Anda di halaman 1dari 10

PENERAPAN OMNIBUS LAW DALAM UPAYA REFORMASI REGULASI

Antoni Putra
Peneliti Pusat Studi Hukum dan Kebijakan Indonesia (PSHK)
Email: Antoni.putra@pshk.or.id
Naskah diterima: 9/12/2019, direvisi: 27/02/2020, ditesetujui: 11/3/2020

Abstract

Omnibus law is a law that focuses on simplifying the number of regulations because of its revision and repeal of
many laws at once. The use of the concept of the omnibus law has not been accommodated in Law Number 12
of 2011, but the use of this concept is not prohibited. This concept is only appropriate to overcome the problem
of too many regulations, but the problem of regulation is not only that, there are still disharmonious problems,
overlapping, inappropriate material, and sectoral egos from forming institutions. Then, the application of the
omnibus law must comply with the principles of transparency, participation, and accountability.

Keywords: Omnibus law, Regulatory Reform, Law, Harmonization, Participation

Abstrak

Omnibus law adalah undang-undang yang menitikberatkan pada penyederhanaan jumlah regulasi karena
sifatnya yang merevisi dan mencabut banyak undang-undang sekaligus. Penggunaan konsep omnibus law
belum terakomodir di dalam Undang-Undang No. 12 Tahun 2011, namun penggunaan konsep ini bukanlah
hal yang terlarang. Konsep ini hanya tepat untuk mengatasi masalah regulasi yang terlalu banyak, namun
masasalah regulasi tidak hanya itu, masih ada masalah disharmonis, tumpang tindih, materi muatan yang
tidak sesuai dan ego sektoral dari lembaga pembentuk. Kemudian, dalam penerapan omnibus law harus
memenuhi prinsip transparansi, partisipatif, dan akuntabilitas.

Kata kunci: Omnibus law, Reformasi Regulasi, Undang-Undang, Harmonisasi, Partisipasi

1
Jurnal LEGISLASI INDONESIA Vol 17 No. 1 - Maret 2020 : 1-10

A. Pendahuluan masalah regulasi yang terlalu banyak. Namun tanpa


adanya upaya lain, masalah disharmoni, ego sektoral
Pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi)
sampai masalah regulasi yang tidak partisipatif, tentu
mengatakan bahwa regulasi yang banyak menghambat
penerapan omnibus law pun tidak akan efektif.
ekonomi dan investasi. Kewajiban seperti Izin
Oleh sebab itu, dalam tulisan ini, penulis hendak
Lingkungan, Analisis dampak lingkungan (Amdal)
mengulas bagaimana seharusnya konsep omnibus
dan kewajiban Izin Mendirikan bangunan (IMB)
law diterapkan dalam upaya mereformasi regulasi
menyulitkan investor. Oleh sebab itu, regulasi yang
ke arah yang lebih baik. Apakah omnibus law cukup
banyak harus dikurangi, serta kewajiban Amdal dan
atau tidak untuk melakukan reformasi regulasi.
IMB dalam perizinan investasi harus dihapuskan.
Indonesia memang menjadi negara yang memiliki B. Pembahasan
regulasi yang banyak. Bahkan angkanya pada 2017
B.1. Omnibus Law dan Permasalahan Regulasi
sudah mencapai 42.000 (empat puluh dua ribu)
aturan. Dalam hal ekonomi dan investasi, Pemerintah B.1.2 Sejarah Omnibus Law
telah memetakan 74 (tujuh puluh empat) undang-
Omnibus law adalah undang-undang yang
undang yang berpotensi menghambat ekonomi dan
substansinya merevisi dan/atau mencabut banyak
investasi. Dari 74 (tujuh puluh empat) undang-
undang-undang. Konsep ini berkembang di negara-
undang tersebut, pemerintah akan menggodok 2
negara common law dengan sistem hukum anglo
(dua) undang-undang besar, yakni RUU penciptaan
saxon seperti Amerika Serikat, Belgia, Inggris
lapangan kerja dan pemberdayaan usaha mikro, kecil,
dan Kanada. Konsep omnibus law menawarkan
dan menengah (UMKM) guna untuk meningkatkan
pembenahan permasalahan yang disebabkan karena
daya saing dan mendorong investasi di Indonesia.1
peraturan yang terlalu banyak (over regulasi) dan
Masalahnya, apakah jumlah regulasi yang menjadi
tumpang tindih (overlapping). Bila permasalahan
masalah atau ada hal lain, seperti regulasi yang
tersebut diselesaikan dengan cara biasa, maka
disharmoni yang sejatinya menjadi masalah. Bila
akan memakan waktu yang cukup lama dan biaya
regulasi yang banyak menjadi masalah, maka
yang tidak sedikit. Belum lagi proses perancangan
penyederhanaan regulasi melalui konsep omnibus
dan pembentukan peraturan perundang-undangan
law tentu adalah langkah yang tepat. Sebab omnibus
seringkali menimbulkan deadlock atau tidak sesuai
law adalah undang-undang yang menitikberatkan
kepentingan.2
pada penyederhanaan jumlah regulasi karena sifatnya
Salah satu negara yang mengadopsi konsep
yang merevisi dan mencabut banyak undang-undang
omnibus law adalah Serbia pada 2002 untuk
sekaligus.
mengatur status otonom Provinsi Vojvodina. Undang-
Masalahnya tentu akan berbeda bila masalah
Undang yang dibentuk dengan konsep ini mencakup
regulasi tidak hanya dari segi jumlah, misalnya seperti
yurisdiksi pemerintah Provinsi Vojvodina mengenai
adanya regulasi yang tumpang tindih, materi muatan
budaya, pendidikan, bahasa, media, kesehatan,
yang tidak sesuai, masalah ego sektoral pembentukan
sanitasi, jaminan kesehatan, pensiun, perlindungan
regulasi yang tidak terkendali, sampai masalah proses
sosial, pariwisata, pertambangan, pertanian, dan
pembentukan yang tidak partisipatif sehingga regulasi
olahraga.3
yang lahir menerima penolakan dari masyarakat.
Selain Serbia, sebagaimana yang dipublikasi di
Bila demikian, tentu untuk mengatasi masalah
Privacy Exchange.org (A global information resource on
regulasi tidak cukup hanya sampai omnibus law.
consumers, commerce, and data protection worldwide
Sepintas, omnibus law memang baik untuk mengatasi

1. Fitra Moerat Ramadhan, Demi Investasi dan Daya Saing Global, Jokowi Usulkan Omnibus Law, https://grafis.
tempo.co/read/1864/demi-investasi-dan-daya-saing-global-jokowi-usulkan-omnibus-law, diakses pada 26 November
2019.
2. Firman Freaddy Busroh, Konseptualisasi Omnibus Law dalam Menyelesaikan Permasalahan Regulasi Pertanahan,
ARENA HUKUM Volume 10, Nomor 2, Agustus 2017, hlm. 241.
3. Ibid.

2
Penerapan Omnibus Law dalam Upaya Reformasi Regulasi (Antoni Putra)

National Omnibus Laws), Konsep omnibus law juga


sudah diadopsi oleh negara-negara seperti Argentina,
Australia, Austria, Belgium, Canada, Chile, Czech
Republic, Denmark, Estonia, Finland, France, Germany,
Greece, Hungary, Iceland, Ireland, Israel, Italy, Japan,
Latvia, Liechtenstein, Lithuania, Luxembourg, Malta
,The Netherlands, New Zealand, Norway, Poland,
Portugal, Romania, Russia, Slovak Republic, Slovenia,
Spain, Sweden, Switzerland, Taiwan, Thailand, dan
United Kingdom.4

B.1.2. Masalah Regulasi

Konsep omnibus law sejatinya dapat menjadi


solusi untuk menyederhanakan peraturan yang
Sumber: Pusat Studi Hukum dan kebijakan Indonesia
terlalu banyak, seperti yang dialami Indonesia (PSHK)7
saat ini. Sebagaimana yang diungkap Bappenas, Selain jumlahnya yang terlalu banyak, regulasi
sepanjang 2000 hingga 2015, pemerintah pusat telah tersebut juga tumpang tindih, sehingga untuk
mengeluarkan 12.471 regulasi, dengan kementerian memperbaiki satu persoalan tidak cukup hanya
menjadi produsen terbanyak dengan 8.311 peraturan. dengan merevisi satu undang-undang saja. Misalnya
Jenis regulasi terbanyak berikutnya adalah peraturan bila terdapat masalah pengaturan soal kehutanan
pemerintah sebanyak 2.446 peraturan. Sementara yang mengharuskan regulasinya diperbaiki, maka
itu, produk peraturan yang dikeluarkan oleh yang harus direvisi adalah UU No. 41/1999 tentang
pemerintah daerah didominasi oleh perda kabupaten/ Kehutanan. Namun, masih ada ganjalan dalam beleid
kota sebanyak 25.575 peraturan, disusul kemudian lain, semisal UU No. 32/2009 tentang Perlindungan
perda provinsi sebanyak 3.177 peraturan.5 dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH) atau UU
Kemudian, merujuk pada data Pusat Studi No. 5/1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok
Hukum dan kebijakan Indonesia, dari 2014 sampai Agraria.8
Oktober 2018, telah terbit 7621 Peraturan Menteri, Selain regulasi yang terlalu banyak, terdapat
765 Peraturan Presiden, 452 Peraturan Pemerintah, beberapa permasalahan mendasar lainnya, pertama,
dan 107 Undang-Undang.6 Data tersebut belum tidak sinkronnya perencanaan peraturan perundang-
termasuk regulasi yang terbit dalam rentang waktu undangan, baik di tingkat pusat maupun daerah
setahun terakhir, yakni dari November 2018 s/d dengan perencanaan dan kebijakan pembangunan.
sekarang. Kedua, adanya kecenderungan peraturan perundang-
undangan menyimpang dari materi muatan yang
seharusnya diatur. Ketiga, ketidaktaatan terhadap
materi muatan tersebut memunculkan persoalan
“hiper-regulasi”. Keempat, efektivitas peraturan
perundang-undangan juga sering menjadi

4. Ibid. hlm. 142.


5. Bappenas dalam Pusat Studi Hukum dan Kebijakan Indoneisa, Kajian Reformasi Regulasi di Indonesia: Pokok
Permasalahan dan Strategi Penanganannya, Jakarta, PSHK, 2019, hlm. 54.
6. Pusat Studi Hukum dan Kebijakan Indoneisa, 2019, Kajian Reformasi Regulasi di Indonesia: Pokok Permasalahan
dan Strategi Penanganannya, PSHK:Jakarta, hlm. 65.
7. Ibid.
8. Hukumonline.com, Menimbang Konsep Omnibus Law Bila Diterapkan di Indonesia, dipublikasi pada Jumat, 17
February 2017, https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt58a6fc84b8ec3/menimbang-konsep-omnibus-law-bila-
diterapkan-di-indonesia/

3
Jurnal LEGISLASI INDONESIA Vol 17 No. 1 - Maret 2020 : 1-10

persoalan yang muncul pada saat implementasi. berbeda satu sama lain antarjenis peraturan
Keadaan diperburuk dengan tidak adanya prosedur perundang-undangan.
pemantauan dan evaluasi peraturan perundang- Merujuk pada UU PPP, hanya satu jenis peraturan
undangan serta ketiadaan lembaga khusus yang perundang-undangan yang ditentukan secara konkret
menangani seluruh aspek dalam sistem peraturan materi muatannya, yaitu undang-undang. Dalam
perundang-undangan. 9
hal ini, Pasal 10 ayat UU PPP menyebutkan bahwa
Dalam hal materi muatan, pada dasarnya materi muatan yang harus diatur dengan undang-
membentuk peraturan perundang-undangan undang mencakup:14
adalah menuangkan kebijakan publik ke dalam 1. pengaturan lebih lanjut mengenai ketentuan
bentuk norma hukum yang mengikat warga. 10
Undang-Undang Dasar Negara Republik
Suatu kalimat norma dalam peraturan perundang- Indonesia Tahun 1945;
undangan dapat bersifat kewajiban atau keharusan, 2. perintah suatu undang-undang untuk diatur
larangan, dan kebolehan.11 Menurut Sri Hariningsih, dengan undang-undang;
dalam membentuk peraturan perundang-undangan, 3. pengesahan perjanjian internasional tertentu;
pembentuk harus terlebih dulu mengetahui jenis 4. tindak lanjut atas putusan Mahkamah Konstitusi;
peraturan perundang-undangan apa yang akan dan/atau
dibentuk.12 5. pemenuhan kebutuhan hukum dalam
Berdas arkan hierarki Peraturan Perundang- masyarakat.
Undangan yang terdapat pada Pasal 7 Undang- Sementara itu, materi muatan untuk jenis-
Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan jenis peraturan perundang-undangan di bawah
Peraturan Perundang-undangan (Undang-Undang Undang-Undang, yakni Peraturan Pemerintah (PP)
PPP), Menurut Bayu Dwi Anggono jenis peraturan dan Peraturan Presiden (perpres) berisi materi
perundang-undangan tersebut dapat diketahui untuk menjalankan atau yang diperintahkan oleh
karena alasan sebagai berikut: 13
undang-undang.15 Selain itu, materi muatan Perpres
1. setiap pembentukan peraturan perundang- dapat pula untuk melaksanakan PP ataupun materi
undangan harus mempunyai landasan hukum untuk melaksanakan penyelenggaraan kekuasaan
yang jelas; pemerintahan.16
2. tidak semua peraturan perundang-undangan Pada prakteknya, banyak topik permasalahan
dapat dijadikan landasan hukum, melainkan yang sesungguhnya dapat diatur dengan satu
hanya yang sederajat atau yang lebih tinggi produk peraturan perundang-undangan tetapi pada
tingkatannya; kenyataannya justru diatur dalam beberapa produk
3. hanya peraturan yang masih berlaku yang boleh peraturan perundang-undangan.17 Sebagai contoh,
dijadikan dasar hukum; dalam undang-undang pendidikan. Selain Undang-
4. peraturan yang akan dicabut tidak boleh Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
dijadikan dasar hukum; Pendidikan Nasional, terdapat pula undang-undang
5. terdapat materi muatan tertentu untuk setiap yang bersifat khusus dalam sektor pendidikan, yakni
jenis peraturan perundang-undangan yang Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang

9. Ibid. hlm. 2.
10. Bayu Dwi Anggono, 2014, Asas Materi Muatan yang Tepat dalam Pembentukan Undang-undang, serta Akibat
Hukumnya: Analisis Undang-undang Republik Indonesia yang Dibentuk pada Era Reformasi (1999-2012), Disertasi
Doktor, Universitas Indonesia: Jakarta, hlm. 45.
11. Pusat Studi Hukum dan Kebijakan Indonesia, 2019, Kajian Reformasi Regulasi…Op.Cit. hlm. 31.
12. Sri Hariningsih, Dalam Pusat Studi Hukum dan Kebijakan Indonesia, Ibid.
13. Bayu Dwi Anggono, 2014, Asas Materi…, Op.Cit. hlm. 45.
14. Pusat Studi Hukum dan Kebijakan Indonesia, 2019, Kajian Reformasi Regulasi…, Op.Cit. hlm. 32.
15. Ibid. hlm. 33.
16. Ibid.
17. Ibid. hlm. 34.

4
Penerapan Omnibus Law dalam Upaya Reformasi Regulasi (Antoni Putra)

Pendidikan Tinggi dan Undang-Undang Nomor 20 sebagai penyatuan banyak undang-undang menjadi
Tahun 2013 tentang Pendidikan Kedokteran. 18
1 (satu) undang-undang atau hanya dipandang
sebagai pembaharuan hukum seperti merubah
B.2. Penyederhanan Regulasi dan Hal-Hal yang
regulasi warisan kolonial dengan Undang-Undang
Perlu Diperhatikan
yang baru, tapi harus dipandang sebagai pembenahan
B.2.1. Penyederhanaan Regulasi menyeluruh mulai dari pembentukan, harmonisasi
dan evaluasi.
Secara hukum, Undang-Undang Nomor 12 Tahun
M. Nur Sholikin mengemukakan 5 (lima)
2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
langkah agar omnibus law bisa efektif dan tidak
undangan belum memasukkan konsep Omnibus Law
disalahgunakan. Kelima langkah tersebut adalah
sebagai salah satu asas dalam pembentukan undang-
sebagai berikut:20
undang. Namun demikian, omnibus law bukanlah
1. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) bersama
hal yang terlarang.
pemerintah harus melibatkan publik dalam
Menilik benang merah historis, walaupun masih
setiap tahapan penyusunannya, sebab omnibus
terdengar asing, namun bukanlah hal yang benar-
law memiliki ruang lingkup yang sangat luas dan
benar baru. Meskipun bukan disebut sebagai omnibus
menuntut pihak yang membuat menjangkau
law, kita pernah menerapkan konsep yang sama
dan melibatkan banyak pemangku kepetingan
saat Majelis Permusyawaratan Rakyat menerbitkan
terkait.
Ketetapan MPR RI Nomor I/MPR/2003 tentang
2. DPR dan pemerintah harus transparan dalam
Peninjauan terhadap Materi dan Status Hukum
memberikan setiap informasi perkembangan
Ketetapan MPR Sementara dan Ketetapan MPR RI
proses perumusan UU sapu jagat ini.
Tahun 1960 sampai dengan Tahun 2002. Kemudian,
3. Penyusun harus memetakan regulasi yang
konsep ini juga diterapkan dalam Undang-Undang
berkaitan secara rinci.
Pemilu, walaupun bukan disebut sebagai omnibus
4. Penyusun harus ketat melakukan harmonisasi
law, namun konsep yang digunakan mirip. UU
baik secara vertikal dengan peraturan yang lebih
Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu pada dasarnya
tinggi maupun horizontal dengan peraturan yang
menyatukan dan merevisi 6 (enam) undang-undang.
sederajat.
Enam undang-undang yang disatukan dan direvisi
5. Penyusun harus melakukan preview sebelum
tersebut adalah Undang-Undang Nomor 32 Tahun
disahkan, terutama dalam melakukan penilaian
2004, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005, Undang-
dampak yang akan timbul dari UU yang akan
Undang Nomor 12 Tahun 2008, Undang-Undang
disahkan.
Nomor 42 Tahun 2008, Undang-Undang Nomor 15
Tahun 2011, dan Undang-Undang Nomor 8 Tahun B.2.2. Hal yang perlu diperhatikan
2012. Jauh sebelumnya, omnibus law juga sudah
a) Penerapan Omnibus law dalam Membentuk
dipraktekkan oleh Indonesia dalam menyederhanakan
Undang-Undang Harus Partisipatif
sekitar 7.000 peraturan peninggalan Belanda menjadi
Pembentukan undang-undang harus partispatif.
sekitar 400 peraturan.19
Begitu pun dalam membentuk undang-undang
Namun demikian, upaya mereformasi regulasi
dengan konsep omnibus law. Meminjam apa yang
tidak boleh terhenti sampai di omnibus law. Masalah
diutarakan oleh Bivitri Susanti, antara partisipasi
regulasi adalah masalah yang komplit. Pembenahan
dan sosialisasi itu berbeda.21 Partisipasi adalah
atau refomasi regulasi tidak cukup hanya diartikan

18. Ibid.
19. Satya Arinanto, Reviving omnibus law: Legal option for better coherence, Harian Jawa Post, https://www.
thejakartapost.com/news/2019/11/27/reviving-omnibus-law-legal-option-better-coherence.html
20. M. Nur Sholikin, Mengapa kita harus berhati-hati dengan rencana Jokowi mengeluarkan omnibus law, https://
theconversation.com/mengapa-kita-harus-berhati-hati-dengan-rencana-jokowi-mengeluarkan-omnibus-law-126037,
diakses pada 26 November 2019.
21. Bivitri Susanti, dalam jumpa pers “RKUHP: Periode Baru, Bahas dengan Pendekatan Baru" Jakarta, (17/11),

5
Jurnal LEGISLASI INDONESIA Vol 17 No. 1 - Maret 2020 : 1-10

menampung aspirasi, publik memberi masukan Pasal 28D ayat (3) berbunyi: “Setiap warga negara
terhadap penyusunan RUU, sementara sosialisasi berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam
adalah mengenalkan draf yang telah ada. Omnibus pemerintahan”. Sayangnya, dalam membentuk
Law memiliki karakteristik khusus yang dapat undang-undang hak setiap orang untuk mendapat
membahayakan demokrasi.22 Penerapan konsep ini kesempatan yang sama tersebut dilupakan.
dapat disusupi oleh banyak kepentingan, oleh karena Partisipasi publik belum mendapatkan jaminan
itu, DPR dan pemerintah harus membuka akses hukum yang lebih baik, khususnya mekanisme dalam
informasi dan melibatkan masyarakat secara luas. 23
menindaklanjuti aspirasi masyarakat dan hasil dari
Bila merujuk pada Undang-Undang Nomor 12 Tahun tindak lanjut aspirasi tersebut, serta pembangunan
2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang- mekanisme komunikasi atau aspirasi seharusnya
Undangan, ketentuan Pasal 96 Undang-Undang berjalan dua arah.
12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Publik seringkali dilupakan dalam pembentukkan
Perundang-Undangan harus dilaksanakan bukan undang-undang yang mengakibatkan sebuah undang-
hanya sekedar formalitas. Dalam hal ini, negara harus undang mendapat penolakan dari masyarakat.
menciptakan wadah untuk menampung dan alur Sebagai contoh, dalam revisi undang-undang Nomor
untuk menyampaikan partisipasi publik yang jelas. 30 Tahun 2002 tentang KPK. Akibat tidak adanya
Selama ini, mekanisme partisipasi publik tersebut partisipasi publik, undang-undang tersebut menerima
masih samar-samar, sehingga adanya partisipasi penolakan yang begitu masif, bahkan undang-undang
publik dalam pembentukan peraturan perundang- hasil revisi yang belum ada nomornya saja sudah
undangan hanya dipandang sebagai syarat formal. diuji konstitusionalitasnya di Mahkamah Konstitusi.
Publik merupakan subjek dari berlakunya Secara formal, Pasal 96 Undang-Undang Nomor
undang-undang harus berpartisipasi di dalamnya. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Masyarakat harus ikut menentukan arah kebijakan Perundang-undangan telah memberikan jaminan
prioritas penyusunan peraturan perundang- bagi warga negara untuk terlibat dalam proses
undangan, tanpa keterlibatan masyarakat dalam penyusunan peraturan perundang-undangan di
pembentukannya, mustahil sebuah peraturan legislatif. Kemudian juga ada dituangkan pada
perundang-undangan tersebut dapat diterima dan Pasal 170 ayat (6) UU Nomor 17 Tahun 2014 tentang
dilaksanakan dengan baik. 24
Hal ini dikarenakan MPR, DPR, DPD, dan DPRD, dan Pasal 138 ayat (8)
sebagai salah satu syarat penting untuk menghasilkan Peraturan DPR Nomor 1 Tahun 2014 tentang Tata
hukum yang responsif adalah partisipasi masyarakat. Tertib DPR. Namun wadah untuk menampung dan
Menurut Nonet dan Selznick, pentingnya alur untuk menyampaikan partisipasi publik tersebut
partisipasi masyarakat dalam pembentukan produk tidak jelas, sehingga adanya partisipasi publik dalam
hukum harus terlihat pada proses pembentukannya membentuk undang-undang hanya dijadikan syarat
yang partisipatif dengan mengundang sebanyak- formal tanpa ada tolak ukur yang jelas. Ketiadaan
banyaknya partisipasi semua elemen masyarakat, wadah dan alur yang jelas juga menyebabkan klaim
baik dari segi individu atau pun kelompok masyarakat, partisipasi publik hanya hasil manipulatif.
selain itu juga harus bersifat aspiratif yang bersumber Penolakan terhadap suatu undang-undang
dari keinginan atau kehendak dari masyarakat. 25
sejatinya tidak akan terjadi apabila aspirasi rakyat
Kemudian, bila merujuk pada UUD 1945, terakomodir dalam pembentukan. Ketika suatu
sejatinya partisipasi publik juga mendapat jaminan. kebijakan tidak aspiratif, maka dapat muncul

22. Pusat Studi Hukum dan Kebijakan Indonesia, PSHK Sampaikan Masukan Prolegnas dan Omnibus Law, dipublikasi
pada 21 November 2019, https://pshk.or.id/highlight-id/pshk-sampaikan-masukan-prolegnas-dan-omnibus-law/,
23. Ibid.
24. Yuliandri Tim Pengkajian Hukum, 2014, Laporan Akhir Pengkajian Hukum tentang Partisipasi Masyarakat dalam
Penentuan Arah dan Kebijakan Prioritas Penyusunan Peraturan Perundang-undangan.
25. Lihat Philipe Nonet dan Philip Selznick, Law and Society in Transition: Toward Responsive Law, dalam A. Ahsin
Thohari, “Reorientasi Fungsi Legislasi Dewan Perwakilan: Upaya Menuju Undang-Undang Responsif”, Jurnal Legislasi
Indonesia, Vol. 8 No. 4 Desember 2011

6
Penerapan Omnibus Law dalam Upaya Reformasi Regulasi (Antoni Putra)

kecurigaan mengenai kriteria dalam menentukan b) Harus Ada Mekanisme Harmonisasi Peraturan
siapa mendapat apa. Sebaliknya, proses pengambilan Perundang-Undangan yang Jelas
kebijakan yang dilakukan dengan cara terbuka dan Pada tahap harmonisasi, terdapat 2 (dua)
didukung dengan informasi yang memadai, akan permasalahan yang terjadi dalam mekanisme
memberikan kesan bahwa tidak ada sesuatu yang pembentukan peraturan perundang-undangan:
disembunyikan. pertama, dalam harmonisasi pembentukan Undang-
Begitu pun dalam merealisasikan keinginan Undang, PP, atau Perpres; dan kedua, harmonisasi
pemerintah menerapkan konsep omnibus law untuk dalam pembentukan perda.27 Sejauh ini, permasalahan
merevisi dan/atau mencabut banyak undang-undang harmonisasi pada pembentukan Undang-Undang, PP,
yang dinilai menghambat ekonomi dan investasi. dan Perpres terjadi karena tahapan ini lebih melihat
Sebaik apa pun konsep yang ditawarkan, namun pada keterkaitan satu peraturan atau rancangan
tanpa partisipasi publik, produk hukum yang peraturan dengan peraturan perundang-undangan
dihasilkan akan tetap sulit untuk diterima. Apalagi lain tanpa melihat pada kesesuaian substansi dengan
bila merujuk pada perkembangan zaman, penyediaan materi muatan jenis peraturan perundang-undangan
ruang publik atau adanya partisipasi masyarakat tersebut. Dampaknya, lahir berbagai peraturan yang
merupakan tuntutan yang mutlak sebagai upaya substansinya bukan merupakan materi muatan dari
demokratisasi. jenis peraturan perundang-undangan tertentu.28
Masyarakat sudah semakin sadar hak- Dalam penelitian yang dilakukan oleh Bayu
hak politiknya, sehingga pembuatan peraturan Dwi Anggono terhadap 239 undang-undang selama
perundang-undangan tidak dapat lagi menjadi wilayah periode 1999–2012, ditemukan 14 undang-undang
dominasi birokrat dan parlemen. Meskipun partisipasi yang substansinya bukan materi muatan undang-
masyarakat ini terlalu ideal dan bukan jaminan undang.29 Idealnya, dalam tahap harmonisasi, ide
bahwa suatu undang-undang yang dihasilkannya pembentukan undang-undang dari pemerintah
akan dapat berlaku efektif di masyarakat, tetapi maupun DPR dapat dinilai apakah sesuai atau tidak
setidaknya langkah partisipatif yang ditempuh dengan materi muatannya. Hal ini tentunya juga
oleh lembaga legislatif dalam setiap pembentukan berpotensi terjadi dalam pembentukan undang-
undang-undang akan mendorong masyarakat untuk undang melalui konsep omnibus law. Walaupun sifat
menerima hadirnya suatu undang-undang. 26
dari undang-undang yang dibentuk melalui konsep
Melihat pentingnya partisipasi publik tersebut, ini adalah merevisi dan/atau mencabut banyak
adanya partisipasi publik dalam membentuk undang- undang-undang.
undang sebagaimana diatur dalam Pasal 96 Undang- Sementara itu, permasalahan harmonisasi pada
Undang No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan pembentukan perda didominasi oleh tumpang tindih
Peraturan Perundang-undangan perlu diperjelas kewenangan yang melibatkan Kemenkumham melalui
wadah dan mekanismenya bagaimana. Hal ini kantor wilayah (kanwil) di daerah dan juga Kemendagri
bertujuan agar ada tolak ukur yang jelas tentang sebagai pembina pemerintah daerah.30 Kedua
sejauh mana partisipasi publik, serta menghindarkan kementerian itu merasa memiliki kewenangan dalam
adanya undang-undang yang hanya dibentuk di melakukan harmonisasi, atau bahkan pembentukan
wilayah elit dengan partisipasi publiknya dimutilasi. perda secara keseluruhan. Sebagai contoh, pada saat
Kemenkumham menerbitkan Peraturan Menteri

26. Yuliandri Tim Pengkajian Hukum, 2014, Laporan Akhir Pengkajian Hukum tentang Partisipasi Masyarakat dalam
Penentuan Arah dan Kebijakan Prioritas Penyusunan Peraturan Perundang-undangan.
27. Pusat Studi Hukum dan Kebijakan Indonesia, 2019, Kajian Reformasi Regulasi di Indonesia: Pokok Permasalahan
dan Strategi Penanganannya, PSHK: Jakarta, hlm. 89.
28. Ibid.
29. Bayu Dwi Anggon dalam Pusat Studi Hukum dan Kebijakan Indonesia, 2019, Kajian Reformasi Regulasi di
Indonesia: Pokok Permasalahan dan Strategi Penanganannya, PSHK: Jakarta, hlm. 89.
30. Ibid. hlm. 90.

7
Jurnal LEGISLASI INDONESIA Vol 17 No. 1 - Maret 2020 : 1-10

Hukum dan Hak Asasi Manusia No. 22 Tahun 2018 Permasalahan tersebut juga membuktikan bahwa
tentang Pengharmonisasian Rancangan Peraturan untuk mengatasi permasalahan regulasi tidak cukup
Perundang-undangan yang dibentuk di Daerah hanya sampai pada omnibus law saja. Bila tidak
oleh Perancang Peraturan Perundang-undangan ada mekanisme harmonisasi yang jelas, penerapan
Kemendagri menyatakan keberatan atas ketentuan omnibus law untuk mengatasi masalah regulasi
tersebut dan mengirimkan surat bernomor 180/7182/ juga tidak akan efektif, sebab masalahnya bukan
SJ yang berisikan permohonan untuk membatalkan sekedar peraturan yang terlalu banyak, tapi juga
Permenkumham tersebut. 31
masalah peraturan yang disharmonis. Pada tahap
Terkait harmonisasi Perda ini sejatinya sudah ini, perlu ada otoritas tunggal yang melakukannya.
diakomodir dalam revisi UU 12 tahun 2011 yang Hal ini bertujuan agar harmonisasi terpusat dan
dilakukan awal September lalu. Namun, hal itu tidak ada kewenangan yang saling tumpang tindih.
juga meninggalkan beberapa catatan, yakni terkait Dalam perkara ini, pembentukan badan khusus
otonomi daerah. Awalnya, harmonisasi Ranperda regulasi seperti yang pernah dijanjikan oleh presiden
diatur sebagai wewenang biro atau bagian hukum tiap perlu dipertimbangkan untuk direalisasikan.
pemerintah daerah, namun dalam revisi kewenangan Selain itu, Undang-Undang 12 Tahun 2011 tentang
harmonisasi ditarik jadi urusan kementerian Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan perlu
atau lembaga yang menyelenggarakan urusan kembali direvisi.
pemerintahan di bidang pembentukan peraturan c) Evaluasi Peraturan perundang-undangan yang
perundang-undangan. akan direvisi menggunakan konsep omnibus
Sebagaimana yang dikemukakan Khairul Fahmi law
dalam “Sentralisasi Pembentukan Perda”, Pasal 58 Pada tahap evaluasi, Undang-Undang yang akan
ayat 2 tersebut telah mendelegitimasi kewenangan direvisi dan/atau dicabut melalui omnibus law perlu
pemerintah daerah. Menurut Khairul Fahmi, ketentuan dikaji betul. Dalam hal ini, yang perlu dipahami
Pasal 18 ayat (6) UUD 1945 menegaskan 2 (dua) hal bahwa tidak ada undang-undang yang sempurna.
terkait perda. Pertama, perda merupakan atribusi Namun, dalam hal memperbaiki ketidaksempurnaan
UUD 1945 sehingga pembentukannya menjadi hak tersebut juga harus memperhatikan aspek lain. Bila
konstitusional Pemda. Sebagai wewenang atributif, undang-undang disempurnakan di satu sektor, maka
perda dapat dibentuk tanpa harus menunggu delegasi sektor yang lain jangan pula sampai diabaikan atau
pengaturan dari peraturan yang lebih tinggi.32 dikorbankan.
Dari segi harmonisasi, ketentuan pasal 58 Sebagai catatan, merujuk pada banyak
ayat (2) tersebut juga akan memberikan beban pemberitaan, pemerintah diberitakan akan menghapus
harmonisasi yang harus dilakukan oleh pusat melaui kewajiban Amdal dan IMB dalam proses perizinan
kementerian atau badan yang membidangi peraturan demi memudahkan investasi.33 Dalam hal ini, tentu
perundang-undangan sangat berat. Secara hierarki, tidak akan jadi masalah bila pemerintah sudah
regulasi semakin ke bawah akan semakin banyak, memiliki alternatif lain untuk mencegah kerusakan
bila ditingkat Undang-Undang hanya 1, PP bisa 5, 1 lingkungan yang lebih baik dari Amdal dan IMB,
PP sekurang-kurangnya juga akan direspon dengan sehingga wacana ini dimunculkan. Sebaliknya, bila
satu Perda di tiap daerah. Tentu, ketentuan Pasal dalam kasus seperti ini pemerintah menghapus Amdal
58 ayat (2) perlu ditinjau ulang. hanya semata-mata untuk memudahkan investasi

31. Agus Sahbani, Permenkumham Harmonisasi Peraturan Dinilai Konflik dengan UU, hukumonline.com, publis
pada 2 November 2019. https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5bdc39c5d3a98/permenkumham-harmonisasi-
peraturan-dinilai-konflik-dengan-uu/,
32. Khairul Fahmi, Sentralisasi Pembentukan Perda,Harian Kompas 21 Oktober 2019, versi elektronik tersedia pada:
https://kompas.id/baca/opini/2019/10/21/sentralisasi-pembentukan-perda/,
33. Indra Nugraha , Walhi: Bukan Dihapus, Amdal, dan IMB, Harusnya Melengkapi Rencana Detail Tata Ruang,
dipublikasi 26 November 2019, https://www.mongabay.co.id/2019/11/26/walhi-bukan-dihapus-amdal-dan-imb-
harusnya-melengkapi-rencana-detail-tata-ruang/

8
Penerapan Omnibus Law dalam Upaya Reformasi Regulasi (Antoni Putra)

tanpa adanya alternatif pengendalian dampak investasi saja. Perlu memperhatikan sektor lain,
lingkungan yang lebih baik, tentu akan menjadi alarm terutama masalah pemberantasan korupsi dan hak
bahaya. Hal seperti inilah yang harus diwaspadai. asasi manusia, sebab permasalahan ekonomi dan
Perlu dipahami pula, persoalan ekonomi dan investasi adalah sektor yang paling rentan terjadinya
investasi merupakan persoalan yang paling banyak korupsi dan paling banyak bersinggungan dengan
bersinggungan dengan kepentingan masyarakat. kepentingan masyarakat.
Tidak jarang, investasi malah menimbulkan konflik
C.2. Saran
yang menyebabkan terjadinya pelanggaran HAM dan
perusakan lingkungan yang dilakukan oleh investor. Sebelum konsep omnibus law dalam
Jangan sampai hal ini terjadi. Hanya karena ingin pembentukan peraturan perundang-undangan
menarik investasi sebanyak-banyaknya, tapi malah diterapkan, pemerintah dan DPR perlu mengkaji lebih
menyebabkan masyarakat teraniaya karena hak- jauh terlebih dahulu terkait peraturan apa saja yang
haknya terampas. akan direvisi. Kemudian, dalam proses legislasi, DPR
Oleh sebab itu, sebelum jauh melangkah, dan pemerintah harus membahasnya secara terbuka
pemerintah perlu mengkaji betul rencana tersebut dan membuka ruang partisipasi publik yang seluas-
sebelum omnibus law benar-benar diterapkan. luasnya, apalagi regulasi yang menjadi fokus utama
Menurut penulis, untuk mengatasi permasalahan adalah sektor ekonomi dan investasi, sektor yang
regulasi tidak cukup hanya sampai omnibus law. paling banyak bersinggungan dengan masyarakat.
Kita perlu otoritas khusus yang benar-benar
Daftar Pustaka
fokus mengkaji masalah regulasi, baik pada tahap
pembentukan, harmonisasi maupun evaluasi. Anggono, Bayu Dwi, 2014, Asas Materi Muatan yang
Nantinya, hasil kajian dari otoritas tersebutlah yang Tepat dalam Pembentukan Undang-undang,
menjadi dasar untuk merevisi dan/atau mencabut serta Akibat Hukumnya: Analisis Undang-
undang-undang menggunakan konsep omnibus law. undang Republik Indonesia yang Dibentuk pada
Era Reformasi (1999-2012), Disertasi Doktor,
C. Penutup
Universitas Indonesia: Jakarta

C.1. Kesimpulan Arinanto, Satya, Reviving omnibus law: Legal option

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat ditarik for better coherence, Harian Jawa Post, https://

kesimpulan bahwa omnibus law adalah konsep www.thejakartapost.com/news/2019/11/27/

hukum yang menitikberatkan pada penyederhanaan reviving-omnibus-law-legal-option-better-

jumlah regulasi karena sifatnya yang merevisi dan coherence.html

mencabut banyak undang-undang sekaligus. Namun Busroh, Firman Freaddy, Konseptualisasi Omnibus
demikian, permasalahan regulasi adalah masalah Law dalam Menyelesaikan Permasalahan
yang komplit, bukan sekedar dari jumlah yang Regulasi Pertanahan, ARENA HUKUM Volume
terlalu banyak, tapi juga ada masalah disharmonis, 10, Nomor 2, Agustus 2017
partisipasi publik, ego sektoral, dan isi yang tidak
Fahmi, Khairul, Sentralisasi Pembentukan
sesuai materi muatan. Oleh sebab itu, sebelum
Perda,Harian Kompas 21 Oktober 2019, versi
konsep omnibus law benar-benar diterapkan
elektronik tersedia pada: https://kompas.
dalam membentuk regulasi, terlebih dahulu yang
id/baca/opini/2019/10/21/sentralisasi-
perlu dikedepankan adalah prinsip partisipasi,
pembentukan-perda/,
transparansi, dan akuntabilitas. Untuk menjamin
prinsip tersebut terlaksana, UU No. 12 Tahun Hukumonline.com, Menimbang Konsep Omnibus
2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang- Law Bila Diterapkan di Indonesia, dipublikasi
undangan perlu direvisi kembali. Kemudian, pada Jumat, 17 February 2017, https://
penerapan omnibus law jangan hanya semata-mata www.hukumonline.com/berita/baca/
untuk mendukung ekonomi dan memudahkan lt58a6fc84b8ec3/menimbang-konsep-omnibus-
law-bila-diterapkan-di-indonesia/

9
Jurnal LEGISLASI INDONESIA Vol 17 No. 1 - Maret 2020 : 1-10

Nugraha, Indra , Walhi: Bukan Dihapus, Amdal, dan Thohari, A. Ahsin, “Reorientasi Fungsi Legislasi
IMB, Harusnya Melengkapi Rencana Detail Tata Dewan Perwakilan: Upaya Menuju Undang-
Ruang, dipublikasi 26 November 2019, https:// Undang Responsif”, Jurnal Legislasi Indonesia,
www.mongabay.co.id/2019/11/26/walhi- Vol. 8 No. 4 Desember 2011
bukan-dihapus-amdal-dan-imb-harusnya-
Yuliandri, Tim Pengkajian Hukum, 2014, Laporan
melengkapi-rencana-detail-tata-ruang/
Akhir Pengkajian Hukum tentang Partisipasi
Philipe Nonet dan Philip Selznick, Law and Society Masyarakat dalam Penentuan Arah dan
in Transition: Toward Responsive Law, dalam Kebijakan Prioritas Penyusunan Peraturan
A. Ahsin Thohari, “Reorientasi Fungsi Legislasi
Dewan Perwakilan: Upaya Menuju Undang-
Undang Responsif”, Jurnal Legislasi Indonesia,
Vol. 8 No. 4 Desember 2011.

Pusat Studi Hukum dan Kebijakan Indoneisa, 2019,


Kajian Reformasi Regulasi di Indonesia: Pokok
Permasalahan dan Strategi Penanganannya,
PSHK: Jakarta,

Pusat Studi Hukum dan Kebijakan Indonesia, PSHK


Sampaikan Masukan Prolegnas dan Omnibus
Law, dipublikasi pada 21 November 2019,
https://pshk.or.id/highlight-id/pshk-sampaikan-
masukan-prolegnas-dan-omnibus-law/,

Ramadhan, Fitra Moerat, Demi Investasi dan Daya


Saing Global, Jokowi Usulkan Omnibus Law,
https://grafis.tempo.co/read/1864/demi-
investasi-dan-daya-saing-global-jokowi-usulkan-
omnibus-law,

Sahbani, Agus, Permenkumham Harmonisasi


Peraturan Dinilai Konflik dengan UU,
hukumonline.com, publis pada 2 November
2019. https://www.hukumonline.com/berita/
baca/lt5bdc39c5d3a98/permenkumham-
harmonisasi-peraturan-dinilai-konflik-dengan-
uu/,

Sholikin, M. Nur, Mengapa kita harus berhati-hati


dengan rencana Jokowi mengeluarkan omnibus
law, https://theconversation.com/mengapa-
kita-harus-berhati-hati-dengan-rencana-jokowi-
mengeluarkan-omnibus-law-126037

Susanti, Bivitri, dalam jumpa pers “RKUHP: Periode


Baru, Bahas dengan Pendekatan Baru” Jakarta,
(17/11),

10

Anda mungkin juga menyukai