Makalah Auditing Ii (Kelompok 1) 1
Makalah Auditing Ii (Kelompok 1) 1
Disusun Oleh:
Chandra Yoga Adhitama (C0C017049)
Hanugrah Dewanto CP (C0C018029)
M. Maulana Ibrohim A (C0C018031)
Intan Nur Bayyinah (C0C018036)
Elvina Windi Puspita (C0C018039)
Anugrah Raegusti Sinaga (C0C018040)
Feby Rani Sanaya (C0C018043)
Putri Meilia Arifah (C0C018044)
Rifqi Kamal Alfian Aldi (C0C018053)
Fauziah Huri Khofifah (C0C018055)
PURWOKERTO
2020
1
KATA PENGANTAR
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, serta Puji syukur
yang tak terhingga hanya patut penyusun sembahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
telah berkenan memberikan kekuatan, ketekunan, kemampuan, kesempatan, dan pemikiran
kepada penyusun sehingga penyusunan makalah ini dapat mencapai tahap penyelesaian yang
berjudul Siklus Audit Pendapatan, walaupun dalam bentuk dan kondisi yang sangat
sederhana, baik dilihat dari segi pembahasan maupun sistematika penyusunan.
Purwokerto, Desember 2020
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................1
C. Tujuan.............................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................2
A. SIFAT SIKLUS PENDAPATAN...................................................................................2
B. AKTIVITAS PENGENDALIAN – TRANSAKSI PENJUALAN KREDIT.................4
C. AKTIVITAS PENGENDALIAN – TRANSAKSI PENERIMAAN KAS.....................5
D. AKTIVITAS PENGENDALIAN – TRANSAKSI PENYESUAIAN PENJUALAN....7
E. PENGUJIAN SUBSTANTIF ATAS PIUTANG USAHA.............................................7
F. JASA BERNILAI TAMBAH.........................................................................................9
BAB III PENUTUP..................................................................................................................19
KESIMPULAN....................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................20
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tujuan audit atas laporan keuangan adalah untuk seni pendapatan apakah keuangan
secara total telah disajikan secara wajar, sesuai dengan prinsip akuntansi siap umum.
Laporan keuangan merupakan kumpulan rekening-rekening tertentu yang disajikan
dengan cara tertentu. Sebagai contoh, neraca atau laporan keuangan terdiri dari rekening-
rekening aktiva, rekening kewajiban, rekening modal. Kelompok rekening aktiva terdiri
atas kas, aset usaha, persediaan, tanah, gedung, dan lain-lain. Untuk dapat memberikan
pendapat tentang laporan keuangan secara total, auditor harus memberikan seluruh
rekening yang membentuk laporan keuangan yang seri. (Jusup, Al. Haryano 2002).
B. Rumusan Masalah
1. Menjelaskan konsep siklus pendapatan
2. Menjelaskan penguji sebelum tanggal neraca
3. Menjelaskan sasaran audit siklus pendapatan
4. Menjelaskan penyusunan program audit siklus pendapatan
5. Menjelaskan dan menerapkan prosedur audit
6. Menjelaskan penerapan penguji saldo dan rekening pendapatan
C. Tujuan
1. Mengetahui konsep siklus pendapatan
2. Mengetahui penguji sebelum tanggal neraca
3. Mengetahui sasaran audit siklus pendapatan
4. Mengetahui penyusunan program audit siklus pendapatan
5. Mengetahui dan menerapkan prosedur audit
6. Mengetahui penerapan dan pengujian saldo dan pendapatan rekening
1
BAB II
PEMBAHASAN
1. TUJUAN AUDIT
Tujuan audit untuk siklus pendapatan berkaitan dengan perolehan bukti kompeten
yang mencukupi tantang setiap asersi laporan keuangan yang signifikan menyangkut saldo
dan transaksi siklus pendapatan.
2
Risiko prosedur analitis merupakan unsur risiko detektif bahwa prosedur analitis akan
gagal mendeteksi salah saji yang material. Prosedur analitis merupakan cara yang
efektif dari segi biaya dan mengandalkan pada pengetahuan auditor tentang bisnis dan
industri klien. Prosedur ini tidak hanya efektif dalam mengidentifikasi salah saji yag
potensial atas laporan keuangan, tetapi juga efektif dalam mengidentifikasi masalah
yang timbul ketikamemberikan jasa menilai tambah (value-added services) di samping
laporan audit.
Tahap pertama dalam melakukan prosedur analitis adalah memperoleh
pemahaman mengenai total pendapatan yang diberikan (1) kapasitas klien dan (2)
pasar produk-produk klien. Salah satu prosedur analitis yang penting adlah memahami
pansa pasar klien, yang membantingkan pendapatan klien dengan total pendapatan dari
pasar produk-produk klien. Akhirnya, merupakan hal yang penting bagi auditor untuk
mengevaluasi hari perputaran piutang usaha (accounts receivable turn days), atau rata-
rata periode penagihan, dan mampu membandingkan periode penagihan klien
menunjukkan bahwa piutang telah tumbuh lebih cepat daripada volume penjualan,
yang selanjutnya akan menghabiskan arus kas operasi bagi perusahaan yang sedang
tumbuh untuk memonitor periode penagihan perusahaan, kareni setiap pertumbuhan
penjualan biasanya disertai dengan pertumbuhan piutang yang akan menghabiskan kas
operasi.
a. Lingkungan Pengendalian
Lingkungan pengendalian teridir dari beberapa faktor yang dapat mengurangi bebrapa
risiko inheren yang berkaitan dengan siklus pendapatan. Di samping itu, faktor-faktor
ini juga dapat meningkatkan atau mengurangi keefektifan komponen pengendalian
internal lainnya dalam mengendalikan risiko salah saji pada asersi siklus pendapatan.
b. Penilaian Risiko
Penilaian risiko manajemen untuk tujuan pelaporan keuangan adalaha sama dengan
penilaian risiko inheren oleh auditor ekternal. Upaya yang cermat oleh sebagian
manajemen untuk megidentifikasi jenis-jenis risiko yang berkaitan dengan saldo dan
transaksi siklus pendapatan, bersama dengan komitmen untuk mengawali aktivitas
pengendalian atas risiko tersebut, harus mengurangi risiko salah saji.
c. Informasi dan Komunikasi (Sistem Akuntansi)
Pemahaman atas sistem akuntansi pendapatan memerlukan pengetahuan tentang
bagaimana (1) penuualan diawali, (2) barang dan jasa diberikan, (3) piutang dicatat,
(4) kas diterima, dan (5) penyesuaian penjualan dilakukan, termasuk metode
pemrosesan data serta dokumen penting dan catatan yang digunakan.
d. Pemantauan (Monitoring)
Auditor harus memperoleh pemahaman tentang umpan balik ini dan apakah
manajemen telah mengawali setiap tindakan korektif berdasarkan informasi yang
diterima dari aktivitas pemantauan. Kemungkinan ini mencakup informasi yang
diterima dari (1) pelanggan yang mengalami kesalah penagihan, (2) lembaga pengatur
yang memperhatikan ketidaksesuaian kebijakan pengakuan pendapatan atau hal-hal
3
yang berkaitan dengan pengendalian internal, dan (3) auditor eksternal yang
mempertimbangkan kondisi yang dapat dilaporkan atau kelemahan material dalam
pengendalian internal yangn ditemukan pada audit sebelumnya.
e. Penilaian Awal atas Risiko Pengendalian dan Strategi Audit Pendahuluan
Pada saat auditor memproleh bukti tenyang keefektifan operasi pengendalian internal
yang berkaitan dengan prosedur untuk memperoleh pemahaman, auditor dapat
mengevaluasi risiko pengendalian berdasarkan bukti tersebut. Dalam kasus semacam
itu, kepastian yang terbatas mungkin diperoleh tentang keefektifan pengendalian yang
terutama didasarkan atas prosedur yang mencangkup pengajuan pertanyaan,
observasi, dan beberapa inspeksi atas bukti yang didokumentasikan. Banyak auditor
akan menilai resiko pengendalian untuk asersi tertentu secara sepintas dibawah atau
diatas maksimum.
4
C. AKTIVITAS PENGENDALIAN – TRANSAKSI PENERIMAAN KAS
Pertimbangan Risiko Pengendalian – Transaksi Penerimaan Kas
5
Beberapa Komputer menyesuaikan D D D
penerimaan jumlah yang dijurnal dan
tidak dicatat diposting dengan ikhtisar
kas harian.
Kesalahan Komputer D D D
telah dilakukan membandingkan informasi
dalam yang ada dalam jurnal
mencatat penerimaan kas dengan
penerimaan informasi dari pradaftar
kas
Rekonsiliasi bank D D D D D
independen
Pengendalian Manajemen
D D D
6
D. AKTIVITAS PENGENDALIAN – TRANSAKSI PENYESUAIAN PENJUALAN
Transaksi penyesuaian penjualan meliputi :
1. Pemberian potongan tunai
2. Pemberian retur penjualan dan pengurangan harga
3. Penentuan piutang tak tertagih
Jika auditor merencanakan untuk menilai risiko pengendalian pada tingkat sedang
(moderate) atau tinggi, maka auditor mungkin akan mendukung penilaian risiko
pengendalian melibatkan pengendalian manual dan auditor akan memperoleh bukti
melalui Tanya-jawab, observasi, serta inspeksi dokumen.
Jika auditor merencanakan untuk menilai risiko pengendalian pada tingkat yang
rendah, maka auditor akan memperluas pengujian sehingga mencakup inspeksi dokumen
dan pelaksanaan kembali pengendalian manual.
7
Pengendalian-
Transaksi
Penerimaan
Kas
Setelah auditor menyelesaikan audit atas siklu penjualan, dia harus mengikhtisarkan
masalah penting yang dapat menghambat kinerja jasa bernilai tambah kepada klien.
9
1) Utang usaha yang timbul dari transaksi pembelian bahan baku dan bahan
penolong, suku cadang, dan bahan habis pakai pabrik (factory supplies) Utang
usaha dapat digolongkan menjadi 2 golongan : (1) utang yang tidak disertai
dengan surat berharga sebagai bukti tertulis tentang kesanggupan untuk
membayar kewajiban (disebut dengan utang usaha atau account payable) dan
(2) utang yang disertai dengan surat berharga sebagai bukti tertulis tentang
kesanggupan untuk membayar kewajiban (disebut dengan utang wesel atau
notes payable).
2) Uang jaminan masuk dari pelanggan.
3) Utang yang timbul dari berlalunya waktu (accrued payable).
4) Utang yang timbul kepada pihak ketiga karena perusahaan yang ditunjuk
sebagai pemungut pajak atau iuran yang lain, seperti utang Pajak Pertambahan
Nilai (PPN), utang Pajak Penghasilan Karyawan (PPh Pasal 25), utang dana
pensiun, utang asuransi karyawan
5) Accrual yang timbul dari kegiatan usaha perusahaan
meskipun :
Jumlah utang tersebut harus ditaksir seperti utang bonus.
Krediturnya tidak diketahui seperti utang biaya reparasi untuk produk
perusahaan yang dijual dengan garansi.
Utang yang jumlahnya harus diukur dari transaksi sekarang misalnya
utang sewa, pendapatan yang diterima dimuka, utang yang jumlahnya
dihitung dari besarnya deplesi sumber alam.
6) Utang lain yang diperkirakanakan dilunasi dalam jangka waktu pendek seperti
utang bank (kredit modal kerja misalnya), utang jangka panjang yang segera
jatuh tempo, utang pajak penghasilan utang deviden.
Tujuan Pengujian Substantif Untuk Piutang Usaha
Tujuan audit terhadap piutang usaha adalah :
1. Memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi yang
bersangkutan dengan utang usaha.
2. Membuktikan keberadaan utang usaha dan keterjadian transaksi yang
berkaitan dengan utang usaha yang dicantumkan di neraca.
3. Membuktikan kelengkapan transaksi yang dicatat dalam catatan akuntansi
dan kelengkapan saldo utang usaha yang disajikan di neraca.
4. Membuktikan kewajiban klien yang dicantumkan di neraca.
5. Membuktikan kewajiban penyajian dan pengungkapan utang usaha di
neraca.
10
metodologi menggabungkan penilaian risiko pengendalian yang tepat atas asersi
kelompok transaksi guna mencapai penilaian risiko pengendalian untuk asersi –
asersi saldo akun utang usaha. Metodologi yang dimaksud meliputi : matriks
risiko audit, yang selanjutnya digunakan untuk menentukan tingkat risiko deteksi
yang dapat diterima tingkat risiko spesifik dalam matriks ini hanya bersifat
ilustratif dan akan, karenanya, bervariasi menurut situasi yang dihadapi klien.
Risiko
Prosedur
Analitis Sedang Tinggi Sedang Sedang Tinggi
Risiko
Pengendalian
– Transaksi Rendah Tinggi Sedang Rendah Sedang
pengendalian
– transaksi
pengeluaran
kas
Risiko
Pengendalian
Gabungan Sedang Tinggi Rendah Tinggi Sedang
Risiko
Pengendalian
Rincian yang
Dapat Sedang Sangat Sedang Sedang Sangat rendah
Diterima rendah
11
substantif yang dirancang secara tepat, termasuk prosedur analitis, dan pengujian
rincian. Ketika membahas piutang usaha, juga dapat digunakan dalam merancang
pengujian substantif untuk hutang usaha. Daftar pengujian substantif yang
mungkin dapat dimasukkan dalam program audit yang dikembangkan atas dasar
yang disajikan pada tabel di bawah ini. (Gambar 15-10)
I. Menjumlahkan
12
daftar dan menentukan kesesuaian dengan
(1) total file voucher yang belum dibayar,
buku pembantu atau file induk hutang usaha,
dan (2) saldo akun pengendali buku besar.
II. Menguji
kecocokan pemasok dan saldo daftar yang
sama terdapat dalam catatan akuntansi yang
mendasarinya.
13
pembelian.
14
e. Mereview anggaran modal, perintah
kerja dan kontrak konstruksi sebagai bukti
atas hutang yang belum dicatat.
1. Prosedur Awal
Titik awal bagi setiap pengujian audit adalah mendapatkan pemahaman
tentang bisnis dan industri klien. Pemahaman tentang signifikansi siklus pembelian
15
dalam perusahaan menyediakan konteks untuk penilaian risiko yang penting.
Pemahaman atas pemicu atau penggerak ekonomi perusahaan, termin perdagangan
standar, dan seberapa luas konsentrasi bisnis dengan pemasok tertentu menyediakan
konteks untuk menyevaluasi hasil prosedur analitis, pengujian pengendalian, dan
pengujian substantif.
Prosedur awal lainnya untuk pengujian substantif atas hutang usaha adalah
menelusuri saldo awal kertas kerja tahun sebelumnya dan menggunakan perangkat
lunak audit tergeneralisasi dalam memeriksa akun buku besar untuk melihat setiap
ayat jurnal yang tidak biasa. Serta untuk mengembangkan daftar jumlah yang
terhutang pada tanggal neraca. Biasanya klien mempunyai daftar file voucher yang
belum dibayar, buku pembantu hutang usaha, dan file induk dalam bentuk elektronik.
Auditor juga dapat menggunakan perangkat lunak audit tergeneralisasi untuk
menentukan ketepatan matematis dari daftar tersebut dengan cara menjumlah ulang
total dengan memvefikasi bahwa jumlahnya bahwa jumlahnya telah sesuai dengan
saldo akun buku besar.
2. Prosedur Analitis
Tujuan auditor menerapkan prosedur ini adalah untuk mengembangkan
ekspektasi atas saldo akun hutang dan hubungan antara hutang usaha dengan akun –
akun kunci lainnya seperti pembelian atau persediaan. Suatu penurunan yang
abnormal atas rasio perputaran hutang usaha atau kenaikan yang tidak
diharapkan atas rasio lancar dapat menjadi indikator bahwa kewajiban telah
ditetapkan terlalu rendah. Prosedur analitis akan dilakukan pada tahap akhir
penugasan untuk memastikan bahwa bukti yang dievaluasi dalam pengujian rincian
telah konsisten dengan gambaran menyeluruh yang dilaporkan dalam laporan
keuangan.
16
neraca. Bukti tentang pengujian pisah batas pengeluaran kas dapat diperoleh
melalui observasi langsung dan review atas dokumentasi internal. Apabila auditor
dapat menyajikan pada tanggal neracs, maka ia secara langsung dapat
menyaksikan lembar cek terakhir yang ditarik klien.
d. Melakukan Pencarian Hutang yang Belum Tercatat
Pencarian utang usaha yang belum tercatat terdiri dari prosedur – prosedur yang
dirancang secara khusus untuk mendeteksi kewajiban signifikan yang belum
dicatat pada tanggal neraca. Pembayaran kemudian. Pemeriksaan atas pembayaran
kemudian terdiri dari pemeriksaan dokumentasi untuk cek – cek yang diterbitkan
atau voucher yang dibayar setelah tanggal neraca. Apabila dokumentasi ini
menunjukkan bahwa pembayaran tersebut untuk membayar kewajiban yang ada
pada tanggal neraca, maka auditor harus menelusuri ke daftar hutang usaha guna
menentukan apakah hal tersebut termasuk ke daftar utang usaha. Prosedur lainnya.
Prosedur lainnya yang dapat mengungkapkan hutang yang belum dicatat
meliputi : (1) menginvestigasi pesanan pembelian, laporan penerimaan, dan faktur
penjualan yang tidak sesuai pada akhir tahun, (2) mengajukan pertanyaan kepada
personel akuntansi dan pembelian tentang hutang yang belum dicatat, serta (3)
mereview anggaran modal, perintah kerja, dan kontrak konstruksi untuk mencari
bukti adanya hutang yang belum dicatat.
17
semacam itu harus di reklasifikasi sebagai uang muka kepada pemasok dan dicatat
sebagai aktiva. Selain itu, pengungkapan juga perlu dilakukan atas penjaminan dan
hutang pihak yang mempunyai hubungan istimewa, komitmen pembelian, serta
kewajjiban kontinjen. Jadi, penyajian dan pengungkapan manajemen harus di
bandingkan dengan persyaratan GAAP.
18
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Siklus pendapatan suatu perusahaan termasuk kegiatan-kegiatan yang seri dengan
transaksi-transaksi obral, penerimaan kas, dan masa obral. Transaksi-transaksi tersebut
berpengaruh terhadap sejumlah rekening signifikan dalam laporan keuangan, termasuk di
dalamnya adalah kas, jatuh tempo, usaha, persediaan, dan obral. Pada umumnya
perusahaan, siklus pendapatan sangat vital, tetapi praktis bisnis dan pemicu ekonomisnya
sangat berbeda antara perusahaan yang satu dengan perusahaan lainnya.
Pemahaman tentang bisnis dan bidang usaha merupakan langkah pertama yang
penting dalam mengembangkan strategi audit. Banyaknya aktivitas dalam audit
mengakibatkan timbulnya risiko bawaan yang tinggi untuk berbagai asersi signifikan
laporan keuangan seperti misalnya asersi keberadaan atau keterjadian aset usaha. Oleh
karena itu, banyak perusahaan berusaha untuk memiliki sistem pengendalian magang
yang kuat di bidang ini mencegah atau mengatasi salah saji. (Jusup, Al Haryono 2002)
19
DAFTAR PUSTAKA
Jusup, Al. Haryono (2002). Mengaudit (Pengauditan), Buku II Cetakan Pertama, Yogyakarta:
STIE YKPN
20