Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Dokter Parmin akan melakukan perbaikan langkah-langkah diagnosis penyakit akibat kerja
dan penanganan pertama di tempat kerja, serta melakukan pelaporan penyakit akibat kerja (PAK) di
perusahaan yaitu kasus Covid-19. Sebagai dokter yang pernah mendapat pelatihan HIPERKES, Ia
diberi tugas selain sebagai dokter klinik perusahaan juga sebagai dokter perusahaan. Ia akan
mengevaluasi hasil data di klinik perusahaan terkait banyaknya karyawan yang mengalami kecelakaan
kerja, gangguan paru-paru, muskuloskeletal dan anemi yang cukup tinggi, termasuk memikirkan gizi
karyawan. Ia harus mengaplikasikan Higiene perusahaan, ergonomi, Kesehatan dan Keselamatan
Kerja (K3) standar WHO serta secara spesifik upaya pencegahan dan pengendalian covid-19 di
perusahaan untuk mengintegrasikan mengatasi masalah tersebut. Ada aturan khusus dalam
memberikan keterangan yaitu ketentuan kriteria Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) akibat kerja
sebagai penyakit akibat kerja. Untuk upaya promotif dan preventif pekerja, seorang dokter harus
memahami adanya Paparan
STEP 6
Secara umum, tugas seorang dokter perusahaan dapat dibagi dalam empat ruang
lingkup: medis, teknis lingkungan kerja, teknis administratif, dan lingkungan sosial.
A. MEDIS
a) Program kesehatan di tempat kerja
Fungsi dasar seorang dokter sebagai seorang praktisi kesehatan adalah
untuk menjalankan program pelayanan kesehatan. Untuk seorang dokter
perusahaan, ruang lingkup kerjanya termasuk pemeriksaan kesehatan,
perawatan dan rehabilitasi, serta pencegahan penyakit umum
C. TEKNISADMINISTRATIF
Seorang dokter perusahaan berkewajiban untuk memenuhi tugas administratif,
termasuk diantaranya:
a) Pencatatan dan pelaporan medis ke instansi
b) Administrasi rutin bidang kesehatan
c) Perencanaan usaha pengembangan hiperkes di perusahaan.
D. TUGASSOSIAL
Selain tugas-tugas diatas, seorang dokter perusahaan juga memiliki peranan
sosial sebagai Health Educator atau penyuluh kesehatan. Materi yang harus
disampaikan termasuk gaya hidup sehat, gizi, dan mutu makanan. Seorang
dokter perusahaan juga harus mampu berfungsi sebagai Health Counsellor
(Komunikator) yang menjembatani hubungan antara pekerja dengan pihak
manajerial perusahaan dalam bidang kesehatan. Seorang dokter perusahaan
juga sering dilibatkan dalam tugas kepanitiaan/tim, seperti P2K3, P3K atau
Regu Pemadam Kebakaran.
Secara garis besar, jenis lingkungan kerja terbagi menjadi dua, yaitu (Sedarmayanti,
2001:21):
Lingkungan kerja fisik adalah semua keadaan berbentuk fisik yang terdapat disekitar
tempat kerja yang dapat mempengaruhi pegawai baik secara langsung maupun
tidak langsung. Lingkungan kerja fisik dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu:
Jawab :
TUJUAN HIPERKES
a. Meningkatkan derajat kesehatan karyawan setinggi-tingginya melalui
pencegahan dan penanggulangan penyakit dan kecelakaan akibat kerja
serta pemeliharaan dan peningkatan kesehatan dan gizi karyawan.
1. Pengenalan
– Nama bagian
– Jumlah pekerja
– Bagan perusahaan
– Tanda peringatan
– Tanggap darurat
§ Manfaat:
2. Penilaian
§ Pengukuran
§ Pengambilan sampel
§ Analisis laboratorium
Manfaat, diketahui:
§ Metode teknik
§ Melindungi pekerja
Sifat:
§ Preventif
a. Kesehatan kuratif
b. Kesehatan preventif
c. Pengamanan bahaya oleh proses produksi
d. Penyesuaian alat dan tenaga kerja
2) MENGANTISIPASI
Antisipasi merupakan kegiatan untuk memprediksi potensi bahaya dan risiko
di tempat kerja. Tahap awal dalam melakukan atau penerapan hygiene
industri/perusahaan di tempat kerja. Adapun tujuan dari antisipasi adalah :
Mengetahui potensi bahaya dan risiko lebih dini sebelum muncul menjadi
bahaya dan risiko yang nyata.
Mempersiapkan tindakan yang perlu sebelum suatu proses dijalankan
atau suatu area dimasuki.
Meminimalisasi kemungkinan risiko yang terjadi pada saat suatu proses
dijalankan atau suatu area dimasuki.
3) MENGENAL
4) MENGEVALUASI
Pada tahap penilaian/evaluasi lingkungan, dilakukan pengukuran,
pengambilan sampel dan analisis di laboratorium. Melalui penilaian
lingkungan dapat ditentukan kondisi lingkungan kerja secara kuantitatif dan
terinci, serta membandingkan hasil pengukuran dan standar yang berlaku,
sehingga dapat ditentukan perlu atau tidaknya teknologi pengendalian, ada
atau tidaknya korelasi kasus kecelakaan dan penyakit akibat kerja dengan
lingkungannya, serta sekaligus merupakan dokumen data di tempat kerja.
Tujuan dari pengukuran dalam evaluasi, yaitu :
Untuk mengetahui tingkat risiko.
Untuk mengetahui pajanan pada pekerja.
Untuk memenuhi peraturan (legal aspek).
Untuk mengevaluasi program pengendalian yang sudah dilaksanakan.
Untuk memastikan apakah suatu area aman untuk dimasuki pekerja.
Mengetahui jenis dan besaran hazard secara lebih spesifik.
5) PENGENDALIAN
Pengendalian faktor-faktor lingkungan kerja dimaksudkan untuk menciptakan
atau memelihara lingkungan kerja agar tetap sehat dan aman atau memenuhi
persyaratan kesehatan dan norma keselamatan, sehingga tenaga kerja
terbebas dari ancaman gangguan kesehatan dan keamanan atau tenaga
kerja tidak menderita penyakit akibat kerja dan tidak mendapat kecelakaan
kerja. Ada beberapa bentuk pengendalian atau pengontrolan di tempat kerja
yang dapat dilakukan , yaitu :
PRINSIP
Ergonomi berfokus kepada desain dari suatu sistem dimana manusia bekerja. Semua sistem
kerja tersebut terdiri atas komponen manusia, komponen mesin, dan lingkungan yang saling
berinteraksi antara satu dengan yang lainnya. Fungsi dasar dari ergonomi adalah memenuhi
kebutuhan manusia akan desain kerja yang memberikan keselamatan dan efisiensi kerja bagi
manusia yang bekerja di dalamnya.
PENERAPAN
a. PENDEKATAN KURATIF
Pendekatan ini dilakukan pada suatu proses yang sudah atau sedang
berlangsung. Kegiatannya berupa intervensi, modifikasi atau perbaikan dari
proses yang telah berjalan. Sasaran dari kegiatan ini adalah kondisi kerja
dan lingkungan kerja. Dalam pelaksanaannya terkait dengan tenaga kerja
dan proses kerja yang sedang berlangsung.
b. PENDEKATAN KONSEPTUAL
Pendekatan ini dikenal sebagai pendekatan sistem dan akan sangat efektif
dan efisien jika dilakukan pada saat perencanaan. Jika terkait dengan
teknologi, sejak proses pemilihan dan alih teknologi, prinsip-prinsip ergonomi
telah diterapkan. Penerapannya bersama-sama dengan kajian lain, misalnya
kajian teknis, ekonomi, sosial budaya dan lingkungan. Pendekatan holistik
inidikenal dengan pendekatan teknologi tepat guna
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penerapan ergonomi (Anies, 2005) :
a. Kondisi fisik, mental dan sosial harus diusahakan sebaik mungkin sehingga
didapatkan tenaga kerja yang sehat dan produktif.
b. Kemampuan jasmani dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan
antropometri, lingkup gerak sendi dan kekuatan otot.
c. Lingkungan kerja harus memberikan ruang gerak secukupnya bagi tubuh dan
anggota tubuh sehingga dapat bergerak secara leluasa dan efisien.
d. Pembebanan kerja fisik dimana selama bekerja peredaran darah meningkat
10- 20 kali. Meningkatnya peredaran darah pada otot-otot yang bekerja
memaksa jantung untuk memompa darah lebih banyak.
e. Sikap tubuh dalam bekerja. Sikap tubuh dalam bekerja berhubungan dengan
tempat duduk, meja kerja dan luas pandangan. Untuk merencanakan tempat
kerja dan perlengkapan yang dipergunakan, diperlukan ukuran-ukuran tubuh
yang menjamin sikap tubuh paling alamiah dan memungkinkan dilakukan
gerakan-gerakan yang dibutuhkan.
Menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja R.I. No. Kep. 463/MEN/1993, tujuan dari
keselamatan dan kesehatan kerja adalah mewujudkan masyarakat dan lingkungan kerja
yang aman, sehat dan sejahtera, sehingga akan tercapai ; suasana lingkungan kerja
yang aman, sehat, dan nyaman dengan keadaan tenaga kerja yang sehat fisik, mental,
sosial, dan bebas kecelakaan.
10. Apa saja faktor-faktor yg mempengaruhi kesehatan dan keselamatan kerja?
11. Apa contoh penyebab penyakit akibat kerja dan kecelakaan akibat kerja?
Penyakit akibat kerja adalah setiap penyakit yang disebabkan oleh pajanan
lingkungan kerja. Lingkungan kerja adalah kondisi sekitar pekerja atau karyawan
terbuka maupun tertutup, baik di dalam ruangan maupun di lapangan. Pajanan
sumber bahaya yang berasal dari lingkungan kerja bisa bersumber dari faktor
fisik, kimia, biologis dan ergonomi psikologi.
A. FAKTOR FISIK.
Faktor fisik lingkungan kerja terdiri dari kebisingan, getaran pencahayaan,
radiasi, tekanan udara dan iklim kerja.
a) Kebisingan.
Kebisingan adalah suara yang tidak dikehendaki Pada tingkat intensitas
suara yang tinggi, pemaparan bising yang berulang dan menahun akan
menyebabkan tuli syaraf (sensory neural deafness) yang sulit/ tidak dapat
disembuhkan. Kebisingan tingkat tinggi dapat menyebabkan efek jangka
pendek dan jangka panjang pada pendengaran. Kebisingan dengan
intensitas tinggi dapat menyebabkan : hilangnya pendengaran, sementara
atau permanen, pusing, kantuk, tekanan darah tinggi, tegang dan stress,
yang diikuti oleh sakit maag, kesulitan tidur dan sakit jantung, hilangnya
konsentrasi, alarm atau teriakan peringatan tidak terdengar.
b) Getaran.
Getaran yang dimaksud pada bab ini adalah getaran yang bersumber dari
penggunaan alat-alat mekanis dan sebagian dari kekuatan mekanis ini
disalurkan kepada tubuh karyawan dalam bentuk getaran mekanis. Efek
mekanis ini menyebabkan sel-sel jariangan dapat rusak atau
metabolismenya terganggu. Efek mekanis yang ditimbulkan dapat
dikategorikan menjadi 2 yaitu:
Whole body vibration
Segmented vibration/ hand arm vibration.
Pemaparan yang menahun terhadap getaran seluruh tubuh (Whole Body
Vibration) dapat menyebabkan perubahan-perubahan pada struktur tulang
(osteoarthritis) pada sendi-sendi tulang belakang, gangguan pencernaan
(sekresi dan motilitas), prostatitis, perubahan-perubahan pada kecepatan
konduksi syaraf (nerve conduction velocity), motion sickness dan getaran ini
pada frekuensi 60 -90 Hertz (frekuensi resonansi bola mata) akan menyebabkan
gangguan penglihatan.
Getaran setempat (tool hands vibration/ segmented vibration) sering dialami oleh
para operator chain saw, chipping hammer, dan pneumatic tool. Pemaparan
pada getaran ini pada frekuensi yang rendah (40 Hz) dapat menyebabkan
kerusakan pada tulang-tulang persendian bahu dan siku. Pada frekuensi antara
40 dan 300 Hz, penggunaan alat-alat (vibration hands tool) terutama chain saw
di tempat-tempat kerja yang dingin akan menyebabkan penyempitan pada
pembuluh darah yang dikenal sebagai Dead Head : Vibration White Finger
(VWF) atau Traumatic Vasopatic Disease. Penyakit ini ditandai dengang gejala-
gejala misalnya hilang kontrol otot, menurunnya kepekaan terhadap suhu dan
rasa sakit serta terjadinya borok pada ujung-ujung jari. Pada stadium lanjut
pemaparan terhadap segmental vibration dapat menimbulkan cacat pada tangan
yang permanen (permanen dissability). Efek –efek lain pada getaran ini yang
sering pula ditemukan pada pemaparan yang menahun adalah tenosynovitis,
terbentuknya kista-kista pada tulang pergelangan tangan, menurunnya kekuatan
menggenggam (grips strengh) dan dupuytren’s contractures.
c) Radiasi.
Radiasi adalah energi yang ditransmisikan, dikeluarkan aau diabsorbsi
dalam bentuk partikel berenergi atau gelombang elektromagnetik. Radiasi
yang berada di lingkungan kerja serta dapat mengganggu pelaksanaan
pekerjaan terdiri dari :
Radiasi elektromagnetik
Radiasi elektromagnetik yaitu gelombang mikro (microwaves), radiasi
laser, radiasi panas, sinar infra merah, sinar ultra violet, (sinar ungu)
dan sinar X (Ro) dan sinar gama
Radiasi radioaktif.
Radiasi radioaktif, yaitu radiasi atau sinar dari zat radioaktif.
Radiasi ultraviolet.
Mata merupakan organ tubuh yang paling peka terhadap radiasi
ultraviolet. Pada mata, pemaparan radiasi ultraviolet dapat
menyebabkan peradangan pada kornea (fotokeratitis) dan selaput
mata konjunctivitis. Pada kulit, radiasi ultraviolet dapat menyebabkan
luka bakar (skin burn/ sun burn), solar elatosis, (hipo/hiper)
pigmentasi.
Radiasi infra merah.
Pengaruh radiasi inframerah terutama adalah pada mata dan kulit.
Radiasi ini dapat menyebabkan denaturasi protein lensa mata
(katarak), setelah pemaparan 10-15 tahun pada intensitas 0.08- 0,4
w/cm². Pada kulit pemaparan radiasi inframerah akan menyebabkan
vasodilatasi dan perubahan pigmentasi kulit (hipo/hiper) pigmentasi.
Luka bakar pada kulit dapat terjadi bila suhu kuli meningkat sampai 45
ºC.
Radiasi sinar tampak (visible light).
Radiasi elektromagnetik ini relatif kurang berbahaya karena mata kita
dapat mendeteksinya sehingga pada pemaparan cahaya yang sangat
kuat, secara gerak refleks pupil akan menyempit dan kelopak mata
akan menutup. Pada intensitas yang sangat tinggi, visible light ini akan
menyebabkan kebutaan (flash blindness) yang sifatnya irreversible.
Radiasi gelombang mikro (microwafe).
Pada pemaparan radiasi gelombang mikro, kerusakan-kerusakan
organ-organ tubuh terutama disebabkan oleh efek termis radiasi ini.
Pada mata radiasi ini dapat menyebabkan katarak. Pada sistem
reproduksi, gelombang mikro (pada intensitas pemaparan yang sangat
tinggi) dapat menyebabkan degenerasi sel-sel tubulus seminiferus dan
kemandulan yang sifatnya tidk dapat pulih lagi ( reversible). Pada
pemaparan yang berulang dan menahun (10-20) tahun, gelombang
mikro dapat menyebabkan gangguan – gangguan neurologis,
fisiologis dan perilaku dengan tanda-tanda dangejala-gejala klinis
misalnyasakit kepala, mudah tersinggung/ marah, nafsu makan
berkurang, depresi, hipotensi, sering berkeringat, bradikardi dan kadar
histamin dalam darah meningkat.
Radiasi ionisasi.
Pengaruh radiasi ionisasi terutama adalah pada sel-sel darah dan
limfosit. Baik sel darah maupun sel limfosit merupakan sel darah yang
paling radiosensitif. Sel-sel tubuh lainnya yangjuga peka terhadap
radiasi ini berturut-turut adalah sel-sel epitel testis (basal cells), usus,
endhothelium, tubulus ginjal, tulang syaraf, otak dan otot. Pada dosis
yangtinggi, pemaparan radiasi ini akan menyebabkan acute radiation
syndrome dengan gejala-gejala klinis yaitu anorexia (nafsu makan
kurang), mual, muntah dan badan lemah. Pada dosis rendah
pemaparan radiasi ini akan menyebabkan katarak lensa mata dan
kemandulan
d) Tekanan udara.
Bahaya tekanan udara ada dua, yaitu tekanan udara tinggi (hiperbarik
exposure) dan tekanan udara rendah (hipobarik exposure).
Lama waktu papar akut dan kronis. Akut, kapasitas kerja menurun
(tergantung dari faktor individu dan waktu naik, pada 3500 m di atas
permukaan laut terjadi hypoxia dan kronis. Pada beberapa minggu
aklimatisasi mulai terjadi, tetapi kinerja dan kapasitas masih kurang.
Indikasi terjadi aklimatisasi jika kapasitas fifik kembali normal. Iklim kerja.
Temperatur ekstrim di tempat kerja sangat mempengaruhi kesehatan
pekerja. Temperatur Disebabkan pemaparan panas yang sangat ekstrim.
Penyakit karena terpapar tekanan panas yaitu berupa heat stroke, heat
cramps, heat hyperpyrexia, heat rash dan heat syncope.
Heat Stroke.
Heat stroke jarang terjadi dalam industri, namun bila terjadi sangat
hebat, biasanya yang terkena adalah laki-laki, belum teraklimatisasi.
Penyebab kegagalan pengatur suhu tubuh.Tanda dan gejala kulit
kering, panas, suhu meningkat hingga 45,5 ºC, kesadaran turun, bila
pengobatan terlambat penderita meninggal.
Heat Cramps.
Penyebab heat cramps antara lain tubuh kehilangan cairan garam
akibat keringat yang berlebihan, terjadinya pengenceran cairan
elektrolit. Tanda dan gejala kejang pada otot lengan, tungkai bawah,
abdomen pada saat sehabis kerja
Heat Hyperpyrexia.
Penyebab :kegagalan (partial failure) pusat pengatur suhu tubuh.
Tanda & gejala suhu tubuh tdk terlalu tinggi seperti pada heat stroke,
kelainan otak tidak begitu berat dan penderita masih dapat
berkeringat.
Heat Rash.
Penyebab penyumbatan saluran kelenjar keringat oleh keringat dan
kelenjar tersebut meradang/ inflamasi. Gejala timbul vesikula
berwarna kemerahan pada kulit dan biasanya pada daerah punggung,
keher dan dada
Heat Exhaustion.
Penyebabnya adalah dehidrasi akibat defisiensi air atau garam (NaCl),
menurunnya volume darah, gangguan sirkulasi darah ke organ-organ
tubuh sbg akibat meningkatnya aliran darah ke tubuh. Gejala lelah,
mual, denyut meningkat, dingin, pucat, suhu oral normal atau turun,
suhu rectal naik 37-38 derajat C.
Heat Syncope.
Penyebabnya penimbunan darah di pembuluhpembuluh darah kulit
bagian bawah. Gejala/ tanda : Pingsan saat penderita berdiri tegap
dan tidak bergerak di bawah sinar matahari Faktor Kimia. Penyakit
akibat kerja oleh karena faktor kimia ini lebih jelasnya akan dibahas
pada sub bab toksikologi.
B. FAKTOR BIOLOGI.
Penyakit akibat kerja faktor biologis disebabkan oleh virus, bakteria, protozoa,
jamur, cacing, kutu, pinjal bahkan mungkin pula hewan atau tumbuhan besar.
Penyakit oleh karena virus yaitu FAMD, Foot And Mouth Disease, penyakit
mulut dan kuku yang banyak menyerang pada peternak. Sporotrichosis
adalah salah satu contoh penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh jamur.
Candida albicans adalah penyakit yang biasanya menyerang pekerja yang
berada pada daerah lembab. Parasit cacing misalnya Ancylostoma banyak
menyerang pekerja pertambangan.
C. FAKTOR FISIOLOGI-ERGONOMI.
Penyakit akibat kerja oleh karena penerpana ergonomis yang tida memadai
dapat dikelompokan menjadi dua yaitu yang terjadi karena akumulasi jangka
panjang dan terjadi secara mendadak. Beberapa diantaranya adalah
tendonitis, carpal tunnel syndrome, tennis elbow,neck and back injuries,
strains /sprains, bursitis, thoracic outlet syndrome dan trigger finger.
D. FAKTOR PSIKOLOGI.
Bahaya yang bersumber dari lingkungan kerja biologis ini berupa berupa
interaksi antara manusia atau karyawan dengan pekerjaan, interaksi antara
karyawan dengan karyawan dan interaksi antara karyawan dengan atasan.
Interaksi antara karyawan dan pekerjaannya, yang sering menjadi sumber
tekanan psikis berupa:
a) Pengaturan jam kerja dan jam istirahat
b) Beban atau volume pekerjaan
c) Pajanan lingkungan kerja
d) Tanggung jawab
e) Budaya organisasi
f) Kerja monoton
Jam kerja perlu diatur sesuai dengan kemampuan manusia bekerja. Rata-rata jam
kerja normal adalah 8 jam sehari atau 40 jam seminggu. Apabila melebihi jam ini
maka dihitung sebagai kerja lembur. Pekerja yang melaksanakan kerja lembur harus
diberikan kompensasi sesuai dengan haknya. Kerja dengan shift malam juga perlu
diberi perhatian kaitannya dengan kemampuan fisiologisnya. Pekerja shift malam
harus cukup istirahat dan diatur pergantian shift yang baik sehingga meminimalkan
terjadinya kelelahan kerja.
Beban kerja atau volume pekerjaan harus diatur sesuai dengan kapasitas kerja
karyawan. Beban kerja terlalu besar daripada kapasitas kerja (overload) akan
menimbulkan performa kerja yang tidak baik, sedangkan beban kerja yang kurang
menyebabkan rendahnya motivasi kerja.
Lingkungan kerja yang telah diceritakan pada sub lainnya dapat memberikan
pengaruh secara tidak langsung terhadap kondisi psikis karyawan. Kondisi bising,
menyebabkan sulit fokus pada pekerjaan, sehingga pekerjaan yang mudah tidak
diselesaikan sesuai dengan target.
Tanggung jawab.
Budaya organisasi.
Kerja monoton.
12. Bagaimana upaya promotif dan preventif bagi pekerja untuk mencegah covid?
PROMOTIF PREVENTIF
Panduan pencegahan penularan Covid-19 secara rinci antara lain :
A. SELAMA PSBB BAGI TEMPAT KERJA
a) Kebijakan Manajemen dalam Pencegahan Penularan Covid-19
Pihak manajemen agar senantiasa memantau dan memperbaharui
perkembangan informasi tentang COVID19 di wilayahnya. (Secara
berkala dapat diakses di http://infeksiemerging.kemkes.go.id. dan
kebijakan Pemerintah Daerah setempat).
Pembentukan Tim Penanganan Covid-19 di tempat kerja yang terdiri
dari Pimpinan, bagian kepegawaian, bagian K3 dan petugas
Kesehatan yang diperkuat dengan Surat Keputusan dari Pimpinan
Tempat Kerja.
Pimpinan atau pemberi kerja memberikan kebijakan dan prosedur
untuk pekerja melaporkan setiap ada kasus dicurigai Covid-19 (gejala
demam atau batuk/pilek/nyeri tenggorokan/sesak nafas) untuk
dilakukan pemantauan oleh petugas kesehatan.
Tidak memperlakukan kasus positif sebagai suatu stigma.
Pengaturan bekerja dari rumah (work from home).
Menentukan pekerja esensial yang perlu tetap bekerja/datang ke
tempat kerja dan pekerja yang dapat melakukan pekerjaan dari rumah.
b) Jika ada pekerja esensial yang harus tetap bekerja selama PSBB
berlangsung:
Di pintu masuk tempat kerja lakukan pengukuran suhu dengan
menggunakan thermogun, dan sebelum masuk kerja terapkan Self
Assessment Risiko Covid-19 untuk memastikan pekerja yang akan
masuk kerja dalam kondisi tidak terjangkit Covid-19.
Pengaturan waktu kerja tidak terlalu panjang (lembur) yang akan
mengakibatkan pekerja kekurangan waktu untuk beristirahat yang
dapat menyebabkan penurunan sistem kekebalan/imunitas tubuh.
Untuk pekerja shift :
a. Jika memungkinkan tiadakan shift 3 (waktu kerja yang dimulai pada
malam hingga pagi hari)
b. Bagi pekerja shift 3 atur agar yang bekerja terutama pekerja berusia
kurang dari 50 tahun.
Mewajibkan pekerja menggunakan masker sejak perjalanan dari/ke
rumah, dan selama di tempat kerja.
Mengatur asupan nutrisi makanan yang diberikan oleh tempat kerja,
pilih buah-buahan yang banyak mengandung vitamin C seperti jeruk,
jambu, dan sebagainya untuk membantu mempertahankan daya tahan
tubuh. Jika memungkinkan pekerja dapat diberikan suplemen vitamin
C.
Memfasilitasi tempat kerja yang aman dan sehat
- Higiene dan sanitasi lingkungan kerja
Memastikan seluruh area kerja bersih dan higienis dengan
melakukan pembersihan secara berkala menggunakan pembersih
dan desinfektan yang sesuai (setiap 4 jam sekali). Terutama
pegangan pintu dan tangga, tombol lift, peralatan kantor yang
digunakan bersama, area dan fasilitas umum lainya.
- Menjaga kualitas udara tempat kerja dengan mengoptimalkan
sirkulasi udara dan sinar matahari masuk ruangan kerja,
pembersihan filter AC.
- Sarana cuci tangan
Menyediakan lebih banyak sarana cuci tangan (sabun dan air
mengalir).
Memberikan petunjuk lokasi sarana cuci tangan
Memasang poster edukasi cara mencuci tangan yang benar.
Menyediakan handsanitizer dengan konsentrasi alkohol minimal
70% di tempat-tempat yang diperlukan (seperti pintu masuk,
ruang meeting, pintu lift, dll)
UU
UNDANG-UNDANG K3