Anda di halaman 1dari 29

BAB II MERANCANG PRODUK BARU

A.FAKTOR PENENTU BISNIS PERS


Manajemen perencanaan media cetak adalah proses penentuan
dan perumusan untuk mengelola penerbitan pers secara terencana,
sistematis, dan terinci untuk mencapai tujuan akhir. Perencanaan yang
baik adalah program yang dibuat secara jelas, ringkas, dan tegas serta
mudah melakukannya. Untuk memudahkan pelaksanaan perencanaan,
maka perencanaan pers tersebut harus diperinci lebih jauh dalam
berbagai program, kebijakan, proyeksi, sistem, prosedur, peraturan, dan
anggaran perusahaan.
Dalam merencanakan, membentuk, dan menyempurnakan
kelahiran sebuah produk pers, harus dipertimbangkan berbagai faktor
dibawah ini.

A.1.Menganalisa situasi ekonomi


Situasi ekonomi di tanah air dan internasional memiliki pengaruh
yang cukup signifikan terhadap kelangsungan bisnis media cetak.
Kondisi perekonomian yang baik, akan membuat iklim bisnis memiliki
prospek yang cerah. Bisnis media cetak dapat berkembang dengan baik,
karena mampu meraih iklan dan meningkatkan tiras penjualan. Kondisi
ini membuat kinerja keuangan penerbitan menjadi sehat. Pada giliran
berikutnya penerbitan yang memiliki kinerja keuangan baik, akan
melakukan ekspansi usaha. Apakah itu dengan cara mengembangkan
bisnis media cetak lainnya. Atau digunakan untuk melakukan ekspansi
di bidang lain yang menguntungkan grup perusahaaanya.
Faktor-faktor ekonomi yang dapat mempengaruhi perkembangan
bisnis adalah inflasi, laju pertumbuhan ekonomi, kurs suku bunga, dan
patokan suku bunga SBI (sertifikat bank Indonesia). Bila indikator
ekonomi tersebut menunjukkan hasil positif, situasi perekonomian
nasional juga memungkinkan untuk mengembangkan bisnis pers.
Inflasi adalah suatu gejala dimana harga-harga kebutuhan
hidup: sandang, pangan, papan naik pada pada saat tertentu. Untuk
mengendalikan inflasi, pemerintah menggunakan berbagai instrumen
seperti menambah jumlah pasokan barang ke pasar, sehingga harga-
harga bisa turun kembali. Selain itu, langkah moneter juga dilakukan
dengan cara menarik uang beredar di masyarakat dengan cara
menaikkan tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI).
Sertifikat Bank Indonesia merupakan salah satu instrumen Bank
Indonesia dalam mengatur lalu lintas moneter di Indonesia. SBI
merupakan alat BI untuk menyedot rupiah dari pasar dengan cara
menaikkan suku bunga SBI. Bila suku bunga SBI tinggi, masyarakat
akan tertarik menyimpan uangnya di bank. Tapi disisi lain, kenaikan
SBI membuat suku bunga kredit perbankan akan ikut-ikutan naik.
Dengan begitu, maka para penerima kredit akan membayar pinjaman
pokok dan suku bunga lebih mahal.
Tingginya suku bunga Sertifikat Bank Indonesia, membuat
masyarakat menyimpan dana atau uangnya ke SBI. Masyarakat secara
langsung mengurangi belanja konsumtifnya. Pilihan itu diambil, karena
bunga yang diberikan SBI jauh lebih menguntungkan dibanding dengan
membelanjakan produk lain. Maka uang beredar di tangan masyarakat
sedikit, karena lebih banyak disimpan dalam bentuk SBI. Daya beli
masyarakat juga ikut-ikutan lemah, karena uang kontan yang mereka
miliki sedikit. Kenaikan SBI ini, membuat bank-bank ikut menaikkan
suku bunga deposito. Kenaikan suku bunga deposito, membuat suku
bunga kredit juga ikut naik. Karena prinsip kerja bank adalah suku
bunga kredit harus lebih tinggi dari pada suku bunga tabungan, giro
atau deposito. Atau spread (selisih antara suku bunga kredit dan
deposito) antara 5%-10%. Bila suatu bank menetapkan spread 5%,
maka bila suku bunga deposito 11% per tahun, bank itu akan
memberikan suku bunga kredit 16% per tahun. Bila suku bunga
deposito naik 16%, suku bunga kredit pun harus pula dinaikkan
menjadi 21%.
Bila bank memberikan suku bunga kredit cukup tinggi,
pengusaha sulit untuk menerima kredit investasi atau kredit modal
kerja. Termasuk perusahaan media cetak akan sulit untuk meminta
kredit untuk pengembangan usaha seperti pembelian mesin cetak,
penambahan kendaraan roda empat untuk pengembangan bagian
sirkulasi, atau pembelian properti untuk kantor baru.
Perusahaan mitra kerja penerbitan media cetak juga melakukan
pengetatan pengeluaran yang cukup tinggi. Perusahaan tersebut akan
mempercepat pelunasan tagihan-tagihan utang kepada perusahaan
media cetak, seperti pembelian kertas, ATK, komputer, atau percetakan.
Bila sebelumnya, pembayaran kewajiban kepada pemasok bisa sebulan
sekali, tapi karena kebijakan uang ketat, penagihan bisa dipercepat
menjadi dua minggu. Kondisi ini, membuat manajemen keuangan
penerbitan media cetak harus kembali menjadwal ulang kapan harus
hutang-hutang itu harus dibayar atau dilunasi.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada masa tahun 1990-1996
masih mampu tumbuh antara 6%-8%. Sejak memasuki tahun 1997,
pertumbuhan ekonomi sulit untuk dipertahankan. Menyusutnya
pertumbuhan tersebut, merupakan dampak dari melemahnya aktivitas
perekonomian nasional. Sejauh mana akselerasi dunia bisnis berjalan,
sebesar itu pula laju pertumbuhan ekonomi. Besarnya angka
pertumbuhan mencerminkan seberapa banyak adanya kegiatan
perekonomian dalam bentuk barang dan jasa. Termasuk dalam investasi
bisnis pers, bila laju pertumbuhan ekonomi membaik, akan banyak
ketersediaan dana yang dapat digunakan untuk mendirikan bisnis pers.
A.2. Kurs Valuta Asing
Pergerakan kurs nilai rupiah terhadap dolar Amerika Serikat
menjadi pertimbangan utama dalam bisnis media cetak. Karena harga
bahan baku kertas koran yang dibutuhkan untuk membuat kertas
koran oleh pabrik-pabrik kertas di dalam negeri, masih diimpor. Selain
itu, sebagian kertas koran, majalah, dan tabloid juga musti dibeli dari
luar negeri. Itu berarti, harga bahan baku kertas koran dan harga
kertas koran mengikuti naik turunnya kurs dolar terhadap rupiah. Bila
kurs rupiah terhadap dolar melemah, harga kertas akan naik. Begitu
pula bila kurs rupiah terhadap dolar AS menguat, harga kertas pun
turun.
Pengalaman selama ini menunjukkan, kurs nilai rupiah tidak
pernah nilainya menguat. Kebijakan devaluasi dan depresiasi oleh
pemerintah selama 1970-1997 membuat posisi rupiah selalu
direndahkan terhadap dolar Amerika Serikat. Namun sejak 1997, nilai
rupiah sulit untuk dikendalikan pemerintah. Nilai rupiah terus terpuruk
yang mengakibatkan harga kertas juga naik. Pada tahun 1997, nilai
rupiah terhadap dolar Amerika Serikat masih Rp2.400 per dolar AS.
Namun sejak itu,nilai rupiah terus melemah hingga pernah mencapai
Rp16.000 per dolar AS pada tahun 1998. Pada masa pemerintahan B.J
Habibie, nilai rupiah berkisar Rp6.000-Rp7.000 per dolar AS. Dan pada
masa pemerintahan Abdurahman Wahid, nilai rupiah kembali melemah
menjadi Rp9.000-Rp12.000 per dolar AS. Sedangkan pada masa
pemerintahan Megawati Soekarno Puteri, nilai rupiah rata-rata
Rp10.000-Rp10.500 selama tahun 2001. Melemahnya nilai rupiah itu,
membuat harga kertas ikutan-ikutan naik. Bila sebelum tahun 1997
harga kertas koran per ton US$500, dengan nilai kurs rupiah Rp2.500
per dolar AS, maka penerbit menbeli kertas dengan harga Rp1.250.000.
Maka pada saat nilai rupiah berada pada angka Rp6.000 per dolar AS,
penerbit harus mengeluarkan biaya Rp3.000.000 per ton. Pada tahun
2001 dimana kurs rupiah mencapai Rp10.500 per dolar AS, penerbit
mengeluarkan biaya untuk membeli kertas Rp5.250.000 per ton. dapat
disimpulkan, semakin kurs nilai rupiah melemah, biaya untuk membeli
kertas koran semakin tinggi.

A.3.Lingkungan Bisnis
Lingkungan bisnis dapat dilihat sejauh mana aktivitas atau
dinamika masyarakat dalam menjalankan roda perusahaanya. Untuk
melihat apakah dunia usaha di tanah air berjalan secara kondusif
dengan melihat besarnya perbumbuhan PMA (perusahaan modal asing)
dan PMDN (perusahaan modal dalam negeri)
Besarnya PMA dan PMDN menunjukkan sejauh mana aliran
modal langsung dan tidak langsung masuk ke Indonesia. Semakin besar
PMA dan PMDN yang merealisasikan pendirian perusahaan di Indonesia,
semakin banyak tenaga kerja yang dibutuhkan dan terserap. Dan
semakin banyak pula produk yang dihasilkan. Daya serap tenaga kerja
ini, membuat adanya pembeli media cetak yang baru, dan pemasang
iklan potensial yang baru. Jajaran direksi, manajer, dan karyawan dapat
dipastikan akan membeli media cetak apakah itu surat kabar, majalah,
atau tabloid untuk mengetahui berbagai perkembangan politik, bisnis,
ekonomi, hukum, perburuhan, dan lain-lain.
Untuk meningkatkan penjualan produk yang dibuat PMA dan
PMDN itu, perusahaan tersebut harus mempromosikan dan
mengiklankan produk ke masyarakat melalui saluran komunikasi. Salah
satu langkah adalah dengan memasang iklan di media cetak.
Tumbuhnya dunia usaha, membutuhkan berbagai informasi yang
mendukung daya serap produk suatu media cetak. Semakin bagus
dunia bisnis, semakin mendukung perkembangan media cetak.

A.4. Situasi Persaingan Media Cetak


Persaingan yang terjadi dalam bisnis media cetak bertujuan
untuk merebut, mempertahankan, dan memperbesar pelanggan dan
pemasang iklan. Karena itu, sebelum menentukan bentuk media cetak
apa yang akan dibuat, pemetaan jenis media cetak yang sudah ada perlu
dilakukan. Setelah berhasil melakukan pemetaan, langkah berikutnya
adalah menganalisis produk apa yang belum ada di pasaran. Lalu
memperkirakan pula apakah produk itu dapat diterima atau ditolak oleh
pasar
Media cetak yang akan dibuat harus yang dibutuhkan pembaca
agar produk yang tersebut dapat diterima pasar. Peta produk media
cetak saat ini dapat dibagi sebagai berikut:

 1.Majalah mingguan berita: Tempo, Gatra, Gamma, Warta Ekonomi,


Forum.
 2.Majalah dua mingguan: Panji Masyarakat, Garda, Swasembada,
Pilar
 3.Majalah Bulanan: Eksekutif, Info Bisnis.
 4.Harian Umum : Kompas, Media Indonesia, Koran Tempo,
Republika, Pelita, Sinar Harapan, Suara Pembaruan
 5.Harian bisnis dan ekonomi: Bisnis Indonesia, Harian Ekonomi
Neraca, Jurnal Indonesia, Harian Investor Indonesia.
 6.Majalah Wanita: Femina, Kosmopolitan, Bazaar, Kartini, Dewi.
 7.Majalah Remaja : Gadis, Hai, Anita, Aneka.
 8.Tabloid Mingguan Umum: Detak, Bangkit, Adil, Peluang
 9.Tabloid Mingguan Wanita : Nova
 10.Majalah Musik : MuMu
 11.Majalah hiburan : Wow, Lipstik, Populer, Lajang.
 12.Tabloid olahraga : Bola, Go, Soccer, Libero, Kanuragan
 13.Majalah Olahraga: Liga Italia, Sportif, Golfdigest.
 14.Tabloid Otomotif: Tabloid Otomotif, Otosport
 15.Majalah Otomotif: Mobil, Motor Mobil, F-1, Tablid Otosport
 16.Majalah Anak: Bobo,Tasya, Aku Anak Saleh
 17.Tabloid Anak : Fantasi
 18.Tabloid Perkembangan Anak: Nakita
 19.Majalah Perkembangan Anak: Ayah Bunda
 20.Majalah Kesehatan: Nirmala, Fit.
 21.Majalah teknologi: Interner, PC Plus, Seluler,
 22.Tabloid Teknologi: Info Komputer
 23.Tabloid Partai Politik : Duta Masyarakat, Amanat,
 24.Majalah Religius: Amanah, Sabili, Rohis, Media Dakwah
 25. Tabloid Religius : Lembar Jum’at, Fikri
 26.Tabloid Televisi : Bintang, Bintang Millenia, Citra,
 27.Majalah Khusus: Trubus (pertanian), Trobos (peternakan).

Perusahaan yang tetap ingin mendirikan media cetak harus memilih


apakah akan membuat produk dengan pasar yang massal atau
mengandalkan pasar yang sempit. Membidik pasar yang sempit, bukan
berarti iklan yang diraih kecil. Dan bukan berarti pula pendapatan yang
diraih dan jumlah laba yang dipetik akan kecil. Sebaliknya, membidik
pasar yang sempit dapat mendapat iklan yang banyak. Sehingga
perusahaan media cetak itu mampu menghasilkan laba.
Pasar yang sempit, membuat pembaca yang dibidik adalah
pembaca potensial. Potensial yang dimaksud adalah pembaca yang
ditembak memiliki daya beli yang tinggi. Sehingga iklan yang dipasang
pada media cetak tersebut tepat menuju sasaran.
Media Cetak yang bermain di pasar yang sempit umumnya
berjenis hobi, fashion, hiburan, olahraga, permainan, dan sex. Media
cetak yang berhasil di pasar sempit adalah majalah Trubus (Pertanian),
Tabloid Bola dan Go (olahraga), Tabloid Nakita dan Ayah Bunda
(pertumbuhan anak), F-1 (Balap Mobil formula satu), Otocar (balap
motor), Kosmopolitan (fashion), Sabili (Agama Islam), Majalah Nirmala
(kesehatan)..

Berikut langkah-langkah yang diambil untuk bermain di pasar sempit:


 Organisasi dan SDM harus efisien, ramping, tidak perlu sebesar
media massa umum.
 Pemberitaan harus terfokus dan tetap konsisten dengan segmen
pasar yang dibidik. Bila ingin menulis artikel diluar segmen pasar
yang dibidik, porsinya tidak boleh lebih dari 25% dari isi total
keseluruhan.
 Harus mampu meningkatkan fanatisme pembaca. Bentuknya adalah
dengan memperbanyak pelanggan dan mengadakan acara-acara
dengan pembaca seperti seminar, memasak, konsultasi kesehatan.
 Produk harus dijajakan dilokasi tempat segmen pasar yang dituju.
Jadi tidak perlu produk dipasarkan di seluruh gerai, lapak koran,
atau toko. Majalah golf harus lebih banyak di jual di counter-counter
toko peralatan golf, lapangan golf, atau tempat kursus golf.
 Harus melakukan kerjasama dengan media televisi atau radio dengan
cara mengangkat salah satu rubrik yang ada di media tersebut
kedalam bentuk acara televisi. Majalah Formula I melakukan kerja
sama dengan stasiun televisi untuk mengadakan acara nonton
bareng F I di sebuah kafe.

Persaingan yang terjadi dalam industri media cetak adalah persaingan


sempurna.Bukan persaingan monopoli atau monopsoni. Perusahaan
penerbitan media cetak seperti Grup Kompas-Gramedia, Grup Tempo,
Grup Jawa Pos, Grup Media Indonesia, Grup Bisnis Indonesia, dan Grup
Pos Kota tumbuh dengan kemampuan sendiri para investornya. Mereka
tidak mendapat proteksi atau bantuan secara khusus dari pemerintah
pada saat mulai menerbitkan produk. Seluruh proses jurnalistik,
produksi, pemasaran, dan sirkulasi dilakukan dengan mengacu pada
asas profesionalisme kerja dan kemampuan finansial perusahaan. Para
perusahaan penerbit tersebut tidak mendapat bantuan potongan harga
kertas, tidak mendapat pasokan berita secara cuma-cuma dari
pemerintah, tidak mendapat bantuan ongkos cetak, dan tidak mendapat
bantuan pemasaran.
Masing-masing perusahaan penerbitan tidak melakukan praktik
monopoli terhadap akses informasi, melakukan monopoli wilayah
pemasaran, atau monopoli pemasangan iklan. Persaingan dalam bisnis
media cetak, sama keras dan ketatnya seperti pada bisnis di sektor lain.
Masing-masing perusahaan akan berupaya untuk merebut pasar yang
dikuasai pesaingnya agar perusahaan dapat berkembang.
Para pengelola penerbitan pers tidak membuat kartel untuk
mementukan harga jual surat kabar. Lembaga atau organisasi yang
dibentuk seperti SPS (Serikat Pekerja Pers), PWI (PersatuanWartawan
Indonesia) lebih pada masalah koordinasi untuk menghadapi lembaga
atau asosiasi lain yang secara bisnis mempengaruhi kelangsungan
bisnis pers. Untuk membeli bahan baku kertas, SPS melakukan
negosiasi dengan Asosiasi Kertas Indonesia.
Harga masing-masing surat kabar dibebaskan, tidak ada aturan
yang mengharuskan harga yang dijual mesti seragam. Kesulitan
melakukan kartel harga, juga karena masing-masing surat kabar
memiliki jumlah halaman yang berbeda. Ada surat kabar yang memiliki
24 halaman,32 halaman, atau 40 halaman. Besar kecilnya halaman,
tentu saja akan berpengaruh terhadap biaya produksi. Karena itulah,
penerbit dipersilakan untuk menentukan sendiri harga jual eceran ke
konsumen.
Produsen media cetak juga tidak melakukan pengaturan
pembagian wilayah edar. Masing-masing penerbit diperbolehkan
mengedarkan produknya ke berbagai daerah, selama mampu
memasarkan dan pasar menyambutnya dengan positif. Yang terjadi
adalah masing-masing propinsi memiliki surat kabar yang 70%
pemberitaannya khusus tentang propinsi tersebut. Misalnya Pikiran
Rakyat khusus beredar Bandung, Jawa Barat, Suara Merdeka beredar di
Semarang, Jawa Tengah, Jawa Pos beredar di Surabaya, Jawa Timur,
Analisa beredar di Medan, Sumatera Utara, Fajar beredar di Makassar,
Sulawesi Selatan.
Langkah-langkah persaingan bisnis di media cetak adalah
memberikan diskon harga langganan, memberikan hadiah-hadiah
kepada pelanggan, mengadakan kuis dengan memberikan hadiah
kepada pelanggan, memberikan bonus produk media cetak dari satu
grup perusahaan, memberikan diskon mengikuti satu acara kepada
pembeli produk media cetak.
 Persaingan pada level agen. Persaingan dilakukan media cetak
dengan memberikan berbagai rangsangan dan fasilitas agar
produk segera diedarkan dengan cepat kepada konsumen.
Manajemen media cetak akan berupaya dengan keras agar para
agen lebih memprioritaskan penjualan produknya dibanding
merek lain seperti agen meletakkan produk di depan gerainya.
 Persaingan di tingkat pengecer.Persaingan pada level ini adalah
media cetak memberikan berbagai rangsangan dan fasilitas
kepada para pengecer dengan tujuan agar para pengecer lebih
memprioritaskan penjualan produk mereka. Sehinggga
penjualan produk tersebut akan meningkat. Misalnya para
pengecer memasang produk pada baris depan, memasang pada
tempat yang terlihat konsumen, dan menyorongkan produk
terlebih dahulu ke konsumen Hasil penjualan produk
tersebut, sebagian akan disisihkan untuk kepentingan para
pengecer. Praktik persaingan pada level ini adalah memberikan
kaos, topi, rompi, hadiah-hadiah, membentuk koperasi
pengecer, memberikan bingkisan menjelang hari raya,dan
mengundang pengecer pada acara-acara tertentu.
 Persaingan pada tingkat biro iklan. Persaingan terjadi agar
iklan-iklan yang dipegang biro iklan dipasang pada media cetak
tersebut sebanyak-banyaknya. Upaya-upaya merangkul biro
iklan dilakukan dengan cara memberikan potongan harga atau
diskon cukup besar antara 10%-40%, memberikan waktu
pembayaran iklan yang cukup longgar, menjamin ketersediaan
halaman, mengadakan acara-acara entertainment untuk biro
iklan.

B.MEMPERSIAPKAN PENERBITAN BARU


B.1.Produk Yang Berbeda
Pertanyaan yang kerap diajukan konsumen saat membeli produk
adalah apa nilai tambah produk tersebut dibanding produk lain? Untuk
membuat harian umum, pertanyaannya adalah apa nilai tambah harian
dibanding harian Kompas atau harian Media Indonesia? Untuk majalah
umum, pertanyaannya adalah apa nilai tambah majalah tersebut
dibanding majalah Tempo,Gatra, atau Gamma?
Nilai tambah bagi suatu penerbitan penting. Nilai tambah ini
merupakan perangsang atau pemanis dalam media cetak. Wujud nilai
tambah itu bermacam-macam, mulai dari jumlah halaman yang lebih
tebal, memberikan berbagai diskon, memiliki rubrik yang khas,
menyajikan foto-foto yang ekslusif, atau melakukan wawancara dengan
tokoh-tokoh penting dunia..
Pengelola media cetak harus mengeluarkan produk yang
merupakan gagasan baru. Gagasan itu harus dapat diimplementasikan
dalam produk yang baru pula. Gagasan baru harus tercermin dalam
bentuk pola penyajian redaksional, desain grafis, kualitas kertas,
kualitas cetakan, hasil foto, tampilan kulit muka. Gagasan baru harus
juga terwakili dalam pola sirkulasi, pola iklan, pola pemasaran, dan pola
berpromosi. Bila suatu penerbitan tak mencerminkan adanya hal-hal
baru, sama saja dengan menjadi pengekor produk yang sudah ada.
Majalah Mingguan Tempo dalam bentuk isi menciptakan gagasan
baru dengan membentuk rubrik opini tiga halaman. Majalah Tempo
setiap terbit menulis empat item opini yang ditulis oleh wartawannya.
Opini, editorial, atau tajuk rencana merupakan sikap atau pandangan
suatu penerbitan terhadap satu masalah yang tengah berkembang di
masyarakat. Tempo dalam hal ini telah mampu mengeluarkan suatu
gagasan baru. Suatu produk yang tidak pernah dilakukan oleh majalah
saat itu.
Produk media cetak yang isi dan kemasanya mengikuti selera
konsumen, akan mudah dipasarkan. Untuk meningkatkan produk
hingga mendekati selera konsumen, dilakukan melalui riset terhadap
perilaku konsumen. Hasil riset menggambarkan bagaimana selera
konsumen yang sebenarnya. Dan manajemen media cetak akan
membuat produk sesuai dengan selera yang diinginkan konsumen.
Untuk menciptakan suatu produk media cetak baru, calon investor
perlu melakukan riset yang mendalam agar produk tersebut dapat
diterima pasar. Media cetak yang diluncurkan langsung dapat dijual
secara komersial. Karena itu, sebelum produk diluncurkan, investor
harus melakukan langkah-langkah berikut.

 Mengidentifikasikan keunggulan produk


 Menentukan segmen pasar berdasarkan usia, pendidikan,
psikografis, demografis, pengeluaran.
 Memperkirakan pangsa pasar di masa depan
 Merencanakan strategi promosi
 Mengukur sensitivitas harga
 Mengidentifikasi pengiklan potensial

Untuk melakukan langkah-langkah itu, harus dilakukan melalui riset


pemasaran. Riset pemasaran ini akan menjawab berbagai ketidaktahuan
dan ketidakjelasan mengenai produk apa yang hendak dibuat. Dari hasil
riset itu, pengelola media cetak akan mengambil langkah-langkah
penting mengenai jenis produk yang dibuat. Budi Purwadi (2000:3)
menjelaskan betapa pentingnya melakukan riset pemasaran. Riset
Pemasaran adalah teknik yang digunakan untuk melakukan
pengumpulan, pengolahan, analisis dan interpretasi data secara
sistemik sehingga dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam
pengambilan keputusan di bidang pemasaran barang dan jasa

B.2. Menghitung Kebutuhan Karyawan

Dalam menjalankan suatu penerbitan pers, karyawan merupakan


aset yang teramat penting. Terutama sekali karyawan yang berada pada
bidang redaksi. Karyawan merupakan motor penggerak untuk
menghasilkan suatu produk pers yang berkualitas tinggi. Aset yang lain
seperti gedung, komputer, kamera, atau kendaraan merupakan
pelengkap dalam suatu sistem kerja media cetak.
Untuk mengisi kebutuhan karyawan, manager SDM harus
menyiapkan langkah-langkah yang tepat agar perusahaan tersebut
memiliki karyawan yang sesuai dengan job description. Manager SDM
harus mampu membangun strategi dan sarana untuk mengeksplorasi
kemampuan dan ketrampilan setiap karyawan. Seorang manager SDM
harus mampu membedakan kebutuhan dan kualifikasi karyawan untuk
sebuah penerbitan pers. Dalam proses seleksi yang dilakukan untuk
rekruitmen bidang redaksi, tidak hanya ditinjau masalah IQ, sikap,
mental, ketrampilan, pengalaman, dan pendidikan. Tapi juga calon
wartawan harus mendapat kualifikasi tambahan berupa sejauh mana
visinya dalam menerjemahkan freedom of expression (kebebasan
menyatakan pendapat), freedom of press (kebebasan pers), ideologi
religius, ideologi kultural, serta idealisme dalam mendorong demokrasi.
Bila jawaban dari kualifikasi tambahan tersebut, sesuai dengan visi dan
misi para pengelola penerbitan pers, maka calon wartawan tersebut
dapat diterima.

Tugas Manager SDM

 Rekruitmen karyawan
 Menentukan jumlah personil setiap divisi
 Membuat job description
 Standar jabatan dan kepangkatan
 Standar gaji
 Jaminan kesehatan dan kesejahteraan
 Reward dan punishman
 Menyiapkan perjanjian kerja
 Sistem pelatihan/kursus bagi karyawan
 Standar absensi

Langkah rekruitmen karyawan


 Tentukan kebutuhan SDM per divisi
 Siapkan job description
 Tentukan kualifikasi pelamar: pendidikan, pengalaman, sikap, minat,
organisasi
 Iklankan kebutuhan SDM di media cetak atau internal
 Gunakan alamat kantor yang jelas atau menggunakan P0 Boks
 Memanggil pelamar yang sesuai dengan kualifikasi
 Melakukan wawancara
 Negosiasikan masalah hak dan kewajiban karyawan
 Jelaskan peraturan kerja
 Tanyakan kesiapan mental dan fisik untuk bekerja di industri pers
 Terima karyawan yang benar-benar sesuai kualifikasi

LEMBAR KEBUTUHAN KARYAWAN

 Bidang Redaksi
Jabatan Jumlah
Pemimpin redaksi
Redaktur pelaksana
Redaktur
Reporter
Redaktur bahasa
Fotografer
Sekretaris redaksi
Desain grafis
Tata letak
Dokumentasi
Riset
Pracetak
 Bagian Sirkulasi
JABATAN JUMLAH
Manager sirkulasi

Penjualan Eceran
Penjualan Langganan
Layanan Langganan
Bagian Distribusi
Bagian retur
Administrasi

 Bagian Iklan
Jabatan jumlah
Manager Iklan
Penjualan Iklan
Administrasi Iklan
Staf Promosi
Staf Event Organizer

 Bagian SDM
JABATAN JUMLAH
Manager SDM
Seksi Pelatihan
Staf Rekruitmen
Seksi Perawatan Sarana
Pengemudi
Resepsionis
Office Boy
Satpam
Kurir
Teknisi Umum

 Bagian Keuangan
Jabatan Jumlah
Manager Keuangan
Staf Akunting
Staf Kas
Staf Pajak
Penata Data Entry Akunting
Penagihan
Internal audit

B.3.Mendesain Promosi
Promosi secara umum dapat diartikan upaya membujuk orang
untuk menerima konsep, produk, serta gagasan yang dibuat seseorang
atau perusahaan. Untuk melakukan promosi, maka manajemen
penerbitan perlu membuat strategi promosi. Strategi promosi yaitu
suatu program komunikasi yang dirancang untuk memperkenalkan
produk kepada konsumen, sehingga konsumen terbujuk untuk
membeli. Atau mengutip Boyd, Walker, Larrencehe (65:2000) Strategi
promosi berarti sebuah program terkendali dan terpadu dari metode
komunikasi dan material yang dirancang untuk menghadirkan
perusahaan dan produk-produknya kepada calon konsumen;
menyampaikan ciri-ciri produk yang memuaskan kebutuhan untuk
mendorong penjualan yang pada akhirnya memberi kontribusi pada
kinerja laba jangka panjang.
Promosi produk harus dirancang dengan mengedepankan strategi
komunikasi promosi dengan cara-cara moderen dan profesional. Media
cetak harus bisa dikenalkan dalam jangka waktu tertentu, misalnya
satu bulan. Selanjutnya konsep promosi diimplementasikan melalui
strategi iklan, promosi penjualan, dan publikasi.

Adapun tahap-tahap pelaksaan promosi adalah

 1.Menentukan tujuan promosi


 2.Merancang pesan yang ingin disampaikan
 3.Memilih saluran media massa
 4.Menyiapkan anggaran promosi
 5.Memilih bentuk-bentuk komunikasi
 6.Mengevaluasi hasil promosi

Tugas Manager Promosi


 1.Merencanakan, mengimplementasikan, dan memonitoring progam
 2.Membangun, mengimplementasikan, dan memonitoring citra dan
image perusahaan
 3.Mendukung aktivitas kerja berbagai divisi dalam mempromosikan
produk
 4.Bekerja sama dengan divisi riset pemasaran untuk memonitor
pesaing
 5.Mengevaluasi seluruh program promosi dan pemasangan iklan.
 6.Menjalin lobi dengan perusahaan pesaing, biro iklan, media massa,
dan perusahaan jasa riset dan pelatihan

Dalam melakukan promosi, manajemen penerbitan media cetak


sekaligus pula merumuskan positioning produk. Jangan sampai,
produk yang dipasarkan dianggap sama seperti produk lain sehingga
tidak memiliki daya tarik bagi konsumen. Dalam jangka waktu tertentu,
konsumen sudah mampu mempersepsikan dan mengidentifikasi
produk, tanpa perlu lagi dijelaskan apa jenis produk tersebut. Misalnya
Majalah Tempo adalah berita politik, majalah Prospektif adalah berita
sekuritas, Majalah Investor adalah berita pasar modal, majalah Sabili
adalah berita Islam, Harian Poskota adalah koran komunitas Jakarta.

a.Audience Promosi adalah pembaca dan pemasang iklan.

 Promosi untuk pembaca


Promosi kepada pembaca bertujuan agar mereka mau membeli
produk surat kabar, majalah, atau tabloid yang sedang beredar di
pasar. Karena itu, pesan promosi yang harus ditonjolkan kepada
pembaca adalah produk media yang dibuat amat cocok dan
dibutuhkan bagi pembaca. Media tersebut juga sarat dengan
berbagai informasi yang memudahkan pembaca untuk masuk dalam
lingkungannya. Dengan mempromosikan media sebagai referensi
pembaca, target berikutnya adalah pembaca akan membeli produk
tersebut. Bahkan bila perlu, pembaca tersebut menjadi pelanggan
tetap.
Ada berbagai cara melakukan promosi untuk menggaet pembaca
yaitu:
 Mengadakan seminar, talk show, diskusi yang membahas
mengenai topik-topik yang sedang hangat di masyarakat. Pada
tahap pertama, pendanaan acara ini didukung sepenuhnya
oleh media cetak. Sehingga peserta atau tamu yang diundang
tidak perlu membayar untuk menghadiri acara tersebut. Agar
acara tersebut mendapat liputan yang cukup luas, maka
panitia mengundang wartawan media cetak, elektronik, radio,
dan internet. Sehingga acara tersebut dapat diberitakan oleh
seluruh media massa.
 Membuat semacam club atau membership yang memberikan
berbagai kemudahan dan fasilitas kepada pembaca
 Menjadi sponsor kegiatan olahraga, amal, mahasiswa, dan
bakti sosial
 Mengiklankan produk di media massa lainnya.

Adapun yang dipromosikan kepada pembaca adalah kebijakan


perusahaan mengenai produk yang akan diterbikan. Isi promosi ini
memperkenalkan kepada masyarakat mengenai bentuk
produk,kebijakan redaksi, jadwal terbit, dan slogan produk. Promosi
produk ini diluncurkan antara 1 bulan hingga 1 minggu sebelum produk
dijual ke pasar. Dan setelah produk diterbitkan, iklan korporat tetap
dilakukan dengan frekuensi yang berbeda sesuai kebutuhan. Iklan
korporat juga dilakukan secara gencar pada saat merayakan hari ulang
tahun
Jenis promosi lain adalah dilakukan untuk menyampaikan
kepada masyarakat bahwa produk terbaru sudah terbit dan siap
mengunjungi pembaca. Ada berbagai cara untuk menyampaikan
promosi ini: Iklan display di surat kabar atau majalah nasional. Dalam
iklan display dicantumkan cover produk, judul berita yang menarik,
jadwal terbit, dan harga jual. Promosi produk juga dapat dilakukan
melalui spanduk, poster, leaflet, dan umbul-umbul yang dipasang pada
tempat-tempat umum dan strategis.

Contoh promosi yang dilakukan Harian Kompas saat melakukan cetak


jarak jauh di Palembang:

1 Kini…. Dicetak di Palembang


2 Hadir pagi di tangan Anda
1 Dengan teknologi cetak mutakhir, Kompas dapat melakukan cetak jarak
jauh. Setelah Semarang, Makassar dan Surabaya, kini Kompas dicetak
di Palembang.
2 Selamat menikmati Kompas di pagi hari.

3 Kenapa perlu berlangganan Kompas:


4 Jumlah halaman paling banyak
5 Berita dan informasinya objektif, akurat dan dapat dipercaya
6 Sajian ragam informasi dan berita lebih lengkap dan variatif
7 Oplah terbesar di Indonesia
8 Banyak dipakai sebagai referensi dan rujukan kaum cerdik pandai,
profesional dan pelaku ekonomi
9 (Kompas,9 Juli 2001 hal.10)

b.Promosi kepada pemasang iklan,


Promosi kepada pemasang iklan harus berisi bahwa media cetak
tersebut merupakan sarana yang efektif bagi pemasang iklan untuk
mempromosikan produknya. Karena pembaca media tersebut
merupakan calon pembeli potensial. Sehingga biaya yang dikeluarkan
oleh pemasang iklan tidak akan sia-sia. Karena dengan memasang iklan
di media cetak tersebut, pembaca akan tergugah untuk membeli
produknya.
Untuk meyakinkan kepada pemasang iklan, bahwa media cetak
tersebut merupakan wahana promosi yang tepat bagi pemasang iklan,
manager pemasaran harus membuat market information kits atau media
kit yang memaparkan seluruh kelebihan produk tersebut.
Informasi yang dimuat dalam media kit adalah
 Data teknis produk media cetak
 Rubrikasi yang ada di media cetak
 Daerah sebaran sirkulasi per kota
 Profil penghasilan dan pengeluaran pembaca
 Gaya hidup pembaca
 Profil pembaca dari segi usia, pendidikan, pekerjaan, tempat
tinggal
 Harga iklan berwarna atau hitam putih
 Sejarah media cetak

B.4.Perencanaan Budaya Kerja


Budaya perusahaan adalah peraturan, kebiasaan, dan etos kerja
yang berlaku pada perusahaan media cetak. Ada dua budaya yang
terjadi pada perusahaan media cetak yaitu para wartawan dan karyawan
administratif.
Budaya Kerja Wartawan adalah tidak mengenal jam kantor,
berpakaian informal, sering mengadakan diskusi, sering berdebat, sering
membaca buku atau koran, berperilaku santai (mengangkat kaki ke
meja), tidur di kantor pada jam kerja, mandi di kantor, dan
menggunakan pulsa telepon cukup tinggi. Budaya seperti itu muncul
karena situasi eksternal yang menciptakan yaitu sumber berita. Sumber
berita umumnya bersedia diwawancarai pada jam kerja yaitu pagi,
siang, sore dan malam hari. Sehingga wartawan pun akan mencari
berita pada jam-jam tersebut. Karena itu, pada pagi, siang, dan sore hari
wartawan akan berada di berbagai tempat untuk mencari berita.
Wartawan akan kembali ke kantor untuk menulis berita pada malam
hari hingga dini hari.
Budaya kerja karyawan administratif sama dengan yang
diterapkan pada perusahaan nonpers. Seperti adanya peraturan jam
kantor (09.00 WIB-16.00 WIB), berpakaian formal, berperilaku sopan.
Adanya dua budaya kerja, maka peraturan dan tata tertib yang
dibuat oleh perusahaan media cetak juga harus dua buah, yaitu yang
berlaku untuk wartawan dan berlaku untuk karyawan. Perlunya dua
peraturan itu, untuk mengatur dan menilai apakah karyawan
menjalankan tugas dan tanggungjawabnya sesuai yang ditugaskan.
Karena bila tidak ada aturan yang jelas, bukan tak mungkin seorang
karyawan akan menggunakan peraturan kerja wartawan. Seperti datang
siang hari atau berpakaian informal.

C.NILAI STRATEGIS KERTAS KORAN

Kertas koran merupakan bahan baku utama untuk


mencetak surat kabar, tabloid atau majalah. Hingga saat ini
pengadaan kertas koran masih tergantung pada produsen luar
negeri. Karena hampir sebagian besar pasokan bahan baku kertas
koran dan kertas koran itu masih diimpor atau didatangkan dari
negara lain. Atau 90% bahan baku pembuatan kertas koran masih
diimpor. Adapun bahan baku kertas koran adalah pulp serat
panjang dan kertas koran bekas. Karena keduanya masih
diimpor, maka harganya juga tidak menentu, mengikuti naik
turunnya kurs rupiah terhadap dolar AS. Pada saat kurs rupiah
terhadap dolar melemah, harga bahan baku kertas koran yang
diimpor semakin mahal.
Dari seluruh biaya yang dibutuhkan untuk operasional
media cetak, sebagian besar digunakan untuk membeli kertas.
Maka naik turunnya harga kertas, amat berpengaruh terhadap
kinerja keuangan perusahaan pers. Termasuk fluktuasi harga
kertas berpengaruh terhadap harga jual produk. Menurut
Prospektus PT Tempo Inti Media Tbk, berdasarkan komponen
Harga Pokok Penjualan (HPP), harga kertas untuk koran dan
majalah memberikan kontribusi 67% dari HPP.

TABEL I
PERKIRAAN HPP MAJALAH TEMPO PER 2001
Majalah Tempo
Edisi Reguler Edisi Inggris

Beban kertas 3.358 69,9% 1.500 50,0%


Beban tinta 274 5,7% 200 6,7%

Beban plate/film 149 3,1% 420 14,0%

Beban pembantu 58 1,2% 25 0,8%

Beban Overhead 314 7,1% 475 15,8%


Total HPP 4.179 97,0% 2.620 87,3%
Kontribusi margin 625 13% 380 12,7%
TABEL II
PERKIRAAN HPP KORAN TEMPO PER 2001

Harian Tempo

24 hal 32 hal

Beban kertas 1.060 73% 840 70,0%


Beban tinta 32 2,2% 43 3,6%

Beban plate/film 12 0,8% 15 1,3%

Beban pembantu 23 1,6% 30 2,5%

Beban Overhead 58 4,0% 83 6,9%


Total HPP 1.185 81,7% 1,011 84,3%
Kontribusi margin 265 18,3% 189 15,8%

Sumber: Prospektus PT Tempo Inti Media 2001

Kertas koran yang dijual oleh produsen pabrik kertas dalam


negeri dan harga kertas impor berpijak pada dua hal yaitu:

• Mengikuti harga kertas koran internasional


• Menerapkan patokan harga pembelian kertas koran
berdasarkan valuta asing yaitu dolar AS.

Persoalan bahan baku kertas koran yang memiliki


ketergantungan terhadap pasar internasional, sudah terjadi sejak
lama. Namun pemerintah dan industri pers tak dapat berbuat
banyak, karena menyangkut modal yang cukup besar serta
teknologi yang cukup canggih.
Untuk mengatur pengadaan kertas koran, pada tahun 1980
pemerintah menunjuk tiga importir yang khusus mengimpor
kertas koran dan menyalurkannya ke perusahaan penerbitan
pers. Ketiga importir itu adalah PT Panca Niaga (BUMN), PT
Inpres, dan PT Dasar Utama Pers. Kepada ketiga perusahaan itu,
pemerintah mencanangkan bahwa tugas mengimpor dan
menyalurkan kertas koran itu, lebih berpijak pada pertimbangan
strategis yaitu sebagai upaya mencerdaskan kehidupan bangsa
melalui penerbitan media cetak. Sehingga tujuan untuk mencari
keuntungan yang sebesar-besarnya, harus dinomorduakan.
Selain bertugas mengimpor dan menyalurkan kepada
perusahaan pers, PT Panca Niaga selaku BUMN yang bernaung
dibawah Departemen Perdagangan (kini Departeman
Perindustrian dan Perdagangan), diwajibkan untuk melakukan
stok cadangan (buffer stock) kertas koran. Kewajiban melakukan
stok cadangan kertas koran adalah sebanyak dua bulan konsumsi
kertas koran nasional. Sehingga bila satu saat produksi kertas
koran internasional tersendat, atau terjadi kelangkaan kertas
koran dunia, PT Panca Niaga dapat melepas stok cadangannya.
Sehingga penerbitan pers tetap dapat terbit mengunjungi
pembaca.
Sejak tahun 90-an, sistem tersebut diserahkan kepada
mekanisme pasar. Seiring dengan kemampuan Indonesia
memproduksi kertas koran dengan berdirinya pabrik-pabrik
kertas koran. Namun meski Indonesia sudah memiliki pabrik
kertas koran, bahan baku kertas koran tetap diimpor dari
berbagai negara. Sehingga produsen kertas koran nasional, tetap
menjual kertas koran dengan mengikuti harga yang berlaku di
pasar internasional. Disamping itu, harga jual kertas koran tetap
mengacu pada kurs nilai rupiah terhadap dolar.
Masih belum stabilnya pasokan kertas koran untuk
konsumsi nasional, pemerintah perlu melakukan intervensi dalam
menentukan harga jual kertas. Pemerintah merasa perlu untuk
tidak membiarkan harga kertas koran mengikuti mekanisme pasar
internasional. Apalagi bila nilai rupiah terhadap dolar AS terus
melemah. Karena bila harga kertas dibiarkan naik, akan
menyulitkan perusahaan pers. Bahkan bukan tak mungkin,
perusahaan pers akan banyak yang tutup, karena tak mampu lagi
membeli kertas. Pemerintah tidak mau skenario terburuk itu
terjadi. Media cetak sebagai salah sarana penyampai informasi
kepada masyarakat, harus tetap ada dan hidup.
Untuk menjaga harga kertas tetap terjangkau perusahaan
penerbitan nasional, Departemen Perindustrian dan Perdagangan
mengajak produsen kertas yang tergabung dalam Asosiasi Pulp
dan Kertas Indonesia (APKI), Serikat Pekerja Suratkabar (SPS)
untuk duduk bersama merundingkan harga kertas koran. Tiga
pihak tersebut bertemu untuk mencari kesepakatan mengenai
harga kertas yang tidak terlalu merugikan produsen kertas dan
memberatkan perusahaan media cetak.
Hasil kesepakatan ketiga pihak merupakan jalan kompromi
dengan mempertimbangkan produsen kertas tidak dirugikan dan
perusahaan media cetak masih tetap mendapat untung. Karena
bila harga yang diberikan produsen kertas terlalu tinggi,
perusahaan media cetak akan menaikkan harga jual surat kabar,
tabloid, dan majalah. Bila kenaikan harga jual cukup tinggi,
umumnya diiringi dengan merosotnya angka penjualan.
Masyarakat banyak yang menghentikan langganan atau menyetop
pembelian secara eceran.
Tahun 1997 merupakan tahun yang amat menyulitkan bagi
perusahaan media cetak. Kurs rupiah terhadap dolar saat itu
melemah dari Rp2.300 per dolar AS menjadi Rp8.000 per dolar
AS. Maka harga kertas yang dijual dengan patokan harga dolar
AS, begitu dikonversi dalam nilai rupiah menjadi naik.
Sebelum tahun 1997, perusahaan media cetak membeli
kertas koran dengan harga Rp2.200.000 per ton. Kurs rupiah saat
itu masih berada pada angka Rp2.300 per dolar AS. Pada Juli
1997, dimana Indonesia mulai menghadapi resesi ekonomi kurs
nilai rupiah terhadap dolar langsung turun dari Rp2.300 menjadi
Rp10.000 per dolar AS. Bahkan sempat mencapai angka tertinggi
yaitu Rp16.000 per dolar AS. Melemahnya nilai rupiah itu,
membuat harga kertas koran langsung melonjak naik. Dengan
kurs Rp10.000 per dolar AS, harga kertas koran menjadi
Rp6.800.000 per ton. Kenaikan harga yang mencapai 5-6 kali lipat
membuat biaya produksi media cetak naik pula. Bahkan harga
kertas koran pada Maret 1998, mencapai Rp7.900.000 per ton.
Jauh lebih mahal dibanding harga kertas HVS yang kualitasnya
lebih bagus, dimana harganya Rp5.500.000 per ton. (Kompas, 6
Maret 1998).
Pada tahun 1998 harga kertas koran internasional antara
US$570-US$630 per ton. Sedangkan harga kertas koran yang
dijual kepada domestik untuk kebutuhan perusahaan media cetak
nasional antara US$500-US$505 per ton.
Kondisi perekonomian nasional hingga tahun 2001 masih
belum mampu menurunkan nilai rupiah. Sehingga membuat
harga kertas koran tetap tinggi. Harga yang ditawarkan selama
Oktober-Desember 2000 US$580 per metrik ton. Harga kertas
koran naik kembali pada Januari-Maret 2001 menjadi US$640
per metrik ton atau Rp6.830 per kg untuk jenis AA the best single
white. Dan untuk tahun 2001 (April-Juni 2001) harga kertas
kembali naik menjadi US$736 per metrik ton atau Rp6.992 per kg.
Harga kertas koran yang mengalami kenaikan dikarenakan
dua hal yaitu menguatnya nilai tukar dolar terhadap rupiah.
Sehingga produsen kertas harus menyesuaikan harga jual kertas
koran dengan nilai kurs dolar saat itu. Kedua, terjadi lonjakan
permintaan kertas koran dunia yang cukup besar. Tahun 2000,
kebutuhan kertas koran untuk kawasan Asia Pasifik mencapai 10
juta metrik ton. Padahal jumlah pasokan kertas koran hanya 8,3
juta metrik ton. Tingginya permintaan ini berasal dari China,
Korea, Hongkong dan India. (Mengakali Mahalnya Ongkos Baca,
Tabloid Kontan, Edisi 22, tahun V, 26 Februari 2001 hal.7).
Menghadapi kenaikan harga kertas yang begitu tinggi,
membuat para pengelola media cetak melakukan berbagai
langkah-langkah;

• 1.Mengurangi jumlah halaman surat kabar


• 2.Menaikkan harga jual produk
• 3.Mengubah format surat kabar.

Harian Jawa Pos yang terbit di Surabaya mengubah ukuran


surat kabar dari broadsheet (seperti koran Kompas atau Media
Indonesia) yang berukuran sembilan kolom menjadi ukuran lebih
kecil hanya tujuh kolom. Surat kabar dengan tujuh kolom,
memang baru di Indonesia. Karena di Amerika Serikat, justru
koran-koran menggunakan ukuran tujuh kolom seperti The
Washington Post, The New York Times, Los Angeles Times.
Komponen biaya cetak yang ikut mempengaruhi harga
koran adalah filem dan tinta cetak. Kedua komponen tersebut
masih diimpor. Sehingga harganya mengikuti kenaikan dolar AS.
baik pelat, film, dan tinta mengalami kenaikan harga sampai
400%. Harga plat cetak yang sebelumnya Rp6.000 per lembar,
naik menjadi Rp26.000 per lembar.
Pabrik kertas hingga kini masih sulit untuk mencari kertas
koran bekas di tanah air. Setiap tahun anggota SPS
membutuhkan kertas 220.000 ton. Dari jumlah itu, kertas koran
yang dapat dikumpulkan kembali untuk didaur ulang hanya 20%
atau 44.000 ton. Sedangkan sisanya harus didatangkan dari luar
negeri.
Produsen kertas koran terbesar di Indonesia adalah PT
Aspex Paper yang mampu menghasilkan 420.000 ton per tahun.
Dengan kapasitas pabrik yang dimiliki, PT Aspex Paper menjadi
perusahaan yang memasok hampir separuh kebutuhan pers
nasional. Hasil produksi kertas tersebut, selain untuk memenuhi
kebutuhan dalam negeri, juga diekspor. PT Aspex Paper adalah
perusahaan swasta yang khusus bergerak di industri kertas.
Produsen kertas koran terbesar kedua adalah PT Kertas
Leces, Badan Usaha Milik Negara yang memiliki kapasitas 60.000
ton per tahun. PT Kertas Leces menjual dengan harga lebih murah
20%-30% dari harga kertas PT Aspex Paper, karena kualitas
kertas koran yang dihasilkan masuk dalam kategori kelas dua.
Melihat ketergantungan kertas koran kepada pihak lain,
salah satu perusahaan media cetak Grup Jawa Pos membangun
pabrik kertas dengan nama PT Adiprima Suraprinta. Pabrik yang
dibangun pada tahun 1997 dengan nilai investasi Rp80 miliar di
Jawa Timur di atas lahan 8,5 hektar. Mesin yang digunakan
berasal dari Italia yaitu Over Mecanica dari Verona dengan
kapasitas 140 ton/hari.

TABEL III
PABRIK KERTAS KORAN NASIONAL
N PERUSAHAA PRODUK Keterangan
O
N SI/TON/
TAHUN
1 PT Aspex 420.000 Swasta
Paper
2 PT Kertas 60.000 BUMN
Leces
3 PT Adiprima 36.000 Grup Jawapos
Suraprinta
4 PT Suparma 14.400 Swasta
5 PT Surya 12.000 Swasta
Agung

TABEL IV
PERKEMBANGAN KERTAS KORAN NASIONAL (PER TON)

T Kapasit PRODU DOME EKSPO IMPO Harga Kurs


AH as KSI STIK R R US$ rp/US
UN $
1995 290.000 243.250 192.450 54.780 3.980
1996 290.000 266.530 239.930 64.100 37.500
1997 598.400 390.300 266.300 189.000 65.000 2.300
1998 598.400 477.740 130.310 351.120 3.690 500- 9.000
505
1999 602.000 447.000 152.000 296.000 1.035
2000 602.000 602.000 203.000 311.000 2.000 495-
640
2001 602.000 602.000 203.000 311.000 2.000 736 11.00
0
#Sumber:Directory Indonesian Pulp & Paper Industry

D.DIVERSIFIKASI BISNIS PERS

Direksi perusahaan pers yang profesional, akan menciptakan


kondisi keuangan perusahaan menjadi sehat. Secara sederhana, kinerja
keuangan yang sehat adalah perusahaan harus mampu membuat
pengeluaran biaya lebih rendah dibanding hasil pendapatan.
Pendapatan yang diraih setelah dipotong seluruh biaya, akan
menghasilkan laba. Laba inilah yang akan digunakan oleh direksi untuk
mengembangkan perusahaan pers.
Ada dua jenis pengembangan usaha yang dapat dilakukan
perusahaan pers.
D.1.Diversifikasi Horisontal
Diversifikasi horisontal adalah bentuk investasi yang dilakukan
dalam ruang lingkup media cetak itu sendiri untuk meningkatkan
kualitas produk. Investasi dilakukan dalam bentuk pengadaan
komputer, gedung, mesin komputer scan, macintosh, printer, kamera,
telepon, internet, modem, kendaraan, meja dan kursi. Dari jenis
investasi tersebut, yang paling spesifik adalah komputer, dimana
jumlahnya harus sama dengan jumlah wartawan. Setiap ada
penambahan karyawan di jajaran redaksi, maka komputer pun harus
ikut pula ditambah. Kebutuhan dana untuk melakukan investasi
internal, sudah dapat diketahui lebih awal. Karena sudah direncanakan
pada saat perusahaan itu akan dibangun.
Setelah investasi internal dilakukan dan cukup berpengaruh
terhadap peningkatan kinerja perusahaan. Maka langkah selanjutnya
adalah menambah jumlah halaman, meningkatkan kualitas kertas,
memperbanyak halaman berwarna, dan membuat suplemen.

A.Menambah jumlah halaman


Mempertebal produk merupakan salah satu pilihan yang
ditempuh untuk menambah nilai jual produk. Adanya penambahan
halaman surat kabar atau majalah, akan memperbanyak berita dan
informasi yang dimuat dalam media cetak tersebut.
Ada beberapa pertimbangan utama untuk menambah jumlah
halaman. Pertama, untuk mempertahankan pelanggan yang sudah
menjadi pembaca setia dan meningkatkan penjualan. Dalam beriklan
atau promosi, halaman surat kabar yang cukup tebal akan menambah
nilai jual produk tersebut. Kedua, penambahan jumlah halaman harus
seiring dengan adanya penambahan jumlah pemasang iklan. Perlunya
adanya penambahan jumlah iklan yang dipasang, agar biaya tambahan
yang dikeluarkan dapat ditutupi dari pemasukan iklan tambahan.
Sebelum adanya penambahan halaman, porsi berita 70% dan iklan 30%.
Bila surat kabar terbit pada awalnya baru 24 halaman, maka 70%
jumlah halaman berita adalah 16 halaman dan 30% jumlah iklan adalah
7 halaman. Bila harga satu halaman iklan Rp20 juta, maka pendapatan
iklan perusahaan mencapai Rp140 juta (7 halaman xRp20 juta).
Bila surat kabar bertambah halamannya menjadi 42 halaman,
maka komposisi halaman menjadi 70% berita (29,4 halaman) dan 30%
iklan (12,6 halaman). Bila harga satu halaman iklan Rp20 juta, maka
pendapatan iklan menjadi Rp252 juta (12,6 halaman x Rp20 juta).
Adanya penambahan halaman, harus diikuti dengan adanya
penambahan pemasukan pendapatan. Bukan sebaliknya, penambahan
halaman malah membuat biaya cetak naik dan menyusutkan perolehan
pendapatan.
Pembagian jumlah halaman secara prosentase ini, tidak terlalu
sulit. Semakin banyaknya berita dan informasi yang disajikan, maka
semakin banyak pula informasi dan berita yang diterima pembaca.
Langkah ini juga menambah pengetahuan bagi pembaca dan
masyarakat luas. Yang perlu juga dipikirkan, penambahan halaman
berarti pula adanya penambahan informasi atau berita. Maka jenis
berita, informasi, artikel, foto yang harus ditampilkan sesuai dengan
segmen pasar yang dibidik. Bentuk tampilan itu bisa merupakan
suplemen, tulisan khusus, feature, atau pemberitaan mendalam (deep
reporting).
Suplemen merupakan tulisan yang mengupas secara rinci dan
detail masalah keuangan, perbankan, otomotif, properti, perhotelan, dan
wisata. Suplemen atau rubrik khusus merupakan rubrik tetap, yang
mempunyai jadwal terbit seminggu sekali secara tetap. Adapun jenis-
jenis suplemen:
 Suplemen Keuangan . Berisi mengenai informasi terkini
tentang industri perbankan, asuransi, serta pasar uang.
 Suplemen properti. Berisi mengenai berita seputar dunia
perumahan, hotel, kawasan industri, dan materi pendukung.
 Suplemen Pendidikan. Berisi mengenai wajah pendidikan di
tanah air,termasuk peta sekolah mulai dari tingkat TK, SD
hingga perguruan tinggi.
 Suplemen Wisata. Berisi mengenai tujuan kawasan wisata di
tanah air dan berbagai negara, serta biro perjalanan wisata
dan penerbangan.
 Suplemen bisnis. Berisi mengenai bisnis dan pemasaran. Juga
menyajikan berbagai info aktual pemasaran, profil
perusahaan, trik bisnis, kiat sukses, maupun formula sukses
peluncuran suatu produk.
 Suplemen Otomotif. Berisi mengenai info mobil, motor, tren
mobil, tips perawatan, info aksesoris, dan referensi bagi pehobi
otomotif.
 Suplemen Dialog Jum’at. Berisi mengenai soal perkembangan
Islam di Indonesia maupun mancanegara. Ditampilkan
mengenai permasalahan yang tengah menjadi prioritas umat,
pengalaman rohani dari public figure atau tokoh, tanya jawab
bersama ulama, berita dari berbagai pesantren, budaya dan
seni Islam.
 Suplemen Belanja yang berisi mengenai produk-produk yang
dilansir pasar, life style, info kawasan belanja dengan
penawaran khusus tips belanja.

B. Membuat Laporan/liputan Khusus.


Rubrik ini dibuat karena ada sesuatu peristiwa yang dianggap
pengelola penerbitan cukup penting untuk ditulis dan dikupas secara
mendalam. Jumlah halaman tulisan khusus antara 2-6 halaman,
tergantung pada sejauh mana masalah itu akan ditulis oleh tim redaksi
surat kabar. Liputan Khusus sebagai upaya untuk menaikkan
pendapatan iklan. Karena dengan menulis satu materi, diharapkan
sektor yang terkait dengan topik yang akan ditulis akan mengundang
pemasang iklan. Tulisan khusus ini mengenai berbagai macam hal
seperti bisnis, politik, wanita, elektronika, komputer, gaya hidup,
manufaktur, industri anak, dan perdagangan.
Contoh Liputan khusus adalah mengenai prodouk televisi terbaru
apa yang kini sedang dipasarkan, siapa saja para produsen televisi, di
lokasi mana saja televisi itu dapat dibeli, jenis televisi apa yang paling
laku di pasaran, berapa produksi televisi nasional, berapa jumlah
konsumsi televisi nasional, apa kelemahan dan kelebihan merek televisi
tertentu, dan bagaimana tren televisi masa datang.
Untuk mencapai target iklan yang diinginkan, pengelola media cetak
harus mengiklankan terlebih dahulu kepada masyarakat dan pemasang
iklan mengenai jenis liputan yang hendak ditulis. Sehingga pembaca dan
pengiklan tahu kapan liputan tersebut akan terbit.
Contoh iklan liputan khusus untuk Dunia Anak:

Peluang istimewa untuk promosi produk industri dunia


anak:

Masa tumbuh-kembang anak adalah fase yang menentukan


dalam kehidupan seseorang. Apa yang mereka alami di masa
ini akan berpengaruh pada perkembangan mereka selanjutnya.
Termasuk di dalamnya, vitamin, makanan dan minuman yang
dikonsumsi, serta aktivitas yang dilakukan seperti belajar,
bermain dan bersosialisasi.
Memang banyak hal yang harus dipersiapkan sejak dini
agar anak menjadi anak sehat, cerdas dan kuat. Apa,
bagaimana dan mengapa hal tersebut perlu disiapkan, akan
diulas dalam liputan khusus Kompas tentang dunia anak.
Ini merupakan momentum yang tepat bagi Anda yang
bergerak dalam industri dunia anak untuk memperkenalkan
diri dan meningkatkan citra produk Anda dengan sarana
penunjangnya pada masyarakat pembaca. Manfaatkan
kesempatan istimewa ini. (Kompas, 3 Juli 2001)

C. Membuat pemberitaan mendalam (deep reporting).


Berita mendalam adalah tulisan yang data-data, sumber berita, dan
foto berdasarkan hasil liputan wartawan di lapangan. Dalam
mengumpulkan informasi, wartawan akan bekerja seperti detektif atau
polisi reserse yang mewancarai berbagai pihak berdasarkan dokumen
yang dipegang.
Materi yang ditulis dalam pemberitaan mendalam bukan hanya
berdasarkan hasil wawancara pejabat, tapi juga hasil liputan wartawan
terhadap fakta-fakta yang ada. Contoh laporan mendalam seperti peta
preman di Jakarta, menelusuri kehidupan malam Jakarta, kehidupan di
penjara Cipinang, dan liku-liku kehidupan di pengungsian.

D. Menambah halaman berwarna


Menambah halaman berwarna agar tampilan surat kabar lebih
bagus, indah, dan seronok. Penampilan foto berwarna pada halaman
muka atau pada setiap halaman, membuat halaman surat kabar itu
memiliki daya tarik yang begitu besar. Foto berwarna akan merekam
setiap objek yang difoto seperti kejadian atau peristiwa aslinya. Setiap
objek peristiwa tidak mengalami distorsi warna, karena setiap warna
yang ada dalam objek peristiwa itu ditampilkan secara utuh. Foto-foto
wajah akan menampilkan tokoh yang difoto sesuai mimiknya. Misalnya
orang itu sedang berbicara, marah, tersenyum, gembira, diam, murung,
dan terkesima. Seorang kepala negara akan tampak jauh lebih
berwibawa bicara di depan mimbar dihadapan anggota DPR. Seorang
bintang film atau artis sinetron akan terlihat cantik dan ganteng bila
dimuat dalam foto berwarna.
Foto berwarna dalam bidang olahraga, akan menampilkan
bagaimana even olahraga itu berlangsung. Dalam pertandingan
sepakbola, foto mimik pemain sepakbola yang baru saja mencetak gol
akan lebih jauh hidup, dibanding dengan foto hitam putih. Karena foto
itu akan menggambarkan ekspresi dan luapan kegembiraan para
pemain setelah kesebelasannya itu mencetak gol.
Foto berwarna akan memberikan rasa puas kepada pembaca.
Pembaca yang melihat foto berwarna lebih mudah memahami apa yang
terjadi pada foto tersebut. Perilaku pembaca tidak hanya sekadar
melihat foto tokoh idola di surat kabar itu saja. Tapi ada juga yang
menggunting foto itu, menyimpan dalam buku harian, atau menempel
foto itu didinding kamar. Tentunya selama foto tokoh idolanya itu tampil
berwarna.
Halaman berwarna membuat tim desain grafis media cetak dapat
melakukan berbagai eksplorasi terhadap judul, foto, dan teks berita. Tim
desain grafis dapat membuat judul-judul berita yang atraktif, dinamis,
dan menggoda. Caranya dengan membuat tipe huruf yang mencolok,
memberikan warna yang sesuai keinginan apakah merah, kuning, atau
hijau. Judul berita yang ditulis berwarna, membuat surat kabar itu
menarik dan indah untuk dilihat.
Halaman pertama surat kabar yang berwarna, akan menarik
konsumen untuk melihat dan akhirnya membelinya. Karena bagaimana
pun, kemasan produk yang menarik dan indah merupakan salah satu
faktor utama daya tarik konsumen membeli produk tersebut. Pembaca
juga diuntungkan dengan penampilan halaman berwarna. Pembaca
dalam membaca surat kabar tidak merasa jenuh atau lelah bila
dibandingkan dengan membaca surat kabar yang hitam putih.

E. Meningkatkan Kualitas kertas


Meningkatkan kualitas kertas adalah dengan memakai kertas
yang beratnya lebih tebal atau grade kertas yang lebih bagus. Beberapa
keuntungan bila penerbit meningkatkan kualitas kertas adalah tangan
pembaca tidak kotor atau hitam saat memegang surat kabar itu terlalu
lama, usia surat kabar lebih tahan lama, dan tidak mudah sobek.

D.II.Diversifikasi Vertikal
Diversifikasi vertikal adalah investasi yang dilakukan mulai dari
hulu ke hilir yang berkaitan dengan bisnis media massa. Kategori ini
adalah mendirikan media cetak baru, membeli mesin cetak, membangun
pabrik kertas, mengakuisi media cetak, membangun multimedia,
membangun perusahaan distribusi pers, membuat penerbitan buku,
mendirikan stasiun radio, mendirikan stadion televisi. dan mendirikan
kantor berita. Investasi yang dibutuhkan untuk melakukan diversifikasi
vertikal ini jauh lebih besar dibanding diversifikasi horisontal.
Memasuki tahun 2000, tiga grup media massa yaitu Grup Media
Indonesia Grup Kompas Gramedia, dan Grup Jawa Pos melakukann
diversifikasi vertikal dengan mendirikan stasiun televisi. Grup Media
Indonesia mendirikan stasiun televisi Metro TV, Grup Kompas
Gramedia mendirikan TV 7,dan Grup Jawa Pos melalui anak
perusahaannya Riau Pos mendirikan Riau TV yang khusus dipancarkan
untuk wilayah Riau.

E.LANGKAH MENGAKUISISI PERUSAHAAN PERS

Untuk terjun ke bisnis pers, ada beberapa cara. Selain membuat


sebuah penerbitan baru, strategi yang lain adalah membeli atau
mengakuisisi perusahaan pers yang sudah ada. Sebelum mengakuisi
perusahaan pers, investor harus memperhatikan berbagai aspek mulai
dari kondisi penjualan, kinerja keuangan, aspek hukum, serta aspek
tenaga kerja. Karena bila aspek tersebut tidak diperiksa dengan
seksama, pengakusisian perusahaan media cetak malah akan
merugikan perusahaan. Karena tujuan membeli atau mengakuisisi
adalah untuk mencari keuntungan. Meski pada saat perusahaan pers
tersebut dibeli kondisi keuangan masih merugi, tapi dalam jangka
pendek dan jangka panjang perusahaan yang semula rugi harus diubah
agar memiliki kinerja keuangan yang sehat. Sehingga investasi yang
sudah dikeluarkan saat membeli perusahaan pers tersebut dapat
kembali. Dan tahun-tahun berikutnya, investor tinggal meraih laba.
Berikut ini adalah aspek-aspek yang harus diperhatikan oleh
investor saat mengakuisisi perusahaan pers.
E.1.Gambaran Umum
 Apakah manajemen perusahaan itu dikelola dengan baik atau tidak
 Mengetahui apakah kinerja perusahaan itu sedang stabil, meningkat
atau sedang menurun
 Mengetahui bisnis apa saja yang dilakukan perusahaan pers
 Mengetahui biaya masing-masing pos yang ada dalam struktur
perusahaan
 Mengetahui apakah ada perkembangan searah pada harga jual atau
harga pokok dan biaya. Misalnya harga penjualan tetap, sedangkan
biaya meningkat
 Apakah perusahaan media cetak yang akan diakuisisi dalam keadaan
yang sangat membutuhkan modal kerja baru atau tidak.
 Apakah perusahaan media cetak itu terganjal peraturan pemerintah,
seperti bahan baku yang masih diimpor

E.2. Kondisi Penjualan


 Apa saja produksinya
 Berapa volume penjualan dalam unit dan rupiah
 Apakah tiras atau oplah media cetak relatif atau sama dari tahun ke
tahun
 Produk apa saja yang dikeluarkan selama ini
 Apakah teknologi yang digunakan masih up to date atau sudah out to
date dibandingkan perusahaan media cetak lainnya?
 Bagaimana kondisi ATK, teknologi, komputer, kamera apakah masih
dapat digunakan beberapa tahun lagi?
 Apakah ada rencana perusahaan media cetak mempunyai rencana
untuk membuat perusahaan lain?
 Siapa pelanggan utama media cetak
 Pernahkah melakukan survei pelanggan
 Bagaimana peta pelanggan
 Bagaimana tren pelanggan dalam setahun terakhir? Apakah naik
atau turun
 Bagaimana tim pemasaran media cetak melakukan penjualan
produk?
 Apakah melalui agen yang diberikan hak monopoli atau agen
independen
 Apakah cara yang dilakukan itu merupakan cara yang umum
digunakan oleh perusahaan media cetak?
 Apakah ada upaya untuk meningkatkan penjualan
 Bagaimana perusahaan media cetak menyalurkan distribusi
 Perusahaan percetakan mana yang digunakan dan berada di wilayah
mana
 Bagaimana cara pengiriman media cetak ke agen atau pelanggan?
E.3.Pembayaran dan kebijakan kredit
 Bagaimana sistem pembayaran agen dan pelanggan
 Berapa komisi yang diberikan kepada agen dan pelanggan
 Siapa saja pelanggan yang mendapatkan komisi tertentu

E.4.Persaingan
 Siapa saja pesaing utama media cetak tersebut
 Apakah harga barang dan kebijakan penjualan cukup bersaing
 Bagaimana posisi media cetak yang akan diakuisi dalam persaingan
itu?
 Apakah kelebihan pesaing dengan produk media cetak yang akan
diakuisisi?
 Siapa saja pesaing yang tidak langsung

E.5.Bahan baku
 Bahan baku apa yang digunakan untuk memproduksi media cetak?
 Dari mana bahan baku itu diperoleh dan siapa pemasoknya selama
ini?
 Apakah dapat digunakan bahan baku lain?
 Apakah perusahaan menyimpan bahan baku dalam jumlah yang
banyak
 Apakah harga bahan baku relatif stabil dari waktu ke waktu
 Bagaiman sistem pembelian bahan baku selama ini kepada para
suplier

E.6.Manajemen Informasi Sistem


 Apakah dalam mengembangkan produk menggunakan riset pasar
 Apakah manajemen informasi menyediakan data mengenai volume
dan nilai penjualan per agen, per wilayah, per edisi, per bulan
 Apakah manajemen menyediakan data mengenai realisasi volume
dan nilai penjualan dengan proyeksi volume dan nilai penjualan

E.7.Sumber Daya Manusia


 Berapa jumlah pegawai tetap dan tidak tetap pada masing-masing
divisi
 Bagaimana sistem penggajian karyawan selama ini
 Apakah ada kontrak kerja, rencana pemberian THR, bonus untuk
karyawan
 Bagaimana tingkat gaji karyawan media cetak dengan perusahaan
media cetak lainnya
 Apa saja hak dan kewajiban pegawai yang telah disepakati antara
karyawan dan perusahaan
 Apakah karyawan telah memiliki asuransi jiwa, asuransi kesehatan

E.8.Hukum
 Apakah perusahaan pernah atau sedang terlibat dalam perkara
hukum di pengadilan
 Apakah perusahaan media cetak pernah melanggar kode etik
jurnalistik
 Apakah perusahaan media cetak pernah melanggar pembayaran
pajak
 Apakah perusahaan tengah bermasalah dengan sesama anggota
penerbitan
 Apakah perusahaan tengah berperkara hukum dengan para
pemasok atau suplier

Anda mungkin juga menyukai