Anda di halaman 1dari 6

KONJUNGTIVITIS ALERGI  watery discharge

 fotofobia ringan.
1. KONJUNGTIVITIS ALERGI SEDERHANA
Ini adalah konjungtivitis alergi ringan dan non- Tanda
spesifik yang ditandai dengan gatal, hiperemia, (a) Hiperemia dan kemosis yang menyebabkan
dan respons papiler ringan. Pada dasarnya, ini konjungtiva tampak berair.
adalah reaksi urtikaria akut atau subakut. (b) Konjungtiva juga dapat menunjukkan reaksi
papiler ringan.
Etiologi (c) Edema kelopak mata
a. Hay Fever Conjunctivitis
Hal ini umumnya terkait dengan hay fever Diagnosis
(rinitis alergi). Alergen yang umum adalah Diagnosis ditegakkan dari:
serbuk sari, rumput, dan ketombe hewan (1) gejala dan tanda khas;
(2) flora konjungtiva normal; dan
b. Seasonal Allergic Conjunctivitis (SAC) (3) adanya eosinofil yang melimpah di
merupakan respon terhadap alergen pembuangan.discharge
musiman seperti serbuk sari rumput. Ini
sangat umum terjadi. Terapi
1. Eliminasi alergen jika memungkinkan.
c. Perennial Allergic Conjutivitis (PAC) 2. Tindakan paliatif lokal yang memberikan
merupakan respons terhadap alergen pertolongan segera meliputi:
perennial seperti debu rumah dan tungau. Itu i. Vasokonstriktor seperti adrenalin,
tidak begitu umum. efedrin, dan nafazolin.
ii. Tetes natrium kromoglikat sangat efektif
Patologi dalam mencegah kasus atopik berulang.
Gambaran patologis konjungtivitis alergi sederhana iii. Tetes mata steroid harus dihindari.
terdiri dari respon vaskular, seluler, dan Namun, ini dapat diresepkan untuk
konjungtiva. jangka waktu yang singkat pada pasien
a. Respon vaskular ditandai dengan yang parah dan tidak responsif.
vasodilatasi yang tiba-tiba dan ekstrim serta 3. Obat antihistaminik sistemik berguna pada kasus
peningkatan permeabilitas pembuluh darah akut yang disertai rasa gatal.
yang menyebabkan eksudasi. 4. Desensitisasi telah dicoba tanpa banyak hasil
yang memuaskan. Namun, percobaan dapat
b. Respon seluler berupa infiltrasi dan diberikan dalam kasus yang berulang.
eksudasi konjungtiva dalam keluarnya
eosinofil, sel plasma dan sel mast yang 2. VERNAL KERATOCONJUNCTIVITIS
menghasilkan histamin dan zat mirip (VKC)
histamin. Ini adalah peradangan alergi konjungtiva berulang,
bilateral, interstisial, sembuh sendiri yang memiliki
c. Respon konjungtiva berupa pembengkakan kejadian musiman berkala.
konjungtiva yang diikuti dengan
peningkatan pembentukan jaringan ikat dan Etiologi
hiperplasia papiler ringan. Reaksi hipersensitivitas terhadap allergen eksogen
Gejala seperti serbuk sari. Dimediasi oleh IgE. Penderita
 Gatal hebat dan sensasi terbakar di mata mnungkin memiliki riwayat pribadi atau keluarga
dari penyakit atopic lainnya seperti hay fever, asma,  Akumulasi jaringan yang menebal di
atau eksim dan darah tepi menunjukkan eosinophil sekitar limbus
dan meningkatnya kadar IgE serum.  Adanya tonjolan keputihan yang
tepisah di sepanjang limbus (Tranta’s
Gejala Spot)
 Sensasi terbakar dan gatal yang tak c. Mixed/Campuran
tertahankan
 Fotofobia ringan
 Lakrimasi
 Discharge berserabut
 Kelopak mata berat
 Self-limiting biasa hilang setelah 5-10 tahun

Tanda
a. Palpebra Kombinasi dari palpebral dan bulbar

Vernal Keratopathy

 Lesi yang khas dengan adanya


papilla yang keras dan rata di atasnya
tersusun dalam bentuk “cobble-
stone” atau “pavement stone”. 1. Punctate epithelial keratitis involving upper
 Dalam kasus parah, papilla cornea is usually associated with palpebral form of
mengalami hipertrofi dan disease. The lesions always stain with rose bengal
membentuk “giant papile” and invariably with fluorescein dye.
 Perubahan konjungtiva berhubungan 2. Ulcerative vernal keratitis (shield ulceration)
keluarnya discharge putih presents as a shallow transverse ulcer in upper part
b. Bulbar of cornea. The ulceration results due to epithelial
macroerosions. It is a serious problem which may
be complicated by bacterial keratitis.
3. Vernal corneal plaques result due to coating of
bare areas of epithelial macroerosions with a layer
of altered exudates
4. Subepithelial scarring occurs in the form of a
ring scar.
5. Pseudogerontoxon is characterised by a classical
 Kongesti triangular merah-kehitaman ‘cupid’s bow’ outline.
pada konjungtiva bulbar di daerah
palpebral Tatalaksana
Terapi Lokal
1. Steroid Topikal  Konjungtiva tarsal memiliki tampilan seperti
Pengunaannya harus diminimalkan karena dapat susu. Ada papil yang sangat halus,
menyebabkan glaucoma yang diinduksi oleh hyperemia, dan jaringan parut dengan
steroid. penyusutan
e.g. Fluorometholone, medrysone,  Kornea mengalami keratitis epitel punctate,
betamethasone atau dexamethason lebih parah pada bagian bawah. Bisa juga
2. Mast Cell Stabilizers terjadi vasuklarisasi, penipisa, dan plak
Sodium cromoglycate (2%) diteteskan 4-5x/hari. kornea
Azelastine tetes mata. Tatalaksana
3. Antihistamik topical Sodium cromoglycate tets, steroid, dan suplemen air
4. Acetyl Cysteine (0,5%) mata dapat membantu lesi konjungtiva
Digunakan topical, sifat mukolitik dan berguna
dalam pengobatan awal pembentukan plak 4. KERATOKONJUNGTIVITIS
5. Topikal siklosporin (1%) PHLYCTENULAR (PKC)
Merupakan konjungtivitis nodular yang disebabkan
Terapi Sistemik alergi terhadap bakteri atau antigen tertentu.
1. Antihistamin Oral Konjungtivitis flikten disebabkan oleh karena alergi
Dapat meredakan gatal pada kasus yang parah (hipersensitivitas tipe lV) terhadap
2. Steroid Oral tuberkuloprotein, stafilokok, limfogranuloma
venerea, leismaniasis, infeksi parasit, dan infeksi di
Terapi Giant Papile tempat lain dalam tubuh
1) Injeksi Supratarsal Steroid jangka panjang
2) Aplikasi Cyro
3) Eksisi bedah direkomendasikan untuk
papilla yang sangat besar

Tindakan Umum
Kacamata gelap untuk mencegah fotofobia Faktor Predisposisi
Kompres air dingin memberi efek menenangkan
a. Usia
Meningkat pada usia 3-15 tahun
3. KERATOKONJUNGTIVITIS ATOPIK
b. Jenis kelamin
(AKC) Tinggi pada wanita dibanding laki-laki
Sering dianggap keratokonjungtivitis vernal dan
c. Kekurangan gizi
sering dikaitkan dengan dermatitis atopic. Lebih banyak pada anak kurang gizi
Mayoritas diderita oleh laki-laki dewasa.
d. Kondisi kehidupan
Penuh sesak dan tidak higienis
Gejala
e. Musim
 Gatal, pegal, sensasi kering Insidensi tinggi pada musim semi dan panas
 Discharge mukoid
 Fotofobia atau penglihatan kabur Gejala
 Ketidaknyamanan di mata
Tanda  Iritasi
 Tepi kelopak mata inflamasi kronis dengan  Mata berair
batas posterior membulat
Tanda
a. Simple
 Nodul putih kemerahan khas yang
dikelilingi oleh hyperemia
konjungtiva bulbar, biasanya di
dekat limbus
 Sering terdapat nodul soliter tetapi
terkadang terdapat 2 nodul Etiologi
 Diduga suatu reaksi alergi pada orang yang
b. Nekrotik mempunyai predisposisi alergi terhadap
 Adanya flikten yang sangat besar obat-obat sulfonamid, barbiturat, salisilat.
dengan nekrosis dan ulserasi yang  Ada yang beranggapan bahwa penyakit ini
menyebabkan konjungtivitis pustular idiopatik dan sering ditemukan sesudah
yang parah suatu infeksi herpes simpleks

c. Miliaris Manifestasi
 Adanya beberapa flikten yang  Lesi eritema,urtikaria, erupsi bula pada kulit
tersusun secara acak/cincin disekitar yang dapat timbul mendadak dan tersebar
limbus dan bahkan membentuk ring secara simetris
ulkus  Konjungtivitis bilateral, timbul
pseudomembran
Tatalaksana  Mata merah dengan demam dan kelemahan
Terapi Lokal umum
1) Steroid Topikal  Sakit pada sendi
Tetes mata atau salep dexamethasone atau  Vaskularisasi dan parut pada kornea bisa
betametason mengurangi visus
2) Tetesmata dan Salep Antibiotik
 Konjungtiva kering
Ditambahkan untuk merawat infeksi sekunder
 Simblefaron
(konjungtivitis mukopurulen)
3) Salep Mata Atropin 1%
Tatalaksana
Dioleskan 1x1hari bila terkena kornea
a. Bersifat simtomatik
b. Pengobatan umum : kortikosteroid sistemik
Tindakan Umum
dan infus antibiotic
Upaya pemberian diet tinggi protein yang
c. Pengobatan local mata : pembersihan secret
dilengkapi dengan vitamin A, C, dan D
yang timbul, midriatika, steroid topical, dan
mencegah simblefaron

5. SINDROM STEVENS-JOHNSON
Sindrom Steven Johnson adalah suatu penyakit
eritema multiform yang berat (mayor). Penyakit ini
sering ditemukan pada orang muda usia sekitar 35
tahun.
KERATITIS  Ketajaman visual
Keratitis memberi gejala dan tanda-tanda berupa  Pemeriksaan fluorescein  melihat
epifora, fotofobi, penglihatan kabur, mata merah, kecacatan epitel
kadang sakit, blefarospasme dan injeksi perikorneal  Pemeriksaan infiltrate kornea (kekruhan
keputihan di kornea)
Perbedaan Keratitis dan Konjungtivitis  Pemeriksaan temuan kornea  penipisan
Pada keratitis merahnya tidak begitu berat, ada atau edema kornea
injeksi perikornea, sekretnya sedikit atau tidak ada,  Pemeriksaan seidel  kebocoran humor
tapi pasien merasa sangat silau (fotofobia) dan aqueous
untuk mengkompensasi rasa silau makanya bisa  Pemeriksaan anterior chamber  mencari
terjadi blefarospasme, karena palpebra terus sel, flare, hypopion
menerus menyipit. Pada konjungtivitis mata sangat
merah, sekretnya bisa sangat banyak, dan ada Komplikasi
injeksi konjungtiva.
 penipisan kornea
 descemetocele sekunder,
1. KERATITIS BAKTERIAL
 perforasi kornea yang dapat menyebabkan
Manifestasi
endophthalmitis dan kehilangan mata.
 Nyeri, lakrimasi, fotofobia
 Visus turun
Tatalaksana

Penyebab
Staphylococcus, streptococcus, Pseudomonas, dan
Enterobacteriacea dapat mengakibatkan keratitis
bacterial

Faktor Predisposisi
1. Pemakaian lensa kontak
Dari penderita keratitis bakterial, 19-42%
adalah pemakai lensa kontak. Insiden 2. KERATITIS FUNGAL
keratitis bakterial akibat penggunaan lensa Keratitis jamur lebih jarang dibandingkan keratitis
kontak pemakaian lama adalah sekitar 8.000 bakterial. Dimulai dengan suatu trauma pada kornea
kasus per tahun. Insiden tahunan keratitis oleh ranting pohon, daun dan bagian tumbuh-
bakteri dengan lensa yang dipakai sehari- tumbuhan.
hari adalah 3 kasus per 10.000.
2. Obat mata yang terkontaminasi Etiologi
3. Pertahanan imun menurun akibat Kebanyakan jamur disebabkan oleh candida,
malnutrisi, alkoholisme, dan diabetes Fusarium, aspergillus, dan Curvularia.
(Moraxella)
4. Perubahan structural atau malposisi Manifestasi
kelopak mata (termasuk entropion dengan  Sakit mata yang hebat, berair dan silau.
trichiasis dan lagopthalmos)  Terlihat infiltrat kelabu,
5. Penggunaan kortikosteroid topical  hipopion,
 peradangan,
Pemeriksaan  ulserasi superfisial
Pemeriksaan slit-lamp segmen anterior ditemukan :  satelit bila terletak di dalam stroma.
 Biasanya disertai dengan cincin endotel Gejala
dengan plaque tampak bercabang-cabang, Iritasi, fotofobia, dan berair-mata. Bila kornea
dengan endothelium plaque, gambaran bagian sentral terkena, juga terjadi sedikit gangguan
satelit pada kornea, dan lipatan Descemet. penglihatan. Sering ada riwayat lepuh – lepuh
demam atau infeksi herpes lain, tetapi ulkus kornea
Diagnosis Pasti terkadang merupakan satu-satunya gejala pada
Pemeriksaan mikroskopik dengan KOH 10% infeksi herpes rekurens.
terhadap kerokan kornea yang menunjukkan adanya
hifa. Lesi
Ini terjadi pada epitel kornea, memiliki pola
Tatalaksana percabangan linear khas dengan tepian kabur, dan
Disarankan pasien dengan infeksi jamur dirawat dan memiliki bulbus-bulbus terminalis pada ujungnya
diberi pengobatan natamisin 5% (keratitis jamur Pemulasan fluorescein membuat dendrit mudah
filamentosa, fusarium species) amphoterisin B dilihat, sayangnya, keratitis herpes dapat juga
0,15% - 0.30% (keratitis yeast, aspergillus species) menyerupai banyak infeksi kornea lain dan harus
Diberikan pengobatan sistemik ketokonazole (200- dimasukkan dalam diagnosis diferensial pada
600 mg/hari) dan sikloplegik. Bila disertai banyak lesi kornea.
peningkatan tekanan intraokular diberikan obat oral
anti glaukoma. Keratoplasti dilakukan jika tidak ada
perbaikan. Penyulit yang dapat terjadi adalah
endoftalmitis.

3. KERATITIS VIRAL
Keratitis Herpes Simpleks
Dapat dibagi menjadi dua, yaitu epithelial
(dendritic) dan stromal (diskiformis)

Epitelial  kerusakan terjadi akibat pembelahan


virus di dalam sel epitel, yang akan mengakibatkan
kerusakan sel dan membentuk tukak kronea
superfisial.
Stromal  diakibatkan reaksi imunologik tubuh
pasien sendiri terhadap virus yang menyerang

Antigen (virus) dan antibodi (pasien) bereaksi di


dalam stroma kornea dan menarik sel leukosit dan
sel radang lainnya. Sel ini mengeluarkan bahan
proteolitik untuk merusak antigen (virus) yang juga
akan merusak jaringan stromaldi sekitarnya.
Kebanyakan infeksi HSV pada kornea disebabkan
oleh HSV tipe 1 (penyebab herpes labialis), tetapi
beberapa kasus pada bayi dan dewasa dilaporkan
disebabkan oleh HSV tipe 2 (penyebab herpes
genitalis)'

Anda mungkin juga menyukai