Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PENDAHULUAN

ASMA

Disusun oleh :

Sri Rahayu C.01015.18

STIKes BUDI LUHUR CIMAHI

TAHUN AJARAN 2019/2020


KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah
tentang “ASMA”
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
      Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah
ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang “ASMA” ini dapat memberikan
manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Cimahi, Maret 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
A. Latar belakang.................................................................................................................1
B. Rumusan masalah............................................................................................................2
C. Tujuan penulisan.............................................................................................................2
BAB II........................................................................................................................................3
PEMBAHASAN........................................................................................................................3
A. Definisi............................................................................................................................3
B. Etiologi............................................................................................................................3
C. Patofisiologi....................................................................................................................4
D. Pemfis..............................................................................................................................5
E. Pemeriksaan penunjang...................................................................................................6
F. Analisa data.....................................................................................................................7
G. Diagnosa keperawatan..................................................................................................13
H. Rencana keperawatan....................................................................................................15
BAB  III....................................................................................................................................29
PENUTUP................................................................................................................................29
A. Kesimpulan...................................................................................................................29
B. Saran..............................................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................30

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Angka kejadian penyakit alergi akhir-akhir ini meningkat sejalan dengan
perubahan pola hidup masyarakat modern, polusi baik lingkungan maupun zat-zat
yang ada di dalam makanan. Salah satu penyakit alergi yang banyak terjadi di
masyarakat adalah penyakit asma.
Asma adalah satu diantara beberapa penyakit yang tidak bisa disembuhkan
secara total. Kesembuhan dari satu serangan asma tidak menjamin dalam waktu dekat
akan terbebas dari ancaman serangan berikutnya. Apalagi bila karena pekerjaan dan
lingkungannya serta faktor ekonomi, penderita harus selalu berhadapan dengan faktor
alergen yang menjadi penyebab serangan. Biaya pengobatan simptomatik pada waktu
serangan mungkin bisa diatasi oleh penderita atau keluarganya, tetapi pengobatan
profilaksis yang memerlukan waktu lebih lama, sering menjadi problem tersendiri.
Peran dokter dalam mengatasi penyakit asma sangatlah penting. Dokter
sebagai pintu pertama yang akan diketuk oleh penderita dalam menolong penderita
asma, harus selalu meningkatkan pelayanan, salah satunya yang sering diabaikan
adalah memberikan edukasi atau pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan kepada
penderita dan keluarganya akan sangat berarti bagi penderita, terutama bagaimana
sikap dan tindakan yang bisa dikerjakan pada waktu menghadapi serangan, dan
bagaimana caranya mencegah terjadinya serangan asma.
Dalam tiga puluh tahun terakhir terjadi peningkatan prevalensi (kekerapan
penyakit) asma terutama di negara-negara maju. Kenaikan prevalensi asma di Asia
seperti Singapura, Taiwan, Jepang, atau Korea Selatan juga mencolok. Kasus asma
meningkat insidennya secara dramatis selama lebih dari lima belas tahun, baik di
negara berkembang maupun di negara maju. Beban global untuk penyakit ini semakin
meningkat. Dampak buruk asma meliputi penurunan kualitas hidup, produktivitas
yang menurun, ketidakhadiran di sekolah, peningkatan biaya kesehatan, risiko
perawatan di rumah sakit dan bahkan kematian. (Muchid
dkk,2007)
Asma merupakan sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian di
Indonesia, hal ini tergambar dari data studi survei kesehatan rumah tangga (SKRT) di

1
berbagai propinsi di Indonesia. Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1986
menunjukkan asma menduduki urutan ke-5 dari 10 penyebab kesakitan (morbiditas)
bersama-sama dengan bronkitis kronik dan emfisema. Pada SKRT 1992, asma,
bronkitis kronik dan emfisema sebagai penyebab kematian ke- 4 di Indonesia atau
sebesar 5,6 %. Tahun 1995, prevalensi asma di seluruh Indonesia sebesar 13/1000,
dibandingkan bronkitis kronik 11/1000 dan obstruksi paru 2/1000. Studi pada anak
usia SLTP di Semarang dengan menggunakan kuesioner International Study of
Asthma and Allergies in Childhood (ISAAC), didapatkan prevalensi asma (gejala
asma 12 bulan terakhir/recent asthma) 6,2 % yang 64 % diantaranya mempunyai
gejala klasik.
B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud asma?
2. Apa saja etiologi asma?
3. Apakah patofisiologi asma?
4. Apa yang harus diperiksa pada pemeriksaan fisik?
5. Apa saja pemeriksaan penunjang?
6. Apa saja analisa data yang muncul pada asma?
7. Apa saja rencana keperawatan yang muncul pada asma?
C. Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui definisi asma
2. Untuk mengetahui etiologi asma
3. Untuk mengetahui patofisiologi asma
4. Untuk mengetahui pemeriksaan fisik yang dilakukan
5. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang
6. Untuk mengetahui Analisa data yang muncul pada asma
7. Untuk mengetahui rencana keperawatan yang muncul pada asma

2
BAB II

PEMBAHASAN
A. Definisi
Asma adalah suatu keadaan dimana saluran nafas mengalami penyempitan
karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan peradangan,
penyempitan ini bersifat berulang namun reversible, dan diantar episode penyempitan
bronkus tersebut terdapat keadaan ventilasi yang lebih normal (Sylvia A.price).
Beberapa factor penyebab asma, antara lain jenis kelamin, umur pasien, status atopi,
faktor keturunan serta faktor lingkungan.
Asma adalah jenis penyakit jangka panjang atau kronis pada saluran
pernapasan yang ditandai dengan peradangan dan penyempitan saluran napas yang
menimbulkan sesak atau sulit bernapas.

B. Etiologi

Penyebab asma secara pasti masih belum diketahui. Meskipun begitu, ada beberapa
hal yang dapat memicu kemunculan gejala penyakit ini, di antaranya:

1. Infeksi paru-paru dan saluran napas yang umumnya menyerang saluran napas
bagian atas seperti flu.
2. Alergen (bulu hewan, tungau debu, dan serbuk bunga).
3. Paparan zat di udara, misalnya asap kimia, asap rokok, dan polusi udara.
4. Faktor kondisi cuaca, seperti cuaca dingin, cuaca berangin, cuaca panas yang
didukung kualitas udara yang buruk, cuaca lembap, dan perubahan suhu yang
drastis.
5. Kondisi interior ruangan yang lembap, berjamur, dan berdebu.
6. Stres.
7. Emosi yang berlebihan (kesedihan yang berlarut-larut, marah berlebihan, dan
tertawa terbahak-bahak).
8. Aktivitas fisik (misalnya olahraga).
9. Obat-obatan, misalnya obat pereda nyeri anti-inflamasi nonsteroid (aspirin,
naproxen, dan ibuprofen) dan obat penghambat beta (biasanya diberikan pada
penderita gangguan jantung atau hipertensi).

3
10. Makanan atau minuman yang mengandung sulfit (zat alami yang kadang-kadang
digunakan sebagai pengawet), misalnya selai, udang, makanan olahan, makanan
siap saji, minuman kemasan sari buah, bir, dan wine.
11. Alergi makanan (misalnya kacang-kacangan).
12. Penyakit refluks gastroesofageal (GERD) atau penyakit di mana asam lambung
kembali naik ke kerongkongan sehngga mengiritasi saluran cerna bagian atas

C. Patofisiologi
Terdapat perseetujuan umum bahwa inflamasi berperan dalam peningkatan
reaktivitas jalan napas. Mekanisme yang menyebabkan inflamasi jalan napas cukup
beragam, dan peran setiap mekanisme tersebut bervariasi dari satu anak ke anak lain
serta selama perjalanan penyakit. Akan tetap, pengetahuan mengenai pentingnya
inflamasi telah membuat penggunaan agens anti-inflamasi sebagai komponen inti
dalam terapi asma yang terbaru.
Komponen penting asma lainnya adalah bronkopasme dan obtruksi.
Mekanisme yang menyababkan gejala obstruksi meliputi (Gbr 23-3)
1. Inflamasi dan edema membrane mukosa
2. Akumulasi sekresi yang berlebihan dari kelenjar mukosa
3. Spasme otot-otot halus bronkus dan bronkioluss, yang menurunkan diameter
bronkiolus.

Kontriksi bronkus merupakan reaksi normal terhadap stimulus asing. Namun


pada anak yang menderita asma biasanya sangat parah hingga menyebabkan
gangguan fungsi pernapasan. Otot halus, berbentuk kumparan spiral di sekeliling jalan
napas, menyebabkan penyemppitan dan pendekatan jalan napas, yang secara
signifikan meningkatkan resistensi jalan napas terhadap aliran udara. Secara normal,
bronkus berdiatasi dan memanjang pada saat inspirasi dan berkontraksi serta
memendek selama ekspirasi. Oleh karena itu, kesulitan bernapas lebih berat terjadi
selama fase ekspirasi.

Peningkatan tahanan dalam jalan napas menyebabkan ekspirasi yang


dipaksakan melewati lumen sempit. Volume udara yang terjebak dalam paru
meningkat pada saat jalan napas secara fungsional menutup di titik antara alveoli dan
bronkus lobulus. Gas yang terjebak ini mendorong individu untuk bernapas pada
volume paru ynag semakin tinggi. Akibatnya, orang yang menderita asma harus

4
berjuang untuk menginspirasi jumlah udara ynag cukup. Upaya keras untuk bernapas
ini akan menyebabkan keletihan, penurunan efektivitas pernapasan, dan peningkatan
konsumsi oksigen. Inspirasi yang terjadi ketika volume paru lebih tinggi akan
menginflasi alveoli secara berlebihan dan menurunkan efektivitas batuk. Jika
obstruksi semakin parah, terjadi penurunan alveolus disertai retensi karbon dioksida,
hipoksemia, sidodid pernapasan, dan akhirnya gagal napas.

D. Pemfis
1. Sistem Integumen
Pada saat di inspeksi warna kuli, kulit bersih, tidak terdapat oedema, tidak
terdapat lesi, tidak terdapat pruritus. Pada saat di palpasi tekstur kulit hangat
dilakukan turgor kulit kurang dari 3 detik, kondisi rambut bersih tekstur kepala
tidak kasar, distribusi rambut merata tidak terdapat lesi dan rambut tidak mudah
di cabut / rontok, warna kuku merah muda tidak terdapat masa CRT kurang dari 2
detik , kuku tampak bersih dan panjang.
2. Sistem Penginderaan
Pada saat di inspeksi bola mata dapat bergerak bebas, saat diberikan cahaya
tampak respon miosis, pada saat tidak diberikan cahaya tampak midriasis, tidak
terdapat nystagmus ataupun strabismus, reflex mengedip dan membuka mata
tampak spontan, konjungtiva tidak anemis pada fungsi pengecapan klien dapat
merasakan asin maupun manis, pada fungsi penciuman pasien dapat mencium bau
kopi dan pada fungsi perabaan klien dapat merasakan sentuhan perawat.
3. Sistem pernafasan
Perhatikan tanda-tanda asma yang paling sering muncul, seperti mengi,pada asma
yang sangat berat, mengi tidak terdengar; klien dalam keadaan sianosis; dan
kondisi kesadaran menurun.
a. Inspeksi : klien terlihat gelisah, sesak (napas cuping hidung, napas cepat,
retraksi sela iga, retraksi epigastrium, retraksi supranatural), sianosis.
b. Palpasi : biasanya tidak terdapat kelainan yang nyata (pada serangan berat,
dapt terjadi pulpus paradoksus).
c. Perkusi : biasanya tidak terdapat kelainan yang nyata
d. Auskultasi : ekspirasi memanjang, mengi (wheezing), ronchi.
4. Sistem Pencernaan

5
Pada saat di inspeksi di area mulut dan tenggorokan : bibir tampak pucat, bibir
tampak kering, tidak mampu mengunyah, mengigit, menelan dan dapat berbicara
dengan jelas. Lidah tampak bersih, tidak terdapat pembengkakan pada gusi, tidak
terdapat oedema warna kulit abdomen sama dengan warna kulit lainnya, tidak
terdapat lesi, pada saat di palpasi turgor abdomen kurang dari 3 detik, terdapat
nyeri tekan di pada saat auskultasi bising usus
5. Sistem kardiovaskuler
Pada jantung : Nadi dari batasan tidak normal, tekanan dan tidak teratur, klien
mengatakan tidak mempunyai penyakit jantung, ada suara tambahan.
6. Sistem perkemihan
Terjadinya perubahan eliminasi BAK, jumlah urine output biasanya menurun.
Kaji adanya retensi atau inkontinensia urine dengan cara palpasi abdomen bawah
atau pengamatan terhadap pola berkemih dan keluhan klien.
7. Sistem persyarafan
Kesadaran kepada klien, penurunan sensori, nyeri, reflex,.
8. Sistem Muskuluskeletal
a. Ektremitas Atas
Bentuk dan ukuran simestris sama panjang, integritas kulit baik, pergerakan
ditemukan klien keletihan, perasaan nyeri pada tulang – tulang dan intolerance
aktivitas pada sesak napas hebat.
b. Ekstremitas Bawah
Bentuk dan ukuran kedua ekstremitas bawah simetris sama panjang, tida ada
lesi, intergritas kulit baik.

E. Pemeriksaan penunjang
1. Spirometer : dilakukan sebelum dan sesudah bronodilator hirup
(nebulizer/inhaler), positif jika peningkatan VEP/KVP>20%
2. Sputum : eosinophil meningkat
3. Eosinophil darah meningkat
4. Uji kulit
5. RO dada yaitu patologi paru/komplikasi asma
6. AGD : terjadi pada asma berat pada fase awal terjadi hipoksemia dan hipokapnia
(PCO2) kemudian fase lanjut normocapnia dan hiperkapnia (PCO2 naik)

6
7. Foto dada AP dan lateral. Hiperinflasi paru, diameter anteroposterior membesar
pada foto lateral, dapat terlihat bercak konsolidasi yang tersebar.

F. Analisa data

Data Etiologi Masalah Keperawatan


DS : Factor pencetus (alergan, stress, Bersihan jalan napas tidak
Klien mengeluh cuaca) efektif
Dyspnea, sulit bicara, ↓
orthopnea. Antigen yang terikat IGE pd
permukaansel mast atau basophil
DO : ↓
Batuk tidak efektif, tidak Mengeluarkan mediator :
mampu batuk, sputum histamine, platelet, bradikinin dll
berlebih, mengi, atau ↓
ronchi kering, meconium Permiabilitas kapiler meningkat
dijalan napas (pada ↓
neonatus), gelisah, Edema mukosa, sekressi produktif,
sianosis, bunyi napas kontriksi otot, polos meningkat
menurunfrekuensi napas ↓
berubah, pola napas Spasme otot polos polos sekresi
berubah. kelenjar bronkus meningkat

Penyempitan/obstruksi proksimal
dan bronkus pd tahap ekspirasi dan
inspirasi

Mucus berlebih, batuk, wheezing,
sesak napas

Ketidakefektifan bersihan jalan
napas
DS: Factor pencetus (alergan, stress, Ketidakefektifan pola
Klien mengeluh cuaca) napas
dyspnea, ortopnea. ↓

7
Antigen yang terikat IGE pd
DO : permukaansel mast atau basophil
Penggunaan otot bantu ↓
pernapasan, fase Mengeluarkan mediator :
ekspirasi memanjang, histamine, platelet, bradikinin dll
pola napas abnormal ↓
(mis, takipnea, Permiabilitas kapiler meningkat
bradipnea, hiperventilasi, ↓
kussmaul, cheyne- Edema mukosa, sekressi produktif,
stokes), pernapasan kontriksi otot, polos meningkat
pursed-lip, pernapasan ↓
cuping hidung diameter Spasme otot polos polos sekresi
thoraks anterior- kelenjar bronkus meningkat
posterior meningkat, ↓
ventilasi, semenit Penyempitan/obstruksi proksimal
menurun, kapasitas vital dan bronkus pd tahap ekspirasi dan
menurun, tekanan inspirasi
ekspirasi&inspirasi ↓
menurun, ekskursi dada Mucus berlebih, batuk, wheezing,
berubah sesak napas

Tekanan partial partial oksigen
dialveoli menurun

Penyempitan jalan napas

Peningkatan kerja otot pernapasan

Ketidakefektifan pola napas
DS : Factor pencetus (alergan, stress, Gangguan pertukaran gas
Klien mengeluh cuaca)
dyspnea, pusing, ↓
penglihatan kabur. Antigen yang terikat IGE pd
permukaansel mast atau basophil

8
DO : ↓
PCO2 Mengeluarkan mediator :
meningkat/menurun, histamine, platelet, bradikinin dll
PO2, menurun, ↓
takikardia, pH arteri Permiabilitas kapiler meningkat
meningkat/menurun, ↓
bunyi napas tambahan, Edema mukosa, sekressi produktif,
sianosis, diaphoresis, kontriksi otot, polos meningkat
gelisah, napas cuping ↓
hiidung, pola napas Konsentrasi O2 dalam darah
abnormal (cepat/lambat, menuurun
regular/ireguler, ↓
dalam/dangkal), warna Hipoksemia
kulit abnormal (mis. ↓
Pucat, kebiruan, Gangguan pertukaran gas
kesadaran menurun.
DS : Factor pencetus (alergan, stress, Penurunan curah jantung
Klien mengeluh cuaca)
palpitasi, lelah, dyspnea ↓
ortopnea, gelisah, batuk, Antigen yang terikat IGE pd
cemas permukaansel mast atau basophil

DO : Mengeluarkan mediator :
Perubahan irama histamine, platelet, bradikinin dll
jantung, edema, distensi ↓
vena jugularis, tekanan Permiabilitas kapiler meningkat
darah ↓
meninngkat/menurun, Edema mukosa, sekressi produktif,
CRT > 3 detik, oliguria, kontriksi otot, polos meningkat
sianosis. ↓
Konsentrasi O2 dalam darah
menuurun

Hipoksemia

9

Suplai darah dan O2 kejantung
berkurang

Penurunan cardiac output

penurunan curah jantung
DS : Factor pencetus (alergan, stress, Intoleransi aktivitas
Klien mengeluh lelah, cuaca)
dyspnea, merasa tidak ↓
nyaman saat beraktivitas, Antigen yang terikat IGE pd
merasa lemah. permukaansel mast atau basophil

DO : Mengeluarkan mediator :
Frekuensi jantung histamine, platelet, bradikinin dll
meningkat >20% dari ↓
kondisi istirahat, tekanan Permiabilitas kapiler meningkat
darah berubah >20% dari ↓
kondis istirahat, Edema mukosa, sekressi produktif,
gambaran EKG kontriksi otot, polos meningkat
menunjukkan aritmia, ↓
saat/setelah beraktivitas, Konsentrasi O2 dalam darah
gambaran EKG menuurun
menunjukkan iskemia, ↓
sianosis. Hipoksemia

Suplai darah dan O2 kejantung
berkurang

Penurunan cardiac output

Tekanan darah menurun

Kelemahan dan keletihan

10

Intoleransi aktivitas
DS : Factor pencetus (alergan, stress, Ketidakseimbangan
Klien mengatakaan cuaca) nutrisi kurang dari
nafsu makan menurun ↓ kebutuhan
Antigen yang terikat IGE pd
DO : permukaansel mast atau basophil
Otot mengunyah lemah, ↓
otot menelan lemah. Mengeluarkan mediator :
histamine, platelet, bradikinin dll

Permiabilitas kapiler meningkat

Edema mukosa, sekressi produktif,
kontriksi otot, polos meningkat

Spasme otot polos polos sekresi
kelenjar bronkus meningkat

Penyempitan/obstruksi proksimal
dan bronkus pd tahap ekspirasi dan
inspirasi

Mucus berlebih, batuk, wheezing,
sesak napas

Tekanan partial partial oksigen
dialveoli menurun

Penyempitan jalan napas

Peningkatan kerja otot pernapasan

Nafsu makan menurun

11

Ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan
DS : Factor pencetus (alergan, stress, Ansietas
Mengeluh pusing, cuaca)
palptasi. ↓
Antigen yang terikat IGE pd
DO : permukaansel mast atau basophil
Gelisah, tegang, pucat, ↓
diaphoresis, frekuensi Mengeluarkan mediator :
napas meningkat, histamine, platelet, bradikinin dll
frekuensi nadi ↓
meningkat, sulit tidur Permiabilitas kapiler meningkat

Edema mukosa, sekressi produktif,
kontriksi otot, polos meningkat

Spasme otot polos polos sekresi
kelenjar bronkus meningkat

Penyempitan/obstruksi proksimal
dan bronkus pd tahap ekspirasi dan
inspirasi

Mucus berlebih, batuk, wheezing,
sesak napas

Tekanan partial partial oksigen
dialveoli menurun

Hiperkapnea

Gelisah

12
Ansietas

G. Diagnosa keperawatan
1. Jalan napas tidak efektif b.d mucus dalam jumlah berlebihan peningkatan produksi
mucus, eksudat alveoli dan bronkospasme d.d
DS :Klien mengeluh Dyspnea, sulit bicara, orthopnea.
DO : Batuk tidak efektif, tidak mampu batuk, sputum berlebih, mengi, atau ronchi
kering, meconium dijalan napas (pada neonatus), gelisah, sianosis, bunyi napas
menurunfrekuensi napas berubah, pola napas berubah.
2. Pola napas tidak efektif b.d keletihan otot napas dan depormitas dinding dada d.d
DS: Klien mengeluh dyspnea, ortopnea.
DO : Penggunaan otot bantu pernapasan, fase ekspirasi memanjang, pola napas
abnormal (mis, takipnea, bradipnea, hiperventilasi, kussmaul, cheyne-stokes),
pernapasan pursed-lip, pernapasan cuping hidung diameter thoraks anterior-
posterior meningkat, ventilasi, semenit menurun, kapasitas vital menurun, tekanan
ekspirasi&inspirasi menurun, ekskursi dada berubah
3. Gangguan pertukaran gas b.d retansi karbon dioksida d.d
DS : Klien mengeluh dyspnea, pusing, penglihatan kabur.
DO : PCO2 meningkat/menurun, PO2, menurun, takikardia, pH arteri
meningkat/menurun, bunyi napas tambahan, sianosis, diaphoresis, gelisah, napas
cuping hiidung, pola napas abnormal (cepat/lambat, regular/ireguler,
dalam/dangkal), warna kulit abnormal (mis. Pucat, kebiruan, kesadaran menurun.
4. Penurunan curah jantung b.d perubahan kontakbilitas dan volume sekuncup
jantung d.d DS : Klien mengeluh palpitasi, lelah, dyspnea ortopnea, gelisah, batuk,
cemas
DO : Perubahan irama jantung, edema, distensi vena jugularis, tekanan darah
meninngkat/menurun, CRT > 3 detik, oliguria, sianosis.
5. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
(hipoksia) kelemahan d.d
DS : Klien mengeluh lelah, dyspnea, merasa tidak nyaman saat beraktivitas,
merasa lemah.

13
DO :Frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi istirahat, tekanan darah
berubah >20% dari kondis istirahat, gambaran EKG menunjukkan aritmia,
saat/setelah beraktivitas, gambaran EKG menunjukkan iskemia, sianosis.
6. Deficit nutrisi b.d laju metabolic,dipsne saat makan kelemahan otot pengunyah d.d
DS :Klien mengatakaan nafsu makan menurun
DO : Otot mengunyah lemah, otot menelan lemah.
7. Ansietas b.d keadaan penyakit yang diderita d.d
DS :Mengeluh pusing, palptasi.
DO : Gelisah, tegang, pucat, diaphoresis, frekuensi napas meningkat, frekuensi
nadi meningkat, sulit tidur

14
H. Rencana keperawatan

N DX kep TUJUAN INTERVENSI RASIONAL


O
1. Jalan napas tidak TUPAN Manajemen jalan napas Manajemen jalan napas
efektif b.d mucus setelah dilakukan tindakan Observasi Observasi
dalam jumlah keperawatan selama 3x24 1. Monitor pola napas (frekuensi, 1. Penurunan bunyi napas indikasi
berlebihan jam jalan napas efektif. kedalaman, usaha napas) atelektasis, ronki indikasi
peningkatan produksi 2. Monitor bunyi napas tambahan akumulasi
mucus, eksudat TUPEN (mis. Gurgling, mengi, secret/ketidakmampuan
alveoli dan setelah dilakukan tindakan wheezing, ronkhi kering) membersihkan jalan napas
bronkospasme d.d keperawatan keperawatan 3. Monitor sputum (jumlah, sehingga otot aksesori digunakan
DS :Klien mengeluh selama 1x24 jam warna, aroma) dan kerja pernapasan meningkat.
Dyspnea, sulit bicara, dengan kriteria hasil: Terapeutik 2. Untuk mengetahui adakah data
orthopnea. 1. Pertahankan kepatenan jalan tambahan mengenai pernapasan
DO : Batuk tidak napas dengan head-tilt dan chil- yang berefek pada penyakit
efektif, tidak mampu lift (juw-thrust jika curiga 3. Pengeluaran sulit bila sekret tebal,
batuk, sputum trauma servikal) sputum berdarah akibat kerusakan
berlebih, mengi, atau 2. Posisikan semi fowler atau paru atau luka bronchial yang
ronchi kering, fowler memerlukan evaluasi/intervensi
meconium dijalan 3. Berikan minum hangat lanjut.
napas (pada 4. Lakukan fisioterapi dada, jika
neonatus), gelisah, perlu
sianosis, bunyi napas 5. Lakukan penghisapan lender

15
menurunfrekuensi kurang dari 15 detik
napas berubah, pola 6. Lakukan hiperoksigenasi
napas berubah. sebelum penghisapan
endotrakeal
7. Keluarkan sumbatan benda
padat dengan forsep McGill
8. Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
1. Anjurkan asupan cairan 2000
ml/hari, jika tidak
kontraindikasi
2. Ajarkan Teknik batuk efektif
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu
2. Pola napas tidak TUPAN Manajemen jalan napas Manajemen jalan napas
efektif b.d keletihan setelah dilakukan tindakan Observasi Observasi
otot napas dan keperawatan selama 3x24 1. Monitor pola napas (frekuensi, 1. Penurunan bunyi napas indikasi
depormitas dinding jam kedalaman, usaha napas) atelektasis, ronki indikasi
dada d.d 2. Monitor bunyi napas tambahan akumulasi
DS: Klien mengeluh TUPEN (mis. Gurgling, mengi, secret/ketidakmampuan
dyspnea, ortopnea. setelah dilakukan tindakan wheezing, ronkhi kering) membersihkan jalan napas

16
DO : Penggunaan keperawatan keperawatan 3. Monitor sputum (jumlah, sehingga otot aksesori digunakan
otot bantu selama 1x24 jam warna, aroma) dan kerja pernapasan meningkat.
pernapasan, fase dengan kriteria hasil: Terapeutik 2. Untuk mengetahui adakah data
ekspirasi memanjang, 4. Pertahankan kepatenan jalan tambahan mengenai pernapasan
pola napas abnormal napas dengan head-tilt dan chil- yang berefek pada penyaki
(mis, takipnea, lift (juw-thrust jika curiga 3. Pengeluaran sulit bila sekret tebal,
bradipnea, trauma servikal) sputum berdarah akibat kerusakan
hiperventilasi, 5. Posisikan semi fowler atau paru atau luka bronchial yang
kussmaul, cheyne- fowler memerlukan evaluasi/intervensi
stokes), pernapasan 6. Berikan minum hangat lanjut.
pursed-lip, 7. Lakukan fisioterapi dada, jika
pernapasan cuping perlu
hidung diameter 8. Lakukan penghisapan lender
thoraks anterior- kurang dari 15 detik
posterior meningkat, 9. Lakukan hiperoksigenasi
ventilasi, semenit sebelum penghisapan
menurun, kapasitas endotrakeal
vital menurun, 10. Keluarkan sumbatan benda
tekanan padat dengan forsep McGill
ekspirasi&inspirasi 11. Berikan oksigen, jika perlu
menurun, ekskursi Edukasi
dada berubah 12. Anjurkan asupan cairan 2000
ml/hari, jika tidak

17
kontraindikasi
13. Ajarkan Teknik batuk efektif
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik, jika perlu
3. Gangguan pertukaran TUPAN Pemantauan respirasi
gas b.d retansi karbon setelah dilakukan tindakan Observasi
dioksida d.d keperawatan selama 3x24 1. Monitor frekuensi, irama,
DS : Klien mengeluh jam kedalaman, dan upaya napas
dyspnea, pusing, 2. Monitor pola napas (seperti
penglihatan kabur. TUPEN bradipne, takipne,
DO : PCO2 setelah dilakukan tindakan hiperventilasi, kussmaul,
meningkat/menurun, keperawatan keperawatan Cheyne-stokes, Biot, ataksik)
PO2, menurun, selama 1x24 jam 3. Monitor kemampuan batuk
takikardia, pH arteri dengan kriteria hasil: efektif
meningkat/menurun, 4. Monitoe adanya produksi
bunyi napas sputum
tambahan, sianosis, 5. Monitor adanya sumbatan jalan
diaphoresis, gelisah, napas
napas cuping hiidung, 6. Palpasi kesimetrisan ekspansi
pola napas abnormal paru
(cepat/lambat, 7. Auskultasi bunyi napas
regular/ireguler, 8. Monitor saturasi oksigen

18
dalam/dangkal), 9. Monitor nilai AGD
warna kulit abnormal 10. Monitor hasil x-ray toraks
(mis. Pucat, kebiruan, Terapeutik
kesadaran menurun. 1. Atur interval pemantauan
respirasi sesuai kondisi pasien
2. Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
2. Informasikan hasil pemantauan,
jika perlu
4. Penurunan curah TUPAN Perawatan jantung Perawatan jantung
jantung b.d setelah dilakukan tindakan Observasi Observasi
perubahan keperawatan selama 3x24 1. Indetifikasi tanda/gejala primer 1. Untuk mengetahui tanda/gejala
kontakbilitas dan jam penurunan curah jantung primer penurunan curah jantung
volume sekuncup (meliputi dipsne, kelelahan, (meliputi dipsne, kelelahan,
jantung d.d TUPEN edema, ortopne, paroxysmal edema, ortopne, paroxysmal
DS : Klien mengeluh setelah dilakukan tindakan nocturnal dyspnea, peningkatan nocturnal dyspnea, peningkatan
palpitasi, lelah, keperawatan keperawatan CVP) CVP)
dyspnea ortopnea, selama 1x24 jam 2. Identifikan tanda/gejala 2. Untuk mengetahui tanda/gejala
gelisah, batuk, cemas dengan kriteria hasil: sekunder penurunan curah sekunder penurunan curah jantung
DO : Perubahan jantung (meliputi,peningkatan (meliputi,peningkatan berat

19
irama jantung, berat badan, hematomegali, badan, hematomegali, distensi
edema, distensi vena distensi vena jugularis, vena jugularis, palpitasi, ronkhi
jugularis, tekanan palpitasi, ronkhi basah, oliguria, basah, oliguria, batuk, kulit,
darah batuk, kulit, pucat) pucat)
meninngkat/menurun, 3. Monitor tekanan darah 3. Untuk mengetahui tekanan darah
CRT > 3 detik, (termasuk tekanan darah apakah normal atau tidak
oliguria, sianosis. ortostatik, jika perlu) 4. Untuk mengetahui apak terjadi
4. Monitor intake dan output kekurangan cairan atau kelebihan
cairan cairan
5. Monitor berat badab setiap hari
pada waktu yang sama
6. Monitor saturasi oksigen
7. Monitor keluhan nyeri dada
(mis. Intensitas, lokasi, radiasi,
durasi, presivitas yang
mengurangi nyeri)
8. Monitor EKG 12 sadapan
9. Monitor aritmia (kelainan irama
dan frekuensi)
10. Monitor nilai laboratorium
jantung (mis. Elektrolit, enzim
jantung, BNP, NTpro-BNP)
11. Monitor fungsi alat pacu

20
jantung
12. Periksa tekanan darah dan
frekuensi nadi sebelum dan
sesudah aktivitas
13. Periksa tekanan darah dan
frekuensi nadi sebelum
pemberian obat (mis. Beta
bloker, ACE inhibitor, calcium
channel bloker, digoksin)
Terapeutik
1. Posisikan pasien semi-fowler
atau fowler dengan kaki ke
bawah atau posisi nyaman
2. Berikan diet jantung yang
sesuai (mis. Batasi asupan
kafein, natrium, kolestrol, dan
makanan tinggi lemak)
3. Gunakan stoking elastis atau
pneumatic intermiten, sesuai
indikasi
4. Fasilitasi pasien dan keluarga
untuk modifikasi gaya hidup
sehat

21
5. Berikan terapi relaksasi untuk
mengurangi stress, jika perlu
6. Berikan dukungan emosional
dan spiritual
7. Berikan oksigen untuk
mempertahankan saturasi
oksigen >94%
Edukasi
1. Anjurkan beraktivitas fisik
sesuai toleransi
2. Anjurkan beraktivitas fisik
secara bertahap
3. Anjurkan berhenti merokok
4. Anjarkan pasien dan keluarga
mengukur berat badan harian
5. Ajarkan pasien dan keluarga
mengukur intake dan output
cairan harian
Kolaborasi
1. Kolaboorasi pemberian
antiaritmia, jika perlu
2. Rujuk ke program rehabilitasi
jantung

22
5. Intoleransi aktivitas TUPAN Manajemen energi Manajemen energi
b.d setelah dilakukan tindakan Observasi Observasi
ketidakseimbangan keperawatan selama 3x24 1. Identifikasi gangguan fungsi 1. Untuk mengetahui apakah ada
antara suplai dan jam tubuh yang mengakibatkan gangguan pada fungsi tubuh yang
kebutuhan oksigen kelelahan mengakibatkan kelelahan
(hipoksia) kelemahan TUPEN 2. Monitor kelelahan fisik dan 2. Untuk mengetahui apakah ada
d.d setelah dilakukan tindakan emosional kemajuan atau kemunduran dari
DS : Klien mengeluh keperawatan keperawatan 3. Monitor pola dan jam tidur kelelahan fisik dan emosional
lelah, dyspnea, selama 1x24 jam 4. Monitor lokasi dan 3. Untuk mengetahui pola dan jam
merasa tidak nyaman dengan kriteria hasil: ketidaknyamanan selama tidur klien berpengaruh pada klien
saat beraktivitas, melakukan aktivitas 4. Untuk mengetahui dimana lokasi
merasa lemah. Terapeutik dan ketidaknyamanan selama
DO :Frekuensi 1. Sediakan lingkungan nyaman melakukan aktivitas
jantung meningkat dan rendah stimulus (mis.
>20% dari kondisi Cahaya, suara, kunjungan)
istirahat, tekanan 2. Lakukan latihan rentang gerak
darah berubah >20% pasif dan/ atau aktif
dari kondis istirahat, 3. Berikan aktivitas distraksi yang
gambaran EKG menenangkan
menunjukkan aritmia, 4. Fasilitasi duduk di sisi tempat
saat/setelah tidur, jika tidak dapat berpindah
beraktivitas, atau berjalan
gambaran EKG Edukasi

23
menunjukkan 1. Anjurkan tirah baring
iskemia, sianosis. 2. Anjurkan melakukan aktivitas
secara bertahap
3. Anjurkan menghubungi
perawat jika tanda dan gejala
kelelahan tidak berkurang
4. Ajarkan strategi koping untuk
menguirangi kelelahan
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
asupan makanan
6. Deficit nutrisi b.d TUPAN
MANAJEMEN NUTRISI MANAJEMEN NUTRISI
laju metabolic,dipsne setelah dilakukan tindakan
Observasi Observasi
saat makan keperawatan selama 3x24
kelemahan otot jam 1. Identifikasi status nutrisi 1. Mengetahui keadaan nutrisi klien
pengunyah d.d 2. Identifikasi alergi dan intoleransi 2. Mengetahui makanan yang perlu
DS :Klien TUPEN makanan dihindari
mengatakaan nafsu setelah dilakukan tindakan 3. Identifikasi makanan yang disukai 3. Mengetahui alternatif lain yang
makan menurun keperawatan keperawatan 4. Identifikasi kebutuhan kalori dan bisa diberikan untuk menambah
DO : Otot selama 1x24 jam jenis nutrien nafsu makan
mengunyah lemah, dengan kriteria hasil: 5. Identifikasi perlunya penggunaan 4. Mengetahui ketepatan jumlah dari
otot menelan lemah. selang nasogatrik nutrisi yang diberikan sesuai
6. Monitor asupan makanan kebutuhan
24
7. Monitor berat badan 5. Mengetahui kemampuan klien
8. Monitor hasil pemeriksaan dalam pemenuhan nutrisi secara
laboratorium mandiri
Terapeutik
1. Lakukan oral hygiene sebelum
makan, jika perlu
2. Fasilitasi menentukan pedoman diet
(mis. Piramida makanan)
3. Sajikan makanan secara menarik
dan suhu yang sesuai
4. Berikan makanan tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
5. Berikan makanan tinggi kalori dan
tinggi protein
6. Berikan suplemen makanan, jika
perlu
7. Hentikan pemberian makanan
melalui selang, NGT, jika asupan
oral dapat ditoleransi
Edukasi
1. Anjurkan posisi duduk jika mampu
2. Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi

25
1. Kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan (mis. Pereda nyeri,
antimetik), jika perlu
1. Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrien yang
dibutuhkan, jika perlu
7. Ansietas b.d keadaan TUPAN Reduksi ansietas Reduksi ansietas
penyakit yang setelah dilakukan tindakan Observasi Observasi
diderita d.d keperawatan selama 3x24 1. Identifikasi saat tingkat ansietas 1. Untuk mengetahui apabila tingkat
DS :Mengeluh jam berubah (mis. Kondisi, waktu, ansietas berubah adakah
pusing, palptasi. stressor) perubahan yang terjadi pada
DO : Gelisah, tegang, TUPEN 2. Identifikasi kemampuan pasien
pucat, diaphoresis, setelah dilakukan tindakan mengambil keputusan 2. Untuk mengetahui kemampuan
frekuensi napas keperawatan keperawatan 3. Monitor tanda-tanda ansietas pasien dalam mengambil
meningkat, frekuensi selama 1x24 jam (verbal dan nonverbal) keputusan
nadi meningkat, sulit dengan kriteria hasil: Terapeutik 3. Untuk mengetahui tanda-tanda
tidur 1. Ciptakan suasana terapeutik ansietas
untuk menumbuhkan
kepercayaan
2. Temani pasien untuk
mengurangi kecemasan, jika
memungkinkan

26
3. Pahami situasi yang membuat
ansietas
4. Dengarkan dengan penuh
perhatian
5. Gunakan pendekata yang
tenang dan menyakinkan
6. Tempatkan barang pribadi yang
memberikan kenyamanan
7. Motivasi mengidentifikasi
situasi yang memicu kecemasan
8. Diskusikan perencanaan
realistis tentang peristiwa yang
akan datang
Edukasi
1. Jelaskan prosedur, termasuk
sensasi yang mungkin dialami
2. Informasikan secara factual
mengenai diagnosis,
pengobatan, dan prognosis
3. Anjurkan keluarga untuk tetap
bersama pasien, jika perlu
4. Anjurkan melakukan kegiatan
yang tidak kompetitif, sesuai

27
kebutuhan
5. Anjurkan mengungkapkan
perasaan dan persepsi
6. Latih kegiatan pengalihan
untuk menguirangi ketegangan
7. Latih penggunaan mekanisme
pertahanan diri yang tepat
8. Latih Teknik relaksasi
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat
antiansietas, jika perlu

28
BAB  III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Asma bronchial adalah suatu penyakit gangguan jalan nafas obstruktif intermiten yang
bersifat reversibel, ditandai dengan adanya periode bronkospasme, peningkatan respon trakea dan
bronkus terhadap berbagai rangsangan yang menyebabkan penyempitan jalan nafas. Berdasarkan
penyebabnya, asma bronkhial dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe, yaitu : Ekstrinsik (alergik),
Intrinsik (non alergik) ,Asma gabungan.
Dan ada beberapa hal yang merupakan faktor penyebab timbulnya serangan asma bronkhial
yaitu : faktor predisposisi(genetic), faktor presipitasi(alergen, perubahan cuaca, stress, lingkungan
kerja, olahraga/ aktifitas jasmani yang berat). Pencegahan serangan asma dapat dilakukan dengan :

1. Menjauhi alergen, bila perlu desensitisasi


2. Menghindari kelelahan
3. Menghindari stress psikis
4. Mencegah/mengobati ISPA sedini mungkin
5. Olahraga renang, senam asma 

B. Saran
Dengan disusunnya makalah ini mengharapkan kepada semua pembaca agar dapat menelaah
dan memahami apa yang telah terulis dalam makalah ini sehingga sedikit banyak bisa menambah
pengetahuan pembaca. Disamping itu saya juga mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca
sehinga kami bisa berorientasi lebih baik pada makalah kami selanjutnya.

29
DAFTAR PUSTAKA
https://makalahsekolah96.blogspot.com/2016/12/makalah-tentang-penyakit-asma.html
TimPokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan.
Jakarta: DPP PPNI
Wong donna. Buku ajar keperawatan pediatric volume 2. Buku kedokteran

30

Anda mungkin juga menyukai