Anda di halaman 1dari 12

INTEGRASI PENATAAN PERTANAHAN DALAM KERANGKA

“PENATAAN WILAYAH PESISIR DAN LAHAN ATAS TERPADU”


Waryanta1

Abstract: Indonesia has the second longest coastline in the world. This condition is considered as a potential to promote the
development of the nations. Nevertheless, some issues emerged related to the development of coastal areas; one of them is the
arrangement of the coastal region. The concept of Coastal Zone Planning and Integrated Upper Land Management’is the concept
of sustainable arrangement, integrating land spatial planning and marine spatial planning. This concept is set up to organize an
integrated and comprehensive coastal areas management, including the elements of land and marine water. However, Coastal
Zone Planning and Integrated Upper Land Management not yet considering the factor of land use, utilization, tenure and
ownership. To achieve this, it is necessary to set up land use and spatial planning regulations for coastal area, as well as to set up
its potential of coastal area planning.
Keywords
Keywords: Coastal, Planning, Land

Intisari: Indonesia merupakan salah satu negara yang menempati urutan kedua wilayah pantainya terpanjang di dunia. Hal ini tentu
merupakan potensi yang cukup besar untuk mendorong pembangunan di negara ini. Namun demikian, masih banyak persoalan yang
dihadapi dalam pembangunan wilayah pesisir, antara lain masalah penataan wilayah pesisir. Konsep “Penataan Wilayah Pesisir dan
Lahan Atas Terpadu “adalah konsep penataan wilayah masa mendatang yang mencoba mengkompromikan antara Rencana Tata Ruang
Wilayah dengan Perencanaan Ruang Laut. Dengan konsep ini diharapkan penataan wilayah pesisir yang melibatkan unsur daratan dan
perairan laut menjadi integrative dan komprehensif. Namun demikian, perencanaan Penataan Wilayah Pesisir dan Lahan Atas Terpadu
belum mempertimbangkan faktor penggunaan, pemanfaatan, pemilikan dan penguasaan tanah. Dan untuk melengkapinya diperlukan
kebijakan penataan pertanahan di wilayah pesisir dan penyusunan potensi penataan kawasan di wilayah pesisir.
Kata Kunci
Kunci: Pesisir, Penataan, Pertanahan

A. Pendahuluan Dalam rangka mendukung terwujudnya cita-cita


Pada era pemerintahan saat ini, pemerintah telah tersebut, Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
mengeluarkan gagasan nawacita sebagai cita-cita Badan Pertanahan Nasional, melalui Direktorat
dalam rangka mewujudkan Indonesia yang Penataan Wilayah Pesisir, Pulau-Pulau Kecil dan
berdaulat secara politik, serta mandiri dalam bidang Perbatasan (PWP3WT) mempunyai tanggung jawab
ekonomi dan berkepribadian dalam kebudayaan. untuk mewujudkan kebijakan di bidang pertanahan
Salah satu poin penting dalam nawacita tersebut di wilayah pesisir melalui perumusan kebijakan,
adalah membangun Indonesia dari pinggiran penataan dan pemantauan, penyusunan norma,
dengan memperkuat daerah perdesaan dalam standar, prosedur dan kritieria di dibidang penataan
kerangka negara kesatuan. dan pemantauan, hingga pemberian bimbingan
teknis dan supervisi pada wilayah pesisir. Tugas ini
1
Kepala Seksi Pemantauan Dan Evaluasi Wilayah
begitu penting, strategis dan menjadi prioritas dalam
Pesisir, Direktorat Penataan Wilayah Pesisir, Pulau-Pulau
Kecil, Perbatasan dan Wilayah Tertentu, Direktorat nawacita mengingat wilayah pesisir -disatu sisi-
Jenderal Penataan Agraria, Kementerian Agraria dan Tata sedang menjadi primadona dalam pembangunan
Ruang/Badan Pertanahan Nasional. Kontak E-mail: wilayah, namun pada sisi lain, berbagai permasalahan
wp3wt@yahoo.com
Diterima: 15 Februari 2016 Direview: 24 Maret 2016 Disetujui: 20 April 2016
20 Bhumi Vol. 2 No. 1 Mei 2016

pada kawasan pesisir cukup kompleks dan masif yang air tawar, maupun yang disebabkan oleh kegiatan
meliputi: kerusakan lingkungan, kemiskinan manusia di darat seperti penggundulan hutan dan
masyarakat, keterbatasan infrastruktur, pertum- pencemaran (Wikipedia.com). Sementara itu
buhan ekonomi yang tertinggal hingga permasalahan kawasan pesisir merupakan jalur tanah darat/kering
pertanahan. yang berdampingan dengan laut, dimana
Dalam rangka mengurangi perkembangan lingkungan dan tata guna lahan mempengaruhi
berbagai masalah wilayah pesisir tersebut perlu secara langsung lingkungan ruang bagian laut, dan
ditempuh berbagai upaya secara terintegrasi yang sebaliknya (Delinom dalam Femy Amalia Arizi Putri
komprehensif dari berbagai pihak terkait agar 2011).
penyelesaian permasalahan tersebut dapat Secara lebih khusus, Undang-undang No. 27
menyeluruh dan berkesinambungan. Salah satu Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan
persoalan mendasar dalam pembangunan wilayah Pulau-Pulau Kecil mendef inisikan pengertian
pesisir adalah bagaimana penyusunan alokasi ruang kawasan pesisir sebagai wilayah peralihan antara
dan pemanfaatan ruang darat dan laut agar bisa ekosistem darat dan laut yang saling berinteraksi,
terintegrasi. Hal ini penting, mengingat peraturan dimana ke arah 12 mil dari garis pantai untuk provinsi
berkaitan tata ruang wilayah darat dan wilayah dan sepertiga dari wilayah laut itu untuk kabupaten/
perairan laut merupakan dua hal yang berbeda dan kota ke arah darat batas administrasi kabupaten/kota.
berada pada kewenangan instansi pemerintah yang Dengan demikian, pembahasan mengenai kewe-
berbeda pula. Kemudian, bagaimana pengaturan nangan pengelolaan sumberdaya yang ada di
terhadap penguasaan bangunan dan permukiman kawasan pesisir oleh hanya dibatasi sejauh 12 mil laut
masyarakat yang berada di wilayah perairan laut yang dari garis pantai, selebihnya bukan lagi masuk dalam
selama ini belum ada landasan hukum yang jelas? ranah pengelolaan kawasan pesisir.
Pertanyaan lebih lanjut, apakah penyusunan rencana
tata ruang darat dan tata ruang laut, benar benar
telah mengakomodasi kepemilikan atau penguasaan
tanah atau bangunan yang ada di masyarakat,
mengingat selama ini penyusunan tata ruang baik
di darat maupun laut tidak sedikit yang mengabaikan
permasalahan ini. Hal yang demikian, akan
menimbulkan pemasalahan pertanahan di wilayah Gambar 1: Definisi Batas Wilayah Pesisir.
pesisir sebagaimana yang muncul di Kampung Sumber: Rakhmin Dahuri (2015)
Batang Luar Pesisir Utara Jakarta saat ini. Adalah hal yang unik tatkala membahas kerangka
pengelolaan wilayah pesisir di Indonesia. Berbeda
B. Konsep Penataan Wilayah Pesisir dan
dengan pembahasan pengelolaan wilayah daratan
Lahan Atas Terpadu
atau laut, sesuai cakupan wilayah pesisir yang
Pesisir merupakan daerah pertemuan antara
mencakup darat dan perairan laut, maka payung
darat dan laut. Untuk yang ke arah darat meliputi
hukum yang dipergunakan meliputi 3 (tiga)
bagian daratan yang masih dipengaruhi sifat-sifat
peraturan perundangan- undangan yaitu UU No :
laut seperti: pasang surut, angin laut, dan perembesan
26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan UU
air asin. Sedangkan untuk daerah yang ke arah laut
No : 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Pesisir dan
meliputi bagian laut yang masih dipengaruhi oleh
Pulau- Pulau Kecil, juncto UU N0: 1 Tahun 2014
proses-proses alami seperti: sedimentasi dan aliran
sebagai penyempurnaan UU No: 27 Tahun 2007, serta
Wuryanta: Integrasi Penataan Pertanahan dalam Kerangka ...: 19-30 21
UU No : 32 Tahun 2014 tentang Kelautan. Dalam untuk menghasilkan rencana zonasi kawasan
Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang strategis nasional, rencana zonasi kawasan strategis
Penataan Ruang pasal 1 di jelaskan bahwa ruang nasional tertentu, dan rencana zonasi kawasan antar
adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut wilayah.
dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi, Bertitik tolak pada kondisi diatas, maka dalam
sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan melakukan penyusunan tata ruang wilayah pesisir,
makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan Rakhmin Dahuri (2015) menjelaskan sudah seha-
memelihara kelangsungan hidupnya. Pada Pasal 6 rusnya memperhatikan beberapa hal penting sebagai
ayat (3) dijelaskan bahwa penataan ruang wilayah berikut:
nasional meliputi ruang wilayah yuridiksi dan wilayah a. Harus memahami hirarki rencana tata ruang
kedaulatan nasional yang mencakup ruang darat, wilayah dan perencanaan ruang laut.
ruang laut dan ruang udara, termasuk ruang di Dengan memahami kedua hirarki tersebut maka
dalam bumi, sebagai satu kesatuan wilayah. akan dihilangkan kendala antara perencanaan di
Sementara itu pada Pasal 6 ayat (4) ditegaskan bahwa wilayah darat dan perairan laut;
penataan ruang provinsi
dan kabupaten/kota
meliputi ruang wilayah
yuridiksi dan wilayah ke-
daulatan nasional yang
mencakup ruang darat,
ruang laut dan ruang
udara, termasuk ruang
di dalam bumi, sesuai
dengan ketentuan pera-
turan perundang-un-
dangan. Sedangkan
pada Pasal 6 ayat (5) di
pertegas bahwa ruang
Gambar 2: Hirarki Rencana Tata Ruang Wilayah
laut dan ruang udara pengelolaannya diatur dengan dan Perencanaan Ruang Laut. Sumber : Rakhmin
undang- undang tersendiri. Dahuri, 2015
Sementara itu, dalam UU No: 12 Tahun 2014 Pasal
b. Harus memperhatikan kaitan ruang secara glo-
43 ditegaskan bahwa ayat (1) : Perencanaan ruang
bal dan regional yang meliputi: Alur Laut Ke-
laut meliputi : (a) perencanaan tata ruang laut
pulauan Indonesia (ALKI) sebagai bagian dari
nasional, (b) perencanaan zonasi wilayah pesisir dan
global trade route tersibuk di dunia dan China’s
pulau-pulau kecil, (c) perencanaan zonasi kawasan
Maritime Silk Road Policy;
laut; ayat (2) Perencanaan tata ruang laut nasional
c. Harus memperhatikan kaitan ruang secara nasio-
merupakan proses perencanaan untuk mengha-
nal yang meliputi: poros maritim dunia, tol laut,
silkan rencana tata ruang laut nasional; ayat (3)
MP3EI, dan kawasan produksi migas lepas pantai;
Perencanaan zonasi wilayah pesisir dan pulau-pulau
d. Harus memperhatikan Ruang wilayah dari garis
kecil dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
pantai sejauh 12 mil laut dan antara 12 mil laut sampai
peraturan perundang-undangan; ayat (4) Peren-
dengan garis batas Zone Economy Exclusive
canaan zonasi kawasan laut merupakan perencanaan
(ZEE);
22 Bhumi Vol. 2 No. 1 Mei 2016

e. Harus memperhatikan Tata Ruang Wilayah Darat eko-biologis vital: flora dan fauna langka/
(Upland areas)- pesisir-lautan dilindungi, “key species”, landscape unik, dan
f. Jadikan wilayah pesisir dan pulau kecil di sebelah sebagainya;
kiri dan kanan ALKI sebagai KEK berbasis c) Wilayah daratan harus memperhatikan aturan
ekonomi kelautan/maritim. daerah preservation (20%), conservation (10%)
g. Pengembangan pusat-pusat pertumbuhan dan utilization zone (70%); proses eko-biologis
ekonomi (kemakmuran) baru di wilayah pesisir vital: nursery grounds, spawning grounds, alur
sepanjang ALKI, pulau-pulau kecil, dan wilayah migrasi fauna penting; jarak (spacing) antara
perbatasan, seperti: Sabang - Meulaboh, Natuna- kawasan preservasi dengan kawasan peman-
Anambas, Bangka–Belitung, Kayong Utara- faatan intensif bergantung pada jangkauan
Pemangkat, Tarakan–Nunukan, Pare Pare- dampak negatif (polutan, sedimen) yang ditim-
Mamuju, Palu–Donggala, Gorontalo, Sangihe– bulkan dari kegiatan pembangunan dalam
Talaud, Muna–Buton-Wakatobi, Morotai–Kep. kawasan pemanfaatan intensif; pengamanan tata
Sula, Sorong–Raja Ampat, Ambo–Tual– ruang pesisir dari dampak negatif (polutan,
Yamdena, Larantuka–Alor–Kupang, Lombok– sedimen, dan sebagainya) melalui aliran air
Sumbawa, Sendang Biru–Perigi, Kulun Progo– sungai, run off, dan aliran air tanah dari kegiatan
Sadeng, Purworejo–Cilacap, Pangandaran- di daerah hulu; dalam kawasan pembangunan,
Pelabuhan Ratu, Lampung Selatan–Barat-Utara, alokasikan ruang untuk berbagai sektor pem-
Bengkulu, Bungus–Mentawai, dan Sibolga-Nias. bangunan atas dasar kesesuaian biofisik wilayah.
Lebih lanjut, Rakhmin Dahuri (2015) menekankan Berdasarkan berbagai pertimbangan diatas, maka
bahwa berkaitan dengan pemanfaatan ruang dapat dilakukan perencanaan terpadu dari hulu
wilayah pesisir dibagi menjadi beberapa bagian yakni: (daratan)-pesisir- perairan laut dapat dilihat sebagai
a) Wilayah laut 12 mil sampai dengan garis batas berikut ini:
ZEE harus memperhatikan: alur pelayaran (trans-
portation route); alur
ruaya ikan, penyu,
paus, biota laut lain-
nya; serta struktur
dan bangunan lepas
pantai (offshore struc-
ture and building);
b) Wilayah perairan
laut dari pasang
tertinggi sampai 12
mile laut harus
memperhatikan:
Penentuan kawasan preservasi, konservasi, dan Gambar 3: Pemanfaatan Ruang Wilayah Pesisir.
Sumber: Rakhmin Dahuri, 2015
pemanfaatan intensif untuk wilayah yang akan/
sedang ditata; lokasi dan besaran (luasan)
kawasan preservasi ditentukan berdasarkan pada
“distribusi spasial” atribut atau proses eko-biologis
vital yang terdapat pada kawasan tersebut; Atribut
Wuryanta: Integrasi Penataan Pertanahan dalam Kerangka ...: 19-30 23
Tabel 1: Tata Ruang Wilayah Pesisir dan Lahan dan penguasaan tanah baik oleh masyarakat, badan
Atas Secara Terpadu hukum, instansi pemerintah tidak menjadi pertim-
Kawasan/Zona Komposisi Kegiatan Pembangunan bangan dalam penyusunan perencanaan tersebut.
1. Lahan Atas (Upland Areas) • Hutan Lindung
• Hutan Produksi Padahal dengan mengabaikan masalah penggunaan
• Perkebunan
• Hortikultur tanah, pemanfaatan tanah, penguasaan tanah, dan
• Perikanan Perairan Umum
2. Lahan Bawah (Lowland Areas) • Tanaman Pangan
pemilikan tanah akan menimbulkan berbagai kon-
• Hortikultur
• Perkebunan traproduktif bagi pembangunan itu sendiri. Dampak
• Perikanan Budidaya Perairan Tawar
3. Lahan Pesisir (Coastal Land) • Perikanan Budidaya Payau (Tambak)
yang akan timbul antara lain: kerusakan lingkungan
• Hutan Produksi Mangrove
• Tanaman Pangan dan ekologi, alih fungsi lahan yang tidak sesuai
• Hortikultur
• Perkebunan (Kelapa) dengan eksisting penggunaan tanah, konflik dan
4. Laut (4 mil dari Garis Pantai) • Marikultur
• Perikanan Demersal
sengketa pertanahan, konflik sosial akibat konflik
• Perikanan Pelagis Kecil
kepentingan penguasaan tanah hingga penguasaan
5. Laut (12 mil dari Garis Pantai) • Marikultur


Perikanan Demersal
Perikanan Pelagis Kecil
dan pemilikan tanah secara ilegal. Oleh karena itu,
• Perikanan Pelagis Besar
menjadi hal yang sangat penting untuk mengiteg-
6. Laut Nasional antar Pulau • Perikanan Demersal
• Perikanan Pelagis Kecil
• Perikanan Pelagis Besar
rasikan kebijakan penataan pertanahan dalam
7. ZEEI • Perikanan Pelagis Kecil penyusunan perencanaan wilayah pesisir dan lahan
• Perikanan Pelagis Besar
• Perikanan Laut Dalam atas terpadu.
8. Laut Internasional • Perikanan Pelagis Besar
• Perikanan Laut Dalam (deep sea fisheries) Direktorat Penataan WP3WT pada Kementrian
Sumber: Rakhmin Dahuri, 2015 Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional
melalui perumusan kebijakan, penataan dan
pemantauan di wilayah pesisir, telah melakukan
C. Integrasi Penataan Pertanahan dalam
berbagai kegiatan yang berkaitan dengan perma-
Rencana Wilayah Pesisir dan Lahan
salahan pertanahan di wilayah pesisir. Kegiatan yang
Atas Terpadu
dijalankan oleh Direktorat Penataan WP3WT dibagi
Sebagaimana telah diuraikan secara lengkap
menjadi dua (2) pokok kegiatan besar yakni penyu-
diatas bagaimana usaha perencanaan wilayah pesisir
sunan kebijakan di kawasan pesisir dan kegiatan yang
dan lahan atas terpadu, bahwa pemanfaatan ruang
bersifat teknis dalam rangka mendukung kegiatan
di wilayah daratan- pesisir dan perairan laut harus
penataan di kawasan pesisir.
dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh tanpa harus
Kebijakan Pertanahan pada kawasan pesisir
memisahkan secara ekstrim antara rencana tata
adalah Penyusunan Peraturan Menteri Agraria dan
ruang wilayah dengan perencanaan ruang laut.
Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional
Namun demikian, dalam penyusunan perencanaan
mengenai Penataan Pertanahan di Wilayah Perairan
wilayah pesisir dan lahan atas terpadu, telah menge-
dan Pulau-Pulau Kecil. Penerbitan peraturan ini
sampingkan unsur-unsur pertanahan baik itu dari
dilandasi pada latar belakang bahwa belum adanya
sisi penggunaan, pemanfaatan, penguasaan dan
peraturan pemberian hak atas tanah baik peda
pemilikan tanah. Hal ini sebagai mana dilihat dalam
masyarakat, badan hukum, instansi pemerintah yang
pertimbangan-pertimbangan dalam penyusunan
berada di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.
perencanaan wilayah pesisir dan lahan atas terpadu
Apalagi mengingat Peraturan Pemerintah No. 40
diatas tidak pernah sedikitpun mempertimbangkan
tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha (HGU), Hak
bagaimana penggunaan tanah dan pemanfaatan
Guna Bangunan (HGB) dan Hak Pengelolaan (HP),
tanah yang ada di wilayah pesisir baik di darat mau-
Pasal 60 menyatakan bahwa: “Pemberian HGU, HGB
pun di perairan laut. Demikian juga pemilikan tanah
atau HP atas sebidang tanah yang seluruhnya
24 Bhumi Vol. 2 No. 1 Mei 2016

merupakan pulau atau yang berbatasan dengan mengenai obyek hak atas tanah di wilayah perairan
pantai diatur tersendiri dengan Peraturan pesisir, bangunan diatas air, dan pemberian hak atas
Pemerintah.” tanah terhadap obyek hak atas tanah diperairan
Kenyataan ini menunjukkan bahwa Peraturan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.
Pemerintah No. 40 Tahun 1996 yang sudah berjalan Peraturan Menteri ATR/ Kepala BPN mengenai
hampir 20 tahun belum ada tindaklanjutnya. Penataan Pertanahan Wilayah Pesisir dan Pulau-
Sementara pada sisi lain kebutuhan peraturan yang Pulau Kecil antara lain menjelaskan pada pasal 5:
berkaitan dengan itu sudah sangat mendesak (1) Obyek hak atas tanah di wilayah perairan pesisir
diterbitkan mengingat penguasaan tanah dikawasan adalah bidang tanah di wilayah perairan pesisir
pesisir makin intensif oleh berbagai pihak yang yang digunakan dan dimanfaatkan dalam wujud
berkepentingan di dalamnya. bangunan di atasnya, yang dapat berupa:
Secara garis besar Peraturan Menteri Agraria Dan bangunan rumah, bangunan gedung, bangunan
Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional galangan kapal, bangunan dermaga, bangunan
berkaitan dengan Penataan Pertanahan di Wilayah kilang, bangunan jalan/jalan tol, atau bangunan
Perairan dan Pulau-Pulau Kecil terdiri dari 9 bab, lain yang memberi manfaat.
yang dimulai dari Bab I yang berisi ketentuan umum (2)Bangunan sebagaimana yang dimaksud dalam
dan terakhir, Bab VIII yang berisi Ketentuan Penutup. ayat (1) adalah bangunan dengan kriteria:
(lihat Gambar: Gambar: Skema Peraturan Menteri a. didirikan pada pondasi yang sebagian menan-
Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan cap di darat dan sebagian lainnya menancap
Nasional tentang Penataan Pertanahan di Wilayah di tanah pada bagian perairan pesisir; atau
Perairan dan Pulau-Pulau Kecil). b. didirikan pada pondasi yang seluruhnya
menancap di tanah pada bagian perairan
pesisir;
(3)Bangunan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
terletak pada zona yang telah diatur peruntukan
penggunaan dan pemanfaatannya dalam pera-
turan daerah tentang rencana tata ruang wilayah
kabupaten/kota dan atau rencana zonasi wilayah
pesisir dan pulau-pulau kecil kabupaten/kota.
(4)Bidang tanah di perairan pesisir sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) dibatasi pondasi terluar
yang menopang bangunan di atasnya.
(5)Batas bidang tanah di perairan pesisir sebagaimana
dimaksud dalam ayat (4) yang pada sisi bidang
yang tidak berbatasan langsung dengan bidang
tanah di perairan pesisir lainnya dinyatakan
Gambar 3: Skema Peraturan Menteri ATR/ berbatasan langsung dengan tanah negara.
Kepala BPN tentang Penataan Pertanahan di Dalam Pasal 6 : Pemberian hak atas tanah di
Wilayah Perairan dan Pulau-Pulau Kecil (Sumber: perairan pesisir adalah berjangka waktu.
Direktorat Penataan WP3WT, 2015)
(1) Hak Atas Tanah di Wilayah Perairan Pesisir
Dalam Peraturan Penataan Pertanahan di sebagaimana dimaksud dalam Pasal dapat
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil diatur diberikan dengan Hak Guna Bangunan dan Hak
Wuryanta: Integrasi Penataan Pertanahan dalam Kerangka ...: 19-30 25
Pakai kepada : Dalam pasal 10 disebutkan bahwa :
a. warga negara Indonesia; (1) Hak atas tanah sebagaimana dimaksud dalam
b. badan hukum yang didirikan menurut Pasal 5 dapat dialihkan sepanjang tidak merubah
hukum Indonesia dan berkedudukan di In- penggunaan dan pemanfaatannya;
donesia; (2)Hak atas tanah sebagaimana dimaksud dalam
c. pemerintah dan pemerintah daerah. Pasal 5 dapat dibebankan dengan suatu hak
Selanjutnya, dalam pasal 3 dijelaskan bahwa:: tanggungan; (3)Peralihan dan pembebanan hak
Jangka waktu hak atas tanah sebagaimana atas tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dimaksud dalam ayat (1) sesuai dengan dan ayat (2) dilaksanakan berdasarkan ketentuan
ketentuan yang terdapat dalam peraturan peraturan perundang-undangan.
perundang-undangan. Sebagaimana diuraikan sebelumnya bahwa selain
Dalam pasal 7 : Pemberian hak atas tanah dan menyusun kebijakan penataan pertanahan,
bangunan diatas perairan laut yang harus memenuhi Direktorat Penataan WP3WT melakukan kegiatan
syarat telah memenuhi dan sesuai dengan ketentuan yang bersifat teknis yakni Penyusunan Potensi
peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan Penataan Pemanfaatan Kawasan Pesisir. Dengan
syarat khusus yang meliputi : melakukan kegiatan ini diharapkan mampu
a. digunakan dan dimanfaatkan secara terus memberikan beberapa manfaat, diantaranya :
menerus, serta sesuai dengan peruntukannya a) Memberikan gambaran yang jelas mengenai
dalam rencana tata ruang wilayah kabupaten/ potensi penataan pertanahan pada wilayah pesisir
kota, atau rencana zonasi wilayah pesisir dan berdasarkan aspek Penguasaan, Pemilikan,
pulau-pulau kecil yang telah ditetapkan dalam Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T)
peraturan daerah, atau rekomendasi dari dengan mempertimbangkan aspek lingkungan
pemerintah daerah; fisik, serta peraturan dan kebijakan yang berlaku.
b. memenuhi ketentuan perizinan dari pemerintah; b) Dalam jangka panjang, penerapan potensi pena-
c. khusus untuk subyek hak atas tanah badan taan kawasan pesisir akan mempunyai kontribusi
hukum harus dilengkapi dengan dokumen dalam pemberian hak atas tanah agar tidak terjadi
lingkungan dari lembaga pemerintah terkait. konflik kepentingan dalam rangka pemanfaatan
Dalam pasal 8: Penggunaan dan pemanfaatan tanah dan ruang di kawasan peisisir.
tanah yang disyaratkan pada waktu pemberian hak c) Akan memberikan penguatan hak atas tanah
atas tanah di wilayah perairan pesisir dicatat dalam kepada masyarakat sekaligus mengurangi konflik
buku tanah (sertipikat). pertanahan yang muncul akibat banyaknya
Dalam pasal 9: Hak atas tanah sebagaimana investasi yang menanamkan modalnya di
dimaksud dalam Pasal 6 hapus karena: kawasan pesisir.
a. masa berlaku haknya berakhir; d) Akan memberikan kontribusi terhadap peru-
b. dilepaskan oleh pemegang haknya sebelum bahan dan revisi Rencana Tata Ruang Wilayah
jangka waktunya berakhir; dan Perencanaan Ruang Laut;
c. penggunaan dan pemanfaatannya tidak sesuai e) Akan memberikan peran pada kegiatan prioritas
dengan pemberian haknya semula; Kementrian Agraria Dan Tata Ruang/Badan
d. dicabut untuk kepentingan umum; Pertanahan Nasional seperti: Legalisasi aset, Pro-
e. bangunannya diterlantarkan; dan gram Prona, Sertif ikasi UMKM, Sertif ikasi
f. bangunan beserta tiang pancangnya musnah atau Nelayan, MBR, Reforma Agraria, Konsolidasi
hilang. Tanah, Penyusunan Neraca Penatagunaan
26 Bhumi Vol. 2 No. 1 Mei 2016

Tanah, dan sebagainya. Tahapan ketiga, Penyusunan Zonasi Peman-


f) Memberikan informasi terhadap ketersediaan faatan Kawasan (ZPK) pada kawasan pesisir.
tanah bagi pembangunan atau kebutuhan Pengertian Zonasi Pemanfaatan Kawasan (ZPK)
investasi bagi investor. pada kawasan pesisir adalah pembagian kawasan
Dalam melakukan Penyusunan Potensi Pena- pesisir dengan menerapkan variabel pada pengu-
taan Pemanfaatan Kawasan Pesisir ini dilakukan asaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan
beberapa tahapan sebagai berikut: tanah, dengan memperhatikan tata ruang atau
Tahapan pertama, merupakan tahapan persiapan daya dukung lingkungan, keaneka-ragaman ha-
yakni penentuan lokasi, penentuan jadwal yati dan sosial ekonomi. ZPK merupakan alat ana-
penentuan team work, penyiapan peta kerja, lisis yang digunakan untuk memberikan arahan
diskusi persiapan dan persiapan peralatan yang penggunaan, pemanfaatan, penguasaan dan
akan dibawa ke lapangan. pemilikan tanah serta rekomendasi bagi pelaksa-
Tahapan kedua, verifikasi lapang. Tim verifikasi naan penataan pertanahan pada kawasan pesisir.
turun ke lapangan untuk mengumpulkan data- Rangkaian analisis penyusunan ZPK kawasan
data penggunaan tanah, pemanfaatan tanah, pesisir dapat divisualisasikan dibawah ini:
penguasaan tanah,
pemilikan tanah, data
sosial-ekonomi, data
batas administrasi wila-
yah, gambaran rona
wilayah, rencana
pengembangan
wilayah pesisir, ren-
cana tata ruang wila-
yah serta data f isik
wilayah. Namun demi-
kian, dengan melaku-
kan turun dilapang, secara tidak langsung Gambar 4: Diagram Alir Penyusunan Zonasi
Pemanfaatan Kawasan. Sumber: Direktorat
melakukan proses updating dari perubahan
Penataan WP3WT, 2015
penggunaan tanah, pemanfaatan tanah, pemili-
kan tanah serta penguasaan tanah. Dengan turun
D. Analisis Kesesuaian Penggunaan
ke lapang maka obyektivitas dan reliabelitas data
Tanah Terhadap Rencana Rinci Tata
teraktual dapat diperoleh sehingga akurasi data
Ruang Wilayah dan Rencana Zonasi
dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah
Wilayah Pesisir
Dalam analisis ini diperlukan data: (1) peta
penggunaan tanah; (2) data Rencana Rinci Tata
Ruang Wilayah dan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir.
Gambar 3: Tahapan Penyusunan Potensi Penataan Data-data tersebut ditumpangsusunkan sehingga
Pemanfaatan Kawasan Wilayah Pesisir. Sumber: dari proses ini ditemukan pengelompokan data
Direktorat Penataan WP3WT, 2015 penggunaan tanah dalam kriteria-kriteria dalam
Rencana Rinci Tata Ruang Wilayah dan Rencana
Wuryanta: Integrasi Penataan Pertanahan dalam Kerangka ...: 19-30 27
Zonasi Wilayah Pesisir, serta kesesuaian antara ketiga peruntukannya menurut tata ruang, dengan sta-
data tersebut. tus bidang tanah yang sudah terdaftar.
Berdasarkan analisis kesesuaian penggunaan b) Zona yang terletak dalam kawasan budidaya
tanah terhadap Rencana Rinci Tata Ruang Wilayah dengan penggunaan tanah yang sesuai dengan
dan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir, selanjutnya peruntukannya menurut tata ruang, dengan sta-
dilakukan penilaian ‘sesuai/tidak sesuai’ yang di tus bidang tanah yang belum terdaftar.
dasarkan pada: ketentuan yang berlaku pada RTRW c) Zona yang terletak dalam kawasan budidaya
yang secara eksplisit dituangkan dalam dokumen dengan penggunaan tanah yang tidak sesuai
Rencana Rinci Tata Ruang Wilayah dan Rencana dengan peruntukannya menurut tata ruang,
Zonasi Wilayah Pesisir atau, apabila ketentuan seba- dengan status bidang tanah yang sudah
gaimana dimaksud diatas tidak tersedia, penentuan terdaftar.
nilai ’sesuai/tidak sesuainya’ didasarkan pada tabel d) Zona yang terletak dalam kawasan budidaya
kesesuaian penggunaan tanah dengan tata ruang. dengan penggunaan tanah yang tidak sesuai
Hasil dari analisis kesesuaian penggunaan tanah dengan peruntukannya menurut tata ruang,
terhadap Rencana Rinci Tata Ruang Wilayah dan dengan status bidang tanah yang belum
Rencana Zonasi Wilayah Pesisir akan ditemukan 4 terdaftar.
(empat) alternatif hasil, sebagai berikut : e) Zona yang terletak dalam kawasan lindung
a) Sesuai pada kawasan budidaya : jika penggunaan dengan penggunaan tanah yang sesuai dengan
tanah “sesuai” dengan arahan tata ruang atau peruntukannya menurut tata ruang, dengan sta-
arahan zonasi, berada pada “kawasan budidaya”; tus bidang tanah yang sudah terdaftar.
b) Tidak sesuai pada kawasan budidaya: jika f) Zona yang terletak dalam kawasan lindung
penggunaan tanah “tidak sesuai” dengan arahan dengan penggunaan tanah yang sesuai dengan
tata ruang atau arahan zonasi, berada pada peruntukannya menurut tata ruang, dengan sta-
“kawasan budidaya”; tus bidang tanah yang belum terdaftar.
c) Sesuai pada kawasan lindung : jika penggunaan g) Zona yang terletak dalam kawasan lindung
tanah “sesuai” dengan arahan tata ruang atau dengan penggunaan tanah yang tidak sesuai
arahan zonasi, berada pada “kawasan lindung”; dengan peruntukannya menurut tata ruang,
d) Tidak sesuai pada kawasan lindung: jika dengan status bidang tanah yang sudah
penggunaan tanah “tidak sesuai” dengan arahan terdaftar.
tata ruang atau arahan zonasi, berada pada h) Zona yang terletak dalam kawasan lindung
“kawasan lindung”. dengan penggunaan tanah yang tidak sesuai
dengan peruntukannya menurut tata ruang,
E. Analisis Zonasi Pemanfaatan dengan status bidang tanah yang belum
Kawasan Pesisir dengan Kepemilikan terdaftar.
Tanah
Analisa ini dilakukan dengan cara melakukan F. Reklasif ikasi Kelompok Jenis
tumpangsusun zonasi pemanfaatan kawasan Penggunaan Tanah
dengan peta kepemilikan tanah yang ada di kawasan Selanjutnya untuk mengelompokkan suatu
pesisir. Dari hasil analisa ini ditemukan 8 (delapan) kawasan berdasarkan tingkat keterolahan tanahnya,
zona kawasan pesisir yang meliputi: dilakukan reklasifikasi jenis-jenis penggunaan tanah
a) Zona yang terletak dalam kawasan budidaya yang terdapat pada suatu kawasan. Jenis-jenis
dengan penggunaan tanah yang sesuai dengan penggunaan tanah yang ada dikelompokan ke dalam
28 Bhumi Vol. 2 No. 1 Mei 2016

3 kelas yaitu : Tabel 2: Klasifikasi Zonasi Pemanfaatan Kawasan


a. kelas pertama adalah jenis-jenis penggunaan Wilayah Pesisir
tanah yang merupakan hasil upaya pengolahan, Kesesuaian
Penggunaan Klasifikasi
pengelolaan, dan rekayasa manusia, seperti: No
Penetapan Tanah
Pemilikan
Keterolahan Penguasaan Zonasi
Kawasan dengan Lahan *) *) Pemanfaatan
perkampungan, emplasmen, apartemen, SPBU, Arahan Pola
Ruang
Kawasan *)

perkantoran, fasilitas pendidikan, industri, I II III IV V VI VII

lapangan olah raga, makam, pertambangan, 1 Terdaftar Terolah Perorangan Zona1AK1


Sesuai
persawahan, perladangan, perkebunan, peri- 2
Belum Belum Kelompok
Zona2BK2
Terdaftar Terolah Masyarakat
kanan, peternakan, pelabuhan, dermaga,obyek Budidaya
Badan
3 Terdaftar Terolah Zona3AK3
Hukum
wisata, tambak, penggaraman, keramba, pela- Tidak
Sesuai
Belum
buhan laut dsb; 4
Terdaftar
Hutan Perorangan Zona4CK1

b. kelas kedua adalah jenis-jenis penggunaan tanah 5 Terdaftar Hutan


Instansi
Pemerintah
Zona5CK4
Sesuai
yang relatif tidak ada kegiatan pengolahan dan/ Belum
6 Terolah Perorangan Zona6AK1
Terdaftar
atau pembangunan diatasnya. Kelas yang kedua Lindung
Belum Instansi
7 Terdaftar Zona7BK4
ini dikelompokan sebagai kelas B, dimana jenis- Tidak
Terolah Pemerintah
Sesuai
jenis penggunaan tanahnya meliputi: tanah rusak, 8
Belum
Terdaftar
Terolah
Tanah
Negara
Zona8CK5

tanah tandus, tanah terbuka, padang pasir,


Sumber: Direktorat Penataan WP3WT, 2015,
gumuk pasir, alang-alang, tanah timbul, rek-
*) diisi dengan contoh
lamasi, bekas galian tambang, dsb.
c. Kelas ketiga, adalah jenis-jenis penggunaan tanah Pengisian kolom keterolahan lahan, penguasaan,
hutan dan atau lindung. Kelas yang ketiga ini serta klasif ikasi ZPK dilakukan dengan meng-
dikelompokan sebagai kelas C, dimana jenis-jenis gunakan contoh. Pada kolom keterolahan lahan
penggunaan tanahnya meliputi: hutan lebat, terdapat 3 opsi yang mungkin menurut klasifikasi,
hutan belukar, hutan sejenis, mangrove, terumbu yaitu: terolah (A), belum terolah (B), hutan (C). Pada
karang, dan gosong. kolom penguasaan terdapat 5 opsi jenis penguasaan
tanah pada data dengan perspektif kawasan
G. Analisis Zonasi Pemanfaatan Kawasan Pada kolom klasifikasi ZPK dicontohkan hasil
Dengan Kepemilikan Tanah dan Data pengkodean dari zona-zona yang dimaksud. Pada
Penguasaan Tanah baris pertama dicontohkan dengan Zona1AK1, kode
Proses selanjutnya, adalah analisis Zonasi tersebut mengandung pengertian sebagai berikut:
Pemanfaatan Kawasan dengan kepemilikan tanah Zona 1A K1: Zona1 mengandung pengertian
ditumpangsusunkan dengan peta penguasaan suatu bidang/kawasan yang terletak pada kawasan
tanah. Dari hasil analisis ini akan diketemukan peta yang dalam tata ruang ditetapkan sebagai kawasan
ketersediaan tanah pada kawasan pesisir. Terhadap budidaya, dengan jenis penggunaan tanah yang
zona-zona yang tersusun dapat dilakukan pende- sesuai dengan arahan peruntukannya, dimana
tailan sehingga menjadi zona-zona yang lebih terinci kepemilikan bidang/kawasan itu sudah terdaftar.
sebagaimana terdapat pada tabel 2. Huruf “A” mengandung pengertian bidang/
kawasan tersebut telah terolah/terbangun.
Kode “K1” mengandung pengertian unit analisis
tersebut adalah dalam perpektif kawasan dengan
penguasaan oleh perorangan.
Wuryanta: Integrasi Penataan Pertanahan dalam Kerangka ...: 19-30 29
H. Penyusunan Arahan Penataan Redistribusi tanah ditempuh melalui upaya
Kawasan Wilayah Pesisir redistribusi tanah kepada para petani yang memer-
Konsep dasar dari arahan penataan pertanahan lukan atau masyarakat miskin. Penyelesaian pengu-
kawasan pesisir meliputi 7 (tujuh) substansi utama, asaan tanah yang berada didalam kawasan hutan
yakni: ditempuh melalui mekanisme yang telah diatur
a. Pelaksanaan Legalisasi Aset untuk bidang tanah dalam Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri,
yang belum terdaftar; Menteri Kehutanan, Menteri Pekerjaan Umum, dan
b. Optimalisasi pemanfaatan dan penggunaan Kepala BPN RI.
setelah bidang tanah terdaftar; Pengadaan tanah untuk kepentingan umum
c. Penyesuaian Penggunaan atau usulan revisi ditempuh melalui mekanisme sebagaimana yang
Rencana Rinci Tata Ruang dan Rencana Zonasi telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun
Wilayah Pesisir yang penggunaannya tidak sesuai 2012.
dengan arahan peruntukannya; Dengan mengkombinasikan antara Zonasi
d. Reforma Agraria yang meliputi bidang-bidang Pemanfaatan Kawasan Wilayah Pesisir dengan 7
tanah yang sudah dikuasai dan dimanfaatkan (tujuh) substansi arahan penataan kawasan wilayah
atau baru akan diredistribusikan; pesisir maka akan ditemukan hasil sebagai berikut:
e. Redistribusi untuk tanah Negara yang sudah a) Bidang tanah belum terdaftar berpotensi menjadi
dimanfaatkan oleh perorangan yang pengguna- obyek kegiatan legalisasi aset, jika memiliki
annya sesuai dengan Rencana Rinci Tata Ruang klasifikasi penguasaan (1), (2), (3), dan (4);
dan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir; b) Bidang tanah belum terdaftar berpotensi menjadi
f. Penyelesaian penguasaan tanah yang berada obyek reforma agraria, jika memiliki klasifikasi
didalam kawasan hutan; serta keterolahan A, dengan klasifikasi penguasaan (1),
g. Pengadaan tanah untuk kepentingan umum. (2) atau (5), dan terletak pada zona 2 atau 4;
Selanjutnya, ketujuh substansi di atas dijabarkan c) Bidang tanah belum terdaftar berpotensi menjadi
dalam program-program pertanahan yang di obyek redistribusi tanah, jika memiliki klasifikasi
Kementrian ATR/ BPN atau instansi terkait. Untuk keterolahan A, dengan klasifikasi penguasaan (5);
pelaksanaan legalisasi aset dapat ditempuh melalui d) Bidang tanah belum terdaftar diarahkan untuk
sertipikasi prona, sertipikasi proda, sertipikasi nelayan, disesuaikan penggunaan dan pemanfaatannya
sertipikasi kolektif swadaya, dan sebagainya. atau diusulkan untuk direvisi rencana tata
Sementara itu untuk optimalisasi aset dan penye- ruangnya bila terletak pada zona 4 atau zona 8;
suaian penggunaan tanah ditempuh melalui upaya e) Bidang tanah terdaftar diarahkan untuk
sosialisasi dan penegakan aturan perizinan, atau jika disesuaikan penggunaan dan pemanfaatannya
kondisi tertentu melalui upaya revisi terhadap atau diusulkan untuk direvisi rencana tata
Rencana Rinci Tata Ruang dan Rencana Zonasi ruangnya bila terletak pada zona 3 atau zona 7;
Wilayah Pesisir. f) Bidang tanah terdaftar dengan klasif ikasi
Reforma agraria ditempuh melalui sertipikasi keterolah B atau C diarahkan untuk dioptimalkan
yang disertai dengan akses reform melalui penyiapan penggunaan dan pemanfaatannya apabila
akses terhadap modal, penyiapan akses terhadap terletak pada zona 1, 2, 3, atau 4;
pasar, penyiapan bimbingan dan pelatihan, g) Bidang tanah dengan klasifikasi keterolahan A
pengorganisasian kelompok usaha plasma-inti, serta yang terletak dalam kawasan hutan diarahkan
fasilitasi terhadap bentuk-bentuk pemberdayaan berpotensi menjadi obyek Inventarisasi P4T.
masyarakat lainnya.
30 Bhumi Vol. 2 No. 1 Mei 2016

I. Penutup Daftar Pustaka


Wilayah Pesisir Indonesia mempunyai potensi Dahuri R, 2015, ‘Penataan Ruang Wilayah Pesisir,
cukup besar untuk dikembangkan di masa men- Pulau Kecil Dan Lautan Untuk Mening-
datang. Namun demikian, masih banyak kendala katkan Daya Saing Dan Pertumbuhan
Ekonomi Berkualitas Secara Berkelanjutan
yang harus diselesaikam guna mengembangkan
Menuju Indonesia Sebagai Poros Maritim
potensi tersebut sehingga mampu mewujudkan cita-
Dunia’, Makalah Fullboard Direktorat Jen-
cita nawacita. Salah satu permasalahan wilayah pesisir
deral Penataan Agraria, Jakarta.
adalah masalah penataan wilayah pesisir yang belum Putri F, 2011, Permasalahan Pesisir Dan Penang-
dapat terintegrasi antara wilayah di daratan dan gulangannya, Institut Pertanian Bogor,
perairan laut yang disebabkan adanya 2 (dua) pera- Bogor.
turan perundangan yang berbeda. Direktorat Penataan WP3WT 2015, Tata Cara
Solusi yang dapat ditawarkan untuk mengatasi Kerja Penyusunan Potensi Penataan Kawasan
permasalahan penataan pada wilayah pesisir adalah Wilayah Pesisir, Kementerian Agraria Dan
dengan mengembangkan konsep penataan wilayah Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional
Republik Indonesia, Jakarta.
pesisir dan lahan atas terpadu. Konsep penataan wila-
Peraturan Menteri Agraria Dan Tata Ruang/
yah pesisir dan lahan terpadu merupakan konsep
Kepala Badan Pertanahan Nasional tentang
penataan wilayah pesisir yang mengintegrasikan
Penataan Pertanahan di Wilayah Pesisir dan
Rencana Tata Ruang Wilayah di bagian daratan Pulau-Pulau Kecil.
dengan Rencana Pengelolaam Ruang Perairan Undang-Undang No. 27 Tahun 2007 tentang
untuk perairan laut. Dengan konsep ini maka akan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-
diwujudkan perencanaan ruang darat dan perairan Pulau Kecil.
laut yang terpadu dan komprehensif. Undang-Undang No. 1 Tahun 2014 tentang
Kelemahan dari pendekatan penataan wilayah Penyempurnaan Undang-Undang No. 27
pesisir dan lahan terpadu adalah belum memasuk- Tahun 2007.
kan unsur-unsur pertanahan seperti, penggunaan, Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang.
pemanfaatan, pemilikan dan penguasaan tanah,
Peraturan Pemerintah No. 40 tahun 1996 tentang
dalam pertimbangan analisisnya. Keadaan yang
Hak Guna Usaha (HGU), Hak Guna
demikian akan mempunyai dampak kontra produktif Bangunan (HGB) dan Hak Pengelolaan
dalam pembangunan yang dilaksanakan. (HP).
Untuk menyempurnakan kekurangan tersebut Undang-Undang No: 32 Tahun 2014 tentang
maka disusunlah kebijakan pertanahan di wilayah Kelautan, Jakarta.
pesisir melalui pembuatan Peraturan Menteri Agraria Wikipedia.com
Dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional
mengenai Penataan Pertanahan Pada Wilayah Pesisir
dan Pulau-Pulau Kecil. Disamping itu juga dilakukan
Penyusunan Potensi Penataan Kawasan Wilayah
Pesisir, dimana dalam kegiatan ini salah satunya akan
dihasilkan rekomendasi untuk revisi dan perubahan
Rencana Rinci Tata Ruang Wilayah dan Rencana
Zonasi Wilayah Pesisir.

Anda mungkin juga menyukai