengan (a) Variasi ketinggian, (b) kecepatan dan (c)
perubahan posisi satelit yang merupakan salah satu sumber kesalahan geometrik
pada citra satelit!
Jawaban :
a. Variasi Ketinggian
Perubahan dalan hasil ketinggian sensor akan menghasikan perubahan skala
di IFOV.
b. Kecepatan
Kecepatan menghasilkan perubahan skala di sepanjang arah direction sesuai
dengan Hukum Kepler 2 yang berbunyi “Garis khayal yang menghubungkan
planet dengan matahari mencakup luas daerah yang sama dalam interval waktu
yang sama”.
c. Perubahan posisi satelit
Perubahan dalan posisi satelit mengakibatkan hasil lokasi tersebut memiliki
distorsi.

3. Apa yang dimaksud dengan koreksi geometrik, sebutkan kekurangan dan kelebihan
dari 2 metode (sebangun/konform, affine) koreksi geometric beserta sebaran dan
analisa ketelitian pada masing masing titik GCP dan ICP!
Jawaban :
Koreksi ini dilakuakan dengan membandingkan posisi-posisi tertentu pada citra
dengan lapangan/peta yang sudah tersedia dengan skala yang sesuai atau melalui
GPS yang sesuai dibandingkan dengan resolisi spasial citra. Koreksi geometri
memerlukan titik control (Ground Control Point) atau disingkat GCP. Jensen
(2005) menjelaskan bahwa GCP adalah lokasi/posisi di permukaan bumi yang
dapat diidentifikasi pada citra dan sekaligus dikenali pada peta. GCP juga dapat
didapatkan dari titik lapang menggunakan GPS.
a. Image to Map rectification (Koreksi Geometri dengan Retrifikasi Citra ke
Peta), Korensi geometri ini dilakukan dengan mengkorensi citra dengan peta
yang tersedia atau bantuan peta yang baku (Peta Topografi atau Peta Rupa
Bumi). Titik control atau GCP harus pada obyek yang tampak jelas, baik di
citra maupun pada peta. Ketelitian sangat tergantung pada ketelitian kita dalam
membaca koordinat pada peta yang digunakan untuk koreksi. Kendala yang
sering dihadapi adalah perbedaan waktu yang relatif lama antara pembuatan
peta dengan perekaman citra. Jensen (2005) dalam Danoedoro (2012)
menjelaskan bahwa koreksi ini tidak mampu menghilangkan semua distorsi
yang disebabkan oleh pergeseran relief pada citra.
b. Image to Image rectification (Koreksi Geometri dengan Retrifikasi Citra ke
Citra), Pada teknik koreksi ini citra dikoreksi dengan menggunakan bantuan
citra yang sudah terkoreksi. Obyek yang dipilih harus tampak jelas pada kedua
citra. Ketelitian sangat tergantung pada ketelitian kita dalam memilih obyek
yang sama, dan kendala yang sering dialami secara teoritik RMSE citra baru
akan semakin besar karena citra yang dipakai untuk mengkoreksi citra baru
juga mempunyai RMSE.
Distribusi titik control lapangan (GCP) sering diabaikan dan hanya melihat
nilai dari RMSE-nya saja. Hasil RMSE yang kecil bukan jaminan bagus hasil
koreksinya geometrinya (Danoedoro, 2012). Oleh karena ini dalam penentuan GCP
sebaiknya menyebar di seluruh citra. Cara yang baik mengetahi apakah citra telah
terkoreksi geometri dengan baik adalah dengan mengeplot peta gector jaringan
jalan atau sungai yang telah terkoreksi. Apabila RMSE kecil dan semua
kenampakan topografis terplotkan dengan tepat maka koreksi geometri telah
dilakukan dengan baik.
Metode affine merupakan metode transformasi dengan memasukkan ketiga
unsur transformasi, yaitu translasi, rotasi dan faktor perbesaran. Faktor perbesaran
yang diterapkan pada metode affine bersifat umum, yaitu bahwa: “Faktor
perbesaran sepanjang sumbu X tidak sama dengan factor persebaran sepanjang
sumbu Y.”
Mengingat hal di atas, maka bentuk titik-titik yang ditransformasikan dengan
affine, sebelum dan sesudahnya, dapat/mungkin memberikan bentuk yang berbeda.
Ini berarti bahwa transformasi affine tidak dapat digunakan untuk transformasi
dengan syarat konform.

4. Jelaskan apa yang dimaksud dengan klasifikasi terbimbing dan tidak terbimbing
dari citra satelit penginderaan jauh beserta tahap tahap pelaksanaannya hingga
didapat jumlah dan jenis obyek yang sesuai dengan obyek di permukaan tanah!
Jawaban :
Klasifikasi terbimbing melibatkan interaksi analis secara intensif, dimana
kita menuntun proses klasifikasi dengan identifikasi objek pada citra (training area).
Sehingga pengambilan sampel perlu dilakukan dengan mempertimbangkan pola
spektral pada setiap panjang gelombang tertentu, sehingga diperoleh daerah acuan
yang baik untuk mewakili suatu objek tertentu.
Sedangkan pada Klasifikasi tidak terbimbing komputer secara otomatis
menghitung dan mengenali nilai spektral yang ada pada citra selanjutnya
penganalis menggunakan algoritma statistik dalam pemilihan kelas sesuai
kecocokan atau sifat data atau yang inheren terhadap data.
Tahapan Klasifikasi Terbimbing
1. Pemilihan ROI (Region of Interest)
2. Editing / Evaluasi Signature
Apabila masih ada kesalahan, kembali lagi pada tahap 1
3. Klasifikasi Citra
4. Mengevaluasi hasil klasifikasi

Tahapan Klasifikasi Tidak Terbimbing


1. Running algoritma penggugusan
2. Identifikasi kelas – kelas
3. Editing / evaluasi signature
Apabila terdapat kesalahan, kembali lagi ke tahap 1
4. Mengevaluasi hasil klasifikasi

Anda mungkin juga menyukai