net/publication/43649727
CITATIONS
READS
2
5,940
3 authors, including:
Didik Wahjudi
Petra Christian University
42 PUBLICATIONS 46 CITATIONS
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Didik Wahjudi on 06 October 2014.
ABSTRAK
P.T. X merasa perlu untuk mempertahankan keunggulannya sebagai produsen kemasan plastik yang
bermutu dan harganya bersaing. Namun hal ini tidak mudah tercapai. Kondisi yang saat ini perlu
diperbaiki adalah sering terjadinya gangguan pada proses produksi. Pada umumya, penyebab
gangguan proses produksi dapat dikategorikan menjadi tiga, yaitu faktor manusia, mesin, dan
lingkungan. Faktor terpenting dari kondisi di atas adalah performance mesin produksi yang
digunakan. Mesin blow molding di P.T. X sering mengalami perbaikan karena kerusakan maupun
untuk preventive mantenance. Jika mesin sampai mengalami kerusakan mendadak karena keadaan
mesin yang kurang terpelihara dengan baik, maka kualitas produk akan terganggu dan
prodtiktifitas akan menurun. Hal di atas dapat dilihat dari nilai OEE (overall equipment
effectiveness) yang masih rendah. Untuk tahun 2005 nilai OEE mesin-mesin yang ada di divisi BM I
adalah 67.76%. Untuk itu,
P.T. X ingin meningkatkan overall equipment effectiveness perlatannya melalui implementasi total
productive maintenance.
Langkah pertama yang penulis lakukan adalah mengumpulkan data mengenai waktu breakdown,
waktu produksi, waktu setup dan adjustment, kecepatan aktual mesin, jumlah produksi, dan jumlah
reject. Data tersebut diperlukan untuk menghitung availability rate, performance rate, dan total
yield, yang selanjutnya diperlukan untuk menghitung enam kerugian utama (six big losses) awal.
Langkah berikutnya adalah melakukan kajian kondisi apa saja yang dapat diperbaiki dengan
megimplementasikan TPM pada tiga mesin yang dipilih sesuai permintaan perusahaan. Hal ini
dikarenakan mesin-mesin blow molding P.T. X mempunyai 3 jenis karakteristik yang berbeda.
Terakhir, penulis menghitung OEE yang bisa dicapai dengan menjalankan TPM dan
membandingkannya dengan OEE awal.
Melalui penerapan TPM nilai OEE di P.T. X dapat ditingkatkan dari 67.76% menjadi 81.88%.
Keberhasilan implementasi TPM di P.T. X sangat tergantung pada perubahan paradigma para
pekerja dalam menjalankan jadwal preventive maintenance, sebagai bagian dari implementasi
TPM.
2. Metodologi
Langkah-langkah yang dilakukan untuk mencapai Dari tabel di atas tampak bahwa nilai OEE dari
tujuan penelitian adalah sebagai berikut: beberapa mesin dapat ditingkatkan. Untuk itu,
a. Menganalisa kondisi umum perusahaan dan sistem perusahaan menetapkan target nilai OEE dari mesin-
pemeliharaan mesin tersebut untuk bulan Januari seperti yang
b. Mengumpulkan data 6 kerugian utama sebelum ditunjukkan pada Tabel 2. Peningkatan ini dicapai
implementasi TPM dengan melakukan beberapa hal, yaitu:
Data-data yang perlu dikumpulkan untuk a. Availability rate
implementasi TPM adalah waktu breakdown, Meningkatkan dan mengoptimalkan waktu
waktu produksi, waktu set up and adjustment, preventive maintenace untuk tiap-tiap mesin
kecepatan aktual mesin, jumlah produksi, dan sebesar 10% (Dewi, 2006)
Mencegah kerusakan mesin sehingga waktu memahami kondisi dan karakteristik mesin. Selain itu,
downtime untuk machine trouble tidak terjadi, perbaikan untuk kerusakan sederhana terpaksa
misalnya dengan melakukan pelumasan sesuai menunggu personil pemeliharaan (production
dengan jadwal dan kondisi mesin itu sendiri. engineering section).
Mencegah mesin tidak berproduksi kecuali mesin Solusi TPM
dalam keadaan no order. - Melakukan preventive maintenance terencana
untuk mengembalikan kondisi mesin agar tidak
b. Performance Rate sering rusak.
Meningkatkan commercial hours dengan cara - Membuat prosedur penanganan kerusakan
menurunkan waktu downtime. sederhana dan melatih para operator agar mampu
Mengoptimalkan jumlah cavity actualnya sesuai dengan melakukan tindakan perbaikan kerusakan
cavity standardnya, sehingga output yang dihasilkan sederhana.
meningkat. Misalnya dari 2 cavity menjadi 4 cavity untuk - Mendukung pelaksanaan autonomous maintenance
mesin 500 DS 6. dengan menciptakan lingkungan kerja yang sehat,
nyaman dan aman, memberikan penghargaan, serta
c. Total Yield memberikan pelatihan kepada operator.
Meningkatkan output netto dengan cara
meminimalkan reject. Set up and adjustment losses
Terjadi waktu penyetelan yang berbeda-beda pada
Tabel 2. Target Nilai OEE bulan Januari 2005 setiap mesin. Hal ini disebabkan oleh kondisi mesin
yang berbeda-beda, jenis order yang terlalu beragam,
Perform. Total dan seringnya berganti order. Dari segi tenaga kerja,
Mesin Avail. Rate OEE
Rate Yield kondisi yang menyebabkan adanya setup and
500 S 94.99% 94.28% 99.26% 88.89% adjustment losess adalah skill dan metode kerja
500 DS 1 95.55% 91.83% 96.11% 84.33% operator tidak seragam. Selain itu, toolset untuk set up
mesin kadang belum tersedia sehingga membutuhkan
500 DS 3 94.65% 94.65% 99.22% 88.88%
waktu yang lama.
1500 DS 2 92.90% 86.68% 99.31% 75.14% Solusi TPM
1500 DS 3 91.16% 87.20% 95.61% 76.04% - Mengaplikasikan group technolgy sehingga jenis
order yang dikerjakan pada setiap mesin
1500 DS 4 93.05% 93.05% 99.01% 85.73%
berkurang.
1500 DS 5 93.14% 59.05% 99.01% 54.46% - Memberikan pelatihan tentang prosedur perbaikan
1500 DS 6 96.12% 96.12% 99.01% 91.47% yang standar.
- Menyediakan toolset agar operator mempunyai
1500 DS 7 95.76% 91.77% 95.84% 84.22% toolset sendiri-sendiri.
1500 DS 8 94.77% 94.78% 99.01% 88.93%
Hasil availability rate (Tabel 3) pada mesin obyek
1500 DS 9 85.52% 85.83% 99.01% 72.67%
untuk bulan Januari sampai Desember 2005 dapat
OEE rata-rata = dianalisa sebagai berikut:
80.98% - Mesin 500S memiliki availability rate terendah di
bulan Mei 2005 sebesar 59.88% dan dapat
Setelah itu, penulis melakukan analisa six big ditingkatkan menjadi 81.12%
losses pada mesin yang menjadi obyek utama - Mesin 500DS 1 memiliki availability rate terendah
penelitian, yaitu 500 S, 500 DS 1, dan 1500 DS 7. di bulan Agustus 2005 dan dapat ditingkatkan
Berikut adalah analisa six big losses pada mesin 500 S, menjadi 57.52%
500 DS 1, dan 1500 DS 7 selama bulan Januari sampai - Mesin 1500DS 7 memiliki availability rate
Desember 2005, kemudian dianalisa peluang terendah di bulan bulan Mei 2005 dan dapat
perbaikannya melalui implementasi TPM. Analisa six ditingkatkan menjadi 91.38%
big losses untuk ketiga mesin tersebut adalah sebagai
berikut: Tabel 3. Analisa availability rate tahun 2005
a. Availabilty rate Sebelum Sesudah
Breakdown losses Mesin Bulan
implementasi implementasi
Pada semua objek mesin didapati beberapa hari 500 S Mei 59.88 % 81.12 %
yang tidak berproduksi sama sekali karena mesin 500 DS 1 Agustus 47.58 % 57.52 %
mengalami kerusakan, spare part tidak tersedia, spare 1500 DS 7 Mei 89.13 % 91.38 %
part sudah tidak standar, kondisi mesin menurun
dikarenakan usia mesin. Sedangkan faktor tenaga kerja b. Performance rate
juga berperan karena skill operator yang kurang Minor stoppage losses
Waktu menganggur dan penghentian-penghentian
kecil dimasukkan ke dalam speed losses, maka tidak - Mesin 500 DS 1 memiliki total yield terendah di
dilakukan perhitungan khusus untuk minor stoppage bulan Agustus 2005.
losses. - Mesin 1500 DS 7 memiliki total yield terendah di
bulan Januari 2005.
Speed losses Nilai total yield setelah mengadospsi solusi TPM juga
Utilisasi mesin aktual ditentukan oleh departemen ditunjukkan pada Tabel 5.
product development, logistik dan produksi. Nilai ini
sudah termasuk toleransi untuk waktu menganggur dan Tabel 5. Analisa total yield tahun 2005
penghentian-penghentian kecil. Hal yang Sebelum Sesudah
mempengaruhi speed losses adalah kondisi mesin, Mesin Bulan
implementasi implementasi
jumlah operator yang masuk kerja, dan ketersediaan 500 S Maret 76.00 % 99.30 %
bahan baku. 500 DS 1 Agustus 42.16 % 99.01 %
Solusi TPM 1500 DS 7 Januari 95.84 % 95.84 %
- Melakukan preventive maintenance terencana
untuk mengembalikan kondisi mesin agar tidak d. Overall equipment effectiveness (OEE)
sering rusak. Nilai OEE (Tabel 4.16.) masing-masing mesin
- Menjaga ketersediaan bahan baku melalui dapat dianalisa sebagai berikut:
penjadwalan produksi yang baik. - Mesin 500 S memiliki nilai OEE terendah di bulan
Mei 2005.
Hasil performance rate (Tabel 4) pada mesin - Mesin 500 DS 1 memiliki nilai OEE terendah di
obyek untuk bulan Januari sampai Desember 2005 bulan Agustus 2005.
dapat dianalisa sebagai berikut: - Mesin 1500 DS 7 memiliki nilai OEE terendah di
- Mesin 500 S memiliki performance rate terendah bulan Mei 2005.
di bulan Mei 2005. Hasil peningkatan nilai OEE setelah
- Mesin 500 DS 1 memiliki performance rate mengimplementasikan TPM juga ditunjukkan pada
terendah di bulan Agustus 2005. Tabel 6 di bawah ini.
- Mesin 1500 DS 7 memiliki performance rate
terendah di bulan Mei 2005. Tabel 6. Analisa OEE tahun 2005
Setelah permasalahan yang menyebabkan rendahnya
Sebelum Sesudah
performance rate diperbaiki, nilai perfromance rate Mesin Bulan
implementasi implementasi
meningkat seperti pada Tabel 4 di bawah ini.
500 S Mei 25.90 % 67.27 %
Tabel 4. Analisa performance rate tahun 2005 500 DS 1 Agustus 4.75% 41.75 %
1500 DS 7 Mei 78.49 % 84.13 %
Sebelum Sesudah
Mesin Bulan
implementasi implementasi Dari tabel di atas, mesin 500 S mengalami peningkatan
500 S Mei 46.43 % 83.76 % OEE sebesar 41.37%, mesin 500 DS 1 sebesar 37%,
500 DS 1 Agustus 23.70 % 73.31 %
dan mesin 1500 DS 7 sebesar 5.64%. Sedangkan Tabel
1500 DS 7 Mei 89.53 % 92.72 %
7 memberikan hasil perhitungan OEE sebelum dan
sesudah implementasi TPM pada semua mesin.
c. Total yield
Quality defects and rework losses Tabel 7. Nilai OEE untuk semua mesin tahun 2005
Angka reject sudah cukup rendah. Oleh sebab itu,
faktor-faktor penunjang harus tetap dijaga, bahkan
dtingkatkan.
Yield losses
Jumlah waste cukup rendah. Meskipun dalam
jumlah sedikit, namun tetap ada produk reject yang
dibuang karena kotor atau tidak memenuhi syarat.
Mesin yang berhenti produksi dalam waktu lama
menyebabkan terjadinya waste karena bahan baku yang
sudah menjadi dingin harus dibuang dan didaur ulang.
5. Daftar Pustaka
1. Corder, Anthony, ”Teknik Manajemen
Pemeliharaan”, Erlangga, Jakarta. 1996.
2. Dewi, Purnama, “Perancangan Jadwal Preventive
Maintenance Yang Optimal Pada Divisi Blow
Molding Di PT X”, Tugas Akhir No:
01041119/IND/2006, Jurusan Teknik Industri,
Universitas Kristen Petra, Surabaya, 2006.
3. Productivity & Quality Management Consultants,
“Pelatihan Dua Hari Total Productive
Maintenance”, Productivity & Quality
Management, Surabaya, 2002.
4. Stephens, Matthew P., “Productivity And
Reliability-Based Maintenance Management”,
Pearson Education Inc., New Jersey, 2004.
5. Dillon, Andrew P., “Autonomous Maintenance For
Operators”, Productivity Press, Portland, OR,
1997.
6. Wireman, Terry, “Total Productive Maintenance”,
2nd ed., Industrial Press, New York, 2004.
View publication stats