Anda di halaman 1dari 4

MODUL III

MENGEVALUASI PENGELUARAN UNTUK PEMELIHARAAN/PENGEMBANGAN ASSET TETAP

A. PENGELUARAN KAS PADA MAS PENGGUNAAN AKTIVA TETAP

Pengeluaran-pengeluaran kas yang berhubungan dengan penggunaan aktiva tetap, secara garis besar
dapat dibedakan sebagai berikut.

1. Pengeluaran modal (capital expenditures) adalah pengeluaran yang mempunyai manfaat dalam
jangka waktu lebih dari satu periode akuntansi. Karena masa manfaatnya lebih dari satu periode
akuntansi, pengeluaran modal diakui sebagai aktiva (dikapitalisasi). Dalam hubungan dengan
penggunaan aktiva tetap, pengeluaran modal dicatat sebagai penambah harga perolehan;
artinya dicatat debit akun aktiva tetap yang bersangkutan atau debit akun akumulasi
penyusutannya.
2. Pengeluaran penghasilan (revenue expenditures) adalah pengeluaran yang mempunyai manfaat
dalam waktu tidak lebih dari satu periode akuntansi.

Dalam pengertian di atas, masa manfaat pengeluaran menjadi kriteria untuk menentukan apakah suatu
pengeluaran diperlakukan sebagai pengeluaran modal atau sebagai pengeluaran penghasilan. Kriteria
tersebut, relatif mudah diterapkan apabila manfaat dari pengeluaran dapat diukur. Dalam praktik, bisa
terjadi kesulitan dalam menentukan apakah suatu pengeluaran diakui sebagai pengeluaran modal atau
sebagai pengeluaran penghasilan. Mengenai kriteria pengakuan suatu pengeluaran, dalam PSAK
disebutkan, "pengeluaran setelah perolehan awal suatu aktiva tetap yang memperpanjang masa
manfaat atau yang kemungkinan besar memberi manfaat keekonomian di masa yang akan datang dalam
bentuk peningkatan kapasitas, mutu produksi, atau peningkatan standar kinerja, harus ditambahkan
pada jumlah tercatat aktiva yang bersangkutan".

Dalam pernyataan tersebut, kriteria pengeluaran modal lebih ditekankan pada manfaat pengeluaran.
Sebagai contoh, sebuah mesin memiliki harga perolehan Rp50.000.000,00. Dua tahun menjelang habis
masa manfaatnya, sebagian komponen mesin tersebut diganti dengan tujuan meningkatkan kualitas
produksi dan menambah usia penggunaannya. Jumlah pengeluaran kas untuk pembelian komponen dan
pemasangan Rp10.000.000,00. Setelah komponen mesin diganti, mesin yang bersangkutan dapat
meningkatkan kualitas produksi dan ditaksir dapat dioperasikan selama tiga tahun. Pengeluaran
tersebut diperlakukan sebagai pengeluaran modal, dicatat dengan mendebit akun Akumulasi depresiasi
mesin dan mengkredit akun Kas.

Pengeluaran-pengeluaran yang berhubungan dengan penggunaan aktiva tetap, pada umumnya terdiri
atas lima macam sebagai berikut.

1. Pengeluaran untuk Pemeliharaan (Maintenance)


Pengeluaran untuk pemeliharaan bertujuan untuk mempertahankan aktiva tetap pada kondisi
tetap baik, tidak mengakibatkan penambahan terhadap usia manfaat atau peningkatan
kapasitas aktiva tetap. Misalnya penggantian oli pelumas mesin, penggantian baud yang usang,
serta pembersihan dan pengecatan. Pengeluaran-pengeluaran yang bersangkutan, diperlakukan
sebagai beban dan dicatat dalam akun Beban Pemeliharaan.
2. Pengeluaran untuk Reparasi (Repair)
Pengeluaran untuk reparasi bertujuan untuk mengembalikan aktiva tetap pada kondisi semula.
Misalnya pengeluaran untuk mengganti komponen-komponen kecil sering mengalami
kerusakan yang sifatnya biasa dan nilainya tidak cukup berarti disbanding dengan harga aktiva
tetap yang bersangkutan. Misalnya perbaikan komponen mesin yang aus karena mesin telah
lama dipakai, serta penggantian busi dan ban kendaraan. Manfaat pengeluaran yang
bersangkutan hanya untuk kelangsungan jalannya operasi. Kadang- kadang sulit untuk
membedakan antara pengeluaran untuk beban pemeliharaan danpengeluaran untuk beban
reparasi. Oleh karena itu, kedua jenis beban tersebut dalam akuntansi sering digabungkan
dalam akun beban Reparasi dan pemeliharaan.
3. Pengeluaran untuk Mengganti Komponen yang Rusak (Replacement)
Pengeluaran ini untuk mengganti sebagian atau seluruh komponen aktiva tetap yang rusak
berat. Pengeluaran ini biasanya jarang terjadi dan mengakibatkan penambahan terhadap usia
penggunaan aktiva tetap yang bersangkutan. Besarnya pengeluaran biasanya cukup berarti
sehingga harus diperlakukan sebagai pengeluaran modal (dikapitalisasi). Pengeluaran yang
mengakibatkan penambahan usia penggunaan aktiva tetap, dicatat debit akun akumulasi
depresiasi aktiva tetap yang bersangkutan.
4. Pengeluaran untuk Perbaikan (Betterment)
Pengeluaran ini bertujuan untuk meningkatkan aktiva tetap dari kondisi semula hingga kondisi
yang lebih baik. Perbaikan yang dilakukan bukan karena aktiva tetap dalam keadaan rusak,
tetapi pengeluaran dirancang untuk meningkatkan kapasitas atau memperpanjang usia
penggunaan aktiva tetap. Pengeluaran demikian merupakan pengeluaran modal, harus dicatat
debit akun aktiva tetap yang bersangkutan.
5. Pengeluaran untuk Penambahan (Addition)
Pengeluaran jenis ini bertujuan untuk perluasan atau peningkatan fasilitas yang sudah ada.
Misalnya menambah bangunan sayap dari sebuah pabrik, perluasan tempat parkir kendaraan,
penambahan suatu komponen tertentu pada mesin untuk mengurangi pengaruh pencemaran,
dan sebagainya. Pengeluaran demikian merupakan pengeluaran modal, harus dicatat debit akun
aktiva tetap yang bersangkutan

B. PERUBAHAN HARGA PEROLEHAN DAN USIA EKONOMIS

Harga perolehan aktiva tetap dalam masa penggunaannya akan berubah apabila jumlah pengeluaran
sehubungan dengan penggunaannya memenuhi kriteria untuk dikapitalisasi. Artinya, diperlakukan
sebagai penambah harga perolehan. Penambahan harga perolehan aktiva tetap, mengakibatkan
perubahan terhadap besarnya depresiasi. Apabila penambahan harga perolehan tidak mengakibatkan
penambahan terhadap usia penggunaan aktiva tetap, penambahan harga perolehan dicatat debit akun
aktiva tetap yang bersangkutan. Besarnya depresiasi sejak adanya penambahan harga perolehan, harus
ditetapkan kembali.
Sebagai ilustrasi, sebuah mesin harga perolehan Rp90.000.000,00 disusutkan menurut metode garis
lurus, taksiran usia penggunaan 8 tahun, dan nilai residu Rp10.000.000,00. Mesin tersebut mulai
dioperasikan pada awal tahun 2011. Pada tanggal 5 Januari 2014 mesin yang bersangkutan diperbaiki
dengan biaya Rp15.000.000,00. Pengeluaran untuk biaya tersebut, tidak mengakibatkan penambahan
usia penggunaan mesin. Biaya perbaikan mesin sebesar Rp15.000.000,00 pada contoh di atas,
dipandang cukup berarti sehingga diperlakukan sebagai penambah harga perolehan mesin
(dikapitalisasi).

Jurnal yang dibuat sebagai berikut.

Jan 5 Mesin Rp 15.000.000


Kas Rp 15.000.000

Penambahan besarnya depresiasi mesin tiap tahun selama sisa penggunaannya (mulai tahun 2014)
dihitung sebagai berikut.

Harga perolehan mesin sebelum perubahan Rp 90.000.000


Nilai residu Rp 10.000.000
Jumlah yang harus disusutkan Rp 80.000.000
Depresiasi s.d. tanggal 31 Desember 2013 (2011 s.d. 2013 = 3 tahun)
Rp 30.000.000

Jumlah yang belum disusutkan Rp 50.000.000


Penambahan harga perolehan Rp 15.000.000
Jumlah harus disusutkan dalam sisa usia penggunaan mesin (5 tahun) Rp 65.000.000
Depresiasi mesin tiap tahun setelah penambahan harga perolehan:
Rp 13.000.000

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, depresiasi mesin tahun 2014, 2015, 2016, 2017 dan tahun 2018
(tahun terakhir usia penggunaan mesin) masing-masing Rp13.000.000

Pada tanggal 31 Desember 2018, harga perolehan mesin Rp90.000.000 + Rp15.000.000= Rp105.000.000

Jumlah akumulasi depresiasi mesin Rp30.000.000+Rp65.000.000= Rp95.000.000

Harga buku mesin Rp105.000.000 – Rp95.000.000 = Rp10.000.000

Jumlah tersebut sama dengan jumlah taksiran nilai residu.


Apabila biaya perbaikan aktiva tetap ditaksir dapat menambah usia penggunaannya, biaya perbaikan
dicatat debit akun Akumulasi depresiasi aktiva tetap yang bersangkutan.

Sebagai ilustrasi, sebuah mesin dengan harga perolehan Rp160.000.000,00, taksiran usia penggunaan 10
tahun, dan nilai residu Rp10.000.000,00. Disusutkan dengan metode garis lurus. Setelah dioperasikan
selama 6 tahun, mesin tersebut diperbaiki dengan biaya Rp15.000.000,00. Usia penggunaan mesin
tersebut setelah diperbaiki ditaksir akan bertambah selama 2 tahun.

Biaya perbaikan mesin pada contoh di atas, dicatat denganjurnal debit akun Akumulasi depresiasi mesin
Rp15.000.000,00 dan kredit akun Kas Rp15.000.000,00. Depresiasi mesin setelah diperbaiki dihitung
sebagai berikut.

Rp (160.000.000 – 10.000.000)

Depresiasi mesin sebelum diperbaiki =

Akumulasi depresiasi mesin setelah 6 tahun = 6 × Rp15.000.000 = Rp90.000.000

Depresiasi mesin tiap tahun setelah perbaikan:

Harga perolehan mesin Rp160.000.000


Nilai residu Rp 10.000.000
Nilai mesin yang harus disusutkan Rp150.000.000

Ditambah biaya perbaikan Rp 15.000.000


Nilai mesin yang harus disusutkan setelah perbaikan Rp165.000.000
Dikurangi akumulasi depresiasi untuk 6 tahun Rp 90.000.000
Sisa nilai mesin yang harus disusutkan Rp 75.000.000

Sisa usia penggunaan mesin: 10 - 6 + 2 = 6 tahun.

Depresiasi mesin tiap tahun setelah perbaikan Rp75.000.000 :6= Rp12.500.000

Anda mungkin juga menyukai