Anda di halaman 1dari 70

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Definisi

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami


peningkatan tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan
peningkatan angka morbiditas dan angka kematian ( mortalitas ) ( Adib,
2009 ).
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah keadaan medis umum
yang disebabkan oleh aliran darah yang kuat dalam jangka waktu panjang
pada dinding pembuluh darah arteri yang akhirnya dapat menyebabkan
komplikasi tertentu, seperti penyakit jantung.
Hipertensi adalah nama lain dari tekanan darah tinggi. Tekanan
darah itu sendiri adalah kekuatan aliran darah dari jantung yang
mendorong dinding pembuluh darah (arteri). Kekuatan tekanan darah ini
bisa berubah dari waktu ke waktu, dipengaruhi oleh aktivitas apa yang
sedang dilakukan jantung (misalnya sedang berolahraga atau dalam
keadaan normal/istirahat) dan daya tahan pembuluh darahnya.

B. Etiologi
1. Genetik
2. Penuaan
3. Sosio ekonomi
4. Perilaku dan pola hidup
5. Penyakit ginjal
6. Penyakit kelenjar tiroid
7. Kecanduan alkohol
8. Usia
9. Obesitas
10. Terlalu banyak makan garam atau terlalu sedikit mengkonsumsi
kalsium
11. Merokok
C. Manisfestasi klinis
Manifestasi Klinik Hipertensi
Sebagian besar manifestasi klinis timbul setelah mengalami hipertensi
bertahun-tahun, dan berupa:
1. Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah
2. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina karena hipertensi
3. Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf
pusat
4. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus
5. Edema akibat peningkatan tekanan kapiler (Corwin, 2009).
Pada hipertensi maligna yang merupakan tipe hipertensi berat yang secara
progresif, dimana tekanan darah diastoliknya > 115 mmHg. Hipertensi
maligna meningkatkan risiko gagal ginjal, gagal jantung kiri, dan stroke.

Seseorang dengan maligna biasanya memiliki gejala-gejala:


1. Morning headaches
2. Penglihatan kabur
3. Sesak napas atau dispnea
4. Dan gejala uremia

Komplikasi Hipertensi
Beberapa contoh komplikasi dari hipertensi, yaitu (Udijanti,2010) :
1. Angina pectoris
2. Cardiomegali
3. Congestif heart failure
4. Iskemia miocard
5. Stroke

D. Klasifikasi
E. Pathways

F. Pemeriksaan diagnostik

Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik


sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diatolik sedikitnya 90 mmHg.
Hipertensi tidak hanya beresiko tinggi menderita penyakit jantung, tetapi
juga menderita penyakit lain seperti penyakit ginjal, saraf, dan pembuluh
darah dan semakin tinggi tekanan darah, makin besar resikonya (Nurarif &
Kusuma, 2015).
Dibawah ini beberapa pemeriksaan penunjang bagi pasien hipertensi
antara lain :

a. Laboratorium

1) Albuminuria pada hipertensi karena kelainan parenkim ginjal

2) Kreatinin serum dan BUN meningkat pada hipertensi karena parenkim


ginjal dengan gagal ginjal akut.

3) Darah perifer lengkap

4) Kimia darah (kalium, natrium, kreatinin, gula darah puasa)

b. EKG

1) Hipertrofi ventrikel kiri

2) Iskemia atau infark miokard

3) Peninggian gelombang P

4) Gangguan konduksi

c. Foto Rontgen

1) Bentuk dan besar jantung Noothing dari iga pada koarktasi aorta.
2) Pembendungan, lebarnya paru
3) Hipertrofi parenkim ginjal
4) Hipertrofi vaskuler ginjal
(Aspiani,R.Y, 2010)

G. Penatalaksanaan Klinis
a. Medis (Farmakologi)
a. Penghambat saraf simpatis
Golongan ini bekerja dengan menghambat akivitas saraf simpatis
sehingga mencegah naiknya tekanan darah, contohnya: Metildopa 250
mg (medopa, dopamet), klonidin 0,075 & 0,15 mg (catapres) dan
reserprin 0,1 &0,25 mg (serpasil, Resapin).
b. Beta Bloker
Bekerja dengan menurunkan daya pompa jantung sehingga pada
gilirannya menurunkan tekanan darah. Contoh: propanolol 10 mg
(inderal, farmadral), atenolol 50, 100 mg (tenormin, farnormin), atau
bisoprolol 2,5 & 5 mg (concor).
c. Vasodilator
Bekerja langsung pada pembuluh darah dengan merelaksasi otot
pembuluh darah.
d. Angiotensin Converting Enzym (ACE) Inhibitor
Bekerja dengan menghambat pembentukan zat Angiotensin II (zat
yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah). Contoh:
Captopril 12,5, 25, 50 mg (capoten, captensin, tensikap), enalapril 5
&10 mg (tenase).
e. Calsium Antagonis
Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung dengan cara
menghambat kontraksi jantung (kontraktilitas). Contohnya: nifedipin 5
& 10 mg (adalat, codalat, farmalat, nifedin), diltiazem 30,60,90 mg
(herbesser, farmabes).
f. Antagonis Reseptor Angiotensin II
Cara kerjanya dengan menghalangi penempelan zat angiotensin II
pada reseptornya yang mengakibatkan ringannya daya pompa jantung.
Contoh : valsartan (diovan).
g. Diuretic
Obat ini bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh (lewat
urin) sehingga volume cairan tubuh berkurang, sehingga
mengakibatkan daya pompa jantung menjadi lebih ringan. Contoh:
Hidroklorotiazid (HCT) (Corwin, 2001; Adib, 2009; Muttaqin, 2009).

Efek Samping Obat Antihipertensi

Reaksi orang terhadap sebuah obat berbeda-beda. Kebanyakan


pasien dapat menoleransi obat antihipertensi dengan baik. Namun pada
beberapa kasus, beberapa obat antihipertensi dapat menimbulkan
sejumlah efek samping berupa:

 Batuk
 Sakit kepala, pusing, atau pening
 Mual atau muntah
 Diare atau konstipasi
 Gugup
 Ruam kulit
 Lelah, lemah, mengantuk, dan kurang bertenaga
 Berat badan turun drastis atau naik signifikan secara tiba-tiba.

b. Non Farmakologi
Terapi non farmakologi untuk penanganan hipertensi berupa
anjuran modifikasi gaya hidup. Pola hidup sehat dapat menurunkan
darah tinggi. Pemberian terapi farmakologi dapat ditunda pada pasien
hipertensi derajat 1 dengan risiko komplikasi penyakit kardiovaskular
rendah. Jika dalam 4-6 bulan tekanan darah belum mencapai target
atau terdapat faktor risiko penyakit kardiovaskular lainnya maka
pemberian medikamentosa sebaiknya dimulai.

Rekomendasi terkait gaya hidup adalah sebagai berikut :


a. Penurunan berat badan. Target penurunan berat badan perlahan
hingga mencapai berat badan ideal dengan cara terapi nutrisi medis
dan peningkatan aktivitas fisik dengan latihan jasmani.
b. Mengurangi asupan garam. Garam sering digunakan sebagai
bumbu masak serta terkandung dalam makanan kaleng maupun
makanan cepat saji. Diet tinggi garam akan meningkatkan retensi
cairan tubuh. Asupan garam sebaiknya tidak melebihi 2 gr/ hari.
c. Diet. Diet DASH merupakan salah satu diet yang
direkomendasikan. Diet ini pada intinya mengandung makanan
kaya sayur dan buah, serta produk rendah lemak.Pemerintah
merekomendasikan diet hipertensi berupa pembatasan pemakaian
garam dapur ½ sendok teh per hari dan penggunaan bahan
makanan yang mengandung natrium seperti soda kue. Makanan
yang dihindari yakni otak, ginjal, paru, jantung, daging kambing,
makanan yang diolah menggunakan garam natrium (crackers,  kue,
kerupuk, kripik dan makanan kering yang asin), makanan dan
minuman dalam kaleng (sarden, sosis, kornet, buah-buahan dalam
kaleng), makanan yang diawetkan, mentega dan keju, bumbu-
bumbu tertentu (kecap asin, terasi, petis, garam, saus tomat, saus
sambal, tauco dan bumbu penyedap lainnya) serta makanan yang
mengandung alkohol (durian, tape).
d. Olah raga. Rekomendasi terkait olahraga yakni olahraga secara
teratur sebanyak 30 menit/hari, minimal 3 hari/ minggu.
e. Mengurangi konsumsi alkohol. Pembatasan konsumsi alkohol
tidak lebih dari 2 gelas per hari pada pria atau 1 gelas per hari pada
wanita dapat menurunkan hipertensi.
f. Berhenti merokok. Merokok termasuk faktor risiko penyakit
kardiovaskular. Oleh karena itu penderita hipertensi dianjurkan
untuk berhenti merokok demi menurunkan risiko komplikasi
penyakit kardiovaskular.

c. Keperawatan
1. Mengendalikan berat badan
2. Pembatasan asupan garam (sodium/Na)
3. Berhenti merokok
4. Mengurangi atau berhenti minum-minuman beralkohol
5. Mengubah pola makan pada penderita diabetes, kegemukan atau
kadar kolestrol darah tinggi
6. Olahraga aerobic yang tidak terlalu berat
7. Teknik-teknik mengurang stress
8. Manfaatkan pikiran

H. Pengkajian keperawatan
a. Keluhan utama
Keluhan utama merupakan keluhan yang paling dirasakan
dan yang paling sering mengganggu pasien pada saat itu. Pada
landasan teori Menurut (Riyadi, 2011) tanda dan gejala hipertensi
adalah sakit kepala, perdarahan hidung, vertigo, mual muntah,
perubahan penglihatan, kesemutan pada kaki dan tangan, sesak nafas,
kejang atau koma, nyeri dada.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat kesehatan sekarang merupakan rincian dari keluhan
utama yang berisi tentang riwayat perjalanan pasien selama
mengalami keluhan secara lengkap dengan menggunakan PQRST.
c. Riwayat kesehatan sebelumnya
Riwayat kesehatan sebelumnya merupakan riwayat penyakit fisik
maupun psikologik yang pernah diderita pasien sebelumnya.
Seperti diabetes mellitus, hipertensi, trauma, dan lain-lain.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat kesehatan keluarga memegang peranan penting dalam
kondisi kesehatan seseorang. Penyakit yang muncul pada lebih dari
satu orang keluarga terdekat dapat meningkatkan resiko untuk
menderita penyakit tersebut
e. Riwayat psikososial spiritual

Riwayat Psikososial spiritual merupakan rincian dari kondisi


psikologi yang meliputi konsep diri dan kecemasan, kondisi sosial
yang meliputi support system dan komunikasi, serta kondisi spiritual
yang meliputi kegiatan-kegiatan keagamaan seperti pengajian dan
sholat berjamaah di rumah, saat sakit ini aktifitas keagamaan klien
hanya berada di tempat tidur.

f. Pemfis per sistem


1. Keadaan umum
Seorang pasien yang terkena hipertensi kesadarannya adalah sadar
namun bisa juga hilang kesadaran.
2. Tanda-tanda vital
 Tekanan darah
Saat melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital pada khasus
hipertensi tekanan darah yang dimiliki oleh penderita
hipertensi systole diatas 140 mmHg dan tekanan diastole
diatas 90 mmHg
 Nadi
Meningkat pada arteri karotis, jugularis, pulsasi radialis;
perbedaan denyut nadi atau tidak ada denyut nadi pada
beberapa area seperti arteri popliteal, posterior tibia.
3. Pemeriksaan fisik
a) Sistem kardiovaskular
Inspeksi : gerakan dinding abnormal
Palpasi : denyut apical kuat
Perkusi :denyut apical bergeser dan/ atau kuat angkat
Auskultasi : denyut jantung takikardia dan disritmia, bunyi
jantung S2 mengeras S3 (gejala CHF dini). Murmur dapat
terdengar jika stenosis atau insufisiensi katup.
b) Sistem pernafasan
Mengeluh sesak nafas saat aktivitas, takipnea, orthopnea
(gangguan pernafasan pada saat berbaring ), PND, batuk
dengan atau tanpa sputum, riwayat merokok. Temuan fisik
meliputi sianosis, pengunaan otot bantu pernapasan,
terdengar suara napas tambahan (ronkhi rales, wheezing).
Sistem perasarafan
Melaporkan serangan pusing/ pening, sakit kepala
berdenyut di suboksipital, episode mati-rasa, atau
kelumpuhan salah satu sisi nadan. Gangguan visual
(diplopia- pandangan ganda atau pandangan kabur) dan
episode epistaksis.
c) Sistem perkemihan
Temuan fisik produksi urine <50 ml/jam atau oliguria.
d) Sistem pencernaan
Melaporkan mual, muntah, perubahan berat badan, dan
riwayat pemakaian deuretik.Temuan fisik fisik meliputi
berat badan normal atau obesitas, edema, kongesti vena,
distensi vena jugularis, dan glikosuria.
e) Sistem integumen
Suhu kulit dingin, warna kulit pucat, pengisian kapiler
lambat (>2 detik), sianosis, diaphoresis, atau flusing
f) Sistem muskuloskeletal
Terjadi kaku kuduk pada area leher
g) Sistem endokrin
Pada pasien dengan hipertensi biasanya tidak ditemukan
adanya kelainan pada sistem endokrin
h) Sistem reproduksi
Pada klien hipertensi terjadi peningkatan TIK (tekanan intra
cranial) pada saat melakukan hubungan seksual dan terjadi
gangguan reproduksi pada ibu hamil yang memiliki
hipertensi
i) Sistem pengindraan
Pemeriksaan retina dapat ditemukan penyempitan atau
sklerosis arteri edema atau papiledema (eksudat atau
hemoragi) tergantung derajat lamanya hipertensi.
j) Sistem imun
Pada pasien hipertensi mengalami penurunan sistem
kekebalan tubuh
I. Analisa data
N Data Etiologi Masalah
o
Ds: Dispnea Vasokontriksi pembuluh darah Penurunan curah jantung
1 Do: ↓
 Tekanan darah Tahanan perifer meningkat
meningkat atau ↓
menurun Kerja jantung meningkat
 Nadi perifer teraba ↓
lemah Hipertropiventrikel
 Capillary refill time ↓
> 3 detik Peningkatan Afterload
 Oliguria ↓
 Warna kulit pucat Penurunan curah jantung
dan/atau sianosis
2 Ds: - Vasokontriksi pembuluh darah Risiko Perfusi Serebral Tidak Efektif
Do: - ↓
Penyempitan arteri

Peningkatan tekanan veskuler serebral

Tekanan Intrakranial meningkat

Nyeri

Risiko Perfusi Serebral Tidak Efeketif

3 Ds: - Vasokontriksi pembuluh darah Risiko Injuri


Do: - ↓
Penyempitan arteri

Ketidakseimbangan suplai darah

Suplai darah ke retina menurun

Diplopia

Gangguan persepsi sensori visual

Risiko Injuri

4 Ds: Korteks adrenal Kelebihan Volume Cairan


 Ortopnea ↓ (Hipervolemia)
 Dispnea Penurunan Aldosteron
 Paroxysmal ↓
Nocturnal Dyspnea Retensi Na dan H2O di tubulus ginjal
J. Diagnosa keperawatan
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload.
2. Risiko Perfusi Serebral Tidak Efektif berhubungan dengan Tekanan Intrakranial meningkat.
3. Risiko injuri berhubungan dengan gangguan persepsi sensori visual.
4. Kelebihan volume cairan (Hipervolemia) berhubungan dengan Peningkatan volume intravaskular.
5. Oliguria (Hipovolemia) berhubungan dengan produksi urine menurun.
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan kelemahan fisik.

K. Perencanaan keperawatan

Diagnosa
No Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
1 Penurunan Tupan : Perawatan jantung
curah jantung Setelah dilakukan  Observasi
berhubungan tindakan keperawatan 1. Identifikasi tanda dan 1.
dengan selama 3x24 jam gejala primer
peningkatan diharapkan afterload penurunan curah
afterload menurun jantung (meliputi
dispnea, kelelahan,
edema, orthopnea,
Tupen : paroxsysmal noctumal
Setelah dilakukan dispnea, peningkatan
tindakan keperawatan CVP)
selama 1x24 jam
diharapkan masalah 2. Identifikasi tanda 2.
penurunan curah jantung gejala sekunder
teratasi, dengan kriteria penurunan curah
(tanda gejala mayor jantung (meliputi
minor) peningkatan berat
badan, hepatomegali,
distensi vena jugularis,
palpitasi, ronkhi basah,
oliguria, batuk, kulit
pucat)

3. Monitor tekanan darah 3. Untuk menngetahui perubahan tekanan


darah

4. Monitor intake dan 4. agar cairan yang masuk tidak lebiah


output cairan ataupun kurang
5. Monitor saturasi 5.Saturasi oksigen biasanya menurun
oksigen sehingga harus selalu dipantau

6. Monitor keluhan nyeri 6.agar dapat segera ditanagani jika terjadi


dada nyeri dada

7. Monittor EKG 12 7.Untuk mengetahui keadaan jantung


sadapan

8. Monitor aritmia
9. Monitor nilai
labolatorium jantung
10. Monitor fungsi alat
pacu jantung 11.perubahan TD dan frekuensi sebelum
11. Periksa tekanan darah dan sesudah beraktifitas akan berbeda
dan frekuensi nadi 12. apakah obat yang diberikan memberi
sebelum dan sesudah dampak pada TD dan frekuensi nadi
aktivitas

1. posisi ini meningkatkan filtasi ginjal


dan menurunkan prosuksi ADH sehingga
12. Periksa tekanan darah meningkatkan diuresis
dan frekuensi nadi 2. Makanan yang sesuai dapat
sebelum pemberian meringankan kerja jantung
obat

 Terapeutik
1. Posisikan pasien
semi
fowler/fowler 4. gaya hidup yang sehat dapat
dengan kaki meminimalisir terjadinya penyakit
kebawah atau Jantung
posisi nyaman 5. dengan terapi relaksasi pasien akan
merasa tenang dan nyaman

6.Dukungan emosional dan spiritual


2. Berikan diet membantu pasien agar termotivasi untuk
jantung yang cepat sembuh
sesuai (mis. 7. Saturasi oksigen yang kurang dapat
Batasi asupan menyebabkan pasien sesak nafas
kafein, natrium,
kolesterol, dan 1. agar pasien dapat tidak beraktivitas
makanan tinggi berlebihan
lemak 2.untuk melatih kerja jantung dengan
3. Gunakan bertahap
stocking elastis 3. kandungan rokok membuat jantung
atau pneumatik bekerja lebih
intermiten sesuai keras
indikasi
4. Fasilitasi pasien
dan keluarga
untuk modifikasi
gaya hidup sehat

5. Berikan terapi
relaksasi untuk
mengurangi stres
jika perlu

6. Berikan
dukungan
emosional dan
spiritual

7. Berikan oksigen
untuk
mempertahankan
saturasi oksigen
diatas 94%
 Edukasi
1. Anjurkan 1.Untuk mengetahuui sepeti apa nyeri
beraktivitas dirasakan
fisik sesuai
toleransi 2. depresi segmen ST dan datarnya
2. Anjurkan gelombang T dapat terjadi karena
beraktivitas peningkatan kebutuhan oksigen miokard
fisik secara meskipun tak ada penyakit arteri koroner
bertahap
3. Anjurkan
berhenti 4. Elektrolit yang dapat meningkatkan
merokok aritmia harus dihindari

4. Ajarkan
pasien dan
keluarga 6. Saturasi oksigen biasanya menurun
mengukur sehingga harus selalu dipantau
berat badan
harian
5. Ajarkan
pasien dan
keluarga
mengukur
intake dan
output cairan
harian 1.
 Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
antiaritmia jika perlu
2. Rujuk ke program 2.
rehabilitasi jantung

Perawatan jantung akut


 Observasi
1. Identifikasi
karakteristik
nyeri dada
4.Terapi relaksasi dapat mengurangi
ansietas dan stres
2. Monitor EKG 12 5. lingkungan yang nyaman dan tidak
sadapan untuk berisik dapat meningkatkan istirahat
perubahan ST pasien
dan T

7. Dukungan emosional dan spiritual


membantu pasien agar termotivasi untuk
cepat sembuh
3. Monitor aritmia

4. Monitor
elektrolit yang
dapat
meningkatkan
resiko aritmia

5. Monitor enzim
jantung

6. Monitor saturasi
oksigen

7. Identifikasi
stratifikasi pada
sindrom koroner
akut

 Terapeutik
1. Pertahankan
tirah baring
minimal 12 jam

2. Pasang akses
intravena
3. Puasakan hingga
bebas nyeri

4. Berikan terapi
relaksasi untuk
mengurangi
ansietas dan stres
5. Sediakan
lingkungan yang
kondusif untuk
beristirahat dan
pemulihan
6. Siapkan
menjalani
intervensi
koroner perkutan
jika perlu
7. Berikan
dukungan
emosional dan
spiritual

 Edukasi
1. Anjurkan segera
melaporkan
nyeri dada
2. Anjurkan
menghindari
manuver valsava
(mis. Mengedan
saat BAB atau
batuk)
3. Jelaskan 6. Saturasi oksigen biasanya menurun
tindakan yang sehingga harus selalu dipantau
dijalani pasien 7.elektolit yang berlebih dapat
4. Ajarkan teknik meningkatkan resiko aritmia
menurunkan
kecemasan dan 1.Ligkungan yang tenang dapat
ketakutuan meningkatkan kualitas istirahat
2.agar iksigen pasien terpenuhi
 Kolaborasi
1. Pemberian
antiplatelet jika 4.Agar dapat memantau kerja jantung
perlu 5. untuk menegtahui keadaan jantung
2. Kolaborasi
pemberian
antiangina
3. Kolaborasi
pemberian
morfin jika perlu
4. Kolaborasi
pemberian
inotropik jika
perlu
5. Kolaborasi
pemberian obat
untuk mencegah
manuver valsava
6. Kolaborasi
pencegahan
trombus dengan
antikoagulan jika
perlu
7. Kolaborasi
pemeriksaan X-
Ray dada jika
perlu

Manajemen Aritmia
 Observasi
1. Periksa onset dan
pemicu aritmia
2. Identifikasi jenis
aritmia
3. Monitor
frekuensi dan
durasi aritmia
4. Monitor keluhan
nyeri dada
5. Monitor respon
hemodinamik
akibat aritmia
6. Monitor saturasi
oksigen

7. Monitor kadar
elektrolit

 Terapeutik
1. Berikan lingkungan
yang tenang

2. Pasang jalan nafas


buatan jika perlu

3. Pasang akses
intravena
4. Pasang monitor
jantung

5. Rekam EKG 12
sadapan
6. Periksa interval QT
sebelum dan sesudah
pemberian obat yang
dapat
memperpanjang
interval QT
7. Lakukan manuver
valsava
8. Lakukan masase
karotis unilateral
9. Berikan oksigen
sesuai indikasi
10. Siapkan pemasangan
ICD (Implantable
Cardioverter
Defibrillator)

 Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian
antiaritmia jika
perlu
2. Kolaborasi
pemberian
kardioversi jika
perlu
3. Kolaborasi
pemberian
defibrilasi jika
perlu
2 Risiko Perfusi Tupan : Pencegahan Syok
Serebral Tidak Setelah dilakukan  Observasi
Efektif tindakan keperawatan
berhubungan selama 3x24 jam
dengan diharapkan Tekanan  Terapeutik
Tekanan intrakranial menghilang
Intrakranial
meningkat Tupen :  Edukasi
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 1x24 jam
diharapkan tidak terjadi Manajemen sensasi perifer
risiko perfusi serebral Observasi
tidak efektif 1. Identifikasi
penyebab perubahan
sensasi
2. Identifikasi
penggunaan alat
pengikat, prostesis,
sepatu dan pakaian
3. Periksa perbedaan
sensasi tajam atau
tumpul
4. Periksa perbedaan
sensasi panas atau
dingin
5. Periksa kemampuan
mengidentifikasi
lokasi dan tekstur
benda
6. Monitor terjadinya
parestesia jika perlu
7. Monitor perubahan
kulit
8. Monitor adanya
tromboflebitis dan
tromboemboli vena
Terapeutik
1. Hindari pemakaian
benda-benda yang
berlebihan suhunya
(terlalu panas atau
dingin)
Edukasi
1. Anjurkan
penggunaan
termometer untuk
menguji suhu air
2. Anjurkan
penggunaan sarung
tangan ternal saat
memasak
3. Anjurkan memakai
sepatu lembut dan
bertumit rendah
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian analgesik,
jika perlu
2. Kolaborasi
pemberian
kortikosteroid jika
perlu

Edukasi berat badan efektif


Observasi
1. Identifikasi kesiapan
dan kemampuan
memnerima
informasi
Terapeutik
1. Sediakan materi dan
media edukasi
2. Jadwalkan
pendidikan
kesehatan sesuai
kesepakatan
3. Beri kesempatan
pada keluarga untuk
bertanya
Edukasi
1. Jelaskan hubungan
asupan makanan,
latihan, peningkatan
dan penurunan berat
badan
2. Jelaskan kondisi
medis yang dapat
mempengaruhi berat
badan
3. Jelaskan resiko
kondisi kegemukan
(overweight) dan
kurus (underweight)
4. Jelaskan kebiasaan,
tradisi dan budaya,
serta faktor genetik
yang mempengaruhi
berat badan
5. Ajarkan cara
mengelola berat
badan secara efektif
3 Risiko injuri Tupan : Manajemen Keselamatan
berhubungan Setelah dilakukan Lingkungan
dengan tindakan keperawatan  Observasi
gangguan selama 3x24 jam
persepsi diharapkan gangguan
sensori visual persepsi sensori visual  Terapeutik
menghilang

Tupen :  Edukasi
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 1x24 jam  Kolaborasi
diharapkan tidak terjadi
risiko injuri

Edukasi Pengurangan
Risiko
 Observasi

 Terapeutik

 Edukasi
 Kolaborasi

4 Kelebihan Tupan : Manajemen Hipervolemia


volume cairan Setelah dilakukan  Observasi
(Hipervolemia tindakan keperawatan
) berhubungan selama 3x24 jam
dengan diharapkan peningkatan  Terapeutik
Peningkatan volume intravaskuler tidak
volume terjadi
intravaskular  Edukasi
Tupen :
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan  Kolaborasi
selama 1x24 jam
diharapkan klebihan Pemantauan Elektrolit
volume cairan menurun  Observasi
dengan kriteria

 Terapeutik

 Edukasi
 Kolaborasi

Oliguria Tupan : Manajemen Hipovolemia


(Hipovolemia Setelah dilakukan  Observasi
) berhubungan tindakan keperawatan
dengan selama 3x24 jam
produksi urine diharapkan produksi urine  Terapeutik
menurun kembali normal

Tupen :  Edukasi
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 1x24 jam  Kolaborasi
diharapkan malasah
5 oliguria membaik dengan Pemantauan Elektrolit
kriteria  Observasi

 Terapeutik

 Edukasi

 Kolaborasi

6 Intoleransi Tupan : Manajemen energi


aktivitas Setelah dilakukan Observasi
berhubungan tindakan keperawatan 1. Identifikasi 1.Agar sesuai dengan tindakan yang akan
dengan selama 3x24 jam gangguan fungsi dilakukan
kelelahan dan diharapkan kelelahan dan tubuh yang
kelemahan kelemahan fisik membaik mengakibatkan 2.Faktor apa saja yang membuat
fisik kelelahan kelelahan
Tupen : 2. Monitor kelelahan 3. Pola tidur yang kurang dapat membuat
Setelah dilakukan fisik dan emosional kelelahan
tindakan keperawatan
selama 1x24 jam
diharapkan intoleransi 3. Monitor pola dan
aktivitas membaik dengan jam tidur
kriteria
1. lingkungan yang nyaman dapat
4. Monitor lokasi dan membuat pasien istirahat dengan tenang
ketidaknyamanan
selama melakukan 2.Untuk membuat jantung menjadi kuat
aktivitas secara bertahap dan badan tidak mudah
Terapeutik lelah
1. Sediakan lingkungan 3. distraksi yang menenangkan dapat
nyaman dan rendah membuat pasien tidak stress
stimulus (mis. 4. untuk menghindari resiko terjatuh
Cahaya, suara,
kunjungan)
2. Lakukan latihan
rentang gerak 1.untuk mengurangi rasa lelah
pasifdan/atau aktif 2. Untuk melatih badan agar tidak merasa
cepat lelah
3. agar dapat segera diberi tindakan yang
sesuai

3. Berikan aktivitas 1. asupan makanan yang bergizi dapat


distraksi yang meningkatkan energi
menenangkan

4. Fasilitasi duduk di 2. Aktivitas apa saja yang dapat


sisi tempat tidur, jika dilakukan oleh klien, dan menghindari
tidak dapat aktivitas yang berat
berpindah atau
berjalan
Edukasi
1. Anjurkan tirah
baring
2. Anjurkan
melakukan aktivitas
secara bertahap
5.Untuk mengetahui pandangan pasien
terhadap aktivitas yang dijalankan
3. Anjurkan hubungi 6. Respon yang baik akan meningkatkan
perawat jika tanda semangat untuk melakukan aktivitas
dan gejala kelelahan
tidak berkurang
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan
ahli gizi tentang cara
meningkatkan 2. agar pasien terus melatih kondisi badan
asupan makanan untuk melakukan aktivitas
3. dengan memilih aktivitas yang disukai,
Terapi aktivitas pasien akan melakukannya dengan
Observasi semangat
1. Identifikasi defisit 4.Agar menghindari aktivitas yang
tingkat aktivitas berlebihan untuk usia tersebut
2. Identifikasi 5.
kemampuan
berpartisipasi dalam
aktivitas tertentu 6. agar pasien tidak merasa kelelahan

7.lingkungan yang sesuai dengan


aktivitas dapat mempermudah pasien
3. Identifikasi sumber dalam melakukan aktivitasnya
daya untuk aktivitas 8.Agar pasien dapat melakukan aktivitas
yang diinginkan rutin secara mandiri
4. Identifikasi strategi
meningkatkan 9.menyesuaikan aktivitas yang mampu
partisipasi dalalm paien lakukan
aktivitas
5. Identifikasi makna
aktivitas rutin
(mis.bekerja) dan
waktu luang
11. Berat badan yang sesuai
mempengaruhi gampang lelahnya
6. Monitor respon seseorang
emosional, fisik, 12. agar tidak terjadi otot yang tegang
sosial, dan spiritual
terhadap aktivitas

Terapeutik
1. Fasilitasi fokus pada
kemampupan, bukan
defisit yang dialami
2. Sepakati komitmen 14. Agar pasien dapat bersosialisai serta
untuk meningkatkan melakukan aktivitasnya secara bersamaan
frekuensi dan
rentang aktivitas

3. Fasilitasi memilih
aktivitas dan
tetapkan tujuan
aktivitas yang
konsisten sesuai
kemampuan fisik,
psikologis, dan
sosial
4. Koordinasikan
pemilihan aktivitas
sesuai usia

16.Melibatkan keluarga dapat memotivasi


5. Fasilitasi makna pasien
aktivitas yang dipilih
6. Fasilitasi
transportasi untuk
menghindari
aktivitas jika sesuai
7. Fasilitasi pasien dan
keluarga dalam
menyesuaikan
lingkungan untuk
mengakomodasi
aktivitas yang dipilih 19.Agar pasien melakukan aktivitas
dengan teratur
8. Fasilitasi aktivitas 20.dengan penguatan pasien akan
fisik rutin (mis. melakukan aktivitas dengan semangat
Ambulasi,
mobilisasi, 1.Agar aktivitas yang dilakukan tidak
perawatan diri) berlebihan
sesuai kebutuhan
9. Fasilitasi aktivitas
pengganti saat
mengalami
keterbatasan waktu,
energi, atau gerak
10. Fasilitasi aktivitas
motorik kasar untuk
pasien hiperaktif
11. Tingkatkan aktivitas
fisik untuk
memelihara berat
badan jika sesuai

12. Fasilitasi aktivitas


motorik untuk
merelaksasi otot
13. Fasilitasi aktivitas
dengan komponen
memori implisit dan
emosional (mis.
Kegiatan keagamaan
khusus) untuk pasien
demensia jika sesuai
14. Libatkan dalam
permainan kelompok
yang tidak
kompetitif,
terstruktur, dan aktif

15. Tingkatkan
keterlibatan dalam
aktivitas rekreasi dan
diversifikasi untuk 1.Agar tidak terjadi kesalahan dalam
menurunkan pemberian informasi
kecemasan (mis.
Vocal group, bola 1.Agar lebih faham latihan yang akan
voli, tenis meja, dilakukan
jogging, berenang, 2.Memberi pendidikan untuk
tugas sederhana, meningkatkan pengetahuan
permainan 3.
sederhana, tugas
rutin, tugas rumah
tangga, perawatan
diri, teka-teki dan 1.Agar pasien melakukan olahraga
permainan kartu) dengan rutin
16. Libatkan keluarga
dalam aktivitas jika 2.Agar pasien tidak melakukan latihan
perlu yang berlebihan
3.durasi yang berlebihan akan membuat
17. Fasilitas pasien kelelahan
mengembangkan
motivasi dan
penguatan diri
18. Fasilitasi pasien dan
keluarga memantau
kemajuannya sendiri
untuk mencapai
tujuan
19. Jadwalkan aktivitas 6. agar pasien dapat memenuhi oksigen di
dalam rutinitas dalam tubuh dengan mandiri tanpa alat
sehari-hari bantu

20. Berikan penguatan


positif atas
partisipasi dalam
aktivitas

Edukasi
1. Jelaskan metode
aktivitas fisik sehari-
hari jika perlu

2. Ajarkan cara
melakukan aktivitas
yang dipilih
3. Anjurkan melakukan
aktivitas fisik, sosial,
spiritual, dan
kognitif dalam
menjaga fungsi dan
kesehatan
4. Anjurkan terlibat
dalam aktivitas
kelompok atau
terapi, jika sesuai
5. Anjurkan keluarga
untuk memberi
penguatan positif
atas partisipasi
dalam aktivitas
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan
terapi okupasi dalam
merencanakan dan
memonitor program
aktivitas, jika sesuai
2. Rujuk pada pusat
atau program
aktivitas komunitas,
jika perlu
Edukasi latihan fisik
Observasi
1. Identifikasi kesiapan
dan kemampuan
menerima informasi

Terapeutik
1. Sediakan materi dan
media pendidikan
kesehatan
2. Jadwalkan
pendidikan
kesehatan sesuai
kesepakatan

3. Berikan kesempatan
untuk bertanya
Edukasi
1. Jelaskan manfaat
kesehatan dan efek
fisiologis olahraga

2. Jelaskan jenis latihan


yang sesuai dengan
kondisi kesehatan

3. Jelaskan frekuensi,
durasi, dan intensitas
program latihan
yang diinginkan
4. Ajarkan latihan
pemanasan dan
pendinginan yang
tepat
5. Ajarkan teknik
menghindari cedera
saat berolahraga
6. Ajarkan teknik
pernapasan yang
tepat untuk
memaksimalkan
penyerapan oksigen
penyerapan oksigen
selama latihan fisik
BAB III

TINJAUAN KASUS

Kasus 2
Seorang laki laki berusia 40 tahun dirawat di ruang penyakit jantung dengan keluhan pusing yang disertai pandangan kabur, mual dan
muntah. Pusing dirasakan sejak seminggu terakhir , akan bertambah parah jika ia beraktivitas. Pasien bekerja sebagai manajer di
salah satu cabang bank swasta. Makanan kesukaan pasien di antaranya gorengan , jeroan, dan makanan cepat saji, selain itu pasien
juga perokok aktif sejak usia 16 tahun dengan rata rata perhari mengkomsumsi satu bungkus rokok filter perhari .

Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan ; tekanan darah 180/100 mmHg, frekuensi nadi 110x/ menit , frekuensi nafas 29x/menit,
suhu 36,90C . irama jantung ireguler , akral teraba dingin , bunyi jantung S1 S2 dullnes (+). Hasil pemeriksaan penunjang kolestrol
total 6,5 mmol/L , gambaran EKG sinus takikardi

1. Keluhan utama
Pasien mengeluh pusing yang disertai pandangan kabur, mual dan muntah.

2. a) Riwayat kesehatan sekarang


Pusing dirasakan sejak seminggu terakhir , akan bertambah parah jika ia beraktivitas.

b) Riwayat kesehatan sebelumnya

Pasien tidak memiliki riwayat kesehatan sebelumnya

c) Riwayat kesehatan keluarga

Pasien tidak memiliki riwayat kesehatan keluarga sebelumnya

d) Riwayat psikososial spiritual


Pasien bekerja sebagai manajer di salah satu cabang bank swasta. Makanan kesukaan pasien di antaranya gorengan , jeroan, dan
makanan cepat saji, selain itu pasien juga perokok aktif sejak usia 16 tahun dengan rata rata perhari mengkomsumsi satu
bungkus rokok filter perhari .

3. Pemeriksaan fisik

1) Keadaan umum

Keadaan umum lemas

2) Tanda-tanda vital

 Tekanan Darah 180/100 mmHg


 Nadi 110x/ menit
 RR 29x/menit
 Suhu 36,9 0C

3) Pemeriksaan fisik

a. Sistem kardiovaskular

Irama jantung irreguler, akral teraba dingin

b. Sistem persarafan

Pasien merasa pusing dan pandangan kabur


N Data Etiologi Masalah
o
1 Ds: Vasokontriksi pembuluh darah Penurunan Curah
Pasien mengeluh pusing ↓ Jantung
disertai pandangan kabur, Tahanan perifer meningkat
mual dan muntah,merasa ↓
4. Pemeriksaan penunjang
Kerja jantung meningkat
tidak nyaman (bertambah
↓ Laboratorium
parah) setelah beraktivitas Hipertropiventrikel
NO Pemeriksaan Lab Hasil Nilai Normal

Peningkatan Afterload  Normal : <1,7
1 Do: Kolesterol total 6.5 mmol/L
 Tekanan Darah ↓ mmol/L
180/100 mmHg Perubahan Irama Jantung Batas Tinggi :
 Frekuensi nadi ↓
1,8 – 2,2
110x/menit Penurunan curah jantung
 Frekuensi nafas
mmol/L
29x/menit  Tinggi : 2,3 –
 Irama jantung 5,6 mmol/L
2 Gambaran
irregulerEKG Sinus Takikardia Sinus rythm
 Akral teraba dingin
5.  Gambaran EKG Analisa data
sinus takikardia

Ds: Vasokontriksi pembuluh Intoleransi Aktivitas 7. Diagnosa keperawatan


2 Pasien mengeluh pusing darah  Penurunan curah
disertai pandangan kabur, ↓ jantung berhubungan
mual dan muntah,merasa Penyempitan arteri dengan perubahan
tidak nyaman (bertambah ↓
irama jantung.
parah) setelah beraktivitas Ketidakseimbangan suplai
darah  Intoleransi aktivitas
Do: ↓ berhubungan dengan
 Tekanan Darah Suplai O2 ke jaringan kelelahan dan
180/100 mmHg menurun kelemahan fisik.
 Frekuensi nadi ↓
110x/menit Metabolisme jaringan
 Frekuensi nafas menurun
29x/menit ↓
 Irama jantung Kelelahan dan kelemahan
irreguler fisik
 Akral teraba dingin ↓
 Gambaran EKG Intoleransi Aktifitas
sinus takikardia
8. Perencanaan keperawatan

Diagnosa
No Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Penurunan Tupan : Perawatan jantung
curah jantung Setelah  Observasi 1.
berhubungan dilakukan 13. Identifikasi tanda dan
dengan tindakan gejala primer penurunan
perubahan keperawata curah jantung (meliputi
irama jantung n selama dispnea, kelelahan,
3x24 jam edema, orthopnea,
diharapkan paroxsysmal noctumal
afterload dispnea, peningkatan
menurun CVP)

14. Identifikasi tanda gejala


Tupen : sekunder penurunan 2.
Setelah curah jantung (meliputi
dilakukan peningkatan berat badan,
tindakan hepatomegali, distensi
keperawata vena jugularis, palpitasi,
n selama ronkhi basah, oliguria,
1x24 jam batuk, kulit pucat)
diharapkan
masalah
penurunan 15. Monitor tekanan darah
curah
jantung
teratasi, 16. Monitor intake dan output
dengan cairan 10. Untuk
kriteria : menngetahui
1. Tekanan perubahan
darah tekanan
normal 17. Monitor saturasi oksigen darah
2. Respirasi 11.
normal 4.agar cairan
3. irama yang masuk
jantung tidak lebiah
normal 18. Monitor keluhan nyeri ataupun
4. Nadi dada kurang
normal 5.Saturasi
5. Kolestrol oksigen
menurun biasanya
6. 19. Monittor EKG 12 menurun
Gambaran sadapan sehingga harus
EKG selalu dipantau
normal 6.agar dapat
20. Monitor aritmia segera
21. Monitor nilai ditanagani jika
labolatorium jantung terjadi nyeri
22. Monitor fungsi alat pacu dada
jantung 7.Untuk
23. Periksa tekanan darah dan mengetahui
frekuensi nadi sebelum keadaan
dan sesudah aktivitas jantung

24. Periksa tekanan darah dan


frekuensi nadi sebelum
pemberian obat 11.perubahan
TD dan
frekuensi
sebelum dan
sesudah
 Terapeutik beraktifitas
8. Posisikan pasien akan berbeda
semi fowler/fowler 12. apakah
dengan kaki obat yang
kebawah atau posisi diberikan
nyaman memberi
dampak pada
TD dan
frekuensi nadi
9. Berikan diet jantung
yang sesuai (mis.
Batasi asupan 1. posisi ini
kafein, natrium, meningkatkan
kolesterol, dan filtasi ginjal
makanan tinggi dan
lemak menurunkan
10. Gunakan stocking prosuksi ADH
elastis atau sehingga
pneumatik meningkatkan
intermiten sesuai diuresis
indikasi 2. Makanan
11. Fasilitasi pasien dan yang sesuai
keluarga untuk dapat
modifikasi gaya meringankan
hidup sehat kerja jantung

12. Berikan terapi


relaksasi untuk
mengurangi stres
jika perlu

13. Berikan dukungan


emosional dan 4. gaya hidup
spiritual yang sehat
dapat
meminimalisir
terjadinya
penyakit
14. Berikan oksigen Jantung
untuk 5. dengan
mempertahankan terapi relaksasi
saturasi oksigen pasien akan
diatas 94% merasa tenang
 Edukasi dan nyaman
6. Anjurkan
beraktivitas 6.Dukungan
fisik sesuai emosional dan
toleransi spiritual
7. Anjurkan membantu
beraktivitas pasien agar
fisik secara termotivasi
bertahap untuk cepat
8. Anjurkan sembuh
berhenti 7. Saturasi
merokok oksigen yang
kurang dapat
menyebabkan
pasien sesak
9. Ajarkan pasien nafas
dan keluarga
mengukur berat 1. agar pasien
badan harian dapat tidak
10. Ajarkan pasien beraktivitas
dan keluarga berlebihan
mengukur 2.untuk
intake dan melatih kerja
output cairan jantung
harian dengan
 Kolaborasi bertahap
5. Kolaborasi pemberian 3. kandungan
antiaritmia jika perlu rokok
6. Rujuk ke program membuat
rehabilitasi jantung jantung
bekerja lebih
Perawatan jantung akut keras
 Observasi
8. Identifikasi
karakteristik nyeri
dada

9. Monitor EKG 12
sadapan untuk
perubahan ST dan T

10. Monitor aritmia

11. Monitor elektrolit


yang dapat
meningkatkan
resiko aritmia
12. Monitor enzim
jantung
1.Untuk
mengetahuui
13. Monitor saturasi sepeti apa
oksigen nyeri
dirasakan

2. depresi
segmen ST
14. Identifikasi dan datarnya
stratifikasi pada gelombang T
sindrom koroner dapat terjadi
akut karena
peningkatan
kebutuhan
 Terapeutik oksigen
8. Pertahankan tirah miokard
baring minimal 12 meskipun tak
jam ada penyakit
arteri koroner
9. Pasang akses
intravena
4. Elektrolit
yang dapat
10. Puasakan hingga meningkatkan
bebas nyeri aritmia harus
dihindari
11. Berikan terapi
relaksasi untuk
mengurangi
ansietas dan stres
12. Sediakan
lingkungan yang 6. Saturasi
kondusif untuk oksigen
beristirahat dan biasanya
pemulihan menurun
13. Siapkan menjalani sehingga harus
intervensi koroner selalu dipantau
perkutan jika perlu
14. Berikan dukungan
emosional dan
spiritual

 Edukasi 1.
5. Anjurkan segera
melaporkan nyeri
dada
6. Anjurkan 2.
menghindari
manuver valsava
(mis. Mengedan
saat BAB atau
batuk)
7. Jelaskan tindakan
yang dijalani pasien
8. Ajarkan teknik 4.Terapi
menurunkan relaksasi dapat
kecemasan dan mengurangi
ketakutuan ansietas dan
stres
 Kolaborasi 5. lingkungan
8. Pemberian yang nyaman
antiplatelet jika dan tidak
perlu berisik dapat
9. Kolaborasi meningkatkan
pemberian istirahat pasien
antiangina
10. Kolaborasi
pemberian morfin
jika perlu
11. Kolaborasi
pemberian inotropik
jika perlu 7. Dukungan
12. Kolaborasi emosional dan
pemberian obat spiritual
untuk mencegah membantu
manuver valsava pasien agar
13. Kolaborasi termotivasi
pencegahan untuk cepat
trombus dengan sembuh
antikoagulan jika
perlu
14. Kolaborasi
pemeriksaan X-Ray
dada jika perlu

Manajemen Aritmia
 Observasi
8. Periksa onset dan
pemicu aritmia
9. Identifikasi jenis
aritmia
10. Monitor frekuensi
dan durasi aritmia
11. Monitor keluhan
nyeri dada
12. Monitor respon
hemodinamik
akibat aritmia
13. Monitor saturasi
oksigen

14. Monitor kadar


elektrolit
 Terapeutik
11. Berikan lingkungan
yang tenang

12. Pasang jalan nafas


buatan jika perlu

13. Pasang akses intravena


14. Pasang monitor jantung

15. Rekam EKG 12


sadapan
16. Periksa interval QT
sebelum dan sesudah
pemberian obat yang
dapat memperpanjang
interval QT
17. Lakukan manuver
valsava
18. Lakukan masase karotis
unilateral
19. Berikan oksigen sesuai
indikasi
20. Siapkan pemasangan
ICD (Implantable
Cardioverter
Defibrillator)

 Kolaborasi
7. Kolaborasi pemberian
antiaritmia jika perlu
8. Kolaborasi pemberian
kardioversi jika perlu
9. Kolaborasi pemberian
defibrilasi jika perlu

6. Saturasi
oksigen
biasanya
menurun
sehingga harus
selalu dipantau
7.elektolit
yang berlebih
dapat
meningkatkan
resiko aritmia

1.Ligkungan
yang tenang
dapat
meningkatkan
kualitas
istirahat
2.agar iksigen
pasien
terpenuhi

4.Agar dapat
memantau
kerja jantung
5. untuk
menegtahui
keadaan
jantung

2.
Intoleransi Tupan : Manajemen energi
aktivitas Setelah Observasi
berhubungan dilakukan 1. Identifikasi gangguan 1.Agar sesuai
dengan tindakan fungsi tubuh yang dengan
kelelahan dan keperawata mengakibatkan kelelahan tindakan yang
kelemahan n selama Monitor kelelahan fisik dan akan
fisik 3x24 jam emosional dilakukan
diharapkan
toleransi 2. Monitor pola dan jam tidur 2.Faktor apa
aktivitas saja yang
meningkat membuat
kelelahan
Tupen : 3. Monitor lokasi dan 3. Pola tidur
Setelah ketidaknyamanan selama yang kurang
dilakukan melakukan aktivitas dapat
tindakan membuat
keperawata kelelahan
n selama Terapeutik
1x24 jam 1. Sediakan lingkungan 1. lingkungan
diharapkan nyaman dan rendah yang nyaman
kelemahan stimulus (mis. Cahaya, dapat
fisik suara, kunjungan) membuat
membaik pasien istirahat
dengan dengan tenang
kriteria
hasil : 2. Lakukan latihan 2.Untuk
1. Tekanan rentang gerak pasif membuat
darah dan/atau aktif jantung
normal menjadi kuat
2. Respirasi secara
normal bertahap dan
3. irama badan tidak
jantung mudah lelah
normal 3. Berikan aktivitas 3. distraksi
4. Nadi distraksi yang yang
normal menenangkan menenangkan
5. Kolestrol dapat
menurun membuat
6. pasien tidak
Gambaran stress
EKG 4. Fasilitasi duduk di sisi 4. untuk
normal tempat tidur, jika tidak menghindari
dapat berpindah atau resiko terjatuh
berjalan
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring 1.untuk
mengurangi
rasa lelah
2. Anjurkan melakukan 2. Untuk
aktivitas secara melatih badan
bertahap agar tidak
merasa cepat
lelah
3. Anjurkan hubungi 3. agar dapat
perawat jika tanda dan segera diberi
gejala kelelahan tidak tindakan yang
berkurang sesuai
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli 1. asupan
gizi tentang cara makanan yang
meningkatkan asupan bergizi dapat
makanan meningkatkan
energi
Terapi aktivitas
Observasi
1. Identifikasi defisit
tingkat aktivitas
2. Identifikasi 2. Aktivitas
kemampuan apa saja yang
berpartisipasi dalam dapat
aktivitas tertentu dilakukan oleh
3. Identifikasi sumber klien, dan
daya untuk aktivitas menghindari
yang diinginkan aktivitas yang
4. Identifikasi strategi berat
meningkatkan
partisipasi dalalm
aktivitas
5. Identifikasi makna 5.Untuk
aktivitas rutin
mengetahui
(mis.bekerja) danpandangan
waktu luang pasien
terhadap
aktivitas yang
dijalankan
6. Monitor respon 6. Respon
emosional, fisik, sosial, yang baik akan
dan spiritual terhadap meningkatkan
aktivitas semangat
untuk
melakukan
aktivitas
Terapeutik
1. Fasilitasi fokus pada 1.Untuk
kemampuan, bukan memfasilitasi
defisit yang dialami fokus
kemampuan
yang dimiliki
pasien

2. Sepakati komitmen 2. agar pasien


untuk meningkatkan terus melatih
frekuensi dan rentang kondisi badan
aktivitas untuk
melakukan
aktivitas
3. Fasilitasi memilih 3. dengan
aktivitas dan tetapkan memilih
tujuan aktivitas yang aktivitas yang
konsisten sesuai disukai, pasien
kemampuan fisik, akan
psikologis, dan sosial melakukannya
dengan
semangat
4. Koordinasikan 4.Agar
pemilihan aktivitas menghindari
sesuai usia aktivitas yang
berlebihan
untuk usia
tersebut
5. Fasilitasi makna 5. Untuk
aktivitas yang dipilih memfasilitasi
arti dari
aktivitas yang
dilakukan
pasien
6. Fasilitasi transportasi 6. agar pasien
untuk menghindari tidak merasa
aktivitas jika sesuai kelelahan
7. Fasilitasi pasien dan 7.lingkungan
keluarga dalam yang sesuai
menyesuaikan dengan
lingkungan untuk aktivitas dapat
mengakomodasi mempermudah
aktivitas yang dipilih pasien dalam
melakukan
aktivitasnya
8. Fasilitasi aktivitas fisik 8.Agar pasien
rutin (mis. Ambulasi, dapat
mobilisasi, perawatan melakukan
diri) sesuai kebutuhan aktivitas rutin
secara mandiri

9. Fasilitasi aktivitas 9.menyesuaika


pengganti saat n aktivitas
mengalami yang mampu
keterbatasan waktu, paien lakukan
energi, atau gerak
10. Fasilitasi aktivitas
motorik kasar untuk
pasien hiperaktif
11. Tingkatkan aktivitas 11. Berat
fisik untuk memelihara badan yang
berat badan jika sesuai sesuai
mempengaruhi
gampang
lelahnya
seseorang
12. Fasilitasi aktivitas 12. agar tidak
motorik untuk terjadi otot
merelaksasi otot yang tegang

13. Fasilitasi aktivitas


dengan komponen
memori implisit dan
emosional (mis.
Kegiatan keagamaan
khusus) untuk pasien
demensia jika sesuai
14. Libatkan dalam 14. Agar
permainan kelompok pasien dapat
yang tidak kompetitif, bersosialisai
terstruktur, dan aktif serta
15. Tingkatkan keterlibatan melakukan
dalam aktivitas rekreasi aktivitasnya
dan diversifikasi untuk secara
menurunkan kecemasan bersamaan
(mis. Vocal group, bola
voli, tenis meja,
jogging, berenang,
tugas sederhana,
permainan sederhana,
tugas rutin, tugas rumah
tangga, perawatan diri,
teka-teki dan permainan
kartu)
16. Libatkan keluarga 16.Melibatkan
dalam aktivitas jika keluarga dapat
perlu memotivasi
17. Fasilitas pasien
mengembangkan
motivasi dan penguatan
diri
18. Fasilitasi pasien dan
keluarga memantau
kemajuannya sendiri
untuk mencapai tujuan
19. Jadwalkan aktivitas
19.Agar pasien
dalam rutinitas sehari- melakukan
hari aktivitas
dengan teratur
20. Berikan penguatan 20.dengan
positif atas partisipasi penguatan
dalam aktivitas pasien akan
melakukan
aktivitas
dengan
semangat
Edukasi
1. Jelaskan metode 1.Agar
aktivitas fisik sehari- aktivitas yang
hari jika perlu dilakukan
2. Ajarkan cara tidak
melakukan aktivitas berlebihan
yang dipilih
3. Anjurkan melakukan
aktivitas fisik, sosial,
spiritual, dan kognitif
dalam menjaga fungsi
dan kesehatan
4. Anjurkan terlibat dalam
aktivitas kelompok atau
terapi, jika sesuai
5. Anjurkan keluarga
untuk memberi
penguatan positif atas
partisipasi dalam
aktivitas
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan
terapi okupasi dalam
merencanakan dan
memonitor program
aktivitas, jika sesuai
2. Rujuk pada pusat atau
program aktivitas
komunitas, jika perlu
Edukasi latihan fisik
Observasi
1. Identifikasi kesiapan 1.Agar tidak
dan kemampuan terjadi
menerima informasi kesalahan
dalam
pemberian
informasi
Terapeutik
1. Sediakan materi dan 1.Agar lebih
media pendidikan faham latihan
kesehatan yang akan
dilakukan
2. Jadwalkan pendidikan 2.Memberi
kesehatan sesuai pendidikan
kesepakatan untuk
meningkatkan
pengetahuan
3. Berikan kesempatan 3.
untuk bertanya
Edukasi
1. Jelaskan manfaat 1.Agar pasien
kesehatan dan efek melakukan
fisiologis olahraga olahraga
dengan rutin
2. Jelaskan jenis latihan 2.Agar pasien
yang sesuai dengan tidak
kondisi kesehatan melakukan
latihan yang
berlebihan
3. Jelaskan frekuensi, 3.durasi yang
durasi, dan intensitas berlebihan
program latihan yang akan membuat
diinginkan pasien
4. Ajarkan latihan kelelahan
pemanasan dan
pendinginan yang tepat
5. Ajarkan teknik
menghindari cedera
saat berolahraga
6. Ajarkan teknik 6. agar pasien
pernapasan yang tepat dapat
untuk memaksimalkan memenuhi
penyerapan oksigen oksigen di
penyerapan oksigen dalam tubuh
selama latihan fisik dengan
mandiri tanpa
alat bantu

Anda mungkin juga menyukai