Na Ruu Tentang Paten PDF
Na Ruu Tentang Paten PDF
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
bangsa. Pengejawantahan dari alinea tersebut diuraikan dalam Pasal 28C ayat
(1) UUD Negara RI Tahun 1945 yang menyatakan: “Setiap orang berhak
teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi
Paten. Ketentuan tersebut juga sebagai pelengkap dari Pasal 5 ayat (1), Pasal
1
Pasal 28C ayat (1) UUD Negara RI Tahun 1945 berkaitan erat dengan
pengaturan paten karena paten terjadi dari hasil olah kemampuan intelektual
Oleh karena itu, suatu hal yang wajar apabila negara memberikan
invensi atau patennya itu dapat meningkatkan kualitas hidup dan tingkat
Undang Paten Nomor 6 Tahun 1989 dan efektif berlaku sejak tanggal 1
Agustus 1991 dan telah beberapa kali diubah. Undang-Undang Paten itu perlu
serta menjadi anggota WTO, dan agar menyesuaikan sistem paten dengan
1
Tim Naskah Akademik RUU Paten, Laporan Akhir Naskah Akademik RUU Paten Tahun 2008,
BPHN-Kemenkumham, hlm. 3
2
mengesahkan undang-undang baru dibidang hak kekayaan intelektual sampai
disebabkan jumlah permohonan paten yang diajukan dari dalam negeri oleh
belum dimanfaatkan secara efektif oleh para peneliti kalangan swasta dan
pemerintah, para pelaku usaha serta aparat pemerintah baik sebagai pelaksana
2
Ibid. Hlm. 5
3
belum bisa menjadi penggerak pertumbuhan ekonomi nasional. Disamping
itu, masih ada beberapa Peraturan Pemerintah yang belum ada padahal
1 Cina 877611 99075 976686 293066 98111 391177 467120 905788 2372908
2 Thailand 4196 5534 9730 3539 2000 5539 2728 2077 4805
3 Malaysia 1234 4503 5737 1275 5189 6464 1136 5423 6559
4 Singapore 827 7909 8736 892 8881 9773 1056 8738 9794
5 Indonesia 684 4145 4829 795 5485 6280 777 5353 6130
masih sangat sedikit jumlah permohonan paten dalam negeri yang diajukan
4
sejak awal organisasi itu berdiri dan telah berusaha mengharmonisasikan
Dengan jumlah populasi lebih dari 200 juta jiwa permohonan paten
maksimal.
era perdagangan bebas. Hal tersebut akan memberi manfaat bagi Indonesia
Indonesia yang berbasis paten memiliki daya saing yang kuat di pasar manca
5
Jenderal Hak Kekayaan Intelektual, Kementerian Hukum dan Hak Asasi
permohonan paten PCT lebih dari 80% dari keseluruhan permohonan paten
yang setiap tahunnya mencapai sekitar 5000 invensi bila merujuk pada data
inventor lokal dengan kemampuan ekonomi yang masih sangat terbatas pada
praktis, biaya lebih murah, dan proses pendaftarannya relatif singkat. Namun
tetap saja biaya pemeliharaan paten sederhana yang berjumlah puluhan juta itu
ekonomi yang terbatas dan hasil penerapan paten yang belum bisa
elektronik atau e-filing. Hal itu telah dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal
6
Administrasi Hukum Umum, Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia
sistem pelayanan itu akan sangat efisien dan efektif untuk meningkatkan
secara e-filing merupakan suatu kebutuhan yang belum diatur secara tegas
Paten.
B. Identifikasi Masalah
Paten Nomor 14 Tahun 2001 (UUP) yang berlaku sekarang ini masih ada
sebagian materi yang sudah kurang memadai, dan diperlukan peraturan baru
7
yang dapat meningkatkan implementasinya yang sesuai dengan
perkembangan zaman.
Paten, maka dalam menyusun Naskah ini telah dilakukan penelitian dan
2. Hal-hal apa saja yang dapat dijadikan masukan untuk merevisi UU Paten
sebagai berikut:
8
lebih efektif dan efisien serta dapat meningkatkan pertumbuhan
perekonomian Indonesia;
D. Metode
hukum yang mengatur tentang paten, dan akan diketahui ilmu pengetahuan
9
karena penelitian ini menyangkut pembangunan yang berkelanjutan, serta
serupa dan negara yang menganut sistem hukum yang berbeda sebagai
pembanding.
berkaitan dengan paten) dan bahan hukum sekunder serta bahan hukum tertier
norma-norma hukum yang berlaku, dan disusun menjadi suatu sub sistem
3
Munir Fuady, 2007, Perbandingan Ilmu Hukum, Refika Aditama, Bandung, hlm 15.
10
primer, bahan-bahan hukum sekunder dan bahan-bahan tertier.4 Bahan-bahan
hal-hal yang berkaitan dengan materi penelitian, baik langsung maupun tidak
hukum tertier berupa hasil-hasil penelitian bidang ilmu hukum, dan kemudian
4
[Lili Rasyidi, Op Cit, hlm 1].
11
nara sumber terpilih, wawancara dilakukan berdasarkan pedoman wawancara
yang telah disusun dan nara sumber yang telah ditetapkan terlebih dahulu,
sesuai dengan data dan informasi yang diharapkan, narasumber dari konsultan
HKI.
Data dan informasi yang diperoleh, baik yang diperoleh melalui studi
berdasarkan asas dan norma yang telah diterima umum, dan atau merupakan
Hukum dan Hak Asasi Manusia, dan pembahasan terakhir dilakukan pada
12
BAB II
A. Kajian Teoretis
Teori hak alami bersumber dari teori hukum alam. Penganut teori hukum
alam antara lain Thomas Aquinas, John Locke, Hugo Grotius. Menurut
Manusia merupakan substansi mental dan hak, tubuh manusia itu sendiri
tetap terikat pada aspek moralitas dan kebebasan yang dimiliki orang lain.
yang berguna bagi diri sendiri dan bagi banyak orang. Usaha
5
Candra Irawan, Politik Hukum Hak Kekayaan Intelektual Indonesia, Mandar Maju,
Cetakan ke I, Bandung, 2011, hlm. 49-51.
6
Ibid hlm. 49. Teori ini bisa dibaca dalam Oentung Soeropati, Hukum Kekayaan
Intelektual Dan Alih Teknologi, Fakultas Hukum UKSW, Salatiga, 1999, hlm. 9.
13
mendayagunakan kerja otak itulah yang menghasilkan suatu ciptaan,
desain atau invensi baru dan selanjutnya secara alami dan otomatis
tersebut.
Teori karya merupakan kelanjutan dari teori hak alami. Jika pada teori hak
sesuatu, pada teori karya titik tekannya pada aspek proses menghasilkan
sesuatu dan sesuatu yang dihasilkan. Semua orang memiliki otak, namun
Penganut teori ini antara lain George C. Homan dan Peter Blau. Teori
7
Ibid, hlm. 50. Teori ini dapat juga dibaca dalam Adam I. Indrawijaya, Perilaku
Organisasi, Sinar Baru Algensindo, Cetakan VI, Jakarta, 2000, hlm. 52
14
yang menyediakan barang dan/atau jasa tentu akan mengharapkan
yang perlu dicatat, tidak semua transaksi sosial dapat diukur secara nyata
(tangible), misalnya dengan uang, barang atau jasa adakalanya justru yang
kepada si pencipta, pendesain atau inventor diberikan balas jasa atau karya
atau inventor akan merasa dihargai hasil karya atau jerih payahnya
Penganut teori ini antara lain Talcot Parson dan Robert K. Merton. Kajian
8
Ibid, hlm. Teori ini dapat dibaca dalam Margaret M Poloma, Contemporray
Sociology Theory ( SosialKontemporer), Rajawali Pers, Jakarta, 2000, hlm. 52
15
Eksistensi atau keberlangsungan struktur atau pola yang sudah ada
menunjukan suatu pola yang telah memenuhi kebutuhan sistem yang vital
sumber daya manusia yang menghasilkan cipta, desain atau invensi baru.
Sejalan dengan konsep integrasi dan adaptasi sistem yang diyakini teori
atau masyarakat yang sudah ada. Suatu ciptaan atau invensi yang
9
Ibid, hlm. 51 Teori ini dapat dibaca dalam Irving M. Zetlin, Memahami Kembali
Sosiologi-Kritik terhadap Teori sosiologi Kontemporer (diterjemahkan oleh Anshori dan
juhanda), UGM Pers, 1998, hlm. 3-4, dan George Ritzer, A Multiple Paradigma Sociology
(disadur oleh Alimandan, Rajawali Pers, 1992, hlm. 25-29
10
Ibid, hlm. 4
16
berdampak negatif bagi masyarakat tidak layak dilindungi dan dapat
1. Prospect Theory
Paten. Dalam seorang inventor menemukan invensi besar yang sekilas tidak
begitu memiliki manfaat yang besar namun kemudian ada pihak lain yang
ditemukannya.
Menurut teori ini, apabila perlindungan terhadap hak paten tidak eksisi,
sangat efisien.
11
Anthony D’Amato & Doris Estelle Long, International Intellectual Property Law,
Kluwer Law Internasional, London 1997, hlm. 18
17
3. Rent dissipation theory
tersebut akan disempurnakan oleh pihak lain yang kemudian berniat untuk
1. Asas Manfaat:
Yang dimaksud dengan Asas Manfaat dalam undang- undang ini adalah
pemegang hak dan pengguna hak paten. Konteks manfaat yang dimaksud
disini yaitu setiap invensi yang dihasilkan harus memiliki unsur kebaikan
18
dimilikinya sebagai alat mengambil keuntungan yang berlebihan
2. Asas Rasional:
3. Asas Efisien:
yang layak.
4. Asas Optimal:
dalam negeri.
5. Asas Ekonomis:
19
adalah perlindungan paten yang menciptakan nilai tambah di dalam
negeri.
7. Asas Berkelanjutan:
mendatang.
8. Asas Berkeadilan:
masyarakat.
20
C. Praktik Penyelenggaraan dan Kondisi Paten saat ini
implementasinya berasal dari negara-negara barat. Bila dilihat dari aspek hukum
maka hal tersebut termasuk dalam kaidah adopsi hukum asing. Itu sebabnya
mengapa tidak banyak orang memahami mengenai paten di era tahun 70-an.
Alasan munculnya paten ini karena adanya kesadaran beberapa orang yang
peduli untuk menghormati hasil karya orang lain. Penghormatan tersebut dapat
pengakuan dan perlindungan, harapan lain bagi si pencipta atau inventor adalah
adanya hak bagi orang yang menemukan atau inventor untuk dapat menikmati
diberikan dalam jangka waktu yang terbatas, dan tujuannya adalah untuk
mencegah pihak lain, termasuk “penemu tersendiri” dari penemuan yang sama,
12
Suyud Margono, Hak Milik Industri Pengaturan Dan Praktik di Indonesia, Cetakan I, Ghalia
Indonesia, Bogor, 2011, hlm. 120-121.
21
1. Permohonan Paten dalam Negeri
maksimal dimanfaatkan oleh masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari data
yang disajikan pada tabel jumlah pemohon paten di Indonesia yang dibuat
dengan negara Malaysia, Cina dan Singapura. Pemohon paten itu pun lebih
2. Paten Sederhana
luar negeri baik untuk paten (biasa), dan paten sederhana. Permohonan
22
paten sederhana lebih banyak dibandingkan paten (biasa) namun secara
dan biaya permohonan paten serta biaya pemeliharaan paten relatif masih
dianggap mahal bagi para inventor nasional yang pada umumnya bukan
dilakukan dengan cara yang elegan dan tidak kasat mata dengan mengubah
undang-undang paten.
23
3. Pendaftaran
merupakan negara kepulauan. Jarak antara satu pulau dengan pulau lainnya
provinsi maupun invensi yang dihasilkan oleh individu yang ada di pulau-
lain. Untuk itu dalan naskah akademik RUU paten ini memberikan
Bila dilihat dari data pemohon paten Indonesia yang dikeluarkan oleh
24
untuk menggunakan teknologi lokal yang dipatenkan. Kekhawatiran
tersebut yaitu bila memakai teknologi lokal yang sudah dipatenkan dan
teknologi yang dipakai untuk usaha tersebut gagal maka tidak ada yang
merasa aman dan mau memakai teknologi lokal yang sudah dipatenkan.
dari suatu lembaga pemerintah namun juga ada dari lembaga swasta dan
25
dapat dipatenkan sehingga meningkatkan jumlah pemohon paten dalam
negeri.
akan gagal bila menggunakan teknologi dalam negeri atau invensi yang
paten ini sangat diperlukan peran aktif dari Direktorat Kerjasama yang
26
dipatenkan agar meningkatkan jumlah permohonan paten dari dalam
negeri;
2. Karena permohonan paten dari dalam negeri yang berasal dari lembaga
dihapus;
Recouses?
diperlukan oleh masyarakat, bangsa atau negara pada saat itu maka
pemberian paten;
teknologi informasi pada saat ini dan telah banyak juga dilakukan oleh
negara-negara lain.
27
D. Perbandingan dengan Negara lain terhadap Praktik Penyelenggaraan
tentang paten.
untuk melakukan Banch Marking yaitu dengan membandingkan suatu hal yang
ingin diatur dalam undang-undang dengan negara lain yang mengatur hal yang
1. Paten Singapura13
a. Sumber Hukum
b. Formalitas
13
www.singaporelaw.sing , 3 September 2012
28
permohonan skala internasional yang diajukan berdasarkan Perjanjian
pendaftaran tersebut.
c. Subyek Perlindungan
a. baru;
29
Perilaku tidak akan dianggap bersifat keras, tidak bermoral atau anti-
(1) Baru
The Art yang merujuk pada segala hal (baik produk, proses,
tidak jelas diketahui bagi mereka yang ahli. Orang yang ahli
30
tersebut tidak berarti memiliki kemampuan inventif tetapi
tindakan, yaitu:
itu;
terakhir
31
yang seharusnya jelas diketahui bagi mereka yang ahli di
& Co. Inc. v Pharmaforte Singapore Pte Ltd [2000] 3 SLR 717.
32
(4) Kepemilikan dan Pengaturan
paten atau setiap hak dalam paten dan setiap persetujuan terkait
dalam invensi.
33
dengan pihak pelanggar atau orang yang memperoleh hak yang
pelanggaran paten.
a. Jangka Waktu
34
dalam situasi tersebut, bahwa penggunaannya adalah
dan
lainnya.
35
yang ahli di bidang yang bersangkutan. Jika tidak, berarti
untuk orang sesuai dengan resep obat atau gigi atau yang
d. Upaya Hukum
36
perintah penyerahan dan/atau pemusnahan barang yang
2. Paten Cina
HKI agar sesuai dengan standar Trips Agreement. Namun Cina juga
yaitu:15
moderen (Pasal1)
(2) Dalam hal paten berkaitan dengan keamanan negara dan kepentingan
37
dapat dimanfaatkan oleh negara tidak hanya berkaitan dengan
sebagainya).
(4) Setiap paten yang dimiliki oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
14).
(5) Dalam hal keadaan yang genting (darurat) dan kepentingan umum
Bagi pemodal asing yang memenuhi syarat tersebut dan dapat diterapkan
sampai pada tingkat dasar, akan diberikan insentif dan fasilitas yang
sangat bagus.
38
Cina juga memberikan toleransi terhadap tindakan pelanggaran HKI
pengetahuan dan teknologi. Cina memainkan politik dua muka, satu sisi
paten lebih banyak dilakukan oleh pendaftar dalam negeri dari pada luar
negeri.
3. Paten India
16
Ibid. Hlm. 160
17
Ibid. Hlm. 162
39
halnya Cina, India juga memasukkan pasal-pasal yang bertujuan
IPTEK, sehingga dalam kurun waktu dari 1992-1998 salah satu lembaga
920 paten dari dalam negeri dan 230 aplikasi dari luar negeri.19
18
Ibid. Hlm. 168
19
Data diperoleh dari Anita Ramanna, India Patent Policy and Negotiation In TRIPs:
Future Options for India and Developing Countries, Melalui
<http://www.iprsonline.org/doc/>
40
Dari ketiga negara yang dipaparkan di atas, baik Singapura, Cina maupun
memantapkan diri dan mengembangkan bidang industri dan IPTEK, pada saat
paten yang berasal dalam negeri tentu akan lebih banyak jika dibandingkan
dengan pemohon paten yang berasal dari luar negeri. Dengan begitu dapat
Implikasi RUU Paten terhadap keuangan negara dapat dilihat dari harapan-
harapan dari kondisi yang akan datang. Adapun kondisi yang diinginkan
dimuat dalam naskah akademik ini yaitu peningkatan pemohon paten yang
41
individu, serta memberikan jaminan resiko terhadap invensi atau teknologi
a. Aspek Budaya
Bali dan Jawa tengah membuktikan bahwa tidak ada satupun pengobatan
20
Agus Sardjono, Membumikan HKI di Indonesia, Cetakan Pertama, CV. Nuansa Aulia,
Bandung, hlm. 29, 2009
21
Penelitian yang dilakukan oleh Prof. Dr. Agus Sardjono, SH., MH., CN dalam rangka
menyusun disertasi tentang HKI dan Pengetahuan Tradisional, 2004
42
justru sebaliknya mereka yang memiliki pengetahuan tersebut
22
Hasil Penelitian yang dilakukan oleh Prof. Dr. Agus Sardjono, SH., MH., CN dalam rangka
menyusun disertasi tentang HKI dan Pengetahuan Tradisional, 2004
43
BAB III
TERKAIT
diberlakukan di Indonesia sejak tahun 2001, namun dalam waktu satu dekade,
Tentang Paten
44
baik mencakup proses maupun produk, khususnya Paten di bidang
farmasi.
Paten yang berasal dari sumber daya genetik harus memberi manfaat
45
1. Kemudahan Pelayanan Pendaftaran Paten secara elektronik (sistem E-
sudah dilengkapi;
46
Pemeriksa Paten sehingga Hasil Pemeriksaan Substantif masih
yang berakibat Indonesia masih tergantung pada impor bahan baku obat
aspek dalam Persetujuan TRIPs yang belum diakomodasi, oleh karena itu,
47
dari Paten menjadi Paten Sederhana atau sebaliknya; tentang
sistem hukum lainnya, baik yang diatur dalam aturan hukum nasional
Adapun undang-undang dan peraturan yang terkait dengan paten antara lain
meliputi:
Pengaturan Trip’s:
standar pengaturan HAKI diatur dalam Part II yaitu Standard Concerning the
48
dari Section 1, Article 9 sampai dengan Section 8, Article 40. Hal tersebut
2. Trademarks
3. Geographical Indications
4. Industrial Designs
5. Patents
Section 5, dari Article 27 sampai dengan Article 34. Dan seluruh ketentuan itu
14 Tahun 2001.
Perindustrian
49
e. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2000 tentang Perlindungan Varietas
Tanaman
Teknologi
Elektronik
Surat Paten
50
C. Harmonisasi dengan Peraturan Perundang-Undangan Terkait
antara lain adalah untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
Oleh karena itu dalam rangka turut serta dalam pergaulan internasional,
51
b. Undang-Undang No. 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian dan
Perindustrian
teknologi industri yang diperlukan tidak tersedia atau tidak cukup tersedia
yang meliputi antara lain proses produksi dan produk. Sehingga hasil
52
perekayasaan, metode, dan/atau sistem yang diterapkan dalam kegiatan
putar kunci.
Undang Paten.
53
c. Undang-Undang No 7 Tahun 1994 tentang Lampiran Persetujuan
TRIPs)
Merek (trademarks)
Paten (patents)
Circuits; dan
information).
54
Dengan diratifikasinya ketentuan ini, Indonesia berkewajiban
penegakkan hukum.
baru dan memiliki rasa aman dalam menghabiskan waktu, uang dan
55
tenaga untuk melaksanakan penelitian dan pengembangan tersebut yang
yakni 20 tahun dan untuk paten sederhana 10 tahun, karena apabila telah
Tanaman
angka 12 mengatur Hak Prioritas dalam hal ini merupakan hak bagi
dimana Hak Prioritas ini merupakan hak bagi pemohon paten yang
56
berdasarkan Paris Convention. Kemudian mengenai Lisensi dalam UU
PVT terdapat dalam pasal 1 angka 13 dan RUU Paten dalam pasal 1
25 tahun.
(3) Subjek
subjeknya bisa orang atau badan atau orang lain penerima lebih lanjut,
57
bahwa kedua subjek undang-undang tersebut dapat diserahkan kepada
orang ke dua.
(4) Permohonan
memuat tanggal, bulan, dan tahun surat permohonan; nama dan alamat
waris yang ditunjuk serta surat kuasa. Selain itu juga mencantumkan
ini.
Teknologi
kurang implementatif.
58
Hal ini ditandai dengan masih kurang dikenalnya kebijakan ini oleh
59
ada sebelum dan setelah undang-undang tersebut terbentuk.
yang merupakan objek dari Undang-Undang tentang Paten. Selain itu juga
bidang perkebunan.
Transaksi Elektronik
Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara elektronik atau e-filing sehingga
60
paten dan dapat menyempurnakan RUU Perubahan Undang-Undang No.
Undang Kesehatan dengan RUU Paten hampir tidak ada. Namun dalam
61
disahkan, maka berdasarkan ketentuan peralihan (Pasal 136) PP 11 Tahun
Pemerintah tentang Tata Cara Pelaksanaan paten oleh pemerintah ini harus
diubah juga.
Tahun 2001.
62
n. Keputusan Presiden Nomor 16 Tahun 1997 tentang Pengesahan
lain yang merupakan anggota dengan rute PCT. Telah diatur dalam Pasal
63
BAB IV
A. Landasan Filosofis
Cita hukum bangsa Indonesia berakar pada Pancasila yang oleh pendiri
Akademik ini adalah daya tarik isi dari pembentukan Undang-Undang Paten
filosofis yang dianut bangsa Indonesia. Karena itu, dalam konteks kehidupan
23
Opcit . Tim Naskah Akademik RUU Paten Tahun 2008. Hlm 50
24
Ibid. Hlm. 51
64
filosofis yang terkandung di dalam setiap undang-undang. Tidak boleh
Bertitik tolak dari uraian tersebut di atas maka landasan filosofis dalam
tentang Paten, yang merupakan hak ekslusif yang diberikan oleh Negara
waktu tertentu oleh pihak lain melalui perjanjian lisensi dan pembayaran
royalti. Selain itu karena paten sebagai barang bergerak yang tidak berwujud
Persyaratan ini berlaku secara universal meski dengan gaya bahasa masing-
masing negara. Dan paten –yang merupakan hak ekslusif atau hak monopoli
dapat dipatenkan. Tujuan dari itu semua agar inventor mampu meningkatkan
65
ekonomi suatu negara.
B. Landasan Sosiologis
suatu aturan yang oleh sebagian besar masyarakat dipatuhi dan ditaati karena
Jadi sejak dilahirkan di dunia ini manusia telah mulai sadar bahwa dia
merupakan bagian dari kesatuan manusia yang lebih besar dan lebih luas lagi
dan bahwa kesatuan manusia tadi memiliki kebudayaan. Selain itu, manusia
seorang awam secara tidak sadar dan dalam batas-batas tertentu dapat
mengetahui apa yang sebenarnya menjadi objek atau ruang lingkup dari
sosiologi.
masyarakat.
66
Analisis undang-undang diteliti dari proses-proses peradilan, konsep-
dapat menimbulkan salah persepsi. Hal ini yang menjadi landasan untuk perlu
persyaratan filosofis dan yuridis saja, karena secara sosiologis peraturan tadi
juga harus berlaku. Hal ini bukan berarti setiap peraturan perundang-
undangan harus segera diganti apabila ada gejala bahwa peraturan tadi tidak
hal itu belum tentu berarti peraturan tersebut secara sosiologis tidak berlaku
dalam masyarakat.
dalam hal:
67
b) Penguasaan konsep-konsep sosiologi dapat memberikan
tertentu.
masyarakat.
sendiri akan norma hukum yang sesuai dengan realitas kesadaran hukum
68
proses birokrasi untuk mendapatkan sertifikat Paten, tak terkecuali
segala aspek kehidupan baik berupa sarana maupun prasarana. Di sisi lain
tersebut (paten) pada umumnya datang dari negara maju, terutama yang
69
karena persediaannya terbatas dan harganya relatif cukup mahal bagi
penting bagi pemegang hak yang ingin dilindungi haknya dari pihak-pihak
mengeluarkan banyak biaya dalam rangka riset atas invensi, dengan tidak
70
berfungsinya ketentuan dimaksud,maka hak pemegang paten tidak dapat
barang tersebut di luar negeri adalah pemegang hak yang sah dan
yang berlebihan, hal ini sangat penting agar persaingan usaha lebih
pidana.
Izin untuk suatu produk obat memakan waktu hampir dua tahun
karena untuk beredarnya suatu obat harus melalui uji klinis, dengan
paten oleh pihak lain yang bukan pemegang paten pada tahun ke-18
dengan tujuan untuk uji klinis dibenarkan dan hal tersebut tidak
paten hanya 20 tahun. Apabila pihak lain baru dapat menggunakan paten
menjadi 22 tahun.
71
C. Landasan Yuridis
hasil kesepakatan DOHA tersebut diikuti dengan perubahan pada tahun 2005
huruf f.
mengingat ini disusun secara rinci dan tepat (i) ketentuan Undang-undang
Dasar 1945 yang dijadikan rujukan, termasuk penyebutan pasal dan ayat atau
72
tepat; (ii) Undang-undang lain yang dijadikan rujukan dalam membentuk
judulnya, dan demikian pula dengan nomor dan tahun Lembaran Negara dan
“Mengingat” ini tidak disertai dengan penyebutan nomor pasal ataupun ayat.
undang itu dijadikan dasar yuridis dalam konsideran mengingat itu sebagai
Paten Nomor 6 Tahun 1989 tentang Paten (Lembaran Negara Tahun 1989
73
Organization (Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia), selanjutnya
adalah ketentuan yang diatur pada Article 31bis TRIPs Agreement mengenai
dalam ketentuan lisensi wajib, selain itu Article 7 TRIPs Agreement yang
mengatur Paten obat, dijelaskan bahwa jika ada wabah penyakit disuatu
menerapkan lisensi wajib, dimana izin yang diberikan oleh Pemegang Paten
manfaat ekonomi dari suatu Paten yang diberi perlindungan dalam jangka
darurat/emergency.
74
melaksanakan lisensi wajib artinya mengindustrikan suatu invensi tanpa harus
75
BAB V
A. Sasaran
Dalam penyusunan naskah akademik revisi RUU Paten ini sasaran untuk
berasal dari dalam negeri. Upaya untuk meningkatkan jumlah pemohon paten
sederhana.
RUU paten ini adalah mengatur mengenai perlindungan terhadap sumber daya
tersebut.
76
C. Matriks Masukan Materi Muatan
77
NO PERMASALAHAN PENGATURANNYA PERUBAHAN YANG
DI INGINKAN
5. Pemeriksaan - Usulan terhadap
Substantif permohonan
percepatan
pemeriksaan
substantif dengan
membayar biaya
- Pemeriksaan paten
dilakukan oleh
Direktorat paten
yang
pelaksanaannya
dilakukan oleh
pemeriksa paten
yang ditunjuk
-
6. Paten sederhana - Tidak diperlukan
lagi pemeriksaan
substantif
7. Pengalihan dan - Ketentuan lisensi
Lisensi Paten wajib harus ada
pengecualian
- Digunakan untuk
memenuhi
kebutuhan pasar
dalam negeri
8. Pelaksanaannya Pelaksanaan - keputusan ini
dirasakan terlalu paten oleh cukup dengan
tinggi dan prosesnya Pemerintah keputusan menteri
memakan waktu lama
78
NO PERMASALAHAN PENGATURANNYA PERUBAHAN YANG
DI INGINKAN
Lisensi yang
bersangkutan
2) untuk pembayaran
tahun-tahun
berikutnya, selama
paten itu berlaku
harus dilakukan
paling lambat pada
tanggal yang sama
dengan tanggal
serifikat paten
10. fungsi dari direktorat - Perlunya
kerjasama yang penguatan
kurang melakukan direktorat
komersialisasi kerjasama Dikjen
terhadap Paten. HKI dalam
melakukan
komersialisasi
paten Paten
- Fungsi direktorat
kerja sama perlu
ditambahkan yaitu
mengkomersialkan
teknologi yang
dipatenkan oleh
industri , terutama
invensi yang
diajukan oleh UKM
dan individu
- Direktorat
kerjasama juga
hendaknya
menjemput bola
dalam hal
komersialisasi
Paten.
11. Genetic resources, - Ketika mengajukan
keanekaragaman keanekaragaman
hayati sering hayati perlu di
79
NO PERMASALAHAN PENGATURANNYA PERUBAHAN YANG
DI INGINKAN
digunakan untuk sebutkan
suatu invensi. sumbernya.
80
NO PERMASALAHAN PENGATURANNYA PERUBAHAN YANG
DI INGINKAN
dalam surat
permohonan paten
- Apabila tidaak ada
“Pengungkapan
Asal-Usul” maka
paten tidak bisa
diproses/ditunda.
18. - Pemeriksaan - Dipertimbangkan
Substantif adanya progres
report dari
pemeriksa kepada
pemohon/Inventor
- Perlu
mengefektifkan
bantuan ahlidalam
melakukan
pemeriksaan
substantif agar
dapat
mempercepat
pemeriksaan,
menghindari
Backlog dan
mempersingkat
waktu
- Membuat sistem
pemeriksaan
DOUBLE TRACK
- FIRST TRACK
untuk permohonan
PCT/Luar Negeri
dan SECOND
TRACK untuk
pemohon lokal
19. - Persetujuan atau - Harus diatur
Penolakan pembatasan
maksimal waktu
20. - Salinan dokumen - Harus ada
paten kebijakan untuk
81
NO PERMASALAHAN PENGATURANNYA PERUBAHAN YANG
DI INGINKAN
mendigitalisasi
seluruh dokumen
paten yang ada
21. - Pembatalan - Perlu
Paten dipertimbangkan
untuk mengadopsi
konsep pembatalan
yang dilakukan
oleh Ditjen HKI
dalam RUU Desain
Industri sebelum ke
pengadilan
- Perlu dibuat “
Invalidity Court” di
dalam Ditjen HKI
22. - Biaya - Ketentuan yang
mewajibkan
pemohon paten
membayar biaya
tahunan atau
memberikan denda
atas keterlambatan
pembayaran biaya
paten untuk DI
HAPUS. Karena
keterlambatan
pemeriksaan paten
bukan kesalahan
dari
pemohon/Inventor.
82
NO UU NO. 14 TH 2001 RUU PENGGANTIAN TENTANG
PATEN
1. Pasal 4 Pasal 6
(1) Dikecualikan dari ketentuan
(1) Suatu Invensi tidak sebagaimana dimaksud dalam
dianggap telah Pasal 5 ayat (2), Invensi tidak
diumumkan jika dalam dianggap telah diumumkan jika
jangka waktu paling dalam waktu paling lama 6
lama 6 (enam) bulan (enam) bulan sebelum Tanggal
sebelum Tanggal Penerimaan, Invensi tersebut
Penerimaan: telah:
a. Invensi tersebut a. dipertunjukkan dalam suatu
telah dipertunjukkan pameran internasional di
dalam suatu pameran Indonesia atau di luar
internasional di negeri yang resmi atau
Indonesia atau di luar diakui sebagai resmi atau
negeri yang resmi atau dalam suatu pameran
diakui sebagai resmi nasional di Indonesia yang
atau dalam suatu resmi atau diakui sebagai
pameran nasional di resmi;
Indonesia yang resmi b. digunakan di Indonesia
atau diakui sebagai oleh Inventornya dalam
resmi; rangka percobaan dengan
b. Invensi tersebut tujuan penelitian dan
telah digunakan di pengembangan;
Indonesia oleh c. diumumkan di salah satu
Inventornya dalam jurnal ilmiah dan/atau
rangka percobaan pertemuan ilmiah baik
dengan tujuan nasional maupun
penelitian dan internasional oleh Inventor
pengembangan. dan/atau Institusinya;
(2) Invensi juga tidak dan/atau
dianggap telah d. diumumkan oleh
diumumkan apabila Inventornya dalam sidang
dalam jangka waktu 12 ilmiah dalam bentuk ujian
(dua belas) bulan dan/atau tahap-tahap ujian
sebelum Tanggal skripsi, tesis, disertasi
Penerimaan, ternyata dan/atau forum ilmiah lain
ada pihak lain yang dalam rangka pembahasan
mengumumkan dengan hasil penelitian di
cara melanggar perguruan tinggi atau
kewajiban untuk lembaga penelitian.
83
menjaga kerahasiaan (2) Invensi juga tidak dianggap
Invensi tersebut. telah diumumkan apabila dalam
waktu 12 (dua belas) bulan
sebelum Tanggal Penerimaan,
ada pihak lain yang
mengumumkan dengan cara
melanggar kewajiban untuk
menjaga kerahasiaan Invensi
tersebut.
2. Pasal 8
Invensi dapat diterapkan dalam
industri sebagaimana diuraikan dalam
Permohonan.
Pasal 19
Pemegang Paten wajib membuat
produk atau menggunakan proses
yang diberi Paten di Indonesia.
Catatan:
Tidak ada penjelasan lebih
lanjut
Dalam TRIPS Agreement,
Patent Cooperation Treaty
(PCT) dan sistem paten yang
berlaku secara internasional
tidak ada kewajiban untuk
menggunakan produk atau
proses yang diberi Paten.
Pasal 20
Setiap Pemegang Paten atau penerima
Lisensi Paten wajib membayar biaya
tahunan.
Catatan:
Tidak ada penjelasan lebih lanjut
Bagaimana dengan pemegang
paten sederhana terutama dari
kalangan UKM
Dipertimbangkan politik patennya,
berapa jumlah permohonan paten?
84
Bandingkan dengan negara
tetangga yang lebih banyak
(kompetitornya, biaya).
Disarankan biaya pemeliharaan
paten sederhana dihapus, agar
UKM atau inventor
individu/perseorangan, kalangan
perguruan tinggi mampu
mengajukan permohonan paten,
sehingga jumlah permohonan
paten sederhana dalam negeri
bertambah.
Invensi yang Tidak Dapat Diberi
Paten
Pasal 9
Invensi yang tidak dapat diberi Paten
meliputi:
a. proses atau produk yang
pengumuman, dan penggunaan
atau pelaksanaannya
bertentangan dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan,
moralitas agama, ketertiban
umum, atau kesusilaan;
b. metode pemeriksaan,
perawatan, pengobatan dan/atau
pembedahan yang diterapkan
terhadap manusia dan/atau
hewan;
c. teori dan metode di bidang ilmu
pengetahuan dan matematika;
d. makhluk hidup, kecuali jasad
renik; atau
85
rekayasa genetika, terutama yang
tidak disertai dengan asal-usul
genetisnya
Diatur dalam pasal 25 tetapi belum
masuk dalam invensi yang tidak
diberikan paten
Pasal 47
Catatan:
Pasal 50
Pasal 49
86
Negara.
Catatan:
Pasal 66
b. melakukan pemeriksaan
lanjutan apabila terdapat
87
ketentuan lain yang belum
diperiksa terkait dengan
pesyaratan pemberian Paten
sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 53.
Catatan:
88
Pasal 107
Catatan:
Pasal 93
(1) Pemerintah dapat melaksanakan
sendiri Paten di Indonesia
berdasarkan pertimbangan:
a. berkaitan dengan
pertahanan keamanan
Negara; atau
b. kebutuhan sangat
mendesak untuk
kepentingan masyarakat.
(2) Pelaksanaan Paten oleh
Pemerintah berdasarkan
pertimbangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a
diatur dengan Peraturan
Presiden.
89
Catatan:
Perlu dipertimbangkan
penggunaan paten oleh
pemerintah diatur dengan
Peraturan Menteri, terutama
apabila terjadi keadaan darurat
misalnya terjadinya wabah atau
bencana yang memerlukan
teknologi yang telah
dipatenkan.
90
BAB VI
PENUTUP
A. Simpulan
lokal yang dipatenkan karena tidak ada jaminan ataupun asuransi bila
2001 yaitu:
91
b. Usulan terhadap permohonan percepatan pemeriksaan substantif
yang ada
92
3. Hal-hak yang menjadi pertimbangan landasan filosofis, sosiologis dan
yuridis yaitu:
a. Landasan Filosofis
b. Landasan Sosiologis
93
komersialisasi paten dengan terhantarnya invensi ke industri. Hal-hal
membawa dampak yang baik bagi inventor sehingga lebih banyak lagi
perekonomian nasional.
c. Landasan Yuridis
pelengkap dari Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (2), dan pasal 33 UUD
94
Trade Organization (Persetujuan Pembentukan Organisasi
tentang Paten .
4. Sasaran yang akan diwujudkan dalam Nasakah Akademik RUU Paten ini
yaitu untuk meningkatkan jumlah pemohon paten yang berasal dari dalam
B. Rekomendasi
agar Undang-Undang No. 14 Tahun 2011 tentang Paten di revisi atau menjadi
tentang Paten. Rekomendasi ini kami berikan dengan alasan bahwa selain
juga ada beberapa hal yang perlu di tambahkan atau diatur selebihnya hal-hal
berlaku.
95