Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH AUDITING II

AUDIT SIKLUS PENDAPATAN

Disusun Oleh:
Chandra Yoga Adhitama (C0C017049)
Hanugrah Dewanto CP (C0C018029)
M. Maulana Ibrohim A (C0C018031)
Intan Nur Bayyinah (C0C018036)
Elvina Windi Puspita (C0C018039)
Anugrah Raegusti Sinaga (C0C018040)
Feby Rani Sanaya (C0C018043)
Putri Meilia Arifah (C0C018044)
Rifqi Kamal Alfian Aldi (C0C018053)
Fauziah Huri Khofifah (C0C018055)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

PURWOKERTO

2020

1
KATA PENGANTAR

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, serta Puji syukur
yang tak terhingga hanya patut penyusun sembahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
telah berkenan memberikan kekuatan, ketekunan, kemampuan,  kesempatan, dan pemikiran
kepada penyusun sehingga penyusunan makalah ini dapat mencapai tahap penyelesaian yang
berjudul Siklus Audit Pendapatan, walaupun dalam bentuk dan kondisi yang sangat
sederhana, baik dilihat dari segi pembahasan maupun sistematika penyusunan.

            Dalam rangka penyusunan makalah ini, penyusun mengakui karena adanya


kemampuan yang sangat terbatas, untuk itu penyusun banyak menemui kesulitan dan
hambatan dalam penyusunan makalah ini. Untuk itu sudah sepantasnyalah pada kesempatan
ini penyusun menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada
semua pihak yang telah memberikan bantuan, arahan dan bimbingan.

Penyusunan makalah ini telah di upayakan sebaik-baiknya, namun penyusun


menyadari sebagai manusia biasa bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun dari para pembaca sangat
penyusun harapkan demi penyempurnaan dan perbaikan makalah ini.

                                                                                                Purwokerto,   Desember 2020

                                                                                               

     Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................1
C. Tujuan.............................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................2
A. SIFAT SIKLUS PENDAPATAN...................................................................................2
B. AKTIVITAS PENGENDALIAN – TRANSAKSI PENJUALAN KREDIT.................4
C. AKTIVITAS PENGENDALIAN – TRANSAKSI PENERIMAAN KAS.....................5
D. AKTIVITAS PENGENDALIAN – TRANSAKSI PENYESUAIAN PENJUALAN....7
E. PENGUJIAN SUBSTANTIF ATAS PIUTANG USAHA.............................................7
F. JASA BERNILAI TAMBAH.........................................................................................9
BAB III PENUTUP..................................................................................................................19
KESIMPULAN....................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................20

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tujuan audit atas laporan keuangan adalah untuk seni pendapatan apakah keuangan
secara total telah disajikan secara wajar, sesuai dengan prinsip akuntansi siap umum.
Laporan keuangan merupakan kumpulan rekening-rekening tertentu yang disajikan
dengan cara tertentu. Sebagai contoh, neraca atau laporan keuangan terdiri dari rekening-
rekening aktiva, rekening kewajiban, rekening modal. Kelompok rekening aktiva terdiri
atas kas, aset usaha, persediaan, tanah, gedung, dan lain-lain. Untuk dapat memberikan
pendapat tentang laporan keuangan secara total, auditor harus memberikan seluruh
rekening yang membentuk laporan keuangan yang seri. (Jusup, Al. Haryano 2002).

Laporan keuangan merupakan pertanggungjawaban manajemen kepada pihak di luar


perusahaan atas posisi keuangan dan hasil operasi perusahaan selama suatu periode
tertentu (biasanya satu tahun). Laporan keuangan disusun berdasarkan standar akuntansi
dan praktik akuntansi yang lazim dalam dunia akuntansi. Standar akuntansi diterbitkan
oleh profesi akuntan dengan nama standar akuntansi keuangan. standar akuntansi ini
dijadikan acuan oleh semua pihak yang terkait dengan laporan keuangan. agar pihak di
luar perusahaan mempercayai laporan keuangan yang disusun oleh manajemen, maka
dibutuhkan jasa pihak ketiga yang bilik untuk masa dan seni bahwa laporan keuangan
telah disusun sesuai dengan standar akuntansi. Pihak ketiga ini biasa disebut auditor
independen. Laporan keuangan dalam proses penyusunannya dilakukan dengan cara
manual atau terkomputerisasi.

B. Rumusan Masalah
1. Menjelaskan konsep siklus pendapatan
2. Menjelaskan penguji sebelum tanggal neraca
3. Menjelaskan sasaran audit siklus pendapatan
4. Menjelaskan penyusunan program audit siklus pendapatan
5. Menjelaskan dan menerapkan prosedur audit
6. Menjelaskan penerapan penguji saldo dan rekening pendapatan

C. Tujuan
1. Mengetahui konsep siklus pendapatan
2. Mengetahui penguji sebelum tanggal neraca
3. Mengetahui sasaran audit siklus pendapatan
4. Mengetahui penyusunan program audit siklus pendapatan
5. Mengetahui dan menerapkan prosedur audit
6. Mengetahui penerapan dan pengujian saldo dan pendapatan rekening

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. SIFAT SIKLUS PENDAPATAN


Siklus pendapatan (revenue cycle) perusahaan terdiri dari aktivitas-aktivitas yang
berkaitan dengan pertukaran barang dan jasa dengan pelanggan dan penagihan pendapatan
dalam bentuk kas. Untuk perusahaan barang dagang, kelompok transaksi yang termasuk
dalam siklus pendapatan adalah (1) penjualan kredit (penjualan yang dilakukan dengan
hutang), (2) penerimaan kas (penagian piutang dan penjualan tunai), dan (3) penyesuaian
penjualan (potongan, retur penjualan dan pengurangan harga, serta piutang tak tertagih
(penyisihan dan penghapusan).

1. TUJUAN AUDIT
Tujuan audit untuk siklus pendapatan berkaitan dengan perolehan bukti kompeten
yang mencukupi tantang setiap asersi laporan keuangan yang signifikan menyangkut saldo
dan transaksi siklus pendapatan.

2. PENGGUNAAN PEMAHAN TENTANG BISNIS DAN INDUSTRI KLIEN UNTUK


MENGEMBANGKAN STRATEGI AUDIT
a. Pemahaman Bisnis dan Industri Klien
Audit mengembangkan strategi audit berdasarkan risiko salah saji yang material.
Langkah pertama dalam menilai risiko itu adalah memperoleh pemahaman tentang
bisnis dan industri klien karena hal tersebut juga dapat membantu auditor dalam:
 Mengembangkan ekspetasi tentang total pendapatan dengan memahami kapasitas
klien, pasar, dan pelanggan klien.
 Mengembangkan ekpetasi tentang marjin kotor dengan memahami pangsa pasar
(market share) dan keunggulan kompetitif (competitive advantage) klien di pasar.
 Mengembangkan ekspetasi tentang piutang bersih berdasarkan periode penagihan
rata-rata untuk klien dan industri.
b. Materialitas
Kelompok transaksi dan saldo akun yang menyertai siklus pendapatan biasaya
mempunyai pengaruh yang material terhadap laporan keuangan. Untuk meningkatkan
keefektifan dan keefisienan auditor dalam memenuhi tujuan audit spesifik pada siklus
ini, perhatian yang cermat harus diberikan guna mempertimbangkan risiko inheren,
risiko prosedur analitis, dan risiko pengendalian ketika menentukan strategi audit
untuk setiap tujuan audit tersebut.
c. Risiko Inheren
Dalam menilai risiko inheren pada asersi siklus pendapatan, auditor harus
mempertimbangkan faktor pervasif (pervasive) yang dapat mempengaruhi asersi
dalam beberapa siklus, termasuk siklus pendapatan, serta faktor-faktor yang hanya
berkaitan dengan asersi tertentu dalam siklus pendapatan.
d. Risiko Prosedur Analitis

2
Risiko prosedur analitis merupakan unsur risiko detektif bahwa prosedur analitis akan
gagal mendeteksi salah saji yang material. Prosedur analitis merupakan cara yang
efektif dari segi biaya dan mengandalkan pada pengetahuan auditor tentang bisnis dan
industri klien. Prosedur ini tidak hanya efektif dalam mengidentifikasi salah saji yag
potensial atas laporan keuangan, tetapi juga efektif dalam mengidentifikasi masalah
yang timbul ketikamemberikan jasa menilai tambah (value-added services) di samping
laporan audit.
Tahap pertama dalam melakukan prosedur analitis adalah memperoleh
pemahaman mengenai total pendapatan yang diberikan (1) kapasitas klien dan (2)
pasar produk-produk klien. Salah satu prosedur analitis yang penting adlah memahami
pansa pasar klien, yang membantingkan pendapatan klien dengan total pendapatan dari
pasar produk-produk klien. Akhirnya, merupakan hal yang penting bagi auditor untuk
mengevaluasi hari perputaran piutang usaha (accounts receivable turn days), atau rata-
rata periode penagihan, dan mampu membandingkan periode penagihan klien
menunjukkan bahwa piutang telah tumbuh lebih cepat daripada volume penjualan,
yang selanjutnya akan menghabiskan arus kas operasi bagi perusahaan yang sedang
tumbuh untuk memonitor periode penagihan perusahaan, kareni setiap pertumbuhan
penjualan biasanya disertai dengan pertumbuhan piutang yang akan menghabiskan kas
operasi.

3. MEMPERTIMBANGKAN KOMPONEN PENGENDALIAN INTERNAL

a. Lingkungan Pengendalian
Lingkungan pengendalian teridir dari beberapa faktor yang dapat mengurangi bebrapa
risiko inheren yang berkaitan dengan siklus pendapatan. Di samping itu, faktor-faktor
ini juga dapat meningkatkan atau mengurangi keefektifan komponen pengendalian
internal lainnya dalam mengendalikan risiko salah saji pada asersi siklus pendapatan.
b. Penilaian Risiko
Penilaian risiko manajemen untuk tujuan pelaporan keuangan adalaha sama dengan
penilaian risiko inheren oleh auditor ekternal. Upaya yang cermat oleh sebagian
manajemen untuk megidentifikasi jenis-jenis risiko yang berkaitan dengan saldo dan
transaksi siklus pendapatan, bersama dengan komitmen untuk mengawali aktivitas
pengendalian atas risiko tersebut, harus mengurangi risiko salah saji.
c. Informasi dan Komunikasi (Sistem Akuntansi)
Pemahaman atas sistem akuntansi pendapatan memerlukan pengetahuan tentang
bagaimana (1) penuualan diawali, (2) barang dan jasa diberikan, (3) piutang dicatat,
(4) kas diterima, dan (5) penyesuaian penjualan dilakukan, termasuk metode
pemrosesan data serta dokumen penting dan catatan yang digunakan.
d. Pemantauan (Monitoring)
Auditor harus memperoleh pemahaman tentang umpan balik ini dan apakah
manajemen telah mengawali setiap tindakan korektif berdasarkan informasi yang
diterima dari aktivitas pemantauan. Kemungkinan ini mencakup informasi yang
diterima dari (1) pelanggan yang mengalami kesalah penagihan, (2) lembaga pengatur
yang memperhatikan ketidaksesuaian kebijakan pengakuan pendapatan atau hal-hal

3
yang berkaitan dengan pengendalian internal, dan (3) auditor eksternal yang
mempertimbangkan kondisi yang dapat dilaporkan atau kelemahan material dalam
pengendalian internal yangn ditemukan pada audit sebelumnya.
e. Penilaian Awal atas Risiko Pengendalian dan Strategi Audit Pendahuluan
Pada saat auditor memproleh bukti tenyang keefektifan operasi pengendalian internal
yang berkaitan dengan prosedur untuk memperoleh pemahaman, auditor dapat
mengevaluasi risiko pengendalian berdasarkan bukti tersebut. Dalam kasus semacam
itu, kepastian yang terbatas mungkin diperoleh tentang keefektifan pengendalian yang
terutama didasarkan atas prosedur yang mencangkup pengajuan pertanyaan,
observasi, dan beberapa inspeksi atas bukti yang didokumentasikan. Banyak auditor
akan menilai resiko pengendalian untuk asersi tertentu secara sepintas dibawah atau
diatas maksimum.

B. AKTIVITAS PENGENDALIAN – TRANSAKSI PENJUALAN KREDIT


Transaksi penjualan ini biasanya dicatat dengan menggunakan system komputer yang
dapat memproses transaksi secara berurutan atau metode pemrosesan batch. Aktivitas
pengendalian selama transaksi penjualan berlangsung harus disesuaikan dengan perubahan
situasi.Sesungguhnya setiap perusahaan yang memerlukan audit mempunyai system akuntasi
yang terkomputerisasi (computerized accounting system). Akhirnya, pertimbangan akan
diberikan pada prosedur yang digunakan oleh auditor untuk (1) memperoleh dan
mendokumentasikan pemahaman atas pengendalian internal dan (2) melakukan pengujian
pengendalian yang digunakan dalam membuat penilaian akhir atas risiko pengendalian untuk
transaksi pembelian.

1. PEROLEHAN PEMAHAMAN DAN PENILAIAN RISIKO PENGENDALIAN


Auditor harus memperoleh pemahaman atas siklus penjualan yang mencukupi
untuk merencanakan audit, yaitu auditor perlu mempunyai pemahaman yang cukup
untuk dapat (1)mengidentifikasi jenis salah saji yang potensial, (2)
mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi risiko salah saji yang material,
dan (3) merancang pengujian substansif.
Auditor bisa saja merencanakan untuk menilai risiko pengendalian pada
tingkat sedang atau tinggi atau menggunakan pengetahuannya tentang keefektifan
pengendalian siklus pendapatan yang diperoleh ketika memahami pengendalian
internal. Selain itu, auditor juga dapat mengambil kesimpulan tentang efektifan
pengendalian yang deprogram dengan mengevaluasi keefektifan operasi pengendalian
umum komputer dan mengajukan pertanyaan serta menginspeksi dokumen yang
berhubungan dengan prosedur yang digunakan untuk menindaklanjuti laporan
pengecualian yang dihasilkan oleh program pengendalian.

4
C. AKTIVITAS PENGENDALIAN – TRANSAKSI PENERIMAAN KAS
Pertimbangan Risiko Pengendalian – Transaksi Penerimaan Kas

Fungsi Salah Saji Pengendalian Komputer EO2 C2 RO2 VA2 PD2


yang Potensial
Pengendalian
Manual (huruf miring)

Fungsi Penjualan Menggunakan register kas P


tunai tidak atau titik penjualan.
Penerimaan didaftar
Kas Secara periodik
mengawasi prosedur
penjualan tunai. D

Penerimaan Membatasi pengesahan P


melalui pos cek atas penerimaan
hilang atau dengan segera.
digelapkan
setelah Segera menyusun
diterima pradaftar penerimaan
melalui pos.
P P P

Kas dan cek Secara independen D D D


yang diterima mengecek kesesuaian
untuk antara kas dan cek dengan
disetorkan lembar perhitungan kas
tidak sesuai dan pradaftar
dengan lembar
perhitungan
kas dan
pradaftar

Kas tidak Secara independen D D D


disetorkan mengecek kesesuaian slip
secara utuh setoran yang disahkan
setiap hari. dengan ikhtisar kas harian.

Bukti Secara independen D D D


penerimaan mengecek kesesuaian
uang tidak bukti penerimaan uang
sesuai dengan dengan pradaftar.
pradaftar.

5
Beberapa Komputer menyesuaikan D D D
penerimaan jumlah yang dijurnal dan
tidak dicatat diposting dengan ikhtisar
kas harian.

Kesm alahan Menyiapkan rekonsiliasi D D D D D


telah dilakukan bank yang independen
dalam secara periodik
membuat
jurnal
penerimaan.

Penerimaan Mengirimkan laporan ke D D D D


diposting ke pelanggan
akun
pelanggan
yang salah

Kesalahan Komputer D D D
telah dilakukan membandingkan informasi
dalam yang ada dalam jurnal
mencatat penerimaan kas dengan
penerimaan informasi dari pradaftar
kas

Rekonsiliasi bank D D D D D
independen 

Pengendalian Manajemen

Penerimaan Tingkat manajemen yang D D D


kas tidak sesuai memonitor ke
dicatat atau harian, termasuk
diposting ke penerimaan kas kas,
akun yang kelayakan jumlah, dan
salah jumlah pengkreditan ke
piutang usaha.

Manajemen secara aktif


menindaklanjuti piutang
yang telah jatuh tempo

D D D

6
D. AKTIVITAS PENGENDALIAN – TRANSAKSI PENYESUAIAN PENJUALAN
Transaksi penyesuaian penjualan meliputi :
1. Pemberian potongan tunai
2. Pemberian retur penjualan dan pengurangan harga
3. Penentuan piutang tak tertagih

Auditor melakukan pengujian pengendalian untuk memperoleh bukti tentang


keefektifan perancangan dan operasi sistem pengendalian internal perusahaan. Risiko
inheren yang berkaitan dengan transaksi penerimaan kas adalah tinggi akibat
kemungkinan penipuan oleh karyawan melalui pengalihan penerimaan kas. Jika prosedur
analitis menunjukkan kenaikan jumlah hari piutang beredar, maka hal ini mungkin dapat
menjelaskan pengalihan penerimaan ka situ. Akibat risiko inheren atas penggelapan kas,
dan dampak transaksi penerimaan kas terhadap piutang, auditor seringkali akan menguji
prosedur pengendalian yang berkaitan dengan penerimaan kas.

Jika auditor merencanakan untuk menilai risiko pengendalian pada tingkat sedang
(moderate) atau tinggi, maka auditor mungkin akan mendukung penilaian risiko
pengendalian melibatkan pengendalian manual dan auditor akan memperoleh bukti
melalui Tanya-jawab, observasi, serta inspeksi dokumen.

Jika auditor merencanakan untuk menilai risiko pengendalian pada tingkat yang
rendah, maka auditor akan memperluas pengujian sehingga mencakup inspeksi dokumen
dan pelaksanaan kembali pengendalian manual.

E. PENGUJIAN SUBSTANTIF ATAS PIUTANG USAHA


1. PENENTUAN RISIKO DETEKSI UNTUK PENGUJIAN RINCIAN
Kolerasi Komponen Risiko-Asersi Piutang Usaha

Komponen Eksistensi Kelengkapan Hak dan Penilaian Penyajian dan


Risiko atau Kewajiba atau Alokasi Pengungkapan
Kejadian n

Risiko Audit Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah

Risiko Inheren Maksimum Sedang Sedang Maksimum Sedang

Risiko Prosedur Sedang Rendah Sedang Sedang Tinggi


Analitis

Risiko Rendah Sedang Sedang Rendah Sedang


Pengendalian-
Transaksi
Penjualan
Kredit

Risiko Rendah Sedang Sedang Rendah Sedang

7
Pengendalian-
Transaksi
Penerimaan
Kas

Risiko Sedang Sedang Sedang Rendah Sedang


Pengendalian-
Transaksi
Penyesuaian
Penjualan

Risiko Sedang Sedang Sedang Rendah Sedang


Pengendalian
Gabungan

Risiko Sedang Tinggi Tinggi Sedang Sedang


Pengujian
Rincian yang
Dapat Diterima

2. PERANCANGAN PENGUJIAN SUBSTANTIF


a. PROSEDUR AWAL
Titik awal untuk memenuhi setiap pengujian audit adalah memperoleh
pemahaman tentang bisnis dan industri klien. Prosedur awal yang penting
untuk memperivikasi piutang usaha dan akun penyelisihan terkait adalah
menelusuri saldo awal periode berjalan ke saldo akhir yang telah diaudit
dalam kertas kerja tahun sebelumnya (jika dapat dilakukan). Selanjutnya,
aktivitas periode berjalan dalam akun pengendalian buku besar dan akun
penyisihan terkait harus direview untuk setiap ayat jurnal yang signifikasi,
yang tidak biasa dari segi sifat atau jumlah, yang memerlukan investigasi
khusus.
b. PROSEDUR ANALITIS
Tujuan auditor dalam melakukan prosedur analitis adalah mengembangkan
ekspektasi atas saldo piutang usaha, hubungan piutang usaha dengan
penjualan, dalam marjin kotor perusahaan.
c. PENGUJIAN RINCIAN TRANSAKSI
Pengujian rincian transaksi tertentu dapat dilaksanakan selama pekerjaan
interim (interim work) bersama dengan pengujian pengendalian dalam bentuk
pengujian bertujuan ganda (dual-purpose tests).
 Memvouching Catatan Piutang ke Transaksi Pendukung
 Melakukan Pengujian Pisah Batas untuk Penjualan dan Retur Penjualan
 Melakukan Pengujian Pisah Batas atas Penerimaan Kas

d. PENGUJIAN RINCIAN SALDO


8
Dua bidang utama dari prosedur dalam kategori pengujian substantif untuk
piutang usaha ini akan dibahas : konfirmasi piutang dan prosedur tindak lanjut
yang berkaitan serta prosedur untuk mengevaluasi kecukupan penyisihan
piutang tak tertagih.
e. KONFIRMASI PIUTANG
Konfirmasi piutang usaha mencakup komunkasi tertulis secara langsung
antara pelanggan dan auditor.
f. PROSEDUR AUDIT YANG BERLAKU UMUM
Konfimasi piutang adalah prosedur sudit yang berlaku umum. AU 330, Proses
Konfimasi (SAS 67), menyatakan ada anggapan bahwa auditor akan meminta
konfirmasi piutang selama melakukan audit, kecuali:
 Piutang usaha bersifat tidak material terhadap laporan keuangan.
 Penggunaan konfirmasi akan menjadi tidak efektif sebagai suatu
prosedur audit.
 Penilaian gabungan auditor atas risiko inheren serta risiko pengendalian
adalah rendah dan bahwa penilaian ini, bersama dengan bukti yang
diharapkan disediakan oleh prosedur analitis atau pengujian substantif
lainnya, sudah cukup untuk mengurangi risiko audit ke tingkat rendah
yang dapat diterima untuk asersi laporan keuangan yang berlaku.

F. JASA BERNILAI TAMBAH


Dalam proses pelaksanaan audit, auditor dapat menetapkan tolak ukur (benchmark)
atas kinerja purusahaan dibandingkan dengan perusahaan lain dalam industri itu.
Sebagai contoh, auditor dapat membicarakan apakah:
 Perusahaan telah secara efektif memanfaatkan aktiva untuk menghasilkan
penjualan berdasarkan rasio penjualan terhadap total aktiva.
 Piutang telah tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan penjualan, sehingga
menghabiskan arus kas.
 Perusahaan telah secara tepat menetapkan risiko yang  berkaitan dengan
perubahan atau kedewasaan pasar.
 Perusahaan telah sukses membuat inovasi produk baru di pasaran dan
menikmati persentasi pendapatan yang tinggi dari produk baru tersebut, relatif
terhadap persaingan.

Setelah auditor menyelesaikan audit atas siklu penjualan, dia harus mengikhtisarkan
masalah penting yang dapat menghambat kinerja jasa bernilai tambah kepada klien.

a. Definisi Utang Usaha


Utang usaha termasuk sebagai unsur utang lancar. Utang lancar meliputi semua
kewajiban yang akan dilunasi dalam periode jangka pendek (satu tahun atau
kurang dari tanggal neraca atau dalam siklus kegiatan normal perusahaan) dengan
cara mengurangi aktiva yang dikelompokkan dalam aktiva lancaratau dengan cara
menimbulkan utang lancar yang lain. Utang lancar digolongkan menjadi 6
kelompok berikut ini :

9
1) Utang usaha yang timbul dari transaksi pembelian bahan baku dan bahan
penolong, suku cadang, dan bahan habis pakai pabrik (factory supplies) Utang
usaha dapat digolongkan menjadi 2 golongan : (1) utang yang tidak disertai
dengan surat berharga sebagai bukti tertulis tentang kesanggupan untuk
membayar kewajiban (disebut dengan utang usaha atau account payable) dan
(2) utang yang disertai dengan surat berharga sebagai bukti tertulis tentang
kesanggupan untuk membayar kewajiban (disebut dengan utang wesel atau
notes payable).
2) Uang jaminan masuk dari pelanggan.
3) Utang yang timbul dari berlalunya waktu (accrued payable).
4) Utang yang timbul kepada pihak ketiga karena perusahaan yang ditunjuk
sebagai pemungut pajak atau iuran yang lain, seperti utang Pajak Pertambahan
Nilai (PPN), utang Pajak Penghasilan Karyawan (PPh Pasal 25), utang dana
pensiun, utang asuransi karyawan
5) Accrual yang timbul dari kegiatan usaha perusahaan
meskipun :
 Jumlah utang tersebut harus ditaksir seperti utang bonus.
 Krediturnya tidak diketahui seperti utang biaya reparasi untuk produk
perusahaan yang dijual dengan garansi.
  Utang yang jumlahnya harus diukur dari transaksi sekarang misalnya
utang sewa, pendapatan yang diterima dimuka, utang yang jumlahnya
dihitung dari besarnya deplesi sumber alam.
6) Utang lain yang diperkirakanakan dilunasi dalam jangka waktu pendek seperti
utang bank (kredit modal kerja misalnya), utang jangka panjang yang segera
jatuh tempo, utang pajak penghasilan utang deviden.
Tujuan Pengujian Substantif Untuk Piutang Usaha
Tujuan audit terhadap piutang usaha adalah :
1. Memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi yang
bersangkutan dengan utang usaha.
2. Membuktikan keberadaan utang usaha dan keterjadian transaksi yang
berkaitan dengan utang usaha yang dicantumkan di neraca.
3. Membuktikan kelengkapan transaksi yang dicatat dalam catatan akuntansi
dan kelengkapan saldo utang usaha yang disajikan di neraca.
4. Membuktikan kewajiban klien yang dicantumkan di neraca.
5. Membuktikan kewajiban penyajian dan pengungkapan utang usaha di
neraca.

b. Penentuan Risiko Deteksi untuk Pengujian Rincian


Hutang usaha dipengaruhi baik oleh transaksi pembelian yang menambah saldo
maupun oleh transaksi pengeluaran kas yang menurunkan risiko saldo tersebut.
Jadi, risiko pengujian rincian untuk asersi hutang usaha dipengaruhi oleh risiko
inheren, risiko prosedur analitis, faktor – faktor risiko pengendalian yang
berkaitan dengan kedua kelompok transaksi tersebut. Auditor menggunakan

10
metodologi menggabungkan penilaian risiko pengendalian yang tepat atas asersi
kelompok transaksi guna mencapai penilaian risiko pengendalian untuk asersi –
asersi saldo akun utang usaha. Metodologi yang dimaksud meliputi : matriks
risiko audit, yang selanjutnya digunakan untuk menentukan tingkat risiko deteksi
yang dapat diterima tingkat risiko spesifik dalam matriks ini hanya bersifat
ilustratif dan akan, karenanya, bervariasi menurut situasi yang dihadapi klien.

Korelasi Komponen Risiko - Asersi Hutang Usaha

Komponen Eksistensi kelengkapan Hak dan Penilaian Penyajian dan


Risiko atau kejadian Kewajiban atau alokasi pengungkapan

Risiko audit Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah

Risiko Tinggi Tinggi Sedang Tinggi Tinggi


Inheren

Risiko
Prosedur
Analitis Sedang Tinggi Sedang Sedang Tinggi

Risiko
Pengendalian
– Transaksi Rendah Tinggi Sedang Rendah Sedang
pengendalian
– transaksi
pengeluaran
kas

Risiko
Pengendalian
Gabungan Sedang Tinggi Rendah Tinggi Sedang

Risiko
Pengendalian
Rincian yang
Dapat Sedang Sangat Sedang Sedang Sangat rendah
Diterima rendah

c. Perancangan Pengujian Subtantif


Tingkat risiko deteksi yang dapat diterima untuk setiap asersi laporan laporan
keuangan yang signifikan dicapai dengan mengumpulkan bukti dari pengujian

11
substantif yang dirancang secara tepat, termasuk prosedur analitis, dan pengujian
rincian. Ketika membahas piutang usaha, juga dapat digunakan dalam merancang
pengujian substantif untuk hutang usaha. Daftar pengujian substantif yang
mungkin dapat dimasukkan dalam program audit yang dikembangkan atas dasar
yang disajikan pada tabel di bawah ini. (Gambar 15-10)

Kategori Pengujian Substantif Tujuan Audit Saldo Akun

EO3 C3 RO3 VA# PD#

Prosedur 1.      Mendapatkan pemahaman tentang


Awal bisns dan industri serta menentukan :

a.       Signifikansi pembelian dan hutang


usaha bagi perusahaan

b.      Pemicu ekonomi yang penting yang


mempengaruhi pembelian perusahaan dan
hutang usaha.

c.       Termin perdagangan standar dalam


industri, termasuk tanggal musiman, dan
sebagainya.

d.      Luas konsentrasi aktivitas dengan


pemasok dan komitmen pembelian yang
berkaitan

2.      Melaksanakan prosedur awal atas saldo


utang usaha dan catatan yang akan diuji
lebih lanjut ü   

a.       Menelusuri saldo awal utang usaha ke


kertas kerja tahun sebelumnya.

b.      Mereview aktivitas dalam akun buku


besar hutang usaha dan menyelidiki ayat
jurnal yang tampak tidak biasa dari segi
jumlah atau sumbernya.

c.       Mendapatkan daftar hutang usaha pada


tanggal neraca dan menentukan bahwa hal
itu mencerminkan secara akurat catatan
akuntansi yang mendasarinya dengan cara :

                                  I.            Menjumlahkan

12
daftar dan menentukan kesesuaian dengan
(1) total file voucher yang belum dibayar,
buku pembantu atau file induk hutang usaha,
dan (2) saldo akun pengendali buku besar.

                               II.            Menguji
kecocokan pemasok dan saldo daftar yang
sama terdapat dalam catatan akuntansi yang
mendasarinya. 

3.      Melaksanakan prosedur analitis

a.       Mengembangkan ekspektasi atas


hutang usaha dengan menggunakan
pengetahuan tentang aktivitas bisnis
perusahaan, termin perdagangan normal, dan
sejarah perputaran hutang usaha.

b.      Menghitung rasio – rasio :

-       Perputaran hutang usaha (pembelian +


hutang usaha)

-       Hutang usaha terhadap total kewajiban


lancar.

c.       Menganalisis hasil rasio dibandingkan


dengan ekspektasi berdasarkan data tahun
sebelumnya, data industri, jumlah yang
dianggarkan, dan data lainnya.

d.      Membandingan saldo beban dengan


tahun sebelumnya atau jumlah yang
dianggarkan untuk menyelidiki
kemungkinan kurang saji yang berkaitan
dengan hutang yang tidak dicatat.

4.      Menelusuri sampel sampel catatan


transaksi hutang usaha ke dokumentasi
pendukungnya.

a.       Menelusuri kredit ke voucher


pendukung lainnya.

b.      Menelusuri debet ke pengeluaran kas


atau memo retur pembelian.

5.      Melaksanakan pengujian pisah batas

13
pembelian.

a.       Memilih sampel transaksi pembelian


yang dicatat dalam beberapa hari sebelum
dan sesudah akhir tahun serta laporan
penerimaan untuk menentukan bahwa
pembelian telah dicatat pada periode yang
tepat.

b.      Melaksanakan pengujian pisah batas


pengeluaran kas

a.       Mengobservasi nomor cek terakhir


yang diterbitkan dan dikirimkan pada hari
terakhir yang diterbitkan dan periode audit
dan menelusuri ke catatan akuntansi untuk
memverifikasi keakuratan pisah batas atau

6.      Menelusuri tanggal pembayaran cek


yang dikembalikan dengan cek yang
dikembalikan dengan laporan pisah batas
bank akhir tahun ke tanggal yang telah
dicatat.

7.      Melaksanakan pencarian kewajiban


yang belum dicatat.

a.       Memeriksa pembayaran berikutnya


antara tanggal neraca dan akhir pekerjaan
lapangan, serta apabila dokumen yang
bersangkutan menunjukkan bahwa
pembayaran dilakukan untuk kewajiban
yang ada paa tanggal neraca, maka
telusurilah ke daftar hutang usaha.

b.      Memeriksa dokumentasi hutang yang


dicatat pada akhir tahun  yang masih belum
dibayar sampai akhir pekerjaan lapangan.

c.       Menyelidiki pesanan pembelian,


laporan penerimaan, dan faktur penjual yang
tidak sesuai pada akhir tahun.

d.      Melakukan tanya jawab dengan


personil bagian akuntansi dan pembelian
mengenai hutang yang belum dicatat

14
e.       Mereview anggaran modal, perintah
kerja dan kontrak konstruksi sebagai bukti
atas hutang yang belum dicatat.

8.      Mengkonfirmasi hutang usaha

a.       Mengidentifikasi pemasok utama


engan mereview register voucher atau buku
pembantu atau file induk hutang usaha dan
mengirimkan permintaan permintaan
konfirmasi kepada pemasok dengan saldo
yang besar.

b.      Menyelidiki dan merekonsiliasi


perbedaan

9.      Merekonsiliasi hutang yang belum


dikonfirmasi dengan laporan bulanan yang
diterima klien dari pemasok.

10.  Membandingkan penyajian laporan


dengan GAAP

a.       Menentukan bahwa hutang telah


diidentifikasi dan diklasifikasikan secara
tepat menurut jenis serta periode
pembayaran yang diperkirakan.

b.      Menentukan apakah ada saldo debet


yang signifikan secara keseluruhan sehingga
harus direklasifikasi.

c.       Menentukan ketetapan pengungkapan


yang berkaitan dengan pihak yang
mempunyai hubungan istimewa atau hutang
dijamin.

d.      Mengajukan pertanyaan kepada


manajemen tentang eksistensi komitmen
yang belum diungkapkan atau kewajiban
kontinjen.

1. Prosedur Awal
Titik awal bagi setiap pengujian audit adalah mendapatkan pemahaman
tentang bisnis dan industri klien. Pemahaman tentang signifikansi siklus pembelian

15
dalam perusahaan menyediakan konteks untuk penilaian risiko yang penting.
Pemahaman atas pemicu atau penggerak ekonomi perusahaan, termin perdagangan
standar, dan seberapa luas  konsentrasi bisnis dengan pemasok tertentu menyediakan
konteks untuk menyevaluasi hasil prosedur analitis, pengujian pengendalian, dan
pengujian substantif.
Prosedur awal lainnya untuk pengujian substantif atas hutang usaha adalah
menelusuri saldo awal  kertas kerja tahun sebelumnya dan menggunakan perangkat
lunak audit tergeneralisasi dalam memeriksa akun buku besar untuk melihat setiap
ayat jurnal yang tidak biasa. Serta untuk mengembangkan daftar jumlah yang
terhutang pada tanggal neraca. Biasanya klien mempunyai daftar file voucher yang
belum dibayar, buku  pembantu hutang usaha, dan file induk dalam bentuk elektronik.
Auditor juga dapat menggunakan perangkat lunak audit tergeneralisasi untuk
menentukan ketepatan matematis dari daftar  tersebut dengan cara menjumlah ulang
total dengan memvefikasi bahwa jumlahnya bahwa jumlahnya telah sesuai dengan
saldo akun buku besar.

2. Prosedur Analitis
Tujuan auditor menerapkan prosedur ini adalah untuk mengembangkan
ekspektasi atas saldo akun hutang dan hubungan antara hutang usaha dengan akun –
akun kunci lainnya seperti pembelian atau persediaan. Suatu penurunan yang
abnormal atas rasio perputaran hutang usaha atau kenaikan yang tidak
diharapkan  atas rasio lancar dapat menjadi indikator bahwa kewajiban telah
ditetapkan terlalu rendah. Prosedur analitis akan dilakukan pada tahap akhir
penugasan untuk memastikan bahwa bukti yang dievaluasi dalam pengujian rincian
telah konsisten dengan gambaran menyeluruh yang dilaporkan dalam laporan
keuangan.  

2.1 Pengujian Rincian Transaksi

a. Menelusuri Hutang yang Dicatat ke Dokumentasi Pendukung


Dalam pengujian ini, ayat jurnal kredit pada hutang usaha akan ditelusuri ke
dokumentasi pendukung dalam file klien, seperti voucher, faktur penjual, laporan
penerimaan dan pesanan pembelian. Pendebetannya akan ditelusuri ke dokumen
transaksi pengeluaran kas, seperti buku pengeluaran cek, atau memo dari penjual
menyangkut retur pembelian dan pengurangan harga.
b. Melaksanakan Pengujian Pisah Batas Pembelian
Pengujian pisah batas pembelian mencakup penentuan bahwa transaksi pembelian
yang terjadi mendekati tanggal neraca telah dicatat pada periode yang tepat. Hal
ini dapat dilakukan dengan menelusuri tanggal – tanggal laporan penerimaan kas
ke ayat jurnal yang dicatat ke dokumentasi pendukungnya.

c. Melakukan pengujian Pisah Batas Pengeluaran Kas


Pisah batas yang tepat atas transaksi pengeluaran kas pada akhir tahun adalah
sangat penting untuk penyajian kas dan hutang usaha yang benar pada tanggal

16
neraca. Bukti tentang pengujian pisah batas pengeluaran kas dapat diperoleh
melalui observasi langsung dan review atas dokumentasi internal. Apabila auditor
dapat menyajikan pada tanggal neracs, maka ia secara langsung dapat
menyaksikan lembar cek terakhir yang ditarik klien.
d. Melakukan Pencarian Hutang yang Belum Tercatat
Pencarian utang usaha yang belum tercatat terdiri dari prosedur – prosedur yang
dirancang secara khusus untuk mendeteksi kewajiban signifikan yang belum
dicatat pada tanggal neraca. Pembayaran kemudian. Pemeriksaan atas pembayaran
kemudian terdiri dari pemeriksaan dokumentasi untuk cek – cek yang diterbitkan
atau voucher yang dibayar setelah tanggal neraca. Apabila dokumentasi ini
menunjukkan bahwa pembayaran tersebut untuk membayar kewajiban yang ada
pada tanggal neraca, maka auditor harus menelusuri ke daftar hutang usaha guna
menentukan apakah hal tersebut termasuk ke daftar utang usaha. Prosedur lainnya.
Prosedur lainnya yang dapat mengungkapkan hutang yang belum dicatat
meliputi : (1) menginvestigasi pesanan pembelian, laporan penerimaan, dan faktur
penjualan yang tidak sesuai pada akhir tahun, (2) mengajukan pertanyaan kepada
personel akuntansi dan pembelian tentang hutang yang belum dicatat, serta (3)
mereview anggaran modal, perintah kerja, dan kontrak konstruksi untuk mencari
bukti adanya  hutang yang belum dicatat.

2.2 Pengujian Rincian Saldo

a. Konfirmasi Hutang Saldo


Tidak seperti konfirmasi piutang usaha, tidak ada anggapan yang dibuat mengenai
konfirmasi hutang usaha. Prosedur ini bersifat opsional karena (1) Konfirmasi ini
tidak dapat menjamin bahwa hutang yang belum dicatat akan dapat ditemukan,
dan (2) bukti eksternal berupa faktur dan laporan bulanan penjual harus tersedia
untuk mendukung saldonya. Konfirmasi hutang usahanya direkomendasikan
apabila risiko deteksi rendah, terdapat kreditor individual dengan saldo yang
relatif besar, atau perusahaan mengalami kesulitan dalam memenuhi
kewajibannya.
b. Merekonsiliasi hutang yang belum dikonfirmasi dengan laporan pemasok
Dalam banyak kasus, para pemasok biasanya mengirimkan laporan ini, jumah
yang terutang kepada pemasok menurut daftar hutang klien dapat direkonsiliasi
dengan laporan tersebut. Bukti yang diperoleh dari prosedur ini juga berlaku untuk
asersi yang sama seperti konfirmasi, tetapi kurang dapat diandalkan karena
laporan pemasok telah dikirimkan kepada klien, dan bukan langsung kepada
auditor.

2.3 Pembandingan Penyajian Laporan dengan GAAP


Jika saldo hutang usaha mencakup pembayaran dimuka yang material kepada
para pemasok untuk pengiriman barang dan jasa di masa depan, maka jumlah

17
semacam itu harus di reklasifikasi sebagai uang muka kepada pemasok dan dicatat
sebagai aktiva. Selain itu, pengungkapan juga perlu dilakukan atas penjaminan dan
hutang pihak yang mempunyai hubungan istimewa, komitmen pembelian, serta
kewajjiban kontinjen. Jadi, penyajian dan pengungkapan manajemen harus di
bandingkan dengan persyaratan GAAP.

2.4 Jasa Bernilai Tambah


Standar audit yang berlaku umum tidak mensyaratkan bahwa auditor harus
melakukan jasa bernilai tambah. Meskipun demikian, apabila auditor telah
menyelesaikan suatu audit, maka biasanya mereka sangat mengetahui tentang bisnis
dan praktik bisnis klien, hasil operasi dan arus kasnya, serta pengendalian internal
perusahaan. Manajemen dan dewan komisaris biasanya ingin secara penuh
memanfaatkan pengetahuan auditor itu. Sekarang mari kita pertimbangkan contoh
berikut tentang lembaga nirlaba. Setelah menyelesaikan audit siklus pengeluaran,
auditor mengakui bahwa organisasi tersebut telah mensubkontrakkan jasa – jasa
tertentu dan menerapkan praktik pembayaran honor bulanan yang tetap pada awal
bulan atas jasa dari subkontraktor itu. Perusahaan menanggung biaya tetap built-
in dngan tanggung jawab yang kecil. Ketika tiba waktunya untuk menegosiasikan
kembali kontrak itu, berdasarkan rekomendasi auditor, agen dtersebut menegosiasikan
kontrak dimana subkontraktor telah membayar kembali pada akhir bulan berdasarkan
jumlah orang yang bekerja. Pimpinan agen tersebut lalu menyerahkan tingkat
pertanggung jawaban yang lebih tinggi kepada dewan komisaris dan meningkatkan
arus kasnya sebagai pembayaran kembali yang hanya dilakukan setelah jasa
diberikan.

Dalam proses pelaksanaan audit, auditor dapat menetapkan tolak ukur


(benchmark) atas pengeluaran perusahaan dibandingkan dengan perusahaan lain
dalam industri yang sama. Sebagai contoh, untuk tahun yang berakhir 28 januari
2000, perputaran persediaan Dell computer rata – rata adalah 6 hari, 34 hari untuk
perputaran piutang dan 43 hari untuk melunasi hutangnya. Tidakada kas yang
dibutuhkan  untuk mendanai siklus operasi tersebut. Jasa penting yang ditawarkan
Akuntan Publik adalah membantu klien mengantisipasi jenis peluang ini dan
membantunya mengembangkan visi bagaimana membuat jenis arus kas yang positif
ini menjadi kenyataan.

18
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Siklus pendapatan suatu perusahaan termasuk kegiatan-kegiatan yang seri dengan
transaksi-transaksi obral, penerimaan kas, dan masa obral. Transaksi-transaksi tersebut
berpengaruh terhadap sejumlah rekening signifikan dalam laporan keuangan, termasuk di
dalamnya adalah kas, jatuh tempo, usaha, persediaan, dan obral. Pada umumnya
perusahaan, siklus pendapatan sangat vital, tetapi praktis bisnis dan pemicu ekonomisnya
sangat berbeda antara perusahaan yang satu dengan perusahaan lainnya.

Pemahaman tentang bisnis dan bidang usaha merupakan langkah pertama yang
penting dalam mengembangkan strategi audit. Banyaknya aktivitas dalam audit
mengakibatkan timbulnya risiko bawaan yang tinggi untuk berbagai asersi signifikan
laporan keuangan seperti misalnya asersi keberadaan atau keterjadian aset usaha. Oleh
karena itu, banyak perusahaan berusaha untuk memiliki sistem pengendalian magang
yang kuat di bidang ini mencegah atau mengatasi salah saji. (Jusup, Al Haryono 2002)

19
DAFTAR PUSTAKA

Jusup, Al. Haryono (2002). Mengaudit (Pengauditan), Buku II Cetakan Pertama, Yogyakarta:
STIE YKPN

Mulyadi (2002). Auditing II, Yogyakarta:Salemba

20

Anda mungkin juga menyukai