TINJAUAN TEORITIS
A. Definisi
B. Etiologi
1. Genetik
2. Penuaan
3. Sosio ekonomi
4. Perilaku dan pola hidup
5. Penyakit ginjal
6. Penyakit kelenjar tiroid
7. Kecanduan alkohol
8. Usia
9. Obesitas
10. Terlalu banyak makan garam atau terlalu sedikit mengkonsumsi
kalsium
11. Merokok
C. Manisfestasi klinis
Manifestasi Klinik Hipertensi
Sebagian besar manifestasi klinis timbul setelah mengalami hipertensi
bertahun-tahun, dan berupa:
1. Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah
2. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina karena hipertensi
3. Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf
pusat
4. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus
5. Edema akibat peningkatan tekanan kapiler (Corwin, 2009).
Pada hipertensi maligna yang merupakan tipe hipertensi berat yang secara
progresif, dimana tekanan darah diastoliknya > 115 mmHg. Hipertensi
maligna meningkatkan risiko gagal ginjal, gagal jantung kiri, dan stroke.
Komplikasi Hipertensi
Beberapa contoh komplikasi dari hipertensi, yaitu (Udijanti,2010) :
1. Angina pectoris
2. Cardiomegali
3. Congestif heart failure
4. Iskemia miocard
5. Stroke
D. Klasifikasi
E. Pathways
F. Pemeriksaan diagnostik
a. Laboratorium
b. EKG
3) Peninggian gelombang P
4) Gangguan konduksi
c. Foto Rontgen
1) Bentuk dan besar jantung Noothing dari iga pada koarktasi aorta.
2) Pembendungan, lebarnya paru
3) Hipertrofi parenkim ginjal
4) Hipertrofi vaskuler ginjal
(Aspiani,R.Y, 2010)
G. Penatalaksanaan Klinis
a. Medis (Farmakologi)
a. Penghambat saraf simpatis
Golongan ini bekerja dengan menghambat akivitas saraf simpatis
sehingga mencegah naiknya tekanan darah, contohnya: Metildopa 250
mg (medopa, dopamet), klonidin 0,075 & 0,15 mg (catapres) dan
reserprin 0,1 &0,25 mg (serpasil, Resapin).
b. Beta Bloker
Bekerja dengan menurunkan daya pompa jantung sehingga pada
gilirannya menurunkan tekanan darah. Contoh: propanolol 10 mg
(inderal, farmadral), atenolol 50, 100 mg (tenormin, farnormin), atau
bisoprolol 2,5 & 5 mg (concor).
c. Vasodilator
Bekerja langsung pada pembuluh darah dengan merelaksasi otot
pembuluh darah.
d. Angiotensin Converting Enzym (ACE) Inhibitor
Bekerja dengan menghambat pembentukan zat Angiotensin II (zat
yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah). Contoh:
Captopril 12,5, 25, 50 mg (capoten, captensin, tensikap), enalapril 5
&10 mg (tenase).
e. Calsium Antagonis
Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung dengan cara
menghambat kontraksi jantung (kontraktilitas). Contohnya: nifedipin 5
& 10 mg (adalat, codalat, farmalat, nifedin), diltiazem 30,60,90 mg
(herbesser, farmabes).
f. Antagonis Reseptor Angiotensin II
Cara kerjanya dengan menghalangi penempelan zat angiotensin II
pada reseptornya yang mengakibatkan ringannya daya pompa jantung.
Contoh : valsartan (diovan).
g. Diuretic
Obat ini bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh (lewat
urin) sehingga volume cairan tubuh berkurang, sehingga
mengakibatkan daya pompa jantung menjadi lebih ringan. Contoh:
Hidroklorotiazid (HCT) (Corwin, 2001; Adib, 2009; Muttaqin, 2009).
Batuk
Sakit kepala, pusing, atau pening
Mual atau muntah
Diare atau konstipasi
Gugup
Ruam kulit
Lelah, lemah, mengantuk, dan kurang bertenaga
Berat badan turun drastis atau naik signifikan secara tiba-tiba.
b. Non Farmakologi
Terapi non farmakologi untuk penanganan hipertensi berupa
anjuran modifikasi gaya hidup. Pola hidup sehat dapat menurunkan
darah tinggi. Pemberian terapi farmakologi dapat ditunda pada pasien
hipertensi derajat 1 dengan risiko komplikasi penyakit kardiovaskular
rendah. Jika dalam 4-6 bulan tekanan darah belum mencapai target
atau terdapat faktor risiko penyakit kardiovaskular lainnya maka
pemberian medikamentosa sebaiknya dimulai.
c. Keperawatan
1. Mengendalikan berat badan
2. Pembatasan asupan garam (sodium/Na)
3. Berhenti merokok
4. Mengurangi atau berhenti minum-minuman beralkohol
5. Mengubah pola makan pada penderita diabetes, kegemukan atau
kadar kolestrol darah tinggi
6. Olahraga aerobic yang tidak terlalu berat
7. Teknik-teknik mengurang stress
8. Manfaatkan pikiran
H. Pengkajian keperawatan
a. Keluhan utama
Keluhan utama merupakan keluhan yang paling dirasakan
dan yang paling sering mengganggu pasien pada saat itu. Pada
landasan teori Menurut (Riyadi, 2011) tanda dan gejala hipertensi
adalah sakit kepala, perdarahan hidung, vertigo, mual muntah,
perubahan penglihatan, kesemutan pada kaki dan tangan, sesak nafas,
kejang atau koma, nyeri dada.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat kesehatan sekarang merupakan rincian dari keluhan
utama yang berisi tentang riwayat perjalanan pasien selama
mengalami keluhan secara lengkap dengan menggunakan PQRST.
c. Riwayat kesehatan sebelumnya
Riwayat kesehatan sebelumnya merupakan riwayat penyakit fisik
maupun psikologik yang pernah diderita pasien sebelumnya.
Seperti diabetes mellitus, hipertensi, trauma, dan lain-lain.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat kesehatan keluarga memegang peranan penting dalam
kondisi kesehatan seseorang. Penyakit yang muncul pada lebih dari
satu orang keluarga terdekat dapat meningkatkan resiko untuk
menderita penyakit tersebut
e. Riwayat psikososial spiritual
K. Perencanaan keperawatan
Diagnosa
No Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
1 Penurunan Tupan : Perawatan jantung
curah jantung Setelah dilakukan Observasi
berhubungan tindakan keperawatan 1. Identifikasi tanda dan 1.
dengan selama 3x24 jam gejala primer
peningkatan diharapkan afterload penurunan curah
afterload menurun jantung (meliputi
dispnea, kelelahan,
edema, orthopnea,
Tupen : paroxsysmal noctumal
Setelah dilakukan dispnea, peningkatan
tindakan keperawatan CVP)
selama 1x24 jam
diharapkan masalah 2. Identifikasi tanda 2.
penurunan curah jantung gejala sekunder
teratasi, dengan kriteria penurunan curah
(tanda gejala mayor jantung (meliputi
minor) peningkatan berat
badan, hepatomegali,
distensi vena jugularis,
palpitasi, ronkhi basah,
oliguria, batuk, kulit
pucat)
8. Monitor aritmia
9. Monitor nilai
labolatorium jantung
10. Monitor fungsi alat
pacu jantung 11.perubahan TD dan frekuensi sebelum
11. Periksa tekanan darah dan sesudah beraktifitas akan berbeda
dan frekuensi nadi 12. apakah obat yang diberikan memberi
sebelum dan sesudah dampak pada TD dan frekuensi nadi
aktivitas
Terapeutik
1. Posisikan pasien
semi
fowler/fowler 4. gaya hidup yang sehat dapat
dengan kaki meminimalisir terjadinya penyakit
kebawah atau Jantung
posisi nyaman 5. dengan terapi relaksasi pasien akan
merasa tenang dan nyaman
5. Berikan terapi
relaksasi untuk
mengurangi stres
jika perlu
6. Berikan
dukungan
emosional dan
spiritual
7. Berikan oksigen
untuk
mempertahankan
saturasi oksigen
diatas 94%
Edukasi
1. Anjurkan 1.Untuk mengetahuui sepeti apa nyeri
beraktivitas dirasakan
fisik sesuai
toleransi 2. depresi segmen ST dan datarnya
2. Anjurkan gelombang T dapat terjadi karena
beraktivitas peningkatan kebutuhan oksigen miokard
fisik secara meskipun tak ada penyakit arteri koroner
bertahap
3. Anjurkan
berhenti 4. Elektrolit yang dapat meningkatkan
merokok aritmia harus dihindari
4. Ajarkan
pasien dan
keluarga 6. Saturasi oksigen biasanya menurun
mengukur sehingga harus selalu dipantau
berat badan
harian
5. Ajarkan
pasien dan
keluarga
mengukur
intake dan
output cairan
harian 1.
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
antiaritmia jika perlu
2. Rujuk ke program 2.
rehabilitasi jantung
4. Monitor
elektrolit yang
dapat
meningkatkan
resiko aritmia
5. Monitor enzim
jantung
6. Monitor saturasi
oksigen
7. Identifikasi
stratifikasi pada
sindrom koroner
akut
Terapeutik
1. Pertahankan
tirah baring
minimal 12 jam
2. Pasang akses
intravena
3. Puasakan hingga
bebas nyeri
4. Berikan terapi
relaksasi untuk
mengurangi
ansietas dan stres
5. Sediakan
lingkungan yang
kondusif untuk
beristirahat dan
pemulihan
6. Siapkan
menjalani
intervensi
koroner perkutan
jika perlu
7. Berikan
dukungan
emosional dan
spiritual
Edukasi
1. Anjurkan segera
melaporkan
nyeri dada
2. Anjurkan
menghindari
manuver valsava
(mis. Mengedan
saat BAB atau
batuk)
3. Jelaskan 6. Saturasi oksigen biasanya menurun
tindakan yang sehingga harus selalu dipantau
dijalani pasien 7.elektolit yang berlebih dapat
4. Ajarkan teknik meningkatkan resiko aritmia
menurunkan
kecemasan dan 1.Ligkungan yang tenang dapat
ketakutuan meningkatkan kualitas istirahat
2.agar iksigen pasien terpenuhi
Kolaborasi
1. Pemberian
antiplatelet jika 4.Agar dapat memantau kerja jantung
perlu 5. untuk menegtahui keadaan jantung
2. Kolaborasi
pemberian
antiangina
3. Kolaborasi
pemberian
morfin jika perlu
4. Kolaborasi
pemberian
inotropik jika
perlu
5. Kolaborasi
pemberian obat
untuk mencegah
manuver valsava
6. Kolaborasi
pencegahan
trombus dengan
antikoagulan jika
perlu
7. Kolaborasi
pemeriksaan X-
Ray dada jika
perlu
Manajemen Aritmia
Observasi
1. Periksa onset dan
pemicu aritmia
2. Identifikasi jenis
aritmia
3. Monitor
frekuensi dan
durasi aritmia
4. Monitor keluhan
nyeri dada
5. Monitor respon
hemodinamik
akibat aritmia
6. Monitor saturasi
oksigen
7. Monitor kadar
elektrolit
Terapeutik
1. Berikan lingkungan
yang tenang
3. Pasang akses
intravena
4. Pasang monitor
jantung
5. Rekam EKG 12
sadapan
6. Periksa interval QT
sebelum dan sesudah
pemberian obat yang
dapat
memperpanjang
interval QT
7. Lakukan manuver
valsava
8. Lakukan masase
karotis unilateral
9. Berikan oksigen
sesuai indikasi
10. Siapkan pemasangan
ICD (Implantable
Cardioverter
Defibrillator)
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian
antiaritmia jika
perlu
2. Kolaborasi
pemberian
kardioversi jika
perlu
3. Kolaborasi
pemberian
defibrilasi jika
perlu
2 Risiko Perfusi Tupan : Pencegahan Syok
Serebral Tidak Setelah dilakukan Observasi
Efektif tindakan keperawatan
berhubungan selama 3x24 jam
dengan diharapkan Tekanan Terapeutik
Tekanan intrakranial menghilang
Intrakranial
meningkat Tupen : Edukasi
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 1x24 jam
diharapkan tidak terjadi Manajemen sensasi perifer
risiko perfusi serebral Observasi
tidak efektif 1. Identifikasi
penyebab perubahan
sensasi
2. Identifikasi
penggunaan alat
pengikat, prostesis,
sepatu dan pakaian
3. Periksa perbedaan
sensasi tajam atau
tumpul
4. Periksa perbedaan
sensasi panas atau
dingin
5. Periksa kemampuan
mengidentifikasi
lokasi dan tekstur
benda
6. Monitor terjadinya
parestesia jika perlu
7. Monitor perubahan
kulit
8. Monitor adanya
tromboflebitis dan
tromboemboli vena
Terapeutik
1. Hindari pemakaian
benda-benda yang
berlebihan suhunya
(terlalu panas atau
dingin)
Edukasi
1. Anjurkan
penggunaan
termometer untuk
menguji suhu air
2. Anjurkan
penggunaan sarung
tangan ternal saat
memasak
3. Anjurkan memakai
sepatu lembut dan
bertumit rendah
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian analgesik,
jika perlu
2. Kolaborasi
pemberian
kortikosteroid jika
perlu
Tupen : Edukasi
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 1x24 jam Kolaborasi
diharapkan tidak terjadi
risiko injuri
Edukasi Pengurangan
Risiko
Observasi
Terapeutik
Edukasi
Kolaborasi
Terapeutik
Edukasi
Kolaborasi
Tupen : Edukasi
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 1x24 jam Kolaborasi
diharapkan malasah
5 oliguria membaik dengan Pemantauan Elektrolit
kriteria Observasi
Terapeutik
Edukasi
Kolaborasi
Terapeutik
1. Fasilitasi fokus pada
kemampupan, bukan
defisit yang dialami
2. Sepakati komitmen 14. Agar pasien dapat bersosialisai serta
untuk meningkatkan melakukan aktivitasnya secara bersamaan
frekuensi dan
rentang aktivitas
3. Fasilitasi memilih
aktivitas dan
tetapkan tujuan
aktivitas yang
konsisten sesuai
kemampuan fisik,
psikologis, dan
sosial
4. Koordinasikan
pemilihan aktivitas
sesuai usia
15. Tingkatkan
keterlibatan dalam
aktivitas rekreasi dan
diversifikasi untuk 1.Agar tidak terjadi kesalahan dalam
menurunkan pemberian informasi
kecemasan (mis.
Vocal group, bola 1.Agar lebih faham latihan yang akan
voli, tenis meja, dilakukan
jogging, berenang, 2.Memberi pendidikan untuk
tugas sederhana, meningkatkan pengetahuan
permainan 3.
sederhana, tugas
rutin, tugas rumah
tangga, perawatan
diri, teka-teki dan 1.Agar pasien melakukan olahraga
permainan kartu) dengan rutin
16. Libatkan keluarga
dalam aktivitas jika 2.Agar pasien tidak melakukan latihan
perlu yang berlebihan
3.durasi yang berlebihan akan membuat
17. Fasilitas pasien kelelahan
mengembangkan
motivasi dan
penguatan diri
18. Fasilitasi pasien dan
keluarga memantau
kemajuannya sendiri
untuk mencapai
tujuan
19. Jadwalkan aktivitas 6. agar pasien dapat memenuhi oksigen di
dalam rutinitas dalam tubuh dengan mandiri tanpa alat
sehari-hari bantu
Edukasi
1. Jelaskan metode
aktivitas fisik sehari-
hari jika perlu
2. Ajarkan cara
melakukan aktivitas
yang dipilih
3. Anjurkan melakukan
aktivitas fisik, sosial,
spiritual, dan
kognitif dalam
menjaga fungsi dan
kesehatan
4. Anjurkan terlibat
dalam aktivitas
kelompok atau
terapi, jika sesuai
5. Anjurkan keluarga
untuk memberi
penguatan positif
atas partisipasi
dalam aktivitas
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan
terapi okupasi dalam
merencanakan dan
memonitor program
aktivitas, jika sesuai
2. Rujuk pada pusat
atau program
aktivitas komunitas,
jika perlu
Edukasi latihan fisik
Observasi
1. Identifikasi kesiapan
dan kemampuan
menerima informasi
Terapeutik
1. Sediakan materi dan
media pendidikan
kesehatan
2. Jadwalkan
pendidikan
kesehatan sesuai
kesepakatan
3. Berikan kesempatan
untuk bertanya
Edukasi
1. Jelaskan manfaat
kesehatan dan efek
fisiologis olahraga
3. Jelaskan frekuensi,
durasi, dan intensitas
program latihan
yang diinginkan
4. Ajarkan latihan
pemanasan dan
pendinginan yang
tepat
5. Ajarkan teknik
menghindari cedera
saat berolahraga
6. Ajarkan teknik
pernapasan yang
tepat untuk
memaksimalkan
penyerapan oksigen
penyerapan oksigen
selama latihan fisik
BAB III
TINJAUAN KASUS
Kasus 2
Seorang laki laki berusia 40 tahun dirawat di ruang penyakit jantung dengan keluhan pusing yang disertai pandangan kabur, mual dan
muntah. Pusing dirasakan sejak seminggu terakhir , akan bertambah parah jika ia beraktivitas. Pasien bekerja sebagai manajer di
salah satu cabang bank swasta. Makanan kesukaan pasien di antaranya gorengan , jeroan, dan makanan cepat saji, selain itu pasien
juga perokok aktif sejak usia 16 tahun dengan rata rata perhari mengkomsumsi satu bungkus rokok filter perhari .
Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan ; tekanan darah 180/100 mmHg, frekuensi nadi 110x/ menit , frekuensi nafas 29x/menit,
suhu 36,90C . irama jantung ireguler , akral teraba dingin , bunyi jantung S1 S2 dullnes (+). Hasil pemeriksaan penunjang kolestrol
total 6,5 mmol/L , gambaran EKG sinus takikardi
1. Keluhan utama
Pasien mengeluh pusing yang disertai pandangan kabur, mual dan muntah.
3. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
2) Tanda-tanda vital
3) Pemeriksaan fisik
a. Sistem kardiovaskular
b. Sistem persarafan
Diagnosa
No Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Penurunan Tupan : Perawatan jantung
curah jantung Setelah Observasi 1.
berhubungan dilakukan 13. Identifikasi tanda dan
dengan tindakan gejala primer penurunan
perubahan keperawata curah jantung (meliputi
irama jantung n selama dispnea, kelelahan,
3x24 jam edema, orthopnea,
diharapkan paroxsysmal noctumal
afterload dispnea, peningkatan
menurun CVP)
9. Monitor EKG 12
sadapan untuk
perubahan ST dan T
2. depresi
segmen ST
14. Identifikasi dan datarnya
stratifikasi pada gelombang T
sindrom koroner dapat terjadi
akut karena
peningkatan
kebutuhan
Terapeutik oksigen
8. Pertahankan tirah miokard
baring minimal 12 meskipun tak
jam ada penyakit
arteri koroner
9. Pasang akses
intravena
4. Elektrolit
yang dapat
10. Puasakan hingga meningkatkan
bebas nyeri aritmia harus
dihindari
11. Berikan terapi
relaksasi untuk
mengurangi
ansietas dan stres
12. Sediakan
lingkungan yang 6. Saturasi
kondusif untuk oksigen
beristirahat dan biasanya
pemulihan menurun
13. Siapkan menjalani sehingga harus
intervensi koroner selalu dipantau
perkutan jika perlu
14. Berikan dukungan
emosional dan
spiritual
Edukasi 1.
5. Anjurkan segera
melaporkan nyeri
dada
6. Anjurkan 2.
menghindari
manuver valsava
(mis. Mengedan
saat BAB atau
batuk)
7. Jelaskan tindakan
yang dijalani pasien
8. Ajarkan teknik 4.Terapi
menurunkan relaksasi dapat
kecemasan dan mengurangi
ketakutuan ansietas dan
stres
Kolaborasi 5. lingkungan
8. Pemberian yang nyaman
antiplatelet jika dan tidak
perlu berisik dapat
9. Kolaborasi meningkatkan
pemberian istirahat pasien
antiangina
10. Kolaborasi
pemberian morfin
jika perlu
11. Kolaborasi
pemberian inotropik
jika perlu 7. Dukungan
12. Kolaborasi emosional dan
pemberian obat spiritual
untuk mencegah membantu
manuver valsava pasien agar
13. Kolaborasi termotivasi
pencegahan untuk cepat
trombus dengan sembuh
antikoagulan jika
perlu
14. Kolaborasi
pemeriksaan X-Ray
dada jika perlu
Manajemen Aritmia
Observasi
8. Periksa onset dan
pemicu aritmia
9. Identifikasi jenis
aritmia
10. Monitor frekuensi
dan durasi aritmia
11. Monitor keluhan
nyeri dada
12. Monitor respon
hemodinamik
akibat aritmia
13. Monitor saturasi
oksigen
Kolaborasi
7. Kolaborasi pemberian
antiaritmia jika perlu
8. Kolaborasi pemberian
kardioversi jika perlu
9. Kolaborasi pemberian
defibrilasi jika perlu
6. Saturasi
oksigen
biasanya
menurun
sehingga harus
selalu dipantau
7.elektolit
yang berlebih
dapat
meningkatkan
resiko aritmia
1.Ligkungan
yang tenang
dapat
meningkatkan
kualitas
istirahat
2.agar iksigen
pasien
terpenuhi
4.Agar dapat
memantau
kerja jantung
5. untuk
menegtahui
keadaan
jantung
2.
Intoleransi Tupan : Manajemen energi
aktivitas Setelah Observasi
berhubungan dilakukan 1. Identifikasi gangguan 1.Agar sesuai
dengan tindakan fungsi tubuh yang dengan
kelelahan dan keperawata mengakibatkan kelelahan tindakan yang
kelemahan n selama Monitor kelelahan fisik dan akan
fisik 3x24 jam emosional dilakukan
diharapkan
toleransi 2. Monitor pola dan jam tidur 2.Faktor apa
aktivitas saja yang
meningkat membuat
kelelahan
Tupen : 3. Monitor lokasi dan 3. Pola tidur
Setelah ketidaknyamanan selama yang kurang
dilakukan melakukan aktivitas dapat
tindakan membuat
keperawata kelelahan
n selama Terapeutik
1x24 jam 1. Sediakan lingkungan 1. lingkungan
diharapkan nyaman dan rendah yang nyaman
kelemahan stimulus (mis. Cahaya, dapat
fisik suara, kunjungan) membuat
membaik pasien istirahat
dengan dengan tenang
kriteria
hasil : 2. Lakukan latihan 2.Untuk
1. Tekanan rentang gerak pasif membuat
darah dan/atau aktif jantung
normal menjadi kuat
2. Respirasi secara
normal bertahap dan
3. irama badan tidak
jantung mudah lelah
normal 3. Berikan aktivitas 3. distraksi
4. Nadi distraksi yang yang
normal menenangkan menenangkan
5. Kolestrol dapat
menurun membuat
6. pasien tidak
Gambaran stress
EKG 4. Fasilitasi duduk di sisi 4. untuk
normal tempat tidur, jika tidak menghindari
dapat berpindah atau resiko terjatuh
berjalan
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring 1.untuk
mengurangi
rasa lelah
2. Anjurkan melakukan 2. Untuk
aktivitas secara melatih badan
bertahap agar tidak
merasa cepat
lelah
3. Anjurkan hubungi 3. agar dapat
perawat jika tanda dan segera diberi
gejala kelelahan tidak tindakan yang
berkurang sesuai
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli 1. asupan
gizi tentang cara makanan yang
meningkatkan asupan bergizi dapat
makanan meningkatkan
energi
Terapi aktivitas
Observasi
1. Identifikasi defisit
tingkat aktivitas
2. Identifikasi 2. Aktivitas
kemampuan apa saja yang
berpartisipasi dalam dapat
aktivitas tertentu dilakukan oleh
3. Identifikasi sumber klien, dan
daya untuk aktivitas menghindari
yang diinginkan aktivitas yang
4. Identifikasi strategi berat
meningkatkan
partisipasi dalalm
aktivitas
5. Identifikasi makna 5.Untuk
aktivitas rutin
mengetahui
(mis.bekerja) danpandangan
waktu luang pasien
terhadap
aktivitas yang
dijalankan
6. Monitor respon 6. Respon
emosional, fisik, sosial, yang baik akan
dan spiritual terhadap meningkatkan
aktivitas semangat
untuk
melakukan
aktivitas
Terapeutik
1. Fasilitasi fokus pada 1.Untuk
kemampuan, bukan memfasilitasi
defisit yang dialami fokus
kemampuan
yang dimiliki
pasien