TERAPI HERPES
Tujuan Pengobatan herpes yaitu untuk meredakan gejala dan untuk mempersingkat gejala
klinis, mencegah komplikasi dan kekambuhan, dan untuk menurunkan risiko penularan penyakit.
Asiklovir oral, valasiklovir, dan famsiklovir adalah pengobatan pilihan untuk out pasien dengan
herpes genital episode pertama. Perawatan tidak mencegah latensi atau perubahan frekuensi dan
tingkat keparahan kekambuhan berikutnya. Terapi antivirus oral mengurangi frekuensi dan
tingkat keparahan kekambuhan 70% sampai 80% pada pasien yang sering mengalami
kekambuhan. Acyclovir, valacyclovir, dan famciclovir telah digunakan untuk mencegah
reaktivasi infeksi pada pasien seropositif untuk HSV yang menjalani prosedur transplantasi atau
kemoterapi induksi untuk leukemia akut. Keamanan asiklovir, famciclovir, dan terapi
valacyclovir selama kehamilan ditetapkan tidak aman, meskipun tidak ada bukti efek teratogenik
asiklovir pada manusia (Dipiro et, al. 2015).
A. Terapi Farmakologi
1. Acyclovir
Saat ini acyclovir masih menjadi modalitas terapi utama pada infeksi HSV tipe 1 dan 2.
Hanya saja, bioavailabilitas nya hanya sekitar 15-30% dengan pemberian per oral. Umumnya
herpes simpleks diterapi dengan preparat oral, kecuali pada infeksi HSV berat dan pasien
imunokompromais dimana acyclovir diberikan melalui jalur intravena.
Acyclovir topikal hanya diindikasikan pada herpes labialis dan herpes genitalis dengan gejala
yang ringan. Pemberian perapat topikal dalam 48 jam munculnya lesi terbukti mengurangi gejala
dan mencegah rekurensi yang parah.
Sebaiknya preparat acyclovir dihindari pemberiannya pada wanita hamil, terutama pada
kehamilan kurang dari 15 minggu. sWalaupun data beberapa studi menunjukkan umumnya tidak
ada kelainan yang ditimbulkan melalui pemberian preparat oral dan topikal acyclovir pada
wanita hamil, namun masih sedikit bukti yang menunjang keamanan pemberian acyclovir pada
massa awal kehamilan.
Untuk terapi herpes simpleks primer dapat diberikan acyclovir, 5 x 200 mg/hari per oral selama 7
hari atau Acyclovir 3 x 400 mg/hari selama 7 hari . Sedangkan pada infeksi rekuren dapat
diberikan acyclovir 5 x 200 mg/hari per oral selama 5 hari atau Acyclovir 3 x 400 mg/hari
selama 5 hari. Dosis perlu disesuaikan pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal (McGregor
SP. 2018; KemenKes RI, 2016; Sauerbrei A, 2016; Patul Rajul et al. 2017).
2. Valacyclovir
Valacyclovir adalah prodrug ( L-valyl ester) dari acyclovir. Setelah diminum, kemudian obat
diubah menjadi acyclovir oleh enzim hepar valacyclovir hydrolase. Oral valacyclovir memiliki
bioavailabilitas 54 %, mampu mencapai metabolit aktif 3 sampai 4 kali lebih tinggi dari pada
acyclovir oral. Sehingga pemberiannya dapat lebih dijarangkan dan berhubungan dengan
pengurangan efek samping.
Valacyclovir tidak direkomendasikan sebagai terapi pilihan pada anak dan remaja karena
efektivitas dan keamanannya belum dipelajari secara adekuat dalam kelompok usia tersebut. Hal
ini juga berlaku pada pasien hamil, karena belum ada bukti yang cukup mengenai efek terhadap
wanita hamil.
Untuk terapi herpes simpleks genital primer, dapat diberikan valacyclovir 2 x 500 mg/hari
per oral selama 7 hari. Pada kasus rekuren dapat diberikan valacyclovir 2 x 500 mg/hari per oral
selama 5 hari.
Pada tatalaksana orolabial herpes, pada pasien imunokompeten rekomendasi saat ini adalah
oral valacyclovir 2 gram dua kali sehari untuk satu hari saja. Untuk pasien dengan
imunokompromais, dosisnya adalah oral valacyclovir 500 mg dua kali sehari (Patul Rajul et al.
2017; KemenKes RI, 2016; Sauerbrei A, 2016)..
3. Famsiklovir
Famsiklovir adalah bentuk inaktif dari diacetyl ester, prodrug dari Penciclovir.
Bioavailabilitas Famsiklovir adalah 77 % setelah pemberian peroral. Famsiklovir juga tidak
direkomendasikan pemberiannya pada anak-anak, remaja, pasien imunokompromais kurang dari
25 tahun, serta wanita hamil.
Famsiklovir 250 mg per oral tiga kali sehari selama 7–10 hari dapat diberikan sebagai terapi
herpes genitalis primer. Untuk infeksi rekuren famsiklovir 250 mg per oral dua kali sehari dapat
menjadi alternatif (Saleh et,al. 2019; CDC. 2015; Patul Rajul et al. 2017).
Dapus
Ikatan Apoteker Indonesia. 2018. ISO (Information Spesialite Obat Indonesia, Volume 51 2017-
2018. Jakarta : PT ISFI Penerbitan.
Center for Disease Control and Prevention . 2015. Genital HSV Infections. 2015 Sexually
Transmitted Diseases Treatment Guidelines.
DiPiro J.T., Wells B.G., Schwinghammer T.L. and DiPiro C. V. 2015. Pharmacotherapy
Handbook, Ninth Edit., McGraw-Hill Education Companies, Inggris.
Herlina, dkk ,2014 .Management of recurrent herpes simplex labialis.Universitas
Hasanuddin.Makassar.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2016. Pedoman Nasional Penanganan Infeksi
Menular Seksual .
Leone PA, Trottier S, Miller JM, 2002. Valacyclovir for episodic treatment ofgenital herpes: a
shorter 3-day treatment course compared with 5-day treatment. Clin Infect Dis;
34(7):958–62.
McGregor SP. 2018. Dermatologic Manifestations of Herpes Simplex Differential Diagnoses.
Patul Rajul et al. 2017. European guidelines for the management of genital herpes. International
Journal of STD & AIDS 0 (0) 1–14.
Saleh,Dahlia and Sharma Sandeep. 2019. Herpes Simplex Type 1.
Sauerbrei A. 2016. Herpes Genitalis: Diagnosis, Treatment and Prevention. Geburtshilfe
Frauenheilkd; 76 (12): 1310–1317.